• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI DESKRIPTIF PERSONAL HYGIENE: PERAWATAN RAMBUT PADA PASIEN RAWAT INAP DI RS. ROEMANI SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI DESKRIPTIF PERSONAL HYGIENE: PERAWATAN RAMBUT PADA PASIEN RAWAT INAP DI RS. ROEMANI SEMARANG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI DESKRIPTIF PERSONAL HYGIENE: PERAWATAN

RAMBUT PADA PASIEN RAWAT INAP

DI RS. ROEMANI SEMARANG

Manuscript

OLEH :

AINI MUSTAGHFIROH G2A009009

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

(2)

STUDI DESKRIPTIF PERSONAL HYGIENE: PERAWATAN RAMBUT PADA PASIEN RAWAT INAP DI DALAM DI RS. ROEMANI SEMARANG

Aini Mustaghfiroh 1 , Dr. Tri Hartiti, SKM, M.Kep 2 , Edy Wuryanto, S.Kep. M.Kep 3 Abstrak

Salah satu bentuk personal hygiene adalah perawatan rambut, dimana perawatan rambut ini dapat menjadi suatu indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal, sress emosional fisik, penuaan, infeksi serta penyakit yang dapat mempengaruhi karakteristik rambut. Kondisi pasien yang lemah sangat membutuhkan bantuan dari perawat sebagai profesi yang ditunjuk untuk memberikan bantuan kepada pasien selama proses perawatan di rumah sakit. Tujuan penelitian untuk mengetahui mengetahui gambaran personal hygiene: perawatan rambut pada pasien rawat inap di RS. Roemani Semarang.

Desain penelitian ini menggunakan studi deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien imobilisasi rawat inap di Rumah Sakit Roemani Semarang selama 1 bulan. Jumlah pasien didasarkan pada jumlah pasien di Bulan September sebesar 42 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar frekuensi mencuci rambut yang dilakukan responden sewaktu masih di rumah sebanyak 4 kali seminggu yaitu 47,6%. Sebagian besar frekuensi mencuci rambut yang dilakukan responden sewaktu dirawat di rumah menyatakan tidak pernah yaitu 95,2%. Sebagian besar dampak perawatan rambut kepada responden sewaktu dirawat di rumah adalah tidak nyaman yaitu 95,2%. Seluruh upaya perawat dalam perawatan rambut dalam kategori kurang (100%)

Berdasarkan hal tersebut maka diharapkan kepada perawat agar dapat memberikan perawata rambut kepada pasien dengan sebaik mungkin karena perawatan rambut juga termasuk bagian dari kesejahteraan pasien.

Kata Kunci : Perawatan rambut, Upaya perawat

DESCRIPTIVE STUDY OF PERSONAL HYGIENE: HAIR CARE TO HOSPITALIZED PATIENTS IN THE ROEMANI SEMARANG HOPITAL

Abstract

One form of personal hygiene is hair care, hair care which can be an indicator of general health status, hormonal changes, physical emotional sress, aging, infections and diseases that can affect hair characteristics. Weak condition of patients who desperately need the help of a professional nurse designated to provide assistance to patients during hospitalization. Research purposes to determine description the personal hygiene: hair care ton hospitalized patients in the Roemani Semarang Hospital. Design of this study was a descriptive study. The population in this study was all immobilized patients hospitalized in the Roemani Semarang Hospital for 1 month. The number of patients is based on the number of patients in the September was 42 people. The sampling technique used was total sampling.

The results showed that most of the frequency of hair washing done by respondents while still at home 4 times a week which is 47.6%. Most of the frequency of hair washing done by respondents when treated at home has never been is 95.2%. Most of the effects of hair care to the respondent when treated at home is not comfortable is 95.2%. The whole effort of nurses in the hair care category of less (100%). Under these conditions, it was expected to nurses in order to provide hair perawata to patients as quickly as possible because the hair care is also included as part of the welfare of the patient.

