INTENSITAS IBADAH SHALAT FARDU
BAGI AKTIFIS ROHIS SMK MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
DESIYANA BHENIKAWATI NIM. 11111078
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
i
INTENSITAS IBADAH SHALAT FARDU
BAGI AKTIFIS ROHIS SMK MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
DESIYANA BHENIKAWATI NIM. 11111078
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
iii
INTENSITAS IBADAH SHALAT FARDU
BAGI AKTIFIS ROHIS SMK MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
DESIYANA BHENIKAWATI NIM. 11111078
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
- MAN JADDA WAJADA - MAN SHABARA ZHAFIRA
PERSEMBAHAN
Dengan Setulus hati skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Bapak Eko Susilo & Ibu Suwarni orang tuaku tercintadan mertuaku
tercinta (Bapak Slamet Hartopo dan Alm. Ibu Sri Rahayu) yang selalu
menyayangiku, mendukung, dan menyemangatiku. Terima
kasihatasuntaian doa yang tiada henti terucap dan dorongan untuk
mengerjakanskripsiini.
SemogainimenjadilangkahawaluntukmembuatBapakdanIbubanggaterha
dapku. TerimakasihBapak, terimakasihIbu
Suamiku tercinta (Agung Dwi Irawan) dan calon buah hatiku
yang selalu ku sayangi sepanjang hidupku. Terima kasih atas semangat dan dukungan yang selalu engkau berikan untukku Kakakku (Danang, Isnuriayah, Eko, Nur), adikku (Desiyani,
Setiawan, Iik), serta keponakanku (Arsyad, Airin) dan seluruh keluarga yang selalu memberi semangat dan doa untukku
Bapak Ibu Guru SDN Bakalrejo 02 yang telah menjadi patner
kerja yang baik, terimakasih untuk semangat yang selalu kalian berikan.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir skripsi dengan judul “Intensitas Ibadah Shalat Fardu Bagi Aktifis Rohis
SMK Muhammadiyah Salatiga Tahun 2016/2017”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam NegeriSalatiga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H.Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMK Muhammadiyah Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd selaku Dekan FTKI IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga
4. Bapak Dr.Imam Sutomo, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, memberikan nasehat, arahan, serta masukan-masukan yang sangat membangun dalam penyelesaian tugas akhirini.
5. Kedua orangtuaku tercinta, Ibu Suwarni dan Bapak Eko Susilo atas segala limpahan kasih sayang dan cinta yang tak pernah putus, atas segala dukungan baik moral maupun materiil. Keikhlasan dan ketulusan doa yang selalu menyertai langkah penulis tidak akan bias terbalaskan. You’re the best I everhad.
ix
untuk mengerjakan skripsni ini. Always Love You.
7. Segenap keluarga besar kakak- kakak ku Danang Nugroho Jati/ Isnurriyah dan ponakanku Arsyad Muhammad Akhdan dan
kembaranku Desiyani Bhenikawati beserta suami terimakasih buat
do’a tulus kalian semua,semngat kalian begitu berharga buatku.
8. Seluruh dosen dan petugas admin JurusanPendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung.
9. Segenap keluarga besar SMK Muhammadiyah Salatiga yang telah membantu penulis dalam penelitian.
10. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap kritikdan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya.Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.
Amin yarobbal’alamin
x
ABSTRAK
Bhenikawati, Desiyana. 2017. Intensitas Ibadah Shalat Fardu Bagi Aktifis Rohis SMK Muhammadiyah Salatiga Tahun 2016/2017. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing : Dr. Imam Sutomo, M.Ag
Kata Kunci: Intensitas Ibadah Shalat Fardu, Rohis
Rohis adalah sebuah organisasi untuk memperdalam ilmu keislaman yang biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler di SMP maupun SMA yang kepengurusanya diatur layaknya seperti OSIS. Mengikuti organisasi sekolah dapat meningkatkan skillyang dimiliki siswa. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pengaruh keaktifan mengikuti kegiatan Rohis terhadap peningkatan intensitas ibadah shalat fardu siswa SMK Muhammadiyah Salatiga. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana intensitas pelaksanaan shalat fardu siswa sehari-hari? (2) Bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan Rohis? (3)Adakah relefansi antara siswa yang aktif di Rohis dengan Intensitas ibadah shalat fardunya?
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pelaksanaan ibadah shalat fardu siswa SMK Muhammadiyah Salatiga (2) untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan Rohis di SMK Muhammadiyah Salatiga (3) untuk mengetahui relefansi antara siswa yang aktif mengikuti Rohis dengan inten sitas ibadah shalat fardunya di SMK Muhammadiyah Salatiga. Adapun jemis penelitian adalah kualitatif karena data yang digunakan adalah data diskriptif sesuai kondisi objek yang alamiah dan penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Objek dalam penelitian ini adalah siswa SMK Muhammadiyah Salatiga yang aktif mengikuti kegiatan Rohis sebanyak 9 orang dari kelas X-XII.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... ...i
LEMBAR BERLOGO ... ...ii
HALAMAN JUDUL ... ...iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ...iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... ...v
DEKLARASI ... ...vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ...vii
KATA PENGANTAR ... ...viii
ABSTRAK ... ...x
DAFTAR ISI ... ...xi
DAFTAR TABEL ... ...xiv
DAFTAR GAMBAR ... ...xv
DAFTAR LAMPIRAN ... ...xvi
BAB I PENDAHULUAN ... ...1
A. LatarBelakangMasalah ... ... 1
B. RumusanMasalah ... ...4
C. TujuanPenelitian ... ...4
D. Manfaat Penelitian ... ...5
E. Penegasan Istilah... ...6
F. Metodologi Penelitian ... ...7
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... ...15
A. Ibadah Shalat Fardu... ...15
1. Pengerian Ibadah Salat Fardu ... ...15
2. Dasar kewajiban Shalat Fardu ... ...17
3. Keistimewaan shalat Fardu ... ...18
4. Syarat-syarat shalat...19
5. Rukun Shalat...22
6. Shalat Jama’ dan Qoshar...23
B. Aktif Mengikuti RohaniI Islam ... ...24
1. Organisasi Rohani Islam ... . ...24
2. Dasar dan Program Kerja Rohis ... ...25
3. Fungsi Rohis...27
4. Faktor-faktor penunjang keberhasilan Rohis...27
5. Proses Sosialisasi...30
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan rohis...33
C. Intensitas Ibadah Shalat Fardu Siswa Setelah Aktif Mengikuti Rohani Islam (Rohis) ... ...34
1. Keaktifan dalam berorganisasi ... ...34
2. Intensitas Ibadah Shalat Fardu Siswa setalah Aktif mengikuti Rohani Islam (Rohis) ... ...37
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN...39
xiii
1. Sejarah singkat SMK Muhammadiyah Salatiga ... ...39
2. Visi dan Misi...40
3. Tujuan Sekolah...41
4. Data Guru dan Pegawai...41
B. Keadaan Organisasi Rohis ... ...42
1. Susunan pengurus Rohis ... ...42
2. Bentuk aktivitas Rohis SMK Muhammadiyah Salatiga ... ...43
C. Hasil Wawancara dan Observasi...46
1. Wawancara ...63
2. Observasi...62
BAB IV ANALISIS DATA ... ...65
A. Intensitas Ibadah Shalat Fardu Siswa ... ...65
B. Keaktifan Mengikuti Rohis ... ...69
C. Intensitas Ibadah Shalat Fardu Siswa setelah Aktif mengikuti Rohani Islam (Rohis)...81
BAB V PENUTUP ... ...83
A. Kesimpulan ... ...83
B. Saran-Saran ... ...84
DAFTAR PUSTAKA ... ...86
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp. 1: Pedoman wawancara...89
Lamp. 2: Transkip wawancara...92
Lamp. 3: Dokumentasi...100
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pendidikan agama menjadi sorotan tajam masyarakat. Banyaknya perilaku menyimpang peserta didik dan remaja pada umumnya yang tidak sesuai dengan norma agama akhir-akhir ini mendorong berbagai pihak mempertanyakan efektivitas pelaksanaan pendidikan agama di sekolah. Rendahnya kualitas Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah bukan merupakan satu-satunya faktor penyebab terjadinya penyimpangan perilaku peserta didik, namun peran PAI harus menjadi agent of change dalam mengubah perilaku peserta didik ke arah yang lebih baik.
