• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERBASIS TEMATIK INOVATIF UNTUK MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KARAKTER SISWA SMP DI KOTA PALU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERBASIS TEMATIK INOVATIF UNTUK MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KARAKTER SISWA SMP DI KOTA PALU"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERBASIS TEMATIK

INOVATIF UNTUK MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN

KARAKTER SISWA SMP DI KOTA PALU

DEVELOPMENT OF THE INTEGRATED SCIENCE LEARNING BASED ON THEMATIC

INNOVATIVE TO CREATE THE CRITICAL THINKING SKILLS AND CHARACTER OF

JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN PALU

Indarini Dwi Pursitasari, Siti Nuryanti, Amran Rede Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Negeri Surabaya

Jl. Soekarna Hatta Km. 9 Tondo, Palu-Sulawesi Tengah (94111). Telp. (0451) 429743 Email : indarini.untad@gmail.com

Abstrak.

Pemanfaatan sumber daya alam memerlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan

berpikir kritis dan berkarakter. Kemampuan berpikir kritis dan karakter perlu dibangun pada siswa SMP.

Tujuan dari penelitian ini adalah memvalidasi rancangan program pembelajaran IPA terpadu berbasis

tematik inovatif. Validasi dilakukan oleh dosen dan guru. Penentuan validitas rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dilakukan dengan mengkonversi rata-rata skor total menjadi nilai kuantitas (kisaran

1-4), sedangkan penilaian buku ajar dan instrumen penelitian menggunakan skala 1-5. Hasil penelitian

menunjukkan rerata skor penilaian RPP adalah 3,4; tes kemampuan berpikir kritis sebesar 4,2; angket

karakter sebesar 4,6; dan buku ajar sebesar 4,4. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka RPP,

tes kemampuan berpikir kritis, angket karakter, dan buku ajar adalah valid dan bersifat praktis.

Kata kunci: tematik, inovatif, berpikir kritis, karakter

Abstract. The utilization of natural resources requires human resources that have critical thinking skills

and character. The critical thinking skills and character needs to be developed for junior high school

students. Therefore, the aim of this study was to validate the design of the integrated science learning

program based on thematic innovative. The validation was accomplished by lecturers and teachers. The

determination of the validity of lesson plans was performed by conversion the average of total score into

a quantity of value (range 1 to 4), whereas the assessment of textbook and research instrument used a

range scale of 1 to 5. The results of this work showed that the mean score of lesson plan was 3.4; the test

of the critical thinking skills was 4.2; the character questionnaire was 4.6; and the textbook’s score was

4.4. Thus, based on the criteria used in this study, the lesson plans, the test of ability critical thinking

skills, the character questionnaire, and the textbook are valid and practical.

Keywoords : thematic, innovative, critical thinking, character

PENDAHULUAN

Provinsi Sulawesi Tengah memiliki sumber

daya alam yang berlimpah seperti coklat, rotan,

kelapa, kayu hitam, ikan, tambang emas, nikel,

dan pasir putih. Sumber daya alam tersebut

sangat potensial untuk kehidupan penduduknya

jka dapat memanfaatkan dan mengelolanya

secara arif dan bijaksana. Oleh karena itu

diperlukan

sumber

daya

manusia

yang

berkualitas dan berkarakter.

Kualitas dan karakter seseorang bisa dilihat

dari

ketakwaan

kepada

Tuhan

YME,

(2)

kemampuan, kinerja, sikap, dan interaksinya

dengan

orang

lain.

Dengan

demikian

kemampuan kognitif seseorang bukan jaminan

bahwa orang tersebut berkualitas. Kemampuan

kognitif harus diimbangi dengan karakter yang

baik pula. Oleh karena itu, nilai-nilai karakter

yang

baik

perlu

dikembangkan

melalui

pendidikan formal maupun non formal.

Berkaitan dengan pengembangan karakter

siswa, maka pemerintah telah memberlakukan

kurikulum

2013

yang

memuat

empat

kompetensi inti, yaitu sikap spiritual, sikap

sosial,

pengetahuan,

dan

keterampilan

(Kemdikbud, 2013). Keempat kompetensi inti

ini diharapkan dapat dikembangkan pada setiap

proses

pembelajaran

termasuk

dalam

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Kurikulum 2013 mengisyaratkan bahwa peserta

didik tidak hanya dibekali kemampuan kognitif

saja, namun segenap potensi yang dimiliki

peserta

didik

akan

dilatihkan

dan

dikembangkan. Salah satu jenis potensi yang

perlu dilatihkan dan dikembangkan oleh guru

kepada

peserta

didiknya

selama

proses

pembelajaran adalah keterampilan berpikir.

