• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Tahun 1990-2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Tahun 1990-2018"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERKEMBANGAN NERACA PERDAGANGAN

INDONESIA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHINYA TAHUN 1990-2018

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh :

RATIH DIYAH FITRIANA B300 160 080

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

1

ANALISIS PERKEMBANGAN NERACA PERDAGANGAN INDONESIA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA TAHUN 1990-2018

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Kurs, Inflasi, Cadangan Devisa dan BI Rate Terhadap Neraca Perdagangan di Indonesia Tahun 1990-2018. Data yang digunakan adalah data time series yang dipublikasikan oleh World Bank, Bank Indonesia (BI), dan Badan Pusat Statistik (BPS). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analis regresi berganda dengan Model OLS (Ordinary Least Squares). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam uji asumsi klasik variabel kurs dan cadangan devisa berpengaruh secara signifikan terhadap neraca perdagangan tetapi variabel inflasi dan BI Rate tidak berpengaruh signifikan terhadap neraca perdagangan.

Kata kunci: Kurs, inflasi, cadangan devisa, BI rate, neraca perdagangan.

Abstract

This study aims to examine the effect of the Exchange Rate, Inflation, Foreign Exchange Reserves and the BI Rate on the Trade Balance in Indonesia in 1990-2018. The data used are time series data published by the World Bank, Bank Indonesia (BI), and the Central Statistics Agency (BPS). The analytical method used in this study is multiple regression analyst with OLS (Ordinary Least Squares) Model. Based on the results of this study it can be concluded that in the classical assumption test the exchange rate and foreign exchange reserves significantly influence the trade balance but the inflation and BI Rate variables do not significantly influence the trade balance.

Keywords: exchange rate, inflation, foreign exchange reserves, BI rate, trade balance.

1. PENDAHULUAN

Kondisi neraca perdagangan yang defisit seringkali dijadikan indikator buruknya perekonomian suatu Negara. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena neraca perdagangan tidak memiliki suatu kondisi ideal. Untuk dapat menyatakan kondisi neraca perdagangan yang defisit sebagai hal yang buruk atau baik sangatlah relatif terhadap kondisi perekonomian baik itu domestik maupun internasional. Sebagai salah satu Negara yang menganut sistem perekonomian terbuka seperti Indonesia saat ini, suatu negara tidak akan lepas dari kegiatan perekonomian internasional. Kondisi perekonomian suatu Negara, khususnya dalam hal perdagangan

(6)

2

internasional, dapat diketahui dengan melihat neraca perdagangan tersebut. Neraca perdagangan yaitu salah satu instrumen dalam neraca pembayaran yang menunjukkan kondisi ekspor dan impor suatu Negara. Data-data yang ada dalam neraca perdaganagan dapat menunjukkan tidak hanya kondisi tetapi kinerja ekspor dan impor suatu Negara (Salvatore, 2004).

Neraca perdagangan dapat melihat beberapa kondisi. Kondisi pertama yaitu kondisi surplus. Neraca perdagangan dikatakan surplus jika jumlah ekspor suatu Negara lebih besar dari jumlah impornya. Neraca perdagangan dikatakan defisit ketika jumlah impor suatu Negara lebih besar dari jumlah ekspornya (Mankiw, 2006).

Namun, apabila kondisi neraca perdagangan defisit terjadi secara terus menerus maka hal tersebut perlu diperhatikan karena dapat mengindikasikan buruknya kondisi perekonomian terutama dalam hal kinerja ekspor. Kondisi neraca Perdagangan di Indonesia pada periode 2009-2018 dapat dilihat pada Grafik I-1.

Gambar 1. Neraca Perdagangan dalam Juta USD Sumber: Badan Pusat Statistik (2019), diolah

-50 0 50 100 150 200 250 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Ekpor Impor Neraca

(7)

