• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PERKEMBANGAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI ALAT PERAGA KERTAS ORIGAMI PADA SISWAI DI TK AL FARABI TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PERKEMBANGAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI ALAT PERAGA KERTAS ORIGAMI PADA SISWAI DI TK AL FARABI TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PERKEMBANGAN KETERAMPILAN

MOTORIK HALUS MELALUI ALAT PERAGA

KERTAS ORIGAMI PADA SISWA/I

DI TK AL FARABI TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : RISA OKTAVIA

116-13-018

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

دجو

ّ دج

نم

Man jadda wajada

Barang siapa bersungguh-sungguh, maka dia akan mendapatkan (kesuksesan)

(6)

PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan untuk :

1. Orangtua , Ibu marwinjayati yang telah melahirkan, mendidik, serta memberikan dorongan baik materiil maupun spiritual dan tak lupa

keluarga besar yang tidak ada hentinya mendoakan kebaikan untukku.

2. Dosen-dosen tercinta, Bp.Wahidin, Ibu Asdiqoh dan Bp. Agung yang telah

menemani saya selama saya berproses belajar dan menyelesaikan skripsi.

3. Sahabat-sahabatku, Khairiyyah Titi W.A. , Shohifatun Nasihah, Asih

Nurjannah, Aryana Safitri, Mar’ahtus sholihah , Alfi Hamidatun Nasihah,

Ibu Luluk Suci Rahayu yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepada Sahabatku, Carina Dewi Tri Utaminingsih, Ira Marta Putri, Nicko Candra Davinci, dan Hermanto yang telah mendukung serta membantu dalam hal materiil maupun semangat dalam perjalanan menyelesaikan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan taufiqNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammmad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan

kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Adapun judul skripsi ini

adalah “PENINGKATAN MOTORIK HALUS MELALUI ALAT PERAGA

KERTAS ORIGAMI PADA ANAK USIA DINI DI TK AL FARABI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018 ”.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah

memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr.Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Dra.Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Jurusan PIAUD IAIN Salatiga dan Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangkan

(8)
(9)
(10)
(11)

ABSTRAK

Oktavia, Risa 2017.(Peningkatan Motorik Halus Melalui Alat Peraga Kertas Origami pada Anak Usia Dini di TK AL FARABI Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018 ). Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga, Pembimbing Dra. Siti Asdiqoh, M.Si

Kata Kunci : Motorik Halus, Alat Peraga Kertas origami, Anak Usia Dini.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji meningkatkan perkembangan ketrampilan motorik halus melalui alat peraga kertas origami pada anak usia dini di TK AL FARABI Salatiga tahun pelajaran 2017/2018. Pentingnya meningkatkan motorik halus pada anak usia dini menjadi alasan penelitian yakni melalui kegiatan menggunakan alat peraga kertas origami untuk meningkatkan kemampuan sensorik, kemampuan berfikir, dan yang paling utama yaitu meningkatkan pengembangan motorik halus pada anak usia dini.

Dengan alat peraga kertas origami dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak usia dini di TK AL FARABI yang sudah dibuktikan oleh peneliti selama Siklus I sampai Siklus II. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif. Subjek dalam penelitian ini adalah anak dalam usia 6-7 tahun yang tergabung dalam kelompok B dan berjumlah 15 anak. Metode yang dikumpulkan untuk pengumpulan data adalah, tes yang berupa lembar kerja anak , observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu deskriptif kualitatif.

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak...6

Tabel 3.1 Daftar Nama Siswa Kelompok B...44

Tabel 3.2 Daftar Nama Guru TK AL FARABI...45

Tabel 4.1 Ketentuan Pemberian nilai Lembar Kerja Anak...59

Tabel 4.2 Indikator yang Diamati Tiap Siklus...60

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Pra Siklus...62

Tabel 4.4 Hasil Penilaian Siklus I...64

Tabel 4.5 Hail Penilaian Siklus II...66

Tabel 4.6 Hasil Pencapaian Siklus I dan Siklus II...69

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak usia dini khususnya anak usia 5-6 tahun adalah anak-anak yang memiliki karakteristik spontan, memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar,

memiliki rentang perhatian yang pendek, bersifat egosentris dan senang berpetualang dengan mengeksplor lingkungan sekitarnya. Pembelajaran melalui

melipat kertas atau origami adalah sesuatu yang menyenangkan bagi anak karena dapat dibuat apa saja, mulai dari kegiatan melipat yang sederhana seperti segitiga,

persegi kemudian bentuk yang sulit . Gerak yang dilatih dari kegiatan melipat ini adalah bagaimana anak melipat dan menekan lipatan-lipatan itu karena kegiatan ini akan memperkuat otot-otot telapak dan jari tangan anak (Aisyah,2008).

Melipat adalah aktifitas seni yang mudah dan menyenangkan. Diantara perannya adalah aktivitas untuk mengisi waktu luang dan media pengajaran dan

komunikasi dengan anak karena biasa dilakukan secara bersama-sama.

Media Alat Peraga Edukatif (APE) dalam mengembangkan motorik halus dari masa kemasa selalu berkembang dengan daya kreatif dari para guru. Dari

media yang sederhana hingga media yang canggih, misalnya saja origami atau seni melipat kertas yang menjadi salah satu alat dalam mengembangkan motorik

halus pada anak usia dini. Gerakan motorik halus mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan seni. Keterampilan motorik halus mulai berkembang, setelah diawali kegiatan yang amat sederhana seperti memegang

(15)

pencapaiannya dari pada ketrampilan motorik kasar karena ketrampilan motorik halus membutuhkan kemampuan yang lebih sulit misalnya konsentrasi, kontrol,

kehati-hatian dan koordinasi otot tubuh yang satu dengan yang lain. Seiring dengan pertambahan usia anak, kepandaian anak akan kemampuan motorik halus semakin berkembang dan maju pesat.

Menggunakan motorik halus adalah gerakan dengan cara menggerakkan otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ketrampilan bergerak, yang bisa

mencakup beberapa fungsi yaitu melalui ketrampilan motorik halus anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang dan anak dapat

menyesuaikan dirinya dilingkungan sekolah.

Pentingnya meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak, yakni pada saat anak melewati tahun keempat dalam kehidupannya, ada perkembangan

yang signifikan pada serebelum ( otak kecil yang mengontrol keseimbangan), sikap tubuh serta perkembangan motorik halus. Selain itu, pada saat ini semua

serabut ototnya tumbuh semakin panjang dan tebal. Terutama otot-otot yang terdapat pada tangan dan kaki berkembang dengan cepat dibandingkan ditempat-tempat lain didalam tubuhnya. Semua ini membuat keterampilan motorik kasar

dan motorik halus anak berkembang cepat (Tagor, 2007:78)

(16)

Surat Al-a’alq ayat 1-5:

Artinya :”Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang

paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia

mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui.

Dari ayat diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan diusia dini menjadi landasan dasar untuk memberikan pengetahuan dasar anak dalam memperoleh pengetahuan. Dari anak yang buta aksara bisa memperoleh pendidikan anak usia

dini melalui guru-guru yang memberikan pengetahuan kepada anak huruf-huruf abjad, angka, dan lain sebagainya untuk menstimulus anak agar bisa membaca.

