• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi mahasiswa semester VI tahun akademik 2006/2007 pada program studi bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Persepsi mahasiswa semester VI tahun akademik 2006/2007 pada program studi bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah - USD Repository"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

i

YOGYAKARTA TERHADAP KOMPETENSINYA SEBAGAI

CALON KONSELOR SEKOLAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

OLEH:

VINCENTIUS HARY PURWITA NIM: 001114026

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv MOTTO

“Hargailah cita-cita dan impianmu, karena kedua hal ini adalah anak jiwamu dan cetakbiru prestasi puncakmu.”

(Napoleon Hill)

Fungsi terpenting pendidikan pada tingkat manapun adalah mengembangkan kepribadian manusia dan makna hidupnya bagi dirinya dan bagi orang lain.

(Grayson Kirk)

“Pikulah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.”

(5)

v

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Vincentius Hary Purwita

Nomor Mahasiswa : 001114026

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Persepsi Mahasiswa Semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap Kompetensinya sebagai Calon Konselor Sekolah

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 19 Desember 2007 Yang menyatakan

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk: Kedua orangtuaku tercinta

(7)

vii

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Desember 2007 Penulis,

(8)

viii ABSTRAK

PERSEPSI MAHASISWA SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK 2006/2007 PADA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS

SANATA DHARMA YOGYAKARTA TERHADAP KOMPETENSINYA SEBAGAI CALON KONSELOR SEKOLAH

Vincentius Hary Purwita Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Responden penelitian ini adalah 35 mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang disusun oleh peneliti, mengacu pada standar kompetensi konselor Indonesia yang disosialisasikan oleh Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) tahun 2005.

(9)

ix

2006/2007 OF THE STUDY PROGRAM OF GUIDANCE AND COUNSELING UNIVERSITY OF SANATA DHARMA YOGYAKARTA ON THE

COMPETENCY TO BE THE SCHOOL COUNSELOR

Vincentius Hary Purwita Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The purposes of this research was to know the perception of VI semester students Academic Year 2006/2007 of the Guidance and Counseling Study Program in University of Sanata Dharma Yogyakarta on their competency to be school counselor.

This was a descriptive research with survey method. The respondents of this research were 35-students of IV semester Academic Year 2006/2007 of the Guidance and Counseling Study Program in University of Sanata Dharma Yogyakarta. The technique of collecting the data was using questionnaire arranged by researcher, based on standard of Indonesian counselor competence that was socialized by Indonesian Guidance and Counseling Association (ABKIN) in 2005.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus atas segala berkat dan penyertaan dari awal hingga terselesainya penyusunan skripsi yang berjudul “Persepsi Mahasiswa Semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap Kompetensinya sebagai Calon Konselor Sekolah”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam mempersiapkan dan menyusun skripsi ini, penulis memperoleh banyak bantuan, bimbingan, dorongan semangat, dan doa yang tulus dari berbagai pihak. Semua yang penulis terima sangat membantu terselesainya penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengaturkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., selaku Kaprodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(11)

xi mengadakan uji coba kuesioner.

5. Semua dosen BK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang saya hormati. 6. Perpustakaan pusat USD, terimakasih atas pinjaman buku-bukunya.

7. Bapak dan ibu Supardjo tercinta, atas kasih sayang, perhatian, pengorbanan, doa yang tak putus-putus, dan berbagai sarana bagiku si bungsu sejak dalam kandungan sampai sekarang.

8. Keluaga besarku: Bapak ibu, mbak Ita + mas Woro, mas Tomek + mbak Ana, mbak Atik + mas Moris, mbak Atun + mas Handoko, mas Suharjono + mbak Lia, Wulan, Fael, Alex, Abi, terimakasih atas kebersamaan, perhatian, dan kasih sayangnya selama ini.

9. Br. Yosep kakakku, sahabatku, guru spiritualku. Terimakasih atas dukungan semangat dan doanya.

10.Adekku Sonya, terimakasih untuk perhatian, dorongan semangat, doa, penghiburan, dan kebersamaan selama ini.

11.Sahabat-sahabatku: Budi, Charlie, Sipri, Boim, Humam, dan semua teman kuliah angkatan 2000 dan 2001 yang tersebar di penjuru tanah air. Terimakasih atas kebersamaan dan kenangan indahnya.

(12)

xii

13.Sobat-sobatku ‘sniper crew’: mas Supri, pak Dirjo, mas Joni, Gondreng, mas Nanang, Ajab dan lain-lain. Terimakasih sudah berbagi kesenangan di tengah kejenuhanku menulis skripsi.

14.AB 4276 WU, terimakasih sudah setia mengantar kemanapun aku pergi.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, maka kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi sempurnanya tulisan ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua yang membutuhkan.

Yogyakarta, 19 Desember 2007

(13)

xiii

Halaman

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

HALAMAN MOTTO ………. iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…….v

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. vi

HALAMAN KEASLIAN KARYA ………...vii

ABSTRAK ………...….viii

ABSTRACT ……….………….. ix

KATA PENGANTAR ……….……… x

DAFTAR ISI ………...………. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi

DAFTAR TABEL ………xvii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….. 1

B. Rumusan Masalah ……… 5

C. Tujuan Penelitian ………. 5

(14)

xiv

E. Definisi Operasional Variabel ………. 7

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi ……… 9

B. Konselor sekolah ………10

C. Kompetensi konselor sekolah ……….11

D. Mahasiswa Semester VI Program Studi Bimbingan dan Konseling ………..22

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……….. 26

B. Subyek Penelitian ……….. 27

C. Instrumen Penelitian ……….. 28

1. Skala yang digunakan dalam kuesioner ………... 29

2. Sebaran item kuesioner………. 29

3. Penentuan skor ………. 30

4. Validitas dan reliabilitas kuesioner ……….…. 30

D. Prosedur Pengumpulan Data ……….. 33

1. Tahap persiapan ………... 33

2. Tahap pelaksanaan ………... 34

C. Teknik Analisis Data ……….. 35

(15)

xv

A. Kesimpulan………. 45

B. Keterbatasan ……….. 46

C. Saran-saran ……… 46

DAFTAR PUSTAKA ……… 49

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat permohonan ijin uji coba kuesioner ………... 52

2. Kisi-kisi kuesioner penelitian………... 53

3. Kuesioner penelitian ……… 64

4. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner uji coba ……….. 70

5. Tabulasi skor uji coba kuesioner ………. 75

6. Tabulasi skor penelitian ………... 78

7. Tabel r Product moment ……….. 80

(17)

xvii

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bagian ini disajikan hal-hal tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel.

A. Latar Belakang

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang atau kelompok orang, agar dapat berkembang menjadi pribadi yang mandiri (Prayitno, 1987:36). Kemandirian tersebut mencakup lima fungsi pokok, yakni: (1) mengenal diri sendiri dan lingkungan, (2) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (3) mengambil keputusan, (4) mengarahkan diri, dan (5) mewujudkan diri.

Menurut Niken (dalam Hastuti, 2004:32), visi bimbingan dan konseling adalah “Terwujudnya perkembangan diri dan kemandirian secara optimal dengan hakekat kemanusiaannya sebagai hamba Tuhan YME, sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam hubungan dengan manusia dan alam semesta”. Menurut Niken (dalam Hastuti, 2004:32), misi bimbingan dan konseling adalah:

(19)

Untuk dapat mewujudkan visi dan misi bimbingan dan konseling tersebut dibutuhkan pembimbing (konselor) yang profesional. Profesionalitas konselor tampak pada sikap konselor terhadap profesinya serta derajat keahlian yang dimiliki dalam rangka melakukan pekerjaannya. Menurut Niken (dalam Hastuti, 2004:33), secara formal konselor telah disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang untuk mendapatkan kompetensinya. Kompetensi tersebut meliputi pengetahuan, ketrampilan, sikap, kepribadian, dan pengalaman dalam bidang bimbingan dan konseling.

