PENGARUH EDUKASI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA SEKS
KOMERSIAL (PSK) JALANAN YOGYAKARTA TAHUN 2006
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Themy Roestian Lavatinova NIM: 018114160
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
. . . sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya . . .
( Surat At-tiin : 4 )
Karya kecil ini kupersembahkan untuk:
Penciptaku
Allah SWT
atas segala keajaibanNya untukkuKeluargaku terCinta :
Mama Yani
terSayang,
Papa, Mama Dewi
danDella
yang selalu mendukung dan doakan aku Teman-teman dan sahabat
Almamaterku
KATA PENGANTAR
Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan anugerah serta kehendaknya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang
mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Allah SWT atas petunjuk, berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini.
2. Walikota Yogyakarta c.q BAPEDA DIY yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian di kota Yogyakarta.
3. Bapak Mukhotib, Md. selaku direktur PKBI DIY yang telah memberikan
ijin untuk melakukan penelitian di lokasi jalanan (Badran dan jalan
Magelang) Yogyakarta.
4. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen
pembimbing II atas kesabarannya dalam memberikan petunjuk, saran dan
masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.
5. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing I yang
telah memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses
penyusunan skripsi.
6. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji, atas kritik dan saran
yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
7. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji, atas kritik dan saran
yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
8. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan pengarahan.
9. Kedua orang tuaku tercinta atas kasih sayang yang begitu besar,
kepercayaan, bimbingan, pelajaran hidup dan doa serta dukungannya baik
moril maupun materiil.
10. Adikku Della yang selalu mendoakan yang terbaik. Hidup menjadi lebih
indah karena persaudaraan kita.
11. Mas Fx. Ari “botax” Bandioko atas pengertian dan kesabarannya selama ini.
12. Relawan PKBI DIY: Dhini, mbak Titin, Dudi, Mala, Dewi, Maulana, Riza,
Indy atas bantuan dan kerjasamanya saat pengambilan data.
13. Teman-teman di Badran dan jalan Magelang yang sudah mau menjadi
responden dalam penelitian ini, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
14. Anak-anak kost Unix: Ira, Vita, Siwi, Gothe, Kadek, Emi, Pence, Eti terima
kasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaan kita yang indah.
15. Anak-anak kost Sekar Ayu: Mami, Sita, Hana, Jun, mas Vier, mas Soer, aa’,
mas Per, atas bantuan dan kebersamaannya.
16. Temen-temen seperjuangan: jenk Ririn yang baik hati, Anjar ”ndut”
Trilaksono yang lutchu, Adistyawan Yoga ”kobo” Wicaksono yang jenius,
Ferawati Klau”dichay” Ida my soulmate, plus Maharani ”si menthel” Eka
Sati atas kerjasama, semangat, keceriaan, dan masukannya. Makasih semua.
17. Sahabat-sahabatku: Dessy, Yono, Putut, Sunu, Deni atas persahabatan dan
kebersamaannya selama ini.
18. Teman-teman angkatan 2001, kelas C dan kelompok praktikum F: atas
persahabatan dan kebersamaannya selama ini.
19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak
ada yang sempurna di dunia ini. Skripsi ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini lebih mendekati
sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu
pengetahuan.
Yogyakarta, 20 Agustus 2007
Penulis
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Agustus 2007
Penulis
Themy Roestian Lavatinova NIM. 018114160
INTISARI
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit yang dapat menular dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan salah satu kelompok yang memiliki risiko tinggi terhadap PMS. Penyebabnya adalah pengetahuan mereka yang relatif rendah tentang PMS sehingga banyak diantara mereka dalam melayani tamu tanpa menggunakan pelindung (kondom) Keadaan ini dapat menyebarkan PMS secara luas di masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh edukasi PMS di kalangan PSK jalanan Yogyakarta terhadap pengetahuan dan sikap mereka dalam ketaatan penggunaan kondom.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta setelah pemberian edukasi tentang PMS dalam ketaatan penggunaan kondom. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian
one group pretest-posttest. Metode survei yang digunakan dengan instrumen penelitian kuisioner sebanyak 29 orang. Analisis yang dilakukan adalah analisis statistik deskriptif evaluatif dan statistik uji menggunakan Paired Sample T Test.
Hasil untuk uji dengan Paired Sample T Test menujukkan perbedaan yang signifikan pada variabel pengetahuan dan sikap tentang PMS pada PSK jalanan Yogyakarta setelah edukasi. Persentase nilai pengetahuan bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja yang menunjukkan peningkatan paling tinggi yaitu: SLTP (9,1%), 21-40 tahun (10,5%) dan lebih dari 4 tahun (11,4%). Persentase nilai sikap bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja yang menunjukkan peningkatan paling tinggi yaitu: SLTP (23,3%), 21-40 tahun (11,7%) dan lebih dari 4 tahun (12,5%).
Kata kunci: edukasi, penyakit menular seksual, pekerja seks komersial, kondom
ABSTRACT
Sexually Transmitted Diseases (STD) is a diseases that is to be able to affect from someone to others through commercial sex workers sexual intercourse that is a group that has a high risk toward STD. This is couse by they have a relatively low in knowledge on STD so that many of them in their service to their customers without using a protector (condom). This situation can speard STD widely in society. Relating with the subject, so it held a research about STD education effects in Yogyakarta street commercial sex workers toward their knowledge and attitude in using condoms.
The objection of this research is to identify Yogyakarta street commercial sex workers knowledge and attitude change after given education about STD in using condom. This research covers quasi experimental research, while research design to use is one group pretest posttest design. Survey methods be used is by questionnaire research instrument to 29 person. The analysis and examination statistics by Paired Sample T Test.
The result for this examination is Paired Sample T Test shows a significant difference in knowledge and attitude variable about STD in Yogyakarta street commercial sex workers after the education. Knowledge change percentage if is viewed from education grade, age and work duration that shows the highest changes are: Junior High School (9,1%), 21-40 years old (10,5%), and more than 4 years (11,4%). Attitude change percentage if viewed from education grade, age and work duration that shows the highest changes are: Junior High School (23,3%), 21-40 years old (11,7%) and more than 4 years (12,5%).