Alasan peneliti menggunakan aktivitas melipat yakni melalui aktivitas melipat kertas ini mampu meningkatkan perkembangan otak, kemampuan sensorik, kemampuan berfikir, dan yang paling utama yakni, mampu

mengembangkan ketrampilan motorik halus anak. Di samping itu aktivitas melipat kertas ini, dapat mengembangkan, kemampuan otot-otot kecil anak, antara

lain mengembangkan ketrampilan jari-jemari tangan, melalui gerakan melipat menekan, menempel, menggunting, merobek dan menjimpit kertas lipat untuk menciptakan sebuah benda. Pada saat yang sama tanpa disadari dapat

mengembangkan kemampuan koordinasi mata dan tangan anak.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis meneliti dengan judul

(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas , maka dapat

dirumuskan pokok permasalahan pada penelitian ini, yaitu apakah dengan alat peraga origami dapat meningkatkan perkembangan ketrampilan motorik halus pada anak usia dini di TK AL FARABI Salatiga tahun pelajaran 2017/2018?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut , maka tujuan penelitian ini, yaitu

untuk mengetahui alat peraga origami dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak usia dini di TK AL FARABI Salatiga tahun pelajaran 2017/2018.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

Menurut Bambang Dwiloka (2012:29) menyatakan bahwa hipotesis penelitian merupakan anggapan sementara yang masih harus dibuktikan

kebenarannya melalui penelitian. Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini yaitu:

“Alat peraga origami dapat meningkatkan perkembangan motorik halus

pada anak usia dini di TK AL FARABI tahun pelajaan 2017/2018” .

Dalam pembahasan keberhasilan, ada indikator keberhasilan yang harus

dicapai anak untuk penilaian disetiap pembelajarannya. Indikator keberhasilan dalam peningkatan motorik halus melalui alat peraga kertas origami pada anak

(18)

1. Kerapian di setiap lipatan.

Indikator dalam setiap amatannya yaitu rapi saat melipat dari awal lipatan hingga akhir lipatan, sebanyak 2-4 lipatan atau lebih.

2. Ketangkasan melipat kertas menjadi bentuk origami

Indikator dalam setiap amatannya yaitu sudah tangkas dalam

melipat kertas menjadi bentuk sesuai langkah.

3. Mengerti dan melakukan perintah secara teliti

Indikator dalam setiap amatannya yaitu melakukan dua perintah secara sederhana dan mampu membuat lipatan dengan teliti.

4. Kemampuan melipat kertas mengikuti perintah

Indikator dalam setiap amatannya yaitu mampu melipat kertas

sesuai dengan perintah dan menyimak pemberian contoh guru dalam aktivitas melipat dan anak mampu mengembangkan kreatifitas sesuai imajinasinya.

Penilaiaian dalam setiap indikatornya adalah dengan simbol bintang dan skornya disesuaikan dengan kriteria atau

(19)

Tabel 1.1 Penilaian Indikator Keberhasilan.

Seperti tabel diatas, contohnya anak A1 penilaian dalam indikator keberhasilanya yaitu kerapian anak tersebut sudah mencoba akan tetapi kurang

tepat dalam melipatnya berarti anak tesebut mendapatkan skor 1 dan indikator yang lainnya seperti ketangkasan dalam melipat skornya 3, mengerti dan

melakukan perintah secara teliti 2 dan kemampuan melipat kertas mengikuti petunjuk 2, langkah selanjutnya dijumlahkan dan dihitung sesuai dengan rumus.

(20)

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun praktis.

1. Manfaat praktis yang dapat disampaikan penulis yaitu:

a. Memberi masukan bagi peningkatan mutu pembelajaran yang kreatif dan

inovatif, dan sebagai sarana pengembangan dan peningkatan profesional guru.

b. Sebagai bahan informasi kepada lembaga lain tentang pentingnya peningkatan perkembangan motorik halus melalui metode pemberian

tugas melipat kertas atau origami pada anak usia dini.

c. Bagi guru TK, guru dapat menambah wawasan betapa pentingnya memahami karakteristik anak sehingga dapat menentukan metode

pembelajaran yang tepat yaitu dengan metode pemberian tugas melipat kertas atau origami.

d. Proses belajar dan hasil kegiatan membentuk guru yang lebih kreatif dalam merancang dan mengelola kegiatan yang menyenangkan untuk anak.

2. Manfaat teoritis yang dapat disampaikan oleh penulis yaitu:

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan orang tua anak didik

(21)

F. Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan untuk memberikan kejelasan dan menyamakan pandangan mengenai beberapa istillah yang digunakan:

1. Pengertian Motorik Halus

Pengertian peningkatan secara etimologi menurut kamus besar bahasa Indonesia Kontemporer adalah menaikkan derajat taraf. Menurut Heidi

Saputra (2014:142) dalam kamus bahasanya istilah peningkatan berasal dari kata dasar tingkat yang berarti lapis dari sesuatu yang bersusun dan

peningkatan berarti kemajuan. Motorik halus menurut Sumantri (2005:143), menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan,

ketrampilan yang mencakup pemanfaatan menggunaan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek. Demikian pula menurut Bambang Sujiono

(2008:12.5) menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti ketrampilan menggunakan jari jemari dan gerakan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani.

2. Pengertian Origami

Pengertian origami dari kata ori yang berarti “lipat”, dan kami yang berarti “kertas” merupakan seni tradisional melipat kertas yang berkembang

menjadi suatu bentuk kesenian yang modern. Origami adalah sebuah seni

(22)

yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa origami adalah seni melipat dari kertas tradisional yang dapat dibentuk dan menciptakan sebuah karya keindahan dari selembar kertas.Kegiatan melipat kertas

adalah suatu kegiatan membuat bentuk karya seni/ kerajinan tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas, dengan tujuan untuk menghasilkan

beraneka ragam bentuk mainan, hiasan, benda fungsional, alat peraga, dan kreasi lainnya. Kegiatan melipat kertas merupakan kegiatan yang

memerlukan koordinasi mata dan otot-otot tangan.

G. Metode penelitian 1. Rancangan penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan

oleh ahli spikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946.

Penelitian Tindakan kelas menurut Suhardjo (2007) sebagai

penelitian tindakan yang dilakukan di ruang kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu prose atau praktik

pembelajaran. Jadi penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran dan meningkatkan kualitas dalam mengajar agar

(23)

Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas menurut Yanto (2013:42) menjabarkan sebagai berikut :

SIKLUS PELAKSANAAN PTK

Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart

Pada tiap siklus terdiri dari 4 komponen yakni perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).

PELAKSANAAN

PERENCANAA PENGAMATAN

REFLEKSI PERENCANAAN

PELAKSANAAN REFLEKSI

PENGAMATAN SIKLUS I

(24)

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok B di TK AL

Farobi berlokasi dijalan kyai hasyim No.10 Desa Cabean, Kelurahan Mangunsari, kota salatiga tahun pelajaran 2016-2017 yang berjumlah 15 anak yang terdiri dari 9 laki-laki dan 6 perempuan. Peneliti

memililih kelompok B, karena usia perkembangan motorik halusnya harus diasah untuk menyeimbangkan dengan motorik kasar.

Untuk itu peneliti mencoba mencari suatu solusi yang dapat memecahkan masalah tersebut dengan metode pemberian tugas

melipat kertas origami sehingga perkembangan motorik halusnya dapat meningkat.

3. Langkah-Langkah Penelitian

Menurut Yanto (2013:40) tahap-tahap dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan penting, yaitu:

a. Tahap rencana

1) Membuat konsep atau skenario pembelajaran dengan penerapan metode pemberian tugas melipat kertas origami

yaitu membuat Rencana Kegiatan Harian

2) Membuat alat peraga edukatif terbuat dari kertas origami ,

(25)

3) Menyiapkan kertas origami , yang mana hasil penugasan dari anak didik tersebut.

4) Membuat simulasi perbaikan.

b. Tahap tindakan

Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang berupa penerapan

metode penugasan sesuai dengan konsep pembelajaran tertulis pada (RKH) Rencana Kegiatan Harian pada tahap perencana.

c. Tahap pengamatan

Pada tahap ini segala aktivitas anak didik dalam proses

pembelajaran diamati, dicatat dan dinilai, kemudian dianalisis untuk dijadikan umpan balik. Pengamatan tersebut meliputi beberapa indikator yang telah ditentukan penulis secara

d. Tahap analisis dan refleksi

Untuk mengetahui tercapainya dan keberhasilan tujuan

penelitiatujuan penelitian, tahap refleksi meliputi:

1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.

2) Evaluasi hasil observasi.

