• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

NOMOR 3 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS,

Menimbang : a.

bahwa dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah yang nyata,

luas dan bertanggungjawab, perlu digali sumber-sumber

Pendapatan Asli Daerah guna mendukung pembiayaan

penyelenggaraan

Pemerintahan

dan

pelaksanaan

Pembangunan dan Pembinaan Kemasyarakatan menuju

kemandirian Daerah;

b.

bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka perlu

membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah;

c.

bahwa berdasarkan pertimbangan dalam huruf a dan huruf b,

perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan

Anambas tentang Retribusi Daerah;

Mengingat

: 1.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana (Lembaran Negara Rebublik Indonesia Tahun 1981

Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3259);

2.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4844);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

4.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2008 tentang Pembentukan

Kabupaten Kepulauan Anambas di Provinsi Kepulauan Riau

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 106,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4879);

5.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5049);

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian

Urusan

Pemerintahan

Antara

Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4737);

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis Tarif

Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku

Pada Depatemen Perhubungan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4973);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara

Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungut Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5161);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

dan

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI DAERAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1.

Daerah adalah Kabupaten Kepulauan Anambas.

2.

Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kepulauan

Anambas.

(3)

4.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat

DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Kepulauan Anambas.

5.

Dinas adalah Dinas Kabupaten Kepulauan Anambas.

6.

Lembaga Teknis Daerah adalah Lembaga Teknis Daerah

Kabupaten Kepulauan Anambas;

7.

Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di Bidang

Pajak Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan.

8

Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-Undangan yang

dibentuk oleh DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas dengan

persetujuan bersama Bupati.

9.

Peraturan Bupati adalah Peraturan Bupati Kepulauan Anambas.

10. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah

pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang

pribadi atau Badan Hukum.

11. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan

pelayanan

yang

menyebabkan

barang,

fasilitas,

atau

kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi

atau Badan Hukum.

12. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan

umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan

Hukum.

13. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah

Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada

dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

14. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah

dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan

Hukum yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,

pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan

ruang, serta penggunaan sumber daya alam, barang, sarana

prasarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan

umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

15. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang

menurut Peraturan Perundang-Undangan Retribusi diwajibkan

untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut

atau pemotong retribusi tertentu.

16. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang

merupakan

batas

waktu

bagi

Wajib

Retribusi

untuk

memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah

Daerah yang bersangkutan.

17. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat

SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang

telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah

dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat

pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

18. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat

SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan

besarnya jumlah pokok retribusi yang terhutang.

(4)

19. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya

disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang

menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena

jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang

terutang atau seharusnya tidak terhutang.

20. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat

STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau

sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.

21. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan

mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan

secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar

pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

Retribusi Daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan

Retribusi Daerah.

22. Penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah adalah

serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk

mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu

membuat terang tindak pidana dibidang Retribusi Daerah yang

terjadi serta menemukan tersangkanya.

23. Rumah Sakit Lapangan atau Rumah Sakit Bergerak adalah

Rumah Sakit program Pemerintah Pusat yang didirikan oleh

Departemen Kesehatan RI di desa Payalaman yang terdiri atas

beberapa kontainer yang bertujuan untuk melayani kasus-kasus

gawat darurat yang harus segera ditangani dikarenakan belum

adanya Rumah Sakit Umum Daerah di wilayah Kepulauan

Anambas.

BAB II

RETRIBUSI DAERAH

Pasal 2

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan Retribusi

Daerah dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam yang terdiri dari:

a.

Retribusi Jasa Umum;

b.

Retribusi Jasa Usaha;

c.

Retribusi Perizinan Tertentu.

BAB III

RETRIBUSI JASA UMUM

Pasal 3

(1) Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan

atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan

dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi

atau Badan Hukum.

(2) Jenis Retribusi Jasa Umum terdiri dari :

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

c. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

d. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

(5)

f.

Retribusi Pengolahan Limbah Cair; dan

g. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

(3) Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digolongkan

sebagai Retribusi Jasa Umum.

(4) Jenis retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat tidak

dipungut apabila potensi penerimaannya kecil dan/atau atas

kebijakan nasional/daerah untuk memberikan pelayanan

tersebut secara cuma-cuma.

Bagian Kesatu

Retribusi Pelayanan Kesehatan

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 4

Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan dipungut Retribusi

atas setiap Jasa Pelayanan Kesehatan.

Pasal 5

(1) Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan

kesehatan di Puskesmas, Puskesmas Keliling, Puskesmas

Pembantu, Balai Pengobatan, Rumah Sakit Umum Daerah,

Rumah Sakit Lapangan atau Rumah Sakit Bergerak, dan tempat

pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki

dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, kecuali pelayanan

pendaftaran.

(2) Dikecualikan dari objek Retribusi pelayanan kesehatan adalah

pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, BUMN,

BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 6

(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang

dapat dikenakan Retribusi Pelayanan Kesehatan.

