• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh edukasi tentang penyakit menular seksual [PMS] terhadap pengetahuan dan sikap pekerja seks komersial [PSK] jalanan Yogyakarta tahun 2006 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh edukasi tentang penyakit menular seksual [PMS] terhadap pengetahuan dan sikap pekerja seks komersial [PSK] jalanan Yogyakarta tahun 2006 - USD Repository"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EDUKASI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA SEKS

KOMERSIAL (PSK) JALANAN YOGYAKARTA TAHUN 2006

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Themy Roestian Lavatinova NIM: 018114160

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

. . . sesungguhnya Kami

telah menciptakan manusia

dalam bentuk yang sebaik-baiknya . . .

( Surat At-tiin : 4 )

Karya kecil ini kupersembahkan untuk:

Penciptaku

Allah SWT

atas segala keajaibanNya untukku

Keluargaku terCinta :

Mama Yani

ter

Sayang,

Papa, Mama Dewi

dan

Della

yang selalu mendukung dan doakan aku Teman-teman dan sahabat

Almamaterku

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena dengan anugerah serta kehendaknya penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang

mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Allah SWT atas petunjuk, berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini.

2. Walikota Yogyakarta c.q BAPEDA DIY yang telah memberikan ijin untuk

melakukan penelitian di kota Yogyakarta.

3. Bapak Mukhotib, Md. selaku direktur PKBI DIY yang telah memberikan

ijin untuk melakukan penelitian di lokasi jalanan (Badran dan jalan

Magelang) Yogyakarta.

4. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen

pembimbing II atas kesabarannya dalam memberikan petunjuk, saran dan

masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.

(6)

5. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing I yang

telah memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses

penyusunan skripsi.

6. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji, atas kritik dan saran

yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

7. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji, atas kritik dan saran

yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

8. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik

yang telah memberikan pengarahan.

9. Kedua orang tuaku tercinta atas kasih sayang yang begitu besar,

kepercayaan, bimbingan, pelajaran hidup dan doa serta dukungannya baik

moril maupun materiil.

10. Adikku Della yang selalu mendoakan yang terbaik. Hidup menjadi lebih

indah karena persaudaraan kita.

11. Mas Fx. Ari “botax” Bandioko atas pengertian dan kesabarannya selama ini.

12. Relawan PKBI DIY: Dhini, mbak Titin, Dudi, Mala, Dewi, Maulana, Riza,

Indy atas bantuan dan kerjasamanya saat pengambilan data.

13. Teman-teman di Badran dan jalan Magelang yang sudah mau menjadi

responden dalam penelitian ini, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

14. Anak-anak kost Unix: Ira, Vita, Siwi, Gothe, Kadek, Emi, Pence, Eti terima

kasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaan kita yang indah.

15. Anak-anak kost Sekar Ayu: Mami, Sita, Hana, Jun, mas Vier, mas Soer, aa’,

mas Per, atas bantuan dan kebersamaannya.

(7)

16. Temen-temen seperjuangan: jenk Ririn yang baik hati, Anjar ”ndut”

Trilaksono yang lutchu, Adistyawan Yoga ”kobo” Wicaksono yang jenius,

Ferawati Klau”dichay” Ida my soulmate, plus Maharani ”si menthel” Eka

Sati atas kerjasama, semangat, keceriaan, dan masukannya. Makasih semua.

17. Sahabat-sahabatku: Dessy, Yono, Putut, Sunu, Deni atas persahabatan dan

kebersamaannya selama ini.

18. Teman-teman angkatan 2001, kelas C dan kelompok praktikum F: atas

persahabatan dan kebersamaannya selama ini.

19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak

ada yang sempurna di dunia ini. Skripsi ini jauh dari sempurna karena

keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini lebih mendekati

sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu

pengetahuan.

Yogyakarta, 20 Agustus 2007

Penulis

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Agustus 2007

Penulis

Themy Roestian Lavatinova NIM. 018114160

(9)

INTISARI

Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit yang dapat menular dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan salah satu kelompok yang memiliki risiko tinggi terhadap PMS. Penyebabnya adalah pengetahuan mereka yang relatif rendah tentang PMS sehingga banyak diantara mereka dalam melayani tamu tanpa menggunakan pelindung (kondom) Keadaan ini dapat menyebarkan PMS secara luas di masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh edukasi PMS di kalangan PSK jalanan Yogyakarta terhadap pengetahuan dan sikap mereka dalam ketaatan penggunaan kondom.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta setelah pemberian edukasi tentang PMS dalam ketaatan penggunaan kondom. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

one group pretest-posttest. Metode survei yang digunakan dengan instrumen penelitian kuisioner sebanyak 29 orang. Analisis yang dilakukan adalah analisis statistik deskriptif evaluatif dan statistik uji menggunakan Paired Sample T Test.

Hasil untuk uji dengan Paired Sample T Test menujukkan perbedaan yang signifikan pada variabel pengetahuan dan sikap tentang PMS pada PSK jalanan Yogyakarta setelah edukasi. Persentase nilai pengetahuan bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja yang menunjukkan peningkatan paling tinggi yaitu: SLTP (9,1%), 21-40 tahun (10,5%) dan lebih dari 4 tahun (11,4%). Persentase nilai sikap bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja yang menunjukkan peningkatan paling tinggi yaitu: SLTP (23,3%), 21-40 tahun (11,7%) dan lebih dari 4 tahun (12,5%).

Kata kunci: edukasi, penyakit menular seksual, pekerja seks komersial, kondom

(10)

ABSTRACT

Sexually Transmitted Diseases (STD) is a diseases that is to be able to affect from someone to others through commercial sex workers sexual intercourse that is a group that has a high risk toward STD. This is couse by they have a relatively low in knowledge on STD so that many of them in their service to their customers without using a protector (condom). This situation can speard STD widely in society. Relating with the subject, so it held a research about STD education effects in Yogyakarta street commercial sex workers toward their knowledge and attitude in using condoms.

The objection of this research is to identify Yogyakarta street commercial sex workers knowledge and attitude change after given education about STD in using condom. This research covers quasi experimental research, while research design to use is one group pretest posttest design. Survey methods be used is by questionnaire research instrument to 29 person. The analysis and examination statistics by Paired Sample T Test.

The result for this examination is Paired Sample T Test shows a significant difference in knowledge and attitude variable about STD in Yogyakarta street commercial sex workers after the education. Knowledge change percentage if is viewed from education grade, age and work duration that shows the highest changes are: Junior High School (9,1%), 21-40 years old (10,5%), and more than 4 years (11,4%). Attitude change percentage if viewed from education grade, age and work duration that shows the highest changes are: Junior High School (23,3%), 21-40 years old (11,7%) and more than 4 years (12,5%).

Keywords: education, sexually transmitted diseases, commercial sex workers, condoms.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

INTISARI... ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah... 2

2. Keaslian penelitian ... 2

3. Manfaat penelitian... 3

B. TUJUAN ... 3

1 Tujuan Umum ... 3

2 Tujuan Khusus ... 4

(12)

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 5

A. Penyakit Menular Seksual... 5

1. Pengertian... 5

2. Gejala-gejala umum ... 5

3. Jenis-jenis Penyakit Menular Seksual... 6

B. Kondom... 9

C. Edukasi... 11

D. Pengetahuan ... 11

E. Sikap... 13

F. Pekerja Seks Komersial ... 13

G. Landasan Teori... 15

H. Hipotesis... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 16

B. Variabel Penelitian ... 16

1. Variabel bebas... 16

2. Variabel tergantung... 16

C. Definisi Operasional ... 16

D. Tempat Penelitian ... 17

E. Subjek Penelitian... 18

F. Teknik Sampling ... 18

G. Instrumen Penelitian ... 19

(13)