Keywords: education, sexually transmitted diseases, commercial sex workers, condoms.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii
INTISARI... ix
ABSTRACT... x
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Perumusan masalah... 2
2. Keaslian penelitian ... 2
3. Manfaat penelitian... 3
B. TUJUAN ... 3
1 Tujuan Umum ... 3
2 Tujuan Khusus ... 4
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 5
A. Penyakit Menular Seksual... 5
1. Pengertian... 5
2. Gejala-gejala umum ... 5
3. Jenis-jenis Penyakit Menular Seksual... 6
B. Kondom... 9
C. Edukasi... 11
D. Pengetahuan ... 11
E. Sikap... 13
F. Pekerja Seks Komersial ... 13
G. Landasan Teori... 15
H. Hipotesis... 15
BAB III METODE PENELITIAN ... 16
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 16
B. Variabel Penelitian ... 16
1. Variabel bebas... 16
2. Variabel tergantung... 16
C. Definisi Operasional ... 16
D. Tempat Penelitian ... 17
E. Subjek Penelitian... 18
F. Teknik Sampling ... 18
G. Instrumen Penelitian ... 19
H. Tata Cara Penelitian ... 19
1. Analisis Situasi ... 19
2. Pembuatan Kuisioner ... 20
3. Pembuatan Booklet ... 21
4. Penyebaran Kuesioner... 22
5. Pemberian Edukasi... 22
6. Pengolahan Data ... 22
I. Analisis Data Penelitian ... 23
J. Kesulitan Penelitian ... 24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26
A. Karakteristik Responden ... 26
1. Tingkat Pendidikan ... 26
2. Umur ... 27
3. Lama Kerja... 27
B. Pengaruh Edukasi tentang PMS terhadap Pengetahuan dan Sikap PSK jalanan Yogyakarta Tahun 2006 ... 28
C. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Umur dan Lama Kerja terhadap Pengetahuan dan Sikap PSK jalanan Yogyakarta Tahun 2006... 30
D. Rangkuman Pembahasan ... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 40
A. Kesimpulan ... 40
B. Saran... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 42
LAMPIRAN... 44
BIOGRAFI PENULIS ... 58
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Persentase Tingkat Pendidikan PSK Jalanan Yogyakarta Tahun
2006 ... 26
Gambar 2. Persentase Umur PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006 ... 27
Gambar 3. Persentase Lama Kerja PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006... 28
Gambar 4. Persentase Jawaban Kuisioner Pretest dan Posttest PSK Jalanan
YogyakartaTahun 2006 ... 30
Gambar 5. Persentase Nilai Pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang
PMS Tahun 2006 berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 31
Gambar 6. Persentase Nilai Pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang
PMS Tahun 2006 berdasarkan Umur ... 32
Gambar 7. Persentase Nilai Pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang
PMS Tahun 2006 berdasarkan Lama Kerja ... 34
Gambar 8. Persentase Nilai Sikap PSK Jalanan Yogyakarta dalam Ketaatan
Penggunaan Kondom Tahun 2006 berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 35
Gambar 9. Persentase Nilai Sikap PSK Jalanan Yogyakarta dalam Ketaatan
Penggunaan Kondom Tahun 2006 berdasarkan Umur ... 36
Gambar 10. Persentase Nilai Sikap PSK Jalanan Yogyakarta dalam Ketaatan
Penggunaan Kondom Tahun 2006 berdasarkan Lama Kerja... 37
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat ijin penelitian ... 44
Lampiran 2. Kuisioner penelitian ... 46
Lampiran 3. Hasil skoring pretest ... 48
Lampiran 4. Hasil skoring posttest... 49
Lampiran 5. Hasil uji normalitas datadan uji T ... 50
Lampiran 6. Booklet PMS ... 51
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit yang dapat menular
dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual (Munajat dan Bisri,
1998). Seseorang dapat berisiko tinggi terkena PMS bila melakukan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal
(Anonim, 2007a).
Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan kelompok yang terbiasa
melakukan aktivitas seksual dengan pasangan yang tidak tetap, dengan imbalan
berupa uang yang telah disepakati sebelumnya (Aprilianingrum, 2002).
Berdasarkan data Klinik Griya Lentera, dari bulan Januari sampai dengan
September 2006 dilaporkan jenis infeksi gonore dengan jumlah penderita
mencapai 23 kasus, diikuti penderita klamidia sebanyak 3 kasus, sedangkan untuk
kasus sifilis belum ditemukan angka kejadian selama periode tersebut.
Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan salah satu kelompok yang
memiliki risiko tinggi terhadap PMS. Penyebabnya adalah pengetahuan mereka
yang relatif rendah tentang PMS sehingga banyak diantara mereka dalam
melayani tamu tanpa menggunakan pelindung (kondom), kecuali atas permintaan
si tamu (Sutama, 2005). Keadaan ini dapat menyebarkan PMS secara luas di
masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai
pengaruh edukasi tentang PMS di kalangan PSK jalanan Yogyakarta terhadap
pengetahuan dan sikap mereka dalam ketaatan penggunaan kondom.
Pemberian edukasi dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan PSK jalanan Yogyakarta tentang PMS. Meningkatnya pengetahuan
tersebut diharapkan dapat merubah sikap mereka dalam ketaatan penggunaan
kondom, sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melayani pengguna
layanan mereka dan kesadaran akan bahaya PMS akan lebih meningkat.
1. Perumusan Masalah
a. Seperti apakah karakteristik PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang
menjadi responden dalam penelitian ini ditinjau dari tingkat pendidikan,
umur dan lama kerja ?
b. Adakah pengaruh edukasi tentang PMS terhadap pengetahuan dan sikap
PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang menjadi responden dalam
penelitian ini?
c. Adakah pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama kerja terhadap
pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang menjadi
responden dalam penelitian ini?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan yaitu “Studi Pemilihan dan
Penggunaan Antibiotika di Kalangan Pekerja Seks Komersial (PSK) di Lokasi
Pasar Kembang Yogyakarta” oleh Sutama (2005).
Pada penelitian kali ini metitikberatkan pada pengaruh edukasi tentang
Perbedaan dengan penelitian yang terdahulu terletak pada tema yang diangkat,
subjek yang di teliti, lokasi penelitian, waktu pelaksanaan, serta metode penelitian
yang digunakan. Penelitian ini menggunakan metode pretest dan posttest untuk
melihat pengaruh edukasi yang sudah diberikan.
Edukasi diberikan melalui suatu penyuluhan dalam program kamis sehat
dan pemberian edukasi perindividu antara peneliti dan PSK jalanan Yogyakarta
dengan menggunakan booklet. Pemberian edukasi dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang PMS pada PSK jalanan Yogyakarta dan
mengetahui pengaruhnya terhadap sikap mereka dalam ketaatan penggunaan
kondom.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang PMS.
b. Manfaat praktis
Memberikan informasi tentang PMS pada PSK jalanan Yogyakarta
sehingga diharapkan timbul kesadaran mereka dalam ketaatan penggunaan
kondom.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang
menjadi responden dalam penelitian ini ditinjau dari tingkat pendidikan,
umur dan lama kerja.
b. Untuk mengetahui pengaruh edukasi tentang PMS terhadap pengetahuan
dan sikap PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang menjadi responden
dalam penelitian ini.
c. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama kerja
terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan dari
satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual. Gejala awal yang menjadi
pertanda PMS, diantaranya :
1. benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin
2. gatal atau sakit di sekitar alat kelamin
3. bengkak atau merah di sekitar alat kelamin
4. rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil
5. buang air kecil lebih sering dari biasanya
6. demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh
7. kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari
8. keluar cairan dari alat vital yang tidak biasa, berbau dan gatal
9. pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi
(Setyawan, 2006)
Gejala umum PMS pada laki-laki biasanya muncul di bagian dalam
saluran kencing, kalau sudah parah PMS ini juga dapat masuk ke saluran sperma
sampai ke dalam testis. Sebagian PMS yang lain muncul di luar penis maupun di
sekitar alat kelamin. Gejala muncul antara 2-3 hari setelah berhubungan seks
dengan orang yang terkena PMS. Gejala-gejala yang sering dijumpai adalah rasa
panas atau nyeri saat kencing, nanah keluar dari alat kelamin, benjolan,
bintil atau luka di alat kelamin serta pembengkakan di pangkal paha (Anonim,
2005).
Pada perempuan PMS seringkali tidak menunjukkan gejala. Gejala
biasanya muncul di bagian dalam vagina atau mulut rahim, kalau sudah parah,
PMS ini bisa naik ke dalam rahim dan saluran telur. Sebagian gejala PMS akan
muncul di luar vagina maupun di sekitar alat kelamin. Selain di daerah organ
reproduksi, gejala juga dapat muncul di daerah anus dan tenggorokan. Gejala
muncul antara 3 hari sampai 1 bulan setelah hubungan seks dengan orang yang
terkena PMS. Gejala yang sering dijumpai adalah rasa sakit atau gatal di alat
kelamin, cairan yang berbau atau berwarna (yang tidak biasa keluar dari alat
kelamin), benjolan, bintil-bintil atau luka di sekitar kemaluan, pembengkakan di
pangkal paha, serta rasa sakit pada perut bagian bawah (Anonim, 2005).
