Syahrul Said1, Nurpudji A. Taslim2,3, Burhanuddin Bahar4
1Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2Departemen Gizi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar, 3Pusat Penelitian Gizi, Pangan, dan Kesehatan, Universitas Hasanuddin, Makassar, 4Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin, Makassar. Email: [email protected]
Abstrak
Pasien perioperatif gastrointestinal berisiko tinggi mengalami malnutrisi. Malnutrisi dapat menyebabkan hasil yang
WLGDN GLKDUDSNDQ SDGD DVXKDQ NHSHUDZDWDQ SHULRSHUDWLI 3HQHOLWLDQ LQL EHUWXMXDQ XQWXN PHQJLGHQWL¿NDVL KXEXQJDQ
status gizi pasien bedah gastrointestinal berdasarkan parameter antropometri (Indeks Massa Tubuh, Tebal Lipatan Kulit, dan Lingkar Lengan Atas) dan klinis (albumin dan tingkat hemoglobin) dengan penyembuhan luka dan lama
UDZDW LQDS VHUWD PHQJLGHQWL¿NDVL DVXSDQ PDNDQDQ SDVLHQ SUD GDQ SDVFD RSHUDVL 3HQHOLWLDQ cross-sectional ini mengukur 38 pasien yang menjalani pembedahan gastrointestinal di sebuah rumah sakit umum daerah di Indonesia. IMT, TLK, LLA, albumin dan kadar hemoglobin diukur sebelum dan sesudah operasi. asupan makanan diukur
GHQJDQ MDP PDNDQDQ 5HFDOO 6HPHQWDUD SHQ\HPEXKDQ OXND SDVLHQ GLXNXU SDGD KDUL NH GDQ NH KDUL SDVFD
pembedahan. Terjadi peningkatan prevalensi malnutrisi pada pasien sebesar 60% selama tinggal di rumah sakit.
,07 GDQ NDGDU DOEXPLQ VHFDUD EHUPDNQD EHUKXEXQJDQ GHQJDQ SHQ\HPEXKDQ OXND S 5HUDWD ODPD UDZDW LQDS SDVLHQ GHQJDQ ,07 QRUPDO “ KDUL OHELK SHQGHN GDUL SDVLHQ JL]L NXUDQJ “ KDUL GDQ SDVLHQ JL]L
lebih (22,4 ± 11,6 hari). Asupan pasien umumnya di bawah kebutuhan mereka. IMT, tingkat albumin, dan asupan makanan memiliki peran penting untuk penyembuhan luka dan lama rawat inap pasien pembedahan gastrointestinal di rumah sakit. Rumah sakit harus melakukan penilaian awal status gizi pasien (setidaknya IMT dan kadar albumin)
XQWXN PHQJLGHQWL¿NDVL NHEXWXKDQ SDVLHQ GDQ PHPEHULNDQ LQWHUYHQVL \DQJ WHSDW VHEHOXP GDQ VHWHODK RSHUDVL .DWD NXQFL .DGDU DOEXPLQ ODPD UDZDW LQDS SHQ\HPEXKDQ OXND VWDWXV JL]L
Body Mass Index and Albumin Level related to Wound Healing
Abstract
3DWLHQWV ZLWK JDVWURLQWHVWLQDO SHULRSHUDWLYH DUH DW KLJK ULVN RI EHLQJ PDOQXWULWLRQ 0DOQXWULWLRQ FRXOG FDXVH DQ DGYHUVH RXWFRPH RI SHULRSHUDWLYH QXUVLQJ FDUH 7KLV VWXG\ DLPHG WR LGHQWLI\ WKH UHODWLRQVKLS RI QXWULWLRQDO VWDWXV RI JDVWURLQWHVWLQDO VXUJLFDO SDWLHQWV EDVHG RQ DQWKURSRPHWULFDO %RG\ 0DVV ,QGH[ 7ULFHS 6NLQ )ROG 0LG $UP &LUFXPIHUHQFH DQG FOLQLFDO ODERUDWRU\ DOEXPLQ DQG KDHPRJORELQ OHYHO SDUDPHWHUV WR ZRXQG KHDOLQJ DQG OHQJWK RI VWD\ /26 DQG LGHQWLI\ IRRG LQWDNH RI SDWLHQWV SUH DQG SRVW VXUJHU\ 7KLV FURVV VHFWLRQDO VWXG\ LQFOXGHG SDWLHQWV ZKR ZHUH XQGHUJRLQJ JDVWURLQWHVWLQDO VXUJHU\ DW D UHJLRQDO KRVSLWDO LQ ,QGRQHVLD %0, 76) 0$& DOEXPLQ DQG KHPRJORELQ OHYHO ZHUH PHDVXUHG SUH DQG SRVW VXUJHU\ )RRG LQWDNH ZDV PHDVXUHG E\ KRXUV )RRG 5HFDOO :KLOH SDWLHQWV ZRXQG KHDOLQJ ZDV PHDVXUHG RQ WKH UG DQG WKGD\ RI VXUJHU\ 0DOQXWULWLRQ DPRQJ SDWLHQWV LQFUHDVHV GXULQJ WKH VWD\ LQ WKH KRVSLWDO %0, DQG DOEXPLQ OHYHO ZHUH VLJQL¿FDQWO\ UHODWHG WR ZRXQG KHDOLQJ S 7KH DYHUDJH /26 RI SDWLHQWV ZLWK QRUPDO %0, “ GD\V ZDV VKRUWHU WKDQ WKH XQGHUZHLJKW SDWLHQW “ GD\V DQG RYHUZHLJKW SDWLHQWV “ GD\V ,QWDNH RI SDWLHQWV ZDV JHQHUDOO\ XQGHU WKH QHHG RI WKHLU ERG\ %0, VWDWXV DOEXPLQ OHYHO DQG IRRG LQWDNH SOD\ D VLJQL¿FDQW UROH WR ZRXQG KHDOLQJ DQG OHQJWK RI VWD\ SDWLHQW JDVWURLQWHVWLQDO VXUJHU\ DW WKH KRVSLWDO 7KH KRVSLWDO VKRXOG SHUIRUP DQ LQLWLDO DVVHVVPHQW DW OHDVW %0, DQG DOEXPLQ OHYHO RI QXWULWLRQDO