H. Tata Cara Penelitian ... 19

1. Analisis Situasi ... 19

2. Pembuatan Kuisioner ... 20

3. Pembuatan Booklet ... 21

4. Penyebaran Kuesioner... 22

5. Pemberian Edukasi... 22

6. Pengolahan Data ... 22

I. Analisis Data Penelitian ... 23

J. Kesulitan Penelitian ... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

A. Karakteristik Responden ... 26

1. Tingkat Pendidikan ... 26

2. Umur ... 27

3. Lama Kerja... 27

B. Pengaruh Edukasi tentang PMS terhadap Pengetahuan dan Sikap PSK jalanan Yogyakarta Tahun 2006 ... 28

C. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Umur dan Lama Kerja terhadap Pengetahuan dan Sikap PSK jalanan Yogyakarta Tahun 2006... 30

D. Rangkuman Pembahasan ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 40

A. Kesimpulan ... 40

B. Saran... 41

(14)

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN... 44

BIOGRAFI PENULIS ... 58

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Persentase Tingkat Pendidikan PSK Jalanan Yogyakarta Tahun

2006 ... 26

Gambar 2. Persentase Umur PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006 ... 27

Gambar 3. Persentase Lama Kerja PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006... 28

Gambar 4. Persentase Jawaban Kuisioner Pretest dan Posttest PSK Jalanan

YogyakartaTahun 2006 ... 30

Gambar 5. Persentase Nilai Pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang

PMS Tahun 2006 berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 31

Gambar 6. Persentase Nilai Pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang

PMS Tahun 2006 berdasarkan Umur ... 32

Gambar 7. Persentase Nilai Pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang

PMS Tahun 2006 berdasarkan Lama Kerja ... 34

Gambar 8. Persentase Nilai Sikap PSK Jalanan Yogyakarta dalam Ketaatan

Penggunaan Kondom Tahun 2006 berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 35

Gambar 9. Persentase Nilai Sikap PSK Jalanan Yogyakarta dalam Ketaatan

Penggunaan Kondom Tahun 2006 berdasarkan Umur ... 36

Gambar 10. Persentase Nilai Sikap PSK Jalanan Yogyakarta dalam Ketaatan

Penggunaan Kondom Tahun 2006 berdasarkan Lama Kerja... 37

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat ijin penelitian ... 44

Lampiran 2. Kuisioner penelitian ... 46

Lampiran 3. Hasil skoring pretest ... 48

Lampiran 4. Hasil skoring posttest... 49

Lampiran 5. Hasil uji normalitas datadan uji T ... 50

Lampiran 6. Booklet PMS ... 51

(17)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit yang dapat menular

dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual (Munajat dan Bisri,

1998). Seseorang dapat berisiko tinggi terkena PMS bila melakukan hubungan

seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal

(Anonim, 2007a).

Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan kelompok yang terbiasa

melakukan aktivitas seksual dengan pasangan yang tidak tetap, dengan imbalan

berupa uang yang telah disepakati sebelumnya (Aprilianingrum, 2002).

Berdasarkan data Klinik Griya Lentera, dari bulan Januari sampai dengan

September 2006 dilaporkan jenis infeksi gonore dengan jumlah penderita

mencapai 23 kasus, diikuti penderita klamidia sebanyak 3 kasus, sedangkan untuk

kasus sifilis belum ditemukan angka kejadian selama periode tersebut.

Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan salah satu kelompok yang

memiliki risiko tinggi terhadap PMS. Penyebabnya adalah pengetahuan mereka

yang relatif rendah tentang PMS sehingga banyak diantara mereka dalam

melayani tamu tanpa menggunakan pelindung (kondom), kecuali atas permintaan

si tamu (Sutama, 2005). Keadaan ini dapat menyebarkan PMS secara luas di

masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai

(18)

pengaruh edukasi tentang PMS di kalangan PSK jalanan Yogyakarta terhadap

pengetahuan dan sikap mereka dalam ketaatan penggunaan kondom.

Pemberian edukasi dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan PSK jalanan Yogyakarta tentang PMS. Meningkatnya pengetahuan

tersebut diharapkan dapat merubah sikap mereka dalam ketaatan penggunaan

kondom, sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melayani pengguna

layanan mereka dan kesadaran akan bahaya PMS akan lebih meningkat.

1. Perumusan Masalah

a. Seperti apakah karakteristik PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang

menjadi responden dalam penelitian ini ditinjau dari tingkat pendidikan,

umur dan lama kerja ?

b. Adakah pengaruh edukasi tentang PMS terhadap pengetahuan dan sikap

PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang menjadi responden dalam

penelitian ini?

c. Adakah pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama kerja terhadap

pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang menjadi

responden dalam penelitian ini?

2. Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan yaitu “Studi Pemilihan dan

Penggunaan Antibiotika di Kalangan Pekerja Seks Komersial (PSK) di Lokasi

Pasar Kembang Yogyakarta” oleh Sutama (2005).

Pada penelitian kali ini metitikberatkan pada pengaruh edukasi tentang

(19)

Perbedaan dengan penelitian yang terdahulu terletak pada tema yang diangkat,

subjek yang di teliti, lokasi penelitian, waktu pelaksanaan, serta metode penelitian

yang digunakan. Penelitian ini menggunakan metode pretest dan posttest untuk

melihat pengaruh edukasi yang sudah diberikan.

Edukasi diberikan melalui suatu penyuluhan dalam program kamis sehat

dan pemberian edukasi perindividu antara peneliti dan PSK jalanan Yogyakarta

dengan menggunakan booklet. Pemberian edukasi dilakukan dengan tujuan untuk

meningkatkan pengetahuan tentang PMS pada PSK jalanan Yogyakarta dan

mengetahui pengaruhnya terhadap sikap mereka dalam ketaatan penggunaan

kondom.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang PMS.

b. Manfaat praktis

Memberikan informasi tentang PMS pada PSK jalanan Yogyakarta

sehingga diharapkan timbul kesadaran mereka dalam ketaatan penggunaan

kondom.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

(20)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang

menjadi responden dalam penelitian ini ditinjau dari tingkat pendidikan,

umur dan lama kerja.

b. Untuk mengetahui pengaruh edukasi tentang PMS terhadap pengetahuan

dan sikap PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang menjadi responden

dalam penelitian ini.

c. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama kerja

terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang

(21)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Penyakit Menular Seksual (PMS)

Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan dari

satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual. Gejala awal yang menjadi

pertanda PMS, diantaranya :

1. benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin

2. gatal atau sakit di sekitar alat kelamin

3. bengkak atau merah di sekitar alat kelamin

4. rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil

5. buang air kecil lebih sering dari biasanya

6. demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh

7. kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari

8. keluar cairan dari alat vital yang tidak biasa, berbau dan gatal

9. pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi

(Setyawan, 2006)

Gejala umum PMS pada laki-laki biasanya muncul di bagian dalam

saluran kencing, kalau sudah parah PMS ini juga dapat masuk ke saluran sperma

sampai ke dalam testis. Sebagian PMS yang lain muncul di luar penis maupun di

sekitar alat kelamin. Gejala muncul antara 2-3 hari setelah berhubungan seks

dengan orang yang terkena PMS. Gejala-gejala yang sering dijumpai adalah rasa

panas atau nyeri saat kencing, nanah keluar dari alat kelamin, benjolan,

(22)

bintil atau luka di alat kelamin serta pembengkakan di pangkal paha (Anonim,

2005).

Pada perempuan PMS seringkali tidak menunjukkan gejala. Gejala

biasanya muncul di bagian dalam vagina atau mulut rahim, kalau sudah parah,

PMS ini bisa naik ke dalam rahim dan saluran telur. Sebagian gejala PMS akan

muncul di luar vagina maupun di sekitar alat kelamin. Selain di daerah organ

reproduksi, gejala juga dapat muncul di daerah anus dan tenggorokan. Gejala

muncul antara 3 hari sampai 1 bulan setelah hubungan seks dengan orang yang

terkena PMS. Gejala yang sering dijumpai adalah rasa sakit atau gatal di alat

kelamin, cairan yang berbau atau berwarna (yang tidak biasa keluar dari alat

kelamin), benjolan, bintil-bintil atau luka di sekitar kemaluan, pembengkakan di

pangkal paha, serta rasa sakit pada perut bagian bawah (Anonim, 2005).

