• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI DAN APLIKASI KITINASE DARI B. licheniformis HSA3-1a DALAM MENGHIDROLISIS KITIN DARI LIMBAH UDANG DAN DINDING SEL JAMUR Ganoderma sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKSI DAN APLIKASI KITINASE DARI B. licheniformis HSA3-1a DALAM MENGHIDROLISIS KITIN DARI LIMBAH UDANG DAN DINDING SEL JAMUR Ganoderma sp."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI DAN APLIKASI KITINASE DARI B. licheniformis HSA3-1a

DALAM MENGHIDROLISIS KITIN DARI LIMBAH UDANG DAN

DINDING SEL JAMUR Ganoderma sp.

Hasnah Natsir 1), Abd. Rauf Patong1), Maggy T.Suhartono2) and Ahyar Ahmad1)

1)

Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University, Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea,

Makassar, South Sulawesi, Indonesia 90245 2)

Departement of Food Technology and Human Nutrition Fateta and Research Center for Biotechnology, Bogor Agricultural University,

Jl. Raya Dramaga, Campus IPB. PO.BOX 220, Bogor 16002, West Java, Indonesia

Email: hasnahnatsir@gmail.com

ABSTRAK

Kitinase merupakan enzim golongan hidrolitik yang dapat menghidrolisis kitin dari berbagai

sumber. Kitinase ini mempunyai aplikasi komersial dalam bidang pertanian dan kesehatan

.

Produksi kitinase dari

B. licheniformis

HSA3-1a dilakukan secara ekstraseluler pada kondisi

optimum, kemudian kitinase tersebut diaplikasikan dalam menghidrolisis kitin dari limbah

udang dan kitin pada jamur

Ganoderma

sp. penyebab penyakit busuk batang pada kelapa

sawit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri

B. licheniformis

HSA3-1a potensial

menghasilkan kitinase yang diproduksi maksimum pada kondisi waktu fermentasi 72 jam,

konsentrasi koloidal kitin 0,5%, suhu 55

o

C dengan nilai aktivitas 0,225 U/mL. Kemampuan

kitinase dalam menghidrolisis kitin dari limbah udang ditunjukkan dengan hasil pengujian

aktivitas enzim yang menggunakan substrat kitin dari limbah udang dengan aktivitas 0,48

Unit/mL dan pola tekstur kitin sebelum dan sesudah hidrolisis terlihat berbeda yang dianalisis

dengan menggunakan SEM

(Scanning Electron Microscope).

Kitinase juga dapat

menghidrolisis kitin pada dinding sel jamur

Ganoderma

sp., hal ini ditunjukkan dengan

adanya zona inhibisi disekitar koloni setelah diinkubasi 48 jam sebesar 19

,

5 mm.

Kata kunci: B. licheniformis, Kitinase, Kitin, Ganoderma sp.

PENDAHULUAN

Kitinase

adalah

enzim

yang

dapat

mendegradasi kitin, menjadi oligomer sampai

dimernya. Kitinase dan hasil hidrolisisnya

banyak

dimanfaatkan

dalam

bidang

bioteknologi

pertanian,

kesehatan

dan

lingkungan (Muzzarelli and Peter, 1997; Patil

et. al.,

2000). Mekanisme kerja enzim kitinase

dalam menghidrolisis kitin pada limbah udang

dan jamur patogen, terkait dengan adanya

kitin pada limbah udang dan pada dinding sel

jamur yang dapat dimanfaatkan oleh enzim

tersebut sebagai substratnya (Katatny

et. al.,

2000). Kitin merupakan polimer linier yang

tersusun dari 2.000–3.000 monomer

N-asetil-D-glukosamin

yang

dihubungkan

dengan ikatan

-1,4-glikosida. Sumber

utama kitin adalah limbah hasil laut seperti:

kulit udang, lobster, dan cangkang kepiting,

serta dinding sel jamur dan bakteri (Wang

and Chang,1997 dan Natsir

et.al.

2002).

(2)

Penggunaan kitinase telah dilaporkan oleh

beberapa peneliti antara lain: Katatny

dkk.