(20)

3

Peneliti tertarik untuk mengetahui persepsi mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah. Idealnya semua mahasiswa ini mempunyai kompetensi yang tinggi di bidang bimbingan dan konseling, disertai persepsi bahwa mereka memang mempunyai kompetensi yang tinggi di bidang bimbingan dan konseling sebagai calon konselor sekolah. Para mahasiswa ini telah menempuh sebagian besar perkuliahan dan pada akhir semester akan melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL), maka diharapkan mereka siap secara mental dan akademik untuk berkarya sebagai tenaga bimbingan dan konseling di sekolah maupun di luar sekolah.

(21)

lanjut akan berdampak pada kualitas lulusan program studi Bimbingan dan Konseling.

Winkel dan Hastuti (dalam Hastuti, 2004:37) mengatakan bahwa sejumlah konselor sekolah masih terbatas pengalamannya, ditandai dengan hal sebagai berikut: (1) belum menunjukkan kreativitas, keuletan, ketrampilan, bingung setelah terjun ke lapangan dan harus berdiri sendiri; (2) belum mampu mengintegrasikan berbagai kegiatan bimbingan dalam program pendidikan sekolah; dan (3) belum memiliki ketrampilan yang cukup dalam berkomunikasi dengan pimpinan sekolah dan para guru. Munandir (dalam Hastuti, 2004:37) memaparkan bahwa kualitas kinerja petugas BK yang pada umumnya tamatan S1/D3 program BK masih jauh dari standar kualitas, yaitu: (1) tidak sedikit layanan bimbingan yang dilaksanakan berdasarkan common sense, bahkan miskonsepsi; (2) lemahnya pengetahuan dasar psikologi, pengetahuan dan teknik bantuan yang diterapkan; dan (3) lemahnya segi kepribadian, sikap dan perilaku yang menggambarkan pribadi konselor profesional. Dikatakan ketiga hal ini menunjukkan tidak terlihatnya perbedaan kelebihan kinerja petugas BK yang berasal dari S1/D3 program BK dengan petugas BK yang tidak berlatar belakang pendidikan formal BK.

(22)

5

melakukan penelitian ini. Peneliti mencoba mengukur persepsi mahasiswa terhadap tingkat kompetensinya sebagai calon konselor sekolah, macam kompetensi mengacu pada macam kompetensi yang termuat dalam standar kompetensi konselor Indonesia yang disosialisasikan oleh Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) tahun 2005.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh deskripsi (gambaran) persepsi mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah. Pertanyaan yang akan dijawab adalah:

Bagaimanakah persepsi mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah?

C. Tujuan Penelitian

(23)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling dalam hal pengembangan pengetahuan tentang bimbingan dan konseling, khususnya menyangkut deskripsi persepsi mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah.

2. Manfaat Praktis

a). Bagi semua dosen pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Hasil penelitian ini dapat memberi informasi mengenai persepsi mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah, yang mungkin bisa ditindaklanjuti.

(24)

7

c). Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat memuaskan rasa ingin tahu peneliti tentang persepsi mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah.

E. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel yang terdapat dalam fokus perumusan masalah:

1. Calon Konselor Sekolah

Calon konselor sekolah adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Persepsi terhadap Kompetensi Calon Konselor Sekolah

Persepsi terhadap kompetensi calon konselor sekolah adalah pendapat mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah, yang coba diukur dengan kuesioner penelitian ini.

3. Kompetensi Calon Konselor Sekolah

(25)

dimiliki mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Mahasiswa Semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(26)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bagian ini disajikan kajian pustaka tentang persepsi, konselor sekolah, kompetensi konselor sekolah, dan mahasiswa semester VI Program Studi Bimbingan dan Konseling.

A. Persepsi

(27)

B. Konselor sekolah

Konselor sekolah adalah tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan sebagian besar waktunya untuk pelayanan bimbingan dan konseling (Winkel, 1997:184). Menurut Prayitno (1987:99), konselor sekolah adalah anggota staf sekolah yang bekerja secara profesional dengan administrator, guru, personil penunjang serta orangtua siswa untuk memungkinkan perkembangan siswa secara total. Menurut Thantawy (2005:58), konselor adalah tenaga yang telah terdidik secara formal dalam bidang konseling pada tingkat universitas dan mempunyai kemampuan untuk membantu konseli/klien dalam memecahkan masalahnya melalui proses konseling. Konselor adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi khusus yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan (Thantawy, 2005:59). Menurut Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (2005:4), konselor adalah pendidik yang dididik dan dihasilkan oleh program studi bimbingan dan konseling di Perguruan Tinggi Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan.

(28)

11

C. Kompetensi konselor sekolah

Menurut Mohamad Surya (dalam Hastuti, 2004:11), kompetensi adalah kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral yang harus dimiliki konselor secara utuh untuk membantu klien. Kompetensi adalah sebuah kontinum perkembangan mulai dari proses kesadaran, akomodasi, dan tindakan nyata sebagai wujud kinerja (ABKIN, 2005:11). Menurut Prayitno (1987:129), kompetensi adalah berbagai kemampuan yang harus dikuasai dan mampu diterapkan oleh konselor apabila hendak melaksanakan pekerjaan sosialnya dengan baik. Menurut Niken (dalam Hastuti, 2004:33), kompetensi konselor meliputi pengetahuan, ketrampilan, sikap, kepribadian, dan pengalaman dalam bidang bimbingan dan konseling. Jadi kompetensi konselor sekolah adalah kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral yang harus dimiliki konselor sekolah secara utuh untuk membantu klien (siswa).

Menurut Dirjen Dikti (dalam Hastuti, 2004:39) kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi bimbingan dan konseling di samping kode etik sebagai regulasi perilaku etik dan kredensi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Menurut Dirjen Dikti (dalam Hastuti, 2004:39), kompetensi bimbingan dan konseling dikatakan utama dan minimal karena materi kompetensi tersebut bersifat esensial dan pokok serta tidak boleh dikurangi, harus dikuasai oleh semua ahli bimbingan dan konseling.

(29)

Kompetensi Pengembangan Kepribadian (KPK) yang berwujud ketaqwaan, kemantapan pribadi, kemandirian, dan rasa tanggung jawab; (2) Kompetensi Landasan Keilmuan (KLK) yang berupa penguasaan ilmu pendidikan, psikologi, dan budaya; (3) Kompetensi Keahlian Berkarya (KKB) yang berupa kemampuan konseptual hingga teknik praktis konseling; (4) Kompetensi Perilaku Berkarya (KPB) yang terdiri dari etika profesi konseling, riset konseling, dan organisasi profesi konseling; (5) Kompetensi Berkehidupan Bermasyarakat (KBB) yang berupa kemampuan hubungan antar pribadi, kemampuan berhubungan dengan lingkungan, dan kemampuan kolaboratif dengan tenaga profesional bidang ilmu lain. Kompetensi-kompetensi di atas masih harus ditambah kompetensi multikultural yang mewujud dalam: (1) pengetahuan tentang beragam kebudayaan; (2) keyakinan dan sikap menghargai keberagaman budaya dan sikap-sikap yang bebas dari bias-bias budaya konselor sendiri; dan (3) ketrampilan aplikasi-adaptasi teori, pendekatan, teknik-teknik agar dapat menjawab kebutuhan dengan pertimbangan perspektif budaya (culture centered).

