• Tidak ada hasil yang ditemukan

III-1 LAPORAN AKHIR. Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III-1 LAPORAN AKHIR. Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Dalam perkembangan pembangunan di Indonesia, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan ketentuan utama yang harus menjadi rujukan dalam penyelenggaraan pembangunan. RTRW berperan penting dalam menentukan letak/lokai kegiatan berdasarkan kaidah-kaidah penataan ruang pada suatu daerah/wilayah. Rencana tata ruang merupakan rencana pemanfaatan ruang yang disusun untuk menjaga keserasian pembangunan antar sektor dalam rangka penyusunan program-program pembangunan dalam jangka panjang.

Rencana Tata Ruang Wilayah menjadi pedoman dalam pembangunan Bidang Cipta Karya. Tujuan pembangunan Bidang Cipta Karya selaras dengan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan dengan menjaga keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1 RTRW NASIONAL

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional atau RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ketentuan Pasal 20 ayat (6) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:

 ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;  keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

 keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;  keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di

dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;

 keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

 pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;

(2)

 keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan

 pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menjadi pedoman untuk:

 penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;  penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;

 pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional;  pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar

wilayah provinsi, serta keserasian antarsektor;  penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;  penataan ruang kawasan strategis nasional; dan  penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut:

A. Sistem perkotaan nasional terdiri atas

 Pusat Kegiatan Nasional atau PKN  Pusat Kegiatan Wilayah atau PKW, dan  Pusat Kegiatan Lokal atau PKL.

Sistem PKN, PKW, dan PKL dapat berupa:  kawasan megapolitan;

 kawasan metropolitan;  kawasan perkotaan besar;  kawasan perkotaan sedang; atau  kawasan perkotaan kecil.

Selain sistem perkotaan nasional sebagaimana disebutkan di atas juga dikembangkan Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN untuk mendorong perkembangan kawasan yang bersifat strategis dalam skala nasional. Di dalam PP No. 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), ditetapkan 76 KSN yang memiliki kepentingan ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi, serta pertahanan dan keamanan. Hingga saat ini, telah ditetapkan 4 (empat) Perpres RTR KSN Perkotaan yaitu RTR Jabodetabekpunjur (Perpres 54/2008), Sarbagita (Perpres 45/2011), Mamminasata (Perpres 55/2011) dan Mebidangro (Perpres 62/2011). Masing-masing KSN tersebut memiliki karakteristik dan tantangan yang berbeda-beda. Dengan demikian kebijakan dan program spesifik yang diperlukan pada kawasan tersebut dapat direalisasikan. Dengan adanya penetapan Kawasan Strategi Nasional (KSN) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Nasional tersebut, wilayah Provinsi Bengkulu yang termasuk didalamnya adalah :

(3)

1. Kawasan Lingkungan Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat (Provinsi Jambi) (I/B/1), yang didalamnya terdapat bagian wilayah Kabupaten Lebong.

2. Kawasan Perbatasan Negara termasuk 19 pulau kecil terluar yang berhadapan dengan laut lepas (Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat) (I/E/2). Pulau yang berhadapan langsung dengan laut lepas di wilayah Propinsi Bengkulu adalah Pulau Enggano, Pulau Mega dan Pulau Tikus.

Keterangan:

I : Tahapan Pengembangan I

B/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

E/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menetapkan 4 (empat) Kota di Wilayah Propinsi Bengkulu sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu: Kota Bengkulu, Kota Manna, Kota Mukomuko dan Kota Curup. Empat kota tersebut mempunyai 2 (dua) klasifikasi pengembangan, yaitu:

 Kota Bengkulu dan Kota manna termasuk kategori II/C/1, yaitu tipikal pengembangan dalam rangka peningkatan fungsi

 Kota Curup dan Kota Mukomuko termasuk kategori II/C/2, yaitu tipikal pengembangan baru

Selengkapnya tentang Sistem Perkotaan Nasional di wilayah Propinsi Bengkulu yang ditetapkan dalam RTRWN dapat diperlihatkan seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Sistem Perkotaan Nasional di Propinsi Bengkulu Menurut RTRW Nasional

No Kabupaten/Kota PKN PKW PKSN Keterangan

1 Kota Bengkulu Kota Bengkulu II/C/1

2 Bengkulu Selatan Kota Manna II/C/1

3 Rejang Lebong Kota Curup II/C/2

4 Mukomuko Kota Mukomuko II/C/2

(4)

B. Fungsi-Fungsi Strategis Nasional Linnya

Fungsi-fungsi strategis lainnya yang ditetapkan dalam RTRW Nasional dan terdapat di Wilayah Provinsi Bengkulu adalah: 1). Kawasan Andalan 2). Jalan Bebas Hambatan 3). Pelabuhan sebagai Simpul Transportasi Laut Nasional, 4). Pusat penyebaran tersier; dan 5). Wilayah Sungan (WAS).

1). Kawasan Andalan

Berdasarkan RTRWN, wilayah Provinsi Bengkulu dibagi menjadi tiga kawasan andalan sebagaimana yang diperlihatkan seperti pada Tabel 3.2. Dalam perfektif ini, wilayah Kabupaten Muko-muko hanya sebagai penunjang, termasuk di dalam kawasan andalan laut bengkulu, karena wilayah perairan laut di Kabupaten Mukomuko cukup luas.

Tabel 3.2

Kawasan Andalan Nasional di Wilayah Provinsi Bengkulu Berdasarkan RTRWN

No Klaster Pengembangan Fungsi Kawasan

I

Kawasan Bengkulu dan Sekitarnya - (II/A/2) - (III/D/2) - (II/B/2) - (II/F/2) - (III/E/2)  Pertanian  Industri  Perkebunan  Perikanan  Pariwisata II

Kawasan Manna dan Sekitarnya - (III/A/2) - (II/B/2) - (II/F/2) - (III/E/2)  Pertanian  Perkebunan  Perikanan  Industri  Pariwisata III

Kawasan Andalan Laut Bengkulu - (II/F/2) - (II/E/2)  Perikanan  Pariwisata Keterangan: I – IV : Tahapan Pengembangan

A : Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Andalan untuk Sektor Pertanian A/1 : Pengendalian Kawasan Andalan untuk Pertanian Pangan Abadi

A/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian

B : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan B/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Perkebunan

B/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan

C : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Pertambangan C/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Pertambangan

C/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertambangan

D : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk industri pengolahan D/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan

D/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan

E : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Pariwisata E/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Pariwisata

E/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata

F : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Perikanan F/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Perikanan

(5)

2). Jalan Bebas Hambatan

Rencana pengembangan jalan bebas hambatan di wilayah Provinsi Bengkulu meliputi Rute; Lubuk Linggau – Curup – Bengkulu. Dalam persfektif ini, wilayah Kabupaten Mukomuko tidak terkait secara langsung. Namun demikian, rencana tersebut perlu juga diantisipasi berbagai implikasinya, terutama dalam hal arus pergerakan orang dan barang yang lebih efisien bagi wilayah Kabupaten Kaur. Artinya, keberadaan jalan bebas hambatan yang direncanakan tersebut, harus dilihat dalam perfektif sebagai suatu peluang yang dapat mendorong pertumbuhan wilayah.

3). Simpul Transportasi Laut Nasional

Simpul Transportasi Laut Nasional di wilayah Provinsi Bengkulu yang ditetapkan sebagai Pelabuhan Nasional adalah Pulau Baai – Bengkulu (III/3). Artinya bahwa Pulau Baai akan dikembangkan agar mempunyai peran sebagai salah satu simpul transportasi laut nasional.

4). Pusat Penyebaran Tersier

Menurut RTRWN, Bandara Fatmawati, ditetapkan fungsinya sebagai pusat penyebaran tersier. Dengan sendirinya, peran Bandara Fatmawati hanya bersifat melayani teritori terbatas, khususnya hanya wilayah Provinsi Bengkulu dan sekitarnya.

5). Kawasan Lindung Nasional

Kawasan Lindung Nasional yang terdapay di wiayah Provinsi Bengkulu meliputi:

 Cagar Alam Danau Dusun Besar Register 61 (III/B/3)

 Cagar Alam Air Ketebat Danau Tes Register 57 (II/B/3)

 Cagar Alam Teluk Klowe Register 96 (III/B/3) Keterangan:

I – IV: Tahapan Pengembangan

B : Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional B/3 : Cagar Alam dan Cagar Alam Laut

3.2 RTRW Pulau Sumatera

Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera berkedudukan sebagai penjabaran lebih lanjut dari RTRWN serta sebagai acuan bagi RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota. RTR Pulau Sumatera berperan sebagai strategi operasionalisasi untuk mewujudkan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional di Pulau Sumatera yang dapat memberikan pencapaian keterpaduan dan keserasian antar provinsi dan antar sektor. Karenanya

