1
ANALISIS PERILAKU INSTRUKSIONAL GURU DALAM
MENGELOLA PEMBELAJARAN DI KELAS AWAL
SEKOLAH DASAR
( Ditinjau Dari Teori Perkembangan Kognitif Piaget)
I G. A. Pt. Sri Darmawati, Nyoman Dantes, A.A.I.N Marhaeni
Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail:
sri.
darmawati@pasca.undiksha.ac.id, nyoman
dantes@pasca.undiksha.ac.id, ngurah marhaeni@pasca.undiksha.ac.id
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku instruksional guru ditinjau dari teori perkembangan kognitif Piaget tahap operasional konkret di kelas awal SD. Penelitian ini menggunakan desain dalam bentuk ex-post facto. Sebanyak 24 guru kelas awal SD di gugus III Kecamatan Sukasada dipilih menjadi sampel penelitian dengan teknik pengambilan sampel sensus. Data dianalisis secara induktif yakni dengan mengkaji melalui proses berlangsung dari fakta ke teori dan deskriptif dengan memaparkan, membahas, dan menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pemahaman guru terhadap pembelajaran operasional konkret di kelas awal SD dilihat dari dimensi implementasi teori Piaget terhadap perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan bahan ajar, pemilihan metode, dan penggunaan alat peraga adalah sebesar 55,32% yang berada pada kategori cukup. (2) Perilaku instruksional guru dalam mengelola pembelajaran di kelas awal SD ditinjau dari teori perkembangan kognitif Piaget tahap operasional konkret pada fase perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran masing-masing adalah sebesar 66,7%, 29,2%, dan 37,5%.
Kata kunci: perilaku instruksional guru, tahap operasinal konkret, perencanaan
pembelajaran , pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Abstract
The objective of this research is to find out WHDFKHU¶V LQVWUXFWLRQDO DWWLWXGH seen
IURP 3LDJHW¶V FRJQLWLYH GHYHORSPHQW WKHRU\ of concrete operational phase in the early elementary classes. This research used ex-post facto design. 24 early elementary teachers of cluster III at Sukasada Subdistrict were selected to be the samples of research with census sampling technique. The data were analyzed inductively through factual process to theory and descriptive by explaining, investigating, and concluding.
7KH UHVXOWV RI WKLV UHVHDUFK VKRZ WKDW WHDFKHU¶V FRPSUHKHQVLRQ DERXW RSHUDWLRQDO
concrete learning in the early elementary classes toward learning purpose formulation, choosing learning materials, choosing method, and using visual aid is in poor category (55,32%), 2) WHDFKHU¶V LQVWUXFWLRQDO DWWLWXGH WR PDQDJH WKH early elementary classes
OHDUQLQJ ORRNV IURP 3LDJHW¶V FRJQLWLYH GHYHORSPHQW WKHRU\ RI FRQFUHWH RSHUDWLRQDO SKDVH
in learning preparation, action, and learning asessment is in 66,7%, 29,2%, and 37,5% teaching respectively.
Keywords: WHDFKHU¶V LQVWUXFWLRQDO DWWLWXGH FRQFUHWH RSHUDWLRQDO SKDVH teacing learning preparation, teaching learning process, and learning aesessment
2
PENDAHULUAN
Rendahnya mutu pendidikan di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini berdampak pada pencitraan negara luar terhadap berbagai masalah yang ada di Negara kita. Untuk menghadapi berbagai masalah pendidikan, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah diantaranya adalah penyempurnaan dan pembaharuan di bidang pendidikan diarahkan untuk menjawab tantangan pendidikan yang dihadapi. Seiring dengan berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi, kita harus memposisikan diri sebagai agen perubahan (agen of change). Departemen Pendidikan Nasional-pun melakukan berbagai penyempurnaan dan perubahan kebijakan tentang pelaksanaan pendidikan dengan mengacu pada pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 yang
mengatur pembagian kewenangan
berbagai bidang pemerintahan, yang membawa implikasi dalam kebijakan pengelolaan pendidikan dari yang bersifat sentralistik menjadi desentralistik (Suharjo, 2006;73).Demikian pula dengan perubahan. kurikulum. Pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 ternyata masih bersifat sentralistik.
Selanjutnya dewasa ini Pemerintah Republik Indonesia telah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berbasis kompetensi bagi penyelenggaraan program pendidikan di semua jenis dan jenjang pendidikan persekolahan dari jenjang sekolah dasar
hingga SMA/SMK (BNSP, 2006).