status of patients to identify the need for patients, and provide appropriate intervention before and after surgery. Keywords $OEXPLQ OHYHO OHQJWK RI VWD\ QXWULWLRQDO VWDWXV ZRXQG KHDOLQJ
Pendahuluan
Malnutrisi merupakan masalah yang banyak terjadi pada pasien yang menjalani perawatan inap di rumah sakit. Tingginya prevalensi gizi kurang pada pasien rawat inap telah ditemukan pada beberapa studi sebelumnya,
\DNQL SDGD UHQWDQJ WHUJDQWXQJ
parameter dan kriteria malnutrisi yang digunakan (Agarwal et al %DQNVet al.,
%DUNHUet al., %XUJRVet al., 2012). Khusus pada pasien perioperatif, prevalensi
PDOQXWULVL GLWHPXNDQ KLQJJD VHEHVDU
/HDQGUR 0HUKL GH $TXLQR /LP et
al. 7HUMDGLQ\D PDOQXWULVL SDGD SDVLHQ
pembedahan dapat disebabkan oleh proses penyakit yang diderita dan stres metabolik yang dialami selama periode perioperatif.
6HFDUD ¿VLRORJLV SDVLHQ \DQJ PHQMDODQL
pembedahan membutuhkan metabolik ekspenditur yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan gizinya yang akan banyak digunakan selama proses pembedahan dan untuk proses pemulihan setelah pembedahan. Status gizi yang buruk telah ditemukan pada beberapa studi sebelumnya sangat berhubungan dengan
WHUMDGLQ\D NRPSOLNDVL SDVFD SHPEHGDKDQ
dan berdampak pada meningkatnya risiko mortalitas (De Souza Menezes et al., 2012), serta rendahnya kualitas hidup pasien setelah keluar dari rumah sakit (Lim et al.,
6DODK VDWX NRPSOLNDVL SDVFD SHPEHGDKDQ
yang dapat timbul akibat malnutrisi adalah penyembuhan luka bekas operasi yang tidak
EDLN *XR 'LSLHWUR
Studi sebelumnya menemukan bahwa Indeks Massa Tubuh (IMT) yang lebih baik dan kadar albumin yang lebih tinggi
EHUKXEXQJDQ GHQJDQ OHELK FHSDWQ\D WHUMDGL
SHQ\HPEXKDQ OXND SDVFD SHPEHGDKDQ
(Agarwal et al., 'HQJDQ OHELK FHSDWQ\D SHQ\HPEXKDQ OXND SDVFD SHPEHGDKDQ ODPD UDZDW LQDS SDVLHQ GDSDW EHUNXUDQJ VHFDUD
VLJQL¿NDQ ,MD 0DKPXGL 0HVNLSXQ
studi sebelumnya telah menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan penyembuhan luka, namun masih sangat sedikit studi serupa pada populasi pasien yang menjalani pembedahan gastrointestinal. Padahal, pasien dengan kasus pembedahan gastrointestinal lebih tinggi risikonya mengalami masalah gizi, dikarenakan selain
katabolisme yang meningkat seperti pada kasus pembedahan lainnya, pembedahan
JDVWURLQWHVWLQDO VHFDUD ODQJVXQJ PHPHQJDUXKL PHQLQJNDWQ\D PDVDODK SHQFHUQDDQ DEVRUSVL
dan proses asimilasi (Shpata et al., 2014). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menilai status gizi pasien yang menjalani pembedahan gastrointestinal dan hubungannya dengan penyembuhan luka pembedahan dan lama rawat inap pasien.
Metode Penelitian
Studi ini bersifat observasional dengan pendekatan cross-sectional. Variabel independen adalah status gizi yang yang diukur menggunakan parameter berat badan, tebal lipatan kulit (TLK), lingkar lengan atas (LLA), IMT, albumin, dan hemoglobin dan asupan makanan. Adapun variabel dependen terdiri dari penyembuhan luka dan lama rawat inap.
Penelitian ini dilakukan di salah satu rumah sakit pemerintah di Makassar. Populasi adalah pasien yang dijadwalkan/elektif menjalani pembedahan gastrointestinal di sepanjang Mei sampai Agustus 2013.
6XEMHN GLSLOLK VHFDUD SXUSRVLI \DNQL GHQJDQ
kriteria pasien yang dapat diukur parameter antropometrinya (berat badan, tinggi badan, tebal lipatan kulit, dan lingkar lengan atas), dirawat di ruang perawatan reguler, dan tidak
PHQGHULWD 'LDEHWHV 0HOOLWXV 6HEDQ\DN
subjek berpartisipasi pada penelitian ini di pengukuran di hari pertama masuk rumah sakit sebelum pembedahan, namun yang berpartisipasi hingga pengukuran terakhir sebanyak 21 subjek, 14 orang drop out akibat pulang paksa atau membatalkan/dibatalkan pembedahannya.