(26)

4. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian

tindakan kelas adalah :

a. Rencana Kegiatan Harian (RKH), yaitu seperangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan

menyusun untuk tiap putaran. Masing-masing RKH berisi tentang tingkat pencapaian, alat dan sember belajar serta hasil penilaian.

b. Tes buatan peneliti, yaitu berupa lembar penugasan yang dikerjakan oleh anak didik yang berupa hasil melipat kertas

origami, tes buatan peneliti tersebut digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai yang akan dianalisis dan diolah menjadi data kualitatif nantinya.

c. Lembar observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk mengamati anak didik selama proses pembelajaran berlangsung secara

bersamaan, yaitu anak didik tidak diperintahkan untuk mengikuti arahan lipatan dari awal hingga akhir lipatan.

d. Dokumentasi, peneliti membutuhkan dokumentasi meliputi:

1) Foto kegiatan pembelajaran.

2) RKH.

(27)

5. Pengumpulan data

Ada sejumlah strategi pengumpulan data yang dapat digunakan,

akan tetapi tidak semua strategi cocok untuk semua jenis data. Oleh karena itu, peneliti harus memilih strategi yang tepat. Adapun strategi yang digunakan peneliti antara lain yaitu:

a. Tes

Peneliti memberikan penugasan untuk anak didik sebagai

instrumen yang dapat digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai hasil penerapan metode pemberian tugas

melipat kertas origami, kemudian akan dianalisa dan diambil kesimpulannya.

b. Metode Observasi

Observasi adalah instrumen yang sering digunakan dalam penelitian dibidang pendidikan. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan 2 panca indra yaitu penglihatan dan peraba. Dalam hal ini peneliti mengamati proses belajar, dari memegang pensil, sampai melipat kertas selama pembelajaran.

c. Metode dokumentasi

Cara lain memperoleh dari penelitian adalah menggunakan tehnik

(28)

6. Analisis Data

Analisis data adalah menganalisis data yang telah terkumpul guna

mengetahui berapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi,2010:85). Menurut Suharsimi Arikunto, dalam Penelitian Tindakan Kelas dalam menganalisis data

menggunakan dua jenis data sebagai berikut:

a. Data kuantitatif (penilaian hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis

secara deskriptif. Dalam analisis ini biasanya untuk menentukan pemberian nilai Lembar kerja anak berdasarkan observasi kegiatan

pembelajaran maupun dari hasil tindakan yang telah dilakukan.

Nilai hasil belajar siswa dalam kelompok b di TK AL FARABI indikator keberhasilannya sebesar 75% dan penilaian

menggunakan simbol bintang 1-4 bintang yang sudah dijelaskan diatas. untuk analisis data terhadap anak dilakukan beberapa

tahap seperti Mulyasa(2009:101)yaitu:

1. Menjumlah skor yang dicapai anak pada setiap butir amatan.

2. Menghitung presentase peningkatan motorik halus anak.

Presentase pencapaian kemampuan rumusnya yaitu:

Jumlah Skor Maksimum= Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir amatan

(29)

Jumlah skor maksimum

Presentase Keberhasilan Kelas= Total presentase pencapaian kelas x 100%

Jumlah siswa

3. Penelitian pada setiap Siklus akan berhasil bila anak sudah

mencapai presentase yang telah ditentukan.

b. Data kualitatif yaitu peneliti dihadapkan langsung pada responden

atau lingkungan sedemikian intensif sehingga peneliti dapat menangkap dan merefleksi dengan cermat apa yang diucapkan dan dilakukan oleh responden (Arikunto, 1997:14). Informasi yang

diperoleh berupa kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang pemahaman terhadap seni melipat kertas origami

(30)

H. Sistematika Penulisan

Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca untuk mengikuti

uraian penyajian data skripsi ini, penulis akan memaparkan sistematika skripsi secara garis besar menjadi beberapa bagian :

Bab I Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian, Sistematika

Penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka, Berisi tentang Pengertian Peningkatan,

seni Origami atau melipat kertas, Hakikat Motorik Halus untuk anak usia dini.

BAB III : Pelaksanaan Penelitian, berisi Gambaran Umum Lokasi

Dan Subjek Penelitian, Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Pra Siklus, Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus II

BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan, berisi Deskripsi Persiklus dan Pembahasan.

BAB V : Penutup, berisi Kesimpulan dan Saran. Bagian akhir dari

(31)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Peningkatan Motorik Halus pada Anak

1. Pengertian Motorik Halus Pada Anak Usia Dini

Motorik halus menurut Sumantri (2005:143), menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan, ketrampilan yang mencakup

pemanfaatan menggunaan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek.

Demikian pula menurut Bambang Sujiono (2008:12.5) menyatakan

bahwa motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari dan gerakan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani.

Menurut Lindya(2008) motorik halus yaitu aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan pada bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Elizabeth B. Hurlock (1998:39) mengemukakan

bahwa perkembangan motorik anak adalah suatu proses kematangan yang berhubungan dengan aspek deferensial bentuk atau fungsi termasuk

(32)

seseorang mampu menggerakkan anggota tubuhnya ( tangan, kaki, dan anggota tubuhnya).

2. Faktor Yang Mempengaruhi Motorik Halus

Menurut pendapat Endang Rini Sukamti, (2007: 47) bahwa kondisi yang mempunyai dampak paling besar terhadap laju perkembangan

motorik diantaranya:

a. Sifat genetik termasuk bentuk dan kecerdasan mempunyai

pengaruh yang sangat menonjol terhadap laju perkembangan motorik.

b. Seandainya dalam awal kehidupan pasca lahir tidak ada hambatan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan dan semakin aktif janin semakin cepat perkembangan motorik anak.

c. Kelahiran yang sukar khususnya apabila ada kerusakan pada otak akan memperlambat perkembangan motorik.

d. Kondisi pra lahir yang menyenangkan, khususnya gizi makanan sang ibu lebih mendorong perkembangan motorik anak yang lebih cepat pasca lahiran ketimbang kondisi pra lahiran yang tidak

menyenangkan.

e. Seandainya tidak ada gangguan lingkungan maka kesehatan gizi

(33)

f. Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan untuk berkembangnya kemampuan motoriknya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motorik halus tidak lepas dari sifat genetik serta keadaan pasca lahir yang berhubungan dengan pola perilaku yang diberikan kepada anak-anak serta faktor internal

dan eksternal yang ada disekeliling anak dan pemberian gizi yang cukup.

B. Teori Belajar Keterampilan Motor Halus

Berikut teori yang dipakai peneliti sebagai landasan dalam melakukan

penelitian:

1. Teori Belajar Behavioristik

Peserta didik akan mengalami peningkatan kemampuannya jika dalam

proses pembelajaran anak diajak untuk belajar melakukan hal/kegiatan pembelajaran yang akan meningkakan aspek kemampuan yang akan

ditingkatkan oleh pendidik. Dalam proses belajar ini, menurut teori belajar behavioristik menekankan adanya stimulus dan respon.

Menurut teori behavioristik (Asri Budiningsih, 2004: 20), belajar

adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk

perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Teori ini mengutamakan pengukuran, apa saja yang diberikan guru

(34)

Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat

memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive renforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan

dikurangi (negatif reiforcement) responpun akan tetap dikuatkan. Salah

satu tokoh yang memperkuat teori ini adalah Skinner. Hubungan antara stimulus dan respon yang dikemukakan oleh Skinner ( C.Asri Budiningsih,

2004: 24) bahwa terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku pada individu

tersebut.

Pada dasarnya stimulus-stimulus yang diberikan kepada seseorang akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus tersebut akan

mempengaruhi bentuk respon yang akan diberikan. Demikian juga dengan respon yang dimunculkan inipun akan mempunyai

konsekuensi-konsekuensi.

