• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEKANISME PEMOTONGAN, PENYETORAN, PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 ATAS JASA LAIN PADA PT. PLN (PERSERO) AREA SURABAYA SELATAN Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MEKANISME PEMOTONGAN, PENYETORAN, PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 ATAS JASA LAIN PADA PT. PLN (PERSERO) AREA SURABAYA SELATAN Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulisan dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. PLN (Persero) Surabaya Selatan dengan baik dan lancar sehingga dapat selesai tepat waktu. Laporan PKL ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik program Diploma III Perpajakan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md.). Judul yang diambil dalam penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini adalah “Mekanisme Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Panghasilan Pasal 23 Atas Jasa Lain pada PT. PLN (Persero) Area Surabaya

Selatan.”

Tidak lupa Penulis meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan Laporan Akhir ini, serta apabila terdapat kesalahan kata dalam penulisan nama, gelar dan jabatan yang tercantum.

Pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan Laporan Akhir Praktik Kerja Lapangan. Ucapan terima kasih Penulis disampaikan kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan, kemudahan, dan kelancaran yang diberikan selama proses penyelesaian laporan ini.

2. Dr. H. Widi Hidayat, SE.,M.Si.,Ak.,CMA.,CA. Selaku Dekan Fakultas Vokasi beserta seluruh Wakil Dekan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.

3. Okta Sindhu H.SE.,AK.,BKP selaku Ketua Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Surabaya, selaku dosen penanggung jawab Mata Kuliah PKL.

4. Khusnul Prasetyo, SE.,MM.,Ak.,CMA selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan selama penulisan Laporan Akhir ini.

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik dan mengarahkan selama penulis menempuh di bangku perkuliahan.

(5)

6. Ayah, Ibu, Kakak, Adik dan seluruh keluarga yang selalu mendukung dan berdo’a selama penulis menuntut ilmu di bangku perkuliahan.

7. Pak Edy Budiarso selaku Asisten Manajer Pelayanan dan Administrasi PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan yang telah memberikan ijin, kepercayaan, kesempatan dan ilmu yang diberikan kepada penulis untuk belajar banyak hal tentang dunia kerja dan tantangan yang sebenarnya serta dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.

8. Semua staf di PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan Pak Yossy, Bu Julaiha, Pak Sabar, Pak Sori, Bu Elly, Bu Puji yang sudah mau berbagi ilmu, membimbing dan sabar mengajari.

9. Reka Cahya yang selalu ada untuk memberikan semangat dan dukungan untuk menyelesaikan Laporan Akhir ini.

10.Teman-teman mahasiswa Program Studi Diploma III Perpajakan khususnya Theresia, Nadini, Mauhi, Ratna, serta teman-teman angkatan 2013 yang super solid.

11.Untuk semua pihak yang membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhir kata dengan segala keterbatasan dan kekurangan, Penulis berharap Laporan Praktik Kerja Lapangan ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya serta dukungan berupa kritik dan saran guna lebih baiknya laporan ini.

Surabaya, 6 Juni 2016

(6)
(7)

DAFTAR ISI

1.1.1.6 Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 23 ………... 10

1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ... 11

1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL) ... 12

1.4 Rencana Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ... 13

BAB 2 : PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2.1 Gambaran Umum Instansi ... 15

2.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 15

2.1.2 Logo Perusahaan ... 16

2.1.3 Visi dan Misi Perusahaan ... 17

(8)

vi

2.1.5 Uraian Fungsi dan Tugas Pokok pada Perusahaan ……….... 19

2.2 Deskripsi Hasil Praktik Kerja Lapangan ... 22

2.2.1 Masa Persiapan Praktik Kerja Lapangan ... 22

2.2.2 Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ... 23

2.3 Pembahasan ... 23

2.3.1 Jenis Jasa Lain yang dikenakan PPh pasal 23di PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan ... 24

2.3.2 Mekanisme Pemotongan PPh Pasal 23 atas Jasa Lain di PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan ... 24

2.3.3 Mekanisme Penyetoran PPh Pasal 23 atas Jasa Lain di PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan ... 27

2.3.4 Mekanisme Pelaporan PPh Pasal 23 atas Jasa Lain di PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan ... 29

BAB 3 : PENUTUP 3.1 Kesimpulan ... 32

3.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ……… 33 LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 : Logo PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan ... 16 Gambar 2.2 : Bagan Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Area Surabaya

Selatan ... 19 Gambar 2.3 : Mekanisme Pemotongan PPh Pasal 23 di PT. PLN (Persero)

Area Surabaya Selatan ... 27 Gambar 2.4 : MekanismePenyetoran PPh Pasal 23 di PT. PLN (Persero)

Area Surabaya Selatan ... 28 Gambar 2.5 : MekanismePelaporan PPh Pasal 23 di PT. PLN (Persero) Area

Surabaya Selatan ... 30

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan (PKL)

PT. PLN (Persero) menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik, yang bergerak dalam sektor pembangkitan, transmisi, dan distribusi tenaga listrik di seluruh wilayah Indonesia, baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan, baik untuk kalangan industri, komersial, rumah tangga maupun umum. PT. PLN (Persero) merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang mempunyai posisi strategis. Di samping itu PT. PLN (Persero) juga mempunyai 250 (dua ratus lima puluh) unit satuan administrasi yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dengan mengemban pula amanat dari pemerintah untuk menjaga pasokan tenaga listrik di seluruh tanah air Indonesia..