Asupan makanan diukur dengan menggunakan metode Food Recall 24 jam. Pengukuran antropometri menggunakan
7LPEDQJDQ 'LJLWDO 6HFD DODW XNXU WLQJJL EDGDQ 6HFD NDOLSHU GDQ SLWD //$ 3HQJXNXUDQ
kadar albumin and hemoglobin dilakukan oleh petugas laboratorium klinik rumah sakit. Adapun penyembuhan luka diukur
ROHK SHUDZDW VSHVLDOLV OXND EHUVHUWL¿NDVL
dengan menggunakan parameter viskositas dan volume eksudat, warna eksudat, adanya bau, warna kulit sekitar luka, dan nyeri pada
SDVLHQ *UDQLFN *DPHOOL 8QWXN
menghindari bias dalam hal teknik perawatan luka, maka subjek yang menjadi sampel pada penelitian ini lukanya dirawat oleh perawat yang sama sejak hari pertama perawatan luka sampai pasien keluar dari rumah sakit.
6XEMHN GHQJDQ ,07 GL EDZDK NJ P
GLNDWHJRULNDQ EHUJL]L NXUDQJ VDPSDL NJ P GLNDWHJRULNDQ EHUJL]L QRUPDO GDQ NJ P DWDX OHELK GLNDWHJRULNDQ EHUJL]L
OHELK .DGDU DOEXPLQ GL EDZDK J G/
dikategorikan hipoalbuminemia, dan kadar
KHPRJORELQ GL EDZDK J G/ XQWXN ODNL
laki dan di bawah 12 g/dL untuk perempuan
GLNODVL¿NDVLNDQ DQHPLD (QJOHEHUW et al.,
Pengukuran antropometri, asupan makanan, albumin, dan hemoglobin dilakukan di hari pertama pasien masuk rumah sakit sebelum pembedahan. Pengukuran ke dua
GLODNXNDQ SDGD KDUL NH VHWHODK SHPEHGDKDQ
yang meliputi pengukuran penyembuhan luka, kadar albumin dan hemoglobin.
3HQJXNXUDQ EHULNXWQ\D DGDODK KDUL NH
setelah pembedahan, meliputi antropometri, asupan makanan dan penyembuhan luka. (Gambar 1).
Asupan makanan dianalisis menggunakan software NutriClin 2,0, untuk mendapatkan jumlah asupan zat gizi makro dan beberapa
Populasi VHOXUXK SDVLHQ EHGDK gastrointestinal Q
Pemilihan sampel sesuai kriteria inklusi dan ekslusi
Q
Pengukuran baseline data: IMT, TLK, LLA Asupan makanan Albumin, hemoglobin
Q
Post op hari ke-3 : Pengukuran albumin, Hb
Observasi luka I (n = 28)
Post op hari ke-7 : Pengukuran IMT, TLK, LLA, Asupan Makanan, Observasi luka II
(n = 21)
Pulang paksa (n = Pulang paksa (n = 2) Pembedahan dan perawatan
(n = 30)
Subyek pulang aksa Operasi batal/ditunda
Q
zat gizi mikro yang dipilih untuk dianalisis pada studi ini. Adapun total kebutuhan energi subjek dihitung menggunakan formula; total kebutuhan energi pasien = basal metabolism
UDWH %05 [ IDNWRU VWUHV [ IDNWRU DNWLYLWDV %05 GLKLWXQJ EHUGDVDUNDQ IRUPXOD +DUULV
%HQHGLFW IDNWRU VWUHV DGDODK XQWXN
pasien bedah mayor dan 1,2 untuk pasien bedah minor, faktor aktivitas untuk seluruh subjek diasumsikan 1,2 karena umumnya
EHUEDULQJ GL WHPSDW WLGXU 'HPOLQJ
Untuk variabel penyembuhan luka, data yang dianalisis adalah hasil observasi luka
SDGD KDUL NH 6HWHODK LWX GDWD DVXSDQ
makanan dan data penelitian lainnya diolah menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 16.0.
Untuk menganalisis hubungan antara penyembuhan luka dengan karakteristik subjek digunakan uji Chi-square atau Fisher-exact. Untuk mengetahui perbedaan nilai parameter gizi sebelum dan setelah pembedahan digunakan uji Chi-square, Fisher-exact dan Wilcoxon. Untuk menganalisis parameter gizi berdasarkan penyembuhan luka digunakan
XML 0DQQ ZKLWQH\ GDQ XML )LVKHU H[DFW 8QWXN
mengetahui perbedaan lama rawat inap
berdasarkan status gizi subjek digunakan uji
.UXVNDO ZDOOLV GDQ 0DQQ ZKLWQH\ 1LODL S PHQXQMXNNDQ DGDQ\D KXEXQJDQ DWDX SHUEHGDDQ \DQJ VLJQL¿NDQ
Hasil Penelitian
Subjek yang berpartisipasi pada penelitian ini
KLQJJD VHOHVDL VHEDQ\DN VXEMHN RUDQJ ODNL ODNL GDQ RUDQJ SHUHPSXDQ 6HEDQ\DN RUDQJ EHUXVLD DQWDUD VDPSDL WDKXQ GDQ RUDQJ EHUXVLD WDKXQ NH DWDV 6XEMHN
pada penelitian ini semuanya dilindungi asuransi kesehatan; 6 orang Askes, 11 orang Jamkesmas, dan 4 orang Jamkesda. Dari jenis pembedahan, 6 orang menjalani bedah
PLQRU GDQ RUDQJ PHQMDODQL EHGDK PD\RU 'LWHPXNDQ RUDQJ SHQ\HPEXKDQ OXNDQ\D
baik, dan 6 orang yang tidak mengalami penyembuhan luka dengan baik. Karakteristik subjek ditemukan tidak berhubungan dengan penyembuhan lukanya (Tabel 1).
