Jurnal Pendidikan Ekonomi & Bisnis, 6 (1) 2018, 15-24
JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI & BISNIS
http://journal.unj/unj/index.php/jpeb* Corresponding Author.
kris.tyan26@gmail.com (Krisno Septyan) 2302-2663 (online) ISSN
Model Pembelajaran Syariah di Jurusan Akuntansi
Krisno Septyan1
,
Wisnu Julianto2 *1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UPN Veteran Jakarta, Indonesia 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UPN Veteran Jakarta, Indonesia
Article Info Abstract
Article history:
Received: 17 January 2018; Accepted: 1 February 2018; Published: 1 March 2018.
This research is aim to propose practically in Islamic accounting teaching to input fiqih muamalah and accountig are balanced. This research method is used critical Islamic accounting teaching based on prime of law source of Islam. This research shows that students and graduates have risks if department of accounting has no teach fiqih muamalah and department of acccounting will be achieved learning outcome for students and graduates if fiqih muamalah became part of teaching in Islamic accounting. We offer several ways to apply fiqih muamalah be a part in Islamic accounting teaching are (1) fiqih and accounting should be balance, (2) make two course accounting teaching like as intermediate accounting (Islamic accounting part 1 and part 2), (3) removing similliar dis-cussion in Islamic accounting with financial accounting and (4) lecture make a literature about fiqih muamalah for student to inde-pendently studying.
Keywords:
Fiqih muamalah; Islamic ac-counting; Teaching
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menawarkan secara praktik pengajaran akuntansi syariah untuk memasukan fiqih muamalah dan akuntansi secara seimbang. Metode penelitian ini menggunakan paradigma kritis untuk mengkritisi pembelajaran akuntasi syariah berdasarkan sumber hukum Islam. Penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa dan lulusan memiliki risiko jika Juruan Akuntansi tidak mengajarkan fiqih muamalah, serta capaian belajaran jika fiqih muamalah dimasukan sebagai bagian pem-belajaran akuntansi syariah. Peneliti menawarkan beberapa metode untuk menerapkan fiqih muamalah tersebut yaitu: (1) fiqih dan akuntansi diterapkan secara seimbang; (2) membuat dua mata kuliah seperti akutansi intermediate 1 dan 2, begitu juga dengan akuntansi syariah 1 dan 2; (3) menghapus bahasan sama yang ter-dapat dalam mata kuliah akuntansi syariah dengan akuntansi keuangan, dan (4) dosen membuat literatur mengenai fiqih muma-lah bagi mahasiswa untuk dipelajari secara mandiri
How to Cite:
Septyan, K.,& Julianto, W. (2018). Model Pembelajaran Syariah di Jurusan Akuntansi. Jurnal Pendidikan Ekonomi & Bisnis, 6 (1) 2018, 15-24.
PENDAHULUAN
Berkembangnya entitas syariah di berbagai dunia, ternyata juga diikuti dengan regulasi terkait. Tujuannya tidak lain untuk memfasilitasi operasional bisnis formal syari-ah tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, dunia pendidikan juga mulai mengimbangi agar lulusan dapat menjadi tenaga yang han-dal dan dapat bersaing saat memasuki dunia bisnis, khususnya entitas syariah yang se-dang berkembang.
Sayangnya, lulusan-lulusan perguru-an tinggi bidperguru-ang akuntperguru-ansi bperguru-anyak mengako-modasi kepentingan pasar modal, serta
han-ya tunduk dan patuh pada kepetingan
stock-holder. Tidak hanya pendidikan formal, tapi
juga pendidikan non formal di arahkan pada kebutuhan perusahaan sehingga terfokus pa-da bipa-dang-bipa-dang teknis. Temuan Clayton (2012), dan Mulawarman (2008) sampai pada kesimpulan bahwa fresh graduated’s diang-gap tidak memiliki alat yang memadai dalam membantu perusahaan menyelesaikan masa-lah-masalah efisiensi, transparansi, profes-sional, kecepatan adaptasi, kemampuan ga-gasan, serta penyajian laporan keuangan.
Dalam akuntansi syariah, teori yang paling tepat adalah syariah entreprise theory.
Teori ini merefleksikan hubungan yang
har-monis dan peduli terhadap semua
stakehold-er. Bahkan, dalam perusahaan pun dikenal
stakeholder tertinggi yaitu Tuhan.
Berdasar-kan teori tersebut akuntansi dilihat sebagai paradigma spiritualis, di mana kesadaran akan dikembalikan pada keberadaan Tuhan sebagai tempat bergantung. Menurut Triyu-wono (2013), teori tersebut lebih lengkap ka-rena mencakup aspek sosial dan
per-tanggungjawaban. Agar entreprise theory
menjadi syariah, lanjut Triyuwono, maka
Tu-han di masukkan sebagai stakeholder
tertinggi.
Adapun syariah dimaknai sebagai aturan. Jika yang dimaksud adalah aturan Islam, maka syariah akan merujuk pada sumber aturan (hukum) yaitu al Quran dan hadits. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa entitas syariah adalah entitas yang beroperasi atas dasar Alquran dan hadits. Dapat dicontohkan seperti bank syariah ada-lah bank yang bergerak atas dasar Alquran dan Hadits di mana bank syariah tidak
men-jalankan transaksi-transaksi riba karena da-lam QS 2: 275 terdapat pelarangan riba. Se-hingga bank syariah mencari alternatif lain, yaitu seperti menggunakan akad jual beli, bagi hasil, sewa dan sebagainya. Ada juga bank yang tidak menggunakan nama syari-ah, tetap menggunakan sistem bagi hasil dan tidak menggunakan bunga, lalu apakah bank ini juga akan dinamakan syariah jika bank tersebut tidak merujuk pada Alquran dan Hadits? Jawabannya tentu tidak.