(6)

a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional; c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang

d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor

e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi

f. penataan ruang kawasan strategis nasional dan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Tujuan RTR Pulau Sumatera adalah untuk mengoperasionalkan RTRWN di Pulau Sumatera dengan mempertimbangkan:

a. perwujudan Pulau Sumatera sebagai Pusat Pengembangan Sumberdaya Alam yang Maju, Terintegrasi, dan Berkelanjutan

b. Perwujudan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah di Pulau Sumatera;

c. percepatan pembangunan kawasan perbatasan laut di Pulau Sumatera yang berbatasan dengan negara India, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Singapura sebagai beranda depan dan pintu gerbang internasional;

d. perwujudan pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional; e. pengembangan dan pengendalian sistem perkotaan nasional dan kawasan budidaya

berbasis ekosistem;

f. Ekosistem Pulau Sumatera untuk pembangunan berkelanjutan; dan

g. pengoptimalan pemanfaatan sumber energi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan energi di Pulau Sumatera dan Pulau Sumatera sebagai lumbung energi nasional. Untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional di Pulau Sumatera dilakukan dengan kebijakan:

a. memantapkan interaksi antar-kawasan pesisir timur, kawasan tengah, dan kawasan pesisir barat Sumatera melalui pengembangan sistem jaringan transportasi darat, laut, dan transportasi udara lintas Sumatera yang handal;

b. mendorong berfungsinya pusat-pusat permukiman perkotaan sebagai pusat pelayanan jasa koleksi dan distribusi di Pulau Sumatera;

c. mengembangkan akses bagi daerah terisolir dan pulau-pulau kecil di pesisir barat dan timur Pulau Sumatera sebagai sentra produksi perikanan, pariwisata, minyak dan gas bumi kepusat kegiatan industri pengolahan serta pusat pemasaran lintas pulau dan lintas negara;

d. arah pembangunan kehutanan Pulau Sumatera dalam rangka mewujudkan kawasan berfungsi lindung sekurang-kurangnya 30% dari luas Pulau Sumatera sesuai dengan kondisi ekosistemnya;

(7)

e. mengembangkan komoditas unggulan wilayah yang memiliki daya saing tinggi melalui kerjasama lintas sektor dan lintas wilayah dalam pengelolaan dan pemasarannya dalam rangka mendorong kemandirian akses menuju pasar global termasuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara tetangga;

f. menghindari konflik pemanfaatan ruang pada kawasan perbatasan lintas wilayah meliputi lintas wilayah provinsi maupun lintas wilayah kabupaten/kota;

g. memantapkan keterkaitan antara kawasan andalan, kawasan budidaya lainnya, berikut kota-kota pusat-pusat kegiatan didalamnya dengan kawasan-kawasan dan pusat-pusat pertumbuhan antar pulau di wilayah nasional, serta dengan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan sub-regional ASEAN, Asia Pasifik dan kawasan internasional lainnya; h. mendorong pemanfaatan sumber energi yang tersedia secara berkelanjutan yang

didukung dengan pengembangan sumber energi alternatif;

i. mengarahkan pembangunan pembangkit listrik pada lokasi yang memiliki sumber daya mineral untuk memenuhi kebutuhan energi di wilayah Pulau Sumatera;

j. mendorong pemanfaatan kawasan perbatasan laut antara Indonesia dengan negara tetangga serta dengan laut lepas.

Adapun strategi pengembangan Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera adalah sebagai berikut:

A. Strategi Operasionalisasi Sistem Perkotaan Nasional

Strategi operasionalisasi sistem perkotaan nasional adalah sebagai berikut:

a) mendorong pengembangan kota Lhokseumawe, kawasan perkotaan Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro), Padang, Pekanbaru, Dumai, Batam, Jambi, Palembang, dan Bandar Lampung sebagai PKN;

b) mendorong percepatan pengembangan kota PKW Banda Aceh, Bengkulu, dan Pangkal Pinang sebagai embrio PKN,

Mendorong pengembangan kota-kota PKW: Sabang, Langsa, Takengon, Meulaboh, Tebing tinggi, Sidikalang, Pematang Siantar, Balige, Rantau Prapat, Kisaran, Gunung Sitoli, Padang Sidempuan, Sibolga, Pariaman, Sawahlunto, Muarasiberut, Bukittinggi, Solok, Bangkinang, Taluk Kuantan, Bengkalis, Bagan Siapi-api, Tembilahan, Rengat, Pangkalan Kerinci, Pasir Pangarayan, Siak Sri Indrapura, Tanjung Pinang, Terempa, Daik Lingga, Dabo-Pulau Singkep, Tanjung Balai Karimun, Kuala Tungkal, Sarolangun, Muarabungo, Muara Bulian, Muara Enim, Kayuagung, Baturaja, Prabumulih, Lubuk Linggau, Sekayu, Lahat, Manna, Muko-Muko, Curup, Muntok, Tanjungpandan, Manggar, Metro, Kalianda, Liwa, Menggala, Kotabumi, dan Kota Agung.

Perwujudan sistem perkotaan nasional di Pulau Sumatera dilakukan dengan mendorong pengembangan kota Sabang, Dumai, Batam, dan Ranai sebagai PKSN.

(8)

B. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Jalan

Pengembangan sistem jaringan jalan di Pulau Sumatera diarahkan sebagai berikut: 1. peningkatan jaringan jalan Lintas Timur dengan prioritas tinggi yang

menghubungkan kota Bakauheni – Ketapang – Labuhan Maringgai - Sukadana – Menggala – Mesuji - Kayu Agung - Palembang – Pangkalan Balai – Betung - Jambi – Rengat – Pekanbaru – Dumai – Rantau Prapat – Kisaran – Tebing Tinggi – Lubuk Pakam – Medan – Binjai – Langsa – Lhokseumawe – Banda Aceh; 2. peningkatan jaringan Jalan Lintas Tengah dengan prioritas sedang yang

menghubungkan kota Bakauheni – Kalianda - Bandar Lampung – Bandar Jaya - Kota Bumi - Bukit Kemuning – Blambangan Umpu – Baturaja – Muara Enim – Lahat - Lubuk Linggau – Muara Bungo – Solok – Bukittinggi – Kotanopan – Panyabungan - Padang Sidempuan – Tarutung – Sidikalang – Kutacane – Blang Kejeren - Takengon – Geumpang – Keumala - Jantho - Seulimeum - Banda Aceh;

3. peningkatan dan pembangunan jaringan Jalan Lintas Barat dengan prioritas sedang yang menghubungkan kota Bandar Lampung – Pringsewu - Kota Agung – Krui - Manna – Bengkulu – Painan – Padang – Pariaman – Simpang Empat – Natal – Batumumdom - Sibolga – Barus - Subulussalam - Tapaktuan – Meulaboh – Banda Aceh;

4. peningkatan dan pembangunan jaringan jalan pengumpan yang menghubungkan Lintas Barat, Lintas Tengah dan/atau Lintas Timur dengan prioritas tinggi yang menghubungkan kota Simpang Peut – Jeuram – Beutong Ateuh – Takengon - Bireun; Babah Ron – Trangon - Blang Kejeren – Pinding – Lokop – Peurelak; Jantho – Lamno; Singkil – Sidikalang – Kabanjahe – Medan; Sibolga – Tarutung – Pematang Siantar - Tebing Tinggi; Padang – Bukittinggi – Pekanbaru; Kiliran Jao - Rengat – Kuala Enok; Kiliran Jao – Taluk Kuantan – Pekanbaru; Pekanbaru – Bangkinan – Rantau Berangin; Simpang Kumuh – Kota Tengah – Sei Rangau – Duri; Sei Akar – Bagan Jaya – Enok; Rumbai Jaya – Bagan Jaya – Enok – Kuala Enok; Ujung Batu – Rokan – Batas Sumbar; Muara Bungo – Jambi – Muara Sabak; Sungai Penuh – Sarolangun – Tembesi – Jambi; Lubuk Linggau – Curup – Bengkulu; Tanjung Iman – Muara Sahung - Baturaja; Muara Enim – Palembang – Tanjung Apiapi; Muntok – Pangkalpinang; Tanjung Pandan – Manggar; Krui – Liwa – Bukit Kemuning, Labuhan Meringgai – Simpang Sidomulyo, Tegineneng Metro – Sukadana, dan Terbanggi Besar – Menggala; dan

5. pembangunan jembatan Sumatera – Jawa melalui Selat Sunda

C. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan KA

Strategi pengembangan sistem jaringan kereta api di Pulau Sumatera adalah sebagai berikut:

(9)

1. sistem jaringan dengan prioritas tinggi pada jalur kereta api Tarahan – Bandar Lampung – Baturaja – Blimbing – Muara Enim, Banda Aceh – Bireun - Lhokseumawe – Langsa – Besitang – Medan, dan Medan - Lubuk Pakam – Tebing Tinggi – Kisaran – Rantau Prapat - Dumai – Duri - Pekanbaru;

2. sistem jaringan dengan prioritas sedang pada jalur kereta api Pekanbaru – Rengat – Jambi – Betung – Palembang, Palembang – Kayu Agung – Menggala - Bakauheni, Bengkulu – Mukomuko – Padang – Pariaman – Sibolga – Tapaktuan – Meulaboh – Banda Aceh, dan Muara Enim – Tebing Tinggi – Lubuk Linggau – Muaro Bungo – Taluk Kuantan - Pekanbaru; dan

3. sistem jaringan dengan prioritas rendah pada jalur kereta api Sibolga – Padang Sidempuan – Rantau Prapat, Pematang Siantar – Tebing Tinggi, Kisaran – Tanjung Balai, Betung – Sekayu, Sengeti – Muara Sabak, Bengkulu – Tebing Tinggi, Padang – Padang Panjang – Solok – Muaro, Muaro – Taluk Kuantan – Rengat – Kuala Enok, Muaro Bungo – Jambi, Muara Enim – Prabumulih – Kertapati – Palembang, dan Palembang – Tanjung Apiapi.

