• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. KONSEP PERANCANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. KONSEP PERANCANGAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

29

Universitas Kristen Petra 3. KONSEP PERANCANGAN

3.1. Sintesis

3.1.1. Tujuan Visualisasi Film Dokumenter

Cara untuk mendapatkan sebuah hasil akhir yang baik, film dokumenter perjalanan hidup RA Kartini memiliki beberapa tujuan visualisasi yang menjadi contoh untuk menentukan strategi visualisasi. Berikut tujuan visualisasi film dokumenter perjalanan hidup RA Kartini:

- Sebagai sejarah perkembangan Indonesia di jaman penjajahan belanda

- Menceritakan secara singkat tentang kehidupan dan perjuangan RA Kartini di jaman penjajahan belanda.

- Memperlihatkan nilai-nilai kehidupan dalam perjuangan emansipasi wanita - Menyampaikan makna-makna filosofis yang terdapat dalam diri RA Kartini 3.1.2. Strategi Visualisasi Film Dokumenter

Dalam film dokumenter perjalanan hidup RA Kartini, teknik dokumenter yang digunakan adalah teknik biografi dan dokudrama, dimana dalam film berisi wawancara dengan pihak yang menjadi narasumber dan memiliki visual pendukung yang digunakan tokoh utama dalam mengalami kejadian-kejadian dari sejak kecil hingga tua. Strategi visualisasi film dokumenter perjalanan hidup RA Kartini adalah sebagai berikut:

- Menunjukkan perkembangan Indonesia yang mulai menggeser keberadaan RA Kartini sebagai tokoh emansipasi wanita. Nilai-nilai yang ada dalam sejarah RA Kartini sangat perlu dimengerti kepada masyarakat karena mempunyai makna kehidupan yang layak untuk dicontoh.

- Menceritakan sejarah wanita Indonesia di jaman penjajahan Belanda yang berkedudukan dibawah laki-laki, dengan lahirnya RA Kartini yang mempunyai pemikiran yang berbeda dan pengetahuan yang luas bahwa sistem yang ada pada waktu itu sangat salah besar menurut pemikirannya.

- Menjelaskan setiap nilai kehidupan dalam perjuangan dan pemikirannya untuk membuat masyarakat Indonesia lebih berkembang dalam situasi apapun.

(2)

30

Universitas Kristen Petra - Menayangkan Visualisasi detail surat-surat yang ada didalam terjemahan bahasa Indonesia sehingga masyarakat lebih memahami penjelasan makna-makna yang tersimpan di dalamnya.

3.1.3. Tujuan Pemasaran

Tujuan pemasaran adalah untuk menginformasikan pada target audience dan lingkungannya bahwa ada sebuah karya komunikasi visual film dokumenter mengenai perjalanan hidup RA Kartini. Beberapa media digunakan seperi poster, katalog, x-banner, dan tempat DVD untuk tetap mengingatkan mereka akan karya film dokumenter ini.

3.2. Konsep Kreatif

Film Dokumenter diawali dengan prolog berupa video kota Jepara sekarang, slide foto kota jepara dengan alunan musik khas Jepara dan instrumen orchestra untuk membawa penonton masuk lebih dalam dan di akhiri dengan lagu Ibu Kita Kartini. Diselingi dengan beberapa video wawancara dengan narasumber, lalu dilanjutkan dengan sejarah singkat tentang cara komunikasi RA Kartini dengan sahabat Belanda.

3.2.1. Konsep Karakter

Konsep karakter dalam penokohan drama singkat ini dibagi menjadi 3 bagian :

- Seorang wanita jawa yang mempunyai tata krama, mempunyai keinginan maju dan berkembang untuk bebas dari segala yang mengikat seperti adat istiadat yang membuat dirinya tidak bebas. Berpendirian kuat dan mempunyai wawasan yang cukup tinggi karena memiliki hobi membaca buku dan menulis.

- Seorang wanita belanda muda yang senang bergaul dengan siapa saja, mempunyai pemikiran yang dewasa dan mempunyai sifat yang baik.

- Seorang guru yang mengajarkan pada anak-anak tentang sisi perjuangan RA Kartini.

- Seorang ibu yang mempunyai hobi membaca.

- Seorang gadis perempuan jaman sekarang yang bagaimana mendapatkan hobi membaca dari ibunya.

(3)

31

Universitas Kristen Petra 3.2.2. Profile Narasumber

Survei I

1. Nama : Arie Jatmiko

Umur : 61 tahun Agama : Islam

Tanggal Lahir : 20 Juni 1953 Alamat : Jl. Mangunsarkoro 54 Pekerjaan : Seniman

2. Nama : Yanti Jatmiko

Umur : 60 tahun Agama : Islam

Tanggal Lahir : 21 April 1964

Pekerjaan : Pembatik, Pendiri rumah batik Jepara Alamat : JL.Mangunsarkoro 54

3. Nama : Riza Khaerul Anwar

Umur : 30 tahun Agama : Islam

Tanggal Lahir : 5 Juli 1984

Pekerjaan : Pemandu Museum RA Kartini Jepara. Alamat : JL. Demakan, Jepara.