Keterampilan berpikir ini berupa keterampilan

berpikir dasar dan keterampilan berpikir tingkat

tinggi. Keterampilan berpikir dasar dapat berupa

keterampilan generik dan keterampilan proses

sains. Adapun keterampilan berpikir tingkat

tinggi meliputi keterampilan berpikir kritis,

berpikir

kreatif,

pemecahan/penyelesaian

masalah,

dan

pengambilan

keputusan

(Haladyna, 1997).

Kurikulum

2013

juga

menyatakan

pembelajaran IPA di Sekolah Menengah

Pertama bersifat terpadu. Sebenarnya IPA

Terpadu juga telah dicanangkan pada kurikulum

tingkat satuan pendidikan (KTSP). Namun,

pembelajaran IPA untuk siswa SMP yang

berlangsung di kota Palu masih dilaksanakan

secara terpisah dan belum tematik (Pursitasari,

Nuryanti, dan Rede, 2013). Hasil ini senada

dengan observasi dan pengalaman Nuroso dan

Siswanto

(2010))

yang

menyatakan

pembelajaran IPA Terpadu belum dijadikan satu

tema yang mencakup fisika, kimia, dan biologi.

Guru merasa tidak yakin jika harus

membelajarkan materi pelajaran yang tidak

sesuai

dengan

kompetensinya.

Beberapa

sekolah belum memberikan kesempatan kepada

siswanya untuk melakukan praktikum. Padahal

praktikum merupakan salah satu wahana untuk

mengembangkan kemampuan berpikir dan

karakter peserta didik.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka

telah dirancang program pembelajaran IPA

terpadu berbasis tematik inovatif kelas VII SMP

yang dilengkapi dengan buku ajar dan perangkat

pembelajarannya (Pursitasari, Nuryanti, dan

Rede, 2014). Program ini dirancang untuk

membangun kemampuan berpikir kritis dan

karakter

siswa.

Penyusunan

program

berdasarkan pengetahuan awal dan gaya belajar

siswa kelas VII SMP di kota Palu (Pursitasari,

2013). Sebelum program tersebut diterapkan

dalam proses pembelajaran IPA di kelas VII

SMP, maka perlu dilakukan penilaian oleh

dosen sebagai validator ahli dan guru sebagai

pengguna. Oleh karena itu tujuan dari penelitian

ini adalah menentukan validitas dari program

pembelajaran IPA terpadu berbasis tematik

inovatif untuk membangun kemampuan berpikir

dan karakter siswa SMP di kota Palu.

METODE

Rancangan program pembelajaran IPA

Terpadu dan instrumen yang telah disusun

memerlukan penilaian dan saran ataupun

masukan dari dosen pendidikan IPA dan guru

IPA

SMP.

Penilaian

dilakukan

untuk

menentukan validitas dan kepraktisan program,

sedangkan saran ataupun masukan dari dosen

dan

guru

digunakan

untuk

memperbaik

rancangan program pembelajaran IPA. Saran

dan

masukan

dituliskan

langsung

pada

rancangan

program

pembelajaran

IPA.

Penentuan validitas terhadap hasil penilaian

dosen dan guru terhadap rancangan pelaksanaan

pembelajaran dilakukan dengan mengkonversi

rata-rata skor total menjadi nilai kuantitatis

(kisaran 1-4) dengan skala sebagai berikut.

3,5

≤ Sr < 4,0 sangat valid/sangat praktis

2,5

≤ Sr < 3,5 valid/praktis

1,5

≤ Sr < 2,5 tidak valid/tidak praktis

1,0

≤ Sr < 1,5 sangat tidak valid/sangat

tidak praktis

(3)

dengan Sr adalah rata-rata skor (Dewi, dkk.,

2013) Adapun untuk penilaian buku ajar dan

instrumen penelitian mengadaptasi skala yang

digunakan Dewi, dkk. (2013) adalah:

4,5

≤ Sr < 5,0 sangat valid/sangat praktis

3,5

≤ Sr < 4,5 valid/praktis

2,5

≤ Sr < 3,5 cukup

1,5

≤ Sr < 2,5 tid

ak valid/tidak praktis

1,0

≤ Sr < 1,5 sangat tidak valid/sangat

tidak praktis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ahli yang melakukan penilaian terhadap

rancangan program pembelajaran adalah dosen

dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

dan Universitas Tadulako (Untad). Hasil

penilaian

terhadap

program

pembelajaran

melalui

penilaian

Rencana

Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Penilaian Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran

Aspek yang Diukur

Rerata Penilaian Dosen Guru

A.