Berdasarkan kurikumlum ini, tujuan pembelajaran di sekolah adalah memberdayakan subjek didik agar menguasai kompetensi secara utuh baik yang menyangkut domain kognisi, afeksi, maupun psikomotor. Intraksional guru yang dilakukan agar bisa mengoptimalkan aspek kognisi menurut Bloom mengarah pada penekanan enam subranah meliputi
(knowledge, comperhension, application , analysa, synthesis, dan evaluation), sedangkan intruksional domain afektif yang dilakukan guru meliputi lima subranah yaitu (perception,responding,
valuing,organization, dan characterization by a value or value complex ) sedangkan domain psikomotor intruksional guru yang dikembangkan mengarah pada tujuh subranah yakni (perception, set, guided respon, mechanism, complex over respons, adaptation, dan origination)
Namun demikian, penguasaan kompetensi secara kognisi yang akan membantu subjek didik mengembangkan kompetensi intelektual dan akademis sangat urgen dikembangkan oleh guru dalam praktik pembelajaran di kelas. Perkembangan kompetensi kognisi juga sangat penting bagi anak tidak saja untuk mengembangkan perilaku yang rasional, tetapi juga penting dalam integrasinya dengan aspek-aspek: feeling dan emosi, sikap, minat, nilai-nilai, dan dalam mengembangkan kemampuan motorik dan sosial.
Potensi kognisi anak, menurut Piaget, mengalami perkembangan secara gradual dan semakin kompleks dalam empat fase: dari fase sensori motorik ke fase praoperasional, dan kemudian ke fase yang lebih tinggi, yakni berpikir operasional konkret hingga berpikir operasional formal (Gredler, 1992). Tugas guru dalam pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak adalah dengan memfasilitasi dan memberdayakan anak untuk berkembang. Guru tidak harus memberikan pengetahuan yang sudah jadi kepada anak dalam tugas belajarnya. Tugas guru adalah memfasilitasi anak
dengan berbagai masalah untuk
dipecahkan sendiri berdasarkan tingkat perkembangan anak sebelumnya (Suparno, 1997;72). Dalam realitanya, guru-guru di sekolah dasar terutama guru-guru kelas awal di kelas I sampai kelas III memang sudah sangat tampak memperhatikan tahap
3
perkembangan berpikir anak dalam proses belajar dan pembelajaran. Hal ini terutama tampak dari cara atau pendekatan berbahasa guru.
Sayangnya, dalam banyak hal guru tampaknya kurang mengenali fase-fase perkembangan kognisi anak, kurang mengenali kemampuan apa saja yang dimiliki anak pada setiap fase perkembangan kognisi, dan apa saja konsekuensinya dalam kegiatan belajar siswa dan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Begitu pula dalam proses pembelajaran, guru cenderung berpikir bahwa struktur kemampuan berpikir anak-anak bisa di tingkatkan ke level yang lebih tinggi atau lebih kompleks dengan memberikan pengetahuan yang sudah jadi yang bisa dihafalkan dan dimengerti oleh murid sesuai tahap perkembangan secara umum.
Pemahaman dan keyakinan guru seperti tersebut tentu dapat menimbulkan masalah dalam pencapaian hakikat tujuan-tujuan pembelajaran. Pembelajaran yang didasari oleh perilaku instruksional yang terbatas di kelas, secara kognisi akan lebih berorientasi pada kemampuan siswa menguasai sebanyak mungkin konten pelajaran dari pada memberdayakan dan mengoptimalkan kemampuan struktur kognisi anak untuk kepentingan beradaptasi dengan lingkungan. Akibatnya, siswa mungkin banyak memiliki pengetahuan-pengetahuan yang terpisah-pisah, tetapi pengetahuan tersebut kurang bersistem dan kurang poweful.
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah-masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Bagaimanakah pemahaman guru tentang karakteristik pembelajaran di kelas awal SD ditinjau dari teori perkembangan kognitif Piaget?
2) Bagaimanakah prilaku instruksional guru dalam mengelola pembelajaran di kelas awal SD ditinjau dari teori perkembangan kognitif Piaget tahap operasional konkret pada fase perencanaan pembelajaran di kelas tinggi semester satu di gugus III
Kecamatan Sukasada tahun ajaran 2013/2014?
3) Bagaimanakah prilaku instruksional guru dalam mengelola pembelajaran di kelas awal SD ditinjau dari teori perkembangan kognitif Piaget tahap operasional konkret pada fase pelaksanaan pembelajaran di kelas awal semester satu di gugus III Kecamatan Sukasada tahun ajaran 2013/2014?