Proses pembelajran PAI dirasa belumlah efektif, sebagian siswa lebih terfokus pada pengembangan kemampuan kognitif dan minim dalam pembentukan sikap (afektif), pembiasaan dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan (psikomotor). Selain itu, indikasi adanya perilaku peserta didik yang mengarah pada religious culture dan kontras dengan deskripsi remaja umumnya di kota Salatiga. Realitas sikap keberagamaan siswa di SMK mengalami kemunduran, ini dapat terlihat dari sikap siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama antara lain: siswa sering lalai melaksanakan kewajibannya kepada Allah swt terutama shalat fardu1, oleh karenanya, pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah tidak hanya diberikan
1
2
berupa materi-materi saja tetapi juga mengadakan praktik jika ada keterkaitan dengan perbuatan ibadah, seperti shalat, puasa, mengaji, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perbuatan dalam Pendidikan Agama Islam.
Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) bersama Goethe Institute yang menunjukkan bahwa kaum muda muslim cukup rendah dalam menjalankan kewajiban shalat 5 waktu dan juga membaca Al Qur‟an, namun mereka menjunjung tinggi nilai- nilai konservatif. Survei juga menunjukkan kaum muda Islam yang selalu menunaikan shalat 5 waktu (28,7 persen), yang sering menunaikan shalat 5 waktu (30,2 persen), yang kadang-kadang menunaikan shalat 5 waktu (39,7 persen), dan yang tidak pernah shalat 5 waktu (1,2 persen). Dari hasil data tersebut untuk yang selalu menjalankan shalat 5 waktu ternyata cukup rendah, papar Burhanudin (detikNews, 4-6-2011).
Menurut Depdiknas (2003) berhubungan dengan hal tersebut, dalam standar kompetensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berisi kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh Pendidikan Agama Islam di SMK adalah mampu mempraktikan shalat. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
3
masih dianggap belum mampu untuk meningkatkan sikap keberagamaan siswa. Sehingga usaha yang dilakukan pihak sekolah untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan membentuk suatu wadah kerohanian yaitu kegiatan Rohani Islam (ROHIS) yang diharap mampu membantu siswa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam. Rohis merupakan salah satu dari kegiatan yang berbasiskan agama. Dalam kegiatan ini terdapat program-program yang diusahakan dapat menciptakan dan membangun sikap keberagamaan siswa di antaranya adalah pengajian, bakti sosial, pesantren kilat, peringatan hari besar Islam (PHBI), seni baca al-Qur‟an, praktik pengamalan ibadah dan kreasi remaja muslim (krem). Kegiatan keagamaan pun berjalan dengan didasari sikap toleransi antar umat beragama. Bahkan menurut Muhaimin (2009), diperlukan pula kerjasama yang harmonis dan interaktif di antara para warga sekolah dan para tenaga kependidikan yang ada di dalamnya.
4
membangun moral bangsa (nation character building), terlebih dalam hal peningkatan ibadah shalat.
Dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “INTENSITAS IBADAH SHALAT FARDU BAGI AKTIFIS ROHIS SMK MUHAMMADIYAH SALATIGA Tahun 2016/2017”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana intensitas pelaksanaan shalat fardu siswa sehari-hari?
2. Bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan Rohis
3. Apakah ada peningkatan intensitas ibadah shalat fardu siswa setelah siswa mengikuti kegiatan Rohis?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pelaksanaan ibadah shalat siswa SMK Muhammadiyah Salatiga.
2. Mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ROHIS di SMK Muhammadiyah Salatiga.
5 D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan informasi yang bermanfaat, diantaranya :
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini akan bermanfaaat bagi lembaga pendidikan, terutama pembina dan pengurus ROHIS Hal ini dikarenakan pembina dan pengurus akan lebih kreatif lagi dalam menggunakan teknik yang tepat agar bisa memfasilitasi para siswa yang ingin memperdalam ilmu agamanya. Selain itu juga memberikan wacana sekaligus inspirasi dalam program pengembangan ROHIS siswa dalam kegiatan ibadah shalat siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti: dapat memperoleh pengalaman danpengetahuan secara langsung tentang kegiatan ROHIS dan pengalaman ibadah shalat siswa.
b. Bagi guru: hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan guru lebih berfikir kreatif dalam penanaman nilai-nilai keagamaan sehingga dapat memotivasi kedisiplinan siswa dalam mengerjakan shalat.
6 E. Penegasan Istilah
1. Intensitas Ibadah Shalat Fardu
Ibadah adalah hal memperhambakan diri kepada Allah dengan taat melaksanakan perintah dan anjuranNya serta menjauhi larangannya karena Allah semata.
Shalat secara bahasa adalah do‟a, sedangkan menurut isltilah adalah
menghadap hati (jiwa) kepada Allah, yang menimbulkan rasa takut akan Allah dan menimbulkan rasa kebesaran dan kekuasaan Allah dalam jiwa, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam (Tengku Muhammad, 2005: 50).
Indikator intensitas shalat fardu adalah
a. Pemahaman bacaan shalat fardu
b. Kelancaran bacaan shalat fardu
c. Ketepatan pelaksanaan shalat fardu
d. Kedisiplinan pelaksanaan shalat fardu
2. Keaktifan mengikuti Rohani Islam (Rohis)
7
Rohis adalah sebuah organisasi untuk memperdalam keislaman yang biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler di SMP maupun di SMA yang kepengurusannya diatur layaknya OSIS.
Sedangkan Rohis menurut penulis adalah kegiatan ekstrakrikuler yang sangat membantu dalam pengembangan agama Islam yang di dalam pelajaran sekolah sangatlah terbatas serta menjadikan siswa lebih termotivasi untuk belajar Pendidikan Agama Islam (PAI).
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian berupa studi kasus. Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian suatu unit penelitian secara intensif. Teknik yang digunakan peneliti adalah teknik penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (Sugiyono, 2009:7). 2. Kehadiran Peneliti
8
yang muncul di lapangan dapat diperoleh secara akurat. 3. Lokasi penelitian
Sesuai judul penelitian, lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah Salatiga
4. Sumber Data
Sebelum penelitian dilaksanakan, maka perlu ditentukan sumber data yaitu subjek dari mana data diperoleh, sehingga peneliti memperoleh sumber data yang dipandang paling mengetahui dan berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti.
Responden adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan-pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto, 2010:107). Sedangkan informan adalah orang yang menjadi sumber data dalam penelitian (Alwi, 2007:794).
Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi dalam mengumpulkan data, maka yang menjadi sumber data adalah:
a. Kepala SMK Muhammadiyah Salatiga untuk mendapatkan data tentang efektivitas penyelenggaraan program pembinaan akhlak siswa di SMK Muhammadiyah Salatiga.
9
c. Guru bidang studi PAI untuk mendapatkan data tentang bagaimana intensitas ibadah shalat fardu siswa melalui hasil nilai praktik shalat ataupun pengamatan guru terhadap pelaksanaan shalat siswa
5. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian ini, maka digunakan teknik dalam pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi
Observasi atau yang dikenal dengan nama pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2008:128). Pengamatan yang terdapat dalam penelitian ini dilakukan di SMK Muhammadiyah Salatiga, dan dilakukan pada tahun 2017. Metode ini digunakan penulis dalam proses pengamatan secara langsung di SMK Muhammadiyah Salatiga
2. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data penelitian dengan tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih secara face to face
10 3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, ladger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998:236). Dokumentasiini digunakan penulis guna memperoleh gambaran umum dari keadaan SMK Muhammadiyah Salatiga sesuai apa yang dibutuhkan peneliti.
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Noeng Muhajir, 2002:142). Menyusun hasil data penelitian di lapangan dapat dianalisis sesuai yang dibutuhkan untuk penelitian oleh peneliti.
Dalam penelitian ini analisis data dengan menggunakan data melalui bentuk kata-kata atau kalimat dan dipisahkan menurut kategori yang jelas dan terperinci. Adapun langkah-langkah analisis yang penulis lakukan selama di lapangan adalah:
a. Reduksi Data (Data Reduction)
11
Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya (Sugiyono, 2012: 338).
