1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Suku Betawi merupakan salah satu suku Indonesia yang mayoritasnya bertempat tinggal di wilayah DKI Jakarta. Chaer (2015) Suku Betawi adalah salah satu suku yang muncul dari hasil perkawinan campur dari berbagai macam etnis yang bertempat tinggal di wilayah DKI Jakarta atau disebut dengan Batavia pada abad ke 17 dan -18 (hlm.11). Hal serupa juga dikatakan dalam artikel Suku Betawi adalah salah satu suku di Indonesia yang penduduk umumnya bertempat tinggal di Jakarta. Beberapa pihak berpendapat bahwa suku Betawi merupakan hasil kawin campuran antar etnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, masyarakat Betawi merupakan keturunan dari berbagai macam aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia (“Mengenal Betawi”, 2010). Seiring berjalanya waktu masyarakat Betawi memiliki kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupanya yang bisa disebut dengan tradisi yang hingga akhirnya menjadi sebuah kesenian.
Pernikahan merupakan sesuatu hal yang sangat sakral dan harus di pertanggung jawabkan karena mencangkup kehidupan manusia. Andi Yahya (2008) membentuk sebuah keluarga bukanlah hal yang singkat diselenggarakan akan tetapi membutuhkan sebuah proses-proses yang cukup panjang (hlm.2). Berbicara mengenai pernikahan tidaklah luput dari adat-istiadat yang dimiliki oleh suatu suku yang membuat aturan-aturan tertentu dalam upacaranya. Salah
2 satunya adalah adat Betawi yang memiliki upacara sakral yaitu upacara Palang Pintu Bertawi yang dimana setiap peosesi memiliki filosofi-filosofi tertentu.
Kebudayaan Palang Pintu Betawi merupakan salah satu kebudayaan adat Betawi yang dilakukan dalam prosesi pernikahan adat Betawi, yang dimana dalam setiap prosesinya mengandung banyak filosofi dibaliknya, baik untuk kedua mempelai maupun masyarakat yang menyaksikanya. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan salah satu anggola LKB (Lembaga Kebudayaan Betawi) Yahya Andi Saputra. Beliau mengatakan kebudayaan Palang Pintu Betawi dahulu disebut dengan nyapun (bahasa kuno) yang secara harfiah diartikan berkomunikasi dengan sopan dan santun, karena upacara ini merupakan upacara penting dalam pernikahan maka harus dilakukan dengan sopan dan santun, yang seiring berkembangnya zaman berubah menjadi upacara Palang Pintu Betawi. Adapun unsur dalam setiap prosesinya kebudayaan Palang Pintu Betawi tersebut memiliki nilai-nilai dibalik setiap prosesinya.
Upacara Palang Pintu Betawi juga memiliki beberapa rangkaian prosesnya seperti, langakah pertama pengantin pria dibacakan sholawat Dustur atau Adzan, yang kedua pengantin pria diarak menggunakan Rebana Ketimpring bersama seorang jagoan silat untuk menemui pengantin wanita, yang ketiga seorang jagoan silat dari pihak wanita menghadang rombongan dari pihak penagntin pria, yang ketiga perwakilan dari pihak mempelai wanita menanyakan maksud dan tujuan datang ke kediaman pengantin pria dengan dialog dalam bentuk pantun, yang ke empat si jagoan dari pihak mempelai pria berkelahi dengan si jagoan dari pihak pengantin wanita dengan silat yang sampai akhirnya si jagoan dari pihak
3 pengantin wanita kalah dengan si jagoan dari pihak pengantin pria, dan yang kelima pihak dari pengantin wanita meminta kepada pihak pengantin pria membacakan sike atau ngajian yang disaksikan oleh keluarga dari keduabelah pihak.
Di era modern pada saat ini, tidak sedikit jumlah kesenian khususnya kesenian Betawi yang mulai ditinggalkan oleh warganya. Dalam hal tersebut penulis melakukan wawancara dengan salah satu ketua sanggar Betawi (Ciptra Betawi) Jakarta Selatan Satiri Nirin. Beliau mengatakan bahwa pada era saat ini semakin berkurang minat masyarakat Betawi dalam hal melestarikan kebudayaanya sendiri, lebih khususnya pada kalangan muda Betawi. Oleh sebab itu tidak banyak kesenian Betawi yang masih bisa bertahan pada era saat ini, karena kurangnya perhatian masyarakat Betawi terhadap kesenianya sendiri hingga kurangnya regenerasi untuk melestarikan kebudayaan Betawi yang dianggap menjadi salah satu icon dari Ibu Kota Jakarta (“jipeng, kesenian rakyat terancam punah”, 2010).
Penulis melakukan observasi ke beberapa sanggar-sanggar Palang Pintu Betawi Masalah yang terjadi adalah kurangnya informasi mengenai kebudayaan Palang Pintu Betawi. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan salah satu anggota LKB (Lembaga Kebudayaan Betawi) Yahya Andi Saputra. Beliau mengatakan pada saat ini sangat minim masyarakat muda Betawi yang ingin mempelajari kebudayaan Palang Pintu Betawi karena itu kebudayaan Palang Pintu Betawi kurang diketahui oleh masyarakat Jakarta pada umumnya.