D. Strategi Operasionalisasi Sistem Transportasi Sungai & Danau

Pengembangan transportasi sungai dan danau ditujukan bagi wilayah yang sulit dijangkau dengan transportasi darat. Strategi pengembangannya adalah :

1. mengarahkan pengembangan jaringan transportasi sungai dan danau untuk pelayanan angkutan lintas antar provinsi serta antar kabupaten/kota dalam provinsi diarahkan pada daerah-daerah potensial di Pulau Sumatera dan diarahkan menjadi tulang-punggung sistem transportasi serta diharapkan dapat membuka daerah yang terisolir;

2. memprioritaskan pengembangan angkutan sungai pada lintas-lintas yang lebih efisien untuk dilayani dengan angkutan air seperti pada wilayah Sungai Musi, Batanghari, Rokan, Indragiri, dan Siak;

3. mengembangkan jaringan transportasi sungai antar kabupaten/kota di Pulau Sumatera yang memiliki interaksi kuat meliputi Sungai Musi, Siak, Rokan, Kampar, dan Batanghari; dan

4. mengembangkan jaringan transportasi danau di Pulau Sumatera meliputi Danau Toba, Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas, Danau Dibawah, Danau Ranau, dan Danau Laut Tawar.

E. Strategi Operasionalisasi Sistem Transportasi Penyeberangan

1. Mengarahkan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan untuk pelayanan angkutan lintas antar provinsi dan antar negara, lintas antar kabupaten/kota, serta lintas dalam kabupaten/kota diarahkan pada daerah-daerah potensial di Pulau Sumatera dan diarahkan menjadi tulang-punggung sistem transportasi serta diharapkan dapat membuka daerah yang terisolir

(10)

2. Mengarahkan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan lintas antar provinsi dengan eksternal Pulau Sumatera yang memiliki interaksi kuat meliputi Kepulauan Riau dengan Kalimantan Barat yang menghubungkan Natuna – Pontianak, Kalimantan Barat dengan Bangka Belitung yang menghubungkan Ketapang – Manggar, Bangka Belitung dengan DKI Jakarta yang menghubungkan Pangkalpinang - Jakarta, dan Lampung dengan Banten yang menghubungkan Bakauheni – Merak

3. mengarahkan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan antar provinsi dan lintas penyeberangan antar kabupaten/kota dengan interaksi kuat di Pulau Sumatera yang meliputi Sabang – Banda Aceh, Sinabang – Labuhan Haji, Sinabang - Meulaboh, Singkil – Pulau Banyak, Medan – Batam, Medan – Lhokseumawe, Gunung Sitoli – Sibolga, Medan – Pangkalpinang, Pangkalpinang – Tanjung Pandan, Palembang – Muntok, Tanjung Pandan – Mentawai, Kuala Tungkal – Tanjung Pinang, Dumai – Bengkalis – Tanjung Balai Karimun - Batam, Pekanbaru – Batam, Batam – Natuna, Tua Pejat – Padang, dan Enggano – Bengkulu;

4. mengarahkan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan antar negara yang memiliki interaksi kuat dari Pulau Sumatera meliputi jalur penyeberangan Medan – Penang dan jalur penyeberangan Batam – Singapura;

5. mengarahkan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan lintas kabupaten/kota dalam provinsi yang memiliki interaksi kuat di Pulau Sumatera meliputi jalur penyeberangan Banda Aceh – Sabang, Meulaboh – Sinabang, Sibolga – Nias, Batam – Natuna, Batam – Bintan, Padang – Muara Siberut, Padang – Pagai, Pulau Bangka – Pulau Belitung, dan Dumai – Pulau Bengkalis; 6. mengarahkan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan dalam

kabupaten/kota dalam provinsi yang memiliki interaksi kuat di Pulau Sumatera, meliputi jalur penyeberangan di Kepulauan Mentawai dan Kota Bengkulu-P. Enggano

F. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Transportasi Laut

1. pengembangan pelabuhan Sabang Belawan, Sibolga, Teluk Bayur, Dumai, Batam, Tanjung Api-api, dan Panjang sebagai pelabuhan internasional;

2. pengembangan pelabuhan Lhokseumawe, Meulaboh, Tanjung Balai Asahan, Perawang, Sungai Pakning, Kuala Enok (Provinsi Riau), Tanjung Kedabu, Buatan, Pulau Kijang, Tembilahan, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Pinang, Pulau Sambu, Dabo – Singkep, Ranai, Moro Sulit, Kuala Tungkal, Tanjung Pandan, Pulau Baai sebagai pelabuhan nasional;

G. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Transportasi Udara

1. pengembangan Bandar Udara Kuala Namu dan Hang Nadim sebagai bandar udara pusat penyebaran primer;

(11)

2. pengembangan Bandar Udara Minangkabau, Sultan Mahmud Badaruddin II, dan Sultan Syarif Kasim II sebagai bandar udara pusat penyebaran sekunder; dan 3. pengembangan Bandar Udara Sultan Iskandar Muda, Radin Inten II, Ranai,

Kijang, Pinang Kampai, Sultan Thaha, dan Fatmawati sebagai bandar udara pusat penyebaran tersier.

H. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Energi Nasional

1. Perwujudan sistem jaringan transmisi tegangan ultra tinggi (> 700 kV) antar kota: Medan-Pematang Siantar, Binjai-Medan-Kisaran-Rantau Prapat-Dumai-Pekanbaru-Jambi-Palembang-Bandar Lampung;

2. Perwujudan sistem jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi (245-700 kV) antar kota: Banda Aceh-Lhokseumawe-Langsa, Banda Aceh-Meulaboh-Tapaktuan-Sibolga, Padang-Painan, Muko-Muko-Bengkulu-Manna-Liwa-Krui, Kotopanjang-Payakumbuh-Lubuk Sikaping-Panyabungan-Tarutung-Parapat- Sibolga, Jambi-Muara Bulian-Bangko-Lubuk Linggau-Jambi-Muara Enim-Metro;

3. Perwujudan sistem jaringan transmisi terisolasi di P. Sabang, P. Rondo, P. Simeuleu, P. Nias. P. Mentawai, P. Pagai, P. Enggano, P. Bangka, P. Belitung, P. Batam-Rempang-Galang,, P. Bengkalis, P. Natuna

4. Menjaga ruang bebas dan ruang aman di sekitar Gardu Induk SUTET dan Gardu Distribusi SUTET dengan mengutamakan prinsip-prinsip lingkungan.

5. Mempertahankan tingkat elektrifikasi Sumatera Utara di atas tingkat elektrifikasi nasional

I. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional

1. Perwujudan jaringan terestrial di Pulau Sumatera meliputi: a. perwujudan jaringan terestrial mikro digital;

b. perwujudan jaringan terestrial serat optik di Kota Medan, Palembang, Bandar Lampung, dan Batam;

c. perwujudan jaringan terestrial mikro analog; dan

d. perwujudan jaringan terestrial kabel laut yang menghubungkan Batam-Bintan, Dumai-Bengkalis;

2. Perwujudan sistem telekomunikasi satelit pada kota-kota PKN

J. Strategi Operasionalisasi Sistem Sumber Daya Air

1. Wilayah Sungai Strategis Nasional :

 Meureudu – Baro di Provinsi NAD meliputi Daerah Aliran Sungai (DAS) Meureudu, DAS Baro, DAS Tiro, DAS Pante Raja, DAS Utue, DAS Putu, DAS Trienggadeng, DAS Pangwa, DAS Beuracan, dan DAS Batee;

 Jambo Aye di Provinsi NAD meliputi DAS Jambo Aye, DAS Geuruntang, DAS Reungget, DAS Lueng, DAS Simpang Ulim, DAS Malehan, DAS Julok Rayeu, DAS Keumuning, DAS Gading, DAS Idi Rayeuk, DAS Lancang, DAS Jeungki, DAS Peundawa Puntong, dan DAS Leugo Rayeuk;

(12)

 Woyla – Seunagan di Provinsi NAD meliputi DAS Woyla dan DAS Seunagan;

 Tripa – Bateue di Provinsi NAD meliputi DAS Tripa dan DAS Bateue;

 Belawan – Ular di Provinsi SUMUT meliputi DAS Belawan, DAS Ular, DAS Deli, DAS Belumai, DAS Padang, DAS Martebing, DAS Kenang, DAS Serdang, DAS Percut, DAS Bedagai, dan DAS Belutu;

 Toba – Asahan di Provinsi SUMUT meliputi DAS Danau Toba, DAS Sei Asahan, DAS Silau, DAS Tanjung, dan DAS Suka;

 Batang Angkola – Batang Gadis di Provinsi SUMUT meliputi DAS Batang Angkola dan DAS Batang Gadis;

 Siak di Provinsi Riau meliputi DAS Siak, DAS Siak Kecil, DAS Bukit Batu, DAS Palentung, DAS Tapung Kanan, DAS Tapung Kiri, DAS Masigit, DAS Bulu Kala, DAS Mandau, dan DAS Dumai;

 Kampar (Riau – Sumatera Barat) meliputi DAS Kampar, DAS Kampar Kiri, DAS Kampar Kanan, DAS Bt. Kapur, dan DAS Bt. Mahat.