(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum

yang menurut ketentuan Peraturan Perundang-Undangan

Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi,

termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pelayanan

Kesehatan.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 7

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis, frekuensi, dan

tingkat kesulitan.

(6)

Paragraf 3

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan

Besarnya Tarif Retribusi Kesehatan

Pasal 8

Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Tarif Retribusi Pelayanan

Kesehatan dimaksudkan untuk menutupi biaya penyelenggaraan

pelayanan kesehatan dengan mempertimbangkan kemampuan

masyarakat dan aspek keadilan.

Pasal 9

Retribusi Pelayanan Kesehatan:

(1) Besarnya Tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan digolongkan

berdasarkan jenis pelayanan kesehatan yang diberikan.

(2) Struktur dan besaran tarif retribusi pelayanan kesehatan

ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan

Daerah ini.

Bagian Kedua

Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Paragraf 1

Nama, Objek Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 10

Dengan nama Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

dipungut retribusi atas pelayanan persampahan/kebersihan.

Pasal 11

(1) Objek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah

pelayanan persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Daerah, meliputi:

a. Pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke

lokasi pembuangan sementara;

b. Pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi

pembuangan

sementara

ke

lokasi

pembuangan

/pembuangan akhir sampah; dan

c. Penyediaan

lokasi

pembuangan/pemusnahan

akhir

sampah.

(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) adalah pelayanan kebersihan jalan umum, taman,

tempat ibadah, sosial, dan tempat umum lainnya.

Pasal 12

(1) Subyek retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang

mendapat pelayanan Persampahan/kebersihan.

(7)

(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang

menurut ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Retribusi

diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk

pemungut

atau

pemotong

Retribusi

Pelayanan

Persampahan/Kebersihan.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 13

(1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis dan atau

volume sampah.

(2) Jenis sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

sampah organik dan non organik.

Paragraf 3

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan

Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 14

(1) Prinsip dan sasaran struktur dan besarnya tarif retribusi

dimaksud untuk menutupi biaya penyelenggaraan pelayanan

dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek

keadilan.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain biaya

pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan sampah dan atau

pemusnahan

sampah

termasuk

sewa

lokasi

Tempat

Pembuangan Akhir (TPA).

Pasal 15

(1) Besarnya Tarif Retribusi digolongkan berdasarkan pelayanan

yang diberikan, jenis serta volume sampah yang dihasilkan.

(2) Struktur dan besaran tarif retribusi pelayanan persampahan

ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan

Daerah ini.

Bagian Ketiga

Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 16

Dengan nama Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

dipungut retribusi sebagai pelayanan atas jasa Perparkiran di tepi

jalan umum.

(8)

Pasal 17

Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah

penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh

Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan Peraturan

Perundang-Undangan.

Pasal 18

(1) Subjek Retribusi adalah setiap orang menggunakan tempat

parkir untuk menempatkan kendaraannya.

(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang

menurut ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Retribusi

diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk

pemungut atau pemotong Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi

Jalan Umum.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 19

Cara mengukur tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jenis

kendaraan dan frekuensi penggunaan tempat parkir.

Paragraf 3

Prinsip Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Retribusi

Pasal 20

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Parkir di Tepi

Jalan Umum didasarkan pada Kebijaksanaan Daerah dengan

memperhatikan biaya penyedia jasa parkir, kemampuan Masyarakat,

dan aspek keadilan.

Paragraf 4

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 21

Struktur dan besaran tarif retribusi parkir di tepi jalan umum

ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran III dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Keempat

Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 22

Dengan nama Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dipungut

retribusi atas pelayanan pengujian kendaraan bermotor.

(9)

Pasal 23

Objek Retribusi adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor,

termasuk kendaraan bermotor di air sesuai dengan Peraturan

Perundang-Undangan yang diselenggarakan oleh Pemerintah

Daerah.

Pasal 24

(1) Subjek Retribusi adalah Orang Pribadi dan atau Badan Hukum

yang menggunakan Pelayanan pengujian kendaraan bermotor.

(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang

menurut ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Retribusi

diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk

pemungut atau pemotong Retribusi Pengujian Kendaraan

Bermotor.

Paragraf 2

Cara mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 25

Tingkat Pengggunaan Jasa diukur berdasarkan jenis kendaraan yang

diuji.

Paragraf 3

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan

Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 26

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya

tarif retribusi dimaksud untuk menutup biaya penyelenggaraan

penyediaan

pelayanan

fasilitas

pengujian

dengan

mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek

keadilan.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya

penyusutan, biaya bunga pinjaman, biaya operasional dan

pemeliharaan.

Paragraf 4

Struktur dan BesarnyaTarif Retribusi

Pasal 27

(1) Setiap kendaraan bermotor yang dikenakan ketentuan wajib uji

dipungut biaya pengujian.

(2) Struktur dan besaran tarif retribusi pengujian kendaraan

bermotor ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran IV

dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan

Daerah ini.