Menurut Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (2005:14), konselor harus kompeten dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Penguasaan konsep dan praksis pendidikan. Dirinci menjadi subkompetensi sebagai berikut:

(30)

13

1) Memahami hakikat kebenaran dan sistem nilai yang mendasari proses-proses pendidikan.

2) Memahami proses pembentukan perilaku individu dalam proses pendidikan.

3) Memahami karakteristik individu berdasar usia, gender, ras, etnisitas, status sosial, dan ekonomi yang dapat mempengaruhi individu dan kelompok.

b. Menguasai landasan budaya, yakni:

1) Memahami ragam budaya yang dapat mempengaruhi perilaku individu dan kelompok.

2) Memahami dan menunjukkan sikap penerimaan terhadap perbedaan sudut pandang subyektif antara konselor dengan klien.

3) Peka, toleran, dan responsif terhadap perbedaan budaya klien.

c. Menguasai konsep dasar dan mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan, yakni:

1) Memahami hubungan antar unsur-unsur pendidikan (pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, metode pendidikan, dan lingkungan pendidikan).

(31)

2. Kesadaran dan komitmen etika profesional. Dirinci menjadi subkompetensi sebagai berikut: a. Menampilkan keutuhan pribadi konselor, yakni:

1) Berperilaku membantu berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2) Mengkomunikasikan secara verbal atau nonverbal minat yang tulus dalam membantu orang lain.

3) Bersikap hangat dan penuh perhatian terhadap klien.

4) Secara verbal dan nonverbal mampu mengkomunikasikan rasa hormat konselor terhadap klien sebagai pribadi yang berguna dan bertanggung jawab.

5) Mengkomunikasikan harapan, mengekspresikan keyakinan bahwa klien memiliki kapasitas untuk memecahkan problem, menata, mengatur hidupnya, dan berkembang.

6) Bersikap empati dan atribusi secara tepat.

7) Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian serta kontrol diri yang baik.

8) Toleran terhadap stress dan frustrasi.

9) Berpikir positif terhadap orang lain dan lingkungannya. b. Berperilaku etik dan profesional, yakni:

(32)

15

2) Menghindari sikap-sikap prasangka dan stereotipe terhadap klien. 3) Menghargai nilai-nilai pribadi klien.

4) Memahami kekuatan dan keterbatasan personal dan profesional. 5) Mengelola diri secara efektif.

6) Bekerjasama secara produktif dengan teman sejawat dan anggota profesi lain.

7) Secara konsisten menampilkan perilaku sesuai dengan kode etik profesi.

c. Memiliki komitmen untuk meningkatkan kemampuan profesional, yakni: 1) Menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling yang dapat

dipertanggung jawabkan secara etik.

2) Berperilaku obyektif terhadap pandangan, nilai-nilai, dan reaksi emosional klien yang berbeda dengan konselor.

3) Berinisiatif dan terlibat dalam pengembangan profesi dan pendidikan lanjut untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan profesional. 4) Aktif dalam kegiatan organisasi profesi bimbingan dan konseling. 3. Penguasaan konsep perilaku dan perkembangan individu.

Dirinci menjadi subkompetensi sebagai berikut:

a. Memahami kaidah-kaidah perilaku individu dan kelompok, yakni: 1) Menjelaskan mekanisme perilaku menurut berbagai pendekatan. 2) Menjelaskan dinamika perilaku individu dan kelompok.

(33)

4) Menjelaskan mekanisme pertahanan diri. b. Memahami konsep kepribadian, yakni:

1) Menjelaskan proses pembentukan kepribadian.

2) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian. 3) Menjelaskan ciri-ciri kepribadian yang sehat.

4) Menjelaskan bentuk-bentuk gangguan kepribadian.

c. Memahami konsep dan prinsip-prinsip perkembangan individu, yakni: 1) Menjelaskan prinsip-prinsip perkembangan.

2) Menjelaskan proses perkembangan individu. 3) Menjelaskan aspek-aspek perkembangan. 4) Menjelaskan fase dan tugas perkembangan.

5) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan. d. Mampu memfasilitasi perkembangan individu, yakni:

1) Memilih srategi intervensi perkembangan individu sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik individu dan kelompok.

2) Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan individu. 4. Penguasaan konsep dan praksis assessment.

Dirinci menjadi subkompetensi sebagai berikut: a. Memahami hakikat dan makna assessment, yakni:

(34)

17

3) Menunjukkan bukti kebenaran, jenis kebenaran, dan hubungan antar kebenaran secara obyektif.

4) Menjelaskan konsep validitas, reabilitas, dan daya beda dalam pengembangan instrumen.

5) Menjelaskan konsep statistika dalam assessment meliputi timbangan pengukuran, ukuran kecondongan terpusat, indeks variabilitas, bentuk dan jenis distribusi, serta korelasi.

6) Menjelaskan teori kesalahan pengukuran, model dan penggunaan informasi keterandalan, serta hubungan antara kebenaran dengan keterandalan.

b. Memilih strategi dan teknik assessment yang tepat, yakni:

1) Mengenali kelebihan dan kekurangan teknik assessment melalui tes. 2) Mengenali kelebihan dan kekurangan teknik assessment non-tes. 3) Menentukan teknik-teknik assessment sesuai dengan pertimbangan

usia, gender, orientasi seksual, ethnik, bahasa, kultur, agama, dan faktor lain dalam assessment individual, kelompok, dan populasi spesifik.

c. Mengadministrasikan assessment dan menafsirkan hasilnya, yakni: 1) Menggunakan tes psikologis dan menginterpretasikan hasilnya.

(35)

3) Menggunakan komputer dan teknologi informasi sebagai alat bantu

assessment.

4) Mendokumentasikan hasil assessment secara sistematis dan mudah diakses.

d. Memanfaatkan hasil assessment untuk kepentingan bimbingan dan konseling, yakni:

1) Memilih hasil assessment untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling.

2) Memprediksikan perkembangan individu dan atau kelompok dalam menghadapi perubahan.

3) Mengelola konferensi kasus dalam alur assessment.

e. Mengembangkan intrumen assessment, yakni: 1) Mengembangkan intrumen tes.

2) Mengembangkan instrumen non-tes.

5. Penguasaan konsep dan praksis bimbingan dan konseling. Dirinci menjadi subkompetensi sebagai berikut:

a. Memahami konsep dasar, landasan, azas, fungsi, tujuan, dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, yakni;

1) Menjelaskan konsep dasar bimbingan dan konseling.

2) Menjelaskan landasan filosofis, religius, psikologis, sosial budaya, ilmiah dan teknologis, serta landasan pedagogis.

(36)

19

4) Menjelaskan fungsi bimbingan dan konseling. 5) Menjelaskan tujuan bimbingan dan konseling.

6) Menjelaskan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.

b. Memahami bidang-bidang garapan bimbingan dan konseling, yakni: 1) Terampil memberikan pelayanan bimbingan dan konseling

pribadi-sosial.

2) Terampil memberikan pelayanan bimbingan dan konseling belajar. 3) Terampil memberikan pelayanan bimbingan dan konseling karir. c. Menguasai pendekatan-pendekatan dan teknik-teknik bimbingan dan

konseling, yakni:

1) Menjelaskan berbagai macam pendekatan dalam bimbingan dan konseling.

2) Memilih pendekatan bimbingan dan konseling secara tepat.

3) Terampil menggunakan teknik-teknik bimbingan dan konseling individual dan kelompok.

d. Mampu menggunakan dan mengembangkan media bimbingan dan konseling, yakni:

1) Mengenali berbagai media dalam bimbingan dan konseling. 2) Mengembangkan alat media bimbingan dan konseling.