4) Bagaimanakah prilaku instruksional guru dalam mengelola pembelajaran di kelas awal SD ditinjau dari teori perkembangan kognitif Piaget tahap operasional konkret pada fase penilaian pembelajaran di kelas awal semester satu di gugus III Kecamatan Sukasada tahun ajaran 2013/2014?
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan mixed methods. Mixed methods merupakan sebuah pendekatan dalam penelitian yang mengkombinasikan atau menghubungkan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel, dan obyektif, sebagaimana dinyatakan oleh Sugiyono (2012:404). Melalui kombinasi dua metode, maka data yang diperoleh dari penelitian akan lebih valid, karena data yang kebenarannya tidak dapat divalidasi dengan metode kuantitatif akan divalidasi dengan metode kualitatif dan sebaliknya.
Populasi dalam penelitian ini adalah 24 orang guru SD kelas awal di gugus III Kecamatan Sukasada .
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: (1) Pemahaman guru tentang karakteristik pembelajaran dikelas awal SD ditinjau dari teori perkembangan kognitif Piaget; dan (2) Penerapan teori perkembangan kognitif Piaget dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran di kelas awal. Data (1)
dikumpulkan menggunakan lembar
panduan wawancara, sedangkan data (2) diperoleh dengan menggunakan lembar observasi beserta rubrik berskala likert. Data yang didapatkan bersifat ordinal.
4
Selanjutnya data yang diperoleh akan dianalisis secara induktif yakni data tersebut akan dikaji melalui proses berlangsung dari fakta (data) ke tori dan
deskriptif dengan memaparkan dan membahas kemudian menarik kesimpulan.
PEMBAHASAN
1. Pemahaman guru tentang karakteristik pembelajaran di kelas awal SD ditinjau dari teori perkembangan kognitif Piaget.
Stelah dilakukan identifikasi keseluruhan responden, maka masa kerja responden dapat digolongkan ke dalam 7 kelompok masa kerja, masing-masing responden yang memiliki masa kerja kurang dari atau sama dengan 5 tahun, 6 sampai 10 tahun, 11 sampai 15 tahun, 16 sampai 20 tahun, 21-25 tahun, 26-30 tahun, dan 31-35 tahun. Masing-masing masa kerja tersebut dipetakan lagi ke dalam persentase untuk dimensi wawancara mengenai implementasi teori Piaget terhadap perumusan tujuan, pemilihan bahan ajar, pemilihan metode, dan media pembelajaran yang dipakai, serta penggunaan alat peraga oleh masing-masing guru dalam kelompok masa kerjanya.
a.
Jika dilihat dari implementasi teori
Piaget terhadap perumusan tujuan,
maka persentase kesesuaian jawaban
responden yang mendukung teori
perkembangan kognitif Piaget tahap
operasional konkret yang diterapkan
guru mulai dari kelompok guru dengan
masa kerja 5 tahun kebawah sampai
dengan yang memiliki masa kerja 6
tahun hingga 35 tahun secara
berturut-turut adalah 20,83%, 4,16%, 14,16%,
8,33%, %, 8,33%, 8,33% dan 25%
Kesesuaian
jawaban
responden
terhadap dimensi implementasi teori
piaget terhadap perumusan tujuan
pembelajaran jika dihubungkan dengan
pembelajaran oprasional konkret yang
dilakukan secara total adalah sebesar
79,14%, termasuk dalam katagori baik.
b.Dari segi implementasi teori Piaget
terhadap pemilihan bahan ajar yang
dilakukan
oleh
guru
mulai
dari
kelompok guru dengan masa kerja
kurang dari atau sampai 5 tahun
sampai dengan yang memiliki masa
kerja 31 sampai dengan 35 tahun
secara berturut-turut masing-masing
25%, 4,16%, dan 4,16%, 0%, 4,16%,
8,33%,
dan
20,83%.