(10)

Bagian Kelima

Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 28

Dengan nama Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

dipungut Retribusi atas pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian

alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat

penyelamatan jiwa oleh Pemerintah Daerah terhadap alat-alat

pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat

penyelamatan jiwa yang dimiliki dan/atau dipergunakan oleh

masyarakat.

Pasal 29

Objek Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran adalah

pelayanan

pemeriksaan

dan/atau

pengujian

alat

pemadam

kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan

jiwa oleh Pemerintah Daerah terhadap alat-alat pemadam kebakaran,

alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa yang

dimiliki dan/atau dipergunakan oleh masyarakat.

Pasal 30

(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang

menggunakan

Pelayanan

pemeriksaan

alat

pemadam

kebakaran.

(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang

menurut ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Retribusi

diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk

pemungut atau pemotong Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam

Kebakaran.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 31

Cara mengukur tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jenis

kendaraan dan frekuensi pelayanan Pemeriksaan Alat Pemadam

Kebakaran.

(11)

Paragraf 3

Prinsip Dalam Penetapan Struktur dan

Besarnya Retribusi

Pasal 32

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Pemeriksaan

Alat Pemadam Kebakaran didasarkan pada Kebijaksanaan Daerah

dengan memperhatikan kemampuan Masyarakat, dan aspek

keadilan.

Paragraf 4

Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 33

Struktur dan besaran tarif retribusi pemeriksaan alat pemadam

kebakaran ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran V dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Keenam

Retribusi Pengolahan Limbah Cair

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 34

Dengan nama Retribusi Pengolahan Limbah Cair dipungut retribusi

atas pelayanan pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran,

dan industri yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola secara

khusus oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk instalasi pengolahan

limbah cair.

Pasal 35

(1) Objek Retribusi Pengolahan Limbah Cair adalah pelayanan

pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran, dan industri

yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola secara khusus oleh

Pemerintah Daerah dalam bentuk instalasi pengolahan limbah

cair.

(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) adalah pelayanan pengolahan limbah cair yang

disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN,

BUMD, pihak swasta, dan pembuangan limbah cair secara

langsung ke sungai, drainase, dan/atau sarana pembuangan

lainnya.

(12)

Pasal 36

(1) Subjek retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang

melaksanakan pelayanan pengolahan limbah cair.

(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang

menurut ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Retribusi

diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk

pemungut atau pemotong Retribusi Pengolahan Limbah Cair.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 37

Cara mengukur tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jenis

usaha dan volume limbah cair.

Paragraf 3

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 38

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif

retribusi adalah dengan memperhatikan kemampuan Masyarakat dan

aspek keadilan.

Paragraf 4

Struktur dan BesarnyaTarif Retribusi

Pasal 39

Struktur dan besaran tarif retribusi pengolahan limbah cair ditetapkan

sebagaimana tercantum dalam lampiran VI dan merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketujuh

Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 40

Dengan nama Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

dipungut retribusi atas Jasa Pengendalian Menara Telekomunikasi.

Pasal 41

Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah

pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan

memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan

umum.

(13)

Pasal 42

(1) Subjek retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang

memperoleh pelayanan Pengendalian Menara Telekomunikasi.

(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang

menurut ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Retribusi

diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk

pemungut atau pemotong Retribusi Pengendalian Menera

Telekomunikasi.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 43

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jenis Menara

Telekomunikasi.

Paragraf 3

Prinsip Dalam Penetapan Struktur

dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 44

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif

retribusi adalah dengan memperhatikan kemampuan Masyarakat dan

aspek keadilan.

Paragraf 4

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 45

Struktur dan besaran tarif retribusi pelayanan Pengendalian Menara

Telekomunikasi ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran

VII dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan

Daerah ini.

BAB IV

RETRIBUSI JASA USAHA

Pasal 46

(1) Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan atau

diberikan

Pemerintah

Daerah

dengan

menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum

dimanfaatkan secara optimal dan sepanjang belum disediakan

memadai oleh pihak swata.

(2) Jenis Retribusi Jasa Usaha terdiri dari:

a. Retribusi Tempat Khusus Parkir;

b. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;

c. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;dan

d. Retribusi Penyebrangan di Air;

(14)

Bagian Kesatu

Retribusi Tempat Khusus Parkir

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 47

Setiap pelayanan penyediaan tempat khusus parkir dipungut retribusi

dengan nama Retribusi Tempat Khusus Parkir.

Pasal 48

(1) Objek Retribusi adalah pelayanan penyediaan tempat parkir di

Tempat Khusus Parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau

dikelola oleh Pemerintah Daerah.

(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) adalah pelayanan tempat khusus parkir yang

disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN,

BMND, dan pihak swasta.

Pasal 49

(1) Subjek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah orang pribadi

atau Badan Hukum yang menggunakan/menikmati pelayanan

jasa Tempat Khusus Parkir.