4. Nama : Winda

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai kantor pariwisata dan kebudayaan kabupaten Jepara

5. Nama : Agus B Lelono

Agama : Islam

Pekerjaan : Kepala Kecamatan Mayong, Jepara Masa Jabatan : 7 November 2012 - 7 November 2017

(4)

32

Universitas Kristen Petra

6. Nama : Eriana Damayanti

Agama : Islam

Pekerjaan : Staff dan Pemandu Museum RA Kartini Rembang Masa Jabatan : Mulai dari tahun 2010

7. Nama : Mohammad Sahid

Jabatan : Juru kunci makam RA Kartini Masa jabatan : mulai tahun 1979 Survei II

1. Nama : Sugandi

Umur : 73 tahun Agama : Buddha

Tanggal Lahir : 3 Mei 1940

Alamat : Jl. Gang Pinggir, Welahan, Jepara Pekerjaan : Penasihat tua Kelenteng Welahan

2. Nama : Slamet Tjondro Santoso

Umur : 60 tahun Agama : Kristen

Tanggal Lahir : 30 Juli 1954

Alamat : Dukuh Kedungpenjalin, Desa Karanggondang Kecamatan Mlonggo RT 01/RW 01

Pekerjaan : Ketua umum majelis Gereja Injili di Tanah Jawa Kedung Penjalin

3. Nama : Drs. Hadi Priyanto Umur : 55 tahun

Agama : Kristen

Tanggal Lahir : 22 Februari 1959

Pekerjaan : Kabag Humas Sekda Jepara dan penulis buku “Kartini Pembaharu Peradaban”.

(5)

33

Universitas Kristen Petra 4. Nama : M. Afif Isyarobbi

Umur :31 tahun Agama : Islam

Tanggal Lahir : 26 Mei 1983

Pekerjaan : Seniman, pendiri QIMO, penggagas komunitas Rumah Kartini

Alamat : JL.KH.Moliki 02, Pengkol, Mbelik, Japara 3.2.3. Tujuan Kreatif

Memperlihatkan peran dan cita-cita RA Kartini adanya perancangan film dokumenter perjalanan hidup RA Kartini bertujuan untuk membawa sejarah bangsa Indonesia untuk lebih dikenal masyarakat supaya dengan ini semua dapat diambil sisi positif untuk membuat bangsa Indonesia lebih baik lagi dari sebelumnya. Dengan cara menyajikan narasumber yang dapat dipercaya, disertakan bentuk gambar atau foto yang telah mendapatkan ijin, dan di eksplorasi ulang sesuai dengan apa yang terjadi waktu itu.

3.2.3.1 Target Audience

Berita terakhir terdengar adanya ketidaksetaraan wanita dan laki-laki belakangan ini. Dalam dunia pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. Pada permasalahan ini penulis merancangakan sebuah gambaran umum tentang pentingnya emansipasi wanita yang telah dipelopori oleh RA Kartini. Maka, dengan ini penulis merancangkan sebuah film dokumenter perjalanan hidup RA Kartini untuk mengulas kembali kisah hidupnya. Bagaimana seorang RA Kartini dapat mempunyai pemikiran yang berbeda saat itu sebagai seorang perempuan yang terikat dengan sebuah tradisi. Maka, target audience disini yang utama adalah untuk kalangan perempuan berumur 16-35 tahun.

3.2.3.2.Isi Cerita Film Dokumenter

Riza Khaerul Anwar menerangkan bahwa saat ini kota Jepara yang aman, tenang, dan hening mempunyai banyak keunggulan di beberapa bidang industri, salah satunya adalah industri ukir kayu. Ini semua terbukti karena dahulu Jepara sebagai Bandar Niaga yang cukup besar saat jaman penjajahan Belanda

(6)

34

Universitas Kristen Petra merupakan salah satu pusat perdagangan terbesar di Pulau Jawa.Waktu jaman penjajahan Belanda, terdapat tradisi jawa mengenai ketidaksetaraan gender di kalangan masyarakat Jawa. Bahwa, gadis-gadis yang berumur 12 tahun dianggap siap untuk dipingit dan dijodohkan oleh orang tuanya kepada laki-laki dewasa yang belum dikenal oleh gadis yang dipingit. Tradisi pingit dan ketidaksetaraan gender menjelaskan bahwa kedudukan perempuan dan laki-laki sangat berbeda. Perempuan tidak diperkenankan belajar, menjadi yang terbelakang, buta huruf, terhimpit, terpenjara oleh feodalisme, danhanya bekerja di rumah mengurus semua pekerjaan rumah. Laki-laki yang bertanggung jawab kepada keluarganya untuk bekerja demi keluarganya (Personal Communication, 12 Maret 2014).