PT. PLN (Persero) merupakan salah satu perusahaan milik negara dengan skala nasional yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan tenaga listrik di seluruh Indonesia. Area pelayanan PT. PLN (Persero) Surabaya Selatan terdapat 5 Rayon, untuk Rayon Darmo Permai dengan luas wilayah 107,09 km dan total pelanggan pada tahun 2015 mencapai 121,928. Untuk Rayon Dukuh Kupang dengan luas wilayah 32,26 km dan total pelanggan pada tahun 2015 mencapai 77,4999. Untuk Rayon Ngagel dengan luas wilayah 35,28 km dan total pelanggan pada tahun 2015 mencapai 90,165. Untuk Rayon Rungkut dengan luas wilayah 58,49 km dan total pelanggan pada tahun 2015 mencapai 134,989. Dan untuk Rayon Gedangan dengan luas wilayah 97,71 km dan total pelanggan pada tahun 2015 mencapai 104,811.

Visi PT. PLN (Persero) adalah Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani. Misi PT. PLN (Persero) :

1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham.

2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

(13)

3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. 4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

PT. PLN (Persero) Surabaya Selatan menjalankan kegiatan operasionalnya menggunakan jasa tenaga ahli atau jasa lain seperti jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services) cleaning services, satpam, dan sopir kendaraan dinas, adapula jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan inempunyai izin dan/ atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi.

PT. PLN (Persero) Surabaya Selatan berhak memotong pajak penghasilan 23 atas penghasilan yang diterima oleh subjek pajak dalam negeri baik badan atau orang pribadi dan Bentuk Usaha Tetap (BUT). PT. PLN (Persero) Surabaya Selatan merupakan Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 karena merupakan badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, dan Bentuk Usaha Tetap (BUT). Pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 23 harus sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku. Vendor penyedia tenaga kerja yang berhak meminta bukti potong PPh Pasal 23 kepada pemotong PT. PLN (Persero) Surabaya Selatan karena telah terjadi kesepakatan antara kedua pihak bersamaan dengan pembayaran atas penggunaan jasa lain yaitu penyedia tenaga kerja (outsourcing services).

(14)

berakhir (10 Februari 2016). Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Dalam pengertian hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Pembayaran dan penyetoran pajak harus dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak. SSP ini berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi. SSP dianggap sah jika telah divalidasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN). Adapun tempat pembayaran adalah Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan sebagai tempat pembayaran pajak. Ketika pajak yang sudah dipotong tersebut telah dibayarkan atau disetorkan kepada Kas Negara melalui Kantor Pos atau Bank yang ditunjuk maka pencatatan akuntansinya diperlakukan seperti pembayaran hutang.

Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir terdapat dalam Pasal 7 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 stdtd Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010. Batas akhir pelaporan di atas bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Pengertian hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Pemotong PPh Pasal 23 yaitu PT. PLN(Persero) Surabaya Selatan wajib memberikan tanda bukti pemotongan PPh Pasal 23 kepada orang pribadi atau badan yang dipotong setiap melakukan pemotongan atau pemungutan. Bagi penerima penghasilan, bukti pemotongan PPh Pasal 23 ini adalah bukti pelunasan PPh terutang dalam tahun tersebut yang nantinya akan dikreditkan dalam SPT Tahunannya. Apabila masa pajak telah berakhir, PT. PLN (Persero)

(15)

Surabaya Selatan wajib melaporkan pemotongan yang telah dilakukan dalam masa pajak tersebut. Pelaporan ini dilakukan dengan menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 ke Kantor Pelayanan Pajak Njagir Wonokromo paling lambat tanggal 20 Februari 2016.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam penyusunan laporan tugas akhir ini penulis akan membahas tentang “Mekanisme Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 atas Jasa Lain pada PT.

PLN (Persero) Area Surabaya Selatan”. Dan penting dibahas bagi penulis karena melihat sumber pemasukan dan penerimaan negara yang utama adalah dari pajak, maka dari itu pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan Pasal 23 atas biaya penggunaan jasa lain penyedia tenaga kerja

(outsourcing services) pada PT. PLN (Persero) Surabaya Selatan apa telah

menjalankan kewajiban sebagai Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 secara baik dan benar sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku supaya tidak dikenakan sanksi.

1.1.1. Landasan Teori

1.1.1.1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 23

Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

1.1.1.2. Pemotong dan Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 23

1. Pemotong PPh Pasal 23: a. Badan pemerintah;

(16)

d. bentuk usaha tetap (BUT);

e. perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;

f. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23: a. WP dalam negeri;

b. BUT

1.1.1.3. Tarif dan Objek PPh Pasal 23

1. 15% dari jumlah bruto atas:

a. dividen kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final, bunga, dan royalti;

b. hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh pasal 21.