Pencantuman identitas

4,0

4,0

B.

Pencantuman

kompetensi inti

4,0

4,0

C.

Pencantuman

kompetensi dasar dan

indikator

3,0

4,0

D.

Perumusan tujuan

pembelajaran

3,0

3,0

E.

Penentuan materi

pelajaran

3,5

3,5

F.

Pencantuman metode

dan strategi

pembelajaran

3,5

3,0

G.

Penyusunan

Langkah-langkah Kegiatan

Pembelajaran

2,5

4,0

H.

Pencantuman sumber

belajar

4,0

3,5

I.

Penyusunan instrumen

penilaian

3,5

2,5

Rerata Total

3,4

3,5

Tabel 1 menunjukkan dosen dan guru

memberikan penilaian yang tidak jauh berbeda

terhadap rancangan RPP dengan skor rerata

total sebesar 3,4 dan 3,5. Berdasarkan skor

tersebut maka rancangan RPP yang disusun

adalah valid dan bersifat praktis, sehingga dapat

digunakan dalam pembelajaran IPA di kelas VII

SMP. Namun demikian RPP tersebut masih

memerlukan

perbaikan

seperti

sintaks

pembelajaran masih perlu diperjelas dan

evaluasi pada setiap RPP perlu ditambahkan.

Sintaks pembelajaran IPA dari program

pembelajaran yang dirancang adalah mengamati

(observation),

mengajukan

pertanyaan

(questioning),

mengeksplorasi

(exploration),

menganalisis

(analysis),

mendiskusikan

(confirmation)

, dan mengevaluasi

(evaluation)

atau disingkat

OQEACE

(Pursitasari, Nuryanti,

dan Rede, 2014). Sintaks pembelajaran tersebut

dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan

scientific,

model pembelajaran inkuiri, serta

metode demonstrasi, diskusi kolaboratif, dan

eksperimen.

Pendekatan

scientific

dan

model

pembelajaran inkuiri memberikan pengalaman

kepada siswa untuk melakukan kerja ilmiah

layaknya

ilmuwan.

Siswa

melakukan

pengamatan,

mengajukan

pertanyaan

dan

hipotesis, mencari referensi, mengumpulkan

data, menganalisis data, menyimpulkan, dan

melaporkan hasil yang diperoleh secara lisan

maupun

tertulis.

Kerja

ilmiah

juga

membiasakan siswa untuk disiplin, jujur, gotong

royong,

tanggungjawab,

dan

demokratis.

Pembelajaran juga memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan

untuk merangsang kemampuan berpikir kritis

siswa.

Indikator tes kemampuan berpikir kritis yang

dirancang

dalam

penelitian

ini

adalah

merumuskan

pertanyaan,

menyimpulkan,

menerapkan prinsip atau rumus, merumuskan

masalah,

menemukan

persamaan

dan

perbedaan, memberikan penjelasan sederhana,

menjawab

pertanyaan

mengapa,

dan

menganalisis. Hasil penilaian dosen dan guru

terhadap

tes

kemampuan

berpikir

kritis

ditampilkan pada Tabel 2.

Rerata skor total penilaian tes kemampuan

berpikir kritis adalah 4,2. Menurut kriteria yang

digunakan oleh Dewi, dkk. (2013), maka

rancangan tes kemampuan berpikir kritis

termasuk kategori valid atau praktis. Dengan

(4)

demikian tes tersebut dapat digunakan untuk

mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.

Kemampuan berpikir kritis perlu dilatihkan

dan dibangun sejak dini. Kekritisan seseorang

dalam

memandang

suatu

masalah

akan

memudahkan

seseorang

untuk

dapat

menghadapi dan menyelesaikan masalah. Kritis

bukan berarti selalu menentang pendapat orang

lain tanpa argumentasi yang masuk akal.

Seseorang yang berpikir kritis, berarti orang

tersebut juga telah melakukan penalaran dengan

baik.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Penilaian Tes

Kemampuan Berpikir Kritis

Aspek Indikator

Rerata Penilaian

Dosen Guru

A. Materi 1. Butir soal sesuai dengan indikator yang ditetapkan

4,0 3,0

2. Hanya ada satu kunci atau jawaban yang benar

4,5 2,5

3. Isi materi tes sesuai dengan jenis dan tingkatan kemampuan siswa 5,0 4,0 RERATA KOMPONEN A 4,5 3,3

B.Konstruksi 4. Rumusan setiap butir soal dinyatakan dengan jelas 4,0 3,5 5. Pokok soal tidak memberi petunjuk /mengarah kepada pilihan jawaban yang benar 4,5 3,5 6. Antar butir tidak bergantung satu sama lain 4,5 4,5 RERATA KOMPONEN B 4,3 3,8