Arie Jatmiko menerangkan bahwa tradisi jawa saat penjajahan belanda mengatakan bahwa kedudukan orang sangat menentukan nasib hidupnya. Rakyat biasa menjadi rakyat biasa, bangsawan menjadi bangsawan. Seperti contoh, bupati di beberapa daerah harus mempunyai istri utama yang bergelar bangsawan. Raden Mas Adipati Ario Sosroningratadalah putra dari bupati Demak Ario Tjondronegoro IV. Sebelum Sosroningrat menjadi Bupati Jepara, ia tinggal di mayong dan menikah dengan MA Ngasirah dari golongan rakyat biasa. Dari pernikahannya ini lahir seorang bayi laki-laki yaitu Sosrokartono dan bayi perempuan yaitu RA Kartini (Personal Communication, 13 Maret 2014).

Hadi Priyanto mengatakan bahwa MA Ngasirah bukan dari golongan bangsawan dan hanya bisa menjadi selir, karena Sosroningrat seorang laki-laki jawa yang berketurunan bangsawan, maka Sosroningrat diwajibkan untuk menikah lagi dengan seorang gadis berketurunan bangsawanuntuk menjadi istri utama.Ada seorang putri bupati Jepara sebelum Sosroningrat bernama RA Moerjan yang lahir dari kaum bangsawan.Sosroningrat menikah kembali dengan RA Moerjan dan dijadikan istri utama. Saat ayah RA Moerjan meninggal maka kedudukan Bupati Jepara digantikan oleh Sosroningrat. Semua anak-anak, istri dan barang-barang Sosroningrat dipindahkan ke Pendopo Kabupaten Jepara karena akan menetap disana untuk memimpin kabupaten Jepara menggantikan ayah RA Moerjan. (Personal Communication, 15 April 2014).

Yanti Jatmiko menerangkan bahwa Sosroningrat adalah sosok yang pandai menulis, dapat berbahasa Belanda dengan lancar dan mempunyai pengetahuan

(7)

35

Universitas Kristen Petra yang luas. Koleksi buku-buku Sosroningrat cukup banyak. Kepintarannya ini menurun kepada anak-anaknya termasuk RA Kartini. RA Kartini adalah orang yang tidak tahan hanya berdiam diri saja. Sewaktu sekolah Belanda, RA Kartini sampai dipanggil dengan sebutan si jaran kore, karena RA Kartini yang suka melompat-lompat. Sangat jelas bahwa RA Kartini adalah keturunan dari keluarga yang cukup cerdas. Kakeknya, Ario Tjondronegoro IV, diangkat menjadi Bupati pada usia 25 tahun. Dia adalah bupati pertama yang mendidik anak-anaknya, laki-laki maupun perempuan, dengan pelajaran ala barat. Maka dari itu Sosroningrat berpikir bahwa apa yang diajarkan oleh ayahnya ini sangat baik untuk masa depannya dan juga masa depan bangsanya menjadi lebih baik lagi dari sekarang. Sosroningrat juga mengajarkan anak-anaknya supaya tidak memandang peribedaan gender antara laki-laki atau perempuan. Buktinya, Sosroningrat mencarikan sekolah untuk anak-anaknya sampai mendatangkan guru Belanda

untuk mengajarkan bahasa Belanda kepada anak-anaknya (Personal

Communication, 13 Maret 2014).

Hadi Priyanto mengatakan bahwa dari sistem pengajaran yang diberikan ayahnya kepada anak-anaknya, RA Kartini sangat suka dengan hal membaca buku-buku koleksi ayahnya. Dari situ pengetahuan RA Kartini untuk membuat dirinya lebih maju lagi mulai timbul. Dari buku bacaan yang RA Kartini baca, ada keinginan untuk sering bertanya kepada seseorang untuk mempelajari lebih dalam lagi pertanyaan yang muncul setiap hari di kepalanya. RA Kartini suka membaca majalah-majalah Belanda dan didalamnya ada sebuah iklan Belanda yang tertulis alamat redaksi majalah jika ada kritik dan saran, dan ia tertarik untuk berbagi cerita dan pengalaman dengan orang-orang Belanda. RA Kartini mencari sahabat pena melalui majalah Belanda untuk sekedar bercerita pengalaman mengenai kehidupan mereka di Belanda. RA Kartini juga suka menceritakan apa yang ia tahu tentang budaya Jawa. Ini merupakan suatu langkah yang bagus, karena dengan kita sering bertanya-tanya kepada orang maka pengetahuan kita akan bertambah dengan sendirinya. Akhirnya RA Kartini mendapat surat balasan dari Belanda, surat tersebut dari Stella Zeehandelaar (Personal Communication, 15 April 2014).