3) Menggunakan media dalam layanan bimbingan dan konseling. 6. Pengelolaan program bimbingan dan konseling.

(37)

a. Memiliki pengetahuan dan keterampilan perencanaan program bimbingan dan konseling, yakni:

1) Menerapkan prinsip-prinsip perencanaan.

2) Melakukan penilaian kebutuhan layanan bimbingan dan konseling. 3) Merumuskan tujuan dan menentukan prioritas program bimbingan dan

konseling.

4) Menyusun program bimbingan dan konseling.

b. Mampu mengorganisasikan dan mengimplementasikan program bimbingan dan konseling, yakni:

1) Mengidentifikasi personalia dan sasaran program bimbingan dan konseling.

2) Mengkoordinasikan dan mengorganisasikan sumber daya yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan program bimbingan dan konseling.

3) Melaksanakan program bimbingan dan konseling dengan melibatkan partisipasi aktif seluruh komponen yang terkait.

c. Mampu mengevaluasi program bimbingan dan konseling, yakni:

1) Mengkaji program bimbingan dan konseling berdasarkan standar penyelenggaraan program.

2) Menggunakan pendekatan evaluasi program bimbingan dan konseling. 3) Mengkoordinasikan kegiatan evaluasi program bimbingan dan

(38)

21

4) Membuat rekomendasi yang tepat untuk perbaikan dan pengembangan program bimbingan dan konseling.

5) Melaporkan hasil dan temuan-temuan evaluasi penyelenggaraan program bimbingan dan konseling kepada pihak yang berkepentingan. 6) Mengontrol implementasi program bimbingan dan konseling agar

senantiasa berjalan sesuai desain perencanaan program.

d. Mampu mendesain perbaikan dan pengembangan program bimbingan dan konseling, yakni:

1) Memanfaatkan hasil evaluasi untuk perbaikan dan pengembangan program bimbingan dan konseling.

2) Menerapkan prinsip-prinsip keberkelanjutan program bimbingan dan konseling.

7. Penguasaan konsep dan praksis riset dalam bimbingan dan konseling. Dirinci menjadi subkompetensi sebagai berikut:

a. Memahami berbagai jenis dan metode riset, yakni:

1) Menjelaskan konsep, prinsip-prinsip, dan metode riset. 2) Menjelaskan desain riset.

b. Mampu merancang riset bimbingan dan konseling, yakni: 1) Mengidentifikasi masalah.

2) Merumuskan masalah.

(39)

5) Menentukan pendekatan riset. 6) Menentukan subyek riset.

7) Menentukan prosedur dan mengembangkan teknik pengumpulan data. 8) Menentukan teknik analisis data.

c. Melaksanakan riset bimbingan dan konseling, yakni: 1) Mengumpulkan data riset.

2) Mengolah dan menganalisis data. 3) Melaporkan hasil riset.

d. Memanfaatkan hasil riset dalam bimbingan dan konseling, yakni: 1) Membaca dan menafsirkan hasil riset.

2) Memanfaatkan hasil riset untuk pengembangan bimbingan dan konseling.

D. Mahasiswa Semester VI Program Studi Bimbingan dan Konseling

Menurut Peraturan Akademik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2002:2), mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Universitas. Jadi mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas tertentu.

(40)

23

dan konseling dididik untuk menjadi konselor yang kompeten di lembaga pendidikan, khususnya sekolah; sekaligus memiliki bekal yang dapat dikembangkan untuk menjadi tenaga profesional dalam bidang pendidikan, pelatihan, pengembangan sumber daya manusia, serta pemberian berbagai layanan bimbingan, termasuk konseling di luar sekolah, seperti rumah sakit, panti sosial, asrama, dan industri. Menurut buku Pedoman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2001:19), bekal yang diberikan kepada mahasiswa berupa kemampuan untuk menyelenggarakan layanan bimbingan, termasuk konseling, dengan memanfaatkan dinamika kelompok dan menggunakan pendekatan belajar eksperiensial; dan bekal kemampuan untuk merancang dan melaksanakan kegiatan bimbingan di luar jam sekolah, termasuk kegiatan akhir pekan, seperti retret, rekoleksi, pengembangan konsep diri, dan pelatihan ketrampilan komunikasi antarpribadi.

(41)

Normalnya para mahasiswa ini telah/sedang belajar secara teoritis maupun praktis melalui mata kuliah pendidikan agama, pendidikan pancasila, pengantar pendidikan, dasar-dasar bimbingan dan konseling, dasar-dasar pemahaman perilaku, bahasa Indonesia, antropobiologi, logika, komputer, teologi moral, filsafat moral, psikologi remaja, dasar-dasar BK, sosioantropologi pendidikan, pengembangan pribadi konselor, perilaku sosial, perkembangan anak, psikologi pendidikan, BK perkembangan, dinamika kelompok, perilaku kognitif, perkembangan orang dewasa dan lanjut, BK pribadi sosial, komunikasi antar pribadi, psikologi konseling, perilaku abnormal, statistik I, manajemen sekolah, psikologi belajar dan pembelajaran, pendidikan kewarganegaraan, profesi BK, teori kepribadian, statistika II, bimbingan kelompok, BK belajar, praktikum BK pribadi-sosial, manajemen BK, teori konseling, asesmen psikologis teknik non tes, konseling lintas budaya, filsafat ilmu pengetahuan, pemahaman individu III, layanan konseling diperluas, BK karier, psikologi abnormal, kesehatan mental, penyusunan alat-alat bimbingan, praktikum bimbingan kelompok, penelitian BK I, studi kasus, teknik dan laboratorium konseling I, BK keluarga, BK karier II, penilaian pendidikan, dan bimbingan kegiatan ekstra kurikuler.

(42)

25

mempunyai persepsi yang negatif terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah, sehingga belum siap secara mental untuk berkarya sebagai tenaga bimbingan dan konseling di sekolah (PPL). Ketidaksiapan mental ini biasanya sejalan dengan ketidaksiapan secara akademik, dimana kesiapan akademiklah yang menjadi syarat mahasiswa diperbolehkan mengikuti PPL. Menurut buku Pedoman Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan di SMP, Praktek Lapangan di SMA dan dalam Komunitas (2004:2), mahasiswa semester VI yang diperbolehkan mengikuti PPL adalah mereka yang memenuhi persyaratan akademik berikut:

1. Mencapai jumlah sks minimal =100 sks; 2. Mencapai IPK minimal = 2,00;

3. Lulus dalam mata kuliah:

a. Organisasi dan Administrasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah. b. Penyusunan Alat-alat Bimbingan.

c. Komunikasi Antarpribadi.

d. Praktikum Bimbingan Kelompok. e. Bimbingan dan Konseling Karier II. f. Teknik dan Laboratorium Konseling I.

(43)

26

Dalam bagian ini disajikan hal-hal yang berkaitan dengan metodologi yang diterapkan dalam penelitian; yakni jenis penelitian, subyek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

(44)

27

Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok atau daerah (Nazir, 1985:65). Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai persepsi mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah semua mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Alasan mahasiswa ini digunakan sebagai subyek penelitian adalah:

1. Mahasiswa semester VI pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta telah menempuh sebagian besar perkuliahan, dan pada akhir semester akan melaksanakan program pengalaman lapangan (PPL), sehingga persepsi terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah layak diukur.

(45)

Tabel 1.