Penyakit Menular Seksual (PMS) bisa dicegah dengan tidak melakukan
hubungan seks sama sekali, saling setia dengan satu pasangan dan menggunakan
kondom tiap kali berhubungan seks (Anonim, 2005).
Jenis-jenis PMS diantaranya adalah sebagai berikut:
1. gonore
Gonore adalah PMS yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoea, dengan
cara penularan melalui hubungan seks. Pada beberapa kasus, gonore tidak
menunjukkan gejala, tetapi jika gejala muncul, sering hanya ringan dan muncul
dalam 2-10 hari setelah hubungan seks dengan orang yang terkena PMS. Gejala
Pada laki-laki gejala timbul dalam waktu satu minggu berupa rasa sakit
pada saat buang air kecil dan ereksi, keluar nanah dari saluran kencing terutama
pada pagi hari dan sering tidak ada gejala pada stadium dini. Pada perempuan juga
sering tidak terjadi gejala apapun, mengalami nyeri di daerah perut bagian bawah
yang kadang-kadang disertai keputihan dengan bau yang tidak sedap (Munajat
dan Bisri, 1998).
2. sifilis (Raja Singa)
Sifilis adalah PMS yang disebabkan oleh Treponema pallidum, dengan
cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks, namun penyakit ini juga
dapat ditularkan melalui hubungan non-seksual. Pada fase awal, penyakit ini
menimbulkan luka yang tidak terasa sakit yang biasanya muncul di daerah
kelamin tetapi dapat juga muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati
penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang meliputi adanya gejala ruam
kulit, demam, luka pada tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar
di seluruh tubuh (Anonim, 2005).
3. herpes genital
Herpes genital adalah PMS yang disebabkan oleh Herpes Simplex Virus
(HSV). Herpes genital menyebar melalui kontak seksual antar kulit dengan
bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat melakukan hubungan seks. Gejala-gejala
biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar, rasa nyeri
di kaki, pantat atau daerah alat kelamin dan keputihan. Bintil-bintil berair atau
luka terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah alat
lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu tetapi dapat muncul
kembali (Anonim, 2005).
4. klamidia
Klamidia adalah PMS yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis,
terutama menyerang leher rahim. Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25%
kasus pada laki-laki tidak menunjukkan gejala.
Gejala yang ada meliputi keputihan yang abnormal dan rasa nyeri saat
kencing baik pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan juga dapat
mengalami rasa nyeri pada perut bagian bawah atau nyeri saat hubungan seksual,
pada laki-laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri pada testis
(Anonim, 2005).
5. trikomoniasis vaginalis
Trikomoniasis vaginalis adalah PMS yang disebabkan oleh parasit
Trichomonas vaginalis yang menular melalui kontak seksual. Trichomonas
vaginalis dapat bertahan hidup pada benda-benda seperti pakaian yang dicuci dan
dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.
Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak, berbusa dan
berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil dan saat
berhubungan seksual juga sering terjadi. Terdapat juga nyeri vagina dan gatal
atau tidak ada gejala sama sekali. Pada laki-laki akan terjadi radang pada saluran
Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks juga harus diobati. Hindari
untuk saling pinjam meminjam handuk atau pakaian dengan orang lain untuk
mencegah penularan non-seksual dari penyakit ini (Anonim, 2005).
B. Kondom
Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet,
berbentuk tabung yang tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup
rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma.
Kelebihan kondom:
a. efektif sebagai alat kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar
b. murah dan mudah didapat tanpa resep dokter dan dapat didistribusikan oleh
dan untuk masyarakat
c. praktis dan dapat dipakai sendiri
d. tidak ada efek hormonal
e. dapat mencegah kemungkinan penularan PMS
f. mudah dibawa
g. kondom menggunakan pelicin/pelumas sehingga dapat menambah frekuensi
hubungan seksual dan secara psikologis menambah kenikmatan
h. kondom membantu suami yang mengalami ejakulasi dini
i. adanya jaminan pengawasan kualitas produksi bahwa produk layak dipasarkan
Keterbatasan kondom:
a. kadang-kadang ada pasangan yang alergi terhadap karet kondom
c. secara psikologis kemungkinan mengganggu kenyamanan
d. kondom yang kadaluarsa mudah sobek dan bocor
(Farida, 2006)
Saat ini telah dikembangkan sejenis kondom yang digunakan oleh
perempuan, yang biasa disebut femidom. Memang masih agak jarang dijual
dipasaran dan harganya pun relatif masih mahal. Secara teknik penggunaannya
sama dengan kondom pria, demikian juga fungsinya. Kelebihan dan kekurangan
dari femidom relatif sama dengan kondom pria. Demikian juga persentase
keberhasilan atau kegagalannya. Dengan cara penggunaan yang tepat alat ini sama
efektifnya dengan kondom pria (Anonim, 2003).
Kondom wanita terbuat dari karet. Kondom wanita mempunyai panjang
17 cm, lebar 6-7 cm, dan mempunyai beberapa aroma tertentu untuk
menghilangkan bau karet. Kondom wanita biasanya berwarna cerah seperti merah
jambu atau bening. Kondom khusus wanita ini cukup elastis dan fleksibel,
sehingga mudah mengikuti kontur vagina. Bentuknya silinder dengan ujung
terbukanya berbentuk cincin, dan ujung lainnya tertutup. Ujung yang tertutup
diberi spons untuk menyerap sperma (Anonim, 2007b).
Pemasangan kondom wanita ini sama sekali tidak sulit dan di setiap
kemasan kondom yang dijual disertai cara pemakaiannya. Prinsip kondom wanita
yaitu kondom ini akan menutupi dinding vagina dan mulut rahim, sehingga
C. Edukasi
Edukasi kesehatan merupakan upaya agar masyarakat berperilaku sehat
dengan cara bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan
kesadaran dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau
penyuluhan kesehatan. Pendidikan atau penyuluhan kesehatan tersebut
mengupayakan agar perilaku individu, kelompok atau masyarakat mempunyai
pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo,
2003).
D. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
b. memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dalam
konteks atau situasi yang lain.
d. analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
f. evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria
E. Sikap
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu
objek. Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung ataupun
perasaan tidak mendukung terhadap objek tersebut (Azwar, 1988).
Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan
a. menerima
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
b. merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan.
c. menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d. bertanggungjawab
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko.
(Notoatmodjo, 2003)
F. Pekerja Seks Komersial (PSK)
Perempuan Pekerja Seks Komersial (PSK) didefinisikan sebagai
perempuan yang pekerjaannya menjual diri kepada siapa saja, pada banyak
laki-laki yang membutuhkan pemuasan nafsu seksual atau dengan kata lain perempuan
Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan kelompok yang terbiasa
melakukan aktivitas seksualnya dengan pasangan yang tidak tetap, dengan
imbalan berupa uang yang telah disepakati sebelumnya, sehingga PSK merupakan
kelompok risiko tinggi IMS (Aprilianingrum, 2002).
Ciri-ciri khas dari PSK perempuan adalah :
1. cantik, ayu, rupawan, manis, atraktif, menarik, baik wajah maupun tubuhnya
bisa merangsang selera seks kaum pria.
2. berusia muda, biasanya di bawah umur 30 tahun. Yang terbanyak adalah
umur 17-25 tahun.
3. pakaiannya sangat mencolok, beraneka ragam, sering aneh-aneh/eksentrik
untuk menarik perhatian kaum pria. Mereka sangat memperhatikan
penampilan lahiriah, yaitu: wajah, rambut, pakaian, alat-alat kosmetik dan
parfum yang merangsang.
4. menggunakan teknik-teknik seksual yang mekanistis, cepat, tidak hadir secara
psikis, tanpa emosi, tidak pernah bisa mencapai orgasme
5. mobilitas tinggi, kerap berpindah dari tempat/kota yang satu ke tempat/kota
lainnya. Biasanya mereka memakai nama samaran dan sering berganti nama.