Konsekuensi-konsekuensi inilah yang pada gilirannya akan mempengaruhi atau menjadi pertimbangan munculnya perilaku. Oleh

sebab itu, untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar, perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya,

serta memahami respon yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respon tersebut. Skinner tidak mengajurkan digunakannya hukuman dalam

(35)

a. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.

b. Dampak psikologi yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama.

c. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah

dan buruk) agar anak terbiasa dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala

lebih buruk dari pada kesalahan yang diperbuatnya. Penguat negatif dianjurkan oleh Skinner dalam kegiatan belajar. Penguat negatif tidak

sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang akan muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif

(sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang siswa perlu dihukum karena melakukan

kesalahan. Jika siswa tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu yang tidak mengenakkan siswa (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan

malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguat negatif.

Lawan dari penguat negatif adalah penguat positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun

bedanya adalah bahwa penguat positif itu ditambah, sedangkan penguat

negatif adalah dikurangi agar memperkuat respon. Penerapan teori ini dalam pembelajaran haruslah mempertimbangkan kondisi peserta didik

(36)

Budiningsih, 2004:27) dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,

karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Secara umum, langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang dikemukakan oleh Siciati dan Prasetyo Irawan (C.

Asri Budiningsih, 2004: 29) dapat digunakan dalam merancang pembelajaran. Langkah-langkah tersebut meliputi:

a. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran pastilah ada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

b. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal (entry behavior) siswa. Adanya percakapan seputar pengetahuan yang diketahui ataupun hal-hal yang dekat dengan anak akan

membangun pengetahuan anak untuk lebih luas lagi.

c. Menentukan materi pelajaran. Bahan materi haruslah sesuai dengan

kebutuhan anak dan harus ditentukan materi pembelajarannya, sehingga dari awal sampai akhir pembelajaran akan jelas pengetahuan apa saja yang akan disampaikan ke anak.

d. Memecah materi pelajaran menjadi bagian-bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik, dan sebagainya. Persempit

materi yang akan diajarkan, akan membuat anak lebih fokus terhadap materi yang sedang dibahas. Selain itu juga untuk mempermudah anak dalam berpikir.

e. Menyajikan materi pelajaran. Sajikan materi yang diajarkan dengan semenarik mungkin, sehingga anak akan lebih tertarik mengikuti kegiatan

(37)

f. Memberikan stimulus, dapat berupa: pertanyaan baik lisan maupun tertulis, tes atau kuis, latihan, atau tugas-tugas. Pemberian stimulus sangat

mempengaruhi peningkatan kemampuan peserta didik. Semakin banyak stimulus semakin besar kesempatan peserta didik untuk berkembang kemampuannya.

g. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa. Pendidik dapat mengukur seberapa besar pemahaman materi yang ditangkap peserta didik

dari respon yang di berikan peserta didik.

h. Memberikan penguatan/reinforcement (mungkin penguat positif ataupun

penguatan negatif), ataupun hukuman. Penguatan diberikan untuk memperkuat timbulmya respon.

i. Memberikan stimulus baru.

j. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa k. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman

l. Demikian seterusnya m.Evaluasi hasil belajar.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus

anak melalui kegiatan melipat kertas. Terkait dengan teori behavioristik yang mengedepankan adanya stimulus dan respon maka dalam penelitian ini

stimulus yang diberikan berupa kegiatan melipat kertas dan respon yang muncul yaitu meningkatanya keterampilan motorik halus anak. Selain teori belajar behavioristik dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan suatu

metode pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam menumbuhkan minat belajar dan mengembangkan kemampuan motorik halus

(38)

2. Experiential Learning

Metode Experiential Learning adalah suatu metode proses belajar

mengajar yang mengaktifkan pembelajar guna membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung (Heny Pratiwi, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengajak para peserta didik untuk praktek langsung melipat kertas, dimana peneliti nantinya

akan mengajarkan terlebih dahulu tahap-tahapan dalam kegiatan melipat kertas membentuk suatu benda. Metode ini akan bermakna tatkala

pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan. Dalam hal ini, metode Experiental Learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam

proses pembelajaran(Heny Pratiwi, 2009).

Metode Experiential Learning memberikan pengalaman yang nyata yang

akan membangun keterampilan melalui penugasan-penugasan nyata (HenyPratiwi, 2009). Dalam penelitian ini, peserta didik akan mempraktekkan bagaimana cara melipat kertas menjadi bentuk benda.

Tentunya dengan bimbingan dari peneliti selama pembelajaran berlangsung. a. Dasar Pemikiran Penggunaan Experiential Learning

Berikut beberapa pendapat yang menguatkan pemakaian metode experiential learning dalam proses belajar mengajar (Heny Pratiwi, 2009):

1)Pembelajar dalam belajar akan lebih baik ketika mereka terlibat secara

langsung dalam pengalaman belajar. Peserta didik biasanya akan lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran jika diberi kesempatan untuk

(39)

2)Adanya perbedaan-perbedaan secara individu dalam hal gaya yang disukai. Berikan kebebasan kepada peserta didik dalam menemukan pengetahuan baru

dengan gaya belajar mereka masing-masing.

3)Ide-ide dan prinsip-prinsip yang dialami dan ditemukan pembelajar lebih efektif dalam pemerolehan bahan ajar.

4)Komitmen peserta dalam belajar akan lebih baik ketika mereka mengambil tanggung jawab dalam proses belajar mereka sendiri.

5)Belajar pada hakikatnya melalui suatu proses. Proses di mana dari yang tidak tau menjadi tau, dari tidak bisa menjadi bisa.

b. Karakteristik Belajar melalui Pengalaman (experiential learning)

Berikut karakteristik belajar melalui pengalaman menurut (Heny Pratiwi, 2009):

1)Belajar lebih dipersepsikan sebagai proses, bukan sebagai hasil.

2)Belajar adalah suatu proses yang berkesinambungan yang berpijak pada

pengalaman.

3)Proses belajar menuntut penyelesaian pertentangan antara modus-modus dasar untuk beradaptasi dengan lingkungan.

4)Belajar merupakan proses adaptasi terhadap dunia luar secara utuh. 5)Belajar merupakan transaksi antara individu dengan lingkungan.

6)Belajar merupakan proses menciptakan ilmu pengetahuan.

Pada Experiential Learning, aktivitas belajar harus berfokus pada peserta belajar (student-centered learning). Penjelasan dan contoh dari peneliti atau

(40)

bantu pembelajaran yang dibutuhkan harus benar-benar tersedia dan siap untuk digunakan.

Terkait dengan metode experiential learning, dalam penelitian ini peneliti menjelaskan terlebih dahulu kepada peserta didik kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan yaitu kegiatan melipat kertas. Peneliti sebelumnya sudah

menyiapkan media dan alat bantu pembelajaran yang dibutuhkan dalam penelitian, seperti Rencana Kegiatan Harian, gambar tahapan-tahapan melipat

kertas, kertas lipat, dan media lain yang diperlukan.

Teori pembelajaran yang sependapat dengan metode Experiential

Learning yaitu teori pembelajaran keterampilan yang dipaparkan Paul Eggen dan Don Kauchack (2004: 86) yang menyebutkan bahwa pelaksanaan pembelajaran keterampilan yaitu dengan memberikan pemahaman kepada

peserta didik tentang kegiatan pembelajaran yang akan dipraktekkan guna meningkatakan keterampilan motorik halus peserta didik.

Prinsip-prinsip pembelajaran keterampilan menurut Paul Eggen dan Don Kaucack (2004:86) yaitu menggunakan model dan petunjuk dalam mengajarkan suatu keterampilan, membantu peserta didik memahami aturan

dalam mengikuti pembelajaran keterampilan, memberikan umpan balik yang sesuai bagi peserta didik.

Langkah pembelajaran keterampilan motorik halus melalui kegiatan melipat menurut prinsip pembelajaran menurut Paul Eggen dan Don Kaucack yaitu:

a)Pendidik menggunakan kertas lipat yang ukurannya lebih besar dari kertas lipat yang digunakan oleh peserta didik dan dilengkapi dengan gambar

(41)

b)Setiap tahapan melipat yang sudah dibuat oleh siswa diberikan umpan balik oleh guru kepada peserta didik misalnya dengan penguatan “rapikan lipatan”. c)Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengulang kembali melipat kertas.