C. Bahasa 7. Rumusan butir soal

menggunakan

5,0 5,0

kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar 8.Rumusan setiap butir soal menggunakan bahasa yang sederhana, komunikatif, dan mudah dipahami 5,0 5,0 9.Rumusan setiap butir soal menggunakan bahasa umum (bukan bahasa lokal ) 5,0 5,0 10. Rumusan setiap butir soal tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda. 4,5 3,5 RERATA KOMPONEN C 4,9 4,6 RERATA TOTAL 4,6 3,9

Kemampuan berpikir kritis perlu diimbangi

dengan karakter positif. Karakter bangsa seperti

dinyatakan oleh Puskur (2009) terdiri dari 18

aspek yaitu relugius, jujur, toleransi, disiplin,

kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa

ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah

air, menghargai prestasi, bersahabat atau

komunikatif, cinta damai, gemar membaca,

peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung

jawab. Adapun aspek karakter yang digunakan

dalam

penelitian

ini

adalah

ketakwaan,

keimanan, jujur, kerja keras, disiplin, cakap,

tanggungjawab, gotong royong, demokatris,

peduli lingkungan alam. Hasil penilaian

terhadap angket karakter terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Penilaian Angket

Karakter

Aspek Indikator Rerarta Penilaian Dosen Guru A. Materi 1. Pernyataan angket sesuai 5,0 4,5

(5)

dengan indikator yang ditetapkan 2. Isi angket sesuai dengan tingkat keterbacaan siswa 4,0 5,0 RERATA KOMPONEN A 4,5 4,8

B.Konstruksi 3. Rumusan setiap butir angket dinyatakan dengan jelas 4,5 4,0 4. Angket terdiri dari pernyataan positif dan negatif 4,5 5,0 RERATA KOMPONEN B 4,5 4,5 C. Bahasa 5. Rumusan pernyataan angket menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar

4,5 5,0 6. Rumusan setiap pernyataan angket menggunakan bahasa yang sederhana, komunikatif, dan mudah dipahami 4,5 5,0 7. Rumusan setiap pernyataan angket menggunakan bahasa nasional (bukan bahasa lokal ) 5,0 5,0 8. Rumusan setiap pernyataan angket tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda. 4,0 4,5 RERATA KOMPONEN C 4,5 4,8 RERATA TOTAL 4,5 4,7

Tabel 3 menunjukkan rerata skor total yang

diperoleh dari penilaian dosen dan guru

terhadap angket karakter sebesar 4,6. Menurut

Dewi, dkk. (2013), maka angket yang

dikembangkan dalam penilitian ini termasuk

kategori sangat valid atau sangat praktis.

Angket

tersebut

dapat

digunakan

untuk

mengukur karakter siswa dalam pembelajaran

IPA terpadu.

Pelaksanaan pembelajaran IPA memerlukan

sumber belajar seperti buku ajar. Meskipun

Pemerintah telah menyediakan buku IPA

Terpadu baik untuk siswa maupun pegangan

guru, namun keberadaan buku yang lain masih

tetap diperlukan sebagai bahan referensi. Buku

ajar IPA untuk kelas VII telah dirancang untuk

menambah pengetahuan siswa tentang materi

yang dikaji dalam pembelajaran IPA. Hasil

penilaian dosen dan guru terhadap rancangan

buku tersebut terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Penilaian Buku Ajar

No. Butir Penilaian Rerata Penilaian

Dosen

Guru

A. Kelayakan Isi 1. Cakupan materi 4,0 4,5 2. Akurasi Materi 4,2 4,8 3. Kemutakhiran 4,0 4,1 4. Merangsang Keinginantahuan 4,3 4,8 5. Menumbuhkan karakter 4,1 4,9 Rerata Kelayakan Isi 4,1 4,6 B. Kebahasaan 1. Sesuai dengan perkembangan peserta didik 3,8 4,8 2. Komunikatif 4,0 4,3 3. Dialogis dan Interaktif 3,8 4,8 4. Lugas 3,8 4,3 5. Koherensi dan keruntutan alir pikir

3,8 4,5

6. Kesesuaian dengan kaidah bahasa Inonesia yang benar

3,5 4,8

7. Penggunaan istilah dan

(6)

simbol/lambang Rerata Kebahasaan 3,9 4,6 C. Penyajian 1. Teknik penyajian 3,9 4,8 2. Penyajian pembelajaran 4,3 4,8 Rerata Penyajian 4,1 4,8 Rerata Total 4,0 4,7