Kesesuaian
jawaban responden terhadap dimensi
pemilihan bahan ajar jika dihubungkan
dengan
pembelajaran
operasional
konkret yang dilakukan secara total
adalah sebesar 67% yang berada pada
katagori baik, namun masih ada
beberapa guru yang perlu diperbaiki..
c.Pada dimensi implementasi teori
piaget terhadap pemilihan metode,
maka persentase kesesuaian jawaban
responden yang mendukung teori
perkembangan kognitif Piaget tahap
operasional konkret yang diterapkan
guru mulai dari kelompok guru dengan
masa kerja kurang dari atau sampai 5
tahun sampai dengan yang memiliki
masa kerja 31 sampai dengan 35 tahun
secara berturut-turut adalah 16,6%,
4.16%, 0%, dan 8,33%, 4,16, 4,16, dan
8,33%. Kesesuaian jawaban responden
terhadap dimensi cara belajar jika
dihubungkan
dengan
pembelajaran
operasional konkret yang dilakukan
secara total adalah sebesar 46%, yang
berada pada kategori baik. Pada
dimensi ini, masih banyak yang harus
diperbaiki terutama tentang pemilihan
metode yang sesuai dengan siswa
kelas awal.
d.
Pada dimensi penggunaan alat
peraga digunakan oleh guru sesuai
dengan
pembelajaran
operasional
konkret yang dilakukan oleh guru mulai
dari kelompok guru dengan masa kerja
sesuai dengan pembagian kelompok
masa kerja di atas masing-masing
teridentifikasi sebagai berikut: 4,16%,
4,16%, dan 0%, 4,16, 8,33, 4,16, dan
5
4,16. Kesesuaian jawaban responden
terhadap dimensi penggunaan alat
peraga
dihubungkan
dengan
pembelajaran oprasional konkret yang
dilakukan dengan secara total adalah
sebesar 29,13% yang berada pada
katagori kurang.
Dengan demikian,
persentase
keseluruhan
dari
pemahaman
guru
terhadap
pembelajaran konkret di sekolah dasar
pada siswa kelas awal dilihat dari
dimensi implementasi teori Piaget
terhadap
perumusan
tujuan
pembelajaran, pemilihan bahan ajar,
pemilihan metode dan penggunaan alat
peraga adalah sebesar 55,32% yang
berada pada kategori kurang.
2. Perilaku instruksional guru dalam
mengelola pembelajaran di kelas awal SD ditinjau dari teori perkembangan kognitif Piaget tahap operasional konkret pada fase perencanaan pembelajaran di kelas awal semester satu di gugus III Kecamatan Sukasada tahun ajaran 2013/2014 adalah sebesar 66,7% yang masuk pada kategori baik. Dimensi perencanaan pembelajaran mencakup:
(1) kemampuan guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai
dengan kurikulum/silabus dan
memperhatikan karakteristik pada operasional konkret. (2) kemampuan guru menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual,dan nyata, (3) kemampuan guru merancang kegiatan pembelajaran operasional konkret yg efektif, dan (4) kemampuan guru memilih sumber belajar/media pembelajaran yang nyata sesuai dengan tahap perkembangan operasional konkret. Ketercapaian keempat indikator tersebut adalah sebesar 66,7%. Itu artinya perencanaan pembelajaran operasional konkret yang dirancang oleh guru sudah memuaskan namun masih ada beberapa guru yang harus meninggalkan kebiasaan yang
kurang bagus seperti membuat
perencanaan yaitu RPP yang hanya mengkopy paste dari internet, yang mana tentunya RPP dari internet kurang sesuai dengan satuan pendidikan tempat guru
tersebut mengajar. Disamping itu ditemukan juga guru yang kurang
memahami cara memilih tema
pembelajaran yang sesuai dengan tahap oprasional konkret kelas awal, yang bersifat menyenangkan, dan ada di sekitar lingkungan dekat siswa. Yang perlu
ditekankan dalam perencanaan
pembelajaran berdasarkan hasil temuan dilapangan adalah masih kurangnya motivasi guru untuk merancang alat peraga sederhana serta kurangnya penggunaan metode yang efektif sesuai dengan perkembangan oprasional konkret.
3.
Perilaku instruksional guru dalam
mengelola pembelajaran di kelas awal
SD ditinjau dari teori perkembangan
kognitif
Piaget
tahap
operasional
konkret
pada
fase
pelaksanaan
pembelajaran di kelas awal semester
satu di gugus III Kecamatan Sukasada
tahun
ajaran
2013/2014
adalah
sebesar 29,2% yang masuk pada
kecendrungan kategori baik dan cukup.