Berdasarkan teori pembelajaran Paul Eggen dan Don Kaucack dikaitkan

dengan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa peserta didik akan lebih memahami materi pembelajaran yang diharapkan peneliti jika dalam proses

pembelajaran peserta didik terlibat langsung, seperti pendidik memberikan contoh cara melipat kertas membuat suatu model lipatan dan menunjukkan

hasil lipatan yang sudah jadi kepada peserta didik.

Selanjutnya peserta didik diberi kesempatan untuk mempraktekkan

melipat kertas dengan tahapan-tahapan sesuai kemampuan anak. Selama proses pembelajaran pendidik membimbing anak dalam mengikuti

tahapan-tahapan dalam melipat kertas.

Keuntungan dari pemakaian metode experiential learning yaitu meningkatkan semangat dan gairah pembelajar, membantu terciptanya

suasana belajar yang kondusif, memunculkan kegembiraan dalam proses belajar, mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif, menolong

(42)

3. Pentingnya Ketrampilan Motorik Halus bagi Anak Usia Dini Friedrich Frobel (asas bekerja sendiri) berpendapat bahwa

menggambar diawali dengan membuat garis vertikal dan horizontal, spielgalben dan spielformen dengan permainan bentuk, alat permainan untuk berfobel (pekerjaan tangan) misalnya mozaik, menganyam kertas,

kertas lipat dan tanah liat (Depdiknas 2007:11).

Aktivitas pengembangan ketrampilan motorik halus anak usia TK

bertujuan untuk melatih kemampuan koordinasi motorik anak. Koordinasi antara tangan dan mata dapat ditingkatkan melalui kegiatan permainan

membentuk atau memanipulasi dari tanah liat/lilin, adonan, memalu, menggambar, mewarnai, menempel dan mengguntung, memotong, merangkai benda dengan benang (meronce) (Sumantri, 2005: 145 ). Fungsi

pengembangan ketrampilan mptorik halus itu sendiri adalah mendukung aspek perkembangan aspek lainnya, seperti kognitifdan bahasa serta sosial

karena pada hakekatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisah satu sama lain.

Pembelajaran motorik disekolah berpengaruh terhadap beberapa aspek

kehidupan para peserta didik (Decaprio, 2013: 24), seperti: dengan pembelajaran motorik, para peserta didik menemukan hiburan yang nyata,

para peserta dididik beranjak dari kondisi lemah menuju kondisi kuat, para peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, pembelajaran motorik akan menunjang ketrampilan para peserta didik

(43)

Pembelajaran motorik yang diberikan di TK meliputi pembelajaran motorik kasar dan motorik halus. Penelitian ini lebih menfokuskan pada

pembelajaran motorik halus. Salah satu alat peraganya adalah kertas lipat, salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Kegiatan melipat kertas merupakan kegiatan yang dapat menghibur

serta menyenangkan saat pembelajaran.

Kegiatan ini dapat melemaskan otot-otot tangan sehingga peserta didik

tidak mengalami kesulitan dalam kegiatan menulis, menggambar, menggunting dan kegiatan lain yang membutuhkan kemampuan otot tangan.

Salah satu contoh, kegiatan melipat kertas dapat meningkatkan ketrampilan sosial, dimana saat proses pembelajaran berlangsung peserta

didik dapat saling menunjukkan hasil karya lipatan kertas yang telah berhasil mereka buat.

C. Hakikat Origami untuk Anak Usia Dini 1. Pengertian Origami

Hira Kaemachela (2008:1) berpendapat bahwa kata origami berasal

dari bahasa jepang yakni dari kata oru yang berarti melipat dan kami berati kertas. Ketika kedua kata digabungkan ada sedikit perubahan namun tidak

(44)

1. Sejarah origami

Sejarah origami di Jepang menurut(Maya Hikari) origami

dipercaya telah ada sejak zaman Heian (741-1191). Dikalangan kaum sami Shinto dianggap sebagai penutup botol sake saat upacara penyembahan, wanita dan anak-anak pada masa itu origami masih

dikenal dengan istilah orikata, orisui, ataupun orimono. Pada masa itu memotong kertas menggunakan pisau diperbolehkan. Sejak zaman

Muromachi (1388-1573) penggunaan pisau untuk memotong kertas telah dihentikan. Origami kemudian berkembang menjadi suatu cara

memisahkan masyarakat golongan kelas atas dan golongan kelas bawah. Samurai mengikuti ajaran ise sementara masyarakat biasa mengikuti ajaran ogasawa. Didalam perkembangannya origami

menjadi begitu identik dengan budaya Jepang yang disebut washi saat berkembang dengan menggunakan kertas asli Jepang yang disebut

washi saat ini origami telah menjadi sesuatu yang tak terpisahkan dari budaya orang Jepang terutama dalam upacara adat keagamaan Shinto yang tetep dipertahankan hingga sekarang.

Dalam tradisi Shinto kertas segi empat dipotong dan lipatannya lambang simbolik Dewata yang digantung dikota Jingu (kuil agung

imperral) di ise sebagai sembahan pada upacara perkimpoian Shinto kertas berbentuk rama-rama jantan (o-ocho) dan rama-rama betina (mecho) menggunakan asaa bomair membalut botol sake sebagai

(45)

Selain itu origami juga digunakan untuk upacara keagamaan lain. Pada mulanya origami hanya diajarkan secara lisan. Panduan tertulis

membuat origami dikenal dalam buku senbazuru orikata (bagaimana melipat seribu burung jenjang/orizuru pada tahun 1797). Ketika itu origami masih dikenal ssebagai orikata. Buku ini dianggap buku

origami tertua didunia dan mengandung empat puluh sembilan(jenjang berkait ) dan kyokya (puisi lucu pendek). Pengarangnya Kisato Rito

yang mengumpulkan model-model gido bersama kyoka dan menerbitkannya sebagai senbazuru.

Pada tahun yang sama suatu risalah berjudul hushingura orikata

yang memuat lipatan bentuk manusia turut di keluarkan oleh

pengarang yang sama. Pada tahun 1850 suatu naskah tulisan lain

berjudul karya ragusa yang diterbitkan naskah ini berisi 2 bagian

origami yaitu rehlah dan keagamaan kebanyakannya merupakan

model origami yang terdapat pada chushingura orikata. Pada tahu

1819 buku sekejap mata menghasilkan burung kertas memperlihatkan

bagaimana burung dihasilkan dari kertas, kemudian di tahun 1845

kumpulan lengkap bentuk lipatan tradisi Jepang ditulis dan diterbitkan

dalam buku kan nomado. Buku itu berisikan lebih kurang 150 contoh

origami termasuk model katak. Pada tahun (1880) seni melipat kertas

mulai dikenal orang dengan origami, kata origami berasal dari bahasa

Jepang oru (melipat) dan kami (kertas). Kata origami kemudian mulai

(46)

Pada zaman Edo (1600-1868) produksi kertas berlimpah sehingga

kertas mudah diperoleh hal ini menjadikan origami berkembang lebih

pesat dan pada akhir zaman edo hampir 70 bentuk yang dihasilkan

seperti katak, kapal, dan balon yang masih tetap dikenal hingga

sekarang. Di zaman Genruku (1688-1704) corak kain origam burung

jenjang (orizuru) menjadi popular dan sering dibuat dalam corak kain

ukiyoe ini memperlapang jalan origami untuk berkembang lebih luas

pada masa sekarang. Dan pada zaman Meiji (1868-1912) origami

digunakan sebagai alat mengajar di TK, SD hal ini berkat pengaruh

dari ahli pendidikan FrredrichWilhelm August Frobel (1782-1852).