2. 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.

3. 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi dan jasa konsultan.

4. 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya, yaitu:

Peraturan Menteri Keuangan nomor 141/PMK.03/2015 yang berlaku 23 Agustus 2015 merinci jenis-jenis jasa lain yang dikenai atau dipotong PPh Pasal 23, yaitu :

1. Jasa penilai (appraisal); 2. Jasa aktuaris;

3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan; 4. Jasa hukum;

5. Jasa arsitektur;

6. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape; 7. Jasa perancang (design);

8. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap;

(17)

9. Jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);

10. Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);

11. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara; 12. Jasa penebangan hutan;

13. Jasa pengolahan limbah;

14. Jasa penyedia tenaga kerja dan/ atau tenaga ahli (outsourcing services); 15. Jasa perantara dan/ atau keagenan;

16. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI);

17. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI);

18. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara; 19. Jasa mixing film;

20. Jasa pembuatan saranan promosi film, iklan, poster, photo, slide, klise, banner, pamphlet, baliho dan folder;

21. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan;

22. Jasa pembuatan dan/ atau pengelolaan website; 23. Jasa internet termasuk sambungannya;

24. Jasa penyimpanan, pengolahan, dan/atau penyaluran data, informasi, dan/atau program;

25. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/ atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;

(18)

Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan inempunyai izin dan/ atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;

27. Jasa perawatan kendaraan dan/ atau alat transportasi darat, laut dan udara; 28. Jasa maklon;

29. Jasa penyelidikan dan keamanan;

30. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;

31. Jasa penyediaan tempat. dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi, dan/ atau jasa periklanan;

32. Jasa pembasmian hama;

33. Jasa kebersihan atau cleaning service; 34. Jasa sedot septic tank;

35. Jasa pemeliharaan kolam; 36. Jasa katering atau tata boga; 37. Jasa freight forwarding; 38. Jasa logistik;

39. Jasa pengurusan dokumen; 40. Jasa pengepakan;

41. Jasa loading dan unloading;

42. Jasa laboratorium dan/ atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh lembaga atau insitusi pendidikan dalam rangka penelitian akademis; 43. Jasa pengelolaan parkir;

44. Jasa penyondiran tanah pengujian

45. Jasa penyiapan dan/ atau pengolahan lahan; 46. Jasa pembibitan dan/ atau penanaman bibit; 47. Jasa pemeliharaan tanaman;

48. Jasa pemanenan;

49. Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan/atau perhutanan;

50.Jasa dekorasi;

51.Jasa pencetakan/penerbitan;

(19)

52.Jasa penerjemahan;

53.Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan;

54.Jasa pelayanan kepelabuhanan; 55.Jasa pengangkutan melalui jalur pipa; 56.Jasa pengelolaan penitipan anak; 57.Jasa pelatihan dan/ atau kursus;

58.Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM; 59.Jasa sertifikasi;

60.Jasa survey; 61.Jasa tester, dan

62.Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 23 5. Yang dimaksud dengan jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang

dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, tidak termasuk:

a. Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang diabayarkan oleh WP penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;

b. Pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material (dibuktikan dengan faktur pembelian);

(20)

d. Pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu penggantian pembayaran sebesar jumlah yang nyata-nyata telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan

1.1.1.4. Penghasilan yang Dikecualikan Dari Pemotongan PPh Pasal 23

Terkait dengan penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23 ini, tidak boleh dilupakan bahwa terdapat pengecualian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23. Penghasilan-penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 23 ini dicantumkan dalam Pasal 23 ayat (4) Undang-undang Pajak Penghasilan 1984. Berikut ini adalah penghasilan-penghasilan yang dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 23.

1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank.

Pembayaran bunga ke bank misalnya tidak dapat dipotong PPh Pasal 23. Bank akan melunasi Pajak Penghasilannya melalui pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25.

2. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi.

Sama halnya dengan bank, pelunasan Pajak Penghasilan perusahaan sewa guna usaha dengan hak opsi akan dilakukan dengan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25.

3. Dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f dan dividen yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2c) Undang-undang Pajak Penghasilan 1984.

Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat tertentu, bukan merupakan objek Pajak Penghasilan sehingga sewajarnya juga tidak dipotong PPh Pasal 23. Berdasarkan Pasal 17 ayat (2c) dividen yang diterima oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dikenakan pemotongan PPh final sebesar

(21)

10% sehingga PPh Pasal 23 tidak melakukan pemotongan lagi terhadap jenis dividen ini.

4. Bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf i Undang-undang Pajak Penghasilan.

Tidak termasuk objek Pajak Penghasilan adalah bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif. Oleh karena itu atas bagian laba seperti ini tidak seharusnya dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23. 5. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya; 6. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan

yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan

1.1.1.5. Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23

1. PPh Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran, disediakan untuk dibayar, atau telah jatuh tempo pembayarannya, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.