(2000) menggunakan kitinase dan

1,3-glukanase

dari

Trichoderma

harzianum

sebagai agensia fungisida dalam pengendalian

jamur

Sclerotium rolfsii

secara

in vitro

;

sedangkan Harjono dan Widyastuti (2001)

menggunakan

endo-kitinase

murni

dari

Trichoderma reesei

sebagai fungisida dalam

menghambat perkecambahan spora jamur

patogen

Ganoderma philippii

secara

in-vitro

.

Berdasarkan informasi pada latar belakang,

maka dilakukan produksi kitinase dari

B.

licheniformis

HSA3-1a dan diaplikasikan

dalam hidrolisis kitin pada limbah udang dan

kitin pada dinding sel jamur

Ganoderma

sp.

METODE PENELITIAN

Bahan:

Bakteri

B. licheniformis

HSA3-1a

yang diisolasi dari sumber air panas Sulili

Sulawesi Selatan, kitin dari limbah udang,

NaOH, HCl, N-asetil-D-glukosamin, Na

2

CO

3

,

K

3

[Fe(CN)

6

], CuSO

4

.5H

2

O, Sephadeks

G-75

dan bahan untuk medium.

Produksi Enzim Kitinase

Produksi

kitinase

dilakukan

dengan

menggunakan inokulum aktif 10-15% dari

spora biakan

B. licheniformis

HSA3-1a dengan

komposisi medium: (NH

4

)

2

SO

4

0,7%, yeast

ekstrak 0.05%, bakto tripton 0,1%, NaCl 0,1%,

K

2

HPO

4

0,1%, MgSO

4

.7H

2

O 0,01% dan

koloidal kitin 0,5%, dishaker pada 55

o

C, 180

rpm selama 72 jam, Selanjutnya kitinase yang

dihasilkan diuji aktivitas enzim dengan metode

schales

(Natsir

et al.

, 2010), dan uji protein.

Pengukuran Aktivitas Kitinase

Prinsip

pengukuran

aktivitas

kitinase

didasarkan pada jumlah gula pereduksi yang

dihasilkan dari hidrolisis koloidal kitin dan

diukur dengan dengan metode S

chales

modifikasi (Toharisman

et al.,

2005; Natsir

et

al.

,2010). Uji aktivitas enzim menggunakan

substrat koloidal kitin 0,3 % yang diinkubasi

pada 55

o

C selama 30 menit. Selanjutnya

campuran enzim,

substrat dan bufer

ditambah reagen S

chales.

Hasil reaksi

diukur pada panjang gelombang 420 nm.

Pengukuran ini menggunakan

N-asetil-D-glukosamin sebagai larutan standar.

Satu

unit aktivitas enzim kitinase didefinisikan

sebagai sejumlah enzim yang menghasilkan

1µmol N

-asetil-D-glukosamin per menit.

Aplikasi kitinase dalam menghidrolisis

kitin limbah udang.

Uji hidrolisis kitin menggunakan sampel: 1)

serbuk kitin dari limbah udang windu 2)

glikol kitin, dan 3) koloidal kitin yaitu

serbuk kitin sigma yang dibuat dalam

bentuk koloid. Sebelum menggunakan kitin

dari limbah udang terlebih dahulu dilakukan

isolasi kitin dari limbah udang secara

kimiawi. Isolasi kitin dari limbah udang

mengikuti metode Bastaman

dkk.

(1998) dan

Natsir,

dkk.

(2007) dengan menggunakan

larutan NaOH 0,5M pada tahap deproteinasi,

dan HCl 1,0 N pada tahap demineralisasi.

Hasil isolasi berupa serbuk kitin digunakan

sebagai substrat dalam uji hidrolisis kitinase

kasar dan murni. Analisis struktur kitin hasil

hidrolisis kitinase menggunakan alat SEM

(Scanning Electron Microscope).

Aplikasi kitinase dalam hidrolisis kitin

pada dinding sel jamur secara in vitro

Uji aktivitas kitinase dalam hidrolisis kitin

ini menggunakan jamur uji

Ganoderma

sp.