Beliau adalah seorang pendidik Jerman pada abad ke-19. Beliau

menggunakan origami tradisional Eropa untuk menghasilkan bentuk

geometri dan konsep ini kemudian dipakai secara meluas di TK di

Jepang.

Origami modern mengenal bentuk lipatan baru yang berbeda

dengan bentuk lipatan klasik. Origami moderen ini mulai

diperkenalkan oleh Akira Yoshizawa di Jepang. Akira Yoshizawa

mempopulerkan bentuk-bentuk origami baru yang berbeda dengan

tradisional. Dia turut memperkenalkan bentuk awal burung berkaki

empat dengan menggabungkan dua keeping kertas yang berlipat.

Semenjak itu pelipat kertas yang lain juga sukses menggunakan

lintzed untuk membuat lipatan hewan berkaki empat yang dibuat dari

selembar kertas tanpa potongan.

Pameran origami Akira Yoshizawa pada tahun 1960 an telah

(47)

Sam Randlett kemudian memperkenalkan sistem garis dan anak panah

yang digunakan sebagai arahan untuk melipat origami yang dapat

dipahami oleh semua orang tanpa menggunakan bahasa.

Dalam usianya ke 83 pada tahun 1999 Akira Yoshizawa telah

menghasilkan hampir 50000 bentuk. Dia selalu memberi tekanan pada

ketelitian dan ketepatan dalam bentuk untuk objek origami. Sekarang

telah dikenal berbagai model origami menganggumkan yang

diciptakan oleh pakar origami diseluruh dunia. Padahal dahulu bentuk

badan dan kaki hanya bisa dibayangkan saja sekarang bentuk berhasil

dihasilkan.

Yang menjadi tantangan pada masa sekarang adalah bagaimana

menghasilakan serangga dengan spesies khusus yang bisa dikenal

dengan tepat. Selain dalam pencapaian teknikal seni lipat kertas

origami juga mengalami perkembangan pesat dalam hal ini jenis dan

pilihan kertas yang dipilih. Yoshizawa telah mendahului dengan

pameran yang menggunakan yaitu karya yang menyerupai benda asli.

Dia memperkenalkan gabungan kertas seperti uniyu atau ciri yang

cukup sesuai untuk lipatan.

Yoshizawa juga memperkenalkan lipatan basah dimana kertas

tebal dilipat ketika masih basah dengan demikian diperoleh model tiga

dimensi dengan sudut lipatan lembut dibentuk. Sekarang ini untuk

menghasilkan suatu lipatan mengagumkan wujud origami bukan lagi

rahasia ada banyak perhimpunan pencinta origami baik di Jepang

beberapa diantaranya membuat situs web yang dapat diakses siapa

(48)

jadi setiap orang dapat belajar membuat origami secara mudah dengan

panduan web yang mereka buat.

2. Manfaat Origami Bagi Anak Usia Dini

Berkreasi dengan origami tentu bukan sekedar bermain dengan

lipatan kertas ada beberapa manfaat yang dapat kita peroleh dari

asyiknya membuat origami.menurut Hira Karmachela, (2008:7-9)

manfaat origami yaitu:

a. Belajar membuat model

Origami adalah seni melipat kertas untuk membuat sesuatu model,

ketika seseorang anak berorigami ia sedang belajar membuat dari

selembar kertas atau lebih menjadi sebuah model sesuai dengan

kemampuan dan kesukaannya.

Model dalam origami sangatlah banyak dan terus berkembang

seiring dengan karya-karya baru yang dihasilkan oleh para pelipat,

namun model origami yang disukai oleh anak-anak biasanya adalah

model origami tradisional yang berupa mainan (miniatur) binatang,

pesawat (anak laki-laki), rumah dan alat-alat rumah tangga (anak

wanita), dan sebagainya.

Model origami untuk anak ini biasanya terdiri atas lipatan

sederhana dengan sedikit tahapan dalam diagramnya. Namun tidak

menutup kemungkinan seorang anak yang telah banyak mencoba jenis

lipatan akan bisa membut model origami yang mempunyai tingkat

kesulitan yang tinggi dan semakin banyak mencoba beberapa jenis

(49)

b. Belajar membuat mainan sendiri

Banyak model origami yang dapat digunakan untuk bermain anak

misalnya pesawat terbang, dan perahu. Model-model itu pada

umumnya dapat cukup dibuat dari selembar kertas saja dan untuk

model tertentu yang berukuran besar bisa menggunakan kertas Koran

seperti untuk membuat topi dan pesawat.

Perlu disadari bahwa dalam origami proses melipatnya itu sendiri

adalah bagian dari bermain dan setelah menjadi model juga dapat

dimainkan baik secara sendiri maupuun secara bersama-sama.

c. Belajar membaca diagram/gambar

Belajar origami selain melaui bimbingan seorang guru atau

instruktur dapat pula melalui animasi atau melalui diagram dari

sebuah buku origami. Jadi seorang anak dapat membuat origami

dengan mengikuti diagram yang ada dalam buku meski harus memilih

dan disesuaikan dengan tingkat kemampuannya.

d. Belajar menemukan solusi bagi persoalannya

Sebuah diagram origami terdiri atas beberapa tahapan dimana

setiap tahapannya merupakan rangkaian persoalan-persoalan melipat

yang beraneka ragam. Ketika seoarang anak membuat origami dengan

cara mengikuti alur sebuah diagram sebetulnya dia sedang

menghadapi persoalan pada setiap tahapan diagram, artinya anak

dapat menyelesaikan persoalan origami.

Pada saat seperti itu anak umur tertentu akan berjalan logikanya,

bagaimana mengikuti, membaca gambar, dan menyelesaikan

(50)

anak akan berusaha untuk mencari solusi hingga berhasil membentuk

sebuah model origami yang diharapkan oleh anak dan tentu latihan

yang sangat baik bagi anak untuk belajar memecahkan persoalannya.

e. Belajar perbandingan (proporsi) dan berpikir matematis

Satu diantara yang sangat menentukan keindahan model origami

adalah yang disebut dengan proporsi bentuk (perbandingan bentuk)

mengapa model itu mirip bentuk tertentu adalah karena teori proporsi.

Tingkat keindahan sebuah model origami sangat terletak pada

proporsi ini, disisi lain jenis lipatan.

Origami memiliki sejarah dan asal usul yang panjang. Sebuah hasil

origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti, sangat

memanjakan mata dan menarik hati para pencinta origami. Origami

bisa menjadi kerajinan tangan yang menyenangkan untuk anak-anak

terutama jika model origami yang dibuat sesuai

dengan perkembangan usia mereka.

Dengan origami anak- anak belajar tentang banyak hal terutama

tentang banyak hal kesabaran, mengembangkan daya imajinasinya,

belajar mengenali warna, cara mengikuti instruksi berhitung,

mengembangkan keterampilan tangan, melatih motorik halus, cara

menghasilkan kreasi yang apik dapat dimengerti, dapat menghargai

suatu karya dan origami akan menambah kecerdasan anak, akan

melatih perkembangan otak seperti halnya ketika anak belajar sempoa

(51)

Dengan origami untuk itu biarkan anak terus berkreasi dengan

origami anak akan tumbuh cerdas dan menjadi kebanggaan kita

bersama.

3. Cara Membuat Sebuah lipatan

Membuat lipatan yang rapi sangat diperlukan demi terciptanya

hasil origami yang indah. Kita dapat berlatih dengan membuat lipatan

sederhana dengan melipat kertas bujur sangkar menjadi dua bagian

sisi kiri dan kanan artinya lipatan berada tepat ditengah- tengah kertas.

Cara sederhana itu seperti berikut:

a. Ambil salah satu sudut siku-siku kertas.

b. Kemudian ditarik hingga menempel pada sudut seberangnya yang

sejajar.

c. Dengan begitu, kita mampunyai bentuk segitiga.