Jika ditarik kembali pada mata kuliah yang memiliki ciri kesyariahan diper-tanyakan kembali apakah dasar pengadaan mata kuliah tersebut atas dasar Al Qur‟an dan hadits, maka mata kuliah tersebut akan mencapai pada makna syariah itu sendiri dan akan mengembalikan kesadaran kepada Tuhan. Sehingga metode pengajaran menjadi pengajaran berbasis ketauhidan dan dakwah. Hal ini dapat menjadi pengamalan pengajar yang sangat berharga karena sesuai beberapa sumber hukum Islam
Mulawarman (2006) menjelaskan bahwa sistem pendidikan saat ini telah lepas dari realitas masyarakat Indonesia disebab-kan sistem dan konsep pendididisebab-kan akuntansi di Indonesia di adopsi dari luar negeri. Yang belum tentu keadaan negara lain cocok dit-erapkan di Indonesia. Sebagai bukti bahwa peraturan-peraturan akuntansi di setiap negara bisa berbeda dan dibuat sesuai iklim ekonomi negara tersebut.
Seperti contoh Akuntansi Amerika Serikat telah menjadi sumber utama Indone-sia. Mulawarman (2008) menggali lebih da-lam bahwa konsep pendidikan akuntansi di Amerika Serikat merupakan hasil evolusi sistem pengembangan pendidikan yang
ter-angkum dalam American Accounting
Associ-ation’s Bedford Committee Report, perspective
on Education dari Kantor akuntan public
yang saat itu the Big 8 dimotori oleh Arthur Andersen. Padahal, ditutupnya kantor terse-but menunjukan konsep pembelajaran akuntansi yang gagal, karena masih ber-fokus pada kepentingan pasar modal dan
stockholder.
Dari berbagai macam mata kuliah yang ditawarkan dalam proses pembelajaran akuntansi, terdapat mata kuliah menarik Krisno Septyan, Wisnu Julianto / Jurnal Pendidikan Ekonomi & Bisnis, 6 (1) 2018, 15-24
yang meleburkan dinding sekulerisme yaitu akuntansi syariah. Berbeda dengan akuntan-si yang sudah dibahas sebelumnya bahwa be-lum tentu setiap negara memiliki iklim yang sama, menariknya akuntansi syariah dapat diterapkan di berbagai negara, di mana standar akuntansi syariah banyak diadopsi dari negara timur tengah yaitu Bahrain da-lam standar yang dibentuk oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic
Fi-nancial Institution (AAOIFI). Hal ini
men-jadikan hikmah bahwa sumber hukum Islam dapat diterapkan diseluruh negara.
Mengingat beragamnya standar akuntansi, berbagai macam yang dilakukan dunia pendidikan yang tidak berbasis syari-ah pun mulai memunculkan program studi syariah, mata kuliah syariah, dan lainnya terkait dengan syariah. Hal tersebut dikare-nakan kebutuhan pasar serta kredibilitas dunia pendidikan dalam memfasilitasi pasar tenaga kerja nantinya. Seperti contoh, pada program studi akuntansi yang umum (bukan program studi akuntansi syariah) telah mem-buka bahkan menjadikan akuntansi syariah sebagai mata kuliah wajib.
Namun apakah nama syariah benar-benar menjiwai makna syariah itu sendiri atau hanya sekedar memenuhi kebutuhan pasar. Menurut Triyuwono (2012) akuntansi syariah merupakan mata kuliah yang meleburkan dinding sekulerisme dan me-ngembalikan kesadaran kepada Tuhan. Ber-dasarkan pendapat Triyuwono tersebut mes-tinya mata kuliah akuntansi syariah menghasilkan etika pada lulusannya, agar memliki sikap tanggung jawab serta mere-fleksikan bahwa manusia sebagai bagian
yang dipantau oleh Tuhan sebagai
stakehold-er tertinggi.
Kajian terkait pentingnya akuntansi syariah dilakukan oleh Gaffikin (1997); Triyuwono dan As‟udi (2001:27). Penelitian ini memang membahas pentingnya pengajaran syariah, tetapi tidak spesifik di perguruan tinggi. Selanjutnya Penelitian Meier Kamat (2010), lebih spesifik pada kecurangan etika akibat gagalnya pengajaran syariah dalam berbagai mata kuliah. Jika kajian-kajian sebelumnya tidak menawarkan model pembelajaran yang
tepat, maka penelitian ini berusaha mengisi celah-celah yang belum dibahas oleh peneliti sebelumnya, terutama terkait keseimbangan bahasan syariah dalam mata kuliah akuntansi.
Penelitian ini menjadi penting mengingat temuan Meier, Kamath, & he (2010), menyebutkan banyak kasus kecurangan di lapangan akibat tidak seim-bangnua bahasan syariah dalam pengajaran akuntansi. Apalagi, selama ini kritikan terus tertuju pada universitas-universitas untuk menentukan bagaimana program akuntansi menyiapkan lulusan yang siap untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan di-masa mendatang. Sehingga studi-studi ini masih menunjuk bagaimana melakukan pencegahan penggelapan dan sejenisnya yai-tu dengan cara adanya pembelajaran audit
forensic, jauh dari itu semua, yang harus
dikoreksi adalah bagaimana lulusan akuntansi dapat bertanggung jawab teruta-ma pada dirinya sendiri yaitu pada sistem perkuliahan di perguruan tinggi atau kam-pus.