Dalam hal ini peneliti mereduksi data dengan membuat kategori sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya dengan membuat pedoman observasi dan pedoman wawancara. Kemudian dari hasil data-data wawancara, observasi dan dokumentasi yang terkumpul, peneliti memilih yang pokok saja.
b. Penyajian Data (Data Display)
12 c. Verifikasi Data (Data Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan data verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukaan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode diskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai obyek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subyek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis. Setelah semua data terkumpul maka peneliti berusaha menjelaskan suatu objek permasalahan secara sistematis serta memberikan analisis secara cermat dan tepat terhadap pbjek kajian tersebut. Adapun teknik penarikan kesimpulan, peneliti menggunakan teknik induksi yaitu dari pengetahuan dan hasil penelitian mulai bab satu, dua, tiga, dan empat kemudian menuju pada kesimpulan yang bersifat umum pada bab lima. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini terkait dengan tela‟ah
pustaka terdahulu yang berusaha mengupas pembahasan tentang:
Imroatul Husna, tahun 2003, yang berjudul: Peranan Aktifitas Kerohanian Islam ”Al-Kausar” dalam menanamkan nilai-nilai agama
pada siswa SMU Negeri 1 Ponorogo. Menghasilkan temuan tentang nilai-nilai agama Islam di Sekolah, meliputi sholat dhuha, sholat
jama‟ah dan membaca Al- qur‟an melalui kegiatan ekstrakurikuler
13
Berdasarkan judul skripsi yang mereka angkat, maka penulis akan mengadakan penelitian, sehingga sampai saat ini gagasan penelitian muncul dan belum ditemukan penelitian yang membahas tentang:
Intensitas Ibadah Sahalat Fardu Siswa SMK Muhammadiyah Salatiga
yang Aktif mengikuti Rohani Islam (Rohis) hal ini sebagai bentuk betapa pentingnya Rohis bagi anak SMK dalam meningkatkan intensitas ibadah mereka.
G. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan skripsi untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi skripsi.
Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitia, penegasan istilah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka
14 BAB III : Hail Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan tentang profil sekolah, keadaan organisasi Rohis, serta hasil wawancara dan observasi.
BAB IV : Analisis Data
Pada bab ini akan diuraikan tentang analisis dari hasil wawancara dan obervasi yang sudah dilakukan oleh peneliti.
15 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Ibadah Shalat Fardu
1. Pengertian Ibadah Shalat Fardu
Ibadah berasal dari bahasa Arab berasal dari kata
دبع
ةدابع
yang berartitaat, tunduk, patuh, merendahkan diridan hina. Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh, merendahkan diri, dan hina diri di hadapan yang disembah disebut „abid (yang beribadah). Budak disebut dengan
دي ب ع karena dia harus tunduk dan patuh serta merendahkan diri terhadap
majikannya (tauhid.blogspot.com, 2005).
Dalam istilah syara‟ pengertian ibadah dijelaskan oleh para ulama
sebagai berikut:
a. Al-Jurjânî mengatakan:
Ibadah ialah perbuatan yang dilakukan oleh mukallaf, tidak menurut hawa nafsunya, untuk memuliakan Tuhannya.
b.Menurut Ibnu Katsîr:
Himpunan cinta, ketundukan, dan rasa takut yang sempurna
16
dapat ditangkap oleh panca indra. Maka ketaatan itu kepada objekyang abstrak (yaitu Allah), sedangkan ketundukan kepada objek yang kongkrit yang dapat ditangkap oleh pancaindra, seperti kepada penguasa (manusia, atau makhluk lain) tidak termasuk pengertian ibadah. Menurut kamus istilah fiqih, ibadah yaitu memperhambakan diri kepada Allah dengan taat melaksanakan segala perintah-Nya dan anjuran-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya karena Allah semata, baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan maupun perbuatan. Orang beribadah berusaha melengkapi dirinya dengan perasaan cinta, tunduk dan patuh kepada Allah swt (M. Abdul Majieb, 1994 : 109).
Shalat dalam bahasa berarti do‟a, sedangkan menurut istilah adalah
beberapa ucapan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir di akhiri dengan salam yang dengannya kita beribadat dengan Allah menurut syariat yang telah ditentukan .
Shalat adalah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadat, dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan syara (Tengku Muhammad, 2005: 50).
Menurut Alith (2009:5) shalat adalah ibadah utama umat islam sekaligus bentuk aktual dari penghambaan total yang pertamakaliwajib untuk dilaksanakan olehsetiap muslim yang telahmengucapkan dua kalimat syahadat, baligh dan sehat secara jasmani dan rohani.
17
mendapat pahala dan apabila ditinggalkan mendapat dosa. Dapat di simpulkan ibadah shalat fardhu secara harfiah adalah tingkat keseringan melakukan doa kepada Allah SWT. Sedangkan menurut istilah ibadah shalat fardu adalah tingkat keseringan dalam melakukan amal ibdah (perkataan dan perbuatan) yang diawali dengan takbirotul ikhrom dan diakhiri dengan salam.
2. Dasar Kewajiban Shalat Fardu
Dalil yang mewajibkan shalat sangat banyak baik dalam Al Qur‟an
maupun Hadis Nabi Muhammad SAW.
Dalil Al Qur‟an yang mewajibkan shalat antara lain:
a. Q.S Al Baqoroh: 43:
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku' [Al Baqoroh (2) ayat 43].
18 sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan ( Al Hajj: 77).
Ayat-ayat Allah SWT ini yang memerintahkan umat manusia mendirikan shalat, menyuruh mengerjakan shalat bersama-sama, menyatakan bahwa shalat menghalangi manusia dari rusak dan keji, memerintahkan agar melakukan shalat dengan cara yang sempurna dan menegaakan shalat diwaktu-waktu yang telah ditentukan.
3. Keistimewaan Ibadah Shalat
Shalat adalah penghubung antara hamba dengan tuhannya. Yang memiliki beberapa keistimewaan, antara lain:
a. Shalat adalah fardu yang mula-mula difardukan dari ibadat-ibadat badaniah.
b. Shalat adalah tiang agama
Shalat adalah tiang agama. Barang siapa mendirikan shalat sesungguhnya ia telah mendirikan agama, dan barang siapa meruntuhkn shalat, sesungguhnya ia telah meruntuhkan agama (H.R Al Baihaqy dari Umar R.A, Al Ihya 2:9).
c. Shalat lima waktu difardukan dimalam mi‟roj, dilangit.
19
alam tinggi). Hanya shalat fardulah yang diperintahkan secara langsung oleh Allah kepada nabi Muhammad, berbeda dengan ibadah yang lain yang disampaikan melalui malaikat Jibril dahulu.
Diperintahkan shalat fardu itu yang sebelumnya nabi terlebih dahulu dibersihkan dhohir dan batin dengan air zam-zam. Dan Allah SWT memerintahkan shalat kepada nabi Muhammad ketika beliau menghadap Allah menegaskan bahwa shalat itu ibadah yang luar biasa, suatu perbuatan yang sangat terhormat.
d. Shalat akhir wasiat nabi kita Muhammad SAW dan nabi-nabi yang lain. Dalam wasiatnya yang terakhir nabi mengatakan: ingatlah akan Allah, terhadap Shalat dan terhadap budak-budak sahaya yang kamu miliki (H.R. Ahmad, Risalah Ash Shalah:8).
e. Shalat permulaan amal yang dihisap diakhirat dan diakhir ibadah yang ditinggalkan umat didunia.
f. Shalat seutama-utama syair Islam, dan sekuat kuat tali perhubungan antara hamba dengan Allah (AshSidiqy,1951:20).