Melipat kertas digunakan untuk melatih motorik halus anak karena

didalam kegiatan melipat kertas menuntut gerakan otot-otot jari,

pergelangan tangan yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan,

kecepatan, ketepatan telapak dan jari serta membantu koordinasikan

mata dan tangan. Dari kegiatan melipat kertas tersebut bertujuan

melatih konsentarasi anak dalam menentukan lipatan-lipatan(Yani

Mulyani dan Juliska Gracinia 2007:10).

Alasan memilaih melipat untuk peningkatan kemampuan motorik

halus sebagai berikut: menuntut gerak otot jari, pergelangan tangan

yang membutuhkan koordinasi mata, memecu kreativitas otak,

(52)

mengenali warna, belajar membuat mainan sendiri dan melatih

kesabaran.

4. Kelebihan Melipat Kertas :

a. Melipat kertas sebagai perlakuan untuk meningkatkan kemampuan

motorik halus anak pada persepsi visual motor yang meliputi otot-otot

tangan, jari tangan koordinasi mata dan tangan, dan ketepatan dalam

melipat.

b. Bahan yang digunakan dalam melipat kertas mudah didapat, dan tidak

membahayakan anak.

c. Melipat kertas warna-warni dapat menari perhatian anak.

5. Kekurangan Melipat Kertas

a. Bahan yang digunakan mudah rusak, robek dan tidak tahan lama.

b. Dalam proses pembuatan, jika ada salah satu bagian yang sobek, maka

prosesnya dihentikan dan diulangi dari awal.

c. Jika terkena air, sudah tidak bisa digunakan kembali oleh anak, hancur dan

(53)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Dan Subjek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya TK AL FARABI Salatiga

Sejarah berdirinya TK AL FARABI , diawali dengan pembicaraan

warga dan tokoh masyarakat Cabean tentang kondisi sekolah PAUD disekitar cabean dalam pembiayaan sekolahnya diatas menegah

kebawah. Berbagai pendapat dipertimbangkan oleh para tokoh tersebut, kemudian ada gagasan untuk mendirikan sekolah anak usia dini yang sesuai dengan kondisi masyarakat sekitar.

Dalam proses pembuatan gagasan pembuatan sekolah itu juga harus memenuhi persyaratan dan kondisi yang sudah ada. Awal

mulanya hanya mendirikan Kelompok Bermain secara gratis atau cuma-cuma. Sumber daya gurunya pun juga diambil dari masyarakat sekitar. Siswa pertama ada 4 siswa yang rumahnya memang dekat

dengan sekolah.

Dalam proses mendirikan sekolah kelompok bermain, ada gagasan

dari wali murid untuk mendirikan TK untuk menunjang sekolah lanjutan dari Kelompok bermain ke TK. Masyarakat sekitar memang secara kondisi perekonomian kurang menunjang apabila harus belajar

(54)

memang masih memilih yang sesuai dengan kantong keluarga mereka atau lebih tepatnya golongan menengah kebawah.

Kebutuhannya terpenuhi semua, serta anak pun bisa sekolah dan melanjutkan pendidikannya sesuai jenjangnya. Setelah pendirian Kelompok bermain mendapatkan kepercayaan dari orang tua, para

tokoh, yayasan serta pendidik pun sepakat untuk didirikannya TK (Taman Kanak-kanak) untuk menunjang masyarakat kurang mampu

agar tetap menyekolahkan anaknya.

Pada tahun 2012, dengan swadaya masyarakat sekitar terwujudlah

bangunan untuk kelas TK A dan B. Masyarakat sekitar dengan senang hati dan mempercayakan anak-anak mereka untuk bersekolah di sekolah tersebut. Untuk berlangsungnya pembelajaran anak-anak

menggunakan bangunan yang setiap sore hari untuk mengaji. Pembangunan TK memang belum selesai, karena memang

pembangunannya secara bertahap.

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi diawal perjuangan yaitu dengan mundurnya pendidik-pendidik dengan alasan yang

beragam. Kepala sekolah pun dengan sigap mencari pengganti kekosongan guru tersebut. Dengan adanya perkumpulan yang

guru-guru PAUD seperti HIMPAUDI sekolah juga dapat belajar dari sekolah yang sudah lama didirikan dan dapat menggunakan tehnis dan metode yang digunakan oleh narasumber. Pada awalnya memang

(55)

betapa kecewanya sekolah tersebut tidak diperbolehkan mengikuti lomba dengan alasan belum terdaftar dalam IGTKI. Lika-liku dalam

perjalanan dari nol sampai detik ini memang tidaklah mudah, ada yang pahit ada pula manisnya.

Kondisi inilah yang membangkitkan perjuangan para pendidik

untuk terus belajar dan belajar agar guru-guru juga semakin berkualitas dan masyarakat menjadi mempunyai daya tarik serta memberikan

kepercayaannya pada TK ALFARABI untuk menjadi sekolah pilihan masyarakat yang menciptakan generasi yang cerdas dan berakhlak

mulia.

2. Profil Sekolah

Profil atau identitas sekolah adalah sebagai berikut :

a. Nama Satuan PAUD : TK AL-FARABI

(56)

e. No Ijin Operasional : 421.9/0023/101, 27-01- 2016

f. NPSN : 69913069

g. Kedudukan Dalam Gugus : Anggota Gugus 3. Letak Geografis TK AL FARABI Salatiga

Lokasi TK Al Farabi beralamat di Cabean RT 05/RW 01 Jl. KH.

Abdul Wahid Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Kode Pos 50721 Provinsi Jawa Tengah.

4. Visi, Misi dan Tujuan TK AL FARABI Salatiga

Visi :

Mempersiapkan generasi yang beriman dan berakhlaqul Karimah

Misi :

1. Menyelenggarakan pendidikan KB/TK yang profesional,

berkualitas dan bertanggung jawab.

2. Membina terwujudnya kualitas iman dan taqwa.

3. Membina terwujudnya kualitas akhlaqul karimah peserta didik.

4. Membina sikap mental kepedulian sosial peserta didik.

5. Mewujudkan keseimbangan ilmu umum dan adama kepada peserta

(57)

5. Keadaan Siswa dan Guru

a. Daftar Nama Siswa

Adapun nama-nama kelompok B di TK AL FARABI yang akan diamati terlihat pada tabel dibawah ini :

NO NAMA L P

1. Agung Prabowo √

2. Ahmad Hasan √

3. Akbar Fadhil Pratama √ 4. Ardiyan Bayu Saputra √

5. Arsyafa Hanania √

6. Arya Dwi Prayoga √ 7. Fahreza Wildan Arif √

8. Firda Setyo Ramadhani √

9. Intan Meysa Putri √

10. Khansa Labibah

Ardhani √

11. Muhammad Rizky P. √ 12. Rijal Putra Kayafano √

(58)

b. Daftar Nama Guru

Adapun nama-nama guru di TK Al Farabi , yaitu :

NO NAMA JABATAN

1. Sofwati Kepala Sekolah

2. Samsul Darojah Guru kelas A

3. Annisa Amalia Rahma Guru Kelas A

4. Masruroh yuliyanti Guru Kelas B

(59)

6. Stuktur Organisasi

Adapun struktur organisasi di TK AL FARABI terlihat pada gambar

dibawah ini :

7. Tata tertib dan Pembiasaan di TK AL FARABI

a) Berangkat sekolah sebelum jam masuk sekolah (tidak boleh

terlambat).

b) Bel masuk sekolah 07.15 tepat.

c) Baris sesuai dengan kelompoknya (serta mengembalikan sepatu

sesuai rak yang sudah disediakan).

d) Guru mendampingi dan mengarahkan anak dalam barisan. Yayasan TK

AL FARABI

KEPALA SEKOLAH

GURU KELAS A

- SAMSUL DAROJAH

- ANNISA AMALIA R.

