PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERBASIS TEMATIK
INOVATIF UNTUK MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN
KARAKTER SISWA SMP DI KOTA PALU
DEVELOPMENT OF THE INTEGRATED SCIENCE LEARNING BASED ON THEMATIC
INNOVATIVE TO CREATE THE CRITICAL THINKING SKILLS AND CHARACTER OF
JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN PALU
Indarini Dwi Pursitasari, Siti Nuryanti, Amran Rede Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Negeri Surabaya
Jl. Soekarna Hatta Km. 9 Tondo, Palu-Sulawesi Tengah (94111). Telp. (0451) 429743 Email : indarini.untad@gmail.com
Abstrak.
Pemanfaatan sumber daya alam memerlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
berpikir kritis dan berkarakter. Kemampuan berpikir kritis dan karakter perlu dibangun pada siswa SMP.
Tujuan dari penelitian ini adalah memvalidasi rancangan program pembelajaran IPA terpadu berbasis
tematik inovatif. Validasi dilakukan oleh dosen dan guru. Penentuan validitas rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dilakukan dengan mengkonversi rata-rata skor total menjadi nilai kuantitas (kisaran
1-4), sedangkan penilaian buku ajar dan instrumen penelitian menggunakan skala 1-5. Hasil penelitian
menunjukkan rerata skor penilaian RPP adalah 3,4; tes kemampuan berpikir kritis sebesar 4,2; angket
karakter sebesar 4,6; dan buku ajar sebesar 4,4. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka RPP,
tes kemampuan berpikir kritis, angket karakter, dan buku ajar adalah valid dan bersifat praktis.
Kata kunci: tematik, inovatif, berpikir kritis, karakter
Abstract. The utilization of natural resources requires human resources that have critical thinking skills
and character. The critical thinking skills and character needs to be developed for junior high school
students. Therefore, the aim of this study was to validate the design of the integrated science learning
program based on thematic innovative. The validation was accomplished by lecturers and teachers. The
determination of the validity of lesson plans was performed by conversion the average of total score into
a quantity of value (range 1 to 4), whereas the assessment of textbook and research instrument used a
range scale of 1 to 5. The results of this work showed that the mean score of lesson plan was 3.4; the test
of the critical thinking skills was 4.2; the character questionnaire was 4.6; and the textbook’s score was
4.4. Thus, based on the criteria used in this study, the lesson plans, the test of ability critical thinking
skills, the character questionnaire, and the textbook are valid and practical.
Keywoords : thematic, innovative, critical thinking, character
PENDAHULUAN
Provinsi Sulawesi Tengah memiliki sumber
daya alam yang berlimpah seperti coklat, rotan,
kelapa, kayu hitam, ikan, tambang emas, nikel,
dan pasir putih. Sumber daya alam tersebut
sangat potensial untuk kehidupan penduduknya
jka dapat memanfaatkan dan mengelolanya
secara arif dan bijaksana. Oleh karena itu
diperlukan
sumber
daya
manusia
yang
berkualitas dan berkarakter.
Kualitas dan karakter seseorang bisa dilihat
dari
ketakwaan
kepada
Tuhan
YME,
kemampuan, kinerja, sikap, dan interaksinya
dengan
orang
lain.
Dengan
demikian
kemampuan kognitif seseorang bukan jaminan
bahwa orang tersebut berkualitas. Kemampuan
kognitif harus diimbangi dengan karakter yang
baik pula. Oleh karena itu, nilai-nilai karakter
yang
baik
perlu
dikembangkan
melalui
pendidikan formal maupun non formal.
Berkaitan dengan pengembangan karakter
siswa, maka pemerintah telah memberlakukan
kurikulum
2013
yang
memuat
empat
kompetensi inti, yaitu sikap spiritual, sikap
sosial,
pengetahuan,
dan
keterampilan
(Kemdikbud, 2013). Keempat kompetensi inti
ini diharapkan dapat dikembangkan pada setiap
proses
pembelajaran
termasuk
dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Kurikulum 2013 mengisyaratkan bahwa peserta
didik tidak hanya dibekali kemampuan kognitif
saja, namun segenap potensi yang dimiliki
peserta
didik
akan
dilatihkan
dan
dikembangkan. Salah satu jenis potensi yang
perlu dilatihkan dan dikembangkan oleh guru
kepada
peserta
didiknya
selama
proses
pembelajaran adalah keterampilan berpikir.
