PENINGKATAN PERKEMBANGAN KETERAMPILAN
MOTORIK HALUS MELALUI ALAT PERAGA
KERTAS ORIGAMI PADA SISWA/I
DI TK AL FARABI TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : RISA OKTAVIA
116-13-018
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
MOTTO
دجو
ّ دج
نم
Man jadda wajada
Barang siapa bersungguh-sungguh, maka dia akan mendapatkan (kesuksesan)
PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan untuk :
1. Orangtua , Ibu marwinjayati yang telah melahirkan, mendidik, serta memberikan dorongan baik materiil maupun spiritual dan tak lupa
keluarga besar yang tidak ada hentinya mendoakan kebaikan untukku.
2. Dosen-dosen tercinta, Bp.Wahidin, Ibu Asdiqoh dan Bp. Agung yang telah
menemani saya selama saya berproses belajar dan menyelesaikan skripsi.
3. Sahabat-sahabatku, Khairiyyah Titi W.A. , Shohifatun Nasihah, Asih
Nurjannah, Aryana Safitri, Mar’ahtus sholihah , Alfi Hamidatun Nasihah,
Ibu Luluk Suci Rahayu yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada Sahabatku, Carina Dewi Tri Utaminingsih, Ira Marta Putri, Nicko Candra Davinci, dan Hermanto yang telah mendukung serta membantu dalam hal materiil maupun semangat dalam perjalanan menyelesaikan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan taufiqNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammmad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan
kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Adapun judul skripsi ini
adalah “PENINGKATAN MOTORIK HALUS MELALUI ALAT PERAGA
KERTAS ORIGAMI PADA ANAK USIA DINI DI TK AL FARABI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018 ”.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr.Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Dra.Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Jurusan PIAUD IAIN Salatiga dan Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangkan
ABSTRAK
Oktavia, Risa 2017.(Peningkatan Motorik Halus Melalui Alat Peraga Kertas Origami pada Anak Usia Dini di TK AL FARABI Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018 ). Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga, Pembimbing Dra. Siti Asdiqoh, M.Si
Kata Kunci : Motorik Halus, Alat Peraga Kertas origami, Anak Usia Dini.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji meningkatkan perkembangan ketrampilan motorik halus melalui alat peraga kertas origami pada anak usia dini di TK AL FARABI Salatiga tahun pelajaran 2017/2018. Pentingnya meningkatkan motorik halus pada anak usia dini menjadi alasan penelitian yakni melalui kegiatan menggunakan alat peraga kertas origami untuk meningkatkan kemampuan sensorik, kemampuan berfikir, dan yang paling utama yaitu meningkatkan pengembangan motorik halus pada anak usia dini.
Dengan alat peraga kertas origami dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak usia dini di TK AL FARABI yang sudah dibuktikan oleh peneliti selama Siklus I sampai Siklus II. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif. Subjek dalam penelitian ini adalah anak dalam usia 6-7 tahun yang tergabung dalam kelompok B dan berjumlah 15 anak. Metode yang dikumpulkan untuk pengumpulan data adalah, tes yang berupa lembar kerja anak , observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu deskriptif kualitatif.
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak...6
Tabel 3.1 Daftar Nama Siswa Kelompok B...44
Tabel 3.2 Daftar Nama Guru TK AL FARABI...45
Tabel 4.1 Ketentuan Pemberian nilai Lembar Kerja Anak...59
Tabel 4.2 Indikator yang Diamati Tiap Siklus...60
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Pra Siklus...62
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Siklus I...64
Tabel 4.5 Hail Penilaian Siklus II...66
Tabel 4.6 Hasil Pencapaian Siklus I dan Siklus II...69
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak usia dini khususnya anak usia 5-6 tahun adalah anak-anak yang memiliki karakteristik spontan, memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar,
memiliki rentang perhatian yang pendek, bersifat egosentris dan senang berpetualang dengan mengeksplor lingkungan sekitarnya. Pembelajaran melalui
melipat kertas atau origami adalah sesuatu yang menyenangkan bagi anak karena dapat dibuat apa saja, mulai dari kegiatan melipat yang sederhana seperti segitiga,
persegi kemudian bentuk yang sulit . Gerak yang dilatih dari kegiatan melipat ini adalah bagaimana anak melipat dan menekan lipatan-lipatan itu karena kegiatan ini akan memperkuat otot-otot telapak dan jari tangan anak (Aisyah,2008).
Melipat adalah aktifitas seni yang mudah dan menyenangkan. Diantara perannya adalah aktivitas untuk mengisi waktu luang dan media pengajaran dan
komunikasi dengan anak karena biasa dilakukan secara bersama-sama.
Media Alat Peraga Edukatif (APE) dalam mengembangkan motorik halus dari masa kemasa selalu berkembang dengan daya kreatif dari para guru. Dari
media yang sederhana hingga media yang canggih, misalnya saja origami atau seni melipat kertas yang menjadi salah satu alat dalam mengembangkan motorik
halus pada anak usia dini. Gerakan motorik halus mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan seni. Keterampilan motorik halus mulai berkembang, setelah diawali kegiatan yang amat sederhana seperti memegang
pencapaiannya dari pada ketrampilan motorik kasar karena ketrampilan motorik halus membutuhkan kemampuan yang lebih sulit misalnya konsentrasi, kontrol,
kehati-hatian dan koordinasi otot tubuh yang satu dengan yang lain. Seiring dengan pertambahan usia anak, kepandaian anak akan kemampuan motorik halus semakin berkembang dan maju pesat.
Menggunakan motorik halus adalah gerakan dengan cara menggerakkan otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ketrampilan bergerak, yang bisa
mencakup beberapa fungsi yaitu melalui ketrampilan motorik halus anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang dan anak dapat
menyesuaikan dirinya dilingkungan sekolah.
Pentingnya meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak, yakni pada saat anak melewati tahun keempat dalam kehidupannya, ada perkembangan
yang signifikan pada serebelum ( otak kecil yang mengontrol keseimbangan), sikap tubuh serta perkembangan motorik halus. Selain itu, pada saat ini semua
serabut ototnya tumbuh semakin panjang dan tebal. Terutama otot-otot yang terdapat pada tangan dan kaki berkembang dengan cepat dibandingkan ditempat-tempat lain didalam tubuhnya. Semua ini membuat keterampilan motorik kasar
dan motorik halus anak berkembang cepat (Tagor, 2007:78)
Surat Al-a’alq ayat 1-5:
Artinya :”Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang
paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui.
Dari ayat diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan diusia dini menjadi landasan dasar untuk memberikan pengetahuan dasar anak dalam memperoleh pengetahuan. Dari anak yang buta aksara bisa memperoleh pendidikan anak usia
dini melalui guru-guru yang memberikan pengetahuan kepada anak huruf-huruf abjad, angka, dan lain sebagainya untuk menstimulus anak agar bisa membaca.