GURU KELAS B

- MASRUROH YULIYANTI

- RISA OKTAVIA

(60)

e) Murid yang menjadi pemimpin berada didepan untuk mempersiapkan barisan untuk masuk kedalam kelas.

f) Masuk ke dalam kelas sesuai intruksi dari pemimpin kelas secara rapi.

g) Duduk sesuai tempat yang diinginkan dengan tenang dan rapi.

h) Memberi salam.

i) Berdoa mau belajar, asmaul husnadan doa-doa secara

bersama-sama.

j) Guru membacakan absensi murid dan menanyakan keadaan

murid.

k) Menyanyi. Bertepuk irama, serta bercerita diawal pembelajaran

l) Masuk ke inti, guru sudah mempersiapkan pembelajaran.

m) Guru membimbing, mengarahkan, melatihdan mendampingi anak didik dengan baik dan teliti.

n) Memberikan suasana yang menyenangkan serta nyaman pada anak.

o) Mengikuti perintah serta menyelesaikan penugasan yang diberikan guru.

p) Mencuci tangan sendiri.

q) Berdoa sebelum makan dengan lembut dan tenang jika sudah

(61)

r) Istirahat.

s) Anak-anak yang bermain harus merapikan alat permainan itu lagi

pada tempatnya.

t) Bel masuk.

u) Anak-anak merapikan alas kaki yang digunakan ke rak dengan

rapi, apabila belum dikembalikan ada sanksi dari guru.

v) Anak-anak kembali belajar sesuai dengan perintah guru dan

menyelesaikan penugasan yang ada.

w) Usai pembelajaran, ada ekstrakulikuler sesuai dengan jadwal.

x) Setelah selesai guru menanyai anak lagi tentang kegiatan hari itu untuk mengingatkan kembali apa yang sudah dikerjakan pada hari itu.

y) Membaca surat pendek, doa-doa, serta menyanyikan lagu kebangsaan.

(62)

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

1. Pra Siklus

Dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, peneliti melakukan permohonan izin kepada kepala sekolah dan para pendidik agar diizinkan untuk melakukan observasi untuk langkah awal pengamatan.

Dalam proses pengamatan peneliti juga banyak berdiskusi dengan kepala sekolah maupun guru kelas B yang menjadi kelas penelitian. Dari

hasil pengamatan selama 2 hari, peneliti menyimpulkan bahwa perlunya penelitian tentang perkembangan motorik halus pada anak. Proses

Observasi pada hari pertama, peneliti melihat pembiasaan yang ada disekolah.

Tindakan selanjutnya yang dilakukan adalah melaksanakan

pembelajaran pemberian tugas melipat kertas origami. Dalam pelaksanaannya anak-anak masih melipat dengan lipatan yang sederhana,

melipat pada bagian tengah lalu dilipat kembali pada lipatan yang pertama. Guru kelas memang sudah menerapkan beberapa metode dalam mengembangkan motorik halus pada anak. Namun kurangnya

penambahan-penambahan yang bisa mengembangkan daya imajinasi anak.

Hasil dari wawancara dengan kepala sekolah dan guru diperoleh

(63)

Hasil pembelajaran Pra siklus yang dilakukan di TK AL FARABI Salatiga khususnya kelompok B pada hari senin, 24 juli 2017 diperoleh

bahwa ketelitian dan ketepatan anak dalam melipat kertas origami mencapai 25%. Indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam pembelajaran 75%. Apabila hasil belum mencapai angka yang telah

ditentukan berarti pembelajaran Pra Siklus belum berhasil.

2. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan akan dilaksanakan pada 01 Agustus 2017 di TK

AL FARABI khususnya kelompok B. Peneliti juga menyampaikan pendapat serta berdiskusi kepada guru kelas dalam mempersiapkan kegiatan yang akan dilakukan pada Siklus I. Hal-hal yang kami diskusikan

adalah perencanaan pembelajaran berdasarkan tema yang sedang berlangsung. Menyamakan persepsi dan kebutuhan anak dalam

pembelajaran yang sudah diajukan oleh peneliti.Beberapa hal yang akan dipersiapkan pada Siklus I yaitu:

1. Menyiapkan RKH (Rancangan Kegiatan Harian), sebagai acuan

peneliti dan kolabolator dalam melaksanakan penelitian. Alat peraga yang digunakan yaitu kertas lipat dengan berbagai jenis

warna.

(64)
(65)

b. Pelaksanaan Tindakan

Sesuai dengan rencana peneliti dengan pihak sekolah, tindakan

pertama pada siklus pertama dimulai sejak senin, 24 Juli 2017 pembelajaran berlangsung selama 30 menit dari pukul 08.00-08.30 WIB.

Peneliti memasuki ruangan sejak baris berbaris didepan kelas untuk mengikuti pembiasaan yang ada dikelas tersebut, Langkah

selanjutnya anak-anak berdoa mau belajar dan hafalan doa-doa serta membaca asmaul husna.

1. Peneliti mempersiapkan sumber belajar serta peralatan yang dibutuhkan saat pembelajaran melipat kertas origami seperti kertas origami, pensil, lem, buku polos, papan tulis (white board).

Adapun tema yang digunakan yaitu Aku dengan sub tema Tubuhku

“kepala”. Adapun gambaran langkah-langkah melipat kertas

berbentuk kepala tentang materi Siklus I yaitu :

2. Peneliti memulai pembelajaran dengan salam, doa, mengucapkan dua kalimat syahadat dan membaca asmaul husna kemudian

menyanyikan lagu anggota tubuhku dan seusai itu peneliti absensi pada setiap murid.

(66)

4. Setelah itu peneliti memberikan arahan tentang melipat kertas origami pada anak langkah demi langkah.

5. Peneliti kemudian mengajarkan kepada anak bagaimana melipat yang benar dan memberikan mata, hidung dan mulut agar terlihat kepala manusia.

6. Kegiatan selanjutnya yaitu menempel hasil origami anak di buku polos yang sudah disediakan.

7. Anak selesai mengerjakan mengembalikan peralatan belajar sesuai dengan tempatnya

8. Guru dan anak bernyanyi bersama dengan lagu “anggota tubuh”.

9. Kegiatan penutupan diisi dengan tanya jawab tentang pembelajaran yang telah dipelajari. Bagaimana melipat kertas origami dengan

baik dan benar.

10.Diakhiri dengan berdoa dan mengucapkan salam.

Proses pembelajaran Siklus I seperti yang dijelaskan diatas setiap pertemuan peneliti memberikan inovasi baru tentang kreasi melipat kertas agar seni melipat anak bisa bertambah. Di Siklus ada 2

pertemuan , pertemuan yang pertama pada tanggal 24 Juli 2017 , peneliti memperkenalkan anak kreasi melipat kertas kepala

Gambar

Tabel 1.1 Penilaian Indikator Keberhasilan.
Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart
Tabel 4.4 Hasil p enilaian Siklus I
Tabel 4.5 Hasil Penilaian Siklus II
+3

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mempelajari mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu mendiskripsikan teori, hakikat dan strategi pengembangan kurikulum serta menelaah kurikulum dan buku

Pengembangan perangkat lunak informasi untuk UKM di lingkungan Kota Palembang di lakukan dengan menggunakan metode Rapid Application Development (RAD), adapun

Penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan, yaitu proses isolasi α -selulosa dari serbuk tandan kosong kelapa sawit, dan proses sintesis selulosa dengan penambahan

Perencanaan desa secara inovasi Maoslor terkait erat dengan pendekatan partisipatif tersebut, dimana segenap potensi unggulan desa, baik potensi sumberdaya alam, potensi

Produk yang ditawarkan oleh Fruity Rolls Cake adalah fruity rolls cake cup dan fruity rolls mini yang memiliki varian rasa buah naga, buah jeruk, dan buah

This survey recorded 11 species of bats and six species of non-volant small mammals with one new record for Kelantan ( Myotis muricola ) and four additional

Terimakasih atas semangat, doa, serta dukungan yang telah kalian berikan kepada saya selama ini4. Terimakasih telah menjadi

Penelitian ini hanya mengambil variable independen Komitmen Profesional (X1) variabel Lingkungan Etika (X2), Sifat Machiavellian (X3), Personal Cost (X4) dan