 Indragiri (Riau – Sumatera Barat) meliputi DAS Kuantan, DAS Indragiri, DAS Gaung Anak Serka, DAS Guntung, DAS Pateman, DAS Palangki, DAS Ombilin, dan DAS Sinamar;

 Reteh di Provinsi Riau meliputi DAS Reteh dan DAS Gangsal;

 Pulau Batam – Pulau Bintan di Provinsi Kepulauan Riau; 2. wilayah sungai wilayah sungai lintas provinsi , terdiri atas:

 Alas – Singkil (Nanggroe Aceh Darussalam - Sumatera Utara) yang meliputi DAS Lae Pardomuan, DAS Lae Silabuhan, DAS Lae Siragian, DAS Lae Singkit, dan DAS Lae Kuala Baru;

 Batang Natal – Batang Batahan (Sumatera Utara - Sumatera Barat) yang meliputi DAS Batang Batahan dan DAS Batang Natal;

 Rokan (Riau - Sumatera Barat - Sumatera Utara) yang meliputi DAS Rokan, DAS Bangko, DAS Rokan Kiri, DAS Rokan Kanan, DAS Kubu, DAS Sumpur, DAS Sontang, DAS Asik, DAS Air Pesut, DAS Sibinail, DAS Pagang, DAS Pincuran Panjang, dan DAS Timbawan;

 Batanghari (Jambi – Sumatera Barat) yang meliputi DAS Batanghari, DAS Tungkal, DAS Bentaro, DAS Mandahara, DAS Lagan, DAS Air Hutan, DAS Jujuhan, DAS Siat, DAS Timpeh, DAS Kuko, DAS Pangean, DAS Momong, DAS Sipotar, DAS Sangir, DAS Talantam, DAS Bangko, DAS Gumanti, DAS Pinti Kayu, dan DAS Pkl. Duri Besar;

 Musi ( Sumatera Selatan – Bengkulu – Lampung) yang meliputi DAS Musi, DAS Lakitan, DAS Kelingi, DAS Rawas, DAS Semangus, dan DAS Batang Hari Leko;

 Mesuji – Tulang Bawang (Lampung – Sumatera Selatan) yang meliputi DAS Mesuji, DAS Tulang Bawang, DAS Tjg. Pasir, DAS Randam Besar,

(13)

DAS Sibur Besar, DAS Tawar, DAS Bati Dalam Kecil, DAS Randam Besar, dan DAS Meham Kecil;

 Teramang – Ipuh (Bengkulu – Jambi) yang meliputi DAS Teramang, DAS Ipuh, DAS Retak, DAS Buluh, DAS Selagan, DAS Bantal, DAS Dikit, dan DAS Manjuto;

 Nasal – Padang Guci (Bengkulu – Lampung) yang meliputi DAS Air Nasal, DAS Air Sambat, DAS Air Tetap, DAS Air Luas, DS Air Kinal, DAS Air Padang Guci, DAS Air Sulau, DAS Air Kedurang, DAS Air Bengkenang, dan DAS Air Manna.

3. pengembangan jaringan sumber daya air terdiri atas:

 pemeliharaan, peningkatan dan perluasan jaringan-jaringan irigasi;

 waduk-waduk sebagai penyimpan dan pengendali banjir;

K. Strategi Operasionalisasi Pelestarian Kawasan Lindung Nasional

1. Perwujudan pelestarian kawasan lindung nasional di Pulau Sumatera meliputi:

 Cagar Alam Dusun Besar (1.777 ha), Cagar Alam Rafflesia I/II Serbajadi (300 ha), Cagar Alam Hutan Pinus Jantho (8.000 ha), Cagar Alam Hutan Bulian Luncuk I/II (74,80 ha), Cagar Alam Pulau Laut (400 ha), Cagar Alam Pulau Berkeh (500 ha), Cagar Alam Pulau Burung (200 ha), Cagar Alam Lembah Anai (221 ha), Cagar Alam Lembah Harau (270,50 ha), Cagar Alam Rimbo Panti (2.830 ha), Cagar Alam Dolok Saut/Sulungan (39 ha), Cagar Alam Dolok Tinggi Raja (167 ha), Cagar Alam Liang Balik (0,50 ha), Cagar Alam Dolok Sipirok (6.970 ha), Cagar Alam Dolok Sibual-buali (5.000 ha), Cagar Alam Sibolangit (90 ha), Cagar Alam Pulau Anak Krakatau (13.735,10 ha), dan Cagar Alam Martelu Purba (195 ha);

 Suaka Margasatwa Rawa Singkil (102.370 ha), Suaka Margasatwa Kerumutan (120.000 ha), Suaka Margasatwa Danau P.Besar/Danau Bawah (25.000 ha), Suaka Margasatwa Gumai Pasemah (45.833 ha), Suaka Margasatwa Gunung Raya (39.500 ha), Suaka Margasatwa Isau-isau Pasemah (12.144 ha), Suaka Margasatwa Bentayan (19.300 ha), Suaka Margasatwa Dangku (29.080 ha), Suaka Margasatwa Padang Sugihan (75.000 ha), Suaka Margasatwa Terusan Dalam (74.750 ha), Suaka Margasatwa Dolok Surungan (23.800 ha), Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut (15.765 ha), Suaka Margasatwa Barumun (40.330 ha), Suaka Margasatwa Siranggas (5.657 ha), Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling, dan Suaka Margasatwa Teso Nilo;

 Taman Nasional Berbak (162.700 ha), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (365.000 ha), Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (127.698 ha), Taman Nasional Bukit Dua Belas (65.500 ha), Taman Nasional Siberut (190.500 ha), Taman Nasional Way Kambas (125.621 ha), Taman Nasional

(14)

Gunung Leuser (623.927 ha), Taman Nasional Kerinci Seblat (1.368.000 ha), Taman Nasional Batang Gadis (108.000 ha), dan Taman Nasional Sembilang (202.896 ha);

 Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan (6.250 ha), Taman Hutan Raya Bukit Barisan (51.600 ha), Taman Hutan Raya Dr. Mohamamad Hatta (500 ha), Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman (22.249 ha), Taman Hutan Raya Sultan Thaha Saifudin (15.830 ha), Taman Hutan Raya Sultan Syarif Qasim (5.920 ha), dan Taman Hutan Raya Raja Lelo (1.122 ha);

 Taman Wisata Muka Kuning (Batam) (2.065,62 ha), Taman Wisata Lembah Harau (27,50 ha), Taman Wisata Rimbo Panti (570 ha), Taman Wisata Bukit Sari (300 ha), Taman Wisata Punti Kayu (50 ha), Taman Wisata Sicikeh-cikeh (575 ha), Taman Wisata Holiday Resort (1.963,75 ha), Taman Wisata Sijaba Hutaginjang (500 ha), dan Taman Wisata Sibolangit (25 ha);

 Taman Wisata Laut Pulau Iboih Weh (1.200 ha), Taman Wisata Laut Kepulauan Banyak (15.000 ha), dan Taman Wisata Laut Pieh (39.000 ha);

 Taman Buru Semidang Bukit Kabu (15.300 ha), Taman Buru Gunung Nanu'ua (10.000 ha), Taman Buru Lingga Isaq (80.000 ha), dan Taman Buru Pulau Pini (8.350 ha)

L. Strategi Operasionalisasi Pengembangan Kawasan Andalan

Strategi pengembangan kawasan andalan meliputi:

1. Perwujudan pengembangan kawasan andalan di Pulau Sumatera meliputi:

1) Kawasan-kawasan andalan Banda Aceh dan sekitarnya, Lhokseumawe dan sekitarnya, Medan dan sekitarnya, Tapanuli dan sekitarnya, Padang Pariaman dan sekitarnya, Zona Batam-Tanjung Pinang dan sekitarnya, Palembang dan sekitarnya, Bandar Lampung-Metro, Pematang Siantar dan sekitarnya, Agam-Bukittinggi, Solok dan sekitarnya, Pekanbaru dan sekitarnya, Kepulauan Bangka-Belitung, Duri-Dumai dan sekitarnya, Rengat-Kuala Enok-Teluk Kuantan-Pangkalan Kerinci, Muara Enim dan sekitarnya, Timur Jambi/Muara Bulian dan sekitarnya, Natuna dan sekitarnya, Muara Bungo dan sekitarnya, Bengkulu dan sekitarnya, Pantai Barat Selatan, Rantau Parapat-Kisaran, Nias dan sekitarnya, Mentawai dan sekitarnya, Ujung Batu-Bagan Batu, Lubuk Linggau dan sekitarnya, Manna dan sekitarnya, Mesuji dan sekitarnya, Kotabumi dan sekitarnya, dan Liwa-Krui dan sekitarnya; dan

2) Kawasan-kawasan andalan laut Lhokseumawe-Medan dan sekitarnya, Nias dan sekitarnya, Mentawai-Siberut dan sekitarnya, Selat Bangka, Selat Malaka dan sekitarnya, Batam dan sekitarnya, Bengkulu, Bangka, Natuna dan sekitarnya, dan Krakatau dan sekitarnya.

(15)

2 Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian dan perkebunan di Pulau Sumatera dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis nasional dilakukan dengan meningkatkan kualitas fungsi kawasan budi daya pertanian dan perkebunan.

3. Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan unggulan perikanan dan kelautan di Pulau Sumatera dilakukan dengan:

1) mengoptimalkan pemanfaatan potensi perikanan tangkap dan budidaya secara berkelanjutan melalui pengembangan pusat-pusat kegiatan perikanan yang terpadu dengan pusat-pusat koleksi dan distribusi;

2) mendorong peningkatan nilai tambah manfaat hasil-hasil perikanan yang didukung oleh fasilitas pelayanan informasi dan jasa terpadu serta industri pengolahan ikan yang memiliki dukungan akses yang baik ke pasar; dan 3) mengembangkan kerjasama perdagangan/pemasaran dengan daerah-daerah

produsen lainnya dan kerjasama perdagangan antar negara.

4. Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan unggulan kehutanan di Pulau Sumatera dilakukan dengan:

1) mewujudkan pengelolaan hutan lestari melalui pemantapan kondisi kawasan hutan, perencanaan, pengamanan dan perlindungan hutan yang terpadu melalui pengendalian penebangan liar dan penanggulangan kebakaran hutan serta rehabilitasi kawasan hutan kritis;

2) memenuhi bahan baku industri hilir dengan pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan pengembangan hutan rakyat;

3) memperkuat kelembagaan masyarakat dalam rangka mitra sepaham pembangunan kehutanan dan peningkatan kesejahteraan;

4) menghindari terjadinya konflik kepentingan/penguasaan lahan/kawasan hutan; dan

5) mengembangkan kerjasama dengan lembaga peneliti lokal/regional/ internasional dalam rangka mengembangkan produk hasil hutan.

5. Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan pertambangan di Pulau Sumatera dilakukan dengan:

1) mengembangkan pengelolaan pemanfaatan sumberdaya energi dan mineral secara optimal dengan memperhatikan daya dukung lingkungan;

2) mengendalikan kegiatan pertambangan yang mengakibatkan degradasi lingkungan dan kegiatan pertambangan ilegal; dan

3) mendorong pengembangan kawasan andalan yang memiliki sektor ungulan pertambangan meliputi Kawasan Lhokseumawe dan Sekitarnya, Kawasan Pantai Barat Selatan, Kawasan Andalan Laut Lhokseumawe-Medan dan Sekitarnya, Kawasan Tapanuli dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Laut Selat Malaka dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Laut Nias dan Sekitarnya, Kawasan Solok dan Sekitarnya, Kawasan Pekanbaru dan Sekitarnya,

(16)

Kawasan Natuna dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Laut Batam dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Laut Natuna dan Sekitarnya, Kawasan Muara Bulian Timur Jambi dan Sekitarnya, Kawasan Muara Enim dan Sekitarnya, Kawasan Palembang dan Sekitarnya, dan Kawasan Andalan Laut Krakatau dan Sekitarnya.

6. Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan industri di Pulau Sumatera dilakukan dengan mendorong pengembangan industri pengolahan dan agro industri untuk meningkatkan nilai tambah sektor-sektor produksi wilayah seperti pertambangan, pertanian, perkebunan dan hasil hutan dengan memperhatikan upaya peningkatan integrasi aktivitas produksi antar wilayah, pemerataan hubungan antar sektor khususnya antara kawasan pantai Timur dan Barat Sumatera, mewujudkan iklim investasi yang kondusif, serta pemerataan penyebaran investasi.

7. Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan pariwisata di Pulau Sumatera dilakukan dengan mengembangkan kawasan pariwisata berbasis ekosistem atau tanpa merusak lingkungan hidup maupun budaya setempat.

3.3 Arahan RTRW Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi atau RTRWP adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah provinsi. Raperda tentang RTRW Provinsi Bengkulu telah disahkan menjadi Perda RTRW No. 02 Tahun 2012 pada tanggal 11 Juni 2012. Muatan materi dari RTRW Provinsi Bengkulu akan dijabarkan sebagai berikut.

Kebijakan penataan ruang wilayah Provinsi Bengkulu adalah:

a. Meningkatkan aksesibilitas dan pemerataan pelayanan sosial ekonomi dan budaya keseluruh wilayah Provinsi;

b. Memelihara dan mewujudkan kelestarian lingkungan hidup, serta mengurangi resiko bencana alam;

c. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan;

d. Meningkatkan produktifitas sektor-sektor unggulan sesuai dengan daya dukung lahan; e. Membuka peluang investasi dalam rangka meningkatkan perekonomian wilayah; f. Mengentaskan kemiskinan di kawasan tertinggal;

(17)
(18)

3.3.1 Rencana Sistem Perkotaan

Rencana pengembangan sistem perkotaan di Provinsi Bengkulu bertujuan untuk mendorong peran dan fungsi setiap kota dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan dalam lingkup Provinsi Bengkulu.

A. Rencana Pusat Kegiatan

Rencana pengembangan pusat kegiatan terdiri dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Di Provinsi Bengkulu ditetapkan seperti terlihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Fungsi Kota

No Fungsi Kota Kriteria

1.

Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;

b. Kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten/ kota; dan/atau

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten/ kota; ditetapkan secara nasional.

3.

Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan Provinsi (PKWp)

a. Kawasan Perkotaan yang berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor;

b. Kawasan Perkotaan yang berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten/ kota; dan/atau c. Kawasan Perkotaan yang berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota;

d. dipromosikan oleh pemerintah provinsi

4 Pusat Kegiatan Lokal (Pkl)

a. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan; dan/atau

b.Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan; c.Diusulkan oleh pemerintah kabupaten/kota Sumber : PP 26 Tahun 2008 dan Hasil Analisis Tahun 2009

(19)

Berdasarkan kriteria dan arahan kebijakan pengembangan tata ruang Provinsi Bengkulu, maka rencana struktur pusat kegiatan di Provinsi Bengkulu sampai tahun 2030 terdiri dari 1 (satu) kota PKNp yaitu ibukota Provinsi Bengkulu yaitu Kota Bengkulu yang dipromosikan menjadi PKN, 3 (tiga) kota PKW, 3 (tiga) Kota Pkl yang diusulkan menjasi PKWpromosi (PKWp) dan 10 (sepuluh Pusat Kegiatan Lokal) Kota PKL. Sistem Perkotaan fungsional wilayah Provinsi Bengkulu diarahkan memiliki 3 hirarki pusat pelayanan, yaitu :

a. Pusat Kegiatan Nasional promosi (PKNp), yaitu pusat yang melayani wilayah Provinsi Bengkulu, dan wilayah nasional/internasional yang lebih luas. Pusat pelayanan ini terletak di kawasan perkotaan Bengkulu (Bengkulu, Sungai Hitam, Betungan dan Nakau). Pengembangan Kota Bengkulu dan sekitarnya ini dipromosikan sebagai pusat pelayanan primer.

b. Pusat Kegiatan Wilayah(PKW), yaitu pusat yang melayani satu atau lebih daerah Kabupaten/Kota. Pusat pelayanan sekunder ini dikembangkan dengan intensitas yang lebih tinggi untuk memacu pertumbuhan perekonomian di wilayah sekitarnya. Berdasarkan PP No 26/ Tahun 2008 ,maka ada tiga Pusat Kegiatan Wilayah yang telah ditetapkan yaitu Kota Curup(ibukota Kabupaten Rejang Lebong), Manna (ibukota Kabupaten Bengkulu Selatan) dan Muko-Muko. ibukota Kabupaten Muko-Muko

Selanjutnya, selain PKW yang sudah ditetapkan dalam PP no. 26/Tahun 2008, maka ibukota-ibukota kabupaten yang merupakan hasil pemekaran dan saat ini berstatus sebagai PKl dipromosikan dalam perencanaan Provinsi Bengkulu 20 tahun mendatang untuk menjadi PKWp yaitu Kota Kepahiang, Arga Makmur dan Bintuhan.

c. Pusat Kegiatan Lokal(PKL) yaitu kota-kota pusat pelayanan tersier yang dikembangkan untuk melayani satu atau lebih kecamatan. Pusat pelayanan tersier ini terutama dikembangkan untuk menciptakan satuan ruang wilayah yang lebih efisien sebagai sentra pelayanan kegiatan lokal.

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) ditentukan berdasarkan analisis kebutuhan ruang kawasan perkotaan di Provinsi Bengkulu hingga akhir tahun perencanaan adalah meliputi Kota Ipuh di Kabupaten Muko-Muko; Ketahun dan Malakoni (P. Enggano) di Kabupaten Bengkulu Utara; Karang Tinggi di Kabupaten Bengkulu

(20)

Tengah; Kota Padang di Kabupaten Rejang Lebong; Dan selanjutnya Bermani Ilir di Kabupaten Kepahiang, Kota Muara Aman/Tubei di Kabupaten Lebong, Kota Tais di Kabupaten Seluma, Kota Linau di Kabupaten Kaur dan Kota Masat di Kabupaten Bengkulu Selatan. Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan

Tabel 3.5.

Tabel 3.4

Sistem Perkotaan Provinsi Bengkulu Sampai Tahun 2030

Sumber : PP 26 Tahun 2008, dan Hasil Rencana, 2030. Keterangan :

PKN dan PKW : ditetapkan sesuai Kebijakan Nasional

PKWp dan PKL : ditetapkan Atas Usulan dan sesuai Potensi dan Arah Kebijakan Provinsi Bengkulu

B. Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Bengkulu

Sesuai pengertian dalam PP Nomor 26 Tahun 2008 bahwa Kawasan Metropolitan adalah Kawasan Perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan disekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa. Sehingga dalam penetapan kawasan metropolitan dapat disampaikan kriteria sebagai berikut :

1) Memiliki jumlah penduduk paling sedikit 1.000.000 (satu juta) jiwa;

2) Terdiri atas satu kawasan perkotaan inti dan beberapa kawasan perkotaan di sekitarnya yang membentuk satu kesatuan pusat perkotaan; dan

3) Terdapat keterkaitan fungsi antar kawasan perkotaan dalam satu sistem metropolitan.

PKNp PKW PKWp PKL

Bengkulu

1.Muko-Muko 1. Ipuh

1. Arga Makmur 2.3. Ketahun Malakoni 4. Karang Tinggi 5. Muara Aman 2.Kepahiang 6. Bermani Ilir

2.Curup 7. Kota Padang

8. Tais

3.Manna 9. Masat

(21)

Tabel 3.5

Rencana Sistem Perkotaan di Provinsi Bengkulu Sampai Tahun 2030

No. Nama &

Hirarki Kota Strategi Fungsi

I. PKW dipromosikan menjadi PKNp

1. Kota Bengkulu Pengembangan/Peningkat an Fungsi

 Pusat pemerintahan provinsi

 Pusat perdagangan dan jasa regional.

 Pusat distribusi dan koleksi hasil pertanian, perkebunan dan perikanan

 Pusat Industri

 Pusat transportasi darat, laut dan udara

 Pusat wisata sejarah dan pendukung jasa pariwisata.

 Pusat Pendidikan tinggi.