2. PPh Pasal 23 disetor oleh Pemotong Pajak paling lambat tanggal sepuluh bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutang pajak.

3. SPT Masa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat, paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 23 bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Bukti Pemotong PPh Pasal 23. Pemotong Pajak harus memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada Wajib Pajak Orang Pribadi atau badan yang telah dipotong PPh Pasal 23.

1.1.1.6. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 23

(22)

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

2. Peraturan Menteri Keuangan nomor 141/PMK.03/2015 yang berlaku 23 Agustus 2015 tentang Jenis Jasa Lain yang dikenai atau dipotong PPh Pasal 23 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2010 tentang

Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan.

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2010 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.

5. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-53/PJ/2009 Tentang Jumlah Bruto sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

1.2. Tujuan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan antara lain adalah:

a. Untuk mengetahui penerapan teori mekanisme perpajakan (pemotongan, penyetoran dan pelaporan) Pajak Penghasilan Pasal 23 atas Jasa Lain pada PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan.

b. Mengetahui penerapan teori prosedur perpajakan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang telah dipelajari penulis selama dibangku kuliah didalam dunia kerja nyata. c. Sebagai salah satu persyaratan akademik yang wajib ditempuh oleh mahasiswa untuk meraih gelar Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi Diploma III Perpajakan pada Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.

(23)

1.3. Manfaat Praktik Kerja Lapangan

Manfaat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis :

a. Memperoleh gambaran yang jelas mengenai penerapan tentang prosedur Perpajakan Pajak Penghasilan Pasal 23 pada perusahaan.

b. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan teoritis dan wawasan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 23 terutama atas Jasa Lain serta menambah pengalaman bagi penulis dengan membandingkan antara teori-teori yang diperoleh selama menempuh studi di Fakultas Vokasi Universitas Airlangga dengan praktik yang berlaku dilapangan.

c. Memberikan gambaran kondisi kerja sebenarnya dalam perusahaan.

d. Mengetahui secara langsung masalah-masalah yang berkaitan langsung dengan Pajak Penghasilan Pasal 23 terutama atas Jasa Lain pada PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan.

2. Bagi Almamater :

a. Menjalin kerjasama antara Fakultas Vokasi Universitas Airlangga khususnya Program Studi D3 Perpajakan dengan PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan.

b. Membantu Mahasiswa menyelesaikan Mata kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL)

c. Meningkatkan kualitas mahasiswa Fakultas Vokasi khususnya Program Studi D3 Perpajakan Universitas Airlangga.

3. Bagi PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan :

a. Sebagai media untuk menjalin kerjasama antara PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan dengan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.

b. Melalui kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini diharapkan dapat membantu baik tenaga maupun pikiran yang berguna bagi PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan.

(24)

4. Bagi Pembaca :

a. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang mekanisme perpajakan (pemotongan,penyetoran, dan pelaporan) Pajak Penghasilan Pasal 23 atas Jasa Lain

b. Sebagai sarana pertimbangan dan masukan untuk pelaksanaan kegiatan sejenis yang akan datang di bidang perpajakan.

1.4. Rencana Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan selama 1 bulan terhitung mulai tanggal 1 Maret 2016 sampai dengan 31 Maret 2016 dilaksanakan setiap hari pada jam kerja mulai jam 08.00 - 16.00 WIB.

(25)
(26)

15 BAB 2

HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

2.1 Gambaran Umum Instansi

Pada gambaran umum ini akan diuraikan tentang sejarah singkat, logo, visi dan misi, serta struktur organisasi kantor PLN (Persero)Area Surabaya Selatan.

2.1.1 Sejarah Singkat Pembentukan PT. PLN (Persero) Area Surabaya

Selatan

Berawal di akhir abad ke – 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak dibidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan sendiri. Antara tahun 1942 – 1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan – perusahaan Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara Jepang di awal Perang Dunia II.

Proses Peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh lisrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama – sama dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan – perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157, 5 MW.

Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU – PLN (Badan Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.

(27)

Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.

Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyedia listrik, maka sejak tahun 1994 ststus PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang.

2.1.2 Logo PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan

Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang digunakan adalah sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No. : 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara.

Gambar 2.1

Logo PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan

Sumber : PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan

(28)

organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya diperusahaan ini.

Petir atau Kilat melambangkan tenaga listrik yang terkandung didalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan jaman.

Tiga Gelombang memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oleh tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran, dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT. PLN (Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) sepert halnya listrik yang tetao diperlukan dalam kehidupan manusia. Disamping itu biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.

2.1.3 Visi dan Misi PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan

1. Visi

Diakui sebagai Perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.

2. Misi

a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasaan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

(29)

c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

2.1.4 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan

Struktur Organisasi adalah susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan pekerja antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana fungsi dan aktivitas dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjalankan hubungan wewenang siapa yang melapor kepada siapa yang menyusun pembagian kerja dan merupakan suatu sistem komunikasi. Dengan demikian kegiatan yang beranekaragam dalam perusahaan disusun secara teratur sehingga tujuan usaha yang ditetapkan sebelumnya dapat dicapai dengan baik.