(2) Wajib Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah orang pribadi atau

Badan Hukum yang menurut ketentuan Peraturan

Perundang-Undangan Retribusi, diwajibkan untuk melakukan pembayaran

Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi

pemakaian jasa Tempat Khusus Parkir.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 50

(1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan pada faktor–faktor

kawasan, jenis kendaraan, frekuensi dan jangka waktu

penggunaan tempat khusus parkir.

(2) Kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. Kawasan I (Parkir tempat

umum);

b. Kawasan II (Parkir tempat usaha).

Paragraf 3

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan

Struktur dan Besaran Tarif Retribusi

Pasal 51

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besaran tarif

retribusi didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan

(15)

yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh

pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan

berorientasi pada harga pasar.

(2) Penetapan struktur dan besaran tarif retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pada perhitungan belanja

operasional, biaya pemeliharaan, belanja modal dan jumlah

tempat khusus parkir.

Paragraf 4

Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 52

Struktur dan besaran tarif retribusi tempat khusus parkir ditetapkan

sebagaimana tercantum dalam Lamipiran VIII dan merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 53

Dengan nama Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan dipungut retribusi

atas penyediaan fasilitas Kepelabuhanan.

Pasal 53

(1) Objek Retribusi adalah pelayanan jasa kepelabuhanan,

termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang

disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) adalah pelayanan tempat khusus parkir yang

disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN,

BMND, dan pihak swasta.

Pasal 54

(1) Subjek Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan adalah orang

pribadi atau Badan Hukum yang menggunakan/menikmati

pelayanan jasa Kepelabuhanan.

(2) Wajib Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan adalah orang pribadi

atau Badan Hukum yang menurut ketentuan Peraturan

Perundang-Undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan

pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong

Retribusi pemakaian jasa Pelayanan Kepelabuhanan.

(16)

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 55

Tingkat penggunaan jasa retribusi diukur berdasarkan lokasi, luas

dan jenis fasilitas di pelabuhan yang digunakan atau dimanfaatkan.

Paragraf 3

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur

Dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 56

Prinsip dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi

didasarkan pada tujuan memperoleh keuntungan yang layak sebagai

keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis

yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Paragraf 4

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 57

Struktur dan besaran tarif retribusi pelayanan kepelabuhanan

ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran IX dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga

Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 58

Dengan nama Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga dipungut

retribusi atas jasa pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah

pada tempat rekreasi dan olahraga.

Pasal 59

(1) Objek Retribusi adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata,

olah raga yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh

Pemerintah Daerah.

(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) adalah pelayanan tempat khusus parkir yang

disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN,

BMND, dan pihak swasta.

(17)

(1) Subjek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah orang

pribadi atau Badan Hukum yang menggunakan/menikmati

pelayanan jasa Tempat Rekreasi dan Olahraga.

(2) Wajib Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah orang

pribadi atau Badan Hukum yang menurut ketentuan Peraturan

Perundang-Undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan

pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong

Retribusi pemakaian jasa Tempat Rekreasi dan Olahraga.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 61

Tingkat

penggunaan

jasa

dihitung

berdasarkan

frekwensi

pemanfaatan tempat Rekreasi dan Olahraga.

Paragraf 3

Prinsip Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Retribusi

Pasal 62

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi Tempat Rekreasi

dan Olahraga didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan

yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh

pengusaha swasta sejenis yang secara efisien berorientasi pada

harga pasar.

Paragraf 4

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 63

Struktur dan besaran tarif retribusi Tempat Rekreasi dan Olah raga

ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran X dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Keempat

Retribusi Penyeberangan di Air

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 64

Dengan nama Retribusi Penyeberangan di Air dipungut retribusi atas

jasa pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan

menggunakan kendaraan di air yang dimiliki dan/atau dikelola oleh

Pemerintah Daerah.

Pasal 65

(1) Objek Retribusi Penyeberangan di Air adalah pelayanan

penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan

(18)

kendaraan di air yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah

Daerah.

(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) adalah pelayanan penyeberangan yang dikelola oleh

Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 66

(1) Subjek Retribusi Penyeberangan di Air adalah orang pribadi

atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa

Penyeberangan di Air.

(2) Wajib Retribusi Tempat Penyeberangan di Air adalah orang

pribadi atau Badan Hukum yang menurut ketentuan Peraturan

Perundang-Undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan

pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong

Retribusi pemakaian jasa Penyeberangan di Air.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 67

Tingkat

penggunaan

jasa

dihitung

berdasarkan

frekwensi

pemanfaatan jasa Penyeberangan di Air.

Paragraf 3

Prinsip Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Retribusi

Pasal 68

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi Penyeberangan

di Air didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang

layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh

pengusaha swasta sejenis yang secara efisien berorientasi pada

harga pasar.

Paragraf 4

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 69

Struktur dan besaran tarif retribusi penyeberangan di atas air

ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran XI dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB V

RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU

Pasal 70

(1) Retribusi Perizinan tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu

oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan

Hukum yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan

(19)

atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan Sumber Daya

Alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna

melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian

lingkungan.