Penyakit Menular Seksual (PMS) bisa dicegah dengan tidak melakukan

hubungan seks sama sekali, saling setia dengan satu pasangan dan menggunakan

kondom tiap kali berhubungan seks (Anonim, 2005).

Jenis-jenis PMS diantaranya adalah sebagai berikut:

1. gonore

Gonore adalah PMS yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoea, dengan

cara penularan melalui hubungan seks. Pada beberapa kasus, gonore tidak

menunjukkan gejala, tetapi jika gejala muncul, sering hanya ringan dan muncul

dalam 2-10 hari setelah hubungan seks dengan orang yang terkena PMS. Gejala

(23)

Pada laki-laki gejala timbul dalam waktu satu minggu berupa rasa sakit

pada saat buang air kecil dan ereksi, keluar nanah dari saluran kencing terutama

pada pagi hari dan sering tidak ada gejala pada stadium dini. Pada perempuan juga

sering tidak terjadi gejala apapun, mengalami nyeri di daerah perut bagian bawah

yang kadang-kadang disertai keputihan dengan bau yang tidak sedap (Munajat

dan Bisri, 1998).

2. sifilis (Raja Singa)

Sifilis adalah PMS yang disebabkan oleh Treponema pallidum, dengan

cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks, namun penyakit ini juga

dapat ditularkan melalui hubungan non-seksual. Pada fase awal, penyakit ini

menimbulkan luka yang tidak terasa sakit yang biasanya muncul di daerah

kelamin tetapi dapat juga muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati

penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang meliputi adanya gejala ruam

kulit, demam, luka pada tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar

di seluruh tubuh (Anonim, 2005).

3. herpes genital

Herpes genital adalah PMS yang disebabkan oleh Herpes Simplex Virus

(HSV). Herpes genital menyebar melalui kontak seksual antar kulit dengan

bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat melakukan hubungan seks. Gejala-gejala

biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar, rasa nyeri

di kaki, pantat atau daerah alat kelamin dan keputihan. Bintil-bintil berair atau

luka terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah alat

(24)

lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu tetapi dapat muncul

kembali (Anonim, 2005).

4. klamidia

Klamidia adalah PMS yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis,

terutama menyerang leher rahim. Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25%

kasus pada laki-laki tidak menunjukkan gejala.

Gejala yang ada meliputi keputihan yang abnormal dan rasa nyeri saat

kencing baik pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan juga dapat

mengalami rasa nyeri pada perut bagian bawah atau nyeri saat hubungan seksual,

pada laki-laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri pada testis

(Anonim, 2005).

5. trikomoniasis vaginalis

Trikomoniasis vaginalis adalah PMS yang disebabkan oleh parasit

Trichomonas vaginalis yang menular melalui kontak seksual. Trichomonas

vaginalis dapat bertahan hidup pada benda-benda seperti pakaian yang dicuci dan

dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.

Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak, berbusa dan

berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil dan saat

berhubungan seksual juga sering terjadi. Terdapat juga nyeri vagina dan gatal

atau tidak ada gejala sama sekali. Pada laki-laki akan terjadi radang pada saluran

(25)

Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks juga harus diobati. Hindari

untuk saling pinjam meminjam handuk atau pakaian dengan orang lain untuk

mencegah penularan non-seksual dari penyakit ini (Anonim, 2005).

B. Kondom

Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet,

berbentuk tabung yang tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup

rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma.

Kelebihan kondom:

a. efektif sebagai alat kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar

b. murah dan mudah didapat tanpa resep dokter dan dapat didistribusikan oleh

dan untuk masyarakat

c. praktis dan dapat dipakai sendiri

d. tidak ada efek hormonal

e. dapat mencegah kemungkinan penularan PMS

f. mudah dibawa

g. kondom menggunakan pelicin/pelumas sehingga dapat menambah frekuensi

hubungan seksual dan secara psikologis menambah kenikmatan

h. kondom membantu suami yang mengalami ejakulasi dini

i. adanya jaminan pengawasan kualitas produksi bahwa produk layak dipasarkan

Keterbatasan kondom:

a. kadang-kadang ada pasangan yang alergi terhadap karet kondom

(26)

c. secara psikologis kemungkinan mengganggu kenyamanan

d. kondom yang kadaluarsa mudah sobek dan bocor

(Farida, 2006)

Saat ini telah dikembangkan sejenis kondom yang digunakan oleh

perempuan, yang biasa disebut femidom. Memang masih agak jarang dijual

dipasaran dan harganya pun relatif masih mahal. Secara teknik penggunaannya

sama dengan kondom pria, demikian juga fungsinya. Kelebihan dan kekurangan

dari femidom relatif sama dengan kondom pria. Demikian juga persentase

keberhasilan atau kegagalannya. Dengan cara penggunaan yang tepat alat ini sama

efektifnya dengan kondom pria (Anonim, 2003).

Kondom wanita terbuat dari karet. Kondom wanita mempunyai panjang

17 cm, lebar 6-7 cm, dan mempunyai beberapa aroma tertentu untuk

menghilangkan bau karet. Kondom wanita biasanya berwarna cerah seperti merah

jambu atau bening. Kondom khusus wanita ini cukup elastis dan fleksibel,

sehingga mudah mengikuti kontur vagina. Bentuknya silinder dengan ujung

terbukanya berbentuk cincin, dan ujung lainnya tertutup. Ujung yang tertutup

diberi spons untuk menyerap sperma (Anonim, 2007b).

Pemasangan kondom wanita ini sama sekali tidak sulit dan di setiap

kemasan kondom yang dijual disertai cara pemakaiannya. Prinsip kondom wanita

yaitu kondom ini akan menutupi dinding vagina dan mulut rahim, sehingga

(27)

C. Edukasi

Edukasi kesehatan merupakan upaya agar masyarakat berperilaku sehat

dengan cara bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan

kesadaran dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau

penyuluhan kesehatan. Pendidikan atau penyuluhan kesehatan tersebut

mengupayakan agar perilaku individu, kelompok atau masyarakat mempunyai

pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo,

2003).

D. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a. tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

b. memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

(28)

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan

sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dalam

konteks atau situasi yang lain.

d. analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat

dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. sintesis

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada.

f. evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria

(29)

E. Sikap

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu

objek. Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung ataupun

perasaan tidak mendukung terhadap objek tersebut (Azwar, 1988).

Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan

a. menerima

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

b. merespon

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan.

c. menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

d. bertanggungjawab

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

risiko.

(Notoatmodjo, 2003)

F. Pekerja Seks Komersial (PSK)

Perempuan Pekerja Seks Komersial (PSK) didefinisikan sebagai

perempuan yang pekerjaannya menjual diri kepada siapa saja, pada banyak

laki-laki yang membutuhkan pemuasan nafsu seksual atau dengan kata lain perempuan

(30)

Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan kelompok yang terbiasa

melakukan aktivitas seksualnya dengan pasangan yang tidak tetap, dengan

imbalan berupa uang yang telah disepakati sebelumnya, sehingga PSK merupakan

kelompok risiko tinggi IMS (Aprilianingrum, 2002).

Ciri-ciri khas dari PSK perempuan adalah :

1. cantik, ayu, rupawan, manis, atraktif, menarik, baik wajah maupun tubuhnya

bisa merangsang selera seks kaum pria.

2. berusia muda, biasanya di bawah umur 30 tahun. Yang terbanyak adalah

umur 17-25 tahun.

3. pakaiannya sangat mencolok, beraneka ragam, sering aneh-aneh/eksentrik

untuk menarik perhatian kaum pria. Mereka sangat memperhatikan

penampilan lahiriah, yaitu: wajah, rambut, pakaian, alat-alat kosmetik dan

parfum yang merangsang.

4. menggunakan teknik-teknik seksual yang mekanistis, cepat, tidak hadir secara

psikis, tanpa emosi, tidak pernah bisa mencapai orgasme

5. mobilitas tinggi, kerap berpindah dari tempat/kota yang satu ke tempat/kota

lainnya. Biasanya mereka memakai nama samaran dan sering berganti nama.