(30)

Gambar 2.2

BAGAN SUSUNAN STRUKTUR ORGANISASI

PT.PLN (PERSERO) AREA SURABAYA SELATAN

Sumber : PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan MANAGER

Mengkoordinasi pengelolaan pendistrbusian dan penjualan tenaga kerja listrik dengan mengkonsolidasikan tertib Administrasi Tata Usaha Langganan, Administrasi Keuangan, Administrasi Perbekalan, serta mengelola SDM untuk menjamin tercapainya kinerja yang ditetapkan dan menghasilkan keuntungan serta citra PLN yang baik.

(31)

2. Asisten Manajer Perencanaan dan Evaluasi

Mengkoordinasikan rencana kegiatan perusahaan tahun berikutnya, mulai dari RUPTL, RKAP, LKAO, LKAI, Prakiraan beban, Master Plan Jaringan Distribusi dan kelayakan Pembangunannya untuk menunjang kegiatan Operasional dalam melaksanakan rencana jangka pendek dan menengah.

3. Asisten Manajer Jaringan

Melaksanakan koordinasi, pengendalian dan evaluasi kegiatan Operasi, Efisiensi, Pemeliharaan, Pembangkitan, PDKB TM dan fungsi lain terkait, untuk mencapai keandalan, efisiensi dan tingkat mutu pelayanan.

a. Supervisor Operasi

Mengatur sistem dan operasi penyaluran tenaga listrik, mengendalikan operasinya, mengkoordinir pemadaman tenaga listrik dan pemulihannya untuk mencapai standart sistem penyaluran listrik, keandalan dan tingkat mutu pelayanan yang ditetapkan.

b. Supervisor Pemeliharaan

Melaksanakan kegiatan pemeliharaan tenaga listrik dan pemulihannya untuk meningkatkan standart sistem penyaluran listrik yang handal sesuai tingkat mutu pelayanan yang ditetapkan.

c. Supervisor PDKB

Memastikan pelaksanakan kegiatan PDKB SUTM melalui Surat

Perintah Pelaksanaan Pekerjaan (SP2B) dan Surat Perintah Pengawasan dan Pelaksanaan Pekerjaan (SP3B) termasuk pengujian peralatan PDKB untuk menekan jumlah dan lama padam sesuai TMP. 4. Asisten Manajer Konstruksi

(32)

5. Asisten Manajer Transaksi Energi Listrik

Mengkoordinasikan kegiatan pembacaan meter (Fungsi II), pembuatan rekening (Fungsi III), Pengelolaan APP tediri dari (Pemasangan,

Pengoperasian, Pemeliharaan dan Pengendalian) untuk memenuhi standart operasional yang berlaku dan mendapatkan hasil pengukuran yang cepat dan akurat.

a. Supervisor Transaksi Energi Listrik

Mengkoordinasikan kegiatan pembacaan meter (Fungsi II), pembuatan rekening (Fungsi III), Pemasangan, Pengoperasian dan Pengendalian Alat Pembatas Pengukuran (APP – Mekanik), proteksi

pelanggan/jaringan distribusi, Automatic Meter Reading (AMR), untuk memenuhi standart operasional yang berlaku.

b. Supervisor Pengendalian Susut

Melaksanakan kegiatan pengendalian efisiensi susut jaringan dan mengolah data pemakaian energi pelanggan untuk menekan susut penjualan dan mengurangi penyadapan akibat PJU ilegal dan papan reklame.

c. Supervisor Pemeliharaan Meter Transaksi

Memastikan kegiatan pemeliharaan meter transaksi bahwa sistem pengukuran dan pembatas daya yang masih berfungsi dengan benar berada dalam julat kelas akurasinya untuk memenuhi standart operasional yang berlaku.

6. Asisten Manajer Pelayanan dan Adiministrasi

Mengkoordinasi pelaksanakan kegiatan Fungsi I, IV, V dan VI, serta mengendalikan fungsi Administrasi untuk meningkatkan kepuasan pelayanan kepada pelanggan.

a. Supervisor Pelayanan Pelanggan

Memastikan kegiatan verifikasi/rekonsiliasi Fungsi Pelayanan, serta kegiatan peningkatan pelayanan kepada pelanggan melalui strategi

(33)

pemasaran produk untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan pengamanan pendapatan.

b. Supervisor Administrasi Umum

Memastikan dan memonitor administrasi SDM, kegiatan

kesekretariatan, proses Akuntansi dan Keuangan untuk menjamin terpenuhinya tertib administrasi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.2 Deskripsi Hasil Praktik Kerja Lapangan

Penyelenggara pendidikan Diploma III di Fakultas Vokasi Universitas Airlangga bertujuan untuk menyediakan sumber daya manusia sebagai tenaga ahli ( Ahli Madya ) yang terampil dan profesional di bidang perpajakan.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, mahasiswa tidak hanya mengetahui ilmu pengetahuan secara teori saja tetapi juga mampu mempraktikan ilmu yang diperoleh di lapangan sehingga diperlukan sekali adanya Praktik Kerja Lapangan ( PKL ) bagi setiap mahasiswa Diploma III Perpajakan.