Jumlah Populasi Responden

Jenis kelamin Jumlah

Mahasiswa laki-laki 12

Mahasiswa perempuan 32

Total 44

C. Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Menurut Masidjo (1995:70), kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap, yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Peneliti menyusun sendiri kuesioner penelitian dengan mengacu pada standar kompetensi konselor Indonesia yang disosialisasikan oleh Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Aspek yang diungkap yaitu persepsi mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah. Kuesioner ini menggunakan lima alternatif jawaban yaitu: sangat mampu (SM), mampu (M), cukup mampu (CM), kurang mampu (KM), dan sangat kurang mampu (SKM). Semakin banyak skor yang diperoleh, persepsi mahasiswa terhadap kompetensinya semakin positif.

(46)

29

bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak hal yang perlu diperbaiki sebelum dilakukan uji coba kuesioner.

Peneliti melakukan uji coba kuesioner untuk mengetahui pemahaman responden terhadap kalimat yang digunakan dalam kuesioner, dan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner. Uji coba kuesioner dilaksanakan di Universitas Negri Yogyakarta, pada mahasiswa semester VI, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Uji coba kuesioner dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 10 Mei 2007, pukul 10.45-11.05 WIB. Jumlah responden ada 21 mahasiswa. Pelaksanaan uji coba kuesioner diawasi langsung oleh peneliti.

Berikut ini peneliti menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan kuesioner:

1. Skala yang digunakan dalam kuesioner

Kuesioner yang digunakan dikonstruksikan dalam bentuk skala bertingkat (rating-scale), mengikuti prinsip-prinsip skala Likert dengan lima alternatif jawaban. Alternatif jawaban kuesioner yaitu: sangat mampu (SM), mampu (M), cukup mampu (CM), kurang mampu (KM), dan sangat kurang mampu (SKM).

2. Sebaran item kuesioner

(47)

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah.

3. Penentuan skor

Pilihan jawaban sangat mampu (SM) mendapat skor 5, mampu (M) mendapat skor 4, cukup mampu (CM) mendapat skor 3, kurang mampu (KM) mendapat skor 2, dan sangat kurang mampu (SKM) mendapat skor 1.

4. Validitas dan reabilitas kuesioner a. Validitas kuesioner

Validitas kuesioner adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995:242). Sebuah kuesioner dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Valid atau tidaknya suatu data dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor-skor tiap item dengan skor total seluruh item tiap responden. Apabila korelasi antara skor masing-masing item kuesioner dengan skor total seluruh item tiap responden signifikan, maka dapat dikatakan bahwa kuesioner tersebut mampu mengukur yang seharusnya diukur. Teknik statistik yang digunakan untuk menguji validitas kuesioner adalah teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Rumus sebagai berikut:

N XY – ( X)(

Y) rxy =

(48)

31

Keterangan rumus:

rxy = koefisien validitas

X = skor-skor tiap item yang dicari validitasnya Y = skor total seluruh item tiap responden

N = jumlah responden

Proses penghitungan taraf validitas dilakukan dengan memberi skor pada tiap item yang sudah dijawab responden, kemudian mentabulasi data uji coba kuesioner yang sudah berupa skor-skor. Tabulasi data uji coba kuesioner dapat dilihat pada lampiran 5. Proses penghitungan dilanjutkan dengan bantuan komputer melalui program SPSS 11.0 for Windows.

Nilai r kritis ditentukan berdasar tabel nilai-nilai r product moment

dari Pearson. Jika r hitung lebih besar dari r tabel pada taraf signifikansi 5% (0,433) dengan N = 21, maka item tersebut dikatakan valid. Jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka item tersebut dikatakan tidak valid, sehingga harus dihilangkan atau direvisi. Tabel 2. nilai-nilai r product moment dapat dilihat pada lampiran 7.

(49)

b. Reliabilitas kuesioner

Reliabilitas kuesioner adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya, diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil (Masidjo, 1995:209). Suatu tes yang reliabel akan menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu atau berbagai pengukuran. Dengan kata lain skor-skor dari berbagai pengukuran tidak menunjukkan penyimpangan atau perbedaan yang berarti.

Pengujian tingkat reliabilitas kuesioner ditempuh dengan metode

Cronbach Alfa. Pengujian reliabilitas dengan teknik Cronbach Alfa

dilakukan untuk jenis data interval (Sugiyono, 2003:282). Rumus yang dipakai adalah:

k Si²

r = 1 –

(k – 1) St²

Keterangan rumus:

k = mean kuadrat antara subyek Si² = mean kuadrat kesalahan

St² = varians total

Rumus untuk varians total dan varians item: Xt² ( Xt

St² = –

(50)

33

JKi² JKs

Si² = –

n n²

Keterangan rumus:

JKi² = jumlah kuadrat seluruh item

JKs = jumlah kuadrat subyek

Penghitungan tingkat reliabilitas kuesioner dengan bantuan komputer melalui program SPSS 11.0 for Windows. Menurut Nunnaly (dalam Ghozali, 2001:133), jika nilai hitung dari Cronbach Alfa di atas 0,60 maka kuesioner tersebut memenuhi syarat reliabilitas. Hasil penghitungan menunjukkan nilai reliabilitas dari Cronbach Alfa adalah sebesar 0,9799 (seperti pada lampiran 4). Nilai r hitung dari Cronbach Alfa (0,9799) adalah lebih besar dari 0,60 sehinggga kuesioner tergolong reliabel. Kuesioner penelitian (final) dapat dilihat pada lampiran 3. Kisi-kisi kuesioner dapat dilihat pada lampiran 2.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Secara garis besar prosedur pengumpulan data dilaksanakan melalui dua tahap: 1. Tahap Persiapan

(51)

peneliti menimba ilmu. Surat permohonan ijin uji coba kuesioner dapat dilihat pada lampiran 1.

Uji coba kuesioner dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 10 Mei 2007, pukul 10.45-11.05 WIB. Jumlah responden ada 21 mahasiswa. Peneliti memilih melaksanakan uji coba kuesioner di Universitas Negri Yogyakarta, pada mahasiswa semester VI, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dengan alasan: (1) para mahasiswa tersebut mempunyai karakteristik yang sama/hampir sama dengan kelompok responden sasaran, (2) letak Universitas Negri Yogyakarta berdekatan dengan kampus peneliti, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya pengurusan uji coba kuesioner penelitian, (3) uji coba kuesioner dilaksanakan untuk mengetahui pemahaman responden terhadap kalimat yang digunakan dalam kuesioner, dan mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner.

2. Tahap Pelaksanaan

(52)

35

Proses pengumpulan data dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Peneliti mempersiapkan diri 15 menit lebih awal dari waktu yang telah ditetapkan.

b. Peneliti membagikan lembar kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

c. Peneliti memberikan penjelasan umum tentang maksud dan tujuan penelitian.

d. Peneliti menjelaskan petunjuk dalam mengerjakan kuesioner. Responden diberi kesempatan menanyakan hal-hal yang belum jelas.

e. Peneliti mempersilahkan responden untuk mengisi kuesioner.

f. Peneliti memeriksa kembali kelengkapan lembar kuesioner dan jawaban, setelah semua kuesioner selesai dikerjakan dan terkumpul.

E. Teknik Analisis Data

(53)

1. Menentukan skor dari tiap pilihan jawaban. Untuk pilihan jawaban sangat mampu (SM) mendapat skor 5, mampu (M) mendapat skor 4, cukup mampu (CM) mendapat skor 3, kurang mampu (KM) mendapat skor 2, dan sangat kurang mampu (SKM) mendapat skor 1.