Hal tersebut didukung dengan dugaan peneliti bahwa mengapa yang menjadi sampel adalah perguruan tinggi? Peneliti juga menggunakan obesrvasi dalam menguatkan dugaan, yaitu pada ranah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan cara memberikan seminar sebagai guru tamu. Peneliti memberikan materi fiqih muamalah dan akuntansi syariah dengan peserta dari dua jurusan yaitu jurusan akuntansi dan jurusan perbankan syariah. Hasilnya, adalah siswa SMK masih peduli terhadap nilai syariah dengan melihat banyaknya pertanyaan yang diajukan terutama menyangkut transaksi syariah dalam kehidupan sehari-hari dibanding bidang akuntansi.
Berdasarkan uraian di atas, maka seberapa besar pemahaman mahasiswa khu-susnya yang beragama muslim dalam mem-praktekan memilih transaksi-transaksi yang halal dan meninggalkan transaksi non halal. Hal ini tentunya dikaitkan dengan seberapa besar komposisi fiqih muamalah dalam mata kuliah akuntansi syariah. Jika akuntansi Krisno Septyan, Wisnu Julianto / Jurnal Pendidikan Ekonomi & Bisnis, 6 (1) 2018, 15-24
syariah berfokus pada penyajian, pencatatan, penjurnalan dan sebagainya terkait dengan angka-angka, maka akuntansi syariah tidak memliki nilai yang berbeda dengan akuntan-si biasa.
Lebih dari itu, lulusan tidak akan peduli apakah proses penghasilan nantinya bersumber dengan yang tidak bertentangan syariahkah atau tidak. Padahal Rasulullah
SAW bersabda: “akan datang suatu masa,
orang-orang tidak peduli dari mana harta dihasilkannya, apakah dari jalan yang halal
atau dari jalan yang haram” (HR. Bukhari)
METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitain kualitatif dengan pendekatan etnografi di mana peneliti sebagai partispan yaitu pengajar subjek. Peneliti menekankan beberapa pertentangan jiwa antara idealisme dunia pendidikan yang menggabungkan spir-itualisme dengan realitas yang terjadi di lapangan yang membuat dampak negatif ser-ta memurnikan filosofi dasar akuntnsi syari-ah dengan paradigma kritis yang memung-kinkan menuju pada paradigma spiritualis di mana tujuan akhirnya adalah mengembali-kan kesadaran kepada Tuhan (Triyuwono, 2013).
Hasil analisis tersebut berdasarkan sumber hukum utama Islam yang menjadi acuan tertinggi, kemudian didukung penelitian terdahulu dan hasil observasi. Peneliti melakukan dugaan terlebih dahulu dengan menghitung persentase bahasan fiqih muamalah dengan bahasan akuntansi pada akuntansi syariah pada Silabus beberapa perguruan tinggi yang bisa diakses dan diunduh secara umum melalui internet. Pada beberapa perguruan tinggi di Indonesia hasil di atas diperoleh jumlah bahasan menunjuk-kan bahwa rata-rata pengajaran akuntansi syariah pada jurusan akutansi umum mem-iliki komposisi bahasan akuntansi (jurnal hingga pelaporan keuangan) lebih banyak dibandingkan fiqih muamalah, yaitu 62% komposisi akuntansi dan 38% komposisi ke-Islaman (fiqih muamalah dan hal lain terkait syariah Islam).
Peneliti tidak mengambil sampel pada jurusan atau perguruan tinggi berbasis
syari-ah karena pada jurusan basis syarisyari-ah bi-asanya sudah memiliki mata kuliah pra akuntansi syariah seperti fiqih muamalah, ushul fiqih dan sebagainya terkait dengan kesyariahan sehingga metode dakwah pada mata kuliah akuntansi syariah di jurusan yang berbau syariah tidak lagi masuk men-jadi sampel penelitian ini dalam melakukan dugaan awal.
Walaupun pada jurusan akuntansi umum memiliki mata kuliah pendidikan agama Islam, mata kuliah tersebut lebih banyak berfokus pada aqidah, fiqih ibadah, dan akhlak, sedangkan teknis (yang berkai-tan dengan ekonomi atau fiqih muamalah) menunjukan presentasi yang sedikit pada mata kuliah Agama Islam. Sehingga data empiris yang diperoleh memperkuat fiqih muamalah penting diterapkan dan besaran bahasannya menjadi pertimbangan dalam mata kuliah akuntansi syariah di jurusan akuntansi umum.
Adapun observasi yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara pada perguruan tinggi yaitu Universitas Indonesia (dosen), Kalbis Institute, UPN Veteran Jakarta dan Universitas Trisakti, peneliti membuat forum diskusi (mewawancarai beberapa mahasiswa pada satu ruangan dengan melempar beberapa pertanyaan masalah keseharian untuk melihat pola pikir dampak pendidikan akuntansi pada kehidupan sehari-hari.