Dimensi pelaksanaan pembelajaran
mencakup:
(1) kemampuan guru mendorong murid untuk menemukan konsep dan prinsip, (2) kemampuan guru melakukan aktivitas yang melibatkan guru dan siswa dalam tugas operasional, (3) kemampuan guru menggunakan alat bantu berup benda nyata dalam pembelajaran, dan (4) kemampuan guru memberikan penguatan. Kondisi yang tidak mendukung teori dalam fase ini adalah guru yang belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan sendiri sertaguru belum sepenuhnya memberi
penguatan-penguatan di setiap akhir pembelajaran sebagai tanda guru membenarkan apa yang sudah dikonstruk siswa sendiri selama pembelajaran berlangsung.
4. Perilaku instruksional guru dalam mengelola pembelajaran di kelas awal SD ditinjau dari teori perkembangan kognitif Piaget tahap operasional konkret pada fase penilaian pembelajaran di kelas awal semester satu di gugus III Kecamatan
6
Sukasada tahun ajaran 2013/2014 adalah sebesar 37,5% yang berada pada kategori baik. Dimensi perencanaan pembelajaran
mencakup: (1) kemampuan guru
merancang alat tes yang mengacu pda indikator untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik dari aspek kognitif, (2) menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian untuk memantau kemajuan dan hasil belajar peserta didik dalam mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertulis dalam RPP, dan (3) kemampuan guru memanfatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang
kemajuan belajarnya dan bahan
penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya. Penilaian adalah pertalian akhir dari perencanaan dan pelaksanaan. Apa yang direncanakan dan dilaksanakan itulah yang nantinya dievaluasi. Dimensi ini menduduki kategori terkecil dari dimensi yang lain tidak terlepas dari kurang optimalnya perencanaan dan pelaksanaan yang ada. Guru tidak akan mampu menggunakan alat tes yang bervariasi jika dalam pelaksanaan pembelajaran hanya didominasi oleh metode ceramah dan
penugasan. Ketika guru mampu
mengkolaborasikan metode demonstrasi dan penugasan misalnya, guru akan mampu menggunakan alat tes yang bervariasi, misalnya tes tulis untuk mengukur konsep, dan portofolio untuk mengukur keaktifan dalam kelompok, dll untuk memantau dan mengukur kemajuan belajar peserta didik. Selain itu, kemampuan guru untuk melakukan analisis penilaian dan menggunakan hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan belajarnya
dan menjadi bahan penyusunan
rancangan pembelajaran selanjutnya masih kurang dan masih harus lebih ditingkatkan lagi agar lebih baik., sehingga penilaian yang dilakukan masih belum
mencerminkan pengukuran dari
keseluruhan pembelajaran dan
pemanfaatan hasil analisis penilaian untuk tindak lanjut dan refleksi untuk perbaikan pembelajaran kedepannya.
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN
Berdasarkan atas analisis data yang telah dipaparkan pada rangkuman penelitian di atas, diperoleh temuan sebagai berikut :
1) Pemahaman guru terhadap
pembelajaran konkret di sekolah dasar dilihat dari dimensi implementasi teori Piaget dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan ajar, pemilihan metode dan penggunaan alat peraga yang digunakan adalah sebesar 55,32% yang berada pada kategori cukup.
2) Perilaku instruksional guru dalam
mengelola pembelajaran di kelas awal SD ditinjau dari teori perkembangan kognitif Piaget tahap operasional konkret pada fase perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran di kelas awal semester satu di gugus III Kecamatan Sukasada tahun ajaran 2013/2014 adalah sebesar 66,24% yang berada pada kategori cukup.
SARAN
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian yang menunjukkan bahawa pembelajaran operasional konkret di sekolah dasar sudah tergolong baik, namun masih terdapat beberapa dimensi yang tergolong cukup dan beberapa indikator pada kategori kurang serta sangat kurang, maka beberapa pihak perlu melakukan hal-hal sebagai berikut.
1. Guru
Guru perlu memahami bahwa pembelajaran yang diterapkan pada siswa sekolah dasar adalah tahap operasional konkret. Dalam tahap ini siswa dengan optimal mampu mengkonstruk pengetahuannya dengan cara melihat langsung, mengamati dan berinteraksi dengan objek yang dipelajarinya. Dengan demikian, pembelajaran akan benar-benar bermakna, melekat dan tertanam pada pemahaman siswa, bukan hanya sekedar informasi verbal yang sama sekali tidak cocok dan tidak mampu dicerna oleh siswa kelas awal yang masih pada usia yang belia.. Secara spesifik akan diuraikan sebagai berikut.
a. Tahap Perencanaan Pembelajaran 1) Guru hendaknya merancang
7
pembelajaran pada RPP dengan memperhatikan karakteristik siswa kelas awal pada tahap operasional konkret, yang belum bisa membeda-bedakan pelajaran per bidang studi
melainkan dalam bentuk
kombinasi/kolaborasi atau terpadu dan tema menjadi sentral pembelajaran. Jadi, guru sedapat mungkin merancang agar kegiatan pembelajaran nantinya dapat dikonkretkan.