6. pekerja seks kelas rendah dan menengah kebanyakan berasal dari strata

ekonomi dan strata sosial rendah. Mereka biasanya tidak memiliki

ketrampilan khusus dan kurang pendidikannya. Pelacur amatir, disamping

bekerja sebagai buruh di pabrik, restoran bar, toko-toko, sebagai sekretaris,

mereka menyempatkan diri beroperasi sebagai wanita panggilan. Pelacur

(31)

atau lulusan akademi dan perguruan tinggi, yang beroperasi secara amatir atau

secara profesional.

(Kartono, 1999)

G. Landasan Teori

Pengetahuan merupakan pandangan subyek terhadap suatu stimulus yang

ditangkap melalui indera dan dikenal serta dipahami sehingga menimbulkan

pembentukan sikap negatif maupun positif. Sikap dapat berubah dengan adanya

perkembangan pengetahuan. Pemberian edukasi akan mempengaruhi tingkat

pengetahuan dan sikap seseorang terhadap sesuatu hal yang baru bagi orang

tersebut atau lebih memperjelas sesuatu yang sudah diketahui.

Pemberian edukasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap

PSK terhadap PMS. Berubahnya tingkat pengetahuan PSK akan mempengaruhi

perubahan sikap PSK dalam menghadapi masalah PMS tersebut.

Tingkat pengetahuan yang semakin bertambah diharapkan dapat

menimbulkan kesadaran dari dalam diri PSK untuk berpartisipasi secara aktif

dalam usaha untuk mencegah penularan PMS di masyarakat yaitu dengan

menggunakan kondom setiap melayani tamu

H. Hipotesis

Edukasi tentang PMS berpengaruh terhadap perubahan nilai pengetahuan

(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 2 bagian, yaitu pertama untuk melihat pengaruh

edukasi tentang PMS terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta

menggunakan jenis penelitian eksperimental semu dengan rancangan penelitian

one group pretest-posttest. Bagian kedua menggunakan jenis penelitian deskriptif

dengan rancangan penelitian evaluasi untuk melihat karakteristik PSK jalanan

Yogyakarta, serta untuk melihat pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama

kerja terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas dalam penelitian adalah pemberian edukasi tentang PMS yang

diberikan pada PSK jalanan Yogyakarta.

2. Variabel tergantung dalam penelitian ini:

a. pengetahuan PSK jalanan Yogyakarta tentang PMS.

b. sikap PSK jalanan Yogyakarta dalam ketaatan penggunaan kondom.

C. Definisi Operasional

1. Pekerja Seks Komersial (PSK) jalanan Yogyakarta adalah perempuan yang

memberikan pelayanan seksual dengan imbalan berupa uang yang bekerja di

daerah Badran dan jalan Magelang Yogyakarta.

(33)

2. Edukasi adalah pemberian informasi tentang PMS melalui program kamis

sehat dan booklet pada PSK jalanan Yogyakarta untuk mempengaruhi

pengetahuan mereka tentang PMS dan sikap mereka dalam ketaatan

penggunaan kondom.

3. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman yang dimiliki oleh PSK jalanan

Yogyakarta tentang PMS meliputi cara penularan, gejala, terapi dan cara

pencegahannya.

4. Sikap adalah suatu kesadaran yang timbul dari dalam diri PSK jalanan

Yogyakarta dalam menghadapi PMS dengan menggunakan kondom setiap

saat berhubungan seksual dengan pelanggan.

5. Responden adalah subjek penelitian yang bekerja sebagai PSK jalanan

Yogyakarta.

D. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua lokasi jalanan, yaitu pertama di daerah

Badran tepatnya di sebelah barat Stasiun Tugu, lokasi ini berupa rel kereta api

yang aktif digunakan sebagai jalur perjalanan kereta api. Tempat ini lebih dikenal

dengan istilah ”Bong Suwung” atau di kalangan masyarakat umum disebut

dengan istilah ”ngebong”. Lokasi penelitian kedua di jalan Magelang, tepatnya di

daerah Denggung Sleman dan di Hotel Melati selatan perempatan ringroad

(34)

E. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah para PSK jalanan di

Yogyakarta (Badran dan jalan Magelang) yang merupakan PSK dampingan

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Istimewa Yogyakarta

(DIY) dengan populasi sejumlah 91 orang dengan rincian 71 orang di Badran dan

20 orang di jalan Magelang. Peneliti mengambil 29 subjek penelitian yaitu 17

orang dari Badran dan 12 orang dari jalan Magelang. Jumlah subjek ditentukan

berdasarkan syarat penelitian deskriptif oleh Gay (cit., Sevilla et al., 1993)

menyatakan ukuran minimum pengambilan sampel diperlukan 10% dari populasi

atau untuk populasi yang sangat kecil diperlukan minimum 20%. Sehingga jumlah

subjek penelitian yang diambil sudah memenuhi syarat penelitian.

F. Teknik Sampling

Pada penelitian ini dilakukan teknik sampling secara non-random

sampling dengan jenis quota sampling, yaitu peneliti menetapkan jumlah sampel

yang diperlukan (quota) untuk dijadikan responden (Notoatmodjo, 2002).

Sampel yang diambil sesuai dengan perhitungan yaitu 10-20% dari

populasi (91 orang). Jumlah responden yang diambil sudah memenuhi syarat

penelitian yaitu minimal 9-18 orang. Pemilihan metode ini mengingat PSK

(35)

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar

kuisioner dan booklet. Lembar kuisioner dibuat dengan bahasa sesederhana

mungkin agar mudah dipahami oleh subjek penelitian dalam hal ini adalah para

PSK jalanan Yogyakarta yang secara umum mempunyai tingkat pendidikan yang

rendah. Sebagai media edukasi digunakan booklet yang berisi pengetahuan

mengenai PMS. Booklet dibuat semenarik mungkin agar responden tertarik untuk

membacanya.

H. Tata Cara Penelitian 1. Analisis Situasi

Pada tahap ini dilakukan observasi dengan cara mengumpulkan informasi

mengenai kemungkinan bisa tidaknya diadakan penelitian dan melihat keseharian

subjek sebelum dilakukan penelitian. Pada proses ini peneliti banyak dibantu oleh

teman-teman dari PKBI DIY agar lebih mudah diterima oleh komunitas PSK

jalanan Yogyakarta.

Para PSK jalanan mulai bekerja pada malam hari sekitar jam 8 hingga dini

hari, karena semakin malam biasanya pelanggan yang datang semakin banyak.

Pemberian edukasi personal lebih banyak dilakukan pada sore hari di tempat

tinggal mereka. Pada sore hari mereka memiliki waktu yang cukup luang karena

pada malam hari akan mengganggu mereka bekerja. Selain itu, faktor lokasi

(36)

digunakan dapat mengganggu konsentrasi para PSK dalam menerima edukasi

yang diberikan.

2. Pembuatan Kuisioner

Pertanyaan disusun dan dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel

penelitian yang ingin diketahui. Dalam penyusunan kuisioner ini peneliti banyak

bertanya pada dosen pembimbing ataupun rekan dari Fakultas Psikologi yang

dianggap menguasai tata cara pembuatan kuisioner penelitian. Sebelum dilakukan

penyebaran kuisioner, dilakukan uji coba terlebih dahulu supaya pertanyaan yang

diajukan pada kuisioner dapat dipahami oleh responden dengan bantuan

teman-teman dari PKBI DIY yang sudah terbiasa melakukan interaksi dengan responden

sebelumnya.

Setelah kuisioner sebagai alat ukur selesai disusun, belum berarti kuisioner

tersebut dapat langsung digunakan untuk mengumpulkan data. Kuisioner dapat

digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas dan reliabilitas.

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut

benar-benar dapat mengukur apa yang akan diukur (Notoatmodjo, 2002). Pada

penelitian ini dilakukan uji validitas dengan menggunakan tipe validitas isi.

Validitas dilakukan melalui professional judgement, yaitu melalui diskusi dengan

dosen pembimbing dan dosen dari Fakultas Psikologi. Uji validitas dilihat dari

item pertanyaan dari kuisioner yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yang

diinginkan.