3

Dari Grafik I-1 terlihat tingkat Neraca Perdagangan di Indonesia selama periode 2009-2018 mengalami fluktuasi yang cukup dinamis. Neraca Perdagangan tertinggi terjadi pada tahun 2018 yakni sebesar -4.161 Juta USD, sedangkan defisit terendah terjadi pada tahun 2012 yakni sebesar -1.669 Juta USD. Kemudian pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 memiliki trend positif yaitu sebesar 19.680, 22.115, dan 26.061 Juta USD. Pada grafik I-1 menunjukkan perkembangan nilai ekspor Indonesia yang lebih besar dari pada impor. Akan tetapi perkembangan tersebut tidak berlangsung lama sejak akhir tahun 2012 hingga pada tahun 2014 terjadi trend neraca perdagangan negatif yaitu sebesar -1.669, -4.076, dan -2.198 Juta USD, peningkatan jumlah nilai ekspor Indonesia sejak tahun tersebut lebih rendah dari peningkatan jumlah nilai impor sehingga menyebabkan neraca perdagangan, tahun 2015-2017 Indonesia dapat mengembalikan perdagangan Indonesia dalam posisi surplus yaitu sebesar 7.671, 9.533 dan 11.842 Juta USD.

Tahun 2012, 2013, 2014, dan 2018 menjadi tahun yang kurang baik bagi kinerja perdagangan Internasional Indonesia. Perlambatan laju ekspor dan penurunan harga komoditas ekspor utama Indonesia di pasar Internasional telah menyebabkan penurunan nilai ekspor Indonesia secara signifikan. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya defisit neraca perdagangan Indonesia pertama kali sejak tahun 1961. Salah satu penyebab terjadinya defisit neraca perdagangan yaitu tekanan defisit neraca perdagangan komoditi migas serta turunnya kinerja ekspor di sejumlah sektor lantaran melemahnya permintaan Global. (Kemendag,2019)

Untuk mengantisipasi ketidakpastian pasar internasional maka yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengurangi ekspor produk primer dan meningkatkan ekspor produk manufaktur Indonesia. Hal tersebut dikarenakan produk primer tidak memberikan nilai tambah dalam produk yang diekspor, sedangkan produk manufaktur memberikan nilai tambah tinggi bagi kegiatan ekonomi. (Kementrian Perindustrian, 2013).

(8)

4

2. METODE

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah dalam bentuk time series dalam periode waktu 28 tahun, yaitu dari tahun 1990 - 2018. Secara umum data dalam penelitian ini diperoleh dari World Bank, Badan Pusat Statistik, Kemenkeu. Data terkait neraca perdagangan dan suku bunga diperoleh dari situs resmi BPS (www.bps.go.id), sedangkan data terkait kurs, inflasi, cadangan devisa, diperoleh dari situs resmi World Bank (www.worldbank.org). Informasi lain bersumber dari beberapa jurnal ilmiah dan buku-buku teks.

Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh Kurs, Inflasi, Cadangan Devisa, Tingkat Suku Bunga terhadap Neraca Perdagangan Indonesia adalah regresi berganda dengan pendekatan Model OLS (Ordinary Least Squares). yang formulasi model estimatornya adalah :

εt

Di mana :

: Nilai Tukar (Rupiah)

: Inflasi (Persen)

: Cadangan Devisa (Juta US$)

: Suku Bunga Bank Indonesia (Persen)

: Error term (faktor kesalahan) : Konstanta

… : Koefisien regresi variabel independen

t : tahun ke t

Langkah-langkah estimasinya akan meliputi : estimasi parameter model estimator, uji asumsi klasik, uji kebaikan model, dan uji validitas pengaruh.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil estimasi model ekonometrik di atas beserta uji pelengkapnya telihat dalam Tabel 1.

(9)

5

Tabel 1. Hasil Estimasi Model Ekonometri

341629,4 + 24146,83 logKURSt+ 152,6431 INFt –21741,09

(0,0010)* (0,6743) (0,0018)* – 907,3116 BIRATEt

(0,1875)

R2 = 0,4125; DW-Stat. = 1,3364; F-Stat. = 4,2135; Prob. F-Stat. = 0,0100

Uji Diagnosis

(1) Multikolinieritas (VIF)

KURS = 5,2909; INF = 3,2191; DEV = 7,1059; BIRATE = 4,7709

(2) Normalitas JB(2) = 2,1592; Prob. (JB) = 0,3397 (3) Otokorelasi 2 (3) = 4,9517; Prob. (2) = 0,1754 (4) Heteroskedastisitas 2 (14) = 10.0090; Prob. (2) = 0,7615 (5) Linieritas F(2,21) = 1,6692; Prob. (F) = 0,2092

Sumber: BPS, diolah. Keterangan: *Signifikan pada  = 0,01; **Signifikan pada  = 0,05; ***Signifikan pada  = 0,10. Angka dalam kurung adalah probabilitas empirik (pvalue) t-statistik.