Pengujian dilakukan dengan metode difusi

agar yang menggunakan

paper disc

. Biakan

jamur

Ganoderma

sp. telah tumbuh dalam

medium potato dekstrose agar (PDA) selama

1x24 jam, dimasukkan

paper disc

yang

telah diberi kitinase ektrak kasar dan

kitinase murni, kemudian diinkubasi 2-3

hari. Pengamatan zona hidrolisis dilakukan

setiap hari dengan mengukur zona inhibisi

pada biakan jamur uji tersebut. Zona

inhibisi memberikan indikasi aktivitas

hidrolisis kitinase pada dinding sel jamur.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Kitinase

Enzim kitinase dari

B. licheniformis

HSA3-1a

diproduksi maksimum selama 72 jam dalam

medium sintetik minimum (MSM) dengan

kondisi suhu 50

o

C dan pH 7,0 yang seiring

dengan pertumbuhan sel mencapai akhir fase

stasioner dengan aktivitas kitinase sebesar

0,225 U/mL (Gambar 1). Hasil penelitian ini

menunjukkan

bahwa

bakteri

tersebut

membutuhkan enzim kitinase sebagai strategi

dalam mempertahan-kan hidupnya. Hasil

tersebut sesuai dengan penelitian Toharisman

et al.

(2005) yang memproduksi kitinase dari

B. licheniformis

MB-2 maksimum pada jam

ke-72 pada kondisi suhu 55

o

C, pH 7,0. serta

kitinase dari

Bacillus

MH-1 diproduksi

maksimum pada suhu 58

o

C dalam kisaran

waktu 72–96 jam (Sakai

et al.,

1998).

Aplikasi kitinase dalam menghidrolisis kitin

pada limbah udang

Kitinase dapat menghidrolisis kitin menjadi

derivatnya yang banyak dimanfaatkan dalam

bidang seperti: industri bahan obat, kosmetik,

kapsul, dan dapat digunakan dalam bidang

biokimia dan bioteknologi.

Berdasarkan hasil peneitian aplikasi kitinase

ekstrak kasar dan kitinase murni dari bakteri

B.

licheniformis

HSA3-1a

dalam

menghidrolisis kitin dari koloidal kitin, dan

kitin golongan

crustaceae

yaitu limbah

udang windu (Gambar 2). Data hasil

penelitian menunjukkan bahwa kitinase ini

dapat menghidrolisis kitin dari limbah udang

windu dengan aktivitas sebesar 0,48 U/mL.

Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa

pola tekstur kitin dari limbah udang sebelum

dan sesudah hidrolisis oleh kitinase terlihat

berbeda. Tekstur kitin sebelum hidrolisis

terlihat utuh dan kompak sedangkan setelah

hidrolisis terlihat mulai terurai dan tidak

kompak (Gambar 3).

Gambar 1. Aktivitas kitinase ekstrak kasar dan kitinase murni dari B. licheniformis HAS3-1a dalam menghidrolisis kitin

Gambar 3. Pola tekstur kitin dari limbah udang: (A) sebelum hidrolisis dan (B) setelah

A

B

Gambar 1. Produksi enzim kitinase dari B. licheniformis HAS3-1a pada kondisi suhu 50oC, pH 7,0 dengan kecepatan aerasi 180 rpm.

(4)

Aplikasi kitinase dalam hidrolisis kitin pada

dinding sel jamur secara in vitro

Pengujian

hidrolisis

kitinase

dari

B.

licheniformis

HSA3-1a

terhadap

jamur

patogen tanaman dilakukan secara

in vitro

menggunakan jamur

Ganoderma

sp. yang

diisolasi dari kelapa sawit. Pengujian hidrolisis

ini selanjutnya disebut pengujian bioaktivitas

yang menggunakan kitinase ekstrak kasar dan

kitinase murni sebanyak

40 µL,

kontrol

negatif, dan kontrol positif (fungisida

komersial

yang

bioaktivitasnya

dianggap100%). Hasil pengujian aktivitas

menunjukkan bahwa kitinase murni dengan

konsentrasi enzim 0,024 mg (0,092 unit

aktivitas kitinase) yang memiliki zona inhibisi

19,5 mm

bioaktivitasnya

sebesar

45%.

Sedangkan kitinase ekstrak kasar hanya

memiliki zona inhibisi 9,5 mm pada

konsentrasi enzim 0,012 mg bioaktivitasnya

hanya mencapai 11,7%. (Tabel 1). Hal ini

dapat terjadi karena konsentrasi kitinase murni

lebih tinggi yang menyebabkan zona inhibisi

luas daripada enzim ekstrak kasar.