Alasan peneliti menggunakan aktivitas melipat yakni melalui aktivitas melipat kertas ini mampu meningkatkan perkembangan otak, kemampuan sensorik, kemampuan berfikir, dan yang paling utama yakni, mampu
mengembangkan ketrampilan motorik halus anak. Di samping itu aktivitas melipat kertas ini, dapat mengembangkan, kemampuan otot-otot kecil anak, antara
lain mengembangkan ketrampilan jari-jemari tangan, melalui gerakan melipat menekan, menempel, menggunting, merobek dan menjimpit kertas lipat untuk menciptakan sebuah benda. Pada saat yang sama tanpa disadari dapat
mengembangkan kemampuan koordinasi mata dan tangan anak.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis meneliti dengan judul
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas , maka dapat
dirumuskan pokok permasalahan pada penelitian ini, yaitu apakah dengan alat peraga origami dapat meningkatkan perkembangan ketrampilan motorik halus pada anak usia dini di TK AL FARABI Salatiga tahun pelajaran 2017/2018?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut , maka tujuan penelitian ini, yaitu
untuk mengetahui alat peraga origami dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak usia dini di TK AL FARABI Salatiga tahun pelajaran 2017/2018.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
Menurut Bambang Dwiloka (2012:29) menyatakan bahwa hipotesis penelitian merupakan anggapan sementara yang masih harus dibuktikan
kebenarannya melalui penelitian. Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini yaitu:
“Alat peraga origami dapat meningkatkan perkembangan motorik halus
pada anak usia dini di TK AL FARABI tahun pelajaan 2017/2018” .
Dalam pembahasan keberhasilan, ada indikator keberhasilan yang harus
dicapai anak untuk penilaian disetiap pembelajarannya. Indikator keberhasilan dalam peningkatan motorik halus melalui alat peraga kertas origami pada anak
1. Kerapian di setiap lipatan.
Indikator dalam setiap amatannya yaitu rapi saat melipat dari awal lipatan hingga akhir lipatan, sebanyak 2-4 lipatan atau lebih.
2. Ketangkasan melipat kertas menjadi bentuk origami
Indikator dalam setiap amatannya yaitu sudah tangkas dalam
melipat kertas menjadi bentuk sesuai langkah.
3. Mengerti dan melakukan perintah secara teliti
Indikator dalam setiap amatannya yaitu melakukan dua perintah secara sederhana dan mampu membuat lipatan dengan teliti.
4. Kemampuan melipat kertas mengikuti perintah
Indikator dalam setiap amatannya yaitu mampu melipat kertas
sesuai dengan perintah dan menyimak pemberian contoh guru dalam aktivitas melipat dan anak mampu mengembangkan kreatifitas sesuai imajinasinya.
Penilaiaian dalam setiap indikatornya adalah dengan simbol bintang dan skornya disesuaikan dengan kriteria atau
Tabel 1.1 Penilaian Indikator Keberhasilan.
Seperti tabel diatas, contohnya anak A1 penilaian dalam indikator keberhasilanya yaitu kerapian anak tersebut sudah mencoba akan tetapi kurang
tepat dalam melipatnya berarti anak tesebut mendapatkan skor 1 dan indikator yang lainnya seperti ketangkasan dalam melipat skornya 3, mengerti dan
melakukan perintah secara teliti 2 dan kemampuan melipat kertas mengikuti petunjuk 2, langkah selanjutnya dijumlahkan dan dihitung sesuai dengan rumus.
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis.
1. Manfaat praktis yang dapat disampaikan penulis yaitu:
a. Memberi masukan bagi peningkatan mutu pembelajaran yang kreatif dan
inovatif, dan sebagai sarana pengembangan dan peningkatan profesional guru.
b. Sebagai bahan informasi kepada lembaga lain tentang pentingnya peningkatan perkembangan motorik halus melalui metode pemberian
tugas melipat kertas atau origami pada anak usia dini.
c. Bagi guru TK, guru dapat menambah wawasan betapa pentingnya memahami karakteristik anak sehingga dapat menentukan metode
pembelajaran yang tepat yaitu dengan metode pemberian tugas melipat kertas atau origami.
d. Proses belajar dan hasil kegiatan membentuk guru yang lebih kreatif dalam merancang dan mengelola kegiatan yang menyenangkan untuk anak.
2. Manfaat teoritis yang dapat disampaikan oleh penulis yaitu:
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan orang tua anak didik
F. Definisi Operasional
Definisi operasional diperlukan untuk memberikan kejelasan dan menyamakan pandangan mengenai beberapa istillah yang digunakan:
1. Pengertian Motorik Halus
Pengertian peningkatan secara etimologi menurut kamus besar bahasa Indonesia Kontemporer adalah menaikkan derajat taraf. Menurut Heidi
Saputra (2014:142) dalam kamus bahasanya istilah peningkatan berasal dari kata dasar tingkat yang berarti lapis dari sesuatu yang bersusun dan
peningkatan berarti kemajuan. Motorik halus menurut Sumantri (2005:143), menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan,
ketrampilan yang mencakup pemanfaatan menggunaan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek. Demikian pula menurut Bambang Sujiono
(2008:12.5) menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti ketrampilan menggunakan jari jemari dan gerakan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani.
2. Pengertian Origami
Pengertian origami dari kata ori yang berarti “lipat”, dan kami yang berarti “kertas” merupakan seni tradisional melipat kertas yang berkembang
menjadi suatu bentuk kesenian yang modern. Origami adalah sebuah seni
yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa origami adalah seni melipat dari kertas tradisional yang dapat dibentuk dan menciptakan sebuah karya keindahan dari selembar kertas.Kegiatan melipat kertas
adalah suatu kegiatan membuat bentuk karya seni/ kerajinan tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas, dengan tujuan untuk menghasilkan
beraneka ragam bentuk mainan, hiasan, benda fungsional, alat peraga, dan kreasi lainnya. Kegiatan melipat kertas merupakan kegiatan yang
memerlukan koordinasi mata dan otot-otot tangan.
G. Metode penelitian 1. Rancangan penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan
oleh ahli spikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946.
Penelitian Tindakan kelas menurut Suhardjo (2007) sebagai
penelitian tindakan yang dilakukan di ruang kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu prose atau praktik
pembelajaran. Jadi penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran dan meningkatkan kualitas dalam mengajar agar
Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas menurut Yanto (2013:42) menjabarkan sebagai berikut :
SIKLUS PELAKSANAAN PTK
Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart
Pada tiap siklus terdiri dari 4 komponen yakni perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).
PELAKSANAAN
PERENCANAA PENGAMATAN
REFLEKSI PERENCANAAN
PELAKSANAAN REFLEKSI
PENGAMATAN SIKLUS I
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok B di TK AL
Farobi berlokasi dijalan kyai hasyim No.10 Desa Cabean, Kelurahan Mangunsari, kota salatiga tahun pelajaran 2016-2017 yang berjumlah 15 anak yang terdiri dari 9 laki-laki dan 6 perempuan. Peneliti
memililih kelompok B, karena usia perkembangan motorik halusnya harus diasah untuk menyeimbangkan dengan motorik kasar.
Untuk itu peneliti mencoba mencari suatu solusi yang dapat memecahkan masalah tersebut dengan metode pemberian tugas
melipat kertas origami sehingga perkembangan motorik halusnya dapat meningkat.
3. Langkah-Langkah Penelitian
Menurut Yanto (2013:40) tahap-tahap dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan penting, yaitu:
a. Tahap rencana
1) Membuat konsep atau skenario pembelajaran dengan penerapan metode pemberian tugas melipat kertas origami
yaitu membuat Rencana Kegiatan Harian
2) Membuat alat peraga edukatif terbuat dari kertas origami ,
3) Menyiapkan kertas origami , yang mana hasil penugasan dari anak didik tersebut.
4) Membuat simulasi perbaikan.
b. Tahap tindakan
Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang berupa penerapan
metode penugasan sesuai dengan konsep pembelajaran tertulis pada (RKH) Rencana Kegiatan Harian pada tahap perencana.
c. Tahap pengamatan
Pada tahap ini segala aktivitas anak didik dalam proses
pembelajaran diamati, dicatat dan dinilai, kemudian dianalisis untuk dijadikan umpan balik. Pengamatan tersebut meliputi beberapa indikator yang telah ditentukan penulis secara
d. Tahap analisis dan refleksi
Untuk mengetahui tercapainya dan keberhasilan tujuan
penelitiatujuan penelitian, tahap refleksi meliputi:
1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.