4. Syarat-syarat Shalat
Syarat-syarat wajib shalat yaitu: a. Islam
20 b. Balagh
Orang yang sudah balagh diwajibkan untuk melakukan shalat. Yang dimaksud dengan balagh ialah orang yang telah mencapai umur tertentu dan telah sampai umurnnya untuk melakukan kewajiban agama, laki-laki yang sudah mencapai balagh ditandai dengan mimpi, sedangkan perempuan ditandai dengan datangnya menstruasi. Batasan balagh ini menandakan bahwa anak balita yang belum mencapai balagh tidak memiliki kewajiban shalat.
c. Berakal
Orang yang berkal diwajibkan untuk shalat, yaitu orang yang sudah mumaziz dan memiliki akal yang sehat dan waras.
d. Suci dari hadas dan najis
Menghilangkan hadas kecil dengan berwudlu dan menghilangkan hadas besar dengan mandi besar. Menghilangkan najis yang berada di tiga tempat yaitu badan, pakaian, dan tempat shalat.
e. Menutup aurot
Batas aurot laki-laki adalah dari pusar sampai lutut sedangkan wanita adalah seluruh anggota badan kecuali muka dan telapak tangan. f. Masuk waktu
Waktu shalat ada lima waktu yaitu :
Waktu shalat dhuhur berawal ketika matahari condong ke arah barat
21 panjangnya.
Waktu shalat ashar, dimulai sejak keluarnya waktu dhuhur hingga
matahari menguning atau sampai bayangan mempunyai panjang dua kali lipat.
Waktu shalat manghrib, dimulai sejak matahari terbenam sampai
terbenamnya mega merah.
Waktu shalat isya‟, dimulai dari terbenamnya mega merah sampai
pertengahan malam, sedangkan waktu darurat sampai terbit fajar. Waktu shalat subuh, dimulai dari terbit fajar shadiq putih, sampai
terbit matahari (Sa‟id, 2006:204-207).
g. Menghadap kiblat
Menghadap ke baitul haram merupakan syarat sahnya shalat. h. Niat
Niat dalam hati. Menurut bahasa, niat berarti tujuan yakni
keeguhan hati untuk melakukan sesuatu(Sa‟id, 2006:257).
i. Telah sampai dakwah
Orang yang belum menerima perintah tidak dituntut dengan hukum. Firman Allah Q.S. AnNisa: 165
22 j. Jaga
Orang yang tidur tidur tidak wajib shalat, begitu pula orang yang lupa. Hal ini sebagaimana sabda Rosulullah SAW yang artinya :
“yang terlepas dari hukum ada tiga macam : kanak-kanak hingga
ia dewasa, orang tidur hingga ia bangun, orang gila hingga ia sembuh”(H.R. Abu daut dan ibnu majah).
5. Rukun Shalat
Rukun-rukun shalat diantaranya yaitu: a. Niat
b. Takbirotul ikhrom
c. Berdiri tegak bagi yang berkuasa ketika shalat fardhu. Boleh sambil duduk atau berbaring bagi yang sedang sakit
d. Membaca surat Al Fatikhah pada tiap-tiap rokaat
e. Ruku‟ dengan tumakninah
f. I‟tidal dengan tumakninah
g. Sujud dua kali dengan tumakninah
h. Duduk diantara dua sujud dengan tumakninah i. Duduk tasyahut akhir dengan tumakninah j. Membaca tasahud akhir
k. Membaca shalawat nabi pada tasahud akhir l. Membaca salam yang pertama
23 2008 :238).
6. Shalat Jama‟ dan Qashar
a. Shalat jama‟ berarti menggabungkan shalat, yaitu mengumpulkan dua
shalat fardu yang dilakasanakan dalam satu waktu. Misalnya shalat dhuhur dan ashar dikerjakan pada waktu dhuhur atau pada waktu ashar. Shalat jama‟ ini boleh dilaksanakan karena beberapa alasan (halangan)
berikut:
1) dalam perjalanan yang bukan untuk maksiat 2) apabila turun hujan lebat
3) karena sakit dan takut
4) jarak yang ditempuh cukup jauh yakni kurang lebihnya 81 km b. Shalat Qashar adalah shalat yang diringkas, yaitu shalat fardu yang 4
(empat) rakaat (dhuhur,asar,isya‟) dijadikan 2 rakaat, masing-masing
dilaksanakan tetap pada waktunya. Sebagaimana menjamak shalat, meng-qashar shalat hukumnya sunnah. Dan ini merupakan rushah (keringan) dari Allah SWT bagi orang-orang yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) bepergian yang bukan untuk maksiat 2) jauh perjalanan niminal 88,5 km
3) shalat yang di qashar adalah ada‟ (bukan qadla‟) yang empat rakaat
24 B. Aktif Mengikuti Rohani Islam (Rohis)
1. Organisasi Rohani Islam (Rohis)
Pradjudi Armosudiro mengatakan “organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu (http://duniabaca.com: 2011).
Rohis adalah singkatan dari “ Rohani Islam” yang berarti sebuah organisasi yang ada di sekolah-sekolah menengah dan atas. Rohis biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler, yang di dalamnya terdapat struktur kepengurusan dan devisi-devisi yang bertugas pada bagiannya masing-masing. Menurut Koesmarwanti, kata kerohanian Islam ini sering disebut dengan istilah “rohis” yang berarti suatu wadah besar yang dimiliki oleh
siswa untuk menjalankan aktivitas dakwah di sekolah (Kowsmarwanti dkk. 2000:52).
25
Dari uraian di atas dapat dapat penulis simpulkan pengertian kerohanian Islam adalah kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang diikuti oleh peserta didik di sebuah sekolah. Kegiatan ini dilakukan di luar jam pelajaran dan merupakan suatu wadah besar yang dimiliki siswa untuk menjalankan aktivitas dakwah di sekolah sebagai perwujudan pendidikan di luar sekolah dengan program pembinaan dan sarana yang tersedia untuk mencapai satu tujuan tertentu.
2. Dasar dan Program Kerja Rohis
Manusia meruapakan makhluk yang paling mulia di muka bumi ini, selain itu manusia dituntut untuk menjadi pemimpin baik bagi diri
Artinya: ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi..." (QS. Al Baqarah: 30).
26
Adapun program kerja yang terdapat di Rohis meliputi: a.Mentoring
Mentoring merupakan aktifitas yang bisa dilakukan di luar sekolah bersama seorang guru. Aktivitas mentoring berupa transformasi ilmu dari seorang guru kepada para anggota Rohis.
b. Cerhat (Cermin Hati)
Meruapakan kegiatan pemebelajaran rutin yang diadakan tiap minggu. Kegiatan ini merupakan pertemuan rutin yang berbentuk kajian masalah sosial Islam, budaya Islam, akhlak remaja dan lain-lain. Biasanya kegiatan ini dilakuakan secara outbond.
c. Mading Rohis
Merupakan majalah dinding sekolah yang berisi pengetahuan tentang keislaman.
d. Tahsin
Merupakan kegiatan yang diadakan oleh Rohis untuk memperbaiki bacaan Al Qur‟an dengan tajwid aplikatif.
e. Tahfidz
Merupakan kegiatan menghafal Qur‟an dengan sistem One Day One
Ayat.
f.Training Motivasi
27 3. Fungsi Rohis
Fungsi Rohis yang sebenarnya adalah sebagai forum , mentoring, dakwah dan berbagi. Susunan dalam Rohis layaknya OSIS, di dalamnya terdapat ketua, wakil, bendahara, sekretaris, dan devisi-devisi yang bertugas pada bagiannya masing-masing. Fungsi dan peran Rohis digariskan dalam dwi-fungsi Rohis, yaitu:
a. Pembinaan Syakhsiyah Islamiyah
Syakhsiyah Islamiyah adalah pribadi-pribadi yang Islami. Jadi Rohis berfungsi untuk membina muslim teladan untuk menjadi pribadi-pribadi yang unggul, baik dalam kapasitas keilmuan maupun keimanan. b. Pembentukan Jamiatul Muslimin
Pembentukan Jamiatul Muslimin berfungsi sebagai “basecamp”
dari siswa-siswi muslim, untuk menjadikan pribadi maupun komunitas yang islami. Dari sini maka tekad untuk membumisasikan Islam akan mudah tercapai.
4. Faktor-faktor penunjang keberhasilan Kerohanian Islam (Rohis)
Adapun faktor-faktor penunjang keberhasilan Rohis adalah sebagai berikut:
28
bidang ketaqwaan terhadap ketuhanan yang Maha Esa OSIS SMK Muhammaddiyah Salatiga. Sehingga memudahkan seksi kerohanian Islam dalam bergerak dan mewujudkan visi-misinya.
b. Dukungan guru yang baik dalam setiap kegiatan.