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

(37)

konsisten bila dilakukan pengukuran berulang-ulang (Notoatmodjo, 2002). Pada

penelitian ini dilakukan uji reliabilitas dengan cara mengujikan kuisioner pada

responden, apakah bahasa yang digunakan dalam kuisioner mudah dimengerti

atau tidak oleh responden.. Berdasarkan hasil uji, ada beberapa item pertanyaan

yang belum dapat dimengerti oleh responden. Hasil ini kemudian didiskusikan

kembali dengan dosen pembimbing untuk dilakukan beberapa perbaikan.

Kuisioner yang digunakan terdiri dari 17 item pertanyaan berbentuk

obyektif dengan dua pilihan jawaban (ya atau tidak). Peneliti menggunakan

format pertanyaan ”ya dan tidak” dengan pertimbangan sederhana, mudah

dipahami dan mudah dikerjakan oleh subjek penelitian. Kuisioner dibagi menjadi

2 bagian, yaitu pertanyaan untuk mengukur variabel pengetahuan dan pertanyaan

untuk mengukur variabel sikap. Skor dalam setiap item pertanyaan hanya terdapat

satu jawaban yang benar, sehingga cara penilaian adalah dengan memberikan skor

0 bagi setiap jawaban yang salah atau tidak diisi, dan skor 1 bagi jawaban yang

benar. Bila responden menjawab “ya” untuk item pertanyaan jenis favourable

maka akan mendapatkan skor 1 dan jika pertanyaan tidak diisi atau dijawab

“tidak” maka akan mendapat skor 0. Hal ini berlaku sebaliknya untuk item

pertanyaan jenis non favourable. Item-item pertanyaan yang ada dalam kuisioner,

juga terdiri dari 13 item untuk pertanyaan jenis favourable dan 4 item untuk

pertanyaan jenis non favourable.

3. Pembuatan Booklet

Booklet berfungsi sebagai media pemberian edukasi tentang PMS pada

(38)

mungkin, jelas, singkat dan lengkap dengan bahasa yang mudah dipahami oleh

subjek penelitian.

4. Penyebaran Kuisioner

Kuisioner ditujukan kepada subjek penelitian yaitu para PSK jalanan,

dengan melakukan pendekatan-pendekatan terlebih dahulu. Kuisioner diberikan

sebelum dan sesudah pemberian edukasi. Dalam penyebaran kuisioner ini ada

pembagian tugas antara rekan-rekan satu kelompok penelitian dengan maksud

memudahkan dalam mendapatkan data dan mempercepat proses pengumpulan

data. Dimana kelompok penelitian tersebut terdiri dari 3 orang dan terbagi

menjadi 2 lokasi yang berbeda yaitu, Vincensius Anjar Trilaksono di lokasi jalan

Magelang, Ferawati Klaudia Ida dan penulis di lokasi Badran Yogyakarta.

5. Pemberian Edukasi

Pemberian edukasi dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang

PMS yang berupa penyuluhan pada saat program Kamis Sehat berlangsung, acara

tersebut diadakan setiap hari kamis minggu ke-2 setiap bulannya di kantor PKBI.

Penyuluhan diberikan sebulan sekali selama 3 bulan oleh dosen-dosen Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selain itu pemberian edukasi

berupa booklet yang dilakukan berulang untuk mengingatkan subjek penelitian di

lokasi jalanan Yogyakarta. Pada pemberian edukasi ini dibantu oleh teman-teman

dari PKBI DIY.

6. Pengolahan Data

Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan cara menjumlahkan

(39)

kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik yang tepat. Sebelumnya

item pertanyaan dalam kuisioner dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel

yang akan diteliti, yaitu variabel pengetahuan dan variabel sikap. Hasil yang

diperoleh disajikan dalam bentuk persentase dan dianalisis secara deskriptif

evaluatif untuk setiap kategori pertanyaan dan setiap karakteristik responden.

I. Analisis Data Penelitian

Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan dua metode, yaitu

metode statistik parametrik dan metode statistik deskriptif. Metode statistik

parametrik menggunakan Paired Sample T Test dengan taraf kepercayaaan 90%.

Peneliti melihat sejauh mana pengaruh pemberian edukasi tentang PMS pada PSK

jalanan Yogyakarta terhadap pengetahuan mereka tentang PMS dan sikap mereka

dalam ketaatan penggunaan kondom, dengan membandingkan hasil data pretest

dan posttest.

Dilakukan uji normalitas pada data yang ada, distribusi data dikatakan

normal bila nilai probabilitas (Asymp.Asg) lebih besar dari 0,1 dan analisis

selanjutnya dapat menggunakan metode uji hipotesis Paired Sample T Test. Hasil

uji normalitas diperoleh nilai Asymp.Asg lebih besar dari 0,1 yaitu sebesar 0,5. Hal

ini berarti bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal sehingga metode

uji hipotesis Paired Sample T Test dapat digunakan.

Uji hipotesis menggunakan Paired Sample T Test melihat nilai thitungnya.

(40)

perubahan yang signifikan pada nilai pengetahuan dan sikap responden dengan

adanya pemberian edukasi (Triton, 2006).

Analisis dengan metode statistik deskriptif digunakan untuk melihat

bagaimana karakteristik responden ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan

lama kerja, serta melihat persentase nilai pengetahuan dan sikap responden

berdasarkan tingkat pendidikan, umur, dan lama kerja setelah pemberian edukasi.

Analisis data dilakukan dengan menghitung selisih antara nilai posttest

dan pretest yang kemudian dicari nilai rata-ratanya. Kuisioner dibagi menjadi 2

bagian, yaitu persentase perubahan pengetahuan dan persentase perubahan sikap.

Persentase perubahan pengetahuan dilihat dari rata-rata peningkatan nilai jawaban

pengetahuan pada PSK jalanan Yogyakarta setelah pemberian edukasi yang dibuat

dalam persen. Persentase perubahan sikap dilihat dari rata-rata peningkatan nilai

jawaban sikap pada PSK jalanan Yogyakarta setelah pemberian edukasi yang

dibuat dalam persen. Cara perhitungan didasarkan pada rumus di bawah ini.

P =

N X

x 100%

Keterangan:

P : Persentase

X: Rata- rata nilai selisih antara pretest dan posttest

N: Jumlah item pertanyaan

J. Kesulitan Penelitian

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama penelitian ini antara lain adalah

cuaca yang tidak menentu karena pada saat penelitian ini dilakukan masuk dalam

(41)

yang kurang nyaman dan gelap. Lokasi kurang nyaman karena lokasi merupakan

jalur/rel kereta api yang aktif digunakan setiap saat sehingga pendekatan yang

dilakukan peneliti agak sedikit terhambat apabila ada kereta api yang sedang

lewat. Kondisi yang gelap juga cukup menyulitkan peneliti pada saat turun ke

lapangan. Selain itu, penelitian dilakukan saat memasuki bulan ramadhan

sehingga di lokasi penelitian sering terjadi razia oleh Satuan Polisi Pamong Praja

(Satpol PP). Tingkat pendidikan responden yang rendah juga menjadi salah satu

hambatan bagi peneliti, sehingga peneliti dituntut untuk dapat menuntun satu

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006

Karakteristik PSK jalanan Yogyakarta yang menjadi responden dalam

penelitian bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja mereka

sebagai PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006.

1. Tingkat Pendidikan

Sebagian besar PSK jalanan Yogyakarta merupakan lulusan SD sebanyak

22 orang (75,9%) dan lulusan SLTP sebanyak 7 orang (24,1%) dari jumlah

populasi. Hasil lengkapnya ditunjukkan pada gambar 1.

75,9

Gambar 1. Persentase Tingkat Pendidikan PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006

Dilihat dari persentase tingkat pendidikan mereka yang sebagian besar

hanya sampai SD (75,9%), hal ini sesuai dengan ciri-ciri khas PSK perempuan

menurut Kartono (1999) yang menyatakan bahwa PSK biasanya tidak memiliki

ketrampilan khusus dan kurang pendidikannya. Mereka mengganggap bahwa

(43)

pekerjaan sebagai PSK mudah untuk dilakukan, tidak memerlukan ketrampilan

khusus dan pendidikan yang tinggi.