2) Evaluasi hasil observasi.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian
tindakan kelas adalah :
a. Rencana Kegiatan Harian (RKH), yaitu seperangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan
menyusun untuk tiap putaran. Masing-masing RKH berisi tentang tingkat pencapaian, alat dan sember belajar serta hasil penilaian.
b. Tes buatan peneliti, yaitu berupa lembar penugasan yang dikerjakan oleh anak didik yang berupa hasil melipat kertas
origami, tes buatan peneliti tersebut digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai yang akan dianalisis dan diolah menjadi data kualitatif nantinya.
c. Lembar observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk mengamati anak didik selama proses pembelajaran berlangsung secara
bersamaan, yaitu anak didik tidak diperintahkan untuk mengikuti arahan lipatan dari awal hingga akhir lipatan.
d. Dokumentasi, peneliti membutuhkan dokumentasi meliputi:
1) Foto kegiatan pembelajaran.
2) RKH.
5. Pengumpulan data
Ada sejumlah strategi pengumpulan data yang dapat digunakan,
akan tetapi tidak semua strategi cocok untuk semua jenis data. Oleh karena itu, peneliti harus memilih strategi yang tepat. Adapun strategi yang digunakan peneliti antara lain yaitu:
a. Tes
Peneliti memberikan penugasan untuk anak didik sebagai
instrumen yang dapat digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai hasil penerapan metode pemberian tugas
melipat kertas origami, kemudian akan dianalisa dan diambil kesimpulannya.
b. Metode Observasi
Observasi adalah instrumen yang sering digunakan dalam penelitian dibidang pendidikan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan 2 panca indra yaitu penglihatan dan peraba. Dalam hal ini peneliti mengamati proses belajar, dari memegang pensil, sampai melipat kertas selama pembelajaran.
c. Metode dokumentasi
Cara lain memperoleh dari penelitian adalah menggunakan tehnik
6. Analisis Data
Analisis data adalah menganalisis data yang telah terkumpul guna
mengetahui berapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi,2010:85). Menurut Suharsimi Arikunto, dalam Penelitian Tindakan Kelas dalam menganalisis data
menggunakan dua jenis data sebagai berikut:
a. Data kuantitatif (penilaian hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis
secara deskriptif. Dalam analisis ini biasanya untuk menentukan pemberian nilai Lembar kerja anak berdasarkan observasi kegiatan
pembelajaran maupun dari hasil tindakan yang telah dilakukan.
Nilai hasil belajar siswa dalam kelompok b di TK AL FARABI indikator keberhasilannya sebesar 75% dan penilaian
menggunakan simbol bintang 1-4 bintang yang sudah dijelaskan diatas. untuk analisis data terhadap anak dilakukan beberapa
tahap seperti Mulyasa(2009:101)yaitu:
1. Menjumlah skor yang dicapai anak pada setiap butir amatan.
2. Menghitung presentase peningkatan motorik halus anak.
Presentase pencapaian kemampuan rumusnya yaitu:
Jumlah Skor Maksimum= Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir amatan
Jumlah skor maksimum
Presentase Keberhasilan Kelas= Total presentase pencapaian kelas x 100%
Jumlah siswa
3. Penelitian pada setiap Siklus akan berhasil bila anak sudah
mencapai presentase yang telah ditentukan.
b. Data kualitatif yaitu peneliti dihadapkan langsung pada responden
atau lingkungan sedemikian intensif sehingga peneliti dapat menangkap dan merefleksi dengan cermat apa yang diucapkan dan dilakukan oleh responden (Arikunto, 1997:14). Informasi yang
diperoleh berupa kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang pemahaman terhadap seni melipat kertas origami
H. Sistematika Penulisan
Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca untuk mengikuti
uraian penyajian data skripsi ini, penulis akan memaparkan sistematika skripsi secara garis besar menjadi beberapa bagian :
Bab I Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian, Sistematika
Penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka, Berisi tentang Pengertian Peningkatan,
seni Origami atau melipat kertas, Hakikat Motorik Halus untuk anak usia dini.
BAB III : Pelaksanaan Penelitian, berisi Gambaran Umum Lokasi
Dan Subjek Penelitian, Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Pra Siklus, Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus II
BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan, berisi Deskripsi Persiklus dan Pembahasan.
BAB V : Penutup, berisi Kesimpulan dan Saran. Bagian akhir dari
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Peningkatan Motorik Halus pada Anak
1. Pengertian Motorik Halus Pada Anak Usia Dini
Motorik halus menurut Sumantri (2005:143), menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan, ketrampilan yang mencakup
pemanfaatan menggunaan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek.
Demikian pula menurut Bambang Sujiono (2008:12.5) menyatakan
bahwa motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari dan gerakan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani.
Menurut Lindya(2008) motorik halus yaitu aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan pada bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Elizabeth B. Hurlock (1998:39) mengemukakan
bahwa perkembangan motorik anak adalah suatu proses kematangan yang berhubungan dengan aspek deferensial bentuk atau fungsi termasuk
seseorang mampu menggerakkan anggota tubuhnya ( tangan, kaki, dan anggota tubuhnya).
2. Faktor Yang Mempengaruhi Motorik Halus
Menurut pendapat Endang Rini Sukamti, (2007: 47) bahwa kondisi yang mempunyai dampak paling besar terhadap laju perkembangan
motorik diantaranya:
a. Sifat genetik termasuk bentuk dan kecerdasan mempunyai
pengaruh yang sangat menonjol terhadap laju perkembangan motorik.
b. Seandainya dalam awal kehidupan pasca lahir tidak ada hambatan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan dan semakin aktif janin semakin cepat perkembangan motorik anak.
c. Kelahiran yang sukar khususnya apabila ada kerusakan pada otak akan memperlambat perkembangan motorik.
d. Kondisi pra lahir yang menyenangkan, khususnya gizi makanan sang ibu lebih mendorong perkembangan motorik anak yang lebih cepat pasca lahiran ketimbang kondisi pra lahiran yang tidak
menyenangkan.
e. Seandainya tidak ada gangguan lingkungan maka kesehatan gizi
f. Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan untuk berkembangnya kemampuan motoriknya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motorik halus tidak lepas dari sifat genetik serta keadaan pasca lahir yang berhubungan dengan pola perilaku yang diberikan kepada anak-anak serta faktor internal
dan eksternal yang ada disekeliling anak dan pemberian gizi yang cukup.
B. Teori Belajar Keterampilan Motor Halus
Berikut teori yang dipakai peneliti sebagai landasan dalam melakukan
penelitian:
1. Teori Belajar Behavioristik
Peserta didik akan mengalami peningkatan kemampuannya jika dalam
proses pembelajaran anak diajak untuk belajar melakukan hal/kegiatan pembelajaran yang akan meningkakan aspek kemampuan yang akan
ditingkatkan oleh pendidik. Dalam proses belajar ini, menurut teori belajar behavioristik menekankan adanya stimulus dan respon.
Menurut teori behavioristik (Asri Budiningsih, 2004: 20), belajar
adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Teori ini mengutamakan pengukuran, apa saja yang diberikan guru
Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive renforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan
dikurangi (negatif reiforcement) responpun akan tetap dikuatkan. Salah
satu tokoh yang memperkuat teori ini adalah Skinner. Hubungan antara stimulus dan respon yang dikemukakan oleh Skinner ( C.Asri Budiningsih,
2004: 24) bahwa terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku pada individu
tersebut.