 Pusat Industri. II.A PKW (sesuai PP no.26 Tahun 2008)

1. Manna(Kabupaten Bengkulu Selatan)

Pengembangan/Peningkat an Fungsi

 Pusat pemerintahan kab.

 Pusat Pelayanan Fasilitas : Pendidikan Tinggi, kesehatan, dll.

 Pusat perdagangan dan jasa

 Pusat Koleksi dan distribusi hasil Pertanian, Perkebunandan sub sector pertanian,dan Perikanan

 Industri Pengolahan Hasil Pertanian & Industri Rumah Tangga (Makanan-Minuman)

 Pusat Agroindustri

 Pusat Transportasi

 Permukiman

 Pariwisata bahari dan pariwisata buatan

 Pertambangan 2. Muko-Muko (Kabupaten Muko-Muko) Pengembangan/Peningkat an Fungsi

 Pusat pemerintahan kab.

 Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kab.

 Pusat koleksi dan distribusi hasil-hasil tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan kehutanan

 Pusat Industri (antara lain pengolahan Kelapa Sawit)

 Pusat Pertambangan (batubara)

 Pusat Industri Perikanan

 Pusat Pariwisata

3. Curup (Kab. Rejang Lebong)

Pengembangan/Peningkat an Fungsi

 Pusat pemerintahan kab.

 Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kab.

 Pusat Industri

 Simpul transportasi utama penghubung ke jaringan Lintas Tengah Sumatera (PKN :Palembang).

 Pusat Kegiatan Pertanian, (tanaman pangan dan perkebunan, peternakan, perikanan darat)

 Pusat Pariwisata Alam (perkebunan)

II.B PKWp (promosi) Ibukota-Ibukota Kabupaten Hasil Pemekaran (Pkl) yang diusulkan menjadi PKW

1 Kepahiang Pengembangan/Peningkat an Fungsi

 Pusat pemerintahan kab.

 Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kabupaten .

 Simpul transportasi untuk beberapa kabupaten .

 Pusat kegiatan Pertanian dan Perkebunan(teh) skala wilayah.

 Pariwisata Alam

2 Arga Makmur Pengembangan/Peningkat an Fungsi

 Pusat pemerintahan kab.

 Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kabupaten.

 Pusat Industri

 Pusat Pertanian, Perkebunan, Perikanan Laut dan Kehutanan skala wilayah.

 Pusat Pertambangan(batu-bara)

 Pusat Pariwisata Laut 3. Bintuhan Pengembangan/Peningkat

an Fungsi

 Pusat pemerintahan kab.

 Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kabupaten .

(22)

 Pusat Pertanian, Pertambangan(pasir kuarsa, migas, emas, andesit dan marmer), Perkebunan (jahe gajah) dan Perikanan skala wilayah

 Industri Minuman Jahe instan III PKL (Pusat Kegiatan Lokal)

1.

Ipuh

(Kab.

Muko-Muko) Pengembangan/Peningkat an Fungsi

 Pusat Pemerintahan Kecamatan

 Pusat Perdagangan dan Jasa Skala Lokal

 Simpul transportasi darat yang terletak di Jalinbar Muko-Muko - Bengkulu

 Pusat Pertanian, Perikanan laut , Kehutanan dan Perkebunan skala lokal 2. Ketahun (Kab. Bengkulu Utara) Pengembangan/Peningkat an Fungsi

 Pusat Pemerintahan Kecamatan

 Pusat Kawasan Agropolitan (KTM)LAGITA

 Pusat Pertanian (padi), Perkebunan (Kelapa sawit dan karet) dan pertambangan batubara

3. Malakoni (P. Enggano, Kab. Bengkulu Utara) Pengembangan/Peningkat an Fungsi

 Pusat Pemerintahan Kecamatan

 Pusat pelabuhan pengumpan

 Pusat perdagangan dan jasa skala lokal

 Pusat perikanan laut

 Pusat Kawasan Kegiatan Wisata Laut

 Pusat Pertahanan Kemanan (pulau terluar)

4. Karang Tinggi (Kab. Bengkulu Tengah) Pengembangan/Peningkat an Fungsi

 Pusat Pemerintahan Kabupaten

 Pusat Perdagangan Jasa skala lokal

 Simpul transportasi dari arah Timur (Provinsi Sumatera Selatan)menuju Kota Bengkulu

 Pusat Pertanian dan Perkebunan skala lokal

5.. Kota Padang (Kab.Rejang Lebong) Pengembangan/Peningkat an Fungsi

 Pusat Pemerintahan Kecamatan

 Simpul transportasi jalan rel dan jalan raya (menuju Provinsi Sumatera Selatan dari Kota Bengkulu)

 Pusat Perdagangan dan jasa skala lokal

 Pusat Pertanian dan Perkebunan skala lokal

6. Bermani Ilir (Kab.Kepahiang)

 Pusat Pemerintahan Kecamatan

 Simpul transportasi dari Kota Bengkulu menuju Kab. Rejang Lebong

 Pusat Perdagangan dan jasa skala lokal

 Pusat Pertanian dan Perkebunan karet, kelapa sawit, kopi dan kelapa skala lokal

7

Muara

Aman/Tubei (Kab. Lebong)

 Pusat Pemerintahan Kabupaten

 Pusat Pertanian dan Perkebunan dan Kehutanan

 Pusat Konservasi 8. Tais (Kab.

Seluma)

Pengembangan/Peningkat an Fungsi

 Pusat pemerintahan Kabupaten

 Simpul transportasi yang terletak di Jalan Lintas barat

 Pusat pertanian dan perkebunan 9. Masat(Kec. Pino, Kab. Bengkulu Selatan) Pengembangan/Peningkat an Fungsi

 Pusat pemerintahan Kecamatan

 Pusat Agroindustri

10. Linau (Kab.Kaur)

Pengembangan/Peningkat an Fungsi

 Pusat pemerintahan Kecamatan

 Pusat pelabuhan regional

 Pusat perdagangan dan jasa skala lokal

 Pusat perikanan laut

 Pusat wisata

Berdasarkan pada kriteria tersebut di atas maka, kawasan metropolitan Bengkulu secara administrasi meliputi wilayah Kota Bengkulu, Sungai Hitam, Betungan dan Nakau dapat dikembangkan sebagai kota metropolitan dengan peran masing-masing sebagai berikut :

a. Kota Bengkulu sebagai kawasan perkotaan inti,

(23)

3.3.2 Rencana Kawasan Strategis Provinsi

Kawasan strategis Provinsi adalah kawasan yang penataan ruangnya yang di prioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

A. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi

Kawasan-kawasan strategis yang merupakan kawasan pusat pertumbuhan wilayah dan dapat menjadi kawasan pendorong bagi kawasan di sekitarnya, yaitu:

1. Kawasan Strategis Kota Bengkulu dan sekitarnya sebagai Kawasan Strategis bidang Ekonomi. Kawasan ini diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah Provinsi yang berfungsi sebagai pusat produksi dan distribusi untuk mendukung sector produksi wilayah sekitarnya seperti pertanian, perkebunan, agro industry dan peternakan.Pengembangan Kawasan Strategis ini diarahkan untuk mendukung fungsi Kota Bengkulu sebagai kota PKNp(romosi).

2. Kawasan Strategis Pulau Baai, Linau, Enggano sebagai Kawasan Strategis bidang Ekonomi. Kawasan ini diarahkan untuk mendukung Kegiatan Ekonomi Ekspor-Impor Provinsi Bengkulu dan sekitarnya yang bertumpu pada Fungsi Pelabuhan untuk perdagangan hasil-hasil pertanian(perkebunan), perikanan dan pertambangan.

3. Kawasan Strategis Kota Tani Mandiri(KTM) LAGITA(Lais, Giri Kencana dan Ketahun) sebagai Kawasan Strategis bidang Ekonomi yang diarahkan sebagai Kota Tani Mandiri (KTM) yang berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Kawasan Pertumbuhan Ekonomi yang diitetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal yaitu ibukota-ibukota kabupaten yang diusulkan untuk menjadi PKW yaitu PKWpromosi meliputi Kota

1. Arga Makmur, 2. Kepahiang,

3. Bintuhan

B. Kawasan Strategis Daya DukungLingkungan Hidup

Kawasan Strategis memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yaitu Kabupaten Lebong sebagai Kawasan Taman Konservasi Nasional yang berorientasi pada perlindungan dan kelestarian sumber daya alam karena sebagian besar wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat yang merupakan kawasan strategis Nasional dari sudut lingkungan hidup terletak di Kabupaten Lebong.

Arteri Primer Kolektor Primer 1 Kolektor Primer 2 Kolektor Primer 3

(24)

C. Kawasan Strategis Sosial

Kawasan LAMBAITARITAM (Ngalam-Pulau Baai-Tapak Paderi-Sungai Hitam) sebagai kawasan strategis provinsi bidang sosial budaya, khususnya subbidang pariwisata. Hal ini disebabkan karena kawasan ini merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial antara lain kawasan yang: 1) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya; 2) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;

3) merupakan aset yang harus dilindungi dan dilestarikan; 4) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya;

5) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau

3.3.3 Rencana Pengembangan Transportasi

A. Rencana Pembangunan dan Peningkatan Jalan

Rencana Pembangunan dan Peningkatan Jalan di Provinsi Bengkulu dimaksudkan untuk mendukung Rencana Struktur Ruang Kota Bengkulu. Sesuai arahan struktur ruang ibukota Provinsi Bengkulu diarahkan sebagai Kota PKNp. Mengingat, bahwa penetapan Kota Bengkulu sebagai Kota PKNp memerlukan kajian dan proses legal yang lama dan sebelum Kota Bengkulu menjadi Kota PKN, maka jalan yang menuju kota Bengkulu belum dapat ditetapkan menjadi jalan Arteri Primer. Rencana pembangunan dan peningkatan jalan dan jembatan sampai dengan tahun 2030 di Provinsi Bengkulu yaitu:

 Peningkatan kondisi jalan dan geometrik jalan sesuai dengan fungsinya

 Pembangunan dinding penahan abrasi air laut pada ruas jalan Batas Sumbar-Bengkulu

 Rencana pengembangan jaringan jalan Nasional Trans Enggano yaitu ruas jalan Ka’ana-Kahyapu, Kahyapu-Tg.Keramai, Malakoni-Ka’ana, Malakoni-Banjarsari sebagai pendukung keterbukaan wilayah pulau Enggano

 Perbaikan perkerasan pada ruas jalan-ruas jalan Kolektor Primer 2 yang rusak .

