• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBUDAYAAN SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN DI INDONESIA. I Gusti Agung Putu Wahyu Pradnyana Dharma Acarya /B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBUDAYAAN SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN DI INDONESIA. I Gusti Agung Putu Wahyu Pradnyana Dharma Acarya /B"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KEBUDAYAAN SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN

DI INDONESIA

I Gusti Agung Putu Wahyu Pradnyana 15.1.2.5.2.0839

Dharma Acarya /B

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR

2015

(2)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sanjaya, 2011:2), mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengertian pembelajaran dalam UU Sisdiknas tersebut adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Negara indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya ari masing-masing suku dan pulau-pulai. Penanaman budaya akan efektif diberikan baik itu dari pendidikan formal maupun pendidikan non formal untuk melestarikan dan mempertahankan budaya di masing-masing daerah karena budaya merupakan karakter dari suatu bangsa dan negara. Berbagai permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masih rendahnya mutu pendidikan dan belakangan ini dunia pendidikan di indonesia masih mempersoalkan kurikulum sekolah yaitu tentang penggantian kurikulum.

Salah satu pusat berita online Tribunnews jumat 25 januari 2013 di dalam pemberitaannya memuat sebagai berikut; di dalam rancangan kurikulum 2013 , tidak ada kejelasan posisi bahasa daerah selaku mata pelajaran yang mandiri. Terlebih, sempat muncul steatment dari salah satu tim pengembang kurikulum yang menyatakan bahwa penghilangan mata pelajaran bahasa daerah dalam kurikulum merupakan hal yang wajar dikarenakan keheterogenan masyarakat saat ini.

Dari penjelasan diatas, hal tersebut tentu saja membuat reaksi yang sangat keras dari berbagai kalangan masyarakat, mengingat bahwa untuk melestarikan dan mempertahankan bahasa daerah agar tetap ada, salah satunya caranya adalah melalui proses pembelajaran dalam pendidikan. Karena disanalah penerus bangsa mendapatkan pengetahuan secara sistematis dan terprogram. Brooks & Brooks percaya bahwa pendekatan pembelajaran berbasis budaya dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menciptakan makna dan mencapai pemahaman terpadu atas informasi keilmuan yang diperolehnya, serta penerapan informasi keilmuan tersebut dalam konteks permasalahan komunitas budayanya (Suetarno:2004). Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah tersebut, maka tulisan sederhana ini akan membahas tentang kebudayaan sebagai landasan pendidikan di indonesia.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

Kebudayaan Sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional

Berbicara masalah landasan pendidikan, landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara kita Indonesia, agar pendidikan yang sedang berlangsung dinegara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di setiap negara tidak sama. Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus menerus dari generasi ke generasi. Upaya memanusiakan mannusia melalui pendidikan diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup sosial budaya setiap masyarakat. Pemahaman tentang landasan pendidiakan sangat penting untuk digunakan dalam mengambil keputusan dan tindakan yang tepat dalam pendididkan. Hal ini penting karena hasil pendidikan tidak segera nampak sehingga setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan dalam pendidikan harus diuji kebenarannya.

Pada hakikatnya pendidikan merupakan tanggung jawab setiap anggota masyarakat, bangsa, dan negara dalam rangka pembentukan generasi baru untuk kelangsungan umat manusia yang lebih baik. Sukmadinata (2006: 58-59) menjelaskan bahwa terdapat tiga sifat penting dari pendidikan, yakni pendidikan mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai, pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat, pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat. Kemudian Gunawan (2000: 54-55) menyatakan bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi, yaitu sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Tujuan pendidikan nasional kita yang berasal dari berbagai akar budaya bangsa indonesia terdapat di dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, yaitu UU No. 20 Tahun 2013. Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2013 tersebut dikatakan pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

Filsafat pendidikan yang bersifat perenialisme yang berpusat pada pelestarian dan pengembangan budaya dan sifat pendidikan yang progresif yang berpusat pada pengembangan subjek didik perlu disempurnakan. Filsafat pendidikan yang bersifat perenialisme dan progresif yang melihat subjek didik sebagai bagian dari warga dunia, dan mengigatkan dengan sungguh-sungguh agar warga negara tidak didikte oleh perubahan tetapi mampu bertindak sebagai bangsa yang mampu memberi alternatif. Dengan dasar hal tersebut maka misi pendidikan nasional dalam hai ini diterjemahkan sebagai rekonstruksi sosial.

(4)

Sukardjo (2013:13), menyatakn pembahasan tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang penting, mengingat perjalanan setiap institusi yang memiliki visi yang jelas selalu dimulai dari tujuan. Demikian pula pendidikan yang kini menjadi harapan mengarahkan pada kehidupan yang lebih baik hendaknya selalu berangkat dari tujuan yang akan dicapai. Apabila tujuan yang akan dicapai sudah jelas, maka langkah selanjutnya dapat diteruskan dengan memikirkan perangkat-perangkat lain yang mendukung pencapaian tujuan secra efektif dan efisien. Penerjemahan pentingnya kejelasan tujuan, sehingga memudahkan penyiapan perangkat lain dapat dipahami.