3.1.Uji Asumsi Klasik

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series, sehingga seperti yang disajikan dalam Tabel 1, uji asumsi klasiknya akan meliputi uji multikolinieritas, uji normalitas residual, uji otokorelasi, uji heterokedastisitas dan uji spesifikasi atau linieritas model.

3.1.1 Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas yang digunakan adalah uji VIF. Uji VIF multikolinieritas terjadi apabila nilai VIF untuk variabel independen ada yang bernilai > 10. Adapun hasil uji multikolinieritas terlihat pada Tabel 2.

(10)

6

Tabel 2. Hasil Uji VIF

Variabel VIF Kriteria Kesimpulan

log Kurs 5,2909 < 10 Tidak menyebabkan multikolinieritas INF 3,2191 < 10 Tidak menyebabkan multikolinieritas Log DEV 7,1059 < 10 Tidak menyebabkan multikolinieritas BIRATE 4,7709 < 10 Tidak menyebabkan multikolinieritas

3.1.2 Uji Normalitas Residual

Uji Normalitas residual dalam penelitian ini menggunakan Jarque Bera (JB). H0

uji JB adalah distribusi residual normal; dan HA-nya distribusi residual tidak

normal. H0 diterima jika nilai p (p value), probabilitas, atau signifikansi empirik

statistik JB > α; H0 ditolak jika nilai p (p value), probabilitas, atau signifikansi

empirik statistik JB ≤ α. Dari Tabel 2, terlihat nilai p, probabilitas, atau signifikansi empirik JB sebesar 0,3397 ( > 10) jadi H0 diterima, yang berarti

distribusi residual normal.

3.1.3 Uji Otokorelasi

Otokorelasi akan diuji dengan Breusch Godfrey (BG). H0 dari uji BG adalah tidak

terdapat otokorelasi dalam model; HA-nya terdapat otokorelasi dalam model. H0

diterima jika signifikansi statistik χ2

> α dan H0 ditolak apabila signifikansi χ2 ≤ α.

Dari Tabel 2, terlihat nilai nilai p, probabilitas, atau signifikansi empirik statistik χ2

uji BG sebesar 0,1754 (> 0,10); jadi H0 diterima. Kesimpulan tidak

terdapat masalah otokorelasi dalam model.

3.1.4 Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji White. H0 uji White

adalah tidak ada masalah heterokedastisitas dalam model; dan HA-nya terdapat

masalah heterokedastisitas dalam model. H0 diterima apabila nilai p (p value),

probabilitas atau signifikansi empirik statistik χ2

uji White > α; H0 ditolak apabila

(11)

7

Dari Tabel 2, terlihat nilai p, probabilitas atau signifikansi empirik statistik χ2

uji White adalah sebesar 0,7615 (> 0,10); jadi H0 diterima, kesimpulan tidak

terdapat heterokedastisitas dalam model.

3.2Uji Spesifikasi Model

Ketepatan spesifikasi atau linieritas model dalam penelitian ini akan diuji menggunakan uji Ramsey Reset. Uji Ramsey Reset memiliki H0 spesifikasi

modelnya tepat atau linier; sementara HA-nya spesifikasi modelnya tidak tepat

atau tidak linier. H0 diterima apabila nilai p (p value), probabilitas atau

signifikansi empirik statistik F uji Ramsey Reset ≤ α.

Nilai p, probabilitas atau signifikansi empirik statistik F uji Ramsey Reset terlihat memiliki nilai sebesar 0,2092 (> 0,10); jadi H0 diterima. Kesimpulan

spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian tepat atau linier.

3.3Uji Kebaikan Model

3.3.1Eksistensi Model

Model eksis apabila seluruh variabel independen secara simultan memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak secara simultan bernilai nol). Uji eksistensi model adalah uji F. Dalam penelitian ini, formulasi hipotesis uji eksistensi modelnya adalah H0 : β1 = β2 = β3 = 0, koefisien regresi

secara simultan bernilai nol atau model tidak eksis; HA : β1 ≠ 0│ β2 ≠ 0│ β3 ≠ 0,

koefisien regresi secara tidak simultan bernilai nol atau model eksis. H0 akan

diterima jika nilai p (p value), probabilitas atau signifikansi empirik statistik F > α; H0 akan ditolak jika nilai p (p value), probabilitas atau signifikansi empirik

statistik F ≤ α.