Guru merupakan faktor yang sangat mendukung gerak dan langkah dari seksi kerohanian Islam, karena guru memiliki peran yang besar dalam dakwah ini. Guru memiliki posisi sebagai pemimpin dalam aktivitas belajar mengajar. Beliau adalah orang yang mendidik, mengajar dan membimbing para siswanya. Kedudukan guru dalam hal ini akan menjadikannya sebagai sosok yang memiliki nilai tambah di mata siswa, apalagi jika ia memiliki kelebihan-kelebihan dan menjadi teladan yang baik. Dengan demikian, arahan dari guru akan banyak didengar oleh siswa. Sehingga kehadiran guru sebagai Pembina Kerohaniam Islam sangat mendukung setiap kegiatan yang diselenggarakan. Khususnya guru agama Islam yang memberi nilai tambah untuk anak yang aktif dalam seksi kerohanian Islam. Misalnya, keaktifan siswa dalam kegiatan kajian rutin yang di dalamnya ada presensi, kemudian presensi tersebut diserahkan kepada guru agama Islam untuk dijadikan nilai tambah bagi siswa khususnya pelajaran agama Islam.
c. Eksistensi Pengurus diakui sebagai kekuatan dakwah sekolah.
29
sekolah seperti mading, masjid untuk sarana informasi sebagai corong dakwah dan pembentukan opini keIslaman. Pengembangan kreatifitas melalui seni- seni Islami. Dengan begitu, eksistensi pengurus Rohis diakui sebagai kekuatan dakwah sekolah, karena memberikan nilai tambah yang positif, yaitu meningkatkannya moralitas sekaligus sikap keagamaan pengurus Rohis di sekolah.
d. Adanya alumni yang memberikan kontribusi cukup tinggi.
Adanya alumni yang masih aktif dalam mendorong dan membantu perkembangan Rohis memberikan kontribusi yang cukup tinggi. Karena alumni adalah sumber daya yang sangat vital bagi perkembangan dakwah sekolah. Selain diandalkan sebagai murabbi atau Pembina, mereka juga bisa menjadi konsultan dan nara sumber dari berbagai kegiatan seiring dengan meluasnya pengalaman mereka. Seorang alumni pernah berkata bahawa seorang ketua Rohis tidak hanya jadi pemimpin tapi juga bisa jadi ulama. Perkataan itu sudah jelas bahwa pemimpin tidak hanya sekedar pemimpin, akan tetapi dia juga harus bisa berdakwah seperti halnya ulama. Dengan kontribusi dari alumni ini, diharapkan bisa memberikan semangat bagi aktifis dakwah dan menyebarkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
e. Adanya masjid di sekolah
30
hal yang lain masjid dapat digunakan sebagai tempat untuk menyembah kepada Allah, dengan cara melaksanakan shalat dhuhur berjama‟ah,
dan yang menjadi Imam adalah ketua Rohis itu sendiri, bukan dari guru. Dengan adanya rutinitas shalat berjamaah yang dilaksanakan setiap hari akan berdampak positif bagi semua guru dan siswa, karena dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
5. Proses Sosialisasi
Sosialisasi adalah suatu proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana bertindak dan berfikir agar ia dapat berperan dan berfungsi baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat (Wahyu, 1986: 65).
Guna menopang setiap kegiatan yang dilaksanakan Rohis, selain dalam rangka mencetak aktivitas dakwah (pengkaderan) juga untuk menyiarkan Islam, maka diperlukan sosialisasi akan keberadaan seksi kerohanian Islam tersebut.
Adapun proses sosialisasi dan seksi kerohanian Islam, meliputi: a. Ta‟aruf melalui Masa Orientasi Siswa (MOS)
31
ta‟aruf yaitu dibuka atau diawali dengan tausiyah atau nasihat dari
Pembina kerohanian Islam (Rohis).
Kemudian pengurus seksi kerohanian Islam memperkenalkan diri diteruskan denan mensosialisasikan keberadaan Rohis itu sendiri, baik dari Visi, Misi, tujuan sampai program kerja yang telah dilaksanakan. b. Temu siswa baru
Temu siswa baru serangkaian kegiatan yang diselenggarakan seksi kerohanian Islam dalam rangka pengkaderan. Ini merupakan langkah awal bagi siswa masuk sebagai anggota Rohis. Dalam proses pengkaderan itu, pengurus menilai beberapa anggota, yang nantinya akan dipilih menjadi pengurus Rohis yang baru. Dalam proses pengkaderan ini, pengurus Rohis berharap, pengurus Rohis yang baru dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan baik, sehingga kegiatan Rohis terus berjalan lancar dan dapat mengajarkan Islam. c. Kajian rutin
Kajian rutin adalah kajian yang sifatnya rutin, yang diadakan seksi kerohanian Islam dengan pemateri dari alumni atau guru pembina. Adapun materi kajian berupa materi-materi keIslaman dan materi kontemporer.
d. Pembinaan muslimah
32
ataupun yang lainya. Sehingga dengan kajian ini, diharapkan para muslimah bisa memahami tentang hakikat sebagai muslimah.
e. Buletin
Merupakan salah satu wadah dalam rangka menyiarkan Islam yaitu berupa materi keIslaman yang terkandung dalam Al-Qur‟an. Karena buletin ini memiliki fungsi-fungsi yang kurang lebih sama dengan fungsi- fungsi yang dimiliki oleh media cetak lainnya. Yakni anatara lain fungsi informasi , fungsi mendidik, fungsi kritik, fungsi pengawasan sosial dan fungsi menyalurkan aspirasi masyarakat dan fungsi menjaga lingkungan. Fungsi yang disebut terakhir adalah media massa senantiasa membuat masyarakat memperoleh informasi tentang keadaan sekitar, baik itu dalam lingkungan sendiri maupun lingkungan mereka (Muis, 2001:9).
Selain itu sosialisasi adanya buletin juga merupakan wadah untuk menyalurkan bakat pelajar dalam menulis. Setiap hasil karya atau kretifitas bisa diespos dalam buletin walaupun harus melalui penjaringan dahulu. Sehingga dengan adanya buletin ini, selain menambah wawasan bagi pelajar, juga dapat memberikan semangat bagi pelajar dalam memunculkan kreatifitas dalam bentukl tulisan.
f. Majalah dinding
33
memanfaatkan mading untuk memberikan informasi keIslaman, pengetahuan maupun info dunia Islam. Jadi, mading selain untuk sosialisasi keberadaan Rohis juga memberikan opini yang positif bagi siswa dalam berkreatifitas dan pewacanaan keIslaman.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi mengikuti kegiatan Rohis
Adapun beberapa faktor yang menjadikan siswa mengikuti kegiatan Rohis menurut Esa Nur Wahyuni (2009: 56) adalah sebagai berikut: a. Kurang ilmu keagamaan, sehingga mendorong siswa untuk mengikuti
kegiatan Rohis yang bertujuan agar dapat memperdalam ilmu keagamaan.
b. Banyaknya problem yang dihadapi oleh siswa, hal ini mendorong siswa untuk mengikuti kegiatan Rohis agar para siswa mendapat pengetahuan/ penyuluhan tentang peoblematika remaja pada zaman modern ini.
c. Adanya keinginan untuk menyalurkan kreativitas diri dalam bidang keagamaan. Salah satu cara untuk menyalurkan kreativitas diri adalah dengan dakwah. Dengan berdakwah siswa dapat membentuk pribadi yang religi.
d. Mengisi waktu luang, karena dengan mengikuti kegiatan Rohis akan menambah pengalaman seseorang dalam berorganisasi yang dapat memberikan dampak positif ketika terjun kemasyarakat
34
disimpulkan bahwa para pelajar sangat membutuhkan organisasi untuk mengatasi beberapa problematika yang dialami oleh para pelajar pada umumnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa organisasi rohis sangat penting adanya untuk menunjang kreastivitas para pelajar.
C.Intensitas Ibadah Shalat Fardu Siswa Setelah Aktif Mengikuti Rohani Islam.