(8)

36

Universitas Kristen Petra Afif Isyarobbi mengatakan bahwa selain suka membaca dan menulis, RA Kartini juga memiliki banyak keterampilan seperti kerajinan ukir, batik, dan masih banyak lagi.Ini semua didapatkan dari guru-guru yang didatangkan ayahnya untuk mengajar kepada anak-anaknya. RA Kartini tiap hari mendapatkan pengajaran berbagai macam keterampilan, membuatnya menganggap hal ini sebagai kebiasaan. RA Kartini adalah tipe orang yang suka mencari tahu apapun itu, sehingga RA Kartini sempat berpikir untuk mengembangkan keterampilan yang ada disekitar Jepara ini. Hal itu terpikir oleh RA Kartini karena Ia melihat terdapat banyak kerajinan yang bagus-bagus di sekelilingnya tetapi tidak ada seorang pun yang mendapatkan kelebihan dari keterampilan itu. Maka, RA Kartini ingin sekali membantunya sampai-sampai ia berpikir bagaimana cara untuk membuat kerajinan yang ada di kota Jepara ini lebih dikenal di luar kota bahkan hingga ke Belanda sekalipun. (Personal Communication, 16-18 April 2014).

Arie Jatmiko mengatakan bahwa pada abad ke-18 penjajahan belanda, setiap anak bangsawan saja yang bisa bersekolah, pada masa itu hanya ada sekolah Belanda saja, jadi paling tidak bahasa yang digunakan adalah bahasa Belanda. RA Kartini merupakan sosok anak yang pandai dan cerdas. Selain dia bisa berbahasa Belanda dengan lancar, RA Kartini merupakan sosok anak yang menonjol nilainya dibandingkan dengan anak-anak Belanda yang lain. Tetapi yang namanya anak-anak, yang paling disenangi di sekolah adalah jam-jam istirahat. Saat istirahat sekolah, ada teman RA Kartini bernama Letsy menanyakan, “Mau jadi apakah kamu Ni dewasa nanti?”. RA Kartini belum mengetahui ingin menjadi apa nantinya. Rasa ingin tahu RA Kartini yang sangat besar membuat RA Kartini menananyakan hal ini ke ayahnya mengenai hal tersebut. Sosroningrat tidak bisa menjawab pertanyaan itu karena umur RA Kartini yang belum cukup untuk mengetahui hal itu. Tetapi kakak RA Kartini yang tiba-tiba mengatakan “Ya jadi Raden Ayu”. Perkataan itu muncul secara tiba-tiba dan tidak ada penjelasan lebih lanjut. RA Kartini selalu memikirkan perkataan itu hingga ia berumur 12 tahun dan siap dipingit, baru RA Kartini memahami apa itu Raden Ayu. Raden Ayu adalah sebutan untuk gadis Jawa yang berumur 12 tahun dan siap untuk dipingit nantinya, setelah menikah jabatan

(9)

37

Universitas Kristen Petra Raden Ayu dipakai oleh gadis bangsawan Jawa (Personal Communication, 13 Maret 2014).

Rasa ingin tahu lain dari RA Kartini yang besar terbukti saat mendengar masalah yang dialami Sosroningrat mengenai rakyatnya. Waktu itu, banyak rakyat Jepara menderita sakit akibat makanan yang dikonsumsi adalah batang pohon pisang, karena persediaan makan habis. Saat itu juga Sosroningrat membuat surat dan mengirimkannya langsung ke pemerintah. RA Kartini yang mengetahui hal itu dengan menguping pembicaraan ayahnya, menunjukkan bahwa RA Kartini adalah sosok yang mempunyai tingkat penasaran yang tinggi dan ringan tangan, ingin cepat membantu menyelesaikan masalah tersebut.

Arie Jatmiko mengatakan bahwa pada suatu ketika di akhir 1890-an, datanglah seorang Belanda ke Jepara. Dia telah mendengar tentang putri-putri Bupati Jepara Sosroningrat yang pintar dan cerdas. Beliau datang ke Jepara dan meminta untuk bisa dipertemukan dengan putri-putri Bupati tersebut. Mereka yang datang dari Belanda adalah Abendanon, Direktur Departemen Pengajaran Hindia Belanda, dan istrinya Rosa Abendanon. Selain itu adalah Nyonya Ovink Soer, istri dari Asisten Residen Jepara waktu itu yang ditugaskan Belanda di Jepara. Karena rumahnya sangat dekat, hanya berhadapan muka di alun-alun Jepara, RA Kartini sering pergi ke sana dan sudah menganggap beliau sebagai ibu. Ovink Nestenenk, seorang ipar dari Asisten Jepara, mengajarkan pelajaran menggambar kepada RA Kartini bersaudara (Personal Communication, 13 Maret 2014).

Hadi Priyanto mengatakan bahwa selesai masa sekolah Europeesche Lagere School di Jepara, RA Kartini berlutut di hadapan ayahnya agar diizinkan melanjutkan sekolah ke Hogere Burger School di Semarang. Tetapi, Sosroningrat tidak mengijinkannya. Di usia yang belum genap 13 tahun, RA Kartini diperintahkan ayahnya menjalani pingitan. Di dalam kamar pingitan, RA Kartini tidak bisa berbuat apa-apa selain membaca buku, menulis surat, dan hanya bisa melihat adik-adiknya yang berangkat sekolah setiap hari dari kaca. Selama pingitan, RA Kartini tidak diperbolehkan keluar dari rumah menemui orang lain, hal ini merupakan budaya Jawa waktu itu. Tetapi atas dasar RA Kartini adalah orang yang tidak bisa diam, dia terus belajar dengan membaca buku-buku

(10)

38

Universitas Kristen Petra ayahnya yang ada di lemari dalam kamar pingitannya dan aktif menulis surat kepada sahabat penanya di Belanda, serta ayah dan ibu angkat RA Kartini dari Belanda yang sangat sayang pada RA Kartini. Banyak sekali wawasan yang RA Kartini dapat dalam kamar pingitan (Personal Communication, 15 April 2014).