Keterampilan berpikir ini berupa keterampilan
berpikir dasar dan keterampilan berpikir tingkat
tinggi. Keterampilan berpikir dasar dapat berupa
keterampilan generik dan keterampilan proses
sains. Adapun keterampilan berpikir tingkat
tinggi meliputi keterampilan berpikir kritis,
berpikir
kreatif,
pemecahan/penyelesaian
masalah,
dan
pengambilan
keputusan
(Haladyna, 1997).
Kurikulum
2013
juga
menyatakan
pembelajaran IPA di Sekolah Menengah
Pertama bersifat terpadu. Sebenarnya IPA
Terpadu juga telah dicanangkan pada kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP). Namun,
pembelajaran IPA untuk siswa SMP yang
berlangsung di kota Palu masih dilaksanakan
secara terpisah dan belum tematik (Pursitasari,
Nuryanti, dan Rede, 2013). Hasil ini senada
dengan observasi dan pengalaman Nuroso dan
Siswanto
(2010))
yang
menyatakan
pembelajaran IPA Terpadu belum dijadikan satu
tema yang mencakup fisika, kimia, dan biologi.
Guru merasa tidak yakin jika harus
membelajarkan materi pelajaran yang tidak
sesuai
dengan
kompetensinya.
Beberapa
sekolah belum memberikan kesempatan kepada
siswanya untuk melakukan praktikum. Padahal
praktikum merupakan salah satu wahana untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan
karakter peserta didik.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka
telah dirancang program pembelajaran IPA
terpadu berbasis tematik inovatif kelas VII SMP
yang dilengkapi dengan buku ajar dan perangkat
pembelajarannya (Pursitasari, Nuryanti, dan
Rede, 2014). Program ini dirancang untuk
membangun kemampuan berpikir kritis dan
karakter
siswa.
Penyusunan
program
berdasarkan pengetahuan awal dan gaya belajar
siswa kelas VII SMP di kota Palu (Pursitasari,
2013). Sebelum program tersebut diterapkan
dalam proses pembelajaran IPA di kelas VII
SMP, maka perlu dilakukan penilaian oleh
dosen sebagai validator ahli dan guru sebagai
pengguna. Oleh karena itu tujuan dari penelitian
ini adalah menentukan validitas dari program
pembelajaran IPA terpadu berbasis tematik
inovatif untuk membangun kemampuan berpikir
dan karakter siswa SMP di kota Palu.
METODE
Rancangan program pembelajaran IPA
Terpadu dan instrumen yang telah disusun
memerlukan penilaian dan saran ataupun
masukan dari dosen pendidikan IPA dan guru
IPA
SMP.
Penilaian
dilakukan
untuk
menentukan validitas dan kepraktisan program,
sedangkan saran ataupun masukan dari dosen
dan
guru
digunakan
untuk
memperbaik
rancangan program pembelajaran IPA. Saran
dan
masukan
dituliskan
langsung
pada
rancangan
program
pembelajaran
IPA.
Penentuan validitas terhadap hasil penilaian
dosen dan guru terhadap rancangan pelaksanaan
pembelajaran dilakukan dengan mengkonversi
rata-rata skor total menjadi nilai kuantitatis
(kisaran 1-4) dengan skala sebagai berikut.
3,5
≤ Sr < 4,0 sangat valid/sangat praktis
2,5
≤ Sr < 3,5 valid/praktis
1,5
≤ Sr < 2,5 tidak valid/tidak praktis
1,0
≤ Sr < 1,5 sangat tidak valid/sangat
tidak praktis
dengan Sr adalah rata-rata skor (Dewi, dkk.,
2013) Adapun untuk penilaian buku ajar dan
instrumen penelitian mengadaptasi skala yang
digunakan Dewi, dkk. (2013) adalah:
4,5
≤ Sr < 5,0 sangat valid/sangat praktis
3,5
≤ Sr < 4,5 valid/praktis
2,5
≤ Sr < 3,5 cukup
1,5
≤ Sr < 2,5 tid
ak valid/tidak praktis
1,0
≤ Sr < 1,5 sangat tidak valid/sangat
tidak praktis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ahli yang melakukan penilaian terhadap
rancangan program pembelajaran adalah dosen
dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
dan Universitas Tadulako (Untad). Hasil
penilaian
terhadap
program
pembelajaran
melalui
penilaian
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Penilaian Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
Aspek yang Diukur
Rerata Penilaian Dosen Guru
A.
Pencantuman identitas
4,0
4,0
B.
Pencantuman
kompetensi inti
4,0
4,0
C.