1. Keaktifan dalam Berorganisasi Rohis
Adapun beberapa hal penting yang menentukan dalam berorganisasi yaitu:
a. Mempunyai peran dalam organisasi
Di dalam organisasi yang efektif, manajemen membantu suatu proses keseluruhan secara positif, yaitu suatu keseluruhan yang lebih besar dari sekedar penjumlahan dari bagian-bagian yang ada (Suwarto, 1999: 2). Maka dari itu, manajemen yang telah diterapkan bagaimana sekumpulan orang tersebut bisa memunculkan keefektifan individu, kelompok,dan organisasi.
b. Berinisiatif demi kemampuan organisasi
35
Jadi, semua sumbangan pikiran ataupun tenaga dari semua unsur organisasi sangat berpengaruh sekali terhadap kemajuan organisasi tersebut.
c. Disiplin dengan kode etik organisasi
Organisasi dengan manajemennya, akan terlaksana dengan baik, dapat dilihat dari tampilan individu atau kelompok dalam mengembangkan disiplin terhadap kode etik organisasi. Setiap jenis kelompok akan berfungsi baik apabila mampu mengembangkan kebanggaan dan identitas yang kuat (Peel, 1993: 59).
Karena disiplin memang sangat diharapkan dalam setiap hal dan kehidupan, baik secara individu maupun bermasyarakat, baik dalam hubungan manusia dengan sang kholiq, maupun hubungan antar manusia.
d. Bertanggung jawab pada tugas organisasi
Tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan adalah merupakan bagian dari tugas atau pekerjaan sesuai dengan peran individu dalam suatu organisasi yang bersangkutan. Tim manajemen tidak akan pernah berfungsi seefektif bila semua anggota tidak melaksankan fungsi- fungsi tertentu dengan penuh tanggung jawab (Gordon, 1986: 166).
36 (Soedjadi, 1990: 49).
e. Mempunyai daya kreativitas yang tinggi dalam berorganisasi
Seorang anak menunjukkan kreativitas dalam kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya dalam melukis, menggambar, olahraga, organisasi, kesenian dan dalam kegiatan kurikuler lainnya. Mereka selalu ingin memecahkan masalah, berani menanggung resiko yang sulit, lebih senang bekerja sendiri dan percaya diri sendiri.
Jadi, dalam kegiatan berorganisasi anak golongan kreatif lebih mampu menemukan masalah-masalah dan mampu menyelesaikan masalah-masalah.
f. Kemampuan membedakan yang urgen dan yang kurang urgen.
Titik tolak yang biasanya digunakan untuk menentukan kategori kegiatan organisasional menjadi urgen dan penting ialah bahwa sesuatu yang urgen harus diselesaikan segera untuk mana kecepatan bertindak merupakan criteria utama. Biasanya, sesuatu yang urgen telah jelas prosedur dan mekanisme kerja yang digunakan dan oleh karenanya, pelaksanaannyapun dapat diserahkan kepada orang lain. Artinya, keterlibatan langsung pimpinan yang bersangkutan mungkin tidak diperlukan.
Sebaliknya, sesuatu yang kategorikan sebagai hal penting, mungkin mempunyai sifat-sifat seperti:
37
3) Tidak ditampung oleh struktur yang ada
Sifat-sifat demikian berarti bahwa untuk pelaksanaan sesuatu hal yang dipandang penting, faktor kecepatan bukan merupakan faktor yang menentukan, yang lebih diperlukan adalah ketelitian dan pemikiran yang matang.
g. Keteladanan
Seorang pimpinan harus mampu memproyeksikan kepribadian yang tercermin antara lain dalam bentuk: kesetiaan organisasi, kesetiaan kepada bawahan, dedikasi pada tugas, disiplin kerja, landasan moral dan etika yang digunakan, kejujuran perhatian kepada kepentingan dan kebutuhan bawahan dan berbagai nilai-nilai hidup lainnya yang bersifat positif.
Efektifitas kepemimpinan seseorang akan lebih besar lagi apabila keteladanannya tidak hanya tercermin dalam kehidupan organisasional, akan tetapi juga dalam kehidupan pribadinya, seperti kehidupan keluarga yang harmonis, gaya hidup yang sesuai dengan kemampuan dengan memperhatikan keadaan lingkungan, dan kepekaan terhadap kondisi sosial sekitarnya.
2. Intensitas Ibadah Shalat Fardu Siswa setelah aktif mengikuti Rohis.
38
Islam. Guru membimbing siswa dalam ibadahnya sejak dini supaya siswa tersebut taat kepada Allah, selalu mengerjakan segala perintah-perintah Allah dan menjahui segala larangan Nya.
Dengan kajian-kajian dari kegiatan Rohis, seorang anak akan lebih mengetahui arti pentingnya melakukan shalat fardu. Shalat menjadikan anak rajin dan disiplin. Disiplin dan rajin akan tumbuh melalui kebiasaan, nasehat dan latihan yang dibimbing dan diarahkan oleh seorang guru atau seseorang yang lebih dewasa. Dengan demikian ada pengaruh yang erat antara keaktifan mengikuti Rohis terhadap ibadah shalat fardhu siswa yaitu kegaiatan Rohis dapat membantu anak memahami arti penting dan manfaat shalat fardhu serta siswa memiliki kebiasaan yang baik yang telah ditanamkan oleh guru di sekolah dan orang tuanya.
39 BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Profil SMK Muhammadiyah Salatiga
1. Sejarah Berdirinya SMK Muhammadiyah Salatiga
Seiring perkembangan zaman yang semakin maju dan menuntut untuk menciptakan tenaga yang terampil dan cekatan,dengan tuntutan itu maka Pimpinan Daerah Muhammadiyah Salatiga yang telah memiliki Lembaga Pendidikan dari TK, SD, SMP, dan SMA Muhammadiyah berkeinginan mendirikan STM Muhammadiyah di Salatiga. Pada tahun 1990 STM Muhammadiyah resmi didirikan bertempat di Jl, KH Ahmad Dahlan dengan SK DEPDIKBUD, KANWIL PROP JAWA TENGAH No. 348/103/I/1991 dan NSS: 32 2 0362 04 004.
Pada saat itu baru memiliki 3 lokal yang terdiri dari Jurusan Listrik dan 2 Jurusan Mesin. Kepala Sekolah pada saat itu di jabat oleh Bapak Drs. Agung Wibowo. Lima tahun kemudian pada tahun 1995 STM Muhammadiyah berkembang dengan cepat dan memiliki 12 lokal dan 4 bengkel serta melaksanakan Akreditasi dengan hasil TERDAFTAR menjadi DIAKUI untuk semua jurusan.
40
TERAKREDITASI “B” untuk semua jurusan. Sejalan dengan
perkembangan zaman sampai sekarang STM Muhammadiyah masih exis dengan berkembang lebih maju di wilayah Salatiga dan Kabupaten Semarangs serta disekitarnya. Pada tahun 2009 sampai sekarang STM Muhammadiyah telah mempunyai 26 lokal terdiri dari 2 jurusan Garmen, dan 3 jurusan Listrik 12 jurusan Teknik Permesinan dan 9 jurusan Teknik Otomotif. Kepala Sekolah pada saat ini dijabat oleh Bapak Drs. Muhammad Busri. M. Pd.
Pada tahun 2008 STM/SMK Muhammaiyah Salatiga menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2000 dan pada tahun 2009 sampai sekarang menerapkan SMM ISO 9001:2008.
2. Visi dan Misi
Visi: Menciptakan Tamatan Unggulan yang berkwalitas, Inovatif, Islami, Terampil dan Mampu Menjawab Tuntutan Zaman.
Misi:
a. Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan serta Profesionalisme seluruh Personil Sekolah sesuai dengan Profesinya.
b. Menyelenggarakan Pendidikan dan Pembelajaran yang bekualitas, Inovasi dan Islami.
41
d. Menghasilkan tamatan yang berpotensi, handal dan bersifat professional serta mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan kebutuhyan kerja.
e. Membimbing Peserta Didik dan Alumni dalam Berwirausaha yang Kompetitif.