Tabel 2 menunjukkan adanya perbedaan bermakna sebelum dan setelah pembedahan pada berat badan (p = 0,001), TLK (p = 0,002), LLA (p = 0,001), IMT (p = 0,001),
Tabel 1 Karakteristik Subjek Berdasarkan Penyembuhan Luka (n=21) Penyembuhan Luka Karakteristik Baik (n=15) Tidak baik (n=6) Total p n % n % N %
Jenis kelamin /DNL ODNL 10 33,3 71,4 0,62*
Perempuan 83,3 1 6 28,6
Umur (tahun) ± 12 4 16 76,2 0,59*
• 3 60,0 2 40,0 23,8
Pendidikan terakhir Tidak Sekolah 4 80,0 1 20,0 23,8 0,86†
SD/SMP 6 3 33,3 42,9 SMA/PT 2 28,6 33,3 Jenis asuransi kesehatan Askes 83,3 1 6 28,6 0,16† Jamkesmas 6 11 52,4 Jamkesda 4 100,0 0 0 4 19,0
Jenis pembedahan Minor 6 100,0 0 0 6 28,6 0,12*
Mayor 60,0 6 40,0 71,4
*probabiliti dengan ¿VKHU H[DFW WHVW
GDQ NDGDU DOEXPLQ S 6XEMHN EHUJL]L
kurang setelah pembedahan ditemukan terjadi penambahan sebesar 60%, dan peningkatan jumlah subjek yang mengalami hipoalbuminemia ditemukan sebesar 200%.
Hasil analisis pada Tabel 3 menunjukkan
DGDQ\D KXEXQJDQ \DQJ VLJQL¿NDQ DQWDUD
SHQ\HPEXKDQ OXND GHQJDQ SDUDPHWHU
parameter gizi, termasuk status gizi berdasarkan IMT (p = 0,012) dan level
Tabel 2 Analisis Parameter Gizi Sebelum dan Setelah Pembedahan (n=21) Parameter Gizi Sebelum
pembedahan Setelah pembedahan Proporsi perubahan p* Rerata ±SD n (%) Rerata ±SD n (%) (%) %HUDW EDGDQ NJ “ “ 0,001
Tebal lipatan kulit (mm)
“ 10,2 ± 6,2 0,002
Lingkar lengan atas
FP “ “ 0,001 %0, NJ P “ “ 0,001 Gizi kurang 60,0 0,362 Normal 44,4 Gizi lebih 0 Albumin (g/dL) 3,33 ± 0,46 “ Normal 33,3 0,080 Hipoalbuminemia 3(14,3) 200 Hemoglobin (g/dL) “ “ Normal 0,181 Anemia 41,6
Tabel 3 Analisis Parameter Gizi Berdasarkan Penyembuhan Luka Parameter Gizi Sebelum
pembedahan Setelah pembedahan Proporsi perubahan p* Rerata ±SD n (%) Rerata ±SD n (%)
Tebal lipatan kulit (mm) 12,0 ± 6,6 “ 0,010
/LQJNDU OHQJDQ DWDV FP “ 18,6 ± 2,6 0,003 IMT (kg/m2) “ “ 0,003 Normal 10 (100,0) 0 (0) 0,012 Undernutrition Albumin “ 2,41 ± 0,34 0,003 Normal 1 (8,3) 0,046 Hipoalbuminemia 4 (44,4) Hemoglobin 12,2 ± 2,24 “ 0,018 Normal 4 (100,0) 0 (0) 0,281 Anemia
8ML ZLOFR[RQ XQWXN GDWD QXPHULN GDQ XML FKL VTXDUH DWDX ¿VKHU H[DFW XQWXN GDWD NDWHJRULN
DOEXPLQ S 6HEDQ\DN VXEMHN
bergizi kurang berdasarkan IMT mengalami penyembuhan luka yang tidak baik. Demikian juga pada pasien hipoalbuminemia, sebanyak
GL DQWDUDQ\D PHQJDODPL SHQ\HPEXKDQ
luka yang tidak baik.
Data deskriptif pada Tabel 4 memperlihatkan penurunan asupan makanan sebelum dan setelah pembedahan, baik
HQHUJL VHFDUD NHVHOXUXKDQ PDXSXQ SDGD ]DW
gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) dan zat gizi mikro (vitamin A, vitamin C, zat besi, dan zink). Adapun data pada tabel
PHQXQMXNNDQ WLGDN DGD SHUEHGDDQ VHFDUD
bermakna rerata lama rawat inap subjek berdasarkan IMT dan albumin, namun ditemukan adanya perbedaan lama rawat
inap berdasarkan level hemoglobin.