Dari penjelasan diatas mengenai tujuan dari suatu proses pendidikan adalah untuk mengarahkan pada kehidupan yang lebih baik, untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam proses pendidikan maka diperlukan alat pendukung, alat pendukung dalam hal ini adalah kurikulum pembelajaran sebagi suatu landasan di dalam proses pembelajaran disetiap sekolah. Kurikulum dalam pengertian rencana belajar bersamaan arti dengan pengajaran. Artinya, kurikulum itu banyak berkaitan dengan rencana dan cita-cita yang ingin dicapai, sedangkan pengajaran terletak pada perwujudan atau pelaksanaan rencana itu dalam kegiatan belajar-mengajar. Nur Ahid 2006 : 19), kurikulum adalah semua pengalaman, kegiatan, dan pengetahuan murid di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau guru. Pengertian kurikulum ini memberikan implikasi pada program sekolah bahwa semua kegiatan yang dilakukan murid dapat memberikan pengalaman belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat meliputi kegiatan di dalam kelas. Misalnya, kegiatan dalam mengikuti proses belajar mengajar (tatap muka), praktek keterampilan, dan sejenisnya, atau kegiatan di luar kelas, seperti kegiatan pramuka, wisata karya, kunjungan ke tempattempat wisata/sejarah, peringatan hari-hari besar nasional dan keagamaan, dan sejenisnya.

Kurikulum sebagai suatu landasan di dalam proses pembelajaran disekolah yang berisikan rencana yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar, jika dihubungkan dengan tujuan pendidikan sesuai dengan Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yaitu pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab, dan mengacu pada filsafat pendidikan yang bersifat perenialisme yang berpusat pada pelestarian dan pengembangan budaya. Dalam pengembangan selanjutnya, sumber ini menjadi luas meliputi semua unsur kebudayaan. Manusia adalah makhluk yang berbudaya, hidup dalam lingkungan budaya, dan turut menciptakan budaya. Untuk dapat hidup dalam lingkungan budaya, ia harus mempelajari budaya, maka budaya menjadi sumber utama isi kurikulum. Budaya ini mencakup semua disiplin ilmu yang telah ditemukan dan dikembangkan para pakar, nilai-nilai adat-istiadat, perilaku, benda-benda, dan lain-lain.

Budaya yang ada di Indonesia amat berpengaruh pada perkembangan jaman dari masa ke masa & berubahnya kondisi alam yang ada di Indonesia. Hal tersebut sangat sesuai dengan pendapat seorang pakar dari Indonesia yaitu Ki

(5)

Hajar Dewantara, yang memaparkan bahwa budaya adalah hasil perjuangan masyarakat terhadap alam & zaman yang membuktikan kemakmuran & kejayaan hidup masyarakat dalam menyikapi atau menghadapi kesulitan dan rintangan untuk mencapai kemakmuran, keselamatan dan kebahagiaan di hidupnya. Menurut Koentjaraningrat, Budaya merupakan sebuah sistem gagasan dan rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia didalam kehidupannya yang bermasyarakat, yang dijadikan kepunyaannya dengan belajar.

Dari uraian diatas landasan pendidikan yang merupaka suatu pijakan di dalam suatu proses pendidikan agar tercapainya tujuan pendidikan yang berpegangan dengan undang-undang sistem pendidikan nasional yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Untuk memenuhi agar tercapainya tjuan pendidikan nasional tersebut maka diperlukannya alat pendukung agar membantu berjalannya peoses pembelajaran yang efektif dan efisien, alat bantu yang digunakan adalah berupa kurikulum yang disusun berdasarkan kondisi di dunia pendidikan yaitu budaya yang dimiliki oleh suatu negara agar nantinya output dari setiap proses pendidikan menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tujuan dari pendidikan.

Sumaatmadja (2002: 40) menyatakan bahwa hubungan antara pendidikan dan kebudayaan paling tidak terdapat kata-kata kunci, yaitu pendidikan merupakan akulturasi (pembudayaan), institusionalisasi, transfer, imparting (memberikan, menggambarkan), explain, justity, dan directing (mengarahkan). Pendidikan dan kebudayaan memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan. Tanpa proses pendidikan tidak mungkin kebudayaan itu berlangsung dan berkembang. Proses pendidikan tidak lebih dari sebagai proses transmisi kebudayaan. Dalam perspektif Antropologi, pendidikan merupakan transformasi sistem sosial budaya dari satu generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat. Tilaar (2000: 56) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan proses pembudayaan. Dengan kata lain, pendidikan dan kebudayaan memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Ketika berbicara tentang pendidikan, maka kebudayaan pun ikut serta di dalamnya. Tidak ada kebudayaan tanpa pendidikan dan begitu pula praksis pendidikan selalu berada di dalam lingkup kebudayaan.