(2) Jenis Retribusi Perizinan Tertentu terdiri dari:

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

b. Retribusi Izin Gangguan;

c. Retribusi Izin Trayek;dan

d. Retribusi Izin Usaha Perikanan

Bagian Kesatu

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 71

(1) Dengan nama Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dipungut

retribusi sebagai pembayaran atas pemberian Izin Mendirikan

Bangunan.

(2) Tata cara pemberian Izin diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 72

(1) Objek Retribusi adalah pemberian Izin Mendirikan Bangunan.

(2) Dikecualikan dari objek Retribusi adalah:

a. Tempat peribadatan, sarana kepentingan sosial yang

bersifat nirlaba, dan rumah sangat sederhana.

b. Bangun bangunan berupa : tiang bendera, pengelola

tanaman hias, bak sampah;

shelter

bis, sumur resapan dan

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

c. Bangunan Milik Pemerintah atau Pemerintah Daerah

Pasal 73

(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang

memperoleh Izin Mendirikan Bangunan.

(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang

menurut ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Retribusi

diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk

pemungut atau pemotong Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 74

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis bangunan,

klasifikasi dan volume.

(20)

Paragraf 3

Prinsip Dan Sasaran Penetapan Besarnya Tarif

Pasal 75

Prinsip penetapan tarif retribusi adalah untuk kegiatan administrasi,

perencanaan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai

Bangunan (KLB) dan Koefisien Ketinggian Bangunan (KTB), survey

lapangan, keterangan rencana kota, rencana tata letak bangunan,

penelitian

teknis,

pengendalian

pembangunan,

pengendalian

penggunaan bangunan dan kondisi bangunan serta pembinaan.

Pasal 76

Pemberian Izin Mendirikan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 80 ayat (1), yaitu berupa pembangunan baru maupun

perbaikan atau mengubah bangunan.

Pasal 77

(1) Koefisien/faktor lantai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83,

adalah sebagai berikut:

a. Lantai basement

: 1,20 m

2

x koefisien

b. Lantai dasar

: 1,00 m2 x koefisien

c. Lantai II

: 1,090 m2 x koefisien

d. Lantai III

: 1,120 m2 x koefisien

e. Lantai IV

: 1,135 m2 x koefisien

f.

f. Lantai V

: 1,162 m2 x koefisien

g. Lantai VI

: 1,197 m2 x koefisien

h. Lantai VII

: 1,236 m2 x koefisien

i.

Lantai VIII

: 1,265 m2 x koefisien

j.

dan seterusnya setiap kenaikan 1 (satu) lantai ditambah

sebesar 0,030m

2

.

(2) Bangunan vertikal yang mempunyai tinggi lebih dari 5m

2

(lima

meter persegi)

dianggap sebagai dua lantai.

Paragraf 4

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 78

Struktur dan besaran tarif retribusi izin mendirikan bangunan

ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran XII dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peratu.an Daerah ini.

Bagian Kedua

Retribusi Izin Gangguan

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Pajak

Pasal 79

(21)

(1) Dengan nama Pemberian Izin Gangguan dipungut retribusi atas

pelayanan izin gangguan.

(2) Tata cara pemberian Izin diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 80

(1) Objek

Izin

Gangguan

adalah

pemberian

izin

tempat

usaha/kegiatan kepada orang Pribadi atau Badan Hukum yang

dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dan/atau

gangguan, termasuk pengawasan dan pengendalian kegiatan

usaha secara terus-menerus untuk mencengah terjadinya

gangguan ketertiban, keselamatan, atau kesehatan umum,

memeliharan ketertiban lingkungan, dan memenuhi norma

keselamatan dan kesehatan kerja.

(2) Tidak termasuk objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) adalah tempat Usaha/kegiatan yang telah ditentukan

oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

Pasal 81

(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang

memperoleh Izin Gangguan.

(2) Wajib Retribusi Izin Gangguan adalah orang pribadi atau

Badan Hukum yang menurut ketentuan Peraturan

Perundang-Undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran

Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Izin

Gangguan.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 82

(1) Tingkat penggunaan jasa ditetapkan berdasarkan perhitungan

Tarif berdasarkan Luas Tempat Usaha x Indeks Lokasi x Indeks

Gangguan.

(2) Luas tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah luas lantai bangunan atau luas ruang terbuka yang

digunakan untuk tempat usaha dan penunjang tempat usaha.

(3) Indeks lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

Lokasi Kawasan Tempat Usaha/Industri, Indeks 2 Rumah

Tinggal dan Usaha.

(4) Indeks gangguan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. Gangguan Berat Indeks 3;

b. Gangguan Ringan Indeks 2.

Paragraf 3

Prinsip Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Retribusi

Pasal 83

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besaran tarif

retribusi

didasarkan

pada

tujuan

untuk

menutup

biaya

penyelenggaraan

pemberian

izin

yang

didasarkan

pada

Kebijaksanaan Daerah dengan memperhatikan biaya pengecekan

(22)

dan pengukuran ruang tempat usaha, biaya pemeriksaan, biaya

pengawasan

dan

pengendalian

serta

mempertimbangkan

kemampuan Masyarakat dan aspek keadilan.