Slamet Tjondro Santoso mengatakan bahwa masa pingitan RA Kartini tak lama, di usianya yang ke - 16 tahun beliau sudah diperbolehkan untuk keluar dari kamar pingitan. Tempat pertama yang di kunjungi setelah masa pingitan selesai adalah GITJ Kedung Penjalin. Di sana Sosroningrat dipanggil untuk menghadiri acara pentahbisan gereja baru. Sosroningrat mengajak RA Kartini beserta adiknya

untuk menemani menghadiri acara pentahbisan tersebut (Personal

Communication, 17 April 2014) .

Yanti Jatmiko mengatakan bahwa RA Kartini banyak mendapatkan pelajaran dari sekolah Belanda, dari buku-buku yang dibacanya, dari guru-guru yang didatangkan ayahnya, serta dari surat menyurat dengan Stella sahabat pena. Setelah diperbolehkan keluar dari pingitan, RA Kartini tidak ingin berhenti sampai di sini saja, pemikiran RA Kartini sangat jauh ke depan. RA Kartini mulai berpikir untuk mendirikan sekolah agar apa yang didapatkan dan dipikirkan dapat diteruskan atau ada penerus nantinya. RA Kartini pun meminta persetujuan ayahnya untuk mengajar anak-anak perempuan Jawa khususnya Jepara untuk mengajarkan bagaimana perempuan harus bersikap. Tanggapan ini mendapatkan respon positif dari Sosroningrat (Personal Communication, 13 Maret 2014).

Setelah Soelastri menikah, maka RA Kartini menjadi kakak yang tertua di rumahnya. RA Kartini dapat dikatakan mempunyai kuasa pada adik-adiknya. Maka dengan kejadian seperti ini, membuat RA Kartini, Roekmini, dan Kardinah mempunyai kesepakatan, yang berawal dari pemikiran RA Kartini, untuk mengubah segala sesuatu lebih baik. Pergaulan dengan adik-adiknya yang selama ini kaku juga RA Kartini ubah. RA Kartini tak mau adik-adiknya berjalan berjongkok ketika melewatinya. RA Kartini juga dengan tegas melarang adik-adiknya menyembah, berbahasa krama inggil, dan melakukan segala etiket feodal lainnya. RA Kartini bahkan membiarkan Roekmini dan Kadinah memanggil dengan sebutan “kamu”.

(11)

39

Universitas Kristen Petra Hadi Priyanto mengatakan bahwa setelah RA Kartini keluar dari kamar pingitannya, selain membuat kesepakatan dengan Roekmini dan Kardinah, RA Kartini juga mulai mengembangkan kerajinan-kerajinan yang ada di daerah Jepara. Kerajinan-kerajinan Jepara tersebut mulai dari kerajinan ukir kayu, kerajinan tenun, kerajinan perak, kerajinan batik, dan memasak. RA Kartini ingin menunjukkan pada dunia bahwa kerajinan bangsanya tidak kalah dengan kerajinan luar negeri seperti Tiongkok dan Jepang. Seperti ukiran macan kurung yang digemari saat diadakan pameran di Belanda, Batavia dan semarang. Selain itu, RA Kartini juga mendirikan sekolah dan mengembangkannya. Metode pembelajaran RA Kartini sempat terdengar sampai Bandung dan Batavia. Kepintaran RA Kartini membuatnya mendapatkan beasiswa ke Belanda. Cita-cita RA Kartini yang selama ini ingin mengenyam pendidikan terwujud juga. Selang waktu itu Kardinah mendapatkan lamaran. RA Kartini sempat senang dan kemudian ia berpikir bahwa Kardinah akan menjadi Raden Ayu. RA Kartini berpikir ulang ada apa dengan jabatan Raden Ayu hingga membuat orang merasa senang dengan gelar tersebut (Personal Communication, 15 April 2014).

Van Kol adalah orang telah berjasa bagi RA Kartini dalam mendapatkan beasiswa ke Belanda. Tetapi, kepergian RA Kartini masih belum direlakan Sosroningrat karena kecintaan beliau kepada anak-anaknya. Abendanon yang tiba-tiba datang ke kediaman RA Kartini dan mengajak RA Kartini ke pantai berdua saja, membicarakan bahwa Abendanon tidak menyetujui keberangkatan Karini dan Roekmini ke Belanda. Abendanon membujuk RA Kartini untuk tetap tinggal di tanah air. Alasannya adalah supaya RA Kartini dengan ide-idenya dapat memajukan bangsa dan tetap terus berkarya pada bangsanya. Selain itu, Abendanon juga memberi pengertian bahwa ayahnya sedang sakit.