(3)

PENDAHULUAN

Personal hygiene adalah perawatan diri dimana individu mempertahankan kesehatannya dan dipengaruhi oleh nilai serta keterampilan. Dalam dunia keperawatan personal hygiene merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus senantiasa terpenuhi. Personal hygiene termasuk ke dalam tindakan pencegahan primer yang spesifik, dan menjadi penting karena personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk mikroorganisme yang ada dimana-mana dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah terserang berbagai penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut, dan penyakit saluran cerna atau bahkan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu (Hidayat & Uliyah, 2005).

Personal hygiene sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan sehingga personal hygiene merupakan hal penting dan harus diperhatikan karena personal hygiene akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang (Tarwoto, 2004). Personal hygiene merupakan upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi mandi, kebersihan kulit, gigi, mulut, mata, hidung, telinga, rambut, kaki, kuku, dan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pertiwi, 2008). Pada keadaan sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan memerlukan bantuan orang lain untuk melakukannya. Kondisi sakit atau cedera akan menghambat kemampuan individu dalam melakukan personal hygiene. Hal ini tentunya berpengaruh pada tingkat kesehatan individu dimana individu akan semakin lemah dan jatuh sakit (Mubarak, 2008).

Salah satu bentuk personal hygiene adalah perawatan rambut, dimana perawatan rambut ini dapat menjadi suatu indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal, sress emosional fisik, penuaan, infeksi serta penyakit yang dapat mempengaruhi karakteristik rambut. Dampak perawatan rambut secara fisik dapat berupa penampilan dan kesejahteraan seseorang yang sering tergantung dari cara penampilan rambutnya, karena rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, dan melalui rambut

(4)

perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi. Dampak lain dari perawatan ramubut adalah secara psikososial yang berakibat pada rasa nyaman, harga diri dan gangguan interaksi sosial (Ambarwati & Sunarsih, 2011).

Kondisi pasien yang lemah sangat membutuhkan bantuan dari perawat sebagai profesi yang ditunjuk untuk memberikan bantuan kepada pasien selama proses perawatan di rumah sakit. Keperawatan dalam menjalankan pelayanan sebagai pelayanan keperawatan secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk membantu orang sakit maupun yang sehat dalam bentuk peningkatan, pengetahuan, kemampuan yang dimiliki sehingga seseorang dapat melakukan kegiatan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain. Rendahnya pengetahuan dan kemampuan pasien yang sakit dan sedang menjalani perawatan di rumah sakit dapat mengganggu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Kusnanto, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyowati dan Handayani (2012) tentang peran perawat dalam pelaksanaan personal hygiene menurut persepsi pasien imobilisasi fisik didapatkan bahwa sebanyak 77 responden (54,6 %) mengatakan baik dan sebanyak 64 responden (45,4 %) mengatakan buruk. Hasil ini menunjukkan bahwa sebenarnya masih ada 45,4% pasien yang memiliki personal higiene rendah akibat dari peran perawat masih kurang dalam pelaksanaan personal hygiene pada pasien.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Damayanti (2010) yang meneliti tentang efektifitas tindakan personal hygiene terhadap tingkat kepuasan pasien imobilisasi di RS Mardi Rahayu Kudus menemukan bahwa ada perbedaan kepuasan yang signifikan sebelum dan setelah tindakan personal hygiene pada pasien imobilisasi. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan pemberian bantuan perawatan personal hygiene maka pasien dapat merasakan kepuasan dan kenyamanan selama menjalani perawatan di rumah sakit.

(5)

Studi pendahuluan yang dilakukan melalui observasi pada Bulan Maret 2013 tehadap 10 orang pasien imobilisasi di Ruang Umar dan Khatijah RS. Roemai yang telah menjalani perawatan lebih dari 3 hari semuanya ditemukan kondisi rambut bau, nampak kusut, kotor dan ditemukan ketombe. Berdasarkan keterangan pasien hal ini terjadi karena tidak ada bantuan dari perawat untuk melakukan perawatan terhadap rambut pasien. Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 orang perawat menyebutkan bahwa perawatan rambut pada pasien dilakukan oleh perawat tidak berdasarkan SOP secara menyeluruh yang terutama untuk perawatan keseharian untuk menata dan menyisir rambut pasien yang biasanya dilakukan oleh pasien sendiri. Rendahnya personal hygiene khususnya perawatan rambut ini disebabkan rendahnya kesadaran tentang pentingnya perawatan rambut dan dianggap sebagai hal yang sepele.