Pada dasarnya stimulus-stimulus yang diberikan kepada seseorang akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus tersebut akan
mempengaruhi bentuk respon yang akan diberikan. Demikian juga dengan respon yang dimunculkan inipun akan mempunyai
konsekuensi-konsekuensi.
Konsekuensi-konsekuensi inilah yang pada gilirannya akan mempengaruhi atau menjadi pertimbangan munculnya perilaku. Oleh
sebab itu, untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar, perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya,
serta memahami respon yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respon tersebut. Skinner tidak mengajurkan digunakannya hukuman dalam
a. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.
b. Dampak psikologi yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
c. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah
dan buruk) agar anak terbiasa dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala
lebih buruk dari pada kesalahan yang diperbuatnya. Penguat negatif dianjurkan oleh Skinner dalam kegiatan belajar. Penguat negatif tidak
sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang akan muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif
(sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang siswa perlu dihukum karena melakukan
kesalahan. Jika siswa tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu yang tidak mengenakkan siswa (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan
malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguat negatif.
Lawan dari penguat negatif adalah penguat positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun
bedanya adalah bahwa penguat positif itu ditambah, sedangkan penguat
negatif adalah dikurangi agar memperkuat respon. Penerapan teori ini dalam pembelajaran haruslah mempertimbangkan kondisi peserta didik
Budiningsih, 2004:27) dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,
karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Secara umum, langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang dikemukakan oleh Siciati dan Prasetyo Irawan (C.
Asri Budiningsih, 2004: 29) dapat digunakan dalam merancang pembelajaran. Langkah-langkah tersebut meliputi:
a. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran pastilah ada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
b. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal (entry behavior) siswa. Adanya percakapan seputar pengetahuan yang diketahui ataupun hal-hal yang dekat dengan anak akan
membangun pengetahuan anak untuk lebih luas lagi.
c. Menentukan materi pelajaran. Bahan materi haruslah sesuai dengan
kebutuhan anak dan harus ditentukan materi pembelajarannya, sehingga dari awal sampai akhir pembelajaran akan jelas pengetahuan apa saja yang akan disampaikan ke anak.
d. Memecah materi pelajaran menjadi bagian-bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik, dan sebagainya. Persempit
materi yang akan diajarkan, akan membuat anak lebih fokus terhadap materi yang sedang dibahas. Selain itu juga untuk mempermudah anak dalam berpikir.
e. Menyajikan materi pelajaran. Sajikan materi yang diajarkan dengan semenarik mungkin, sehingga anak akan lebih tertarik mengikuti kegiatan
f. Memberikan stimulus, dapat berupa: pertanyaan baik lisan maupun tertulis, tes atau kuis, latihan, atau tugas-tugas. Pemberian stimulus sangat
mempengaruhi peningkatan kemampuan peserta didik. Semakin banyak stimulus semakin besar kesempatan peserta didik untuk berkembang kemampuannya.
g. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa. Pendidik dapat mengukur seberapa besar pemahaman materi yang ditangkap peserta didik
dari respon yang di berikan peserta didik.
h. Memberikan penguatan/reinforcement (mungkin penguat positif ataupun
penguatan negatif), ataupun hukuman. Penguatan diberikan untuk memperkuat timbulmya respon.
i. Memberikan stimulus baru.
j. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa k. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
l. Demikian seterusnya m.Evaluasi hasil belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus
anak melalui kegiatan melipat kertas. Terkait dengan teori behavioristik yang mengedepankan adanya stimulus dan respon maka dalam penelitian ini
stimulus yang diberikan berupa kegiatan melipat kertas dan respon yang muncul yaitu meningkatanya keterampilan motorik halus anak. Selain teori belajar behavioristik dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan suatu
metode pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam menumbuhkan minat belajar dan mengembangkan kemampuan motorik halus
2. Experiential Learning
Metode Experiential Learning adalah suatu metode proses belajar
mengajar yang mengaktifkan pembelajar guna membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung (Heny Pratiwi, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengajak para peserta didik untuk praktek langsung melipat kertas, dimana peneliti nantinya
akan mengajarkan terlebih dahulu tahap-tahapan dalam kegiatan melipat kertas membentuk suatu benda. Metode ini akan bermakna tatkala
pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan. Dalam hal ini, metode Experiental Learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam
proses pembelajaran(Heny Pratiwi, 2009).
Metode Experiential Learning memberikan pengalaman yang nyata yang
akan membangun keterampilan melalui penugasan-penugasan nyata (HenyPratiwi, 2009). Dalam penelitian ini, peserta didik akan mempraktekkan bagaimana cara melipat kertas menjadi bentuk benda.
Tentunya dengan bimbingan dari peneliti selama pembelajaran berlangsung. a. Dasar Pemikiran Penggunaan Experiential Learning
Berikut beberapa pendapat yang menguatkan pemakaian metode experiential learning dalam proses belajar mengajar (Heny Pratiwi, 2009):
1)Pembelajar dalam belajar akan lebih baik ketika mereka terlibat secara
langsung dalam pengalaman belajar. Peserta didik biasanya akan lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran jika diberi kesempatan untuk
2)Adanya perbedaan-perbedaan secara individu dalam hal gaya yang disukai. Berikan kebebasan kepada peserta didik dalam menemukan pengetahuan baru
dengan gaya belajar mereka masing-masing.
3)Ide-ide dan prinsip-prinsip yang dialami dan ditemukan pembelajar lebih efektif dalam pemerolehan bahan ajar.
4)Komitmen peserta dalam belajar akan lebih baik ketika mereka mengambil tanggung jawab dalam proses belajar mereka sendiri.
5)Belajar pada hakikatnya melalui suatu proses. Proses di mana dari yang tidak tau menjadi tau, dari tidak bisa menjadi bisa.
b. Karakteristik Belajar melalui Pengalaman (experiential learning)
Berikut karakteristik belajar melalui pengalaman menurut (Heny Pratiwi, 2009):
1)Belajar lebih dipersepsikan sebagai proses, bukan sebagai hasil.
2)Belajar adalah suatu proses yang berkesinambungan yang berpijak pada
pengalaman.
3)Proses belajar menuntut penyelesaian pertentangan antara modus-modus dasar untuk beradaptasi dengan lingkungan.
4)Belajar merupakan proses adaptasi terhadap dunia luar secara utuh. 5)Belajar merupakan transaksi antara individu dengan lingkungan.
6)Belajar merupakan proses menciptakan ilmu pengetahuan.
Pada Experiential Learning, aktivitas belajar harus berfokus pada peserta belajar (student-centered learning). Penjelasan dan contoh dari peneliti atau
bantu pembelajaran yang dibutuhkan harus benar-benar tersedia dan siap untuk digunakan.
Terkait dengan metode experiential learning, dalam penelitian ini peneliti menjelaskan terlebih dahulu kepada peserta didik kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan yaitu kegiatan melipat kertas. Peneliti sebelumnya sudah
menyiapkan media dan alat bantu pembelajaran yang dibutuhkan dalam penelitian, seperti Rencana Kegiatan Harian, gambar tahapan-tahapan melipat
kertas, kertas lipat, dan media lain yang diperlukan.
Teori pembelajaran yang sependapat dengan metode Experiential
Learning yaitu teori pembelajaran keterampilan yang dipaparkan Paul Eggen dan Don Kauchack (2004: 86) yang menyebutkan bahwa pelaksanaan pembelajaran keterampilan yaitu dengan memberikan pemahaman kepada
peserta didik tentang kegiatan pembelajaran yang akan dipraktekkan guna meningkatakan keterampilan motorik halus peserta didik.