Dalam sub bab ini penulis akan menguraikan tentang kegiatan pelaksanaan selama Praktik Kerja Lapangan mulai dari masa persiapan PKL hingga penulis melaksanakan kegiatan PKL dan juga mengenai hasil yang dapat penulis peroleh selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan.

2.2.1 Masa Persiapan Praktik Kerja Lapangan

(34)

2.2.2 Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan berawal dari perolehan ijin dari pihak PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dilakukan sesuai jadwal yang tertera pada proposal pengajuan Praktik Kerja Lapangan, yaitu selama kurang lebih 5 minggu terhitung dari tanggal 1 Maret 2016 sampai dengan tanggal 31 Maret 2016. PKL dilaksanakan 5 hari dalam seminggu dimulai dari pukul 07.30 WIB sampai dengan 16.00 WIB. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dilakukan di bagian Administrasi dan Umum tepatnya di bagian Anggaran dan Keuangan dengan bimbingan Bapak Yossy yang bertugas dalam penyelesaian kewajiban perpajakan di PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan.

Kegiatan penulis yang dilakukan di PT. PLN (Persero) Surabaya Selatan., antara lain :

1. Pengenalan garis besar perusahaan dan struktur organisasi PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan

2. Mengetik revisian RAB 2015 Lampiran SKKO No. 1 dan Penetapan SKKO Biaya Pemeliharaan Instansi no. 31.

3. Mengentry hasil kuisoner pegawai PT. PLN bulan Maret 2016. 4. Merekap daftar nama pegawai PT. PLN tahun 2016.

5. Mengentry data vendor untuk PPN bulan Januari 2016.

6. Pemahaman pengenaan PPh Pasal 23 di PT. PLN (Persero) Surabaya Selattan. 7. Pemahaman mekanisme pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23

di PT. PLN (Persero) Surabaya Selatan.

Untuk daftar nilai tugas PKL dan rekapitulasi kehadiran Praktik Kerja Lapangan dapat dilihat pada lampiran.

2.3 Pembahasan

Selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan, penulis telah memperoleh berbagai macam data dan onformasi yang selanjutnya diolah untuk dilaporkan dalam laporan Praktik Kerja Lapangan yang dapat penulis bahas dan uraikan sebagai berikut.

(35)

2.3.1 Jenis Jasa Lain yang Dikenakan PPh Pasal 23 di PT. PLN (Persero)

Area Surabaya Selatan

Atas jenis-jenis jasa dan tarif yang telah disebutkan di Peraturan Menteri Keuangan nomor 141/PMK.03/2015 yang berlaku 23 Agustus 2015 pada BAB sebelumnya, PT. PLN (Persero) Surabaya Selatan telah melakukan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 berkaitan dengan jasa lain, antara lain 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya, yaitu:

a. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services).

b. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan inempunyai izin dan/ atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi.

2.3.2 Mekanisme Pemotongan PPh Pasal 23 atas Jasa Lain di PT. PLN

(Persero) Area Surabaya Selatan

PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan dalam menjalankan kegiatan usahanya membutuhkan berbagai jenis jasa yang disediakan oleh vendor atau rekanan untuk mendukung kinerja dari masing-masing unit atau departemen, antara lain jasa lain. Atas jasa tersebut, maka akan dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23.

Pengadaan jasa di PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan dimulai dengan adanya perpermintaan jasa dari user, yaitu unit atau departemen yang membutuhkan pengadaan jasa tersebut kepada unit/bagian logistik melalui tender kepada vendor atau rekanan.

(36)

Setelah vendor atau rekanan menyelesaikan pekerjaannya, rekanan melakukan penagihan kepada PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan disertai dokumen-dokumen pendukung kontrak, antara lain:

1. Surat Perintah Kerja (SPK);

2. Berita Acara Penyerahan Pekerjaan atau Berita Acara Serajh Terima I;

3. Berita Acara Serah Terima II (bulan berikutnya; disertakan jika tidak ada kendala dalam menjalankan pekerjaan);

4. Kuitansi atau Invoice; 5. Surat Tagihan;

6. Faktur Pajak;

7. Berita Acara Pengembalian (jika ada retur); 8. Berita Acara Pemeliharaan;

9. Laporan Kemajuan Fisik; 10. Rekapitulasi Kemajuan Fisik.

Berkas tagihan tersebut masuk ke PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan Bagian Keuangan, diverifikasi dan diperiksa kebenaran dan kelengkapannya, seperti ada atau tidaknya Faktur Pajaknya, serta apakah mengandung unsur pajak atau tidak, kemudian dilakukan identifikasi Objek PPh. Jika termasuk Objek PPh Pasal 23, maka PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatanakan melakukan pemotongan atas penghasilan yang diterima oleh rekanan sesuai dengan tarif PPh Pasal 23.