 Perlindungan terhadap kerusakan lingkungan khusunya pada ruas jalan yang meilntasi hutan lindung dan taman nasional.

 Sejalan dengan rencana pengembangan Struktur Ruang Provinsi, bahwa Kota Bengkulu diarahkan sebagai PKNp, maka peningkatan kondisi jalan dan geometrik jalan Provinsi pada akhir tahun perencanaan sesuai dengan fungsi dengan asumsi, bahwa apabila Kota Bengkulu sudah disetujui sebagai PKN sehingga pembangunan dan peningkatan jalan dalam jangka Panjang adalah peningkatan fungsi jalan nasional dari K-1 menjadi Arteri Primer (AP) nasional Batas Sumbar – Bengkulu – Batas Lampung. Beberapa ruas jalan yang akan berubah fungsinya, apabila Kota Bengkulu berstatus sebagai PKNp dapat dilihat pada Tabel 3.6 - Tabel 3.9.

(25)

Tabel 3.6

Jaringan Jalan Nasional Provinsi Bengkulu Menurut Keputusan Menteri PU No 630/KPTS/M/2009

Nomor Ruas

Baru Nama Ruas Jalan

Panjan gJalan (km)

Fungs

i Status Kabupaten

001 Batas Prov. Sumbar – Mukomuko 33.520 K-1 Nasional Muko-Muko

002 Muko-Muko- Bantal 51.420 K-1 Nasional Muko-Muko

003 Bantal – Ipuh 49.600 K-1 Nasional Muko-Muko

004 Ipuh – Seblat 37.600 K-1 Nasional Muko-Muko

005 Seblat – Ketahun 42.070 K-1 Nasional Muko-Muko, Bengkulu

Utara

006 Ketahun – Ds Air Limas – Bintunan 31.170 K-1 Nasional Bengkulu Utara

007 Bintunan – Lais 11.380 K-1 Nasional Bengkulu Utara

008 Lais- Kerkap 20.620 K-1 Nasional Bengkulu Utara, Bengkulu

Tengah

009 Kerkap – Ps Pedati(S. Hitam) 21.130 K-1 Nasional Bengkulu Tengah, Kota

Bengkulu

009 11 K Jln. Budi Utomo ( BENGKULU) 2.700 K-1 Nasional Kota Bengkulu

009 12 K Jln. W.R. SUPRATMAN ( BENGKULU 10.150 K-1 Nasional Kota Bengkulu

010 Pasar Pedati – Tugu Hiu 6.330 K-1 Nasional Kota Bengkulu

011 Tugu Hiu – Sp Nakau 2.830 K-1 Nasional Kota Bengkulu

012 11 K Jln. Nakau – Air Sebakul(BENGKULU) 6.300 AP Nasional Kota Bengkulu

013 11 K Jln. Air Sebakul - Betungan(BENGKULU) 6.330 K-1 Nasional Kota Bengkulu

014 11 K Jln. Betungan- Padang Serai(BENGKULU) 4.400 K-1 Nasional Kota Bengkulu

015 11 K Jln. Akses Pelabuhan (BENGKULU) (PG.

DEWA – P. BAAI) 5.140 AP Nasional Kota Bengkulu

016 11 K Air Sebakul – Pagar Dewa 1.600 AP Nasional Kota Bengkulu

017 Kb Sari – Air Sebakul 17.030 AP Nasional Kota Bengkulu

018 Betungan – Tais 43.420 K-1 Nasional Kota Bengkulu, Seluma

018 11 K Jln. Depati Dayang Negara( PAGAR

DEWA- BANDARA – BETUNGAN) 5.700 AP Nasional Kota Bengkulu

019 Tais – Maras 58.120 K-1 Nasional Seluma

020 Maras – Sp Kurawan (MANNA) 14.770 K-1 Nasional Seluma, Bengkulu Selatan

020 11 K Sp Kurawan – K. Bupati (MANNA) 4.110 K-1 Nasional Bengkulu Selatan

020 12 K K. Bupati – Jln. Samsul Bahrun(MANNA) 5.720 K-1 Nasional Bengkulu Selatan

021 Sp. Rukis(Manna) – Tanjung Kemuning 40.700 K-1 Nasional Bengkulu Selatan

021 11 K Jln. Iskandar Basir (MANNA) 1.450 K-1 Nasional Bengkulu Selatan

022 Tanjung Kemuning – Linau 44.260 K-1 Nasional Bengkulu Selatan

023 Linau – Batas Prov. Lampung 28.410 K-1 Nasional Bengkulu Selatan

024 Nakau – Batas Kota Kepahyang 48.560 AP Nasiona Kota Bengkulu, Kepahyang

024 11 K Jln. Merdeka(KEPAHYANG) 2.000 AP Nasiona Kepahyang

024 12 K Jln. Santoso(KEPAHYANG) 0.300 AP Nasiona Kepahyang

024 13 K Jln. Lintas Bengkulu(KEPAHYANG) 1.900 AP Nasiona Kephyang

025 Bts Kota Kepahyang – Sp Tabamulan

(CURUP) 21.130 AP Nasiona Kepahyang, Rejang Lebong

026 Sp. Tabamulan – Bts Kota CURUP 5.060 AP Nasiona Rejang lebong

026 11 K Jln. Thamrin(CURUP) 0.900 AP Nasiona Rejang lebong

026 12 K Jln. Merdeka(CURUP) 1.600 AP Nasiona Rejang lebong

026 13 K Jln. A. Yani (CURUP) 1.300 AP Nasiona Rejang lebong

027 Sp. Nangka(CURUP) – Batas Prov .

SUMSEL 42.960 AP Nasiona Rejang lebong

027 11 K Curup – Sp. Nangka (Curup) 6.450 AP Nasiona Rejang lebong

(26)

Tabel 3.7

Jaringan Jalan Kolektor Primer 2 (KP-2) yang menjadi Kewenangan Provinsi Bengkulu Menurut Status dan Fungsi Jalan

Nomor Ruas Nama Ruas Jalan

Panjan g Jalan

(km)

Fungs

i Status Kabupaten

8 1 Curup - Tes 50.07 K-2 Provinsi Rejang Lebong

8 2 Tes - Muara Aman - Tb. Sawah 35 K-2 Provinsi Rejang Lebong

11 Kerkap - Lubuk durian 23.88 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

12 1 Lubuk Durian - Argamakmur 20.85 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

12 2 Argamakmur -Lais 29.37 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

12 11 K Jl. Sudirman (Argamakmur) 1.2 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

12 12 K Jl. Basuki Rahmat (Argamakmur) 1.5 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

12 13 K Jl. Ahmad Yani (Argamakmur) 1 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

12 21 K Jl. Moh. Yamin (Argamakmur) 0.7 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

12 22 K Jl. Moh. Hatta (Argamakmur) 0.6 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

12 23 K Jl. Ir. Soekarno (Argamakmur) 2.2 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

12 24 K Jl. Alamsyah (Argamakmur) 0.28 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

14 Tambang Sawah - Ketenong 16.06 K-2 Provinsi Lebong

17 1 Gunung Selan - Girimulya 28.8 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

17 2 Girimulya - Atas Tebing 26.4 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

17 3 Atas Tebing - Muara Aman 15.1 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

20 Girimulyo - Ds. Air Limas 30 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

21 Lubuk Durian - Lubuk Sini 44.3 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

22 Penarik - Lubuk Pinang 43.62 K-2 Provinsi Muko Muko

24 1 Tanjung Iman - Muara Sahung 24.3 K-2 Provinsi Kaur

24 2 Muara Sahung - Air Tembok (Bts. Sumsel) 17 K-2 Provinsi Kaur

25 Kelutum - Simpang Pino 22.7 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

26 Padang Ulak Tanding - Kota Padang -Derati 29.4 K-2 Provinsi Kepahiang

27 Tabamulan - Simpang Nangka 12.6 K-2 Provinsi Kepahiang

28 Permu - Beringin Tiga 43 K-2 Provinsi Kepahiang

29 Tebat Monok - Tabalagan 53 K-2 Provinsi Kepahiang

32 Sendawar - Maras Jauh - Talang Alai - Ps. Maras 28.4 K-2 Provinsi Seluma

35 Batik Nau - Lubuk Banyau 21.4 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

43 Sp. Durian Bubur (Tedeenan) - Pasar Talo 17.5 K-2 Provinsi Seluma

44 Suka Raja - Padang Copo - Bts. Sumsel 49 K-2 Provinsi Seluma

45 Sp. Air Muring - Sukabaru 23.4 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

46 Sukabaru - Bukit Berlian - Napal Putih 42.8 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

47 Ketahun - Bukit Berlian 21.2 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

50 11 K Argamakmur - Taba Tembilang 5 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