2) Jika pembelajaran telah mampu direncanakan dengan berfokus pada tema, maka guru harus menyusun bahan ajar, memilih sumber belajar/media pembelajaran yang nyata dan menciptakan pembelajaran operasional konkret yang efektif dan optimal.
b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran 1) Ketika perencanaan operasional konkret telah disusun, pada tahap pelaksanaan guru harus mampu mengusahakan dan menggunakan bahan ajar atau media pembelajaran yang dekat dengan lingkungan siswa agar siswa menemukan sendiri konsep pembelajaran saat itu dengan mudah. 2) Agar siswa mampu menemukan sendiri konsep pembelajaran yang diinginkan, guru harus menciptakan aktivitas yang melibatkan guru dan siswa dalam tugas operasional.
3) Ketika siswa telah menemukan
konsep pembelajaran yang
direncanakan, guru harus memberikan penguatan kepada siswa untuk membantu pembentukan rasa percaya diri pada siswa.
c. Tahap Penilaian Pembelajaran 1) Guru harus mampu merancang alat tes yang mengacu pada indikator untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik dari aspek kognitif
2) Guru harus mampu menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian yang efektif untuk memantau kemajuan dan hasil belajar peserta didik.
3) Guru menggunakan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan belajarnya dan bahan
penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya
2. Kepala sekolah
1) Kepala sekolah sebagai
perpanjangan tangan pemerintah dengan pelaksana pendidikan di sekolah ( guru) hendaknya mengakomudir segala kebutuhan pendidikan baik itu fasilitas pendidikan melalui pemanfaatan dana BOS, maupun masalah-masalah yang sedang dihadapi guru melalui KKG. 2) Hendaknya segala program
perbaikan yang dilakukan oleh kepala sekolah ditindak lanjuti dengan evaluasi secara kontinyu dan langkah tindak lanjut berikutnya.
3. Pengawas sekolah
1) Pengawas sekolah harus mampu merancang sebuah kegiatan yang teratur untuk mengadakan sosialisasi dan penguatan kepada guru-guru SD
agar melakukan pembelajaran
operasional konkret beserta tahapan yang ditempuh baik dari cara penyajian di RPP, pelaksanaan, dan penilaian yang perlu dilakukan.
2) Secara regular pengawas harus mengaudit dokumen administrasi guru dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan memberi evaluasi kepada masing-masing guru sebagai masukan dari pembelajaran yang mereka lakukan.
4. Pemerintah
1) Pemerintah harus
memaksimalkan bacaan-bacaan praktis
untuk menunjang pembelajaran
operasional konkret di SD agar lebih tepat.
2) Pemerintah harus
menganggarkan dalam bidang
pendidikan untuk mengadakan kegiatan sosialisasi dan pelatihan pembelajaran operasional konkret di SD, dilengkapi dengan contoh pembelajaran nyata yang ideal ditepakan menggunakan konsep dan prinsip operasional konkret. 3) Pemerintah daerah harus
memberdayakan potensi-potensi dari
guru-guru muda agar mampu
mensosialisasikan pembelajaran operasional konkret yang tepat untuk
8
guru-guru yang ada disatu kabupaten dan mengoptimalkannya.
DAFTAR RUJUKAN
BSNP. 2006.
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
. Jakarta: BSNP.
Creswell,
J.W.
(1998).
Qualitative
Inquiry and Research Design:
Choosing among Five Traditions
.
New Delhi: SAGE Publications.
Dantes, Nyoman. 2011.
Metodologi
Penelitian.
Singaraja: Program
Pascasarjana Undiksha.
Depdiknas.
(2006).
Panduan
Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan
Pendidikan
Jenjang
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah
.
Jakarta:
Badan
Standar Nasional Pendiidkan.
Gredler, M. E. 1992.
Learning and
Instruction: Theory into Practice.
Secong Edition
. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.
Hamalik, Oemar. 1994.
Kurikulum dan
Pembelajaran.
Bandung: Bumi
Aksara.
Harjanto.
2006.
Perencanaan
Pengajaran.
Jakarta:
Rineka
Cipta.
Koyan, Wayan. 2012.