Prinsip-prinsip pembelajaran keterampilan menurut Paul Eggen dan Don Kaucack (2004:86) yaitu menggunakan model dan petunjuk dalam mengajarkan suatu keterampilan, membantu peserta didik memahami aturan
dalam mengikuti pembelajaran keterampilan, memberikan umpan balik yang sesuai bagi peserta didik.
Langkah pembelajaran keterampilan motorik halus melalui kegiatan melipat menurut prinsip pembelajaran menurut Paul Eggen dan Don Kaucack yaitu:
a)Pendidik menggunakan kertas lipat yang ukurannya lebih besar dari kertas lipat yang digunakan oleh peserta didik dan dilengkapi dengan gambar
b)Setiap tahapan melipat yang sudah dibuat oleh siswa diberikan umpan balik oleh guru kepada peserta didik misalnya dengan penguatan “rapikan lipatan”. c)Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengulang kembali melipat kertas.
Berdasarkan teori pembelajaran Paul Eggen dan Don Kaucack dikaitkan
dengan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa peserta didik akan lebih memahami materi pembelajaran yang diharapkan peneliti jika dalam proses
pembelajaran peserta didik terlibat langsung, seperti pendidik memberikan contoh cara melipat kertas membuat suatu model lipatan dan menunjukkan
hasil lipatan yang sudah jadi kepada peserta didik.
Selanjutnya peserta didik diberi kesempatan untuk mempraktekkan
melipat kertas dengan tahapan-tahapan sesuai kemampuan anak. Selama proses pembelajaran pendidik membimbing anak dalam mengikuti
tahapan-tahapan dalam melipat kertas.
Keuntungan dari pemakaian metode experiential learning yaitu meningkatkan semangat dan gairah pembelajar, membantu terciptanya
suasana belajar yang kondusif, memunculkan kegembiraan dalam proses belajar, mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif, menolong
3. Pentingnya Ketrampilan Motorik Halus bagi Anak Usia Dini Friedrich Frobel (asas bekerja sendiri) berpendapat bahwa
menggambar diawali dengan membuat garis vertikal dan horizontal, spielgalben dan spielformen dengan permainan bentuk, alat permainan untuk berfobel (pekerjaan tangan) misalnya mozaik, menganyam kertas,
kertas lipat dan tanah liat (Depdiknas 2007:11).
Aktivitas pengembangan ketrampilan motorik halus anak usia TK
bertujuan untuk melatih kemampuan koordinasi motorik anak. Koordinasi antara tangan dan mata dapat ditingkatkan melalui kegiatan permainan
membentuk atau memanipulasi dari tanah liat/lilin, adonan, memalu, menggambar, mewarnai, menempel dan mengguntung, memotong, merangkai benda dengan benang (meronce) (Sumantri, 2005: 145 ). Fungsi
pengembangan ketrampilan mptorik halus itu sendiri adalah mendukung aspek perkembangan aspek lainnya, seperti kognitifdan bahasa serta sosial
karena pada hakekatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisah satu sama lain.
Pembelajaran motorik disekolah berpengaruh terhadap beberapa aspek
kehidupan para peserta didik (Decaprio, 2013: 24), seperti: dengan pembelajaran motorik, para peserta didik menemukan hiburan yang nyata,
para peserta dididik beranjak dari kondisi lemah menuju kondisi kuat, para peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, pembelajaran motorik akan menunjang ketrampilan para peserta didik
Pembelajaran motorik yang diberikan di TK meliputi pembelajaran motorik kasar dan motorik halus. Penelitian ini lebih menfokuskan pada
pembelajaran motorik halus. Salah satu alat peraganya adalah kertas lipat, salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Kegiatan melipat kertas merupakan kegiatan yang dapat menghibur
serta menyenangkan saat pembelajaran.
Kegiatan ini dapat melemaskan otot-otot tangan sehingga peserta didik
tidak mengalami kesulitan dalam kegiatan menulis, menggambar, menggunting dan kegiatan lain yang membutuhkan kemampuan otot tangan.
Salah satu contoh, kegiatan melipat kertas dapat meningkatkan ketrampilan sosial, dimana saat proses pembelajaran berlangsung peserta
didik dapat saling menunjukkan hasil karya lipatan kertas yang telah berhasil mereka buat.
C. Hakikat Origami untuk Anak Usia Dini 1. Pengertian Origami
Hira Kaemachela (2008:1) berpendapat bahwa kata origami berasal
dari bahasa jepang yakni dari kata oru yang berarti melipat dan kami berati kertas. Ketika kedua kata digabungkan ada sedikit perubahan namun tidak
1. Sejarah origami
Sejarah origami di Jepang menurut(Maya Hikari) origami
dipercaya telah ada sejak zaman Heian (741-1191). Dikalangan kaum sami Shinto dianggap sebagai penutup botol sake saat upacara penyembahan, wanita dan anak-anak pada masa itu origami masih
dikenal dengan istilah orikata, orisui, ataupun orimono. Pada masa itu memotong kertas menggunakan pisau diperbolehkan. Sejak zaman
Muromachi (1388-1573) penggunaan pisau untuk memotong kertas telah dihentikan. Origami kemudian berkembang menjadi suatu cara
memisahkan masyarakat golongan kelas atas dan golongan kelas bawah. Samurai mengikuti ajaran ise sementara masyarakat biasa mengikuti ajaran ogasawa. Didalam perkembangannya origami
menjadi begitu identik dengan budaya Jepang yang disebut washi saat berkembang dengan menggunakan kertas asli Jepang yang disebut
washi saat ini origami telah menjadi sesuatu yang tak terpisahkan dari budaya orang Jepang terutama dalam upacara adat keagamaan Shinto yang tetep dipertahankan hingga sekarang.
Dalam tradisi Shinto kertas segi empat dipotong dan lipatannya lambang simbolik Dewata yang digantung dikota Jingu (kuil agung
imperral) di ise sebagai sembahan pada upacara perkimpoian Shinto kertas berbentuk rama-rama jantan (o-ocho) dan rama-rama betina (mecho) menggunakan asaa bomair membalut botol sake sebagai
Selain itu origami juga digunakan untuk upacara keagamaan lain. Pada mulanya origami hanya diajarkan secara lisan. Panduan tertulis
membuat origami dikenal dalam buku senbazuru orikata (bagaimana melipat seribu burung jenjang/orizuru pada tahun 1797). Ketika itu origami masih dikenal ssebagai orikata. Buku ini dianggap buku
origami tertua didunia dan mengandung empat puluh sembilan(jenjang berkait ) dan kyokya (puisi lucu pendek). Pengarangnya Kisato Rito
yang mengumpulkan model-model gido bersama kyoka dan menerbitkannya sebagai senbazuru.
Pada tahun yang sama suatu risalah berjudul hushingura orikata
yang memuat lipatan bentuk manusia turut di keluarkan oleh
pengarang yang sama. Pada tahun 1850 suatu naskah tulisan lain
berjudul karya ragusa yang diterbitkan naskah ini berisi 2 bagian
origami yaitu rehlah dan keagamaan kebanyakannya merupakan
model origami yang terdapat pada chushingura orikata. Pada tahu
1819 buku sekejap mata menghasilkan burung kertas memperlihatkan
bagaimana burung dihasilkan dari kertas, kemudian di tahun 1845
kumpulan lengkap bentuk lipatan tradisi Jepang ditulis dan diterbitkan
dalam buku kan nomado. Buku itu berisikan lebih kurang 150 contoh
origami termasuk model katak. Pada tahun (1880) seni melipat kertas
mulai dikenal orang dengan origami, kata origami berasal dari bahasa
Jepang oru (melipat) dan kami (kertas). Kata origami kemudian mulai
Pada zaman Edo (1600-1868) produksi kertas berlimpah sehingga
kertas mudah diperoleh hal ini menjadikan origami berkembang lebih
pesat dan pada akhir zaman edo hampir 70 bentuk yang dihasilkan
seperti katak, kapal, dan balon yang masih tetap dikenal hingga
sekarang. Di zaman Genruku (1688-1704) corak kain origam burung
jenjang (orizuru) menjadi popular dan sering dibuat dalam corak kain
ukiyoe ini memperlapang jalan origami untuk berkembang lebih luas
pada masa sekarang. Dan pada zaman Meiji (1868-1912) origami
digunakan sebagai alat mengajar di TK, SD hal ini berkat pengaruh
dari ahli pendidikan FrredrichWilhelm August Frobel (1782-1852).