2. Membuat tabulasi skor dari item-item kuesioner dan menghitung skor total masing-masing responden.

3. Skor total masing-masing responden diolah berdasar pedoman: Skor total yang dicapai

permahasiswa

Persepsi mahasiswa terhadap kompetensinya

> (M + 2S) Sangat tinggi

M + 1S s/d M + 2S Tinggi

M – 1S s/d M + 1S Cukup tinggi

M – 2S s/d M – 1S Rendah

< (M – 1S) Sangat rendah

(54)

37 BAB IV

ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bagian ini disajikan analisis data penelitian dan pembahasannya secara berurutan.

C. Analisis Data Penelitian

Analisis data penelitian dimulai dengan menentukan skor dari tiap pilihan jawaban. Untuk pilihan jawaban sangat mampu (SM) mendapat skor 5, mampu (M) mendapat skor 4, cukup mampu (CM) mendapat skor 3, kurang mampu (KM) mendapat skor 2, dan sangat kurang mampu (SKM) mendapat skor 1. Langkah berikutnya adalah mentabulasi skor masing-masing responden (tabulasi skor penelitian dapat dilihat pada lampiran 6), dilanjutkan dengan mencari besar mean (M), dan deviasi standar (S).

Diketahui: N = 35

Jumlah semua skor ( X) = 11102

Total skor tertinggi yang mungkin dicapai: 5 x 92 = 460 X 11102

(55)

1

Deviasi standar (S) = N X² - ( X)² N

Keterangan rumus:

X = skor yang dicapai responden N = jumlah responden

Untuk menghitung S dengan rumus angka kasar seperti di atas, harus dibuat tabel pembantu terlebih dahulu. Tabel 3. persiapan penghitungan S skor-skor dengan rumus angka kasar dapat dilihat pada lampiran 8. Penghitungan deviasi standar sebagai berikut:

1

S = N X² – ( X)² N

1 = 35 x 3558688 – (11102)² 35

1 = 124554080 – 123254404

35 1

(56)

39

Langkah berikutnya adalah mengkategorikan masing-masing mahasiswa menurut persepsi terhadap kompetensinya berdasar pedoman:

Skor-skor Persepsi mahasiswa terhadap kompetensinya > (M + 2S) Sangat tinggi

M + 1S s/d M + 2S Tinggi

M – 1S s/d M + 1S Cukup tinggi

M – 2S s/d M – 1S Rendah

< (M – 1S) Sangat rendah > (M + 2S) = 317 + 2 x 33 = 383

(persepsi terhadap tingkat kompetensi: sangat tinggi) M + 1S s/d M + 2S = 317 + 1 x 33 dan 317 + 2 x 33

= 350 dan 383 (tinggi)

M – 1S s/d M + 1S = 317 – 1 x 33 dan 317 + 1 x 33 = 284 dan 350 (cukup tinggi) M – 2S s/d M – 1S = 317 – 2 x 33 dan 317 – 1 x 33

= 251 dan 284 (rendah) < (M – 1S) = 317 – 2 x 33 = 251

(sangat rendah)

Karena M + 1S merupakan batas bawah dari kategori persepsi tinggi, maka batas atas dari kategori persepsi cukup tinggi menjadi M + 1S – 1 = 349.

Karena M – 1S merupakan batas bawah dari kategori persepsi cukup tinggi, batas atas dari kategori persepsi rendah menjadi M – 1S – 1 = 283.

Apabila skala di atas disederhanakan, menjadi:

Skor-skor Persepsi mahasiswa terhadap kompetensinya

460 (> 383) Sangat tinggi

350 – 383 Tinggi

284 – 349 Cukup tinggi

251 – 283 Rendah

(57)

Berdasar pengkategorian mahasiswa sesuai persepsi terhadap kompetensinya dapat diketahui hasil penelitian ini seperti yang terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.

Hasil Pengkategorian Persepsi Mahasiswa Terhadap Kompetensinya

No Persepsi mahasiswa terhadap kompetensinya Jumlah Prosentase

1. Sangat tinggi 0 0%

2. Tinggi 9 26%

3. Cukup tinggi 21 60%

4. Rendah 5 14%

5. Sangat rendah 0 0%

D. Pembahasan

Hasil penelitian tentang persepsi mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap kompetensinya sebagai calon konselor sekolah menunjukkan bahwa:

1. Mahasiswa yang berpersepsi bahwa dirinya mempunyai kompetensi sangat tinggi sebagai calon konselor sekolah tidak ada (0%).

(58)

41

tidak cukup secara teoritis dan praktis di kelas, masih butuh praktek (aplikasi teori) yang intensif dan berkelanjutan di lapangan.

Hal ini sejalan dengan tujuan diadakannya PPL untuk mahasiswa di akhir semester VI menurut buku Pedoman Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan di SMP, Praktek Lapangan di SMA dan dalam Komunitas (2004:1), yakni:

a. Mahasiswa memperluas dan memperdalam pemahamannya dalam bidang bimbingan melalui pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. b. Mahasiswa mempertegas sikap-sikapnya sebagai seorang calon guru

pembimbing (konselor sekolah).

c. Mahasiswa meningkatkan semangat kerjasama dengan rekan-rekan dalam kelompok dan dengan para pendidik serta pimpinan sekolah.

Penguasaan kompetensi yang masih terbatas tentu berpengaruh pada persepsi mahasiswa yang bersangkutan terhadap tingkat kompetensinya sebagai calon konselor sekolah. Karena penguasaan kompetensi yang masih terbatas, wajar apabila mahasiswa semester VI yang berpersepsi bahwa dirinya mempunyai tingkat kompetensi sangat tinggi belum ada pada saat ini. 2. Mahasiswa yang berpersepsi bahwa dirinya mempunyai kompetensi tinggi

sebagai calon konselor sekolah ada 9 orang (26%).

(59)

kegiatan PPL yang akan dilaksanakan pada akhir semester VI, mahasiswa pada kelompok ini sudah siap secara mental untuk diterjunkan ke lapangan (sekolah), dan diharap mampu melaksanakan tugas-tugasnya secara maksimal sebagai calon konselor handal.

Mahasiswa semester VI yang mampunyai persepsi bahwa dirinya mempunyai tingkat kompetensi tinggi dalam penelitian ini mungkin juga mempunyai prestasi akademik yang baik. Mungkin mereka dapat menempuh perkuliahan dengan lancar, sehingga tergolong mampu menguasai ilmu-ilmu bimbingan dan konseling secara teoritis maupun praktis sesuai masa studi yang telah dilalui.

3. Mahasiswa yang berpersepsi bahwa dirinya mempunyai kompetensi cukup tinggi sebagai calon konselor sekolah ada 21 orang (60%).

Ternyata sebagian besar mahasiswa semester VI berada pada kelompok ini. Mahasiswa pada kelompok ini sudah mempunyai persepsi yang positif berkaitan dengan kompetensinya sebagai calon konselor sekolah. Dikaitkan dengan kegiatan PPL yang akan dilaksanakan pada akhir semester VI, mereka sudah cukup siap secara mental diterjunkan ke lapangan (sekolah) dan diharap mampu melaksanakan tugas-tugasnya secara maksimal sebagai calon konselor handal.

(60)

43

menempuh perkuliahan dengan cukup lancar, sehingga cukup mampu menguasai ilmu-ilmu bimbingan dan konseling secara teoritis maupun praktis sesuai masa studi yang telah dilalui.

4. Mahasiswa yang berpersepsi bahwa dirinya mempunyai kompetensi rendah sebagai calon konselor sekolah ada 5 orang (14%).

Ternyata mahasiswa semester VI pada kelompok ini cukup sedikit. Mahasiswa yang bersangkutan belum mempunyai persepsi yang positif berkaitan dengan tingkat kompetensinya sebagai calon konselor sekolah. Dikaitkan dengan kegiatan PPL yang akan dilaksanakan pada akhir semester VI, mahasiswa pada golongan ini secara mental belum siap diterjunkan ke lapangan (sekolah).