6. pekerja seks kelas rendah dan menengah kebanyakan berasal dari strata
ekonomi dan strata sosial rendah. Mereka biasanya tidak memiliki
ketrampilan khusus dan kurang pendidikannya. Pelacur amatir, disamping
bekerja sebagai buruh di pabrik, restoran bar, toko-toko, sebagai sekretaris,
mereka menyempatkan diri beroperasi sebagai wanita panggilan. Pelacur
atau lulusan akademi dan perguruan tinggi, yang beroperasi secara amatir atau
secara profesional.
(Kartono, 1999)
G. Landasan Teori
Pengetahuan merupakan pandangan subyek terhadap suatu stimulus yang
ditangkap melalui indera dan dikenal serta dipahami sehingga menimbulkan
pembentukan sikap negatif maupun positif. Sikap dapat berubah dengan adanya
perkembangan pengetahuan. Pemberian edukasi akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan sikap seseorang terhadap sesuatu hal yang baru bagi orang
tersebut atau lebih memperjelas sesuatu yang sudah diketahui.
Pemberian edukasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap
PSK terhadap PMS. Berubahnya tingkat pengetahuan PSK akan mempengaruhi
perubahan sikap PSK dalam menghadapi masalah PMS tersebut.
Tingkat pengetahuan yang semakin bertambah diharapkan dapat
menimbulkan kesadaran dari dalam diri PSK untuk berpartisipasi secara aktif
dalam usaha untuk mencegah penularan PMS di masyarakat yaitu dengan
menggunakan kondom setiap melayani tamu
H. Hipotesis
Edukasi tentang PMS berpengaruh terhadap perubahan nilai pengetahuan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 2 bagian, yaitu pertama untuk melihat pengaruh
edukasi tentang PMS terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta
menggunakan jenis penelitian eksperimental semu dengan rancangan penelitian
one group pretest-posttest. Bagian kedua menggunakan jenis penelitian deskriptif
dengan rancangan penelitian evaluasi untuk melihat karakteristik PSK jalanan
Yogyakarta, serta untuk melihat pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama
kerja terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian adalah pemberian edukasi tentang PMS yang
diberikan pada PSK jalanan Yogyakarta.
2. Variabel tergantung dalam penelitian ini:
a. pengetahuan PSK jalanan Yogyakarta tentang PMS.
b. sikap PSK jalanan Yogyakarta dalam ketaatan penggunaan kondom.
C. Definisi Operasional
1. Pekerja Seks Komersial (PSK) jalanan Yogyakarta adalah perempuan yang
memberikan pelayanan seksual dengan imbalan berupa uang yang bekerja di
daerah Badran dan jalan Magelang Yogyakarta.
2. Edukasi adalah pemberian informasi tentang PMS melalui program kamis
sehat dan booklet pada PSK jalanan Yogyakarta untuk mempengaruhi
pengetahuan mereka tentang PMS dan sikap mereka dalam ketaatan
penggunaan kondom.
3. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman yang dimiliki oleh PSK jalanan
Yogyakarta tentang PMS meliputi cara penularan, gejala, terapi dan cara
pencegahannya.
4. Sikap adalah suatu kesadaran yang timbul dari dalam diri PSK jalanan
Yogyakarta dalam menghadapi PMS dengan menggunakan kondom setiap
saat berhubungan seksual dengan pelanggan.
5. Responden adalah subjek penelitian yang bekerja sebagai PSK jalanan
Yogyakarta.
D. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi jalanan, yaitu pertama di daerah
Badran tepatnya di sebelah barat Stasiun Tugu, lokasi ini berupa rel kereta api
yang aktif digunakan sebagai jalur perjalanan kereta api. Tempat ini lebih dikenal
dengan istilah ”Bong Suwung” atau di kalangan masyarakat umum disebut
dengan istilah ”ngebong”. Lokasi penelitian kedua di jalan Magelang, tepatnya di
daerah Denggung Sleman dan di Hotel Melati selatan perempatan ringroad
E. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan adalah para PSK jalanan di
Yogyakarta (Badran dan jalan Magelang) yang merupakan PSK dampingan
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) dengan populasi sejumlah 91 orang dengan rincian 71 orang di Badran dan
20 orang di jalan Magelang. Peneliti mengambil 29 subjek penelitian yaitu 17
orang dari Badran dan 12 orang dari jalan Magelang. Jumlah subjek ditentukan
berdasarkan syarat penelitian deskriptif oleh Gay (cit., Sevilla et al., 1993)
menyatakan ukuran minimum pengambilan sampel diperlukan 10% dari populasi
atau untuk populasi yang sangat kecil diperlukan minimum 20%. Sehingga jumlah
subjek penelitian yang diambil sudah memenuhi syarat penelitian.
F. Teknik Sampling
Pada penelitian ini dilakukan teknik sampling secara non-random
sampling dengan jenis quota sampling, yaitu peneliti menetapkan jumlah sampel
yang diperlukan (quota) untuk dijadikan responden (Notoatmodjo, 2002).
Sampel yang diambil sesuai dengan perhitungan yaitu 10-20% dari
populasi (91 orang). Jumlah responden yang diambil sudah memenuhi syarat
penelitian yaitu minimal 9-18 orang. Pemilihan metode ini mengingat PSK
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar
kuisioner dan booklet. Lembar kuisioner dibuat dengan bahasa sesederhana
mungkin agar mudah dipahami oleh subjek penelitian dalam hal ini adalah para
PSK jalanan Yogyakarta yang secara umum mempunyai tingkat pendidikan yang
rendah. Sebagai media edukasi digunakan booklet yang berisi pengetahuan
mengenai PMS. Booklet dibuat semenarik mungkin agar responden tertarik untuk
membacanya.
H. Tata Cara Penelitian 1. Analisis Situasi
Pada tahap ini dilakukan observasi dengan cara mengumpulkan informasi
mengenai kemungkinan bisa tidaknya diadakan penelitian dan melihat keseharian
subjek sebelum dilakukan penelitian. Pada proses ini peneliti banyak dibantu oleh
teman-teman dari PKBI DIY agar lebih mudah diterima oleh komunitas PSK
jalanan Yogyakarta.
Para PSK jalanan mulai bekerja pada malam hari sekitar jam 8 hingga dini
hari, karena semakin malam biasanya pelanggan yang datang semakin banyak.
Pemberian edukasi personal lebih banyak dilakukan pada sore hari di tempat
tinggal mereka. Pada sore hari mereka memiliki waktu yang cukup luang karena
pada malam hari akan mengganggu mereka bekerja. Selain itu, faktor lokasi
digunakan dapat mengganggu konsentrasi para PSK dalam menerima edukasi
yang diberikan.
2. Pembuatan Kuisioner
Pertanyaan disusun dan dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel
penelitian yang ingin diketahui. Dalam penyusunan kuisioner ini peneliti banyak
bertanya pada dosen pembimbing ataupun rekan dari Fakultas Psikologi yang
dianggap menguasai tata cara pembuatan kuisioner penelitian. Sebelum dilakukan
penyebaran kuisioner, dilakukan uji coba terlebih dahulu supaya pertanyaan yang
diajukan pada kuisioner dapat dipahami oleh responden dengan bantuan
teman-teman dari PKBI DIY yang sudah terbiasa melakukan interaksi dengan responden
sebelumnya.
Setelah kuisioner sebagai alat ukur selesai disusun, belum berarti kuisioner
tersebut dapat langsung digunakan untuk mengumpulkan data. Kuisioner dapat
digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas dan reliabilitas.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut
benar-benar dapat mengukur apa yang akan diukur (Notoatmodjo, 2002). Pada
penelitian ini dilakukan uji validitas dengan menggunakan tipe validitas isi.