Beliau adalah seorang pendidik Jerman pada abad ke-19. Beliau
menggunakan origami tradisional Eropa untuk menghasilkan bentuk
geometri dan konsep ini kemudian dipakai secara meluas di TK di
Jepang.
Origami modern mengenal bentuk lipatan baru yang berbeda
dengan bentuk lipatan klasik. Origami moderen ini mulai
diperkenalkan oleh Akira Yoshizawa di Jepang. Akira Yoshizawa
mempopulerkan bentuk-bentuk origami baru yang berbeda dengan
tradisional. Dia turut memperkenalkan bentuk awal burung berkaki
empat dengan menggabungkan dua keeping kertas yang berlipat.
Semenjak itu pelipat kertas yang lain juga sukses menggunakan
lintzed untuk membuat lipatan hewan berkaki empat yang dibuat dari
selembar kertas tanpa potongan.
Pameran origami Akira Yoshizawa pada tahun 1960 an telah
Sam Randlett kemudian memperkenalkan sistem garis dan anak panah
yang digunakan sebagai arahan untuk melipat origami yang dapat
dipahami oleh semua orang tanpa menggunakan bahasa.
Dalam usianya ke 83 pada tahun 1999 Akira Yoshizawa telah
menghasilkan hampir 50000 bentuk. Dia selalu memberi tekanan pada
ketelitian dan ketepatan dalam bentuk untuk objek origami. Sekarang
telah dikenal berbagai model origami menganggumkan yang
diciptakan oleh pakar origami diseluruh dunia. Padahal dahulu bentuk
badan dan kaki hanya bisa dibayangkan saja sekarang bentuk berhasil
dihasilkan.
Yang menjadi tantangan pada masa sekarang adalah bagaimana
menghasilakan serangga dengan spesies khusus yang bisa dikenal
dengan tepat. Selain dalam pencapaian teknikal seni lipat kertas
origami juga mengalami perkembangan pesat dalam hal ini jenis dan
pilihan kertas yang dipilih. Yoshizawa telah mendahului dengan
pameran yang menggunakan yaitu karya yang menyerupai benda asli.
Dia memperkenalkan gabungan kertas seperti uniyu atau ciri yang
cukup sesuai untuk lipatan.
Yoshizawa juga memperkenalkan lipatan basah dimana kertas
tebal dilipat ketika masih basah dengan demikian diperoleh model tiga
dimensi dengan sudut lipatan lembut dibentuk. Sekarang ini untuk
menghasilkan suatu lipatan mengagumkan wujud origami bukan lagi
rahasia ada banyak perhimpunan pencinta origami baik di Jepang
beberapa diantaranya membuat situs web yang dapat diakses siapa
jadi setiap orang dapat belajar membuat origami secara mudah dengan
panduan web yang mereka buat.
2. Manfaat Origami Bagi Anak Usia Dini
Berkreasi dengan origami tentu bukan sekedar bermain dengan
lipatan kertas ada beberapa manfaat yang dapat kita peroleh dari
asyiknya membuat origami.menurut Hira Karmachela, (2008:7-9)
manfaat origami yaitu:
a. Belajar membuat model
Origami adalah seni melipat kertas untuk membuat sesuatu model,
ketika seseorang anak berorigami ia sedang belajar membuat dari
selembar kertas atau lebih menjadi sebuah model sesuai dengan
kemampuan dan kesukaannya.
Model dalam origami sangatlah banyak dan terus berkembang
seiring dengan karya-karya baru yang dihasilkan oleh para pelipat,
namun model origami yang disukai oleh anak-anak biasanya adalah
model origami tradisional yang berupa mainan (miniatur) binatang,
pesawat (anak laki-laki), rumah dan alat-alat rumah tangga (anak
wanita), dan sebagainya.
Model origami untuk anak ini biasanya terdiri atas lipatan
sederhana dengan sedikit tahapan dalam diagramnya. Namun tidak
menutup kemungkinan seorang anak yang telah banyak mencoba jenis
lipatan akan bisa membut model origami yang mempunyai tingkat
kesulitan yang tinggi dan semakin banyak mencoba beberapa jenis
b. Belajar membuat mainan sendiri
Banyak model origami yang dapat digunakan untuk bermain anak
misalnya pesawat terbang, dan perahu. Model-model itu pada
umumnya dapat cukup dibuat dari selembar kertas saja dan untuk
model tertentu yang berukuran besar bisa menggunakan kertas Koran
seperti untuk membuat topi dan pesawat.
Perlu disadari bahwa dalam origami proses melipatnya itu sendiri
adalah bagian dari bermain dan setelah menjadi model juga dapat
dimainkan baik secara sendiri maupuun secara bersama-sama.
c. Belajar membaca diagram/gambar
Belajar origami selain melaui bimbingan seorang guru atau
instruktur dapat pula melalui animasi atau melalui diagram dari
sebuah buku origami. Jadi seorang anak dapat membuat origami
dengan mengikuti diagram yang ada dalam buku meski harus memilih
dan disesuaikan dengan tingkat kemampuannya.
d. Belajar menemukan solusi bagi persoalannya
Sebuah diagram origami terdiri atas beberapa tahapan dimana
setiap tahapannya merupakan rangkaian persoalan-persoalan melipat
yang beraneka ragam. Ketika seoarang anak membuat origami dengan
cara mengikuti alur sebuah diagram sebetulnya dia sedang
menghadapi persoalan pada setiap tahapan diagram, artinya anak
dapat menyelesaikan persoalan origami.
Pada saat seperti itu anak umur tertentu akan berjalan logikanya,
bagaimana mengikuti, membaca gambar, dan menyelesaikan
anak akan berusaha untuk mencari solusi hingga berhasil membentuk
sebuah model origami yang diharapkan oleh anak dan tentu latihan
yang sangat baik bagi anak untuk belajar memecahkan persoalannya.
e. Belajar perbandingan (proporsi) dan berpikir matematis
Satu diantara yang sangat menentukan keindahan model origami
adalah yang disebut dengan proporsi bentuk (perbandingan bentuk)
mengapa model itu mirip bentuk tertentu adalah karena teori proporsi.
Tingkat keindahan sebuah model origami sangat terletak pada
proporsi ini, disisi lain jenis lipatan.
Origami memiliki sejarah dan asal usul yang panjang. Sebuah hasil
origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti, sangat
memanjakan mata dan menarik hati para pencinta origami. Origami
bisa menjadi kerajinan tangan yang menyenangkan untuk anak-anak
terutama jika model origami yang dibuat sesuai
dengan perkembangan usia mereka.
Dengan origami anak- anak belajar tentang banyak hal terutama
tentang banyak hal kesabaran, mengembangkan daya imajinasinya,
belajar mengenali warna, cara mengikuti instruksi berhitung,
mengembangkan keterampilan tangan, melatih motorik halus, cara
menghasilkan kreasi yang apik dapat dimengerti, dapat menghargai
suatu karya dan origami akan menambah kecerdasan anak, akan
melatih perkembangan otak seperti halnya ketika anak belajar sempoa
Dengan origami untuk itu biarkan anak terus berkreasi dengan
origami anak akan tumbuh cerdas dan menjadi kebanggaan kita
bersama.