Jika di dalam berkas tagihan tersebut, masih terdapat kekurangan ataupun dianggap cacat, maka berkas tagihan tersebut dikembalikan kepada rekanan untuk dilengkapi.

Selanjutnya, berkas tagihan tersebut diproses dengan menggunakan kuitansi model 204, sekaligus perhitungan pemotongan pajaknya menggunakan kuitansi model 2T. Kuitansi model 204 dan model 2T merupakan kuitansi yang diterbitkan dalam pengendalian kas secara intern, yang terdiri dari 3 lembar: 1. Lembar pertama merupakan lembar asli sebagai dokumen yang melekat di

berkas tagihan diserahkan ke bagian Kasir. Kuitansi tersebut harus disetujui dan diotorisasi terlebih dahulu oleh pihak yang berkepentingan. Atas kuitansi

(37)

yang telah diotorisasi tersebut, bagian Kasir akan mengeluarkan sejumlah dana sesuai dengan kontrak setelah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 kepada rekanan.

2. Lembar kedua merupakan tindasan I, diserahkan ke Bagian Keuangan. Bagian Keuangan mengklarifikasi pembayaran, apakah pembayaran dilakukan secara tunai/cek/giro/transfer bank sesuai dengan permintaan rekanan. Secara umum, pembayaran yang dilakukan PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan dilakukan melalui bilyet giro. Hal ini dilakukan untuk mencegah pembayaran kepada yang tidak berhak karena pada bilyet giro secara jelas tertulis nama rekanan penerima pembayaran, nama bank tertarik, dan tanggal pembayarannya. Bagian Keuangan juga membuat bukti Bukti Pemotongan PPh Pasal 23.

3. Lembar ketiga merupakan tindasan II, diserahkan ke bagian Akuntansi.

Dalam pemotongan Pajak Penghasilan, nilai tagihan dari rekanan dipotong PPh Pasal 23, yang selisihnya dibayarkan kepada rekanan dengan diserahkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 rangkap 2 (dua). Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 lembar pertama diserahkan kepada rekanan dan lembar kedua direkap sebagai arsip perusahaan, yang nantinya dijadikan sebagai dokumen dalam pelaporan SPT Masa.

(38)

Gambar 2.3

Mekanisme Pemotongan PPh Pasal 23 di PT. PLN (Perseo)

Area Surabaya Selatan

2.3.3 Mekanisme Penyetoran PPh Pasal 23 Atas Jasa Lain di PT. PLN

(Persero) Area Surabaya Selatan

PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan melakukan penyetoran atas Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 paling lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah terutangnya pajak ke kas Negara melalui Bank (online).

Adapun mekanisme Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 23 di PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan adalah sebagai berikut:

(39)

1. Bagian Keuangan meiliki Buku Operasi sebagai alat kontrol rekening pada Buku Bank yang ada di Bank Persepsi. Kemudian bagian Keuangan memisahkan antara nilai transaksi, nilai PPN dan nilai PPh (termasuk PPh Pasal 23).

2. Bagian Kasir akan memeriksa kebenaran dana yang diminta dan melakukan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 23 ke Kas Negara melalui transfer Bank atau pembayaran tunai ke Bank dan menyertakan Surat Setoran Pajak (SSP) untuk divalidasi oleh Bank, di mana dilakukan penyetoran pajak.

3. Menerima bukti transfer/pembayaran, SSP lembar pertama dan ketiga dari bank.

Mekanisme penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 23 PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4

Mekanisme Penyetoran PPh Pasal 23 di PT. PLN (Persero)

Area Surabaya Selatan

(40)

2.3.4 Mekanisme Pelaporan PPh Pasal 23 Atas Jasa Lain di PT. PLN

(Persero) Area Surabaya Selatan

Gedung utama PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan terletak di jalan Ngagel Timur, Surabaya, sehingga termasuk dalam wilayah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya . PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan menyampaikan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang telah dilakukannya melalui Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan 23/26 Masa (SPT Masa), paling lambat tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa akhir pajak dilakukannya pemotongan oleh PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan ke KPP Madya.

Adapun mekanisme pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 di PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan adalah sebagai berikut:

1. Bagian Keuangan menyiapkan laporan yang berisi: a. SPT Masa PPh Pasal 23/26;

b. Daftar Bukti Potong PPh Pasal 23;

c. Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 lembar kedua; d. Bukti transfer/pembayaran;

e. SSP lembar ketiga.

2. Melakukan pelaporan ke Kantor Pelayanan Pajak dan memperoleh bukti penerima surat.

Berdasarkan mekanisme pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dilaksanakan oleh PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan, dapat dilihat bahwa PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan telah melaksanakan kewajibannya sebagai pemotong PPh Pasal 23 dengan baik dan benar sesuai dengan aturan-aturan perpajakan yang berlaku.