Untuk meminimalkan dugaan bahwa hanya akuntansi penyebab utama pola pikir mahasiswa, maka peneliti juga menanyakan latar belakang keluarga apakah agamis atau mengikuti suatu organisasi yang agamis. Peneliti tidak men-judge objek penelitian benar atau salah, hanya melihat dari sudut pandang berbeda yang menjadi latar belakang memperkuat bahan penelitian bahwa dengan dugaan pola pendidikan akuntansi mahasiswa dan lulusan akan bergantung seluruhnya pada uang yang berakibat mahasiswa nantinya tunduk patuh pada sebuah sistem kapitalis (orang kapitalis, pasar dan sebagainya). Di mana temuan ini yang menjadi dukungan bahwa fiqih mumalah menjadi penting dalam bagian pendidikan akutansi khususnya Krisno Septyan, Wisnu Julianto / Jurnal Pendidikan Ekonomi & Bisnis, 6 (1) 2018, 15-24
akuntansi syariah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Risiko dan Manfaat Fiqih Mumalah
Dengan memasukan bahasan fiqih muamalah yang seimbang pada bahasan akuntansi syariah, mahasiswa dapat secara aplikatif menerapkan ilmu yang diperoleh tanpa menunggu kelulusan dengan apa yang sudah dipelajari sehingga kesan akuntansi syariah menjadi tidak egoistik yang hanya bermanfaat bagi golongan tertentu. Jika akuntansi syariah hanya berfokus pada pelaporan keuangan, maka dapat diterapkan nanti saat lulus, itupun jika lulusan bekerja pada entitas syariah dimana saat ini jumlah lembaga keuangan syariah (fokus pada per-bankan) hanya sebesar 5%, sedangkan 95% adalah perbankan konvensional, belum lagi saingan dengan industri lain non bank. Dan jika hanya berfokus pada bank maka hanya memiliki manfaat pada golongan tertentu. Sedangkan jika fiqih muamalah memiliki komposisi yang seimbang, mahasiswa paham mengenai transaksi syariah, diterapkan pa-da kehidupan sehari-hari, pa-dan juga ber-manfaat bagi kerabat (tidak egois), hal ini akan mejadi pola dakwah bergulir yaitu dosen mengajar pada mahasiswa kemudian mahasiswa bisa mengajarkan kembali kepa-da keluarga kepa-dan kerabat dekatnya.
Hal yang sejalan juga diperkenalkan oleh (Triyuwono, 2012) bahwa sumber uta-manya adalah ketauhidan. Tiga komponen
yang menunjukan ketauhidan dalam
akuntansi syariah yaitu pengetahuan, keimanan dan tindakan sehingga secara sempurna metode pembelajaran yang selalu mengingat Tuhan dengan harapan para akuntan memiliki akhlak yang baik yang tid-ak hanya tunduk patuh pada perltid-akuan pasar modal kini bisa terlaksana dengan kepahaman dan kerelaan pihak-pihak yang menjalani transaksi. Sehingga pentingnya perbaikan akhlak dan pemahaman syariah perlu ditanamkan dalam metode pembelaja-ran akuntansi
Jika akuntansi syariah hanya ber-fokus pada pelaporan keuangan, lalu apa perbedaan antara akuntansi syariah dengan
akuntansi yang lain yang mengedepankan angka-angka sehingga lulusan akan men-gukur segala sesuatunya pada unit moneter dan melakukan sesuatu atas dasar analisis uang, dampaknya adalah uang dijadikan se-bagai tempat bergantung yaitu segala sesua-tu hanya dapat dilakukan jika ada uang.
Dari hasil observasi ditemukan bah-wa setiap ada masalah dalam kehidupan sehari-hari dari 15 mahasiswa, 14 maha-siswa menangani masalah dengan uang yai-tu hal pertama kali diingat adalah uang un-tuk menghadapi masalah sehari-hari, baik yang muslim, non muslim, berlatar belakang keluarga yang agamis ataupun tidak agamis, 14 jawaban mahasiswa menyirat uang se-bagai tempat bergantung, padahal dalam Qur‟an Surat Al Ikhlas menyatakan bahwa Allah SWT adalah tempat meminta. “Allah tempat bergantung atas segala sesuatu hal” (QS.112:2).
Dan jika menggantungkan nasib kepada Allah Swt, maka Allah Swt akan mencukupi. Sehingga proses pengajaran ber-basis ketauhidan mulai terbentuk.”..barang siapa bertawakal kepada Allah, maka Allah
akan mencukupi segala kebutuhannya”
(QS. 65:3).
Bisa saja lulusan menjadi terbatas pemikirannya dan akan menganggap bahwa manusia tidak dapat melakukan apa-apa, termasuk dalam ruang lingkup pemikiran entitas tidak dapat bergerak jika tidak ada uang. Kemungkinan lainnya adalah lulusan yang tidak bekerja pada entitas syariah na-mun lebih memilih berwirausaha agar ke-hidupan lebih sejahtera dan makmur, hal tersebut juga merupakan pemikiran yang tidak berketauhidan, karena kesejahteraan dan kemakmuran bukan didasarkan pada berwirausaha dan uang, tapi Tuhan yang memberikan kesejahteraan dan kemakmu-ran. Hal ini mengembalikan makna syariah yang merujuk pada Al Qur‟an dan Hadits.
Selain itu nilai luhur yang diperoleh tidak lagi dunia, tapi mencapai pada falah (kemenangan) karena tujuan dari ber-wirausaha, bekerja pada entitas syariah dan segala seuatu yang didasarkan pada Alquran dan hadits memiliki cita-cita yang lebih ting-Krisno Septyan, Wisnu Julianto / Jurnal Pendidikan Ekonomi & Bisnis, 6 (1) 2018, 15-24
gi yaitu surga, mahasiswa dan lulusan tidak lagi menjalakan transaksi yang hanya pada kesan mencari materi dunia, tapi lebih dari itu yaitu falah.