Pencantuman
kompetensi dasar dan
indikator
3,0
4,0
D.
Perumusan tujuan
pembelajaran
3,0
3,0
E.
Penentuan materi
pelajaran
3,5
3,5
F.
Pencantuman metode
dan strategi
pembelajaran
3,5
3,0
G.
Penyusunan
Langkah-langkah Kegiatan
Pembelajaran
2,5
4,0
H.
Pencantuman sumber
belajar
4,0
3,5
I.
Penyusunan instrumen
penilaian
3,5
2,5
Rerata Total
3,4
3,5
Tabel 1 menunjukkan dosen dan guru
memberikan penilaian yang tidak jauh berbeda
terhadap rancangan RPP dengan skor rerata
total sebesar 3,4 dan 3,5. Berdasarkan skor
tersebut maka rancangan RPP yang disusun
adalah valid dan bersifat praktis, sehingga dapat
digunakan dalam pembelajaran IPA di kelas VII
SMP. Namun demikian RPP tersebut masih
memerlukan
perbaikan
seperti
sintaks
pembelajaran masih perlu diperjelas dan
evaluasi pada setiap RPP perlu ditambahkan.
Sintaks pembelajaran IPA dari program
pembelajaran yang dirancang adalah mengamati
(observation),
mengajukan
pertanyaan
(questioning),
mengeksplorasi
(exploration),
menganalisis
(analysis),
mendiskusikan
(confirmation)
, dan mengevaluasi
(evaluation)
atau disingkat
OQEACE
(Pursitasari, Nuryanti,
dan Rede, 2014). Sintaks pembelajaran tersebut
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
scientific,
model pembelajaran inkuiri, serta
metode demonstrasi, diskusi kolaboratif, dan
eksperimen.
Pendekatan
scientific
dan
model
pembelajaran inkuiri memberikan pengalaman
kepada siswa untuk melakukan kerja ilmiah
layaknya
ilmuwan.
Siswa
melakukan
pengamatan,
mengajukan
pertanyaan
dan
hipotesis, mencari referensi, mengumpulkan
data, menganalisis data, menyimpulkan, dan
melaporkan hasil yang diperoleh secara lisan
maupun
tertulis.
Kerja
ilmiah
juga
membiasakan siswa untuk disiplin, jujur, gotong
royong,
tanggungjawab,
dan
demokratis.
Pembelajaran juga memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan
untuk merangsang kemampuan berpikir kritis
siswa.
Indikator tes kemampuan berpikir kritis yang
dirancang
dalam
penelitian
ini
adalah
merumuskan
pertanyaan,
menyimpulkan,
menerapkan prinsip atau rumus, merumuskan
masalah,
menemukan
persamaan
dan
perbedaan, memberikan penjelasan sederhana,
menjawab
pertanyaan
mengapa,
dan
menganalisis. Hasil penilaian dosen dan guru
terhadap
tes
kemampuan
berpikir
kritis
ditampilkan pada Tabel 2.
Rerata skor total penilaian tes kemampuan
berpikir kritis adalah 4,2. Menurut kriteria yang
digunakan oleh Dewi, dkk. (2013), maka
rancangan tes kemampuan berpikir kritis
termasuk kategori valid atau praktis. Dengan
demikian tes tersebut dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.
Kemampuan berpikir kritis perlu dilatihkan
dan dibangun sejak dini. Kekritisan seseorang
dalam
memandang
suatu
masalah
akan
memudahkan
seseorang
untuk
dapat
menghadapi dan menyelesaikan masalah. Kritis
bukan berarti selalu menentang pendapat orang
lain tanpa argumentasi yang masuk akal.