Dalam pengembangan suatu kurikulum selain faktor budaya, salah satu faktor yang tidak bisa dilupakan adalah anak didik. Dalam pendidikan atau pengajaran, yang belajar adalah anak. Pendidikan atau pengajaran bukan memberikan sesuatu pada anak, melainkan menumbuhkan potensi-potensi yang telah ada pada anak. Anak menjadi sumber kegiatan pengajaran, ia menjadi sumber kurikulum. Ada tiga pendekatan terhadap anak sebagai sumber kurikulum, yaitu kebutuhan siswa, perkembangan siswa, serta minat siswa. Jadi, ada pengembangan kurikulum bertolak dari kebutuhan-kebutuhan siswa, tingkat-tingkat perkembangan siswa, serta hal-hal yang diminati siswa.

(6)

BAB III PENUTUP Kesimpulan

Dari pemaparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara sesuai dengan standar nasional pendidikan indonesia. Kurikulum sebagai alat bantu yang digunakan sebagai suatu landasan di dalam dunia pendidikan perlu dikembangkan dengan memperhatikan unsur-unsur budaya indonesia untuk menghasilkan output yang berwawasan budaya yang mencerminkan budaya indonesia pada umumnya danbudaya dari masing-masing daerah di indonesia pada khususnya karena pendidikan dan kebudayaan memiliki keterkaitan yang sangat erat yang tidak bisa dipisahkan. Tanpa proses pendidikan tidak mungkin kebudayaan itu berlangsung dan berkembang. Proses pendidikan tidak lebih dari sebagai proses transmisi kebudayaan.

Saran

Dalam pengembangan kurikulum sebaiknya tetap memperhatikan unsur-unsur budaya agar budaya lokal tetap dapat diajarkan disetiap sekolah untuk memperkenalkan budaya-budaya yang dimiliki daerah tempat asal siswa tersebut belajar maupun budaya dari masing-masing daerah di indonesia terutama bahasa daerah dari tempat asal siswa tersebut.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Ary H. 2000. Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi Tentang Pelbagai Problem Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Ivan Adzam Wahyudin. 2013. Genosida dalam Rancangan Kurikulum 2013. http://www.tribunnews.com/tribunners/2013/01/25/genosida-dalam-rancangan-kurikulum-2013. Diakses 28 Desember 2015 : 13:20.

Nur Ahib. 2006. Konsep dan Teori Kurikulum dalam Dunia Pendidikan.

http://islamica.uinsby.ac.id/index.php/islamica/article/viewFile/5/5.

Diakses 28 Desember 2015 : 11:30.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sudarsana, I. K. (2014). PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN UPAKARA BERBASIS NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN: Studi pada Remaja Putus Sekolah di Kelurahan Peguyangan Kota Denpasar.

Sudarsana, I. K. (2015). PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM UPAYA PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA. Jurnal Penjaminan Mutu, (Volume 1 Nomor 1 Pebruari 2015), 1-14.

Sudarsana, I. K. (2016). DEVELOPMENT MODEL OF PASRAMAN KILAT LEARNING TO IMPROVE THE SPIRITUAL VALUES OF HINDU YOUTH. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 217-230.

Sudarsana, I. K. (2016). PEMIKIRAN TOKOH PENDIDIKAN DALAM BUKU LIFELONG LEARNING: POLICIES, PRACTICES, AND PROGRAMS (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia). Jurnal Penjaminan Mutu, (2016), 44-53.

Sukardjo, M, Komarudin Ukim. 2013. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Sumaatmadja, Nursid. 2002. Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiawi. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Kerjasama UPI dengan PT. Rosdakarya.

(8)

Soetarno, 2004, Ragam Budaya Indonesia, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi - Dirjen Dikti - Depdiknas, Jakarta.

Tilaar, H.A.R. 2000. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, peneliti ingin mengetahui apakah pelatihan goal setting dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa Arab pada siswa kelas XI di SMA “X” Yogyakarta,

Lakon- lakon tersebut bisa dialihwahanakan atau diadaptasi ke seni film, sehingga sangat mungkin akan tercipta karya-karya film yang berkaitan dengan sastra lisan Indonesia.

Prosedur ini disusun untuk memberikan kepastian bahwa kegiatan penyusunan metode kerja dan rencana kerja / schedule telah dilaksanakan sesuai persyaratan / ketentuan yang

Pemanasan bodi kendaraan yang baik adalah dilakukan di dalam ruangan yang biasanya disebut dengan Cat Oven (Paint Booth) karena bebas dari polusi udara dan udara kotor

Stase di departeman, melakukan pemeriksaan terhadap korban pelecehan seksual dan KDRT di pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Provinsi Jatim dan melakukan konseling pada remaja

Pemeriksaan berkala pada bangunan gedung dilakukan pada setiap komponen dan elemen bangunan gedung yang jadwalnya dapat dilakukan setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, setiap

Adanya respons yang berbeda pada tanaman yang diperlakukan penggenangan dibanding kontrol terhadap beberapa peubah, di antaranya tinggi tanaman, luas daun, jumlah

Tahap awal penelitian, dilakukan validasi program MCNP6.1 yang dibuat dengan cara membandingkan hasil tinggi teras kritis awal reaktor HTGR dengan tinggi kritis awal HTR-10