Dampak lainnya adalah, lulusan yang bekerja pada suatu entitas akan berangga-pan bahwa stakeholder tertinggi adalah
ma-najer dan owner, yang akan menjadikan
kar-yawan tunduk dan patuh pada perintah ata-san untuk memenuhi kebutuhan pasar bagaimanapun caranya. Padahal jika kita
menempatkan Allah sebagai stakeholder
tertinggi mengalahkan siapapun termasuk
owner dan manajer, para lulusan nantinya
akan memiliki prinsip hidup dan akan tetap
mematuhi manajer dan owner karena Allah
yang memerintahkan untuk patuh terhadap pemegang kekuasaan, hal ini tercantum da-lam QS. 4:59 yaitu setelah dianjurkan me-matuhi Allah Swt dan Rasulnya, selanjutnya
yang harus dipatuhi adalah ulul amri
(pemegang kekuasaan setempat). Dalam hal ini jika karyawan bekerja di entitas syariah maka wajib mematuhi perintah atasan, dengan demikian perilaku-perilaku pekerja akan berubah dan berprinsip syariah bukan lagi berprinsip pada pemenuhan kebutuhan pasar.
Prinsip yang akan dipegang oleh ma-hasiswa dan lulusan adalah Alquran dan Hadits sebagai sumber hukum tertinggi men-galahkan sumber hukum apa pun. Sehingga para lulusan memiliki sikap idealis yang tid-ak bisa ditawar karena kebutuhan pasar. Maka akuntansi syariah adalah matakuliah yang tidak hanya berfokus pada kebutuhan pasar tapi juga memiliki focus utama mengembalikan kesadaran kepada Tuhan.
Dengan demikian dapat disimpulkan segala tindakan dan transaksi manusia akan dilihat dan dipertanggungjawabkan kepada Allah Swt sebagai stakeholder tertinggi dan menjadikan tuhan tempat bergantung serta menyadarkan manusia bahwa rizki bukan disebabkan oleh hasil kerja keras yang dapat melupakan waktu, tetapi rizki disebabkan oleh ketaqwaan. Hal ini dijelaskan dalam Alquran Surat At-Talaq yang berbunyi
“..barang siapa bertaqwa kepada Allah, akan
Allah berikan jalan keluar. Dan akan Allah berikan rizki dari arah yang tidak
diduga-duga” (QS. 65:2-3).
Konsep seperti ini akan membuat manusia memiliki kesadaran baik saat bekerja akan bertanggungjawab pada
stake-holder tertinggi yaitu Allah dan keluarga
se-bagai tempat dan bagian yang mendukung kesuksesan hidupnya. Manusia akan bekerja tidak pulang larut demi mengejar dunia dan unit moneter karena masih ada waktu untuk keluarga dan sekitarnya. Jadi rizki bukan membicarakan tentang kuantitas lama kita bekerja, tapi berbicara mengenai kualitas iman dan taqwa.
Sayangnya dari hasil observasi peneliti, seluruh mahasiswa yang memiliki IPK tertinggi yang menjadi objek penelitian dari seluruh kampus mengatakan jika ada pilihan antar pekerjaan dengan kompensasi
besar dengan deadline pekerjaan selesai
besok pagi dibanding dengan keluarga (orang tua) yang sedang sakit kritis, mereka akan memilih pekerjaan. Peneliti tidak menyalahkan jawaban objek peneliti, namun hasil ini menunjukan jerat-jerat kapitalis (Triyuwono, 2012) sudah mulai membentuk pola pikir mahasiswa yang bisa menyebab-kan materalistis dan egoistis.
Risiko yang cukup mengkhawatirkan dan berdampak pada kesuksesan lulusan ji-ka mahasiswa tidak dibeji-kali fiqih muama-lah, lulusan akan memiliki kepuasan jika bekerja sesuai dengan passion mereka, bagi mahasiswa akuntansi maka akan cocok bekerja pada bidang finance dan accounting. Seperti contoh lulusan yang bekerja memliki
jobdesk terhadap pencatatan obligasi, atau
penerapan yang berkaitan dengan bank. Hal ini akan memiliki risiko yang signifikan ter-hadap kesuksesan mahasiswa.
Pencatatan obligasi, bunga, bank, yang memiliki unsur riba akan berpengaruh terhadap penghasilannya menjadi penghasi-lan yang tidak halal sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “Rasulullah salallahu alaihi
wasalam Mengutuk orang yang makan harta
riba, yang memberikan riba, penulis transaksi riba dan kedua saksi riba. Mereka
semuanya sama.”(HR. Muslim).
“Dosa riba terdiri dari72 pintu. Dosa
riba yang paling ringan adalah seorang
laki-laki yang menzinai ibu kandungya” (HR.
Thabrani). “Sesungguhnya 1 dirham yang didapatkan oleh seorang laki-laki dari hasil riba lebih besar dosanya di sisi Allah
da-ripada berzina 36 kali” (HR. Ibnu Abi
Dunya).