2. Umur

Pekerja Seks Komersial (PSK) jalanan Yogyakarta tahun 2006 di dominasi

oleh PSK berumur 21-40 tahun (69%). Di posisi kedua umur 41-60 tahun

(24,1%), sedangkan persentase terendah adalah 6,9% merupakan PSK berumur

<21 tahun.Hasil lengkapnya ditunjukkan pada gambar 2.

6,9

<21 tahun 21-40 tahun 41-60 tahun >60 tahun

Gambar 2. Persentase Umur PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006

Para PSK pada umur 21-40 tahun cenderung lebih agresif dalam

pendekatan mereka kepada para pelanggan, sehingga mereka lebih disukai

pelanggan.

3. Lama Kerja

Dari hasil yang diperoleh, sebagian besar PSK jalanan Yogyakarta telah

bekerja >4 tahun (69%) ini berarti mereka termasuk wajah-wajah lama. Di posisi

(44)

terakhir sebesar 6,9 % untuk mereka yang telah memiliki lama kerja <3 tahun.

Hasil lengkapnya ditunjukkan pada gambar 3.

6,9

24,1

69

0 25 50 75 100

Pers

en

tase (%)

Lama Kerja (tahun)

<3 tahun 3-4 tahun >4 tahun

Gambar 3. Persentase Lama Kerja PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006

Alasan mereka masih tetap bertahan di lokasi jalanan Yogyakarta

disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya usia mereka sudah tidak muda

lagi sehingga untuk mendapatkan pelanggan sangat sulit jika harus

berpindah-pindah lokasi kerja yang baru, selain itu mereka sudah cukup memiliki pelanggan

yang setia dan sudah mereka percayai tidak mengidap PMS di lokasi kerja mereka

tersebut.

B. Pengaruh Edukasi tentang PMS terhadap Pengetahuan dan Sikap PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006

Pada penelitian ini digunakan analisis statistik Paired Sample T Test

dengan taraf kepercayaan 90%. Diperoleh nilai Asymp.Sig lebih besar dari 0,1

yaitu sebesar 0,5. Hal ini berarti bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi

(45)

Menurut Triton (2006), apabila nilai thitung > ttabel maka hipotesis nol (Ho)

ditolak, yang berarti terjadi perubahan yang signifikan pada nilai pengetahuan dan

sikap responden dengan adanya pemberian edukasi. Pada uji hipotesis Paired

Sample T Test diperoleh nilai thitung = 2,600 dan ttabel pada tabel distribusi nilai t

dengan taraf kepercayaan 90% sebesar 1,701. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

terdapat perubahan pada nilai pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta

dalam ketaatan penggunaan kondom setelah pemberian edukasi tentang PMS

tahun 2006.

Hasil data penelitian tersebut dapat pula dikatakan bahwa edukasi yang

diberikan pada responden sudah berhasil atau dengan kata lain terjadi perubahan

yang cukup signifikan pada variabel pengetahuan dan sikap responden tentang

PMS dalam ketaatan penggunaan kondom. Hal ini sejalan dengan pernyataan

Pratomo (1989), bahwa penyuluhan kesehatan adalah usaha untuk mempengaruhi

pengetahuan, sikap dan kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan agar

individu/kelompok/masyarakat mau dan mampu mengubah perilaku yang tidak

mendukung nilai hidup sehat menjadi berperilaku yang mendukung nilai hidup

sehat.

Hasil dari pengisian kuisioner menunjukkan persentase peningkatan nilai

pengetahuan dan sikap. Persentase peningkatan dari hasil pretest dan posttest

sebesar 7,7% menunjukkan bahwa pemberian edukasi tentang PMS berpengaruh

terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta. Hasilnya ditunjukkan

(46)

48,2 55,9

0 25 50 75 100

Perse

n

tase (

%

)

Hasil Kuisioner

Pretest Posttest

Gambar 4. Persentase Jawaban Kuisioner Pretest dan Posttest PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006

Hasil persentase jawaban pretest menunujukkan bahwa pengetahuan dan

sikap PSK jalanan Yogyakarta terhadap PMS sudah cukup baik, hal tersebut

disebabkan adanya pemenuhan kebutuhan informasi tentang PMS pada PSK

jalanan Yogyakarta yang dilakukan oleh LSM terkait yaitu PKBI DIY melalui

program pendampingan dan penyuluhan “Kamis Sehat” yang dilakukan secara

rutin setiap bulannya oleh relawan PKBI DIY.

C. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Umur dan Lama Kerja terhadap Pengetahuan dan Sikap PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006

Perilaku responden dalam penelitian ini difokuskan pada pengetahuan

tentang PMS dan sikap responden dalam ketaatan penggunaan kondom.

Persentase yang dihitung pada penelitian ini didasarkan pada karakteristik

(47)

1. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang dimiliki responden

mengenai PMS.

a. Tingkat pendidikan

Data hasil penelitian menunjukkan peningkatan presentase nilai

pengetahuan pada responden dengan tingkat pendidikan SD (8,2%) dan responden

dengan tingkat pendidikan SLTP (9,1%). Hasil data tersebut ditampilkan pada

gambar 5.

Gambar 5. Persentase Nilai Pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang PMS Tahun 2006 berdasarkan Tingkat Pendidikan

Persentase peningkatan nilai pengetahuan responden dengan tingkat

pendidikan SD dan SLTP setelah pemberian edukasi tidak jauh berbeda, karena

responden tersebut belum banyak tahu tentang PMS secara mendalam sehingga

mereka cukup antusias ketika peneliti memberikan informasi tentang PMS.

Responden cenderung memiliki rasa ingin tahu yang cukup besar sehingga

(48)

Hasil persentase yang diperoleh menggambarkan bahwa dalam penelitian

ini, tingginya tingkat pendidikan berpengaruh pada proses pemahaman atau

penerimaan edukasi yang diberikan. Hasil ini dipengaruhi oleh aspek individu

responden dengan tingkat pendidikan yang mereka miliki, rasa ingin tahu yang

lebih dan tingginya antusiasme mereka dalam menerima edukasi.

b. Umur

Data hasil penelitian menunjukkan peningkatan persentase nilai

pengetahuan pada responden dengan umur <21 tahun (4,6%), umur 21-40 tahun

(10,5%) dan umur 41-60 (3,8%). Hasil data tersebut ditampilkan pada gambar 6.

4,6 10,5 3,8

<21 tahun 21-40 tahun 41-60 tahun

Gambar 6. Persentase Nilai Pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang PMS Tahun 2006 berdasarkan Umur

Persentase nilai pengetahuan responden berdasarkan perbedaan umur

mengalami peningkatan untuk tiap kelompok umur. Peningkatan persentase

paling tinggi terjadi pada kelompok umur 21-40 tahun. Perolehan data tersebut

sesuai dengan hasil penelitian Arthur (cit., Wibowo, 2005) yang menunjukan

(49)

terdapat kemampuan mental yang baik pada usia dewasa awal (21-40) tahun yang

terus meningkat sampai mendekati usia dewasa madya (41-60) tahun, berupa

kemampuan untuk mengingat kembali informasi yang telah dipelajari dan berpikir

secara kreatif. Hasil tersebut menggambarkan bahwa dalam penelitian ini, umur

responden berpengaruh pada proses pemahaman atau penerimaan edukasi yang

diberikan.

c. Lama kerja

Data hasil penelitian menunjukkan peningkatan persentase nilai

pengetahuan pada responden dengan lama kerja 3-4 tahun (3,6%) dan sebesar

11,4% pada responden dengan lama kerja >4 tahun, sebaliknya pada responden

dengan lama kerja <3 tahun mengalami penurunan sebesar 4,5%. Hasil data

tersebut ditampilkan pada gambar 7.