Pembahasan
Persentase gizi kurang pada penelitian ini (33,3%) ditemukan lebih tinggi dari prevalensi gizi kurang pada populasi dewasa pada nasional Riset Kesehatan Dasar
5LVNHVGDV WDKXQ \DNQL 6HFDUD
VSHVL¿N MLND PHOLKDW GDWD 5LVNHVGDV
tersebut, untuk populasi Sulawesi Selatan memang prevalensi gizi kurangnya lebih tinggi dari prevalensi nasional, yakni sekitar 13%. Data ini menunjukkan, bahkan sebelum menderita penyakitpun, kejadian gizi kurang di wilayah di mana studi dilakukan memang
Tabel 4 Kebutuhan Energi dan Asupan Makanan Sebelum dan Sesudah Pembedahan
Intake Persentase intake terhadap
kebutuhan (%)
Zat gizi Kebutuhan
(rerata±SD) Sebelum Pembedahan (rerata±SD) Setelah Pembedahan (rerata±SD) Sebelum Pembedahan Setelah Pembedahan (QHUJ\ NNDO 1866±242 1131±401 “ 61,4 43,8 KH (gr) “ “ “ Protein (gr) “ 38±16 “ 42,0 Fat (gr) “ 20±10 “ 41,3 9LW $ 5( “ “ “ Vit. C (mg) “ “ 21±4,0 28,8 Iron (mg) “ “ “ =LQF PJ 12,6±2,3 “ 0,3±0,4 2,6 Hemoglobin 12,2 ± 2,24 “ 0,018
Tabel 5 Rerata Lama Rawat Inap Berdasarkan IMT, Level Albumin and Hemoglobin
Status Gizi setelah Pembedahan n Lama Rawat Inap
(hari) v rerata ± SD %0, Gizi kurang 11 “ Normal “ 0,368 Gizi Lebih 22,4 ± 11,6 Albumin Normal 12 “ Hipoalbuminemia “ Hemoglobin Normal 4 “ Anemia “
sudah tinggi.
Temuan berupa tingginya angka gizi kurang saat hari pertama masuk rumah sakit, baik berdasarkan IMT, kadar hemoglobin dan kadar albumin, serta semakin menurunnya
VWDWXV JL]L SDVLHQ SDVFD SHPEHGDKDQ SDGD VWXGL LQL VDPD GHQJDQ KDVLO VWXGL
VWXGL VHEHOXPQ\D 6XNPDQLDK
Sungurtekin et al :X et al
6HFDUD XPXP PHQXUXQQ\D VWDWXV JL]L
pada pasien pembedahan gastrointestinal dapat disebabkan oleh terjadinya malnutrisi sebelum menderita penyakit, dan kondisi malnutrisi tersebut semakin diperberat oleh efek dari proses penyakit yang dialami,
VHSHUWL NXUDQJ QDIVX PDNDQ PXDO PXQWDK GDQ JDQJJXDQ DEVRUSVL ]DW JL]L %XUNLWWet al.,
6HFDUD ¿VLRORJLV SHQXUXQDQ VWDWXV
gizi tersebut disebabkan oleh terjadinya
VWUHV ¿VLRORJLV WHUKDGDS SHPEHGDKDQ
yaitu terjadinya hipermetabolisme dan katabolisme. Selama pembedahan, basal
PHWDEROLVP UDWH %05 GDQ SURGXNVL JOXNRVD KHSDWLN PHQLQJNDW 3URVHV SHPXOLKDQ SDVFD
pembedahan membutuhkan glukosa dan memerlukan sistesis protein. Lemak (jaringan adiposa) dan simpanan protein (massa otot) dirubah untuk memenuhi kebutuhan glukosa dan sintesis protein yang menyebabkan
SHQXUXQDQ EHUDW EDGDQ 6HFDUD XPXP
respon katabolik tubuh terhadap pembedahan meningkatkan kebutuhan energi dan protein, tergantung jenis dan durasi pembedahan
:LOGet al., 2010). Yang menjadi titik krusial adalah asupan makanan pasien selama pra
SHPEHGDKDQ KLQJJD SDVFD SHPEHGDKDQ
sering kali di bawah kebutuhan tubuh, seperti yang ditemukan pada penelitian ini bahwa baik asupan zat gizi makro maupun zat gizi mikro sebelum dan setelah pembedahan semuanya di bawah jumlah asupan yang diperlukan tubuh. Kondisi ini patut menjadi perhatian perawat untuk dapat berkolaborasi dengan tenaga gizi dan medis agar dapat memberikan intervensi untuk meningkatkan
LQWDNH SDVLHQ EDLN LWX VHFDUD RUDO HQWHUDO
maupun parenteral.
Intake energi dan protein yang adekuat sangat diperlukan untuk menekan kehilangan
SURWHLQ GDQ OHPDN \DQJ EDQ\DN %DQ\DN
pasien tidak dapat makan untuk memenuhi kebutuhan tubuh setelah pembedahan.
Penyebabnya dapat berupa masalah umum yang sering diabaikan seperti nyeri, mual, mulut kering, ketidaknyamanan lambung dan distensi, puasa, prosedur yang tidak
PHQ\HQDQJNDQ NHFHPDVDQ PDNDQDQ \DQJ
tidak lazim dimakan oleh pasien dan rutinitas di rumah sakit yang semua itu berpotensi mengurangi nafsu makan danasupan pasien. Pasien yang tidak memiliki asupan yang
DGHNXDW DNDQ GHQJDQ FHSDW WHUNXUDV VLPSDQDQ
protein dan lemaknya. Kondisi ini memiliki konsekuensi klinis terutama bagi mereka yang telah mengalami malnutrisi sebelum dioperasi.
6HODLQ IDNWRU ¿VLRORJLV GDQ SDWRORJLV
pada pasien tersebut di atas, faktor lain yang dapat berkontribusi pada menurunya status gizi pasien selama dirawat di rumah sakit adalah penurunan kesadaran pada pasien berhubungan dengan tindakan pembedahan, asuhan gizi yang tidak adekuat, terbatasnya pelayanan perawatan yang komprehensif dengan pendekatan multidisiplin, dan terkadang belum memadainya standar operasional prosedur layanan gizi untuk pasien, termasuk prosedur pengkajian status gizi pasien saat pertama kali masuk rumah sakit (Daniels, 2003).
Penelitian ini, ditemukan bahwa
SHQ\HPEXKDQ OXND SDVFD SHPEHGDKDQ
EHUKXEXQJDQ VHFDUD EHUPDNQD GHQJDQ VWDWXV
gizi pasien berdasarkan IMT dan kadar albumin pasien. Hasil penelitian yang sama juga dilaporkan oleh Susetyowati et al.