51 Taba Tembilang - Kurotidur 5.25 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

52 Kurotidur - Lubuk Banyau 13.4 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

56 Bukit Berlian - Renajaya 18.15 K-2 Provinsi Bengkulu Utara

30 1 Sp. III Ngalam - Pasar Ngalam 6.8 K-3 Kabupaten Bengkulu

30 2 Ps. Ngalam - Ps. Talo - Kembang Mumpu 55 K-3 Kabupaten Seluma

40 Padang Serai - Simp. Ngalam 28.5 K-3 Kabupaten Seluma

16 Tanjung Agung Palik - Gunung Selan 19.62 K-3 Kabupaten Bengkulu Utara

23 1 Tanjung Kemuning - Datar Lebar 33.5 K-3 Kabupaten Kaur

23 2 Datar Lebar - Mentiring 24.5 K-3 Kabupaten Kaur

31 Kepala Curup - Sp. III Karang Baru 19.7 K-3 Kabupaten Rejang Lebong

33 1 Sp. III Kayu Kunyit - Gd. Agung - Plk. Bengkerung 23.4 K-3 Kabupaten Bengkulu Selatan

33 2 Plk. Bengkerung - SukaRami - Batu Ampar 14 K-3 Kabupaten Bengkulu Selatan

33 3 Sp. Kedurang - Keban Agung - Batu Ampar 20.3 K-3 Kabupaten Bengkulu Selatan

36 Kurawan - Pinyu Layang - Pd. Leban 14.4 K-3 Kabupaten Bengkulu Selatan

37 Sp. III Pd.Guci - Air Kering - Padang Leban 21 K-3 Kabupaten Bengkulu Selatan

38 Sp. Gunung Selan - Unit III Kuro Tidur 13.4 K-3 Kabupaten Bengkulu Utara

39 Tugu Hiu - Taman Hutan Raya - Plajau 10.9 K-3 Kabupaten Bengkulu Utara

41 Air Lang - Desa Apur 13.2 K-3 Kabupaten Bengkulu Utara

42 Desa Kali - Argamakmur 8.2 K-3 Kabupaten Kepahiang

48 Jalan Wisata Air Terjun Curup IX 22.04 K-3 Kabupaten Bengkulu Utara

49 Sp. workshop - Argamakmur 3.7 K-3 Kabupaten Bengkulu Utara

54 Jalan Wisata Suban Air Panas 7.4 K-3 Kabupaten Rejang Lebong

55 Jalan Wisata Kepahyang - Kebawetan - Bandung Baru 16 K-3 Kabupaten Kepahiang

57 Banjarsari - Malkoni - Kayu Apuh 32 K-3 Kabupaten Enggano

58 1 Kelindang - Susup 9.6 K-3 Kabupaten

58 2 Susup-TanjungAlam-Bumi Sari (Ujan Mas) 18.63 K-3 Kabupaten Kepahiang

JUMLAH 2093.01

(27)

Tabel 3.8

Usulan Rencana Peningkatan Jaringan Jalan Nasional (KP1 menjadi AP) di Provinsi Bengkulu untuk Mendukung Fungsi Kota Bengkulu sebagai PKNp(romosi) Nomor Ruas

Baru Nama Ruas Jalan

Panjang

Jalan (km) Fungsi Status Kabupaten

001 Batas Prov. Sumbar – Mukomuko 33.520 AP Nasional Muko-Muko

002 Muko-Muko- Bantal 51.420 AP Nasional Muko-Muko

003 Bantal – Ipuh 49.600 AP Nasional Muko-Muko

004 Ipuh – Seblat 37.600 AP Nasional Muko-Muko

005 Seblat – Ketahun 42.070 AP Nasional Muko-Muko, Bengkulu Utara

006 Ketahun – Ds Air Limas – Bintunan 31.170 AP Nasional Bengkulu Utara

007 Bintunan – Lais 11.380 AP Nasional Bengkulu Utara

008 Lais- Kerkap 20.620 AP Nasional Bengkulu Utara, Bengkulu

Tengah

009 Kerkap – Ps Pedati(S. Hitam) 21.130 AP Nasional Bengkulu Tengah, Kota

Bengkulu

009 11 K Jln. Budi Utomo ( BENGKULU) 2.700 AP Nasional Kota Bengkulu

009 12 K Jln. W.R. SUPRATMAN ( BENGKULU 10.150 AP Nasional Kota Bengkulu

010 Pasar Pedati – Tugu Hiu 6.330 AP Nasional Kota Bengkulu

011 Tugu Hiu – Sp Nakau 2.830 AP Nasional Kota Bengkulu

013 11 K Jln. Air Sebakul - Betungan(BENGKULU) 6.330 AP Nasional Kota Bengkulu

014 11 K Jln. Betungan- Padang Serai(BENGKULU) 4.400 AP Nasional Kota Bengkulu

018 Betungan – Tais 43.420 AP Nasional Kota Bengkulu, Seluma

019 Tais – Maras 58.120 AP Nasional Seluma

020 Maras – Sp Kurawan (MANNA) 14.770 AP Nasional Seluma, Bengkulu Selatan

020 11 K Sp Kurawan – K. Bupati (MANNA) 4.110 AP Nasional Bengkulu Selatan

020 12 K K. Bupati – Jln. Samsul Bahrun(MANNA) 5.720 AP Nasional Bengkulu Selatan

021 Sp. Rukis(Manna) – Tanjung Kemuning 40.700 AP Nasional Bengkulu Selatan

021 11 K Jln. Iskandar Basir (MANNA) 1.450 AP Nasional Bengkulu Selatan

022 Tanjung Kemuning – Linau 44.260 AP Nasional Bengkulu Selatan

(28)

Tabel 3.9

Nama Ruas Jalan yang merupakan Rencana Pembangunan Jalan Baru (Jalan Lintas Tengah) di Provinsi Bengkulu Menurut Status dan Fungsi

No Nama Ruas Jalan Fungsi Status Kabupaten

1

Lubuk Pinang - Lalang Luas –Lubuk Pauh-Sungai Jerinjing-Sungai Ipuh-Lubuk Saung - Bukit Makmur - Talang Arah - Gajah Makmur (SP VIII

K-2 Provinsi Muko Muko

2

Suka Baru (PLG) - Air Tenang – Talang Lumpang-Tanjung Dalam-Teluk Kangu- Batu Payung - Talang Benai - Daen Sunraio - Limas Jaya (D IV) – Unit IX - Giri Mulya - Kuro Tidur – Senali – Taba Tembilang - Lubuk Saung – Kemumu - Lubuk Durian - Pematang Tiga – Sekayun – Bajak – Kelindang - Lubuk Sini - Suka Rami

K-2 Provinsi Bengkulu Utara

3 Padang Capo – Ulu Talo - Durian Bubur – Sendawar K-2 Provinsi Seluma 4 Simpang Manna+Tanjung Sakti – Palak Bengkerung –

Batu Ampar K-2 Provinsi Bengkulu Selatan

5

Datar Lembar – Bungin Tambun II - Muara Sahung – Tanjung Agung - Palawan – Bandigagung (Batas Lampung)

K-2 Provinsi Kaur

6 Lintasan Muara Aman – Ketenong Tambang Sawah –

Ketenong I – Ketenong II – Sungai Lisai – Merangin K-2 Provinsi Lebong

 Rencana pembangunan Jalan Lintas Tengah Provinsi Bengkulu yaitu pembangunan jalan baru yang berfungsi sebagai jalan kolektor primer meliputi ruas jalan dan jembatan yaitu: Batas Provinsi Lampung - Muara Dua - Muara Sahung - Datar Lebar - Batu Ampar - Palak Bengkerung -Simpang Pino – Sendawar - Padang Capo - Lubuk Sini – Pelajau - Lubuk Durian - Gunung Selan - Giri Mulya Dusun Baru Napal Putih Suka Merindu Talang Gelumbang -Talang Arah – Tunggang - Bunga Tanjung - Lubuk Saung - Lalang Petai - Lubuk Pinang - Batas Sumatera Barat.

B. Rencana Terminal dan Sarana Angkutan Umum

Terminal penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan/ menurunkan penumpang, perpindahan intra dan atau antar moda transportasi serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Terminal penumpang berdasarkan fungsi pelayanannya dibagi menjadi :

 Terminal Penumpang Tipe A, berfungsi melayani kendaraan angkutan umum untuk angkutan luar kota antar propinsi, dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.

 Terminal Penumpang Tipe B, berfungsi melayani kendaraan angkutan umum untuk angkutan kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.

 Terminal Penumpang Tipe C, berfungsi melayani kendaraan angkutan umum untuk angkutan pedesaan

Gambar

Tabel 3.3  Kriteria Fungsi Kota

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah pasangan yang diperlukan tergantung pada peluang karakteristik p, jumlah bit subkey yang dihitung serentak,k, jumlah rata-rata per pasangan yang

sebesar paling tinggi 100% (seratus per seratus) dari PBB-P2 yang terutang dalam bal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa sebagaimana dimaksud dalam

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL TENTANG PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK PARKIR YANG TERUTANG. KESATU :

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder yang terdiri dari Data Statistik Bank Indonesia mengenai jumlah cadangan devisa, suku bunga domestik,

Jenis BAL yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lactobacillus plantarum dengan kode 1A5 hasil isolasi dari daging sapi yang telah mengalami postmortem selama 9 jam dan

KONSEP CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK (CPPB) PADA PEMBUATAN KACANG OVEN DI INDUSTRI RUMAH TANGGA.. “ SAMUDRA ”

Metode dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D) dengan model pengembangan Brog and Gall yang telah di modifikasi oleh Sugiyono. Ada 7

Meter aliran jenis orifice adalah alat ukur aliran tipe penghalang ( obstruction ) yang menggunakan plate orifice sebagai diafragma untuk membentuk beda tekanan lihat