Persentase nilai pengetahuan paling tinggi terjadi pada responden dengan

lama kerja >4 tahun (11,4%). Hasil data penelitian tersebut sesuai dengan

pendapat Siagian (1995) yang menyatakan bahwa lamanya kerja seseorang

memungkinkan orang tersebut untuk lebih memahami dan mengantisipasi

perubahan yang terjadi. Lain halnya pada responden dengan lama kerja <3 tahun

yang mengalami penurunan sebesar 4,5%, hal ini terjadi karena mereka masih

sedikit memperoleh edukasi tentang PMS, sehingga mereka sulit mengingat

edukasi yang pernah mereka dapatkan sebelumnya. Hasil tersebut

menggambarkan bahwa dalam penelitian ini, lama kerja responden berpengaruh

(50)

-4.5

Lama Kerja (tahun)

<3 tahun 3-4 tahun >4 tahun

Gambar 7. Persentase Nilai Pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang PMS Tahun 2006 berdasarkan Lama Kerja

2. Sikap

Sikap yang dimaksud adalah sikap responden dalam ketaatan penggunaan

kondom untuk mencegah penyebaran PMS.

a. Tingkat pendidikan

Data hasil penelitian menunjukkan peningkatan persentase nilai sikap pada

responden lulusan SLTP (23,3%). Pada responden lulusan SD tidak mengalami

peningkatan sedikitpun (0%). Hasil data tersebut ditampilkan pada gambar 8.

Terjadi peningkatan persentase nilai sikap yang cukup baik pada

responden lulusan SLTP, hal ini terjadi karena dengan pengetahuan mereka yang

cukup tentang bahaya PMS, sehingga mereka berusaha semaksimal mungkin

untuk selalu menggunakan kondom saat melayani pelanggan yang mengajak

mereka berhubungan seksual.

Persentase nilai sikap berdasarkan tingkat pendidikan pada penelitian ini

(51)

penggunaan kondom pada responden dipengaruhi oleh tingginya tingkat

pendidikan terakhir responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Adi (1994) yang

menyatakan bahwa sikap dapat dipengaruhi oleh adanya perkembangan

pengetahuan.

Gambar 8. Persentase Nilai Sikap PSK Jalanan Yogyakarta dalam Ketaatan Penggunaan Kondom Tahun 2006 berdasarkan Tingkat Pendidikan

b. Umur

Data hasil penelitian menunjukkan peningkatan persentase nilai sikap pada

responden dengan umur 21-40 tahun (11,7%). Terjadi penurunan persentase pada

responden dengan umur <21 tahun (16,7%) dan umur 41-60 (4,8%).

Terjadi penurunan persentase nilai sikap yang cukup tinggi pada

responden berumur <21 tahun (16,7%), hal ini disebabkan umur mereka yang

masih tergolong muda sehingga mereka merasa takut untuk menganjurkan

pelanggannya memakai kondom, faktor pelanggan yang sering memaksakan

kehendaknya terhadap responden, misalnya tidak mau menggunakan kondom saat

berhubungan seksual. Pada responden yang berumur 41-60 terjadi pula penurunan

(52)

faktor utama mereka sulit untuk menerima edukasi yang diberikan, selain itu rasa

takut akan kehilangan pelanggan juga mempengaruhi sikap mereka untuk tidak

menggunakan kondom saat melayani pelanggan.

-16,7

<21 tahun 21-40 tahun 41-60 tahun

Gambar 9. Persentase Nilai Sikap PSK Jalanan Yogyakarta dalam Ketaatan Penggunaan Kondom Tahun 2006 berdasarkan Umur

Persentase nilai sikap berdasarkan umur pada penelitian ini menunjukkan

bahwa peningkatan persentase nilai sikap dalam ketaatan penggunaan kondom

pada responden dipengaruhi oleh umur responden.

c. Lama Kerja

Data hasil penelitian menunjukkan peningkatan persentase nilai sikap pada

responden dengan lama kerja >4 tahun (12,5%). Terjadi penurunan persentase

pada responden dengan lama kerja <3 tahun (16,7%) dan lama kerja 3-4 tahun

(6,7%).

Penurunan persentase nilai sikap pada responden dengan lama kerja <3

tahun (16,7%) disebabkan lama kerja mereka yang tergolong masih baru sehingga

(53)

keinginan pelanggan, termasuk tidak menggunakan kondom saat berhubungan

seksual. Pada responden dengan lama kerja 3-4 tahun (6,7%) juga terjadi

penurunan, selain faktor untuk menarik pelanggan, faktor ekonomi pun dapat

menjadi penyebab mereka mau saja menerima ajakan pelanggan untuk

berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom. Lain halnya pada responden

dengan lama kerja >4 tahun yang mengalami peningkatan persentase (12,5%),

mereka sudah memiliki pelanggan tetap selama bertahun-tahun sehingga mereka

bisa saja menolak pelanggan yang tidak mau menggunakan kondom.

-16,7 -6,7

Lama Kerja (tahun)

<3 tahun 3-4 tahun >4 tahun

Gambar 10. Persentase Nilai Sikap PSK Jalanan Yogyakarta dalam Ketaatan Penggunaan Kondom Tahun 2006 berdasarkan Lama Kerja

Persentase nilai sikap berdasarkan lama kerja pada penelitian ini

menunjukkan bahwa peningkatan persentase nilai sikap dalam ketaatan

(54)

D. Rangkuman Pembahasan

Responden sebagian besar berpendidikan terakhir SD (75,9%), berumur

21-40 (69%), dan lama kerja >4 tahun (69%). Hasil uji statistik dengan

menggunakan metode Paired Sample T Test menunjukkan bahwa responden

mengalami peningkatan nilai pengetahuan dan sikap yang signifikan setelah

pemberian edukasi tentang PMS dilihat dari nilai thitung. Menurut (Triton, 2006),

apabila nilai thitung > ttabel maka hipotesis nol (Ho) ditolak, yang berarti terjadi

perubahan yang signifikan pada nilai pengetahuan dan sikap responden dengan

adanya pemberian edukasi.

Persentase peningkatan nilai pengetahuan dan sikap responden setelah

pemberian edukasi kemudian ditinjau berdasarkan tingkat pendidikan, umur dan

lama bekerja. Persentase peningkatan nilai pengetahuan berdasarkan tingkat

pendidikan paling tinggi pada responden berpendidikan terakhir SLTP (9,1%),

karena responden tersebut belum banyak tahu tentang PMS secara mendalam

sehingga mereka cukup antusias ketika peneliti memberikan informasi tentang

PMS. Ditinjau dari umurnya terjadi peningkatan nilai pengetahuan paling tinggi

pada responden dengan umur 21-40 tahun (10,5%), karena kemampuan untuk

mengingat kembali informasi yang telah dipelajari dan berpikir secara kreatif pada

umur tersebut meningkat. Ditinjau dari lama kerjanya terjadi peningkatan nilai

pengetahuan paling tinggi pada responden dengan lama bekerja >4 tahun (11,4%),

karena lamanya kerja seseorang memungkinkan orang tersebut untuk lebih

(55)

Persentase peningkatan nilai sikap paling tinggi pada responden dengan

tingkat pendidikan SLTP (23,3%), karena dengan pengetahuan mereka yang

cukup tentang bahaya PMS mereka berusaha semaksimal mungkin untuk selalu

menggunakan kondom saat melayani pelanggan yang mengajak mereka

berhubungan seksual. Ditinjau dari umurnya terjadi peningkatan nilai sikap paling

tinggi pada responden dengan umur 21-40 tahun (11,7%), karena umur mereka

yang masih tergolong muda sehingga mereka merasa takut untuk menganjurkan

pelanggannya memakai kondom. Ditinjau dari lama kerjanya terjadi peningkatan

nilai sikap paling tinggi pada responden dengan lama bekerja >4 tahun (12,5%),

karena mereka sudah memiliki pelanggan tetap selama bertahun-tahun sehingga

(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil dan analisis data didapatkan kesimpulan sebagai berikut ini.

1. Karakteristik reponden di lokasi jalanan Yogyakarta tahun 2006 yaitu: tingkat

pendidikan SD (75,9%) dan SLTP (24,1%), umur <21 tahun (6,9%), umur

21-40 tahun (69,%) dan umur 41-60 tahun (24,1%), lama kerja <3 tahun (6,9%),

lama kerja 3-4 tahun (24,1%) dan lama kerja >4 tahun (69%).

2. Edukasi tentang PMS yang diberikan berpengaruh secara signifikan pada

pengetahuan responden tentang PMS dan sikap responden dalam ketaatan

penggunaan kondom.