Mahasiswa semester VI yang mampunyai persepsi bahwa dirinya mempunyai tingkat kompetensi rendah dalam penelitian ini mungkin juga mempunyai prestasi akademik yang belum baik. Mungkin mereka belum dapat menempuh perkuliahan dengan maksimal, sehingga penguasaan ilmu-ilmu bimbingan dan konseling secara teoritis maupun praktis sesuai masa studi yang telah dilalui masih kurang.

5. Mahasiswa yang berpersepsi bahwa dirinya mempunyai tingkat kompetensi sangat rendah sebagai calon konselor sekolah tidak ada (0%).

(61)

pembelajaran mahasiswa semester VI sesuai masa studi yang dilalui termasuk baik.

(62)

45 BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN-SARAN

Dalam bagian ini disajikan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran-saran untuk dijadikan bahan pertimbangan.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari analisis data yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Mahasiswa semester VI Tahun Akademik 2006/2007 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berpersepsi bahwa dirinya mempunyai kompetensi sangat tinggi sebagai calon konselor sekolah tidak ada (0%).

2. Mahasiswa yang berpersepsi bahwa dirinya mempunyai kompetensi tinggi sebagai calon konselor sekolah ada 9 orang (26%).

3. Mahasiswa yang berpersepsi bahwa dirinya mempunyai kompetensi cukup tinggi sebagai calon konselor sekolah ada 21 orang (60%).

4. Mahasiswa yang berpersepsi bahwa dirinya mempunyai kompetensi rendah sebagai calon konselor sekolah ada 5 orang (14%).

(63)

B. Keterbatasan

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak kekurangan/keterbatasan sehingga jauh dari sempurna. Keterbatasan penelitian ini antara lain:

1. Keterbatasan alat pengumpul data dan responden. Ada kemungkinan responden kurang bisa memahami dan mengerti beberapa item pertanyaan dalam kuesioner karena terdapat beberapa istilah sukar. Responden yang terjangkau dalam penelitian ini ada 35 mahasiswa dari 44 responden sasaran. Karena keterbatasan waktu, pengumpulan data penelitian dilakukan tidak pada jam perkuliahan, sehingga sulit mencari kesempatan mendapati seluruh responden berada pada tempat dan jam yang sama.

2. Rumusan masalah penelitian ini hanya ada satu, sehingga masih ada hal-hal yang sebenarnya masih bisa diungkap.

C. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran-saran untuk dijadikan bahan pertimbangan.

1. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(64)

47

bidang bimbingan dan konseling sebagai calon konselor sekolah, kiranya juga menjadi tanggung jawab Program Studi Bimbingan dan Konseling untuk membantu peningkatan kualitas mental dan pembelajaran dari mahasiswa yang bersangkutan. Jika ketidaksiapan mental mereka tidak mampu diatasi, bagi mahasiswa yang melaksanakan PPL akan berdampak pada kualitas kinerjanya di lapangan, lebih lanjut akan berdampak pada kualitas lulusan Program Studi Bimbingan dan Konseling.

2. Bagi mahasiswa semester VI Program Studi Bimbingan dan Konseling, yang menjadi subyek penelitian ini.

Mahasiswa semester VI yang berpersepsi bahwa dirinya mempunyai kompetensi yang tinggi dan dapat dikatakan mempunyai kesiapan mental yang baik untuk melaksanakan PPL di sekolah, hendaknya terus menjaga dan meningkatkan kualitas mental dan pembelajarannya untuk menghadapi PPL dan praktek selanjutnya, sehingga kelak menjadi konselor sekolah yang benar-benar berkualitas. Bagi mahasiswa yang berpersepsi bahwa dirinya mempunyai kompetensi yang rendah dan dapat dikatakan belum mempunyai kesiapan mental dalam mengahadapi PPL, hendaknya terus mengusahakan peningkatan mental dan pembelajarannya untuk menghadapi PPL dan praktek selanjutnya, sehingga kelakpun menjadi konselor sekolah yang berkualitas. 3. Bagi peneliti selanjutnya.

(65)
(66)

49

DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). 2005. Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Bandung

Atkinson. 1997. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.

Buku Pedoman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2001. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan Di SMP, Praktek

Lapangan Di SMA, dan Dalam Komunitas. 2004. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ghozali. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hadjar Ibnu, Drs. M.Ed. 1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Hastuti, Dr. MM. M,Si. 2004. Quo Vadis Profesi Konselor di Era Globalisasi.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Irwanto, dkk. 1988. Psikologi Umum. Jakarta: Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik Jalaludin, Drs. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di

(67)

Nazir, Ph.D. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Peraturan Akademik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2002.

Prayitno. 1987. Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Prayitno. 2004. Arah Standardisasi Profesi Konseling (makalah yang disampaikan pada seminar nasional “Quo Vadis Profesi Konselor di Era Globalisasi” yang diselenggarakan program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta).

Ronny Kountour, D.M.S., Ph.D. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: PPM Sugiyono, Dr. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Thantawy, Dr. M.A. 2005. Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Grasindo.

Wasito Hermawan, Drs. 1992. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK).

(68)

51

LAMPIRAN

Surat permohonan ijin uji coba kuesioner, kisi-kisi kuesioner

penelitian, kuesioner penelitian, uji validitas dan reliabilitas

kuesioner uji coba, tabulasi skor uji coba kuesioner, tabulasi skor

penelitian, tabel r

Product moment

, tabel persiapan penghitungan S

(69)
(70)

53

KISI-KISI KUESIONER PENELITIAN

(71)
(72)
(73)

No Variabel Kompetensi Subkompetensi Indikator No

e) Mengelola diri secara efektif.

(74)
(75)
(76)

59

(77)
(78)

61

a) Melakukan penilaian kebutuhan layanan bimbingan

dan konseling.

(79)
(80)

63

No Variabel Kompetensi Subkompetensi Indikator No

item

.

4) Memanfaatkan hasil riset dalam bimbingan dan konseling.

c) Melaporkan hasil riset. a) Membaca dan

menafsirkan hasil riset. b) Memanfaatkan hasil riset untuk

pengembangan bimbingan dan konseling.

(81)

Yogyakarta, Juli 2007

Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner

Kepada

Mahasiswa semester VI, Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Dengan hormat,

Saya adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Saya bermaksud mengadakan kegiatan penelitian dalam rangka penyusunan tugas akhir (skripsi) saya. Judul skripsi saya adalah “Persepsi Mahasiswa Semester VI Tahun Akademik 2006/2007 Pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Terhadap Kompetensinya Sebagai Calon Konselor Sekolah”.

Sehubungan dengan hal ini, saya mohon kesediaan rekan-rekan menjadi responden penelitian saya. Saya berharap rekan-rekan berkenan untuk menjawab keseluruhan pertanyaan dalam kuesioner ini, sesuai dengan keadaan yang rekan-rekan alami. Sesuai dengan etika penelitian, jawaban rekan-rekan akan saya rahasiakan dan semata-mata digunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Demikian permohonan saya. Atas perhatian dan partisipasi rekan-rekan, saya ucapkan banyak terima kasih.

Hormat saya,

(82)

65

KUESIONER PENELITIAN

Petunjuk:

Di bawah ini disajikan daftar pernyataan tentang kompetensi calon konselor sekolah. Sebagai calon konselor, seberapa mampukah Anda dalam hal-hal berikut? Berikan tanda centang ( ) pada kolom alternatif jawaban yang sesuai bagi Anda. Alternatif jawaban adalah sebagai berikut:

SM: Sangat mampu CM: Cukup mampu SKM: Sangat kurang mampu M : Mampu KM: Kurang mampu

Alternatif jawaban No Seberapa mampukah Anda dalam hal-hal berikut?