Singkat cerita, RA Kartini tidak jadi berangkat ke Belanda dan menyerahkan beasiswa itu kepada H. Agus Salim, sosok pemuda yang pada waktu itu sedang naik daun karena kepintarannya.

Setelah RA Kartini merenungkan percakapan Abendanon di pantai Bandengan, RA Kartini memberi keputusan tidak jadi berangkat. Pada umur yang ke 25 tahun, RA Kartini mendapatkan lamaran dari Djojoadiningrat Bupati Rembang. Djojoadiningrat ingin menjadikan RA Kartini istri utama karena istri

(12)

40

Universitas Kristen Petra sebelumnya meninggal dunia. Pada waktu itu, seorang bupati diwajibkan memiliki istri utama dari keturunan bangsawan supaya dapat mempertahankan gelar kebangsawanannya.

RA Kartini heran bahwa ada seorang bupati yang ingin

mempersuntingnya. RA Kartini menganggap dia bukanlah tipe ideal bagi seorang petinggi pribumi. Umur RA Kartini sudah 24 tahun, usia yang dalam pandangan orang Jawa saat itu sudah termasuk kategori “perawan tua”. Sebelum menikah dengan RA Kartini, Adipati Djojoadiningrat juga memiliki tiga garwo ampil atau selir dengan tujuh anak. Enam anak-anaknya masih kecil dan akan berada dibawah asuhan RA Kartini jika ia menerima Djojoadiningrat sebagai suaminya.

Lamaran Djojoadiningrat ini sempat membuat RA Karini tertekan dan meminta waktu tiga hari untuk berpikir. Catatan pendidikan seseorang sangat penting bagi RA Kartini. Yang paling memberatkan hati RA Kartini adalah besarnya keinginan dia membahagiakan Sosroningrat, orang yang paling disayangi. RA Kartini tahu sang ayah sangat ingin melihatnya menikah. Walaupun demikian, RAKartini tak menerima lamaran itu tanpa menawar. RA Kartini mencoba mengajukan sejumlah syarat kepada calon suaminya. RA Kartini bersedia diperistri hanya jika bupati Rembang menyetujui gagasan dan cita-citanya. RA Kartini juga meminta diperbolehkan membuka sekolah dan mengajar putri-putri pejabat Rembang, seperti yang RA Kartini lakukan di Jepara. RA Kartini juga berencana membawa seorang ahli ukir Jepara ke rumah untuk mengembangkan kerajinan-kerajinan itu secara komersial disana.

Hadi Priyanto mengatakan bahwa syarat lain yang lebih radikal adalah menyangkut upacara pernikahan, RA Kartini tak mau ada prosesi jalan jalan jongkok, berlutut dan menyembah kaki mempelai pria. Sebagai penegasan bahwa seorang istri haruslah sederajat. Semua syarat itu ternyata diterima Djojoadiningrat. RA Kartini sadar pilihannya tak hanya memupus harapan-harapan lamanya, hal ini membuat banyak sahabatnya ikut kecewa (Personal Communication, 15 April 2014).

Prosesi pernikahan RA Kartini pun berlangsung dengan aman. Djojoadiningrat memberi banyak kebebasan pada RA Kartini. Sekolah yang dicita-citakan RA Kartini boleh tetap dibuka di Rembang. RA Kartini mengajar

(13)

41

Universitas Kristen Petra sendiri putri-putri Rembang di sebuah rumah paling depan pendopo. Pengrajin ukiran kayu Jepara dibawa RA Kartini ke Rembang untuk mengembangkan kreasi-kreasi RA Kartini tentang ukiran. Selain itu, semua kerajinan yang ada di Jepara juga dibawanya semua ke Rembang supaya RA Kartini tetap mengembangkan kerajinan-kerajinan tanah air untuk menunjukkan pada bangsa lain bahwa kerajinan-kerajinannya tidak kalah dengan kerajinan bangsa lain.

Pernikahan RA Kartini belum genap setahun, hanya 10 bulan terhitung sampai 17 Sepetember 1904, yaitu di usianya yang ke 25 tahun, RA Kartini melahirkan bayi laki-laki bernama Raden Mas Soesalit pada pukul 21.30. Hari keempat setelah melahirkan, RA Kartini diperiksa kembali oleh Dokter Ravesteijn dan diminta untuk meminum obat karena ada ketegangan di perrutnyaakibat luka setelah melahirkan. Setengah jam kemudian RA Kartini menutup mata untuk selamanya.

3.2.3.3. Gaya Penulisan Narasi

Bagi penonton, yang terlihat oleh mata lebih berpengaruh kepada pikiran dan ingatan dibanding dengan yang didengar telinga. Apabila reaksi penonton terhadap gambar visual sudah terbentuk pada sebuah adegan atau peristiwa, sementara penekanan informasi diberikan lewat narasi, hal ini bisa berakibat fatal karena pemahaman penonton akan terbingungkan.