3. Cara Membuat Sebuah lipatan
Membuat lipatan yang rapi sangat diperlukan demi terciptanya
hasil origami yang indah. Kita dapat berlatih dengan membuat lipatan
sederhana dengan melipat kertas bujur sangkar menjadi dua bagian
sisi kiri dan kanan artinya lipatan berada tepat ditengah- tengah kertas.
Cara sederhana itu seperti berikut:
a. Ambil salah satu sudut siku-siku kertas.
b. Kemudian ditarik hingga menempel pada sudut seberangnya yang
sejajar.
c. Dengan begitu, kita mampunyai bentuk segitiga.
Melipat kertas digunakan untuk melatih motorik halus anak karena
didalam kegiatan melipat kertas menuntut gerakan otot-otot jari,
pergelangan tangan yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan,
kecepatan, ketepatan telapak dan jari serta membantu koordinasikan
mata dan tangan. Dari kegiatan melipat kertas tersebut bertujuan
melatih konsentarasi anak dalam menentukan lipatan-lipatan(Yani
Mulyani dan Juliska Gracinia 2007:10).
Alasan memilaih melipat untuk peningkatan kemampuan motorik
halus sebagai berikut: menuntut gerak otot jari, pergelangan tangan
yang membutuhkan koordinasi mata, memecu kreativitas otak,
mengenali warna, belajar membuat mainan sendiri dan melatih
kesabaran.
4. Kelebihan Melipat Kertas :
a. Melipat kertas sebagai perlakuan untuk meningkatkan kemampuan
motorik halus anak pada persepsi visual motor yang meliputi otot-otot
tangan, jari tangan koordinasi mata dan tangan, dan ketepatan dalam
melipat.
b. Bahan yang digunakan dalam melipat kertas mudah didapat, dan tidak
membahayakan anak.
c. Melipat kertas warna-warni dapat menari perhatian anak.
5. Kekurangan Melipat Kertas
a. Bahan yang digunakan mudah rusak, robek dan tidak tahan lama.
b. Dalam proses pembuatan, jika ada salah satu bagian yang sobek, maka
prosesnya dihentikan dan diulangi dari awal.
c. Jika terkena air, sudah tidak bisa digunakan kembali oleh anak, hancur dan
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Dan Subjek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya TK AL FARABI Salatiga
Sejarah berdirinya TK AL FARABI , diawali dengan pembicaraan
warga dan tokoh masyarakat Cabean tentang kondisi sekolah PAUD disekitar cabean dalam pembiayaan sekolahnya diatas menegah
kebawah. Berbagai pendapat dipertimbangkan oleh para tokoh tersebut, kemudian ada gagasan untuk mendirikan sekolah anak usia dini yang sesuai dengan kondisi masyarakat sekitar.
Dalam proses pembuatan gagasan pembuatan sekolah itu juga harus memenuhi persyaratan dan kondisi yang sudah ada. Awal
mulanya hanya mendirikan Kelompok Bermain secara gratis atau cuma-cuma. Sumber daya gurunya pun juga diambil dari masyarakat sekitar. Siswa pertama ada 4 siswa yang rumahnya memang dekat
dengan sekolah.
Dalam proses mendirikan sekolah kelompok bermain, ada gagasan
dari wali murid untuk mendirikan TK untuk menunjang sekolah lanjutan dari Kelompok bermain ke TK. Masyarakat sekitar memang secara kondisi perekonomian kurang menunjang apabila harus belajar
memang masih memilih yang sesuai dengan kantong keluarga mereka atau lebih tepatnya golongan menengah kebawah.
Kebutuhannya terpenuhi semua, serta anak pun bisa sekolah dan melanjutkan pendidikannya sesuai jenjangnya. Setelah pendirian Kelompok bermain mendapatkan kepercayaan dari orang tua, para
tokoh, yayasan serta pendidik pun sepakat untuk didirikannya TK (Taman Kanak-kanak) untuk menunjang masyarakat kurang mampu
agar tetap menyekolahkan anaknya.
Pada tahun 2012, dengan swadaya masyarakat sekitar terwujudlah
bangunan untuk kelas TK A dan B. Masyarakat sekitar dengan senang hati dan mempercayakan anak-anak mereka untuk bersekolah di sekolah tersebut. Untuk berlangsungnya pembelajaran anak-anak
menggunakan bangunan yang setiap sore hari untuk mengaji. Pembangunan TK memang belum selesai, karena memang
pembangunannya secara bertahap.
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi diawal perjuangan yaitu dengan mundurnya pendidik-pendidik dengan alasan yang
beragam. Kepala sekolah pun dengan sigap mencari pengganti kekosongan guru tersebut. Dengan adanya perkumpulan yang
guru-guru PAUD seperti HIMPAUDI sekolah juga dapat belajar dari sekolah yang sudah lama didirikan dan dapat menggunakan tehnis dan metode yang digunakan oleh narasumber. Pada awalnya memang
betapa kecewanya sekolah tersebut tidak diperbolehkan mengikuti lomba dengan alasan belum terdaftar dalam IGTKI. Lika-liku dalam
perjalanan dari nol sampai detik ini memang tidaklah mudah, ada yang pahit ada pula manisnya.
Kondisi inilah yang membangkitkan perjuangan para pendidik
untuk terus belajar dan belajar agar guru-guru juga semakin berkualitas dan masyarakat menjadi mempunyai daya tarik serta memberikan
kepercayaannya pada TK ALFARABI untuk menjadi sekolah pilihan masyarakat yang menciptakan generasi yang cerdas dan berakhlak
mulia.
2. Profil Sekolah
Profil atau identitas sekolah adalah sebagai berikut :
a. Nama Satuan PAUD : TK AL-FARABI
e. No Ijin Operasional : 421.9/0023/101, 27-01- 2016
f. NPSN : 69913069
g. Kedudukan Dalam Gugus : Anggota Gugus 3. Letak Geografis TK AL FARABI Salatiga
Lokasi TK Al Farabi beralamat di Cabean RT 05/RW 01 Jl. KH.
Abdul Wahid Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Kode Pos 50721 Provinsi Jawa Tengah.
4. Visi, Misi dan Tujuan TK AL FARABI Salatiga
Visi :
Mempersiapkan generasi yang beriman dan berakhlaqul Karimah
Misi :
1. Menyelenggarakan pendidikan KB/TK yang profesional,
berkualitas dan bertanggung jawab.
2. Membina terwujudnya kualitas iman dan taqwa.
3. Membina terwujudnya kualitas akhlaqul karimah peserta didik.
4. Membina sikap mental kepedulian sosial peserta didik.
5. Mewujudkan keseimbangan ilmu umum dan adama kepada peserta
5. Keadaan Siswa dan Guru
a. Daftar Nama Siswa
Adapun nama-nama kelompok B di TK AL FARABI yang akan diamati terlihat pada tabel dibawah ini :
NO NAMA L P
1. Agung Prabowo √
2. Ahmad Hasan √
3. Akbar Fadhil Pratama √ 4. Ardiyan Bayu Saputra √
5. Arsyafa Hanania √
6. Arya Dwi Prayoga √ 7. Fahreza Wildan Arif √
8. Firda Setyo Ramadhani √
9. Intan Meysa Putri √
10. Khansa Labibah
Ardhani √
11. Muhammad Rizky P. √ 12. Rijal Putra Kayafano √
b. Daftar Nama Guru
Adapun nama-nama guru di TK Al Farabi , yaitu :
NO NAMA JABATAN
1. Sofwati Kepala Sekolah
2. Samsul Darojah Guru kelas A
3. Annisa Amalia Rahma Guru Kelas A
4. Masruroh yuliyanti Guru Kelas B
6. Stuktur Organisasi
Adapun struktur organisasi di TK AL FARABI terlihat pada gambar
dibawah ini :
7. Tata tertib dan Pembiasaan di TK AL FARABI
a) Berangkat sekolah sebelum jam masuk sekolah (tidak boleh
terlambat).
b) Bel masuk sekolah 07.15 tepat.
c) Baris sesuai dengan kelompoknya (serta mengembalikan sepatu
sesuai rak yang sudah disediakan).
d) Guru mendampingi dan mengarahkan anak dalam barisan. Yayasan TK
AL FARABI
KEPALA SEKOLAH
GURU KELAS A
- SAMSUL DAROJAH
- ANNISA AMALIA R.