Paragraf 4

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 84

Struktur dan besaran tarif retribusi izin Gangguan ditetapkan

sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII dan merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga

Retribusi Izin Trayek

Paragraf 1

Nama, Objek, Subyek dan Wajib Retribusi

Pasal 85

(1) Dengan nama Retribusi Izin Trayek dipungut retribusi sebagai

pembayaran atas pemberian izin trayek kepada orang pribadi

atau Badan Hukum untuk menyediakan pelayanan angkutan

penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek dalam

daerah.

(2) Tata cara pemberian Izin diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 86

Objek Retribusi Izin Trayek adalah pemberian izin kepada orang

pribadi atau Badan Hukum untuk menyediakan pelayanan angkutan

penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu.

Pasal 87

(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang

memperoleh Izin Trayek.

(2) Wajib Retribusi Izin Trayek adalah orang pribadi atau Badan

Hukum yang menurut ketentuan Peraturan

Perundang-Undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran

Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Izin

Trayek.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Pengguna Jasa

Pasal 88

Tingkat pengguna jasa diukur berdasarkan jumlah izin yang diberikan

dan jenis angkutan umum penumpang.

(23)

Paragraf 3

Prinsip Dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif Retribusi

Pasal 89

Prinsip dan sasaran penetapan tarif Retribusi izin trayek didasarkan

pada tujuan untuk menutupi biaya penyelenggaraan perberian izin

yang bersangkutan.

Paragraf 4

Struktur Dan Besarnya Tarif Izin Trayek

Pasal 90

Struktur dan besaran tarif retribusi izin trayek tetapkan sebagaimana

tercantum dalam Lampiran XIV dan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Keempat

Retribusi Izin Usaha Perikanan

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Pajak

Pasal 91

(1) Dengan nama Retribusi Izin Usaha Perikanan dipungut retribusi

atas pelayanan Izin Usaha Perikanan.

(2) Tata cara pemberian Izin diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 92

Objek Retribusi Izin Usaha Perikanan adalah pemberian izin usaha

penangkapan dan pembudidayaan ikan.

Pasal 93

(1) Subjek Retribusi Izin Usaha Perikanan adalah orang pribadi

atau Badan Hukum yang memperoleh Izin Usaha Perikanan.

(2) Wajib Retribusi Izin Usaha Perikanan adalah orang pribadi atau

Badan Hukum yang menurut ketentuan Peraturan

Perundang-Undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran

Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Izin

Usaha Perikanan.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 94

Tingkat penggunaan jasa diukur terhadap usaha perikanan

berdasarkan rumusan Gross Tonnage (GT) kapal yang digunakan,

(24)

kapasitas produksi dan tingkat teknologi, jumlah dan jenis hasil

perikanan yang dikirim.

Paragraf 3

Prinsip Dalam Penetapan Tarif Retribusi

Pasal 95

Prinsip dalam penetapan tarif retribusi izin usaha perikanan

didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian dan/atau seluruh

biaya penyelenggaraan usaha perikanan dan pemberian izin yang

diterima oleh orang pribadi atau badan hukum terhadap pemanfaatan

sumberdaya ikan, serta mempertimbangkan kemampuan Masyarakat

dan aspek keadilan.

Pasal 96

(1) Retribusi Izin Usaha Perikanan, terdiri dari:

a. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP);

b. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI);

c. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI);

(2) Surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat

dipindahtangankan.

(3) Penetapan besarnya tarif Retribusi sebagai berikut:

a. Usaha penangkapan ikan besarnya tarif berdasarkan

rumusan tarif per Gross Tonnage (GT) dikalikan ukuran GT

kapal

menurut

jenis

alat

penangkap

ikan

yang

dipergunakan;

b. Usaha pengangkutan ikan besarnya tarif berdasarkan tarif

per Gross Tonnage (GT) dikalikan ukuran kapal, menurut

jenis alat penangkapan ikan yang digunakan ;

c. Usaha pembudidayaan ikan besarnya tarif berdasarkan

skala teknologi yang digunakan;

d. Usaha pengumpulan dan pengangkutan ikan besarnya tarif

berdasarkan kapasitas peralatan pengumpulan dan/atau

penampungan yang dipergunakan;

e. Usaha pengolahan ikan besarnya tarif berdasarkan

kapasitas produksi yang dipergunakan;

f.

Usaha pengiriman ikan besarnya tarif berdasarkan jumlah

dan jenis ikan yang akan dipasarkan.

Pasal 97

(1) SIUP seperti dimaksud dalam Pasal 96 ayat (1) huruf a,

didasarkan pada usaha penangkapan dan usaha budidaya.

(2) SIPI dan atau SIKPI diberikan sebagai kelengkapan SIUP.

(3) SIUP, SIPI dan SIKPI diberikan pada pemohon serta wajib

membayar sebagai Pungutan.