SM M CM KM SKM 1. Memahami hakikat kebenaran dan sistem nilai yang

mendasari proses-proses pendidikan.

2. Memahami proses pembentukan perilaku individu dalam proses pendidikan.

3. Memahami karakteristik individu berdasar usia, gender, ras, etnisitas, status sosial, dan ekonomi yang dapat mempengaruhi individu dan kelompok.

4. Memahami ragam budaya yang dapat mempengaruhi perilaku individu dan kelompok.

5. Memahami dan menunjukkan sikap penerimaan terhadap perbedaan sudut pandang subyektif antara konselor dengan klien.

6. Peka, toleran, dan responsif terhadap perbedaan budaya klien.

7. Memahami hubungan antar unsur-unsur pendidikan (pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, metode pendidikan, dan lingkungan pendidikan).

8. Memilih dan menggunakan alat-alat pendidikan (kewibawaan, kasih sayang, kelembutan, keteladanan, hadiah, dan hukuman yang mendidik).

9. Berperilaku membantu berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(83)

SM: Sangat mampu CM: Cukup mampu SKM: Sangat kurang mampu M : Mampu KM: Kurang mampu

Alternatif jawaban No Seberapa mampukah Anda dalam hal-hal berikut?

SM M CM KM SKM 11. Bersikap hangat dan penuh perhatian terhadap klien.

12. Secara verbal dan nonverbal mengkomunikasikan rasa hormat konselor terhadap klien sebagai pribadi yang berguna dan bertanggung jawab.

13. Mengkomunikasikan harapan, mengekspresikan keyakinan bahwa klien memiliki kapasitas untuk memecahkan problem, menata, mengatur hidupnya, dan berkembang.

14. Bersikap empati dan atribusi secara tepat.

15. Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian serta kontrol diri yang baik.

16. Toleran terhadap stress dan frustrasi.

17. Berpikir positif terhadap orang lain dan lingkungannya. 18. Menyadari bahwa nilai-nilai pribadi konselor dapat

mempengaruhi respon-respon konselor terhadap klien. 19. Menghindari sikap-sikap prasangka dan stereotipe

terhadap klien.

20. Menghargai nilai-nilai pribadi klien.

21. Memahami kekuatan dan keterbatasan personal dan profesional.

22. Mengelola diri secara efektif.

23. Bekerja sama secara produktif dengan teman sejawat dan anggota profesi lain.

24. Secara konsisten menampilkan perilaku sesuai dengan kode etik profesi.

25. Menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan secara etik.

26. Berperilaku obyektif terhadap pandangan, nilai-nilai, dan reaksi emosional klien yang berbeda dengan konselor.

27. Menjelaskan mekanisme perilaku menurut berbagai pendekatan.

(84)

67

SM: Sangat mampu CM: Cukup mampu SKM: Sangat kurang mampu M : Mampu KM: Kurang mampu

Alternatif jawaban No Seberapa mampukah Anda dalam hal-hal berikut?

SM M CM KM SKM 29. Menjelaskan hubungan antara motivasi dan emosi.

30. Menjelaskan mekanisme pertahanan diri. 31. Menjelaskan proses pembentukan kepribadian.

32. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian.

33. Menjelaskan ciri-ciri kepribadian yang sehat 34. Menjelaskan bentuk-bentuk gangguan kepribadian. 35. Menjelaskan prinsip-prinsip perkembangan.

36. Menjelaskan proses perkembangan individu. 37. Menjelaskan aspek-aspek perkembangan. 38. Menjelaskan fase dan tugas perkembangan.

39. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan.

40. Memilih srategi intervensi perkembangan individu sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik individu dan kelompok.

41. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan individu.

42. Menunjukkan alasan dan pentingnya penggunaan

assessment.

43. Menunjukkan bukti kebenaran, jenis kebenaran, dan hubungan antar kebenaran dalam assessment secara obyektif.

44. Menjelaskan konsep validitas, reabilitas, dan daya beda dalam pengembangan instrumen.

45. Menjelaskan konsep statistika dalam assessment

meliputi timbangan pengukuran, ukuran kecondongan terpusat, indeks variabilitas, bentuk dan jenis distribusi, serta korelasi.

46. Menjelaskan teori kesalahan pengukuran, model dan penggunaan informasi keterandalan, serta hubungan antara kebenaran dengan keterandalan.

47. Mengenali kelebihan dan kekurangan teknik

assessment melalui tes.

48. Mengenali kelebihan dan kekurangan teknik

(85)

SM: Sangat mampu CM: Cukup mampu SKM: Sangat kurang mampu M : Mampu KM: Kurang mampu

Alternatif jawaban No Seberapa mampukah Anda dalam hal-hal berikut?

SM M CM KM SKM 49. Menentukan teknik-teknik assessment sesuai dengan

pertimbangan usia, gender, orientasi seksual, ethnik, bahasa, kultur, agama, dan faktor lain dalam

assessment individual, kelompok, dan populasi spesifik.

50. Menggunakan tes psikologis dan menginterpretasikan hasilnya.

51. Menggunakan instrumen non-tes dalam assessment

psikologis dan menginterpretasikan hasilnya.

52. Menggunakan komputer dan teknologi informasi sebagai alat bantu assessment.

53. Mendokumentasikan hasil assessment secara sistematis dan mudah diakses.

54. Memilih hasil assessment untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling.

55. Memprediksikan perkembangan individu dan atau kelompok dalam menghadapi perubahan.

56. Mengelola konferensi kasus dalam alur assessment.

57. Mengembangkan intrumen tes. 58. Mengembangkan instrumen non-tes.

59. Menjelaskan konsep dasar bimbingan dan konseling. 60. Menjelaskan asas-asas bimbingan dan konseling. 61. Menjelaskan fungsi bimbingan dan konseling. 62. Menjelaskan tujuan bimbingan dan konseling.

63. Menjelaskan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling. 64. Memberikan pelayanan bimbingan dan konseling

pribadi-sosial.

65. Memberikan pelayanan bimbingan dan konseling belajar.

66. Memberikan pelayanan bimbingan dan konseling karir. 67. Menjelaskan berbagai macam pendekatan dalam

bimbingan dan konseling.

68. Memilih pendekatan bimbingan dan konseling secara tepat.

Gambar

Tabel 1.  Jumlah Populasi Responden
Tabel 4.
Tabel 2. Nilai-nilai r Product Moment

Referensi

Dokumen terkait

oeruoertNu,r

Pada kesempatan yang sangat baik ini, perkenankanlah kami mengajak kita semua untuk memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat

Pasal 86 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 menyebutkan bahwa (1) orang tua atau wali pecandu yang belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1)

(skala perusahaan) adalah upaya secara lebih terinci beban atau biaya lingkungan dari aspek apa saja yang secara nyata memang menghasilkan biaya lingkungan. Dengan demikian

Berdasarkan perkembangan jenis pertunjukan dan keramaian dalam wilayah Jakarta, Peraturan Daerah tersebut tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, maka diganti dengan

menyatakan dengan sesungguh-sungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Pengembangan Tes Objektif Berbasis Digital Mata Pelajaran Pengantar Akuntansi dan Keuangan Materi

Berdasarkan pada pengalaman kami dan informasi yang ada, diharapkan tidak ada efek yang membahayakan jika ditangani sesuai dengan rekomendasi dan tindakan pencegahan yang sesuai

21 Menguasai standar Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dan kompetensi dasar kompetensi dasar mata pelajaran mata pelajaran yang diampu.