Seseorang yang berpikir kritis, berarti orang
tersebut juga telah melakukan penalaran dengan
baik.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Penilaian Tes
Kemampuan Berpikir Kritis
Aspek Indikator
Rerata Penilaian
Dosen Guru
A. Materi 1. Butir soal sesuai dengan indikator yang ditetapkan
4,0 3,0
2. Hanya ada satu kunci atau jawaban yang benar
4,5 2,5
3. Isi materi tes sesuai dengan jenis dan tingkatan kemampuan siswa 5,0 4,0 RERATA KOMPONEN A 4,5 3,3
B.Konstruksi 4. Rumusan setiap butir soal dinyatakan dengan jelas 4,0 3,5 5. Pokok soal tidak memberi petunjuk /mengarah kepada pilihan jawaban yang benar 4,5 3,5 6. Antar butir tidak bergantung satu sama lain 4,5 4,5 RERATA KOMPONEN B 4,3 3,8
C. Bahasa 7. Rumusan butir soal
menggunakan
5,0 5,0
kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar 8.Rumusan setiap butir soal menggunakan bahasa yang sederhana, komunikatif, dan mudah dipahami 5,0 5,0 9.Rumusan setiap butir soal menggunakan bahasa umum (bukan bahasa lokal ) 5,0 5,0 10. Rumusan setiap butir soal tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda. 4,5 3,5 RERATA KOMPONEN C 4,9 4,6 RERATA TOTAL 4,6 3,9
Kemampuan berpikir kritis perlu diimbangi
dengan karakter positif. Karakter bangsa seperti
dinyatakan oleh Puskur (2009) terdiri dari 18
aspek yaitu relugius, jujur, toleransi, disiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah
air, menghargai prestasi, bersahabat atau
komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung
jawab. Adapun aspek karakter yang digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
ketakwaan,
keimanan, jujur, kerja keras, disiplin, cakap,
tanggungjawab, gotong royong, demokatris,
peduli lingkungan alam. Hasil penilaian
terhadap angket karakter terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Penilaian Angket
Karakter
Aspek Indikator Rerarta Penilaian Dosen Guru A. Materi 1. Pernyataan angket sesuai 5,0 4,5dengan indikator yang ditetapkan 2. Isi angket sesuai dengan tingkat keterbacaan siswa 4,0 5,0 RERATA KOMPONEN A 4,5 4,8
B.Konstruksi 3. Rumusan setiap butir angket dinyatakan dengan jelas 4,5 4,0 4. Angket terdiri dari pernyataan positif dan negatif 4,5 5,0 RERATA KOMPONEN B 4,5 4,5 C. Bahasa 5. Rumusan pernyataan angket menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar
4,5 5,0 6. Rumusan setiap pernyataan angket menggunakan bahasa yang sederhana, komunikatif, dan mudah dipahami 4,5 5,0 7. Rumusan setiap pernyataan angket menggunakan bahasa nasional (bukan bahasa lokal ) 5,0 5,0 8. Rumusan setiap pernyataan angket tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda. 4,0 4,5 RERATA KOMPONEN C 4,5 4,8 RERATA TOTAL 4,5 4,7
Tabel 3 menunjukkan rerata skor total yang
diperoleh dari penilaian dosen dan guru
terhadap angket karakter sebesar 4,6. Menurut
Dewi, dkk. (2013), maka angket yang
dikembangkan dalam penilitian ini termasuk
kategori sangat valid atau sangat praktis.
Angket
tersebut
dapat
digunakan
untuk
mengukur karakter siswa dalam pembelajaran
IPA terpadu.
Pelaksanaan pembelajaran IPA memerlukan
sumber belajar seperti buku ajar. Meskipun
Pemerintah telah menyediakan buku IPA
Terpadu baik untuk siswa maupun pegangan
guru, namun keberadaan buku yang lain masih
tetap diperlukan sebagai bahan referensi. Buku
ajar IPA untuk kelas VII telah dirancang untuk
menambah pengetahuan siswa tentang materi
yang dikaji dalam pembelajaran IPA. Hasil
penilaian dosen dan guru terhadap rancangan
buku tersebut terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Penilaian Buku Ajar
No. Butir Penilaian Rerata Penilaian
Dosen
Guru
A. Kelayakan Isi 1. Cakupan materi 4,0 4,5 2. Akurasi Materi 4,2 4,8 3. Kemutakhiran 4,0 4,1 4. Merangsang Keinginantahuan 4,3 4,8 5. Menumbuhkan karakter 4,1 4,9 Rerata Kelayakan Isi 4,1 4,6 B. Kebahasaan 1. Sesuai dengan perkembangan peserta didik 3,8 4,8 2. Komunikatif 4,0 4,3 3. Dialogis dan Interaktif 3,8 4,8 4. Lugas 3,8 4,3 5. Koherensi dan keruntutan alir pikir3,8 4,5
6. Kesesuaian dengan kaidah bahasa Inonesia yang benar
3,5 4,8
7. Penggunaan istilah dan
simbol/lambang Rerata Kebahasaan 3,9 4,6 C. Penyajian 1. Teknik penyajian 3,9 4,8 2. Penyajian pembelajaran 4,3 4,8 Rerata Penyajian 4,1 4,8 Rerata Total 4,0 4,7