GDQ ,MD 0DKPXGL 3DGD VWXGL
Susetyowati et al. (2010) ditemukan bahwa pasien yang telah mengalami malnutrisi sebelum pembedahan berisiko 4,8 kali lebih besar mengalami penyembuhan luka yang
WLGDN EDLN GDQ EHULVLNR NDOL OHELK EHVDU PHQJDODPL UDZDW LQDS KDUL OHELK ODPD GDUL
pasien yang bergizi normal.
%DJDLPDQD SHUDQ ]DW JL]L SDGD SURVHV
penyembuhan luka masih terus menjadi diskusi sampai sekarang. Namun beberapa studi dengan tegas menyebutkan peran zat gizi yang terlibat pada penyembuhan luka,
WHUPDVXN OXND SDVFD SHPEHGDKDQ \DQJ VWHULO
seperti pada studi ini. Diskusi berikut adalah bagaimana zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) dan beberapa zat gizi mikro berperan dalam proses penyembuhan luka.
Karbohidrat adalah sumber kalori utama yang digunakan oleh tubuh, dan
NHWHUVHGLDDQQ\D SHQWLQJ XQWXN PHQFHJDK ]DW
gizi lain seperti protein dikonversi menjadi energi, karena protein sendiri akan sangat diperlukan untuk pemulihan nantinya. Karbohidrat dalam bentuk glukosa merupakan sumber energy utama yang digunakan untuk menghasilkan ATP (Adenosin Tri Phospat) di tingkat seluler yang menjadi sumber energy untuk proses angiogenesis dan deposisi jaringan baru. Kegunaan glukosa sebagai sumber untuk sintesis ATP diperlukan untuk
PHQFHJDK GHSOHVL DVDP DPLQR GDQ VXEVWUDW SURWHLQ -LND FDGDQJDQ NDUERKLGUDW GDQ
lemak tidak adekuat, maka protein akan
GLSHFDK PHODOXL JOXNRQHRJHQHVLV GDQ VHFDUD VLJQL¿NDQ DNDQ PHQXUXQNDQ DVDP DPLQR GDQ SURWHLQ $UQROG %DUEXO
Padahal, protein itu sendiri memiliki peran yang sangat penting pada seluruh proses atau fase penyembuhan luka. Pembentukan limfosit, leukosit, fagosit, monosit, dan
PDNURIDJ \DQJ VHPXDQ\D PHUXSDNDQ VHO VHO
sistem imun) terutama tersusun atas protein,
GDQ VHO VHO WHUVHEXW VDQJDW GLSHUOXNDQ XQWXN PHPXODL UHVSRQ LQÀDPDVL \DQJ EDLN SDGD SURVHV SHQ\HPEXKDQ OXND :LOG et al., 2010). Selain itu, protein dalam bentuk asam amino berperan dalam neovaskularisasi,
SUROLIHUDVL ¿EUREODV VLQWHVLV NRODJHQ GDQ
remodeling luka. Deplesi kadar protein akan menyebabkan penurunan kolagen, memperlambat proses penyembuhan. Deplesi protein menghambat penyembuhan
OXND GHQJDQ PHPSHUODPEDW IDVH LQÀDPDVL LQKLELVL ¿EUREODVLD VLQWHVLV NRODJHQ GDQ SURWHRJOLFDQ GDQ QHRDQJLRJHQHVLV
(faseproliferasi), serta dengan menghambat remodeling luka. Intake protein yang adekuat dibutuhkan bagi penyembuhan luka yang
VHPSXUQD 6WHFKPLOOHU 3DGD VWXGL
ini, parameter kadar protein yang digunakan adalah kadar albumin yang telah banyak digunakan sebagai salah satu skrining pra pembedahan. Albumin sendiri merupakan protein utama dalam plasma darah yang berfungsi untuk mengikat air, kation, asam
OHPDN GDQ KRUPRQ KRUPRQ
0HQXUXW 'HPOLQJ SDVLHQ
trauma/bedah membutuhkan protein lebih
EDQ\DN ODJL %HGDK PLQRU PXQJNLQ WLGDN PHQLQJNDWNDQ NHEXWXKDQ SURWHLQ VHFDUD
VLJQL¿NDQ QDPXQ MLND SDVLHQ WHODK PHQJDODPL
malnutrisi protein, akan berdampak pada
SHQ\HPEXKDQ OXND NHFXDOL MLND intake
SURWHLQ GLWLQJNDWNDQ %HGDK PD\RU GDSDW
meningkatkan kebutuhan protein sebesar 10%, sedangkan pada pasien dengan multiple
WUDXPD PXQJNLQ PHPEXWXKNDQ SURWHLQ
atau lebih. Oleh karena itu, intervensi asuhan gizi dari rumah sakit dan peran perawat dalam pemberian asupan makanan sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan asupan dan mempertahankan protein dalam tubuh agar tidak mengalami deplesi.