Pasal 98

(1) Orang atau badan hukum yang melakukan usaha perikanan

berupa membangun dan atau menggunakan

cold storage

dan

sejenisnya dalam rangka usaha perikanan wajib memperoleh

persetujuan prinsip dari Bupati.

(25)

dan atau mengadakan kapal dalam rangka usaha perikanan

wajib memperoleh rekomendasi dari Bupati atas saran pejabat

teknis.

Paragraf 4

Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 99

Struktur dan besaran tarif retribusi izin usaha perikanan ditetapkan

sebagaimana tercantum dalam Lampiran XV dan merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB VI

Bagian Kesatu

Tata Cara Pemungutan

Pasal 100

(1) Retribusi dipunggut di wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen

lain yang dipersamakan.

(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.

(4) Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi diatur dengan

Peraturan Bupati.

Pasal 101

Retribusi terutang terjadi pada saat diterbitkan atau dokumen lain

yang dipersamakan.

BAB VII

Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran

Pasal 102

(1) Pembayaran retribusi dilakukan sekaligus atau lunas.

(2) Hasil Pungutan Retribusi disetor ke Kas Daerah melalui

Bendahara Khusus Penerima Dinas Paling lambat 1 x 24 jam.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Pemungutan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan

Peraturan Bupati.

Pasal 103

(1) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110

ayat (1) diberikan tanda bukti pembayaran.

(2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.

(3) Bentuk, isi, kualitas, ukuran, buku dan tanda bukti pembayaran

retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.

(26)

BAB VIII

Tata Cara Penagihan

Pasal 104

(1) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 103 ayat (2) retribusi tidak dilunasi, maka kepada Wajib

Retribusi diberikan Surat Teguran yang dikeluarkan oleh

Pejabat yang berwenang setelah lewat saat jatuh tempo

pembayaran retribusi;

(2) Dalam jangka waktu 15 hari sejak Surat Teguran sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) Wajib Retribusi harus melunasi retribusi

yang terutang;

(3) Tunggakan

retribusi

yang

terutang

ditagih

dengan

menggunakan STRD;

(4) Bentuk, Jenis, dan isi Surat Tengguran, serta penertiban STRD

diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB IX

Sanksi Administratif

Pasal 105

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau

kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga

sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari besarnya retribusi yang

terutang yang tidak atau kurang bayar dan ditagih dengan

menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah.

Bagian Kesatu

Keberatan

Pasal 106

(1) Wajib Retribusi mengajukan keberatan kepada Bupati atau

Pejabat yang ditunjuk;

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dengan disertai

alasan-alasan yang jelas;

(3) Keberatan harus dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

sejak tanggal Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD)

diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi dapat Menunjukkan

bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan

diluar kekuasaannya;

(4) Pengajuan Keberatan tidak menunda kawajiban membayar

Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.

Pasal 107

(1) Dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal

Surat Keberatan diterima Bupati harus memberi keputusan atas

keberatan yang diajukan;

(2) Keputusan Bupati atas keberatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian,

menolak atau menambah besarnya Retribusi yang terutang;

(27)

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (1), telah

lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, maka

keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 108

(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruh,

kelebihan pembayaran Retribusi dikembalikan dengan ditambah

imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling

lama 12 (dua belas) bulan;

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung

sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.

Bagian Kedua

Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi

Pasal 109

(1) Bupati memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan

Retribusi;

(2) Pemberian

pengurangan,

keringanan

dan

pembebasan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini diberikan

dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi;

(3) Tata cara pengurangan,keringanan dan pembebasan Retribusi

akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian Ketiga

Kadaluwarsa Penagihan

Pasal 110

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah

melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun, terhitung sejak saat

terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali apabila Wajib

Retribusi melakukan tindak pidana dibidang Retribusi.

(2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), tertangguh apabila:

a. Diterbitkan Surat Teguran;

b. Ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib baik langsung

maupun tidak langsung

(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagiamana dimaksud

pada ayat (2) huruf a kedaluwarsa penagihan dihitung sejak

tanggal ditermanya Surat Teguran tersebut.

(4) Pengakuan untung Retribusi secara langsung sebagimana

dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan

kesadaranya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi

dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

(5) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagiamana

dimaksud ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan

permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan

permohonan keberatan oleh wajib Retribusi.

Bagian Keempat

Tata Cara Penghapusan Piutang Retribusi Yang Kadaluwarsa

Pasal 111

(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin dapat ditagih lagi karena

untuk melakukan Penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapus.

(2) Bupati menetapkan Keputusan tentang penghapusan piutang

(28)

Retribusi Daerah yang sudah kadaluwarsa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).

(3) Tata cara penghapusan piutang retribusi yang sudah

kadaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB X

PENINJAUAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 112

(1) Tarif retribusi dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun

sekali.

(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan

dengan

memperhatikan

indeks

harga

dan

perkembangan perekonomian.