Tabel 1. Bioaktivitas kitinase dari B. licheniformis HSA3-1a terhadap jamur Ganoderma sp. in vitro

Sampel Vol (µL) Konsen-trasi (mg/mL) Zona Inhibisi (mm) Bioakti-vitas Kitinase (%) Ekstrak murni 40 0,024 19,5 45 Enzim crude 40 0,012 9,5 11,7 Kontrol negatif 20 0,002 6,0 0 Kontrol positif 20 0,002 36,0 100

Berdasarkan fenomena bioaktivitas pada

Gambar 4 menunjukkan bahwa kitinase dari

bakteri

termofil

isolat

HSA3-1a

dapat

digunakan sebagai agensia fungisida dalam

penanggulangan jamur patogen kelapa sawit

khususnya

Ganoderma

sp. secara

in vitro.

Secara

teoritis

enzim

kitinase

dapat

digunakan dalam pengendalian hayati jamur

patogen tanaman karena dinding sel jamur

patogen tersebut mengandung kitin yang

merupakan substrat dari enzim kitinase.

Terkait dengan aplikasi kitinase dalam

menghidrolisis kitin pada dinding sel jamur

patogen tanaman yaitu sebagai agensia

fungisida dilaporkan oleh: Katatny

et al

.,

(2000) menggunakan kitinase dari

T.

harzianum

sebagai agen biokontrol dalam

pengendalian hayati jamur patogen tanaman

secara

in vitro,

khususnya pada jamur

Sclerotium rolfsii

, dan Mateos

et al

. (2007)

melakukan

peneliktian

terhadap

T.

harzianum

strain

CECT

2413

dan

menghasilkan kitinase yang menghambat

pertumbuhan jamur

Rhizoctania solani

dan

P. chipthoptora

secara

in vitro.

Kedua

penelitian aplikasi kitinase sebagai agensia

fungisida sebelumnya memperkuat teori

bahwa kitinase dapat digunakan dalam

hidrolisis dinding sel jamur patogen.

Gambar 4.

Uji bioaktivitas kitinase dari

B.

licheniformis

HSA3-1a terhadap

pertum-buhan

Ganoderma

sp. Ket: 1) enzim murni;

2). enzim ekstrak kasar; 3) kontrol negatif

dan 4) kontrol positif.

KESIMPULAN:

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kitinase dari B. licheniformis HSA3-1a dapat menghidrolisis kitin dari limbah udang dan kitin pada dinding sel jamur

Ganoderma

sp.

1

4 2 3

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada Dirjen Dikti atas bantuan Hibah Doktor yang diberikan untuk menyelesaikan penelitian dan penyusunan Disertasi pada Program Studi S3 Ilmu Kimia Universitas Hasanuddin.

REFERENCES

Bastaman, S., Aprianita, N. dan Hendarti. 1998. Penelitian Limbah Udang sebagai Bahan Industri Kitin dan Kitosan. Balai Besar Penelitiaan dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian. Jakarta.

Harjono and Widyastuti, S.M. 2001. Antifungal Activity of Purified Endochitinase Produced by Biocontrol Agent Trichoderma reesei Against Ganoderma philippii. Pakistan J. of Biological Sciences. 4 (10): 1232-1234.

Katatny, M.H.EI., W. Somitsch, K.H. Robra, M.S.EI-Katatny and G.M. Gubitz, (2000), Production of Chitinase and 1,3-Glucanase by Trichoderma harzianum for Control of the Phytopathogenic Fungus Sclerotium rolfsii. J. Food Technol. Biotechnol. 38 (3) : 170 – 180.

Mateos, M.M.A., Jarana, J.D., Codon, A.C. and Benitez, T. 2007. pH and Pacl Control Development and Antifungal Activity in Trichoderma harzianum. J. Fungal Genetic and Biology , 44: 1355 – 1367. Muzzarelli, R.A.A. and Peter, M.G. 1997. Chitin

Handbook. European Chitin Society. Atec, Grottamare. Italy. 165–174; 305–311. Natsir, H., Jawahir, B., dan Fitriani. 2007.