Tabel 4 menunjukkan rerata skor total hasil

penilaian buku ajar adalah 4,4. Nilai ini masuk

dalam kategori valid dan praktis untuk dapat

digunakan siswa kelas VII dalam pembelajaran

IPA.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penilaian dosen dan

guru terhadap RPP, tes kemampuan berpikir

kritis, angket karakter, dan buku ajar, maka

disimpulkan bahwa keempat komponen

dalam program pembelajaran IPA Terpadu

adalah valid dan bersifat praktis untuk

digunakan dalam pembelajaran

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan

Rektor

Universitas

Tadulako

melalui

Lembaga Penelitian yang telah memberikan

dana untuk pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Dewi, K., Sadia, I.W., dan Ristiati, N. P.

2013.

Pengembangan

Perangkat

Pembelajaran IPA Terpadu dengan Setting

Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep dan Kinerja Ilmiah

Siswa.

e-Journal Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Ganesha

. Program

Studi Pendidikan IPA. 3. Tersedia di:

http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/

index.php/jurnal_ipa/article/viewFile

/548/340. Diakses tanggal 20 Juli 2014

2.

Haladyna, T. 1997.

Writing Test Item to

Evaluate Higher Order Thinking.

USA:

Allyn & Bacon

3.

Kemdikbud.

2013.

Kompetensi

Dasar

Sekolah

Menengah

Pertama

(SMP)/Madrasah

Tsanawiyah

(MTs).

Jakarta:

Kementerian

Pendidikan

dan

Kebudayaan

4.

Nuroso, N. dan Siswanto, J. (2010). Model

Pengembangan

Modul

IPA

Terpadu

Berdasarkan Perkembangan Kognitif Siswa.

Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 1.(1):

35-46.

5.

Pursitasari, I. D. 2013. Profil Siswa SMP

Negeri di Kota Palu dalam Pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam.

Prosiding Seminar

Nasional Kimia Tanggal 16 November 2013

.

Universitas Negeri Yogyakarta: 5-9

6.

Pursitasari, I. D., Nuryanti, S. dan Rede, A.

2013. Pengembangan Program Pembelajaran

IPA

Terpadu

untuk

Membangun

Kemampuan Berpikir Kritis dan Karakter

Siswa SMP di Kota Palu.

Laporan

Penelitian Tahun Pertama.

Palu: Universitas

Tadulako

7.

Pursitasari, I. D., Nuryanti, S, dan Rede, A.

2014. Perancangan Program Pembelajaran

IPA Berbasis Tematik Inovatif Kelas VII

SMP.

Kreatif

. 17(1): 23-29

8.

Puskur,

2009.

Pengembangan

dan

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa:

Pedoman Sekolah.

Jakarta: Pusat Kurikulum

Gambar

Tabel  2.  Rekapitulasi  Hasil  Penilaian  Tes  Kemampuan Berpikir Kritis
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Penilaian Buku Ajar  No.  Butir Penilaian  Rerata Penilaian
Tabel  4  menunjukkan  rerata  skor  total  hasil  penilaian buku ajar  adalah 4,4.  Nilai  ini masuk  dalam  kategori  valid  dan  praktis  untuk  dapat  digunakan siswa kelas VII dalam  pembelajaran  IPA

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diketahui bahwa Pengembangan bahan ajar pada mata kuliah Seni Kriya Tekstil melalui beberapa tahap, yaitu: tahap analisis kebutuhan melalui

Dari permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu penelitian untuk mendapatkan pengaturan parameter proses pada mesin 3D Printer yang optimal dalam mendapatkan keakuratan

Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami de-ngan mudah, bahwa peningkatan ke- mampuan komunikasi matematis sis-wa pada kelas dengan siswa yang me-miliki kemampuan

6 Penelitian tentang ma’had atau pondok juga diteliti oleh Ahmad Yazid Albariki, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Msulana Malik Malang 2016

Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah adakah obyek yang akan dapat membantu lebih mengangkat /menonjolkan pesan yang akan disampaikan, sebagai contoh, pada saat kita memotret

pembelajaran IPA berbasis metode inkuiri yang layak pada materi kalor dan perpindahannya berdasarkan standar penilaian yang ditinjau dari validitas dan

Bagi warga jemaat yang ingin memberikan persembahan Minggu, Bulanan, dan/atau untuk Penggalangan Dana Covid-19 dapat ditransfer melalui rekening gereja atau

Kata Baba Kapten yang digunakan dalam film ini, bukan diasosiasikan dengan figur Bapak pada umumnya, tetapi digunakan sebagai penanda untuk menjelaskan citra