Dari Tabel 1, terlihat nilai p (p value), probabilitas atau signifikansi empirik statistik F pada estimasi model memiliki nilai 0,0000, yang berarti < 0,01; jadi H0

ditolak, kesimpulan model yang digunakan dalam penelitian eksis.

3.3.2. Interpretasi Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) menunjukkan daya ramal dari model terestimasi. Dari Tabel 1, terlihat nilai R2 sebesar 0,4125, artinya 41,25% variasi variabel Neraca

(12)

8

Perdagangan (TB) dapat dijelaskan oleh variabel Nilai Tukar (KURS), variabel Inflasi (INF), variabel Cadangan Devisa (DEV) dan variabel Tingkat Suku Bunga (BIRATE). Sisanya 58,75% dipengaruhi oleh variabel-variabel atau faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model.

3.4Uji Validitas Pengaruh

Uji validitas pengaruh menguji signifikansi pengaruh dari variabel indpenden secara sendiri-sendiri. Uji validitas pengaruh adalah uji t. H0 uji t adalah βi = 0,

variabel independen ke i tidak memiliki pengaruh signifikan; dan HA-nya βi ≠ 0,

variabel independen ke imemiliki pengaruh signifikan. H0 akan diterima jika nilai

p (p value), probabilitas atau signifikansi empirik statistik t > α; H0 akan ditolak

jika nilai p (p value), probabilitas atau signifikansi empirik statistik t ≤ α.

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Pengaruh Variabel Independen

Variabel sig. t Kriteria Kesimpulan

logKURS 0,0010 ≤ 0,01 Berpengaruh Signifikan pada α = 0,01 INF 0,6743 > 0,10 Tidak Berpengaruh Signifikan pada α = 0,10 logDEV 0,0018 ≤ 0,01 Berpengaruh Signifikan pada α = 0,01

BIRATE 0,1875 > 0,10 Tidak Berpengaruh Signifikan pada α = 0,10

3.5. Interpretasi Ekonomi

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan model regresi OLS didapat bahwa nilai tukar dan cadangan devisa memiliki pengaruh signifikan terhadap Neraca Perdagangan Indonesia. Hal ini sesuai dengan hasil yang dilakukan oleh Asnawi dan Hasniati (2018), menunjukkan bahwa variabel nilai tukar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Neraca Perdagangan. Kurs merupakan sala satu harga yang lebih penting dalam perekonomian terbuka, karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar, mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil. Perubahan nilai tukar yang terjadi, baik apresiasi maupun depresiasi

(13)

9

akan mempengaruhi kegiatan ekspor dan impor barang-barang di negara Indonesia. Hal itu dikarenakan mata uang US Dollar masih merupakan mata uang yang mendominasi pembayaran perdagangan global. Apabila Rupiah melemah terhadap US Dollar, maka yang diuntungkan adalah eksportir karena harga barang ekspor relatif lebih murah daripada harga barang impor. Sehingga, barang yang diekspor negara Indonesia ke negara tujuan ekspor semakin meningkat dan neraca perdagangan akan surplus.

Menurut Mundell-Fleming, hubungan kurs riil dengan net ekspor adalah apabila kurs riil lebih rendah, maka harga barang-barang dalam negeri akan lebih murah daripada harga barang-barang luar negeri. Sehingga, net ekspor meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Marheni dan Deki (2017), yang menunjukkan bahwa variabel cadangan devisa memiliki pengaruh yang signifikan dengan Neraca Perdagangan. Cadangan devisa merupakan cadangan dana yang sering dijadikan sebagai indikator kesehatan moneter suatu Negara dikarenakan cadangan devisa sebagai indikasi menandakan bahwa negara tersebut sedang mengalami kemunduran perekonomian yang sering disebut dengan krisis moneter. Dijadikannya cadangan devisa sebagai indikasi kemunduran perekonomian membuat negara Indonesia berusaha untuk membuat cadangan devisanya stabil dan meningkat. Untuk membuat cadangan devisa negara stabil dan meningkat, terdapat hubungan antara cadangan devisa dengan neraca perdagangan dikarenakan jika nilai ekspor lebih besar dari pada nilai impor maka terjadi surplus perdagangan. Peningkatan cadangan devisa Negara difaktori oleh Surplusnya neraca perdagangan tersebut, bahwa cadangan devisa Indonesia berpengaruh positif terhadap net ekspor atau neraca perdagangan cadangan devisa Indonesia. Berpengaruh positifnya net ekspor atau neraca perdagangan terhadap cadangan devisa dikarenakan dalam kegiatan neraca perdagangan dalam hal ini ekspor dan impor, valuta asing yang masuk ke dalam negeri melalui ekspor lebih besar dari pada jumlah valuta asing yang keluar negeri melalui impor. Dengan adanya selisih valuta asing dari kegiatan ekspor dan impor tersebut, maka selisih tersebut akan menjadi cadangan devisa Negara dan ketika tingkat ekpor mengalami penurunan atau negara lebih banyak mengimpor dari pada mengkspor