Mekanisme pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 di PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.5.

(41)

Gambar 2.5

Mekanisme Pelaporan PPh Pasal 23 di PT. PLN (Persero)

Area Surabaya Selatan

Sumber: PT.PLN (PERSERO) Area Surabaya Selatran, diolah.

(42)

Tabel 2.1

Daftar PPh Pasal 23 atas Jasa Lain bulan Januari 2016

No. Nama

Sumber : PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan (yang telah diolah)

Atas pekerjaan penyedia tenaga kerja (outsourcing services) pada bulan Januari 2016 tersebut dilakukan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 pada tanggal 30 Januari 2016 dan Bagian Keuangan PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan melakukan Penyetoran dan Pelaporan atas Pajak Penghasilan Pasal 23 pada tanggal 03 Februari 2016 ke Kantor Pelayanan Pajak dan memperoleh bukti penerimaan surat.

Bagi PT. PLN (Perseo) Area Surabaya Selatan Perusahaan telah melaksanakan semua kewajiban perpajakan dengan sangat baik, tetapi dikarenakan sifat dari perpajakan yang dinamis terutama dalam hal peraturan maupun Undang-Undang yang berlaku. Maka perusahaan harus lebih aktif dalam mencari peraturan-peraturan yang terbaru karena hal ini sangat penting agar tidak terjadi kesalahan yang dapat merugikan perusahaan maupun Negara.

(43)

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan Pembahasan yang telah dijelaskan dan hasil pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan di PT PLN (Persero) Area Surabaya Selatan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dilihat dari proses pelaksanaan pemotongan yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Surabaya Selatan, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 23 atas jasa lain telah sesuai dengan tarif yang berlaku saat ini, yaitu sesuai dengan PMK Nomor 244/PMK.03/2008.

2. Dalam pelaksanaan penyetoran PPh Pasal 23 atas jasa lain oleh PT. PLN (Persero) Surabaya Selatan telah dilakukan dengan tepat waktu yaitu paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010.

3. Pelaksanaan Pelaporan PPh Pasal 23 atas jasa lain oleh PT. PLN (Persero) Surabaya Selatan telah dilakukan dengan tepat waktu sebelum tanggal 20 setiap bulannya sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan untuk PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan adalah sebagai berikut :

a) Agar terus menjaga ketertiban dan kepatuhan yang telah berjalan selama ini dalam melaksanakan perpajakan sesuai dengan aturan yang berlaku agar terhindar dari segala jenis sanksi perpajakan dan tidak merugikan Negara. b)Untuk bagian keuangan PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan terutama

(44)

c) Untuk PT. PLN (Persero) Area Surabaya Selatan, penerapan dan pemahaman manajemen perpajakan yang benar dan efektif dapat membantu perusahaan mengalokasikan sumber keuangan dengan tepat sehingga di masa mendatang tidak menimbulkan kerugian terhadap PT. PLN.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2007. Undang – Undang Nomor 6

Tahun 1983 Sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor

28 Tahun 2007 tentang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan.

Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Keuangan nomor 184/PMK.03/2007 yang sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 80/PMK.03/2010 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan

Pembayaran Pajak.

Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Keuangan nomor 244/PMK.03/2008 tentang Jenis Jasa Lain yang sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 141/PMK.03/2015 yang berlaku 23 Agustus 2015 merinci jenis-jenis jasa lain yang dikenai atau

dipotong PPh Pasal 23.

Kabar Pajak. 2015. Jenis Jasa Lain yang Daikenai PPh Pasal 23.

http://www.kabarpajak.com/2015/jenis-jasa-lain-yang-dikenai-pph-pasal23 diakses pada tanggal 17 April 2016 pukul 20:19

Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Kedelapan. Jakarta: Salemba Empat.

(46)

LAMPIRAN 1

(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)

LAMPIRAN 3

(53)
(54)
(55)
(56)

LAMPIRAN 6

(57)

Gambar

Gambar  2.1
Gambar  2.2
Gambar 2.3 Mekanisme Pemotongan PPh Pasal 23 di PT. PLN (Perseo)
Gambar 2.4 Mekanisme Penyetoran PPh Pasal 23 di PT. PLN (Persero)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penghasilan Pasal 23 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri serta bentuk usaha tetap dengan nama dan

bank konvensional nilai minimum rasio LDR dimiliki oleh Bank Bukopin sedangkan nilai maksimum dimiliki oleh Bank Mandiri, hal ini dikarenakan nominal dari loan

PPh Pasal 23 adalah pajak penghasilan dalam tahun berjalan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan) dan

b) Faktor psikologis : minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. Namun, terkait dalam penelitian ini, faktor yang ingin diungkap atau dijadikan

Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 mengatur pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal

Sebanyak 1 g hati mencit betina dihomogenasi dalam 10 ml dapar tris-kalium klorida 150 mM:50 mM pH 7,2 yang dijaga pada suhu dingin kemudian disentrifuga dengan kecepatan 3000