METODOLOGI

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi diskriptif. Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian yang didasarkan atas satu sampel. Analisis deskriptif ini dilakukan melalui pengujian hipotesis deskriptif (Hasan,2004). Dalam pengujian ini variabel penelitian bersifat mandiri, oleh karena itu hipotesis penelitian tidak berbentuk perbandingan ataupun hubungan antar dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien imobilisasi rawat inap di Rumah Sakit Roemani Semarang selama dua minggu. Jumlah pasien didasarkan pada jumlah pasien di ditemukan sebesar 42 orang.. Teknik sampling yang digunakan adalah consequtive sampling yangberjumlah 42 orang.

(6)

HASIL PENELITIAN

Tabel 1

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan pasien imobilisasi di Rumah Sakit Roemani Semarang, September 2013 (n=42)

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Tidak bekerja Swasta Wiraswasta 15 24 3 35,7 57,1 7,1 Jumlah 42 100

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan responden penelitian adalah swasta yaitu sebanyak 24 orang (57,1%), yang tidak bekerja sebanyak 15 orang (35,7%) dan yang wiraswasta sebanyak 3 orang (7,1%).

Tabel 2

Distribusi frekuensi mencuci rambut di rumah pada pasien imobilisasi di Rumah Sakit Roemani Semarang, September 2013 (n=42)

Frekuensi mencuci rambut di rumah Frekuensi Persentase (%) Jarang Sering Selalu 5 17 20 11,9 40,5 47,6 Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar frekuensi mencuci rambut yang dilakukan responden sewaktu masih di rumah kategori selalu atau 4 kali seminggu yaitu 20 orang (47,6%), yang sering atau 3 kali seminggu 17 orang (40,5%) dan yang selalu atau 2 kali sebanyak 5 orang (11,9%).

(7)

Tabel 3

Distribusi frekuensi mencuci rambut di rumah sakit pada pasien imobilisasi di Rumah Sakit Roemani Semarang, September 2013 (n=42)

Frekuensi mencuci rambut di rumah sakit Frekuensi Persentase (%) Pernah Tidak pernah 2 40 4,8 95,2 Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar frekuensi mencuci rambut yang dilakukan responden sewaktu dirawat di rumah menyatakan tidak pernah yaitu 40 orang (95,2%), yang pernah atau 1 kali sebanyak 2 orang (4,8%).

Tabel 4

Distribusi frekuensi jenis perawatan rambut di rumah sakit pada pasien imobilisasi di Rumah Sakit Roemani Semarang, September 2013 (n=42)

Jenis perawatan rambut Frekuensi Persentase (%) Sisir rambut Cuci rambut 40 2 95,2 4,8 Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis perawatan rambut kepada responden sewaktu dirawat di rumah adalah sisir rambut yaitu 40 orang (95,2%), yang cuci rambut sebanyak 2 orang (4,8%).

Tabel 5

Distribusi frekuensi dampak perawatan rambut di rumah sakit pada pasien imobilisasi di Rumah Sakit Roemani Semarang, September 2013 (n=42)

Dampak perawatan rambut Frekuensi Persentase (%) Tidak nyaman Nyaman 40 2 95,2 4,8 Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar dampak perawatan rambut kepada responden sewaktu dirawat di rumah adalah tidak nyaman yaitu 40 orang (95,2%), yang menyatakan nyaman sebanyak 2 orang (4,8%).

(8)

Tabel 6

Distribusi frekuensi upaya perawat dalam perawatan rambut di rumah sakit pada pasien imobilisasi di Rumah Sakit Roemani Semarang, September 2013 (n=42)

Upaya perawat dalam perawatan rambut Frekuensi Persentase (%) Kurang Baik 42 0 100,0 0,0 Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa seluruh upaya perawat dalam perawatan rambut dalam kategori kurang (100%).