Validitas dilakukan melalui professional judgement, yaitu melalui diskusi dengan
dosen pembimbing dan dosen dari Fakultas Psikologi. Uji validitas dilihat dari
item pertanyaan dari kuisioner yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yang
diinginkan.
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
konsisten bila dilakukan pengukuran berulang-ulang (Notoatmodjo, 2002). Pada
penelitian ini dilakukan uji reliabilitas dengan cara mengujikan kuisioner pada
responden, apakah bahasa yang digunakan dalam kuisioner mudah dimengerti
atau tidak oleh responden.. Berdasarkan hasil uji, ada beberapa item pertanyaan
yang belum dapat dimengerti oleh responden. Hasil ini kemudian didiskusikan
kembali dengan dosen pembimbing untuk dilakukan beberapa perbaikan.
Kuisioner yang digunakan terdiri dari 17 item pertanyaan berbentuk
obyektif dengan dua pilihan jawaban (ya atau tidak). Peneliti menggunakan
format pertanyaan ”ya dan tidak” dengan pertimbangan sederhana, mudah
dipahami dan mudah dikerjakan oleh subjek penelitian. Kuisioner dibagi menjadi
2 bagian, yaitu pertanyaan untuk mengukur variabel pengetahuan dan pertanyaan
untuk mengukur variabel sikap. Skor dalam setiap item pertanyaan hanya terdapat
satu jawaban yang benar, sehingga cara penilaian adalah dengan memberikan skor
0 bagi setiap jawaban yang salah atau tidak diisi, dan skor 1 bagi jawaban yang
benar. Bila responden menjawab “ya” untuk item pertanyaan jenis favourable
maka akan mendapatkan skor 1 dan jika pertanyaan tidak diisi atau dijawab
“tidak” maka akan mendapat skor 0. Hal ini berlaku sebaliknya untuk item
pertanyaan jenis non favourable. Item-item pertanyaan yang ada dalam kuisioner,
juga terdiri dari 13 item untuk pertanyaan jenis favourable dan 4 item untuk
pertanyaan jenis non favourable.
3. Pembuatan Booklet
Booklet berfungsi sebagai media pemberian edukasi tentang PMS pada
mungkin, jelas, singkat dan lengkap dengan bahasa yang mudah dipahami oleh
subjek penelitian.
4. Penyebaran Kuisioner
Kuisioner ditujukan kepada subjek penelitian yaitu para PSK jalanan,
dengan melakukan pendekatan-pendekatan terlebih dahulu. Kuisioner diberikan
sebelum dan sesudah pemberian edukasi. Dalam penyebaran kuisioner ini ada
pembagian tugas antara rekan-rekan satu kelompok penelitian dengan maksud
memudahkan dalam mendapatkan data dan mempercepat proses pengumpulan
data. Dimana kelompok penelitian tersebut terdiri dari 3 orang dan terbagi
menjadi 2 lokasi yang berbeda yaitu, Vincensius Anjar Trilaksono di lokasi jalan
Magelang, Ferawati Klaudia Ida dan penulis di lokasi Badran Yogyakarta.
5. Pemberian Edukasi
Pemberian edukasi dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang
PMS yang berupa penyuluhan pada saat program Kamis Sehat berlangsung, acara
tersebut diadakan setiap hari kamis minggu ke-2 setiap bulannya di kantor PKBI.
Penyuluhan diberikan sebulan sekali selama 3 bulan oleh dosen-dosen Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selain itu pemberian edukasi
berupa booklet yang dilakukan berulang untuk mengingatkan subjek penelitian di
lokasi jalanan Yogyakarta. Pada pemberian edukasi ini dibantu oleh teman-teman
dari PKBI DIY.
6. Pengolahan Data
Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan cara menjumlahkan
kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik yang tepat. Sebelumnya
item pertanyaan dalam kuisioner dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel
yang akan diteliti, yaitu variabel pengetahuan dan variabel sikap. Hasil yang
diperoleh disajikan dalam bentuk persentase dan dianalisis secara deskriptif
evaluatif untuk setiap kategori pertanyaan dan setiap karakteristik responden.
I. Analisis Data Penelitian
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan dua metode, yaitu
metode statistik parametrik dan metode statistik deskriptif. Metode statistik
parametrik menggunakan Paired Sample T Test dengan taraf kepercayaaan 90%.
Peneliti melihat sejauh mana pengaruh pemberian edukasi tentang PMS pada PSK
jalanan Yogyakarta terhadap pengetahuan mereka tentang PMS dan sikap mereka
dalam ketaatan penggunaan kondom, dengan membandingkan hasil data pretest
dan posttest.
Dilakukan uji normalitas pada data yang ada, distribusi data dikatakan
normal bila nilai probabilitas (Asymp.Asg) lebih besar dari 0,1 dan analisis
selanjutnya dapat menggunakan metode uji hipotesis Paired Sample T Test. Hasil
uji normalitas diperoleh nilai Asymp.Asg lebih besar dari 0,1 yaitu sebesar 0,5. Hal
ini berarti bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal sehingga metode
uji hipotesis Paired Sample T Test dapat digunakan.
Uji hipotesis menggunakan Paired Sample T Test melihat nilai thitungnya.
perubahan yang signifikan pada nilai pengetahuan dan sikap responden dengan
adanya pemberian edukasi (Triton, 2006).
Analisis dengan metode statistik deskriptif digunakan untuk melihat
bagaimana karakteristik responden ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan
lama kerja, serta melihat persentase nilai pengetahuan dan sikap responden
berdasarkan tingkat pendidikan, umur, dan lama kerja setelah pemberian edukasi.
Analisis data dilakukan dengan menghitung selisih antara nilai posttest
dan pretest yang kemudian dicari nilai rata-ratanya. Kuisioner dibagi menjadi 2
bagian, yaitu persentase perubahan pengetahuan dan persentase perubahan sikap.
Persentase perubahan pengetahuan dilihat dari rata-rata peningkatan nilai jawaban
pengetahuan pada PSK jalanan Yogyakarta setelah pemberian edukasi yang dibuat
dalam persen. Persentase perubahan sikap dilihat dari rata-rata peningkatan nilai
jawaban sikap pada PSK jalanan Yogyakarta setelah pemberian edukasi yang
dibuat dalam persen. Cara perhitungan didasarkan pada rumus di bawah ini.
P =
N X
x 100%
Keterangan:
P : Persentase
X: Rata- rata nilai selisih antara pretest dan posttest
N: Jumlah item pertanyaan
J. Kesulitan Penelitian
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama penelitian ini antara lain adalah
cuaca yang tidak menentu karena pada saat penelitian ini dilakukan masuk dalam
yang kurang nyaman dan gelap. Lokasi kurang nyaman karena lokasi merupakan
jalur/rel kereta api yang aktif digunakan setiap saat sehingga pendekatan yang
dilakukan peneliti agak sedikit terhambat apabila ada kereta api yang sedang
lewat. Kondisi yang gelap juga cukup menyulitkan peneliti pada saat turun ke
lapangan. Selain itu, penelitian dilakukan saat memasuki bulan ramadhan
sehingga di lokasi penelitian sering terjadi razia oleh Satuan Polisi Pamong Praja
(Satpol PP). Tingkat pendidikan responden yang rendah juga menjadi salah satu
hambatan bagi peneliti, sehingga peneliti dituntut untuk dapat menuntun satu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Karakteristik PSK jalanan Yogyakarta yang menjadi responden dalam
penelitian bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja mereka
sebagai PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006.
1. Tingkat Pendidikan
Sebagian besar PSK jalanan Yogyakarta merupakan lulusan SD sebanyak
22 orang (75,9%) dan lulusan SLTP sebanyak 7 orang (24,1%) dari jumlah
populasi. Hasil lengkapnya ditunjukkan pada gambar 1.