(14)

10

maka cadangan devisa akan mengalami penurunan dan dapat menyebabkan defisit neraca perdagangan, sebaliknya jika tingkat ekspor mengalami peningkatan (surplus) maka cadangan devisa yang dimiliki juga akan mengalami peningkatan.

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan analisis regresi pada BAB IV, maka dapat diambil kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut : Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini lolos dari semua uji asumsi klasik, yang meliputi uji multikolinieritas, uji normalitas residual, uji otokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji spesifikasi model. Uji kebaikan model memperlihatkan bahwa model ekonometrik yang dipakai dalam penelitian ini eksis, dengan koefisien determinan R2 sebesar 0.4125 atau 41,25%. Artinya variabel Neraca Perdagangan Indonesia dapat dijelaskan oleh variasi variabel kurs, inflasi, cadangan devisa, suku bunga BI suku bunga BI. Sedangkan sisanya 58,75% dijelaskan oleh variasi variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Berdasarkan uji validitas pengaruh (uji t) ditemukan variabel kurs dan cadangan devisa berpengaruh signifikan, adapun variabel inflasi dan birate tidak berpengaruh signifikan. Kurs memiliki pengaruh signifikan terhadap neraca perdagangan apabila nilai tukar naik, maka neraca perdagangan akan naik juga. Sebaliknya apabila nilai tukar turun, maka neraca perdagangan akan turun juga kemudian variabel cadangan devisa memiliki pengaruh negatif terhadap neraca perdagangan apabila cadangan devisa naik, maka neraca perdagangan akan turun. Sebaliknya apabila cadangan devisa turun, maka neraca perdagangan akan naik Perkembangan neraca perdagangan selama tahun 1990 hingga 2018 dipengaruhi oleh nilai tukar dan cadangan devisa sehingga dapat dijadikan sebagai indikator kesehatan moneter suatu Negara.

4.2 Saran

Saran yang dapat diberikan penulis melalu hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagi stakeholder, sebaik-baiknya impor dalam membangun pertumbuhan ekonomi akan lebih baik apabila adanya beberapa batasan atau hambatan impor

(15)

11

yang dampaknya dapat mengurangi impor sehingga produk dalam negeri tetap dapat bersaing namun tidak tersingkirkan dari pasaran. Impor hendaknya diorientasikan pada impor bahan-bahan baku dan bahan penolong bagi pengembangan industri dalam negeri untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor produk yang konsumtif. Bagi perusahaan, kegiatan ekspor seharusnya di dukung penuh oleh pemerintah karena merupakan sumber devisa bagi negara. Bagi pihak pengekspor, pemerintah berkewajiban memberikan kemudahan dari segi peraturan ekspor maupun pinjaman dana. Kemudahan dalam kegiatan ekspor akan memacu faktor produksi dalam negeri untuk melakukan ekspansi pasar ke luar negeri. Melalui peningkatan ekspor sesuai penelitian akan memberikan kontribusi positif pada kondisi Perdagangan Indonesia. Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya tetap mempertimbangkan variabel kurs, inflasi, cadangan devisa, suku bunga BI sebagai variabel yang mempengaruhi neraca perdagangann, karena sesuai dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh terhadap neraca perdagangan.

DAFTAR PUSTAKA

Aniyati Ika, Udiyana dkk. 2017. “Fluktuasi Nilai Kurs dan Inflasi Pengaruhnya Terhadap Ekspor Impor dan Neraca Perdaganga Indonesia Tahun 2007-2012”. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 15(1) : 1-13.

Badan Pusat Statistik. 2019. Tabel Neraca Perdagangan Menurut Negara Asal Periode 2000-2018. Diakses dari https://www.bps.go.id.

Ghozali , Imam. 2009. Ekonometrika Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.