Zat gizi makro berikutnya adalah lemak. Peran lemak dalam penyembuhan luka belum banyak diteliti. Akan tetapi, diketahui dengan baik bahwa terjadi peningkatan kebutuhan asam lemak esensial saat terjadi luka. Prostaglandin memegang peranan penting dalam metabolism seluler dan
LQÀDPDVL 6LQWHVLV SURVWDJODQGLQ WHUJDQWXQJ
dua asam lemak (linoleat dan arakidonat)
WLGDN WHUVDWXUDVL GDODP GLHW 'H¿VLHQVL
lipid ini berimplikasi pada terganggunya
SHQ\HPEXKDQ OXND $UQROG %DUEXO
Zat gizi mikro berfungsi terutama sebagai kofaktor dalam reaksi biokimia dan dengan demikiansangat penting untuk semua aktivitas zat gizi makro dalam proses penyembuhan luka. Sintesis protein tidak akan adekuatjika
WLGDN WHUVHGLD YLWDPLQ % ]LQN GDQ WHPEDJD
GDDP MXPODK \DQJ FXNXS 3HPEHQWXNDQ
kolagenakan terganggu tanpa vitamin C, zat besi, dan tembaga yang memadai. Pemanfaatan karbohidrat terganggu tanpa kromium dan mangan. Adapun vitamin
% IRODW GDQ VHQJ VDQJDW SHQWLQJ XQWXN
metabolisme asam nukleat yang sangat penting dalam penyembuhan luka pada
SURVHV SUROLIHUDVL VHO \DQJ FHSDW 0HGOLQ
2012). Oleh karena itu, selain memenuhi asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak), sangat penting bagi rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan zat gizi mikro pasien yang umumnya berasal dari kelompok makanan buah dan sayuran. Pada kasus bedah gastrointestinal, pemberian suplemen oral atau parenteral mungkin diperlukan.
Simpulan
malnutrisi pada sekitar 30% pasien yang berindikasi bedah gastrointestinal saat masuk rumah sakit, dan prevalensi malnutrisi semakin meningkat setelah operasi berdasarkan IMT dan kadar albumin. Asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin A, vitamin C,
)H =Q SDGD SDVLHQ EHGDK WLGDN PHQFXNXSL
kebutuhan, baik sebelum maupun sesudah operasi. Meskipun demikian, pasien dengan asupan makanan lebih mendekati kebutuhan mengalami penyembuhan luka yang lebih baik dan lama rawat inap lebih singkat. Pasien dengan status nutrisi normal mengalami penyembuhan luka operasi yang lebih baik dan lama rawat inap yang lebih singkat disbanding pasien dengan malnutrisi.
Penilaian status gizi perlu dilakukan pada semua pasien rawat inap, karena ketepatan penilaian status gizi akan menghasilkan ketepatan dalam intervensi, yang setidaknya
PHQFHJDK VWDWXV JL]L SDVLHQ PHQXUXQ
selama di rumah sakit, sehingga dapat
PHPSHUFHSDW SURVHV SHQ\HPEXKDQ 5XPDK
sakit harus mereview sistem pelayanan gizi, termasuk dalam mengkaji kebutuhan nutrisi pasien saat masuk rumah sakit, dan memberikan intervensi sesuai kebutuhan
SDVLHQ 8QWXN PHQGDSDWNDQ RXWFRPH \DQJ
positif dari perawatan luka, perawat perlu
PHQJNDML SDUDPHWHU SDUDPHWHU JL]L SDVLHQ
(sekurangnya menggunakan parameter IMT dan kadar albumin) untuk memastikan bahwa terpenuhinya kebutuhan gizi pasien untuk
SURVHV SHQ\HPEXKDQ OXND GDQ PHQFHJDK OXND SDVFD SHPEHGDKDQ PHQMDGL NURQLV
Daftar Pustaka
$JDUZDO ( )HUJXVRQ 0 %DQNV 0
%DWWHUKDP 0 %DXHU - &DSUD 6
,VHQULQJ ( 0DOQXWULWLRQ DQG SRRU
IRRG LQWDNH DUH DVVRFLDWHG ZLWK SURORQJHG KRVSLWDO VWD\ IUHTXHQW UHDGPLVVLRQV DQG JUHDWHU LQ KRVSLWDO PRUWDOLW\ 5HVXOWV IURP
the Nutrition Care Day Survey 2010. Clinical
Nutrition, 32 ± GRL M
FOQX
$UQROG 0 %DUEXO $ 1XWULWLRQ DQG
wound healing. Plastic and Reconstructive
Surgery, 117 6XSSO 6± 6
GRL SUV F
%DQNV 0 $VK 6 %DXHU - *DVNLOO
' 3UHYDOHQFH RI PDOQXWULWLRQ LQ
DGXOWV LQ 4XHHQVODQG SXEOLF KRVSLWDOV DQG UHVLGHQWLDO DJHG FDUH IDFLOLWLHV Nutrition & Dietetics, 64 ± GRL
M [
%DUNHU / $ *RXW % 6 &URZH 7 & +RVSLWDO PDOQXWULWLRQ 3UHYDOHQFH LGHQWL¿FDWLRQ DQG LPSDFW RQ SDWLHQWV DQG WKH KHDOWKFDUH V\VWHP International Journal of Environmental Research and Public Health,
8 ± GRL LMHUSK
%XUJRV 5 6DUWR % (OtR , 3ODQDV 0
)RUJD 0 &DQWyQ D « 6DODV 6DOYDGy -3UHYDOHQFH RI PDOQXWULWLRQ DQG LWV HWLRORJLFDO IDFWRUV LQ KRVSLWDOV Nutrición Hospitalaria, 27 ± GRL
QK
%XUNLWW * 4XLFN & 5 * 5HHG
-% Essential Surgery: Problems, Diagnosis and Management (MRCS Study Guides) (4th ed). &KXUFLOO /LYLQJVWRQH
(OVHYLHU
Daniels, L. (2003). Good nutrition for good
VXUJHU\ &OLQLFDO DQG TXDOLW\ RI OLIH RXWFRPHV
Australian Prescriber, 26(6), 136–140.