Perbandingan panjang narasi dengan rangkaian gambar visual, umumnya, adalah 2/3 dari total durasi film keseluruhan. Pada prinsipnya tidak ada peraturan mutlak mengenai berapa panjang penempatan narasi pada dokumenter. Semua tergantung pada pendekatan bentuk, gaya dan struktur bertutur. Pada saat mulai menulis narasi, yang perlu diperhatikan adalah gaya bahasa yang akan dituangkan dalam baskah editing.

Prinsipnya, narasi akan merasa lebih mudah ditempatkan setelah sekuens demi sekuens dari visual sudah tersusun. Sekuens baru ada setelah susunan gambar visual sebagai picture story terbentuk dan mampu bertutur. Jadi, fungsi narasi adalah sebagai pendukung atau pendamping gambar visual.

Terkadang ada informasi yang harus disampaikan tetapi visualisasinya tak mampu memenuhinya. Misalnya mengenai:

(14)

42

Universitas Kristen Petra

1. Where, di mana lokasi adegan

2. Who, siapa pelaku atau tokohnya

3. When, kapan kejadiannya

4. How, bagaimana proses kejadiannya

Ada beberapa yang tidak diperbolehkan dalam suatu narasi : 1. Narasi tidak boleh bersaing dengan gambar visual

2. Narasi tidak boleh mengalihkan perhatian penonton dari gambar visual 3. Narasi tidak boleh memberikan informasi yang sudah diberikan gambar

visual agar tidak terjadi informasi ganda yang membosankan.

Pada film dokumenter ini menggunakan sifat narasi objektif. Walaupun narasi menjadi benang merah penuturan, tetapi isi wawancara tidak dijadikan argumentasi dari yang disampaikan narasi. Isi narasi diutarakan seperti sebuah keterangan atau pengumuman, disertai pertanyaan-pertanyaan. Isi wawancara berperan sebagai jawaban dari yang ingini diketahui oleh isi narasi, sehingga isi narasi itu dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan mengenai kenapa dan bagaimana suatu peristiwa dapat terjadi.

3.2.3.4. Gaya Visual

Gaya Visual yang dipakai di film dokumenter ini memiliki bentuk tekstur warna tempo dulu, lebih dominan coklat, karena untuk memberi kesan visual jaman dahulu. Di kisah RA Kartini ini memberi pengertian bahwa kejadian ini telah berlangsung pada abad ke-18. Gaya ini lebih ditekankan pada visual dramanya dan pada sisi wawancara menekankan pada benda-benda objek sekitar narasumber, untuk warna yang dipakai natural.

3.2.3.5. Pembabakan

Pada film dokumenter perjalanan hidup RA Kartini, dapat dibagi tiga bagian visual. pengenalan, permasalahan dan penyelesaian. Pengenalan akan tokoh dan kejadian yang menggambarkan situasi latar belakang. Durasi dalam pengenalan tidak terlalu lama, durasi yang lama akan menyebabkan kejenuhan penonton. Pada penambahan lagu sebagai latar film, dapat menggunakan irama yang dapat mendramatisir suasana. Permasalahan untuk menggambarkan masalah mengenai kenapa film ini diangkat, apa saja faktor yang ada di dalam cerita

(15)

43

Universitas Kristen Petra RA Kartini ini. Penyelesaian memberikan gambaran bagaimana RA Kartini menyelesaikan setiap permasalahan dalam kehidupannya danuntuk mengajak penonton sekalian untuk membuat film ini menjadi inspirasi dalam menjalani hidup hari demi hari.

3.2.3.6. Teknik Pengambilan Gambar 1. Pengambilan gambar pada siang hari

Pengambilan di siang hari lebih baik dilakukan di dalam ruangan karena saat siang hari arah cahaya yang memasuki sela-sela ruangan sangat bagus, tetapi harus menghindar tatapan secara langsung ke arah cahaya. Jika membutuhkan cahaya matahari lebih bagus diambil saat pagi dan sore.

(16)

44

Universitas Kristen Petra Gambar 3.1 Posisi menatap langsung arah cahaya

Gambar 3.2 Posisi – posisi menyamping

Gambar 3.3 Posisi objek menjauhi arah cahaya 2. Pengambilan gambar pada malam hari

Pada malam hari tidak terdapat cahaya alami seperti matahari. Perlu dipertimbangkan cahaya-cahaya yang ada di sekitar lokasi. Diperhatikan besar dayanya supaya tidak mengganggu saat pengambilan gambar. Lebih baik seharusnya jika pengambilan gambar malam hari menggunakan lampu sorot atau

(17)

45

Universitas Kristen Petra juga lampu LED. Karena perkembangan jaman sudah semakin maju, lampu LED sekarang sudah banyak macamnya dan semakin terang.

4. Posisi tangan

Tangan adalah suatu penopang kamera yang bagus. Karena tangan dapat fleksibel kemanapun kita mengambil gambar. Tetapi harus dengan banyak latihan memegang kamera supaya tidak banyak goyangan. Jika gambar yang diambil banyak goyangan, gambar tersebut akan sia-sia diambil. Jika posisi tangan belum dapat stabil, lebih baik menggunakan tripod atau monopod terlebih dahulu.