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa selama di rumah frekuensi mencuci rambut pasien sebagian besar sebanyak 4 kali seminggu atau selalu yaitu 47,6%. Frekuensi mencuci rambut selama di rawat di rumah sakit ditemukan bahwa sebagian besar menyatakan tidak pernah yaitu 95,2%. Hal ini terjadi karena kondisi pasien yang terkadang memang sulit untuk dilakukan mencuci rambut. Pasien sendiri terkadang merasa susah karena kondisi yang serba sulit sehingga bertahan untuk tidak mencuci rambut.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratikwo (2006) yang menemukan bahwa frekuensi perawatan rambut ditemukan yang terbanyak adalah 2 hari sekali pada lansia di Kelurahan Medono Kota Pekalongan. Kebersihan rambut ini dapat membuat responden menjadi merasa nyaman.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar jenis perawatan rambut kepada responden sewaktu dirawat di rumah adalah sisir rambut yaitu 95,2%. Hal ini terjadi karena memang hanya menyisir yang terbanyak dilakukan untuk menjaga kerapian rambut. Mencuci rambut sangat sulit dilakukan terutama

(9)

pada pasien yang imobilisasi sehingga tindakan yang dilakukan untuk menjaga kerapian rambut hanya sebatas menyisir rambut. Penelitian yang dilakukan oleh Brogi (2009) menyebutkan bahwa perawatan minimal terhadap rambut dapat dilakukan dengan menyisir dan mencuci rambut. Rambut harus bersih dan rapi dan rambut yang panjang harus diikat.

Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut sehari-sehari. Menyikat, menyisir dan bersampo adalah cara-cara dasar higienis perawatan rambut. Distribusi pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dampak perawatan rambut kepada responden sewaktu dirawat di rumah adalah tidak nyaman yaitu 95,2%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien tidak merasa nyaman dengan kondisi rambutnya. Kondisi rambut yang sudah lama tidak dicuci menjadi kusut, kusam dan kaku, hal tersebut menyebabkan pasien merasa tidak percaya diri dan tidak nyaman dengan kondisi rambutnya.

Dampak secara psikososial yang berhubungan dengan personal hygiene terutama perawatan rambut adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

Hasil penelitian menemukan bahwa seluruh upaya perawat dalam perawatan rambut dalam kategori kurang (100%). Hal ini menunjukkan bahwa perawat di Rumah Sakit Roemani tidak secara khusus memberikan upaya perawatan rambut

(10)

kepada pasien. Selama ini pasien lebih cenderung melakukan perawatan rambut sendiri terutama untuk menyisir dan merapikan rambut.

Perawat tidak pernah menawarkan kepada pasien imobilisasi untuk mencuci rambut atau sekedar memeriksa rambut. Berkaitan dengan pemeriksaan rambut yang tidak dilakukan dapat terjadi karena ada rasa sungkan atau menghormati pasien karena untuk meraba rambut dan kepala terkadang dianggap tidak sopan. Perawatan rambut terutama untuk mencuci rambut terkadang lebih banyak karena inisiatif dari pasien yang menginginkan rambutnya untuk dicuci karena sudah merasakan ketidaknyamanan terhadap kondisi rambutnya selama di rawat dirumah sakit. Penelitian yang dilakukan oleh Bimo (2011) menemukan bahwa perawat juga tidak melakukan perawatan rambut pada pasien imobilisasi. Perawat melakukan mencuci rambut pada pasien jika hanya diminta oleh pasien yang bersangkutan..

.

PENUTUP

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa frekuensi mencuci rambut pasien di rumah sebagian besar sebanyak 4 kali seminggu atau selalu yaitu 47,6%. Sedangkan frekuensi mencuci rambut selama di rawat di rumah sakit ditemukan bahwa sebagian besar menyatakan tidak pernah yaitu 95,2%.