3. Tujuan Sekolah
a. Menghasilkan Outcome yang berkepribadian, bertaqwa dan berakhlakul kharimah.
b. Mengasilkan tamatan yang memiliki keunggulan dalam mengembangan konsep Teori dan Praktek sesuai dengan Program keahlian .
c. Menghasilkan tamatan yang siap memasuki dunia kerja serta mampu mengebangkan sikap professional .
d. Terciptanya jaringan kerja yang harmonis dengan instansi terkait dan DUDI .
e. Terciptanya tamatan yang terampil, kompetitif mandiri dan berjiwa wirausaha.
4. Data Guru dan Pegawai a. Data Guru
Tabel 3.1
N
O STATUS
JENIS
KELAMIN JUMLAH KETERANGAN
L P
1. PNS 1 2 3
2. GTY 18 9 27
3. GTT 11 8 19
42 b. Data Pegawai
Tabel 3.2
NO STATUS
JENIS
KELAMIN JUMLAH KETERAN
GAN
L P
1. PTY 6 3 9
2. PTT 5 - 5
JUMLAH 11 3 14
Adapun jumlah keseluruhan antara Guru dan pegawai adalah 63 orang.
B.Keadaan Organisasi Kerohanian Islam (Rohis)
1. Susunan Pengurus Rohis
SUSUNAN KEPENGURUSAN ROHIS SMK MUHAMMADIYAH SALATIGA
TAHUN 2016/2017
Penasehat : Drs. Muhammad Busri, M.Pd Pembina Rohis : Drs. Muh Khudlori
KetuUmum : Agus D Sekretaris : 1. Dinda
2. Isti
43 Seksi Dakwah : 1. Agung
2. Afif Seksi Bakat Minat: 1. Eko 2. Andi
Seksi Humas : 1.Bagus 2. Taufik Seksi Koordinasi : 1. Budi
2. Rina
2. Bentuk aktivitas Rohis di SMK Muhammadiyah Salatiga
Pada dasarnya kegiatan ekstrakurikuler Rohis di koordinir oleh sebuah wadah di bawah OSIS. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang pembina Rohis sekaligus sebagai guru PAI di SMK Muhammadiyah Salatiga, Ia mengatakan bahwa sekalipun Rohis berada di bawah OSIS, namun pembina tetap mengikuti setiap kegiatan untuk membimbing dan mengawasi serta memberikan evaluasi setiap kegiatan (Khudlori, 2017).
Bentuk aktivitas Rohis di SMK Muhammadiyah Salatiga antara lain:
a. Latihan Dasar Kepemimpinan
44
adalah siswa SMK dan pembinanya adalah guru PAI yang di bantu oleh guru lainnya. Guna menambah wawasan peserta didik Muslim dalam berorganisasi, maka dibuat program LDK ini. Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) di SMK Muhammadiyah Salatiga dilaksanakan untuk melatih peserta didik dalam menumbuhkan jiwa kepemimpinan. Di samping itu juga untuk mempersiapkan regenerasi kepemimpinan Rohis. Teknis dalam pelaksanaan LDK adalah dengan menyaring peserta didik yang duduk di kelas XI dan menyiapkan mereka sebagai generasi pelanjut dalam kepengurusan Rohis.
b. Pesantren kilat pada waktu bulan Ramadhan
Dalam pelaksanaan pesantren kilat, siswa SMK Muhammadiyah Salatiga berada di Aula karena jumlah siswanya banyak. Kegiatan ini dilaksanakan sesuai jadwal per program studi dan per kelas agar memudahkan dalam absensi siswa. Adapun panitianya adalah pengurus Rohis. Sebagai pemateri pada kegiatan ini adalah guru pendidikan agama Islam selaku pembina Rohis dan pemateri dari luar salah satunya adalah Mahasiswa IAIN Salatiga.
Beberapa nilai yang diharapkan dari pelaksanaan pesantren kilat yaitu: Pertama, adanya penanaman nilai moral, keimanan dan ketaqwaan serta akhlakul karimah. Kedua, penerapan disiplin dan mengembangkan kreativitas diarahkan pada kemandirian peserta didik.
45
itu, juga diharapkan adanya hubungan kekerabatan antara Pembina dan siswa.
c. Pengajian rutin yang dilakukan dalam bentuk mingguan, bulanan dan seminar.
Kegiatan ini dilaksanakan secara rutin sebagai suatu bentuk silaturrahim dan komunikasi antar peserta didik muslim di luar sekolah, juga antara peserta didik dengan Pembina Rohis bahkan antara pembina dengan orang tua. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan sangat variatif, mulai dari pengajian biasa dengan mengundang penceramah dari berbagai kalangan, nonton bareng film-film bernilai edukatif dan Islami hingga kegiatan outbond dan games yang tidak lepas dari materi-materi keislaman.
d. Baca Tulis al-Qur‟an (BTA)
Kondisi siswa di SMK Muhammadiyah Salatiga dalam hal kemampuan membaca al-Qur‟an sangat beragam. Jika dikelompokkan tingkat kemampuannya maka terdapat tiga kelompok besar yaitu ada yang sangat mampu, mampu, dan tidak mampu dalam membaca
al-Qur‟an. Sehingga kegaiatn BTA sangat dibutuhkan para siswa untuk
membantu mereka dalam belajar membaca al Qur‟an.
e. PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)
46
lainnya. Ada yang dilaksanakan di sekolah dengan melibatkan semua unsur sekolah (Kepala Sekolah, guru-guru, pegawai), ada juga yang dilaksanakan di lingkungan siswa masing-masing atau digabungkan di tingkat Kecamatan atau Kota.
Pelaksanaan Hari Besar Islam di lingkungan sekolah bisa menjadi ajang dakwah sekolah. Inilah waktu yang tepat bagi siswa Muslim menunjukkan bahwa mereka mampu untuk berkarya dan menampilkan kreasinya.
f. Pendalaman Ilmu tentang Fiqih Ibadah
Kegiatan ini dilakuakan dua minggu sekali dimana dalam kegiatan ini berisi kajian-kajian tentang dasar-dasar hukum syar‟i khususnya dalam ibadah khas seperti thaharah, shalat, zakat, shaum, haji, kurban, aqiqah, dan sebagainya yang semuanya itu ditujukan sebagai rasa bentuk ketundukan dan harapan untuk mencapai ridha Allah. Selain kajian dalam kegiatan ini juga dibarengi dengan praktek ibadah secara lansung dan berkelanjutan.
C. Hasil Wawancara dan Observasi 1. Wawancara
47
Wawancara dengan Pembina Rohis dan Guru PAI (19 Januari 2017, pukul 10.30 WIB)
a. Keaktifan Mengikuti Rohis
1) Sejak kapankah di sekolahan ini ada kegiatan Rohis? Dan apa yang melatarbelakangi sehingga bisa terbentuk kegiatan tersebut?
Jawaban:
Pembina Rohis (M. Khudlori) : Rohis atau kerohanian islam awalnya terbentuk bersamaan dengan terbentuknya OSIS SMK
Muhammadiyah yaitu sekitar tahun 2001. Dulu kerohanian islam ini
hanya sebagai bagian dari struktur OSIS yang membidangi sie
keagamaan. Kegiatan yang dilakukanpun belum sepenuhnya
terorganisasi seperti sekarang ini. Setelah beberapa tahun melihat
perkembangan sekolah juga perkembangan kurikulum yang ada
terutama kurikulum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
yang hanya berkisar 2-4 jam sekali dalam seminggu, kami selaku
guru PAI sangat merasa terkendala dalam memberikan pelajaran,
sehingga pada tahun 2010, kami guru-guru PAI berbarengan
dengan kesiswaan dan juga guru akhlak berinisiatif untuk
menjadikan Rohis sebagai organisasi siswa yang ke dua setelah
OSIS yang bertujuan untuk dapat membantu penambahan materi
agama baik materi tentang keislaman maupun tentang materi ibadah
48
2) Lalu bagaimanakah keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan Rohis ini, apabila kegiatan ini dilakukan di luar jam pelajaran sekolah? Jawaban:
Pembina Rohis: keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ini bisa dikategorikan semua siswa aktif. Baik yang menjadi pengurus
maupun yang hanya menjadi anggota.