75,9
Gambar 1. Persentase Tingkat Pendidikan PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Dilihat dari persentase tingkat pendidikan mereka yang sebagian besar
hanya sampai SD (75,9%), hal ini sesuai dengan ciri-ciri khas PSK perempuan
menurut Kartono (1999) yang menyatakan bahwa PSK biasanya tidak memiliki
ketrampilan khusus dan kurang pendidikannya. Mereka mengganggap bahwa
pekerjaan sebagai PSK mudah untuk dilakukan, tidak memerlukan ketrampilan
khusus dan pendidikan yang tinggi.
2. Umur
Pekerja Seks Komersial (PSK) jalanan Yogyakarta tahun 2006 di dominasi
oleh PSK berumur 21-40 tahun (69%). Di posisi kedua umur 41-60 tahun
(24,1%), sedangkan persentase terendah adalah 6,9% merupakan PSK berumur
<21 tahun.Hasil lengkapnya ditunjukkan pada gambar 2.
6,9
<21 tahun 21-40 tahun 41-60 tahun >60 tahun
Gambar 2. Persentase Umur PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Para PSK pada umur 21-40 tahun cenderung lebih agresif dalam
pendekatan mereka kepada para pelanggan, sehingga mereka lebih disukai
pelanggan.
3. Lama Kerja
Dari hasil yang diperoleh, sebagian besar PSK jalanan Yogyakarta telah
bekerja >4 tahun (69%) ini berarti mereka termasuk wajah-wajah lama. Di posisi
terakhir sebesar 6,9 % untuk mereka yang telah memiliki lama kerja <3 tahun.
Hasil lengkapnya ditunjukkan pada gambar 3.
6,9
24,1
69
0 25 50 75 100
Pers
en
tase (%)
Lama Kerja (tahun)
<3 tahun 3-4 tahun >4 tahun
Gambar 3. Persentase Lama Kerja PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Alasan mereka masih tetap bertahan di lokasi jalanan Yogyakarta
disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya usia mereka sudah tidak muda
lagi sehingga untuk mendapatkan pelanggan sangat sulit jika harus
berpindah-pindah lokasi kerja yang baru, selain itu mereka sudah cukup memiliki pelanggan
yang setia dan sudah mereka percayai tidak mengidap PMS di lokasi kerja mereka
tersebut.
B. Pengaruh Edukasi tentang PMS terhadap Pengetahuan dan Sikap PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Pada penelitian ini digunakan analisis statistik Paired Sample T Test
dengan taraf kepercayaan 90%. Diperoleh nilai Asymp.Sig lebih besar dari 0,1
yaitu sebesar 0,5. Hal ini berarti bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi
Menurut Triton (2006), apabila nilai thitung > ttabel maka hipotesis nol (Ho)
ditolak, yang berarti terjadi perubahan yang signifikan pada nilai pengetahuan dan
sikap responden dengan adanya pemberian edukasi. Pada uji hipotesis Paired
Sample T Test diperoleh nilai thitung = 2,600 dan ttabel pada tabel distribusi nilai t
dengan taraf kepercayaan 90% sebesar 1,701. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
terdapat perubahan pada nilai pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta
dalam ketaatan penggunaan kondom setelah pemberian edukasi tentang PMS
tahun 2006.
Hasil data penelitian tersebut dapat pula dikatakan bahwa edukasi yang
diberikan pada responden sudah berhasil atau dengan kata lain terjadi perubahan
yang cukup signifikan pada variabel pengetahuan dan sikap responden tentang
PMS dalam ketaatan penggunaan kondom. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Pratomo (1989), bahwa penyuluhan kesehatan adalah usaha untuk mempengaruhi
pengetahuan, sikap dan kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan agar
individu/kelompok/masyarakat mau dan mampu mengubah perilaku yang tidak
mendukung nilai hidup sehat menjadi berperilaku yang mendukung nilai hidup
sehat.
Hasil dari pengisian kuisioner menunjukkan persentase peningkatan nilai
pengetahuan dan sikap. Persentase peningkatan dari hasil pretest dan posttest
sebesar 7,7% menunjukkan bahwa pemberian edukasi tentang PMS berpengaruh
terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta. Hasilnya ditunjukkan
48,2 55,9
0 25 50 75 100
Perse
n
tase (
%
)
Hasil Kuisioner
Pretest Posttest
Gambar 4. Persentase Jawaban Kuisioner Pretest dan Posttest PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Hasil persentase jawaban pretest menunujukkan bahwa pengetahuan dan
sikap PSK jalanan Yogyakarta terhadap PMS sudah cukup baik, hal tersebut
disebabkan adanya pemenuhan kebutuhan informasi tentang PMS pada PSK
jalanan Yogyakarta yang dilakukan oleh LSM terkait yaitu PKBI DIY melalui
program pendampingan dan penyuluhan “Kamis Sehat” yang dilakukan secara
rutin setiap bulannya oleh relawan PKBI DIY.
C. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Umur dan Lama Kerja terhadap Pengetahuan dan Sikap PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Perilaku responden dalam penelitian ini difokuskan pada pengetahuan
tentang PMS dan sikap responden dalam ketaatan penggunaan kondom.
Persentase yang dihitung pada penelitian ini didasarkan pada karakteristik
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang dimiliki responden
mengenai PMS.
a. Tingkat pendidikan
Data hasil penelitian menunjukkan peningkatan presentase nilai
pengetahuan pada responden dengan tingkat pendidikan SD (8,2%) dan responden
dengan tingkat pendidikan SLTP (9,1%). Hasil data tersebut ditampilkan pada
gambar 5.
Gambar 5. Persentase Nilai Pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang PMS Tahun 2006 berdasarkan Tingkat Pendidikan
Persentase peningkatan nilai pengetahuan responden dengan tingkat
pendidikan SD dan SLTP setelah pemberian edukasi tidak jauh berbeda, karena
responden tersebut belum banyak tahu tentang PMS secara mendalam sehingga
mereka cukup antusias ketika peneliti memberikan informasi tentang PMS.
Responden cenderung memiliki rasa ingin tahu yang cukup besar sehingga
Hasil persentase yang diperoleh menggambarkan bahwa dalam penelitian
ini, tingginya tingkat pendidikan berpengaruh pada proses pemahaman atau
penerimaan edukasi yang diberikan. Hasil ini dipengaruhi oleh aspek individu
responden dengan tingkat pendidikan yang mereka miliki, rasa ingin tahu yang
lebih dan tingginya antusiasme mereka dalam menerima edukasi.
b. Umur
Data hasil penelitian menunjukkan peningkatan persentase nilai
pengetahuan pada responden dengan umur <21 tahun (4,6%), umur 21-40 tahun
(10,5%) dan umur 41-60 (3,8%). Hasil data tersebut ditampilkan pada gambar 6.
4,6 10,5 3,8
<21 tahun 21-40 tahun 41-60 tahun
Gambar 6. Persentase Nilai Pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang PMS Tahun 2006 berdasarkan Umur
Persentase nilai pengetahuan responden berdasarkan perbedaan umur
mengalami peningkatan untuk tiap kelompok umur. Peningkatan persentase
paling tinggi terjadi pada kelompok umur 21-40 tahun. Perolehan data tersebut
sesuai dengan hasil penelitian Arthur (cit., Wibowo, 2005) yang menunjukan
terdapat kemampuan mental yang baik pada usia dewasa awal (21-40) tahun yang
terus meningkat sampai mendekati usia dewasa madya (41-60) tahun, berupa
kemampuan untuk mengingat kembali informasi yang telah dipelajari dan berpikir
secara kreatif. Hasil tersebut menggambarkan bahwa dalam penelitian ini, umur
responden berpengaruh pada proses pemahaman atau penerimaan edukasi yang
diberikan.
c. Lama kerja
Data hasil penelitian menunjukkan peningkatan persentase nilai
pengetahuan pada responden dengan lama kerja 3-4 tahun (3,6%) dan sebesar
11,4% pada responden dengan lama kerja >4 tahun, sebaliknya pada responden
dengan lama kerja <3 tahun mengalami penurunan sebesar 4,5%. Hasil data
tersebut ditampilkan pada gambar 7.