Telaah Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP)
Jenjang
Pendidikan
Sekolah
Dasar.
Singaraja:
Program Pascasarjana Undiksha.
--- 2008.
Manajemen Pendidikan.
Bandung: Alfabeta
--- 2011.
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan
Pembelajaran.
Singaraja:
Program Pascasarjana Undiksha.
Miles, M.B. dan Huberman, A. M.
(1992).
Analisis Data Kualitatif:
Buku Sumber tentang
Metode-metode Baru
. Tjetjep Rohendi
Rohidi (Penerjemah). Jakarta: UI
Press.
Harjanto.
2006.
Perencanaan
Pengajaran.
Jakarta:
Rineka
Cipta.
Koyan, Wayan. 2012.
Telaah Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP)
Jenjang
Pendidikan
Sekolah
Dasar.
Singaraja:
Program Pascasarjana Undiksha.
--- 2008.
Manajemen Pendidikan.
Bandung: Alfabeta
--- 2011.
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan
Pembelajaran.
Singaraja:
Program Pascasarjana Undiksha.
Miles, M.B. dan Huberman, A. M.
(1992).
Analisis Data Kualitatif:
Buku Sumber tentang
Metode-metode Baru
. Tjetjep Rohendi
Rohidi (Penerjemah). Jakarta: UI
Press.
Modgil,
Sohan.
1973.
Piagetian
Research A Handbook of Recent
Studies.
USA: NFER Publishing
Company Ltd.
Munandar,
Utami.
1992.
Mengembangkan
Bakat
dan
Kreatifitas
Anak
Sekolah.
Jakarta:
PT.
Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Mulyasa. 2006.
Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.
Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
9
NCSS. (2000).
National Standards for
Social Studies Teachers, Volume
1
. Washington, DC: National
Council for the Social Studies.
Nurkanca.
Wayan.
2001.
Perkembangan
Jasmani
dan
Kejiwaan.
Surabaya.
Usaha
Nasional.
Sadia, I W. (1996). Pengembangan
Model
Belajar
Konstruktivis
dalam Pembelajaran IPA di
Sekolah
Menengah
Pertama
(SMP):
Suatu
Studi
Pembelajaran
IPA
dalam
Pandangan
Paradigma
Konstruktivisme di SMP Negeri di
Singaraja.
Disertasi
(Tidak
dipublikasikan).
Bandung:
Program
Pascasarjana
IKIP
Bandung.
Santrock, John W. 2004.
Psikologi
Pendidikan.
Jakarta: Prenada
Media Group.
Santyasa, I.W. dan Sukadi. 2010.
Pembelajaran Inovatif. Sumber
Materi
Pembelajaran
Inovatif
dalam Kegiatan PLPG Tahun
2010. Singaraja: Undiksha.
Shaffer, D.R. (1996).
Developmental
Psychology:
Childhood
and
Adolescence
.
New
York:
Brooks/Cole
Publishing
Company.
Somantri, M. N. (2001).
Menggagas
Pembaharuan Pendidikan IPS
.
Bandung:
PT
Remaja
Posdakarya.
Stopsky, F. dan Lee, S. (1994).
Social
Studies in a Global Society
. New
York: Delmar Publishers Inc.
Suharjo, 2006,
Mengenal Pendidikan
Sekolah Dsar
, Bandung : Sinar
Baru Algesindo
Sukadi. 2009. Rekonstruksi Belajar dan
Pembelajaran PKn SD sebagai
Yadnya.
Laporan
Penelitian
Tahun
Pertama.
Singaraja:
Undiksha.
... 2010. Rekonstruksi Belajar dan
Pembelajaran PKn SD sebagai
Yadnya.
Laporan
Penelitian
Tahun
Kedua.
Singaraja:
Undiksha.
... 2011. Rekonstruksi Belajar dan
Pembelajaran PKn SD sebagai
Yadnya.
Laporan
Penelitian
Tahun
Ketiga.
Singaraja:
Undiksha.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997.
Pengembangan Kurikulum Teori
dan
Praktek.
Bandung:
PT.
Remaja Rosdakarya.
Suparno,
P.
(1996).
Filsafat
Konstruktivisme
dalam
Pendidikan.
Yogyakarta: Kanisius.
Suparno,
P.
(1997).
Filsafat
Konstruktivisme
dalam
Pendidikan
. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Suparno,
P.
(2001).
Teori
Perkembangan
Kognitif
Jean
Piaget.
Yogyakarta: Kanisius
Tilaar,H.A.R, 2002.