(3) Penetapan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XI

INSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 113

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi dapat diberi

insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati

Berdasarkan Peraturan Pemerintah yang mengatur insentif

pemungutan.

BAB XII

PENYIDIKAN

Pasal 114

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah

Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk

melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah,

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara

Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat

pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah

yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan

ketentuan Peraturan Perundang-Undangan

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah:

a. menerima,

mencari,

mengumpulkan,

dan

meneliti

keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana

di bidang Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut

menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti,

mencari,

dan

mengumpulkan

keterangan

mengenai orang pribadi atau Badan Hukum tentang

kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan

tindak pidana retribusi;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi

atau Badan Hukum sehubungan dengan tindak pidana di

(29)

bidang Retribusi;

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan

dengan tindak pidana di bidang Retribusi;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti

pembukuan,

pencatatan,

dan

dokumen

lain,

serta

melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f.

meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan

tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi;

g. menyuruh

berhenti

dan/atau

melarang

seseorang

meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan

sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda,

dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana

Retribusi;

i.

memanggil orang untuk didengar keterangannya dan

diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j.

menghentikan penyidikan; dan/atau

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran

penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi sesuai dengan

ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan

dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya

kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara

Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam

Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB XIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 115

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya

sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana

kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling

banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau

kurang dibayar.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

pelanggaran.

(3) Denda sebagimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

penerimaan Negara

BAB XIV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 116

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Retribusi yang masih

terutang dapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung

sejak saat terutang.

Pasal 117

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan

kemandirian daerah, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas

dapat melakukan perluasan objek retribusi daerah selain yang

ditetapkan dalam Pasal 2, sepanjang memenuhi kriteria dengan tidak

membebani masyarakat.

(30)

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 118

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran

Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas.

Ditetapkan di Tarempa

pada tanggal 25 April 2011

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

ttd

T. MUKHTARUDDIN

Diundangkan di Tarempa

pada tanggal 25 April 2011

Plt. SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS,

ttd

RADJA TJELAK NUR DJALAL, S. Sos, M.Si

PEMBINA TK I

NIP. 19650727 198604 1 005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2011

NOMOR 3

(31)

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

NOMOR TAHUN 2010

TENTANG

RETRIBUSI DAERAH

I.

UMUM.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Pemerintahan Daerah yang merubah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,

memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah/Kota untuk mengurus

sendiri Urusan Pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

Berkaitan dengan kewenangan tersebut, maka pemerintah Daerah Kabupaten

berhak mengadakan pengaturan yang berupa Retribusi Jasa Usaha kepada

masyarakat, pengaturan tersebut dituangkan kedalam peraturan

perundang-undangan yang bersifat memaksa, hal tersebut juga ditegaskan dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, Daerah diberi kewenangan untuk memumut jenis-jinis

retribusi yang terkait dengan Retribusi yang diberikan kewenangan kepada

Pemeritah Daerah. Dengan kewenangan tersebut bisa mendukung pelaksanaan

otonomi daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3

Cukup jelas

Pasal 4

Cukup jelas

Pasal 5

Cukup jelas

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7

Cukup jelas

Pasal 8

(32)

Cukup jelas

Pasal 9

Lampiran I (Retribusi Kesehatan)

Cukup jelas

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “tempat umum lainnya” adalah tempat yang

dapat digunakan oleh masyarakat umum dan dikelola oleh Pemerintah

Daerah.

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Lampiran II (Retribusi Persampahan / Kebersihan)

Cukup jelas

Pasal 16

Cukup jelas

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18

Cukup jelas

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20

Cukup jelas

Pasal 21

Lampiran III (Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum)

Cukup jelas

Pasal 22

Cukup jelas

Pasal 23

Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik yoghurt seperti rasa yang asam dan tekstur yang kental menjadikan beberapa orang tidak menyukainya.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

Hal ini terjadi lebih sering pada pasien dengan fungsi terganggu, seperti pasien dengan dermatitis stasis, ulkus kaki dan atopik dermatitis

Ketika melakukan service dengan teknik backhand posisi kaki harus disesuaikan dengan tangan mana yang memegang dengan teknik backhand posisi kaki harus disesuaikan dengan tangan

Bagian yang meresap dekat dengan permukaan maka akan menguap kembali lewat tanaman (evapotransportasi) atau penguapan pada tubuh air yang terbuka (evaporasi),

(2) Pejabat Struktural yang melaksanakan tugas belajar dan dibebaskan dari jabatannya, dikenakan pengurangan Tunjangan Kinerja sebesar 2,25% (dua koma dua puluh

Pada awal masa sewa, aset dan liabilitas untuk pembayaran sewa di masa depan diakui di laporan posisi keuangan pada jumlah yang sama, kecuali untuk biaya langsung awal dari lessee

Salah satu indikasi yang terkadang menjadi suatu masalah dalam perbankan adalah bahwa tidak hanya sekedar menyalurkan kredit saja melainkan bagaimana kredit

(2) Wajib Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi, diwajibkan untuk melakukan