Persentase nilai pengetahuan paling tinggi terjadi pada responden dengan
lama kerja >4 tahun (11,4%). Hasil data penelitian tersebut sesuai dengan
pendapat Siagian (1995) yang menyatakan bahwa lamanya kerja seseorang
memungkinkan orang tersebut untuk lebih memahami dan mengantisipasi
perubahan yang terjadi. Lain halnya pada responden dengan lama kerja <3 tahun
yang mengalami penurunan sebesar 4,5%, hal ini terjadi karena mereka masih
sedikit memperoleh edukasi tentang PMS, sehingga mereka sulit mengingat
edukasi yang pernah mereka dapatkan sebelumnya. Hasil tersebut
menggambarkan bahwa dalam penelitian ini, lama kerja responden berpengaruh
-4.5
Lama Kerja (tahun)
<3 tahun 3-4 tahun >4 tahun
Gambar 7. Persentase Nilai Pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang PMS Tahun 2006 berdasarkan Lama Kerja
2. Sikap
Sikap yang dimaksud adalah sikap responden dalam ketaatan penggunaan
kondom untuk mencegah penyebaran PMS.
a. Tingkat pendidikan
Data hasil penelitian menunjukkan peningkatan persentase nilai sikap pada
responden lulusan SLTP (23,3%). Pada responden lulusan SD tidak mengalami
peningkatan sedikitpun (0%). Hasil data tersebut ditampilkan pada gambar 8.
Terjadi peningkatan persentase nilai sikap yang cukup baik pada
responden lulusan SLTP, hal ini terjadi karena dengan pengetahuan mereka yang
cukup tentang bahaya PMS, sehingga mereka berusaha semaksimal mungkin
untuk selalu menggunakan kondom saat melayani pelanggan yang mengajak
mereka berhubungan seksual.
Persentase nilai sikap berdasarkan tingkat pendidikan pada penelitian ini
penggunaan kondom pada responden dipengaruhi oleh tingginya tingkat
pendidikan terakhir responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Adi (1994) yang
menyatakan bahwa sikap dapat dipengaruhi oleh adanya perkembangan
pengetahuan.
Gambar 8. Persentase Nilai Sikap PSK Jalanan Yogyakarta dalam Ketaatan Penggunaan Kondom Tahun 2006 berdasarkan Tingkat Pendidikan
b. Umur
Data hasil penelitian menunjukkan peningkatan persentase nilai sikap pada
responden dengan umur 21-40 tahun (11,7%). Terjadi penurunan persentase pada
responden dengan umur <21 tahun (16,7%) dan umur 41-60 (4,8%).
Terjadi penurunan persentase nilai sikap yang cukup tinggi pada
responden berumur <21 tahun (16,7%), hal ini disebabkan umur mereka yang
masih tergolong muda sehingga mereka merasa takut untuk menganjurkan
pelanggannya memakai kondom, faktor pelanggan yang sering memaksakan
kehendaknya terhadap responden, misalnya tidak mau menggunakan kondom saat
berhubungan seksual. Pada responden yang berumur 41-60 terjadi pula penurunan
faktor utama mereka sulit untuk menerima edukasi yang diberikan, selain itu rasa
takut akan kehilangan pelanggan juga mempengaruhi sikap mereka untuk tidak
menggunakan kondom saat melayani pelanggan.
-16,7
<21 tahun 21-40 tahun 41-60 tahun
Gambar 9. Persentase Nilai Sikap PSK Jalanan Yogyakarta dalam Ketaatan Penggunaan Kondom Tahun 2006 berdasarkan Umur
Persentase nilai sikap berdasarkan umur pada penelitian ini menunjukkan
bahwa peningkatan persentase nilai sikap dalam ketaatan penggunaan kondom
pada responden dipengaruhi oleh umur responden.
c. Lama Kerja
Data hasil penelitian menunjukkan peningkatan persentase nilai sikap pada
responden dengan lama kerja >4 tahun (12,5%). Terjadi penurunan persentase
pada responden dengan lama kerja <3 tahun (16,7%) dan lama kerja 3-4 tahun
(6,7%).
Penurunan persentase nilai sikap pada responden dengan lama kerja <3
tahun (16,7%) disebabkan lama kerja mereka yang tergolong masih baru sehingga
keinginan pelanggan, termasuk tidak menggunakan kondom saat berhubungan
seksual. Pada responden dengan lama kerja 3-4 tahun (6,7%) juga terjadi
penurunan, selain faktor untuk menarik pelanggan, faktor ekonomi pun dapat
menjadi penyebab mereka mau saja menerima ajakan pelanggan untuk
berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom. Lain halnya pada responden
dengan lama kerja >4 tahun yang mengalami peningkatan persentase (12,5%),
mereka sudah memiliki pelanggan tetap selama bertahun-tahun sehingga mereka
bisa saja menolak pelanggan yang tidak mau menggunakan kondom.
-16,7 -6,7
Lama Kerja (tahun)
<3 tahun 3-4 tahun >4 tahun
Gambar 10. Persentase Nilai Sikap PSK Jalanan Yogyakarta dalam Ketaatan Penggunaan Kondom Tahun 2006 berdasarkan Lama Kerja
Persentase nilai sikap berdasarkan lama kerja pada penelitian ini
menunjukkan bahwa peningkatan persentase nilai sikap dalam ketaatan
D. Rangkuman Pembahasan
Responden sebagian besar berpendidikan terakhir SD (75,9%), berumur
21-40 (69%), dan lama kerja >4 tahun (69%). Hasil uji statistik dengan
menggunakan metode Paired Sample T Test menunjukkan bahwa responden
mengalami peningkatan nilai pengetahuan dan sikap yang signifikan setelah
pemberian edukasi tentang PMS dilihat dari nilai thitung. Menurut (Triton, 2006),
apabila nilai thitung > ttabel maka hipotesis nol (Ho) ditolak, yang berarti terjadi
perubahan yang signifikan pada nilai pengetahuan dan sikap responden dengan
adanya pemberian edukasi.
Persentase peningkatan nilai pengetahuan dan sikap responden setelah
pemberian edukasi kemudian ditinjau berdasarkan tingkat pendidikan, umur dan
lama bekerja. Persentase peningkatan nilai pengetahuan berdasarkan tingkat
pendidikan paling tinggi pada responden berpendidikan terakhir SLTP (9,1%),
karena responden tersebut belum banyak tahu tentang PMS secara mendalam
sehingga mereka cukup antusias ketika peneliti memberikan informasi tentang
PMS. Ditinjau dari umurnya terjadi peningkatan nilai pengetahuan paling tinggi
pada responden dengan umur 21-40 tahun (10,5%), karena kemampuan untuk
mengingat kembali informasi yang telah dipelajari dan berpikir secara kreatif pada
umur tersebut meningkat. Ditinjau dari lama kerjanya terjadi peningkatan nilai
pengetahuan paling tinggi pada responden dengan lama bekerja >4 tahun (11,4%),
karena lamanya kerja seseorang memungkinkan orang tersebut untuk lebih
Persentase peningkatan nilai sikap paling tinggi pada responden dengan
tingkat pendidikan SLTP (23,3%), karena dengan pengetahuan mereka yang
cukup tentang bahaya PMS mereka berusaha semaksimal mungkin untuk selalu
menggunakan kondom saat melayani pelanggan yang mengajak mereka
berhubungan seksual. Ditinjau dari umurnya terjadi peningkatan nilai sikap paling
tinggi pada responden dengan umur 21-40 tahun (11,7%), karena umur mereka
yang masih tergolong muda sehingga mereka merasa takut untuk menganjurkan
pelanggannya memakai kondom. Ditinjau dari lama kerjanya terjadi peningkatan
nilai sikap paling tinggi pada responden dengan lama bekerja >4 tahun (12,5%),
karena mereka sudah memiliki pelanggan tetap selama bertahun-tahun sehingga
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil dan analisis data didapatkan kesimpulan sebagai berikut ini.