Ginting, Ari Mulianta. 2014. “Perkembangan Neraca Perdagangan dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya”. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan. Vol.8, No.1.

Ginting, Ari Mulianta. 2016. “Analisis Determinasi Inflasi di Indonesia”. Jurnal Organisasi dan Manajemenen. vol.12,no.1 hal 89-96.

Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Alih Bahasa Sumarno Zain. Erlangga : Jakarta.

Hakim Abdul, Indra 2012. “Kajian Empiris Fluktuasi Neraca Perdagangan Indonesia”. Unisia. Vol. XXXIV, No.77.

(16)

12

Hapsari, Tri Anggraeni. 2018. “Fenomena Kurva J Pada Neraca Perdagangan Indonesia Dengan Enam Negara Mitra Dagang Utama”. Jurnal

Dinamika Ekonomi Pembangunan. Vol. 1, No. 2

Hasniati, Asnawi. 2018. “Pengaruh Produk Domestik Bruto, Suku Bunga, Kurs terhadap Neraca Perdagangan Di Indonesia” . Jurnal Ekonomi Regional Unimal. Vol. 1, No. 1

Kementrian Dagang (Kemendag). 2018. Buletin Neraca Perdagangan Indonesia. Diakses dari https://www.kemendag.go.id.

Kementrian Dagang (Kemendag). 2019. Defisit Neraca Perdagangan Karena Pelemahan Permintaan Global. Diakses dari

https://www.kemendag.go.id. Diakses tanggal 23 Mei. Jam 17.15

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga

Mankiw, N Greogory. 2007. Makroekonomi Arus Modal Internasional dan Neraca Perdagangan. Harvard University : 115-116.

Marheni, Deki dkk. 2017. “Analilis Pengaruh Portofolio, Kurs USD, Utang Luar Negeri Terhadap Neraca Perdagangan di Indonesia. Jurnal Ilmiah Progresif Manajemen Bisnis. Vol.16, No.2.

Mildyanti, Rini dkk. 2019. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa (Studi Kasus Di Indonesia dan China)”. Jurnal Kajian Ekonomi dan Pembangunan.Vol. 1, No.1 :165-176

Rahmawati, Dewi Mustika. 2014. “Pengaruh Kurs dan GDP terhadap Neraca Perdagangan Indonesia di Indonesia Tahun 1990-2012”. Jurnal Unnes.

Vol.1

Safitriani, Suci. 2014. “Perdagangan Indonesia dan Foreign Direct Investment di Indonesia”. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan. Vol.8, No.1

Sukirno,Sadono. 2000. Makroekonomi Modern. PT Raja Grafindo Persada.

Utomo, Yuni Prihadi. 2018. Eksplorasi Data & Analisis Regresi Dengan SPSS. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Gambar

Gambar 1. Neraca Perdagangan dalam Juta USD  Sumber: Badan Pusat Statistik (2019), diolah
Tabel 1. Hasil Estimasi Model Ekonometri
Tabel 2. Hasil Uji VIF

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia berada pada zona ring of fire dan di lalui tiga lempeng aktif dunia, lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik sehingga Indonesia memiliki jumlah gunung aktif

Nilai Kebahagiaan dalam kehidupan berkeluarga dan bersosial pada penelitian ini menunjukan bahwa kebahagiaan tidak secara langsung dipengaruhi oleh status sosial ekonomi hal

Dari Gambar 26 pengujian kinerja mesin diesel dengan menggunakan bahan bakar minyak nyamplung dapat dilihat daya maksimum yang dihasilkan adalah 4,56 kW dan

Anggota-anggota sebagai tersebut dalam ayat (1) pasal ini ditunjuk oleh masing-masing jawatan yang bersangkutan sedang yang dari partikelir diangkat oleh Pemerintah Kotapraja

Besaran pokok Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 dengan dasar pengenaan pajak

Tentu saja para orang tua sulit dalam menerapkan perilaku keagamaa pada anak karena di lingkungan Desa Karang Asih ini merupakan salah satu desa yang dihuni

Dalam penelitiannya Daryanto (2014:39) menyatakan kemunculan perangkat Gamelan Pakurmatan Sekaten sebagai sarana penyebaran agama Islam dapat dimaknai sebagai konsep

Dalam budidaya jamur memerlukan teknologi yang memudahkan petani dalam merawat tanaman jamur dan menjaga supaya kondisi kumbung jamur selalu terjaga, maka diperlukan suatu