Sebagai bahan perbandingan, riba juga dikecam pada agama lain yaitu Kristen (Nasrani) dan Yahudi seperti dalam kitab
mereka mengatakan: “Dan, jikalau kamu
meminjamkan sesuatu kepada orang karena kamu berharap akan menerima sesuatu darinya, apakah jasamu? Orang-orang dosa pun meminjamkan kepada orang ber-dosa supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kamu, kasihanilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pin-jamkan dengan tidak mengharapkan bal-asan, ...” (Lukas 6:34-35)- Kristen (Nasrani) “Janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba darinya, melainkan engkau harus takut akan Allah-mu, supaya saudaramu bisa hidup diantaramu. Janganlah engkau member uangmu kepadanya dengan meminta bunga, juga makananmu janganlah kau
beri-kan dengan meminta riba” Kitab Yahudi
Levicitus (Imamat) pasal 25 ayat 36-37. Berdasarkan ayat-ayat pada kitab lain, terdapat pelarangan terhadap transaksi riba karena merupakan perbuatan yang menganiaya orang lain, baik transaksi riba itu dilakukan secara rela atau pun tidak rela. Karena pada dasarnya, kerelaan hanya ter-dapat pada jual beli, bukan kerelaan pada transaksi riba. Dikotonomi yang menjelaskan antara jual beli dengan riba dijelaskan da-lam QS. Albaqarah 2:275 di mana jual beli mengandung keberkahan dan riba mengan-dung kecaman akan kehancuran secara glob-al.
Jika kecaman dari ayat dan hadits di atas dihiraukan, maka pertanyaan beri-kutnya adalah “apa idealis teratas para ma-hasiswa sehingga Alquran dan hadits tidak begitu diindahkan?” Kebiasaan masyarakat) yang menyalahi syariah sudah menjadi bu-daya. Kekhawatiran itu sudah tertuang da-lam perkataan Rasulullah Saw yaitu: “akan datang suatu masa, orang-orang tidak peduli dari mana harta dihasilkannya, apakah dari jalan yang halal atau dari jalan yang
haram” (HR. Bukhari).
Dampak dari harta haram yang di-peroleh lulusan akan berpengaruh terhadap kesuksesannya karena Allah Swt merupakan pemberi kesuksesan baik diminta atau tidak.
“Rasulullah membacakan Al Mu’minum: 51
dilanjut dengan Al Baqara: 172, kemudian beliau menyebutkan seorang lelaki yang men-gadakan perjalanan jauh, berambut kusut dan berdebu, menadahkan tanggannya ke langin “Ya Rabb, Ya Rabb” padahal maka-nannya berasal dari yang haram, minu-mannya berasal dari yang haram, pakaiann-ya berasal dari pakaiann-yang haram dan makan dari yang haram, maka bagaimana doanya akan
dikabulkan” (HR. Muslim).
Berdasarkan hadits tersebut bias di-petik pelajaran bahwa dengan datangnya musibah-musibah yang menimpa seseorang, sesungguhnya berasal dari dosa-dosa yang mereka berbuat, salah satunya adalah mem-peroleh harta non halal. Walaupun maha-siswa tidak mengetahui hartanya bercampur dengan harta haram, akan memiliki konversi (berupa musibah). dapat juga dianalogikan harta haram adalah racun, baik kita menge-tahui atau tidak mengemenge-tahui yang akan kita minum racun, tubuh akan tetap menerima dampak dari racun tersebut. Dapat disimpul-kan musibah yang manusia peroleh berawal dari kesalahan-kesalahan yang diperbuat olehnya termasuk kesalahan dalam bentuk memperoleh harta non halal. “Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena
perbuatan tanganmu sendiri…”(QS. 42:30).
Sayangnya hasil observasi sebanyak 15 mahasiswa dari beberapa kampus hanya 1 mahasiswa yang menjawab bahwa setiap masalah yang dihadapi yang diingat pertama kali bukan uang melainkan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan. Hal-hal terkait risiko yang harus dihindari jika tidak memahami fiqih muamalah, begitu juga manfaat yang dapat diambil jika memahami fiqih muamalah di atas akan mendukung ca-paian pembelajaran jurusan. Dapat dilihat dari capaian pembelajaran pada sub point si-kap, point pertama adalah bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam proses pen-capaian ketaqwaan, manusia harus memiliki Krisno Septyan, Wisnu Julianto / Jurnal Pendidikan Ekonomi & Bisnis, 6 (1) 2018, 15-24
sifat keimanan terlebih dahulu, yang diter-angkan dalam Surat Al baqarah yang artinya:“..pentunjuk bagi mereka yang ber-taqwa. Yaitu orang-orang yang beriman
kepada yang ghaib…” (QS. 2:2-3).
Abstrak (ghaib) tidak hanya mengenai makhluk, tapi perkara-perkara yang tidak dapat dilihat seperti janji-janji Allah Swt, surga dan neraka, para nabi serta kaum-kaum terdahulu termasuk ancaman-ancaman Allah tersebut dapat dikatakn ghaib, perkara ghaib ini dapat dilihat dalam Tafsir Ibnu Katsir. Hal ghaib tersebut juga merupakan sebuah konsep pembelajaran yang ditawarkan oleh Byrne dan Flood
(2004), di mana salah satunya yaitu learning
as the abstraction of meaning. Sayangnya
konsep pembelajaran ini sedikit digunakan. Mengejutkannya lagi, hasil observasi seluruh objek penelitian tidak mengetahui ciri-ciri ta-qwa baik yang versi muslim maupun non-muslim.