4 Maka berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk merancang Buku illustrasi mengenai kebudayaan Palang Pintu Betawi, untuk memperkenalkan kebudayaan Palang Pintu Betawi kepada masyarakat lebih dalam.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang maka rumusan masalah yang penulis tetapkan adalah:
1. Bagaimana merancang buku illustrasi mengenai kebudayaan Palang Pintu Betawi?
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang terdapat di masyarakat, maka penulisan Tugas Akhir ini dibatasi:
1. Buku illustrasi kebudayaan Palang Pintu Betawi ini hanya memperkenalkan kepada masyarakat tentang tradisi kebudayaan Palang Pintu Betawi.
2. Buku illustrasi kebudayaan Palang Pintu Betawi ini hanya diperuntukkan untuk masyarakan DKI Jakarta.
Adapun segmentasi masyarakat yaitu:
• Geografis : Kota : DKI Jakarta • Demografis : Usia : 18-23
5 • Piskografis : masyarakat yang tertarik dan ingin mengenal lebih dalam
tentang kebudayaan Palang Pintu Betawi.
1.4. Tujuan Tugas Akhir
Berdasarkan permasalahan di atas tujuan Tugas Akhir ini adalah merancang buku illustrasi mengenai kebudayaan Palang Pintu Betawi untuk memperkenalkan kepada masyarakat yang belum mengetahui sekaligus melestarikan kebudayaan Palang Pintu Betawi.
1.5. Manfaat Tugas Akhir
Penulisan Tugas Akhir memiliki beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Bagi penulis dapat menambah wawasan tentang media informasi serta memahami bagaimana peranan penting desain grafis dalam sistem identitas visual, dan untuk memenuhi syarat kelulusan.
2. Bagi pembaca agar dapat menambah wawasan mengenai kebudayaan Palang Pintu Betawi dan ikut serta dalam melestarikan kebudayaan.
Bagi universitas dapat menjadi bahan literatur dan informasi tambahan mengenai media informasi.
1.6. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam perancangan media informasi mengenai kebudayaan Palang Pintu Betawi ini dapat diperoleh melalu beberapa metode yaitu metode pengumpulan data primer dan sekunder.
6 1.6.1. Pengumpulan Data Primer
1. Studi Pustaka
Penulis mengumpulkan data melalui buku-buku yang berhubungan dengan kebudayaan adat Betawi, seperti Upacara Daur Hidup Adat Betawi dan
Betawi Tempo Doeloe untuk mendapatkan informasi mengenai kebudayaan Palang Pintu Betawi.
2. Existing Studies
Penulis melakukan tinjauan baru untuk mempelajari dan mencari refrensi tampilan media yang menarik, sederhana, serta edukatif.
3. Observasi
Penulis melakukan pengamatan langsung terhadap sanggar kebudayaan Betawi agar mendapatkan informasi lebih lanjut terhadap kebudayaan Palang Pintu Betawi.
4. Wawancara
Penulis melakukan wawancara dengan ketua sanggar-sangar Betawi, anggota sanggar, lembaga kesenian betawi. Guna untuk mendapatkan makna atau filosifi dari Kebudayaan Palang Pintu Betawi.
1.6.2. Pengumpulan Data Sekunder 1. Internet
Penulis akan menggunakan data-data yang sudah ada di internet dengan mempertimbangkan keabsahan dan kebenaranya.
7 Penulis akan menggunakan Ebook untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan desain grafis, media, kebudayaan, adat serta informasi.
1.7. Metode Perancangan
Langkah-langkah yang akan dilakukan penulis untuk membuat Tugas Akhir adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan
Penulis akan melakukan pengamatan terhadap fenomena yang terjadi dalam kebudayaan Palang Pintu Betawi.
2. Brainstorming
Penulis akan melakukan Brainstorming untuk memperluas eksplorasi tentang gagasan ide yang berhubungan.
3. Menentukan media
Setelah Brainstorming dilakukan dan mendapatkan mind-map, penulis akan segera menentukan media apa yang akan di gunakan untuk menyampaikan informasi.
4. Konsep dan Sketsa
Setelah penulis memperoleh kata kunci yang setelah itu akan dikembangkan menjadi sebuah konsep, penulis juga menguraikanya dalam sebuah sketsa.
5. Proses digital
Setelah mendapatkan sebuah sketsa penulis akan masuk ke dalam proses digital yang didalamnya terdapat proses Layouting
8 6. Implementasi
lalu pada akhir karya akan mencapai proses terakhir yaitu implementasi atau cetak dimana proses tersebut sudah melalui beberapa proses-proses yang telah ditentukan.
9 1.8. Sistematika Perancangan
Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang kebudayaan Palang Pintu Betawi serta kurangnya regenerasi untuk melestarikan kebudayaan Palang Pintu Betawi baik dari luar maupun
Betawi sendiri.
Bagaimana merancang informasi yang tepat untuk tetap melestarikan kebudayaan Palang Pintu Betawi?
Membuktikan hasil penelitian melalui teori-teori dari sumber yang terpercaya c v c v Melakukan wawancara untuk memperkuat data atau
fenomena yang sedang terjadi.
Melakukan studi pustaka untuk mengumpulkan data mengenai kebudayaan Palang Pintu Betawi. Melakukan observasi langsung terhadap sanggar Betawi serta
masyarakat sekitarnya. c v c v c v
Brainstorming Mind Mapping
Konsep Digital Produksi c v c v