3.2.4. Program Kreatif

3.2.4.1. Tema Pokok yang diangkat

Kota Jepara terkenal dengan julukan kota ukir. Kita sebagai generasi muda penerus bangsa harus menghargai apa yang telah diwariskan kepada kita. Ukiran Jepara terkenal sampai sekarang ini salah satu jasa RA Kartini. RA Kartini selain membangkitkan budaya kesenian di kota Jepara, banyak sekali yang Beliau lestarikan hingga berkembang. Sebagai pewaris berarti kita harus menerimanya dan menjaga reputasi yang telah dikembangkannya.

3.2.4.2. Pendukung Tema

Perasaan kebangsaan dan satu tanah air kita telah memudar. Sebagai warga negara yang baik, kita seharusnya bangga akan warisan budaya seni batik, seni ukir, keberagaman kuliner nusantara, dan keberagaman agama yang ditinggalkan untuk kita. Kita harus bisa tetap menjaga dan memeliharanya agar bisa diwariskan padagenerasi berikutnya supaya negara ini menjadi negara yang terus maju dan berkembang.

3.2.4.3. Pemain

1. Nama : Watyowati

Lahir : Salatiga, 13 April 1947 Agama : Kristen

Pekerjaan : Guru swasta dan negeri Peran : Guru ahli sejarah

(18)

46

Universitas Kristen Petra

2. Nama : Claudia Ineke

Lahir : Semarang, 9 Juli 1990 Agama : Kristen

Pekerjaan : Desainer dan pengusaha butik Peran : Anak dari guru ahli sejarah

3. Nama : Monica Irfanny Wongso

Lahir : Ambon, 21 May 1994 Agama : Kristen

Pekerjaan : Mahasiswa Peran : RA Kartini 4. Nama : Stien Tjiangdiono

Lahir : Ambon, 20 Maret 1994 Agama : Kristen

Pekerjaan : Mahasiswa Peran : Letsy

5. Nama : Pauline

Agama : Islam

Pekerjaan : Guru Sekolah Dasar Negri Siwalankerto III Surabaya Peran : Guru

(19)

47

Universitas Kristen Petra 3.2.4.4.Biaya Produksi

Tabel 3.1 Rincian Biaya Produksi

Jumlah BiayaTransportasi

- Travel surabaya Jepara PP Rp. 1000.000,00

- Bahan bakar keliling di kota Jepara

Rp. 500.000,00

- Parkir Rp. 10.000,00

Biaya Konsumsi

- Biaya makan 2 kali survei Rp. 1.000.000,00

- Air minum 2 kardus Rp. 72.000,00

Biaya peralatan - Kamera SLR Canon 60D Rp. 6.000.000,00 - Lensa Tamron 17-50mm Rp. 4.500.000,00 - Lampu Rp. 400.000,00 - Baterai tambahan Rp. 750.000,00 - Microphone + kabel Rp. 500.000,00 - Kostum Rp. 250.000,00 - Monopod Rp. 200.000,00 - tripod Rp. 350.000,00 - Roda Tripod Rp. 300.000,00 - Penggandaan naskah Rp. 25.000,00

Biaya Post produksi

- Hardisk 250 gb Rp. 710.000,00 - Amplop Rp. 4.000,00 Biaya Kreatif - Kertas 2 rim Rp. 62.000,00 - Tinta Refill Rp.150.000,00 Total Biaya Rp. 16.783.000,00

(20)

48

Universitas Kristen Petra 3.2.4.5. Schedulling Produksi

Gambar

Gambar 3.2 Posisi – posisi menyamping
Tabel 3.1 Rincian Biaya Produksi
Tabel 3.2 Schedulling Produksi

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan PSAK revisi ini tidak menimbulkan dampak yang signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasi Induk Perusahaan dan Anak Perusahaan untuk periode yang berakhir

Dalam kehidupan sehari-hari, di awal tahun ini tidak terlalu penting bagi kita untuk memikirkan tujuan / stasiun kita mau ke mana, yang penting adalah apakah saya hari demi

Aplikasi ini dibuat menggunakan software Unity 3D dengan ekstensi Vuforia untuk menginisialisasikan marker beserta objek 3D menjadi media Augmented Reality.

Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM), Kalimantan Utara adalah satu kawasan di Kalimantan yang terkenal dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan ini terdiri atas

Indikasi dari isoniazid adalah tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain, sedangkan kontraindikasinya adalah penyakit hati yang aktif hipersensitifitas terhadap

Dari tujuh karakteristik responden Desa Cinagara dan Desa Pasir Buncir hanya dua karakter yang akan diuji dengan menggunakan pengujian regresi linear berganda, diduga dua

Strategi yang dilakukan oleh orangtua menjelang ujian nasional yang akan dihadapi oleh anak mereka tidak terlepas dari tujuan yang akan dicapai yaitu membantu

Hasil uji statistik menggunakan Spearmank Rank dari hubungan dukungan instrumental keluarga dengan beban pada anggota keluarga yang mengalami skizofrenia di Poli