'H 6RX]D 0HQH]HV ) /HLWH + 3 .RFK
Nogueira, P. C. (2012). Malnutrition as an
LQGHSHQGHQW SUHGLFWRU RI FOLQLFDO RXWFRPH LQ FULWLFDOO\ LOOFKLOGUHQ Nutrition, 28 ±
GRL M QXW
'HPOLQJ 5 + 1XWULWLRQ DQDEROLVP
DQG WKH ZRXQG KHDOLQJ SURFHVV DQ RYHUYLHZ
Eplasty, 9 ± 5HWULHYHG IURP KWWS ZZZ SXEPHGFHQWUDO QLK JRY DUWLFOHUHQGHU IF JL"DUWLG WRRO SPFHQWUH] UHQGHUW \SH DEVWUDFW
(QJOHEHUW 3 - :D\ / : &DUH 3 'RKHUW\ * 0 'HPOLQJ 5 + &DUH 3 « ,LL : + * Current Surgical Diagnosis and Treatment, (14th (G 0F*UDZ +LOO $SSOHWRQ
/DQJH
$OEXPLQ /HYHO DV D 3UHGLFWRU RI 2SHUDWLYH
Mortality and Morbidity. Archives of Surgery,
134 GRL DUFKVXUJ
*UDQLFN 0 6 *DPHOOL 5
Surgical wound healing and management.
1HZ <RUN ,QIRUPD +HDOWKFDUH 86$
*XR 6 'LSLHWUR /$ )DFWRUV
DIIHFWLQJ ZRXQG KHDOLQJ -ournal
of Dental Research, 89 ± GRL
,MD 0 0DKPXGL 6 % 3HQJDUXK
status gizi pasien bedah mayor pre operasi terhadap penyembuhan luka dan lama
UDZDW LQDS SDVFD RSHUDVL GL 5683 'U
Sardjito Yogyakarta. Retrieved from
KWWS HWG UHSRVLWRU\ XJP DF LG LQGH[ SKS"PRG SHQHOLWLDQBGHWDLO VXE 3HQHOL WLDQ'HWDLO DFW YLHZ W\S KWPO EXNXB LG
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. -DNDUWD %DGDQ /LWEDQJ
Kesehatan.
/HDQGUR 0HUKL 9 $ GH $TXLQR - / %
(2014). Determinants of malnutrition and
SRVW RSHUDWLYH FRPSOLFDWLRQV LQ KRVSLWDOL]HG VXUJLFDO SDWLHQWV Journal of Health, Population and Nutrition, 32(3), 400–410.
/LP + &KR * 3DUN < .LP 6
Comparison of Quality of Life and Nutritional
6WDWXV LQ *DVWULF &DQFHU 3DWLHQWV 8QGHUJRLQJ *DVWUHFWRPLHV Clin Nutr Res, 4 ±
Medlin, S. (2012). Nutrition for wound healing. British Journal of Nursing (Mark Allen Publishing), 21 6 ± 6 ± 5HWULHYHG IURP KWWS ZZZ QFEL QOP QLK JRY SXEPHG
Shapta, V., Prendushi, X., Kreka, M., Kola,
, .XUWL ) 2KUL , 0DOQXWULWLRQ
DW WKH WLPH RI VXUJHU\ DIIHFWV QHJDWLYHO\ WKH FOLQLFDO RXWFRPH RI FULWLFDOO\ LOO SDWLHQWV ZLWK
JDVWURLQWHVWLQDO FDQFHU Medical Archives (Sarajevo, Bosnia and Herzegovina), 68(4),
± GRL PHGDUK
6WHFKPLOOHU - . 8QGHUVWDQGLQJ
the role of nutrition and wound healing.
1XWULWLRQ LQ &OLQLFDO 3UDFWLFH 2I¿FLDO
Publication of the American Society for Parenteral and Enteral Nutrition, 25(1), 61–
GRL
6XNPDQLDK 6 0DOQXWULWLRQ )DFWV
DQG WKH ,PSRUWDQFH RI 1XWULWLRQ 6FUHHQLQJ
and Assessment. Proceeding on Internatinal Symposium on Nutrition and 6th$VLD 3DVL¿F
Clinical Nutritional Society Conference
2FWREHU 0DNDVVDU ,QGRQHVLD
,QGRQHVLD $3&16
6XQJXUWHNLQ + 6XQJXUWHNLQ 8 %DOFL &
=HQFLU 0 (UGHP ( 7KH LQÀXHQFH
RI QXWULWLRQDO VWDWXV RQ FRPSOLFDWLRQV DIWHU
major intraabdominal surgery. Journal of the American College of Nutrition, 23 ±
5HWULHYHG IURP KWWS ZZZ QFEL QOP QLK JRY SXEPHG
6XVHW\RZDWL 6 ,MD 0 0DNKPXGL
A. (2010). Status gizi pasien bedah mayor preoperasi berpengaruh terhadap penyembuhan luka dan lama rawat inap
SDVFDRSHUDVL GL 5683 'U 6DUGMLWR <RJ\DNDUWD
Indonesian Journal of Clinical Nutrition,
7 ±
:LOG 7 5DKEDUQLD $ .HOOQHU 0 6RERWND
/ (EHUOHLQ 7 Basics in nutrition
and wound healing. Nutrition, 26 ±
GRL M QXW
:X * /LX = =KHQJ / 4XDQ < :X =
>3UHYDOHQFH RI PDOQXWULWLRQ LQ JHQHUDO VXUJLFDO SDWLHQWV HYDOXDWLRQ RI QXWULWLRQDO
status and prognosis]. Zhonghua Wai Ke Za Zhi [Chinese Journal of Surgery], 43(11),
± 5HWULHYHG IURP KWWS RYLGVS RYLG FRP RYLGZHE FJL"7 -6 3$*( UHIHUHQFH