Sebagian besar jenis perawatan rambut kepada responden sewaktu dirawat di rumah sakit adalah sisir rambut yaitu 95,2%. Sebagian besar dampak perawatan rambut kepada responden sewaktu dirawat di rumah adalah tidak nyaman yaitu 95,2%. Seluruh upaya perawat dalam perawatan rambut dalam kategori kurang (100%).

Berdasarkan hasil tersebut maka disarankan kepada rumah sakit dapat memberikan himbauan atau support lebih intensif kepada perawat dalam tindakan

(11)

perawatan rambut sesuai dengan SOP sebagai upaya meningkatkan pemenuhan rasa nyaman bagi pasien dan upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

1

Aini Mustaghfiroh : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang

2

Dr. Tri Hartiti, SKM, M.Kep: Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

3.

Edy Wuryanto, S.Kep. M.Kep.: Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

KEPUSTAKAAN

Ambarwati, E.R. & Sunarsih, T. (2011). KDPK Kebidanan : Teori dan Apilkasi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Bimo, P. (2011). Gamabran faktor motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuha personal hygiene pasien di ruang rawat inap RSUD Sumedang. Artikel.

Brogi, A. (2009). Air, Higiene dan Sanitasi. Majalah kesehatan untuk pekerja kesehatan indonesia dipublikasikan oleh aide médicale internationale Damayanti, M.D. (2010). Efektifitas tindakan personal hygiene terhadap tingkat

kepuasan pasien imobilisasi Di RS Mardi Rahayu Kudus.

Hasan, I. (2004). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta : Bumi Aksara.

Hidayat, A.A.A. dan Uliyah, M. (2005). Kebutuhan Dasar Manusia, Buku Saku Praktikum. Jakarta: EGC

Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Professional. Jakarta: EGC.

Pratikwo, S (2006). Analisis pengaruh faktor nilai hidup, kemandirian, dan dukungan keluarga terhadap perilaku sehat lansia di Kelurahan Medono Kota Pekalongan. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 1 / No. 2 / Agustus 2006.

Sugiyono. (2007). Statistik untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfa Beta

Tarwoto. (2004). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta

(12)

PERNYATAAN PERSETUJUAN MANUSCRIPT DENGAN JUDUL

STUDI DESKRIPTIF PERSONAL HYGIENE: PERAWATAN

RAMBUT PADA PASIEN RAWAT INAP

DI RS. ROEMANI SEMARANG

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan

Semarang, Oktober 2013

Pembimbing I

Dr. Tri Hartiti, SKM, M.Kep.

Pembimbing II

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran matematika realistic lebih efektif dalam peningkatan kemampuan komunikasi matematik dan kemandirian siswa SMP melalui pendekatan Realistic Mathematics Education

Jika dilihat pada gambar 9, urutan dari motif batik banyak yang bergeser, namun posisi empat tertinggi tidak banyak berubah dan masih didominasi oleh motif “Tugu

Mayoritas anggota Direksi tidak memiliki hubungan Kepengurusan sampai dengan derajat kedua dengan anggota Dekom, Anggota Direksi lain, Pemegang Saham Pengendali atau hubungan

Sudiyono (2004) menggaris bawahi bahwa manajemen mutu terpadu ( Total Quality Management ) merupakan suatu sistem nilai yang mendasarkan dan komprehensif dalam mengelola

Setelah melakukan praktikum tersebut, dapat disimpulkan bahwa larutan Lugol digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan karbohidrat dalam makanan,larutan Biuret digunakan

Ekonomi mikro merupakan ilmu yang memiliki beberapa pokok bahasan, salah satunya adalah studi mengenai Teori perilaku konsumen. Terdapat suatu alasan ketika konsumen membeli

Dari sudut bahasa pula kerajaan Sriwijaya telah menjadi pusat pengembangan

On kuitenkin mah- dollista, että bentso(a)pyreenin tavoitearvo ylittyi tiiviillä pientaloalueilla, joilla poltetaan paljon puuta tulisijoissa. Uudenmaan seuranta-alueella