Nurul Aeni (Guru PAI): menambahkan yang disampaikan oleh bapak Pembina Rohis, bahwa untuk membuat siswa bisa aktif dan
mau mengikuti kegiatan ini, kami dari guru PAI selalu
mengingatkan dan cenderung mewajiban siswa untuk aktif mengikuti
kegiatan Rohis. Bahkan untuk siswa kelas X, kegiatan ini merupakan
kegiatan ekstrakurikuler ke dua setelah ekstrakurikuler pramuka
yang wajib diikutioleh seluruh siswa kelas X. Sehingga siswa bisa
mendapat ilmu tambahan yang akan membantu siswa di dalam
mengikuti pelajaran PAI selanjutnya.
3) Jika diprosentase berapakah jumlah siswa dari kelas X, XI, dan XII yang aktif maupun yang pasif dalam mengikuti kegiatan Rohis? Jawab:
Pembina Rohis : seperti yang sudah diterangkan oleh bapak Amir diatas, jika diprosentase siswa kelas X yang aktif mengikuti kegiatan
Rohis berkisar 80-90%, dan yang pasif berkisar 10-20% karena
siswa kelas X masih diwajibkan untuk mengikuti kegiatan ini secara
49
kelas XII keaktifannya sekitar 60-75% saja dan yang pasif sekitar
25-40%. Hal ini karena siswa kelas XI dan XII yang mengikuti
kegiatan ini adalah hanya para pengurus dan hanya beberapa
anggota lama.
4) Apa saja bentuk kegiatan Rohis yang ada di SMK ini? Jawaban:
Pembina Rohis: kegiatan Rohis di sekolah ini sangatlah beragam dimulai dari LDK pada awal pertemuan dan perekrutan anggota
baru, kemudian ada pengajian mingguan, seminar, persantren kilat
bulan ramadhan, latihan membaca Al Quran melalui BTA,
peringantan hari-hari besar dalam islam (PHBI), pendalaman ilmu
fiqih ibadah, seperti pendalaman tatacara wudhu, shalat, zakat,
puasa, haji, serta latihan qurban, dan latihan menjadi panitia zakat.
5) Melihat dari beberapa kegiatan Rohis yang ada disekolah ini, apa saja wujud hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan Rohis?
Jawab:
Amir (Guru PAI): setelah ada kegiatan Rohis tentu ada manfaat yang didapat siswa khususnya serta sekolah pada umumnya yaitu:
siswa jadi lebih mudah untuk memahami pelajaran PAI ketika
dikelas, selain itu siswa secara psikologi menjadi lebih termotivasi
atas tanggung jawab sebagai pelajar untuk belajar dengan
50
dengan tambahan materi yang tadinya hanya dari 4 jam pelajaran
PAI seminggu sekarang bisa mendapat materi tambahan dari
kegiatan Rohis.
Pembina Rohis: menguatkan, selain itu nilai agama siswa setiap semester juga mengalami peningkatan, angka kenakalan siswa juga
mengalami penurunan.
b. Intensitas shalat fardu siswa
6) Menurut pandangan bapak/ ibu bagaimanakah intensitas siswa dalam menjalankan shalat fardu sehari-hari?
Nurul Aeni: dari hasil tes lisan tentang penguasaan bacaan shalat yang pernah saya lakukan kepada siswa kelas X beberapa waktu
lalu saya dapat mengambil kesimpulan bahwa hanya 60 persen saja
siswa yang mampu mencapai ketuntasan minimal. Hal ini
menandakan bahwa intensitas siswa dalam menjalankan ibadah
shalat fardu masih sangat rendah.
Amir : menambahkan dari yang disampaikan bu Nurul, untuk siswa kelas XI intensitas shalat fardunya dari awal semester gasal sudah
mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari hasil pengamatan
kami selama beberapa pekan terakhir ini sudah banyak siswa yang
segera bergegas ke masjid ketika adazan sudah berkumandang
untuk segera melaksanakan shalat tepat waktu. Juga dalam
berbagai kegiatan ketika mereka sedang ada kegiatan diluar ketika
51
segera melaksanakan shalat.
7) Lalu bagaimanakah cara bapak/ ibu untuk terus meningkatkan intensitas siswa dalam melaksanakan shalat fardu?
M Khudlori: kami selaku GPAI terus beruapaya semaksimal mungkin agar bisa menumbuhkan kesadaran siswa akan kewajiban
menjalankan ibdah shalat. Bekerjasama dengan Rohis untuk terus
memberikan kajian yang dapat memotivasi siswa agar tergugah
hatinya sehingga kesadaran akan kewajiban ibadah shalat lahir dari
hati nurani tanpa paksaan.
Nurul Aeni: selain bekerjasama dengan Rohis kami juga sering melakukan kontroling dengan orang tua siswa dirumah dengan
menayakan perkembangan siswa saat dirumah atau berdiskusi saat
terjadi pertemuan dengan wali siswa serta pengisian angket oleh
orang tua siswa.
8) Ketika sedang berpergian misalnya sedang melaksanakan study tour atau kunjungan industri pastilah jarak yang ditempuh lumayan jauh dan juga memakan waktu yang cukup lama. Lantas bagaimana cara guru memberikan solusi serta arahan kepada siswa aga tetap konsisten dalam menjalankan ibadah shalat meski sedang dipejalanan.
Jawaban
Nurul Aeni: dalam pembelajaran PAI ada yang namanya
52
tidak terlalu detail tetapi pelajaran tersebut sangat bermanfaat
ketika kita sedang melaksanakan perjalanan jauh. Dan saat sekolah
sedang mengadakan kegiatan study tour saat itulah kita bisa menilai
bagaimana siswa dapat mempraktikkan materi shalat jama’ dan
qashar. Selain tetap bisa menjalankan kewajiban shalat juga bisa
menambah nilai praktik mereka dalam melaksanakan shalat jama’
atau qashar.
M Khudlori: yang jelas kita tetap memantau siswa dalam melaksankan shalat meski sedang dalam perjalanan. Setiap masuk
waktu shalat ketika ada tempat yang memungkinkan pasti kita
berhenti untuk melaksanakan shalat terlebih dahulu. Jika tempat
tidak tersedia kita pasti berupaya untuk tetap melaksanakan shalat
meski dengan menjama’ ataupun meng-qasaharnya.
c. Intensitas Ibadah Shalat Fardu Siswa setelah aktif mengikuti Rohis 9) Dari beberapa manfaat yang diperoleh siswa, adakah pengaruh
kegiatan Rohis dengan ibadah Shalat fardu siswa baik di sekolah maupun di rumah?
Jawab :
Amir (Guru PAI): tentu saja kegiatan Rohis sangat berpengaruh terhadap ibadah shalat fardu siswa. Terbukti dengan nilai praktik
shalat siswa beberapa minggu yang lalu yang dilakukan saat
ulangan mata pelajaran PAI bab praktik shalat hasilnya hampir
53
ada beberapa siswa yang masih berada di bawah KKM. Tetapi hal
ini sangat membanggakan buat kami guru PAI khususnya yang
tadinya kami hanya mampu memberikan materi shalat kurang dari 4
jam pelajaran, padahal efektifnya materi shalat haruslah diberikan
minimal 16 jam pelajaran agar siswa mampu menguasai materi
tersebut.
Pembina Rohis: Kegiatan Rohis melalui kajian-kajiannya memang sangat membantu guru-guru PAI di SMK ini. Dan juga sangat
berpengaruh terhadap siswa terutama pada kegiatan shalat
fardunya. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya jamaah shalat dzuhur
yang setiap hari dilakukan di masjid SMK Muhammadiyah ini.
Hampir semua siswa dari kelas X-XII melaksanakan shalat dzuhur
berjamaah tanpa harus diperintah atau diingatkan oleh guru.
Nurul Aeni: saya sendiri pun merasakan antusias siswa yang mengikuti Rohis menjadi lebih bersemangat dalam menjalankan
ibadah shalat dzuhur dan shalat Jumat berjamaah disekolah ini.
10) Melihat manfaat Rohis terhadap perubahan sikap siswa dalam menjalankan shalat fardu, menurut Bapak kegiatan Rohis yang seperti apa yang mampu memotivasi siswa untuk terbiasa menjalankan shalat fardu sebagai kewajiban mereka?
Jawaban