3. Persentase peningkatan nilai pengetahuan responden tentang PMS di lokasi

jalanan Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan

a. tingkat pendidikan, paling tinggi pada responden dengan tingkat

pendidikan SLTP (9,1%).

b. umur, paling tinggi pada responden berumur 21-40 tahun (10,5%).

c. lama kerja, paling tinggi pada responden dengan lama kerja >4 tahun

(11,4%).

Persentase peningkatan nilai sikap responden dalam ketaatan penggunaan

kondom di lokasi jalanan Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan

a. tingkat pendidikan, paling tinggi pada responden dengan tingkat

pendidikan SLTP (23,3%).

(57)

b. umur, paling tinggi pada responden berumur 21-40 (11,7%).

c. lama kerja, paling tinggi pada responden dengan lama kerja >4 tahun

(12,5%).

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana perilaku tamu atau pelanggan

yang datang ke lokasi jalanan Yogyakarta.

2. Dapat dilakukan penelitian sejenis dengan responden PSK perempuan di

lokasi Parangkusumo Bantul, Yogyakarta.

3. Dapat dilakukan penelitian sejenis pada kelompok risiko tinggi PMS yang

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, R.I., 1994, Psikologi, Pekerjaan Sosial, dan Kesejahteraan Sosial, 183, PT. Raja Gafindo Persada, Jakarta.

Anonim, 2003, Alat Kontrasepsi, http://www.yakita.or.id/alatkontrasepsi.htm, diakses 29 Mei 2007

Anonim, 2005, Penyakit Menular Seksual (Pengertian, Gejala, dan Tanda), http://hqweboi.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/mb4pmshtml, diakses 17 Maret 2006

Anonim, 2007a, Infeksi Menular Seksual, http://www.ypilmu@tebet.link.net.id, diakses 30 Mei 2007

Anonim, 2007b, Pencegahan AIDS,

http://www.aidsindonesia.or.id/index.php?option=com_content&task=vi

ew&id=23&Itemid=40,diakses 4 Juli 2007

Aprilianingrum, F., 2002, Survei Penyakit Sifilis dan Infeksi HIV Pada Pekerja Seks Komersial Resosialisasi Argorejo Kelurahan Kalibanteng Kulon Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang Tahun 2002,

http://www.health-Irc.or.id/pdf/Penyakit%20Menular/Sifilis-HIV-FAO1.pdf, diakses 17 Maret 2006

Azwar, S., 1988, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, 1, Liberty, Yogyakarta

Farida, 2006, Pertanyaan Seputar Kondom,

http://www.bkkbn.go.id/gemapria/article-detail.php?artid=23, diakses 29 Mei 2007

Kartono, K., 1999, Patologi Sosial, 204, Raya Grafindo Persada, Jakarta

Munajat, N. dan Bisri, M., 1998, PMS dan HIV/AIDS, cet. 1, 1-2, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, Jakarta

Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, 89, 129, 133, Rineka Cipta, Jakarta

Notoatmodjo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, 12, 121-124, 126, Rineka Cipta, Jakarta

(59)

Pratomo, H., 1989, “Metoda Penyuluhan Pada Kelompok Risiko Tinggi Penyakit AIDS dengan Minat Khusus Kelompok Homoseksual dan Perempuan Tuna Susila”. Dalam AIDS : Petunjuk Untuk Petugas Kesehatan, Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal P2M dan PLP, Jakarta

Setyawan, 2006, Penyakit Menular Seksual,

http://dokteriwan.blogspot.com/2006/08/penyakit-menular-seksual-i.html, diakses 4 Juli 2007

Sevilla, C.G., Ochave, J.A., Punsalam, T.G., Regala, B.P. dan Uriarte, G.G., 1993,

Pengantar Metode Penelitian, 163, Universitas Indonesia, Jakarta

Siagian, S. P., 1995, Manajemen Strategik, Bumi Aksara, Jakarta

Sutama, M.A., 2005, Studi Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika di Kalangan Pekerja Seks Komersial di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Triton, 2006, SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametrik, Andi Offset, Yogyakarta

Wibowo, Y., 2005, Perbedaan Perilaku Dewasa Awal Dan Dewasa Madya Pada Proses Pembelian Produk, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

(60)
(61)
(62)

Lampiran 2. Kuisioner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN

PENGARUH EDUKASI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

(PMS) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA SEKS

KOMERSIAL (PSK) JALANAN YOGYAKARTA TAHUN 2006

Data responden

Nama Panggilan :

Umur :

Pendidikan terakhir :

Lama kerja :

Jawaban No. Pernyataan

Ya Tidak 1. Apakah anda mengetahui tentang Infeksi

Menular Seksual (IMS)?

2. Apakah anda mengetahui tentang nyeri dan bengkak pada pangkal paha, merah di sekitar alat kelamin disertai kencing nanah serta keputihan kental berwarna kekuningan?

3. Apakah anda mengetahui tentang adanya benjolan disekitar alat kelamin disertai pusing-pusing dan nyeri pada daerah tulang seperti flu terkadang hilang dengan sendirinya?

4. Apakah anda mengetahui tentang bercak kemerahan pada tubuh yang dialami selama 6-12 minggu setelah berhubungan seksual?

(63)

yang keluar dari alat kelamin atau keputihan encer yang berwarna putih kekuningan disertai rasa nyeri di rongga panggul sampai dengan pendarahan setelah hubungan seksual?

7. Apakah anda mengetahui tentang cairan vagina yang encer, berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman, nyeri saat berhubungan seksual dan pada saat kencing?

8. Penyakit kelamin adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit yang menular melalui hubungan kelamin 9. Gejala penyakit kelamin memberat apabila

timbul keputihan berwarna putih susu/kehijauan, berbau busuk disertai rasa gatal dan berwarna kemerahan pada alat kelamin dan terasa sakit/panas saat kencing dan saat berhubungan kelamin 10. Bentuk kelainan pada alat kelamin dapat

berupa bintil-bintil berair, luka, borok pada alat kelamin

11. Saya menyetujui penggunaan kondom bila diminta pelanggan saja

12. Saya boleh tidak menggunakan kondom, bila pelanggan mengeluh kepuasannya terganggu

13. Saya tidak perlu menyediakan kondom saat bekerja

14. Saya akan menolak pelanggan yang tidak bersedia menggunakan kondom

15. Pemakaian kondom bukan cara terbaik mencegah penyakit kelamin

16. Saya menyadari bahwa pekerjaan saya banyak bahaya, diantaranya tertular penyakit kelamin yang mematikan

17. Saya harus menggunakan kondom untuk mencegah semua penyakit kelamin

(64)
(65)

Gambar

Gambar 1. Persentase Tingkat Pendidikan PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Gambar 2. Persentase Umur PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Gambar 3. Persentase Lama Kerja PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Gambar 4. Persentase Jawaban Kuisioner Pretest dan Posttest PSK Jalanan Yogyakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sarana Penyediaan air kebakaran ( reservoir , tangki/ tandon, kolam renang yang berdekatan dengan tempat kejadian kebakaran) harus diberi tanda petunjuk yang mudah terlihat.

Juragan Somad marah mengetahui si Kabayan tidak di rumah, tetapi sedikit terhibur mendengar keterangan Nyi Iteung, istri Kabayan yang mengatakan bahwa suaminya untuk sementara

Hasil penelitian ini ternyata tidak konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Arum (2012) yang menunjukkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif

Kompetensi adalah pengetahuan yang dilandasi oleh pengalaman, ketrampilan dan sikap yang dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan pada berbagai tatanan

Berdasarkan keseluruhan sifat fisis mekanis rotan yang diuji (kerapatan, MOE, dan MOR), sebanyak empat jenis rotan (16%), termasuk kategori kelas I (sangat

Lulusan perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi oleh instansi yang berwenang atau yang lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri

Analisis konjoin adalah suatu teknik analisis yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan relatif berdasarkan persepsi pelanggan yang dibawa oleh suatu produk

Selain subektor jasa perdagangan hasil laut, beberapa subsektor lain yang memiliki nilai output total yang besar adalah subsektor penambangan migas lepas pantai,