GURU KELAS B
- MASRUROH YULIYANTI
- RISA OKTAVIA
e) Murid yang menjadi pemimpin berada didepan untuk mempersiapkan barisan untuk masuk kedalam kelas.
f) Masuk ke dalam kelas sesuai intruksi dari pemimpin kelas secara rapi.
g) Duduk sesuai tempat yang diinginkan dengan tenang dan rapi.
h) Memberi salam.
i) Berdoa mau belajar, asmaul husnadan doa-doa secara
bersama-sama.
j) Guru membacakan absensi murid dan menanyakan keadaan
murid.
k) Menyanyi. Bertepuk irama, serta bercerita diawal pembelajaran
l) Masuk ke inti, guru sudah mempersiapkan pembelajaran.
m) Guru membimbing, mengarahkan, melatihdan mendampingi anak didik dengan baik dan teliti.
n) Memberikan suasana yang menyenangkan serta nyaman pada anak.
o) Mengikuti perintah serta menyelesaikan penugasan yang diberikan guru.
p) Mencuci tangan sendiri.
q) Berdoa sebelum makan dengan lembut dan tenang jika sudah
r) Istirahat.
s) Anak-anak yang bermain harus merapikan alat permainan itu lagi
pada tempatnya.
t) Bel masuk.
u) Anak-anak merapikan alas kaki yang digunakan ke rak dengan
rapi, apabila belum dikembalikan ada sanksi dari guru.
v) Anak-anak kembali belajar sesuai dengan perintah guru dan
menyelesaikan penugasan yang ada.
w) Usai pembelajaran, ada ekstrakulikuler sesuai dengan jadwal.
x) Setelah selesai guru menanyai anak lagi tentang kegiatan hari itu untuk mengingatkan kembali apa yang sudah dikerjakan pada hari itu.
y) Membaca surat pendek, doa-doa, serta menyanyikan lagu kebangsaan.
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
1. Pra Siklus
Dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, peneliti melakukan permohonan izin kepada kepala sekolah dan para pendidik agar diizinkan untuk melakukan observasi untuk langkah awal pengamatan.
Dalam proses pengamatan peneliti juga banyak berdiskusi dengan kepala sekolah maupun guru kelas B yang menjadi kelas penelitian. Dari
hasil pengamatan selama 2 hari, peneliti menyimpulkan bahwa perlunya penelitian tentang perkembangan motorik halus pada anak. Proses
Observasi pada hari pertama, peneliti melihat pembiasaan yang ada disekolah.
Tindakan selanjutnya yang dilakukan adalah melaksanakan
pembelajaran pemberian tugas melipat kertas origami. Dalam pelaksanaannya anak-anak masih melipat dengan lipatan yang sederhana,
melipat pada bagian tengah lalu dilipat kembali pada lipatan yang pertama. Guru kelas memang sudah menerapkan beberapa metode dalam mengembangkan motorik halus pada anak. Namun kurangnya
penambahan-penambahan yang bisa mengembangkan daya imajinasi anak.
Hasil dari wawancara dengan kepala sekolah dan guru diperoleh
Hasil pembelajaran Pra siklus yang dilakukan di TK AL FARABI Salatiga khususnya kelompok B pada hari senin, 24 juli 2017 diperoleh
bahwa ketelitian dan ketepatan anak dalam melipat kertas origami mencapai 25%. Indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam pembelajaran 75%. Apabila hasil belum mencapai angka yang telah
ditentukan berarti pembelajaran Pra Siklus belum berhasil.
2. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan akan dilaksanakan pada 01 Agustus 2017 di TK
AL FARABI khususnya kelompok B. Peneliti juga menyampaikan pendapat serta berdiskusi kepada guru kelas dalam mempersiapkan kegiatan yang akan dilakukan pada Siklus I. Hal-hal yang kami diskusikan
adalah perencanaan pembelajaran berdasarkan tema yang sedang berlangsung. Menyamakan persepsi dan kebutuhan anak dalam
pembelajaran yang sudah diajukan oleh peneliti.Beberapa hal yang akan dipersiapkan pada Siklus I yaitu:
1. Menyiapkan RKH (Rancangan Kegiatan Harian), sebagai acuan
peneliti dan kolabolator dalam melaksanakan penelitian. Alat peraga yang digunakan yaitu kertas lipat dengan berbagai jenis
warna.
b. Pelaksanaan Tindakan
Sesuai dengan rencana peneliti dengan pihak sekolah, tindakan
pertama pada siklus pertama dimulai sejak senin, 24 Juli 2017 pembelajaran berlangsung selama 30 menit dari pukul 08.00-08.30 WIB.
Peneliti memasuki ruangan sejak baris berbaris didepan kelas untuk mengikuti pembiasaan yang ada dikelas tersebut, Langkah
selanjutnya anak-anak berdoa mau belajar dan hafalan doa-doa serta membaca asmaul husna.
1. Peneliti mempersiapkan sumber belajar serta peralatan yang dibutuhkan saat pembelajaran melipat kertas origami seperti kertas origami, pensil, lem, buku polos, papan tulis (white board).
Adapun tema yang digunakan yaitu Aku dengan sub tema Tubuhku
“kepala”. Adapun gambaran langkah-langkah melipat kertas
berbentuk kepala tentang materi Siklus I yaitu :
2. Peneliti memulai pembelajaran dengan salam, doa, mengucapkan dua kalimat syahadat dan membaca asmaul husna kemudian
menyanyikan lagu anggota tubuhku dan seusai itu peneliti absensi pada setiap murid.
4. Setelah itu peneliti memberikan arahan tentang melipat kertas origami pada anak langkah demi langkah.
5. Peneliti kemudian mengajarkan kepada anak bagaimana melipat yang benar dan memberikan mata, hidung dan mulut agar terlihat kepala manusia.
6. Kegiatan selanjutnya yaitu menempel hasil origami anak di buku polos yang sudah disediakan.
7. Anak selesai mengerjakan mengembalikan peralatan belajar sesuai dengan tempatnya
8. Guru dan anak bernyanyi bersama dengan lagu “anggota tubuh”.
9. Kegiatan penutupan diisi dengan tanya jawab tentang pembelajaran yang telah dipelajari. Bagaimana melipat kertas origami dengan
baik dan benar.
10.Diakhiri dengan berdoa dan mengucapkan salam.
Proses pembelajaran Siklus I seperti yang dijelaskan diatas setiap pertemuan peneliti memberikan inovasi baru tentang kreasi melipat kertas agar seni melipat anak bisa bertambah. Di Siklus ada 2
pertemuan , pertemuan yang pertama pada tanggal 24 Juli 2017 , peneliti memperkenalkan anak kreasi melipat kertas kepala