Paradigma Baru
Pendidikan Nasional
, Jakarta :
PT Rineka Cipta
Winataputra, Udin S. dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka
10
$GPLQ
³
Teori Kognitif Psikologi
3HUNHPEDQJDQ
-HDQ
3LDJHW´
Tersedia
pada:
http://www.psikologizone.com/teori- kognitif-psikologi-perkembangan-jean-piaget/06511234. (diakses 2
Desember 2012).
'DQWHV
1\RPDQ
³
Tinjauan
mengenai
Standar
Proses
3HPEHODMDUDQ´
7HUVHGLD SDGD
http://nyomandantes.wordpress.com
/author/profdantes/
.
(diakses
2
Desember 2012).
Fidesrinur
³$QDOLVLV
Perkembangan Kognitif Tahap
Sensomotor
Bardasar
Teori
Perkembangan
Kognitif
Jean
Piaget Pada Anak Usia Dua
7DKX 6WXGL 3DGD 5DKLO´
Admin.
³
Teori Kognitif Psikologi
3HUNHPEDQJDQ
-HDQ
3LDJHW´
Tersedia
pada:
http://www.psikologizone.com/teori- kognitif-psikologi-perkembangan-jean-piaget/06511234. (diakses 2
Desember 2012).
Tersedia
pada:
http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0 :626559/q/analisis%20perilaku%20i nstruksional%20guru%20berbasis% 20teori%20perkembangan%20kogni tif%20piaget/offset/0/limit/15.
(diakses 2 Desember 2012).
+DOPDQ
6UL
8WDPL
³7HRUL
Perkembangan Kognitif Vygotsky
GDQ
3LDJHW´
7HUVHGLD
SDGD
http://utamitamii.blogspot.com/2012/ 04/teori-perkembangan-kognitif-vygotsky.html.
(diakses
2
Desember 2012).
+XWDEDUDW -XDQGL
³7HRUL 3LDJHW´
Tersedia
pada:
http://juandihutabarat2.blogspot.com /2012/07/v-behaviorurldefaultvmlo.html.
.
(diakses 2 Desember 2012).
.DUWLND $SULODQL
³
Implikasi Teori
Kognitif
Piaget
Dalam
3HPEHODMDUDQ´
7HUVHGLD SDGD
http://aprilani-kartika.blogspot.com/2012/05/implik
asi-teori-kognitif-piaget-dalam.html
.
(diakses 2 Desember 2012).
0DNDZLPEDQJ
-HUU\
³7HRUL
Belajar
3LDJHW´
http://www.docstoc.com/docs/76896
466/Teori-Belajar-Piaget
. (diakses
2 Desember 2012).
0DXOLQD 0HOLVD
³
Tanggapan Dan
Implementasi Teori Piaget Dalam
Pendidikan
Nasional
Di
,QGRQHVLD´
7HUVHGLD
SDGD
http://mmunchanforever.blogspot.co m/2013/01/tanggapan-dan-implementasi-teori-piaget.html.
(diakses 2 Desember 2012).
5RKDGL
³7HRUL 3HUNHPEDQJDQ
.RJQLWLI 3LDJHW´ 7HUVHGLD SDGD
http://rohadiwanasaba.vv.si/2012/12/toeriteori-perkembangan-kognitif-piaget/
. (diakses 2 Desember
2012).
6HUEDVHMDUDK
³
Implikasi Teori
Kognitif
Piaget
Dalam
3HPEHODMDUDQ´
7HUVHGLD SDGD
http://serbasejarah.blogspot.com/20
11/04/implikasi-teori-kognitif-piaget-dalam.html
. (diakses 2 Desember
2012).
6HWLDZDQ 'DQLO
³3HQGLGLNDQ
Anak:
Teori
Konstruktivisme
3LDJHW´
7HUVHGLD
SDGD
Desember 2012). (diakses 2
Desember 2012).
Timbangalan,
Priska.
2012.
³SHPEHODMDUDQ
NRQYHQVLRQDO´
Tersedia
pada:
http://phisicandmatch.blogspot.com/ 2012/05/pembelajaran-konvensional.html.
(diakses
2
Desember 2012).
Wicaksono, Irwan. 2012.
³$QDOLVD
Kasus Teori Vygotsky dan Teori
Piaget dalam proses Belajar
DQDN´ 7HUVHGLD SDGD
http://irwan-wicaksono.blogspot.com/2012/04/analisa-kasus-teori-vygotsky-dan-teori.html
. (diakses 2 Desember
11