Dengan demikian sebuah capaian pembelajaran tidak hanya mencantumkan kata taqwa, tapi sebagai pengajar juga harus memahai esensi dari taqwa itu sendiri. Seluruh mata kuliah tidak hanya yang bersifat agamis tapi juga kapitalis
mencantumkan point capaian pembelajaran
ini. Jika taqwa yang identik dengan keagamaan adalah mencapai suatu proses pendekatan diri kepada Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan, namun tidak mengerti hal-hal apa saja yang diperbolehkan dan dilarang. Apakah ini juga bagian dari taqwa? Sebagai contoh pembelajaran akuntansi yang identik dengan hutang dan bunga di mana hal ini diyakini dengan riba, namun mahasiswa tidak mengetahui ini sesuatu yang tidak baik, maka point taqwa tidak semestinya tercantum dalam capaian pembelajaran mata kuliah tersebut, kecuali
pengajar memberikan warning yang
diajarkan ada hal yang dibolehkan dan dilarang dalam koridor tertentu.
Implementasi Fiqih Muamalah
Penerapan fiqih muamalah dalam akuntansi syariah dapat diberi komposisi seimbang sehingga akuntansi syariah
mem-iliki nilai lebih dalam mengembalikan kesadaran kepada Tuhan. Transaksi-transaksi syariah banyak menggunakan istilah asing, contohnya murabahah, salam, istishna, mudharabah, musyarakah, ijarah
dan sebagainya. Hal ini akan memberatkan mahasiswa yang baru mendengar istilah ter-sebut langsung masuk pada proses pelaporan keuangan, walaupun pengertian di atas diba-has sekilas dan sudah terdapat pada Pern-yataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Komposisi ini juga terlihat pada Ujian Sertifikasi Akuntansi Syariah yang diadakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) di mana level pertama membahas tentang berbagai jenis transaksi dan sumber hukum Islam sebelum memasuki ujian level kedua yaitu PSAK Syariah. Namun ketika fiqih muama-lah dimasukan lebih kental, maka maha-siswa mulai menyadari substansi transaksi lebih mendalam bahkan dapat dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus menunggu bekerja yang berkaitan dengan entitas syariah. Sehingga mata kuliah akuntansi syariah memiliki multi goals (tujuan ganda) yaitu mahasiswa dapat men-jalankan berbagai transaksi yang tidak bertentangan dengan syariah agar terhindar dari harta haram dan mereka siap pakai da-lam dunia kerja jika bekerja pada entitas yang berkaitan dengan syariah.
Penerapan fiqih muamalah, sebagai
contoh, sebelum membahas akuntansi
mura-bahah (jual beli yang menyebutkan harga
pokok), mahasiswa dapat diperkenalkan ter-lebih dahulu jual beli berdasarkan perspek-tif syariah, yaitu mengenal syarat jual beli apa saja yang diperbolehkan, jenis dan pros-es jual beli apa saja yang dilarang, bpros-esar penetapan harga dalam menjalankan jual beli dan sebagainya.
Pengajar dapat memberikan pen-gaplikasian yang biasa dijumpai mahasiswa dalam aktivitas sekitarnya sehari-hari se-hingga memudahkan mahasiswa langsung menerapkan hal tersebut. Setelah membahas fiqih muamalah, baru kemudian mahasiswa memasuki ranah akuntansi, sehingga analsis mahasiswa lebih tajam dalam menghadapi Krisno Septyan, Wisnu Julianto / Jurnal Pendidikan Ekonomi & Bisnis, 6 (1) 2018, 15-24
transaksi. Terlebih pada pertemuan per-tama, pengajar dapat memotivasi pentingnya mempelajari fiqih muamalah. Hal ini sejalan dengan salah satu konsep pembelajaran yang dikenalkan oleh Byrne & Flood (2004) yaitu
learning as the abstraction of meaning.
Dengan penerapan fiqih muamalah diharap-kan aktif bagi mahasiswa meningkatdiharap-kan keimanan dan ketaqwaan.
Penerapan lain yaitu dibentuk pra mata kuliah akuntansi syariah sebagai pra syarat, misal mata kuliah fiqih muamalah, namun jika pasaran masih belum menerima, maka dapat dinamakan akuntansi syariah 1 yang membahas fiqih muamalah, lembaga-lembaga terkait entitas syariah baik formal dan non formal serta lembaga penunjang seperti Otoritas Jasa Keuangan, Lembaga Arbitrase Syariah yang menagani sengketa transaksi syariah, pasar modal syariah dan sebagainya. Sehingga akuntansi syariah 2 akan dapat fokus membahas pelaporan keu-angan entitas syariah serta kelebihan dari
si-si finance. Hal ini dapat dilakukan jika
standar-standar akuntansi syariah mulai banyak dimana tidak akan cukup lagi diba-has hanya pada satu mata kuliah. Seperti contoh akuntansi dasar, akuntansi menen-gah dan akuntansi lanjutan yang mengako-modasi standar-standar akuntansi keuangan yang sudah banyak.
Cara lainnya adalah teknis beberapa mata kuliah yang sudah dibahas dan mirip dengan akuntansi keuangan tidak dibahas lagi dalam akuntansi syariah, melainkan perbedaan yang mendasar seperti akuntansi istishna sudah pernah dibahas dalam akuntansi kontrak konstruksi, sukuk mirip
dengan obligasi dan ijarah yang mirip
dengan leasing. Pokok bahasan ini dapat dibahas hanya pada perbedaan akad, isu
finance kelebihan setiap produk akad
dibanding konvensional serta hanya perbedaan akun. Sehingga bahasan lain dapat lebih diperdalam lagi.