Konversi Kitin dari Limbah Udang Apiapi (Metapenaeus monodon) Menjadi Senyawa Kitosan Secara Enzimatis. Jurnal Marina Chemica Acta, Edisi Khusus FK3TI, ISSN: 1411-2132,

Natsir, H., Chandra, D., Rukayadi, Y., Suhartono, M.T., Hwang, J.K. and Pyun, Y.R. 2002. Biochemical Characteristics of Chitinase Enzyme from Bacillus sp. of Kamojang Creater, Indonesian. J. of

Biochem. Molecular Biology and

Biophysics. 6 (4): 279–282.

Natsir, H., Patong, A.R., Suhartono,M.T. and Ahmad, A. 2010. Production and Characterization of Chitinase Enzymes from Hot Spring in South Sulawesi, Bacillus sp. HSA3-1a. Indo. J. of Chem. 10 (2): 256–260.

Rahayu, S., Tanuwijaya, F., Suhartono, M.T., Hwang, J.K. dan Pyun, Y.R. 2004. Study of Thermostable Chitinase Enzymes from Indonesia Bacillus K29-14. J. Microbiol. and Biotech. 4: 647–652.

Sakai, K., Yokota, A., Kurokawa, H., Wakayama, M. and Moriguchi, M. 1998. Purification and Characterization of Three Termostable Endochitinases of a Noble Bacillus sp. Strain, MH-1 Isolated from Chitin-Containing Compost. J. Appl. and Env. Microbiology. 64 (9): 3397–3402. Toharisman, A., Suhartono, M.T., Spindler,

B.M., Hwang, J.K. and Pyun, Y.R. 2005. Purification and Characterization of a Thermostable Chitinase from Bacillus licheniformis MB-2. World J. Microbiol. Biotechnol. 21 (5): 730–738.

Wang, S.L. and Chang, W.T. 1997. Purification and Characterization of Two Bifungsional Chitinases/Lysozymes Extracellularly Produced by Pseudomonas aeruginosa K-187 in a Shrimp and Crab Shell Powder Medium. J. Appl. and Environmental Micro-biology. 63 (2): 380.

Yuli, E.P., Suhartono, M.T., Rukayadi, Y., Hwang, J.K. and Pyun, Y.R. 2004 Characteristic of Thermostable Chitinase Enzymes from the Bacillus sp. J. Enzyme and Microbial Technology.13–26.

Gambar

Gambar    1.  Aktivitas  kitinase  ekstrak  kasar  dan  kitinase  murni  dari  B.  licheniformis  HAS3-1a dalam menghidrolisis kitin
Gambar  4.  Uji  bioaktivitas  kitinase  dari  B.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Pada daerah tarikan akan mempercepat perbaikan jaringan yang rusak dengan memodulasi pembentukan tulang baru, melalui peningkatan osteoblas dan menghambat aktivasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah financial leverage yang terdiri dari debt to total asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER), dan long term debt to

ruanglingkupyangsudahlebihluasdarisebelumnya.Dengan melihat hasil penelitian ini yang menunjukkan kontribusi dari model variasi variabel hanya 12% maka dapat

Berdasarkan indeks musim penangkapan yang dinyatakan dengan luas DPPI dan polynomial fit didapatkan bahwa musim puncak penangkapan ikan pelagis besar di Perairan Mamuju

Proses Transformasi Digital Assurance Proses transformasi sistem Digital Assurance yang dilakukan oleh jurusan Sastra Inggris IAIN Surakarta didukung oleh beberapa faktor,

pandan tidak panjang lagi. Sejak bersuku berkepala, badan nan tidak senang lagi.. Orang Melayu, yang bertolak dari keyakinan bahwa setiap hakekat- nya adalah amanah dari

Oleh itu, syarikat Khind Holding Berhad dapat memasarkan produk kipas dalam pasaran dengan produk pesaing yang sama sambil memasarkan produk kipas dalam pasaran

Itulah sebabnya, penggunaan ujian masuk atau alat seleksi lainnya untuk memilih calon mahasiswa baru yang mempunyai kemampuan akademik terbaik dan diharapkan