1. Karakteristik reponden di lokasi jalanan Yogyakarta tahun 2006 yaitu: tingkat
pendidikan SD (75,9%) dan SLTP (24,1%), umur <21 tahun (6,9%), umur
21-40 tahun (69,%) dan umur 41-60 tahun (24,1%), lama kerja <3 tahun (6,9%),
lama kerja 3-4 tahun (24,1%) dan lama kerja >4 tahun (69%).
2. Edukasi tentang PMS yang diberikan berpengaruh secara signifikan pada
pengetahuan responden tentang PMS dan sikap responden dalam ketaatan
penggunaan kondom.
3. Persentase peningkatan nilai pengetahuan responden tentang PMS di lokasi
jalanan Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan
a. tingkat pendidikan, paling tinggi pada responden dengan tingkat
pendidikan SLTP (9,1%).
b. umur, paling tinggi pada responden berumur 21-40 tahun (10,5%).
c. lama kerja, paling tinggi pada responden dengan lama kerja >4 tahun
(11,4%).
Persentase peningkatan nilai sikap responden dalam ketaatan penggunaan
kondom di lokasi jalanan Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan
a. tingkat pendidikan, paling tinggi pada responden dengan tingkat
pendidikan SLTP (23,3%).
b. umur, paling tinggi pada responden berumur 21-40 (11,7%).
c. lama kerja, paling tinggi pada responden dengan lama kerja >4 tahun
(12,5%).
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana perilaku tamu atau pelanggan
yang datang ke lokasi jalanan Yogyakarta.
2. Dapat dilakukan penelitian sejenis dengan responden PSK perempuan di
lokasi Parangkusumo Bantul, Yogyakarta.
3. Dapat dilakukan penelitian sejenis pada kelompok risiko tinggi PMS yang
DAFTAR PUSTAKA
Adi, R.I., 1994, Psikologi, Pekerjaan Sosial, dan Kesejahteraan Sosial, 183, PT. Raja Gafindo Persada, Jakarta.
Anonim, 2003, Alat Kontrasepsi, http://www.yakita.or.id/alatkontrasepsi.htm, diakses 29 Mei 2007
Anonim, 2005, Penyakit Menular Seksual (Pengertian, Gejala, dan Tanda), http://hqweboi.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/mb4pmshtml, diakses 17 Maret 2006
Anonim, 2007a, Infeksi Menular Seksual, http://www.ypilmu@tebet.link.net.id, diakses 30 Mei 2007
Anonim, 2007b, Pencegahan AIDS,
http://www.aidsindonesia.or.id/index.php?option=com_content&task=vi
ew&id=23&Itemid=40,diakses 4 Juli 2007
Aprilianingrum, F., 2002, Survei Penyakit Sifilis dan Infeksi HIV Pada Pekerja Seks Komersial Resosialisasi Argorejo Kelurahan Kalibanteng Kulon Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang Tahun 2002,
http://www.health-Irc.or.id/pdf/Penyakit%20Menular/Sifilis-HIV-FAO1.pdf, diakses 17 Maret 2006
Azwar, S., 1988, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, 1, Liberty, Yogyakarta
Farida, 2006, Pertanyaan Seputar Kondom,
http://www.bkkbn.go.id/gemapria/article-detail.php?artid=23, diakses 29 Mei 2007
Kartono, K., 1999, Patologi Sosial, 204, Raya Grafindo Persada, Jakarta
Munajat, N. dan Bisri, M., 1998, PMS dan HIV/AIDS, cet. 1, 1-2, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, Jakarta
Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, 89, 129, 133, Rineka Cipta, Jakarta
Notoatmodjo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, 12, 121-124, 126, Rineka Cipta, Jakarta
Pratomo, H., 1989, “Metoda Penyuluhan Pada Kelompok Risiko Tinggi Penyakit AIDS dengan Minat Khusus Kelompok Homoseksual dan Perempuan Tuna Susila”. Dalam AIDS : Petunjuk Untuk Petugas Kesehatan, Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal P2M dan PLP, Jakarta
Setyawan, 2006, Penyakit Menular Seksual,
http://dokteriwan.blogspot.com/2006/08/penyakit-menular-seksual-i.html, diakses 4 Juli 2007
Sevilla, C.G., Ochave, J.A., Punsalam, T.G., Regala, B.P. dan Uriarte, G.G., 1993,
Pengantar Metode Penelitian, 163, Universitas Indonesia, Jakarta
Siagian, S. P., 1995, Manajemen Strategik, Bumi Aksara, Jakarta
Sutama, M.A., 2005, Studi Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika di Kalangan Pekerja Seks Komersial di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Triton, 2006, SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametrik, Andi Offset, Yogyakarta
Wibowo, Y., 2005, Perbedaan Perilaku Dewasa Awal Dan Dewasa Madya Pada Proses Pembelian Produk, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Lampiran 2. Kuisioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN
PENGARUH EDUKASI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
(PMS) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA SEKS
KOMERSIAL (PSK) JALANAN YOGYAKARTA TAHUN 2006
Data responden
Nama Panggilan :
Umur :
Pendidikan terakhir :
Lama kerja :
Jawaban No. Pernyataan
Ya Tidak 1. Apakah anda mengetahui tentang Infeksi
Menular Seksual (IMS)?
2. Apakah anda mengetahui tentang nyeri dan bengkak pada pangkal paha, merah di sekitar alat kelamin disertai kencing nanah serta keputihan kental berwarna kekuningan?
3. Apakah anda mengetahui tentang adanya benjolan disekitar alat kelamin disertai pusing-pusing dan nyeri pada daerah tulang seperti flu terkadang hilang dengan sendirinya?
4. Apakah anda mengetahui tentang bercak kemerahan pada tubuh yang dialami selama 6-12 minggu setelah berhubungan seksual?
yang keluar dari alat kelamin atau keputihan encer yang berwarna putih kekuningan disertai rasa nyeri di rongga panggul sampai dengan pendarahan setelah hubungan seksual?
7. Apakah anda mengetahui tentang cairan vagina yang encer, berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman, nyeri saat berhubungan seksual dan pada saat kencing?
8. Penyakit kelamin adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit yang menular melalui hubungan kelamin 9. Gejala penyakit kelamin memberat apabila
timbul keputihan berwarna putih susu/kehijauan, berbau busuk disertai rasa gatal dan berwarna kemerahan pada alat kelamin dan terasa sakit/panas saat kencing dan saat berhubungan kelamin 10. Bentuk kelainan pada alat kelamin dapat
berupa bintil-bintil berair, luka, borok pada alat kelamin
11. Saya menyetujui penggunaan kondom bila diminta pelanggan saja
12. Saya boleh tidak menggunakan kondom, bila pelanggan mengeluh kepuasannya terganggu
13. Saya tidak perlu menyediakan kondom saat bekerja
14. Saya akan menolak pelanggan yang tidak bersedia menggunakan kondom
15. Pemakaian kondom bukan cara terbaik mencegah penyakit kelamin
16. Saya menyadari bahwa pekerjaan saya banyak bahaya, diantaranya tertular penyakit kelamin yang mematikan
17. Saya harus menggunakan kondom untuk mencegah semua penyakit kelamin