Temuan terakhir adalah jika fiqih muamalah tidak dimasukan, maka dosen membuat literatur untuk dibagikan kepada mahasiswa untuk belajar secara mandiri sehingga di kelas dosen dapat memberikan
tes lisan sementara untuk mereview
mahasiswa dalam menggunakan literatur yang dosen berikan. Selebihnya akuntansi dapat diterapkan lebih banyak di kelas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Fiqih muamalah merupakan inti un-tuk berbagai macam transaksi. Bagi yang tidak memahami fiqih muamalah akan memungkinkan seseorang memperoleh harta yang tidak halal yang mungkin disebabkan dari „urf (kebiasaan masyarakat). Risiko-risiko yang dihadapi bagi mahasiswa yang tidak mengerti fiqih muamalah adalah: (1) ilmu akuntansi syariah hanya dapat digunakan nanti setelah lulus, itupun jika lulusan bekerja pada entitas syariah; (2) akan bertendensi memiliki jiwa materalisitik yaitu mengukur segala sesuatu dengan uang; (3) menjadikan uang dan selain tuhan se-bagai tempat bergantung; (4) kebanggaan dalam menjalankan pekerjaan yang tidak diketahui apakah pekerjaan tersebut berten-etangan dengan syariah, dan (5)
mengang-gap stakeholder tertinggi adalah owner dan
manajer.
Sedangkan jika mahasiswa memiliki pemahaman terhadap akuntansi syariah akan memiliki manfaat: (1) penerapan ilmu langsung dapat diaplikasikan dalam ke-hidupan sehari-hari tanpa menunggu kelu-lusan (2) menjadikan Tuhan sebagai tempat bergantung hingga dapat mencapai pema-haman hakikat hamba yang sesungguhnya (3) dapat menghindari pekerjaan dan aktivi-tas yang haram (4) meyakini Tuhan sebagai
stakeholder tertinggi (5) menuju pada
keta-qwaan sebagai penunjang dalam mem-peroleh capaian pembelajaran.
Adapun implementasi dalam pengaja-ran adalah: (1) komposisi fiqih muamalah diterapkan secara seimbang dengan akuntansinya. Fiqih muamalah sebagai pengantar kemudian disusul dengan proses pelaporan keuangan; (2) membuat mata kuliah prasyarat akuntansi syariah yaitu fi-qih mumalah dan lembaga penunjang transaksi syariah dengan nama akuntansi syariah 1 dan akuntansi syariah 2, yang ber-fokus pada akuntansi dan keuangan syariah; (3) teknis beberapa mata kuliah yang sudah dibahas dan mirip dengan akuntansi keu-Krisno Septyan, Wisnu Julianto / Jurnal Pendidikan Ekonomi & Bisnis, 6 (1) 2018, 15-24
angan tidak dibahas lagi dalam akuntansi syariah, dan (4) dosen membuat literatur un-tuk dibagikan kepada mahasiswa unun-tuk belajar secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M.A., dan Gaffikin, M., 1997. The Shari‟ah, Islamic Banks and Account-ing Concepts and Practices. Paper pre-sented at Accounting, Commerce and Finance: the Islamic Perspective In-ternational Conference, University of Western Sydney, Macarthur
Byrne, M., & Flood, B. (2004). Exploring the conceptions of learning of accounting student. Accounting Education , 25-37.
Clayton, P. R. (2012). Accounting curriculum redesign: Improving CPA Exam Pass-Rates at a small university. Journal of
Business Administrasion Online ,
1-14.
Departemen Agama Republik Indonesia.
(1986). Al-Quraan dan
Terjemahanya. Jakarta: Departemen
Agama.
Mahdavikhou, M., & Khotanlou, M. (2012). New Approach to Teaching of Ethics in Accounting "Introducing Islamic Ethics into Accounting Education".
Elsevier Social and Behavioral Scienc-es , 1318-1322.
Meier, H. H., Kamath, R. R., & he, Y. (2010). Courses on Forensic and Fraud Exmanination in the Accounting Cur-riculum. Journal of Leadership,
Ac-countability and Ethic , 25-33.
Mulawarman, A. D. (2006). Pensucian
Pen-didikan Akuntansi. Merefleksikan
Do-main Pendidikan Ekonomi dan
Bisnis. Salatiga: Universitas Kristen
Satya Wacana.
Mulawarman, A. D. (2008). Pensucian Pen-didikan Akuntansi Episode Dua: Hiper View of Learning dan
Imple-mentasinya. Jurnal Telaah Ilmiah
Akuntansi , 53-66.
Tarmizi, E. (2016). Harta Haram Muamalat
Kontemporer. Bogor: Berkat Mulia
In-sani.
Triyuwono, I. (2013). [Makrifat] Metode Penelitian Kualitatif [Dan Kuanti-tatif] Untuk Pengembangan Disiplin
Akuntansi. Simposium Nasional
Akuntansi 16 (pp. 1-15). Manado:
Uni-versitas Sam Ratulangi.
Triyuwono, Iwan dan Moh. As‟udi. (2001).
Akuntansi Syari’ah:
Memformu-lasikan Konsep Laba Dalam Konteks
Metafora Zakat. Edisi Pertama.
Ja-karta: Penerbit Salemba Empat.
Triyuwono, I. (2012). Akuntansi Syariah:
Perspektif, Metodologi dan Teori.
Ja-karta: Rajawali Pers.
Watts, R. L., & Zimmerman, J. L. (1986).
Positive Accounting Theory. United
States: Pearson Education.
Wilkin, C. L., & Collier, P. A. (2009). A Prob-lem based Approach to Accounting Education: A Pragmatic Appraisal of a Technologically Enabled Solution. In-ternational Journal of Education and Development using Information and
Communication Technology
(IJEDICT) , 49-67.