• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAKWAH MELALUI KESENIAN (DESKRIPSI PESAN DAKWAH DALAM KESENIAN TOPENG IRENG DI DESA KUWADERAN, KECAMATAN KAJORAN, KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2017) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DAKWAH MELALUI KESENIAN (DESKRIPSI PESAN DAKWAH DALAM KESENIAN TOPENG IRENG DI DESA KUWADERAN, KECAMATAN KAJORAN, KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2017) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

DAKWAH MELALUI KESENIAN

(DESKRIPSI PESAN DAKWAH DALAM KESENIAN

TOPENG IRENG DI DESA KUWADERAN,

KECAMATAN KAJORAN, KABUPATEN

MAGELANG TAHUN 2017)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

SETIATI PRIHATINI

NIM: 117-13-014

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Remembering that i’ll be dead soon is the most

important tool i’ve ever encountered to help me

make the big choices in life.

(7)

JOBS-PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu saya tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan kelancaran proses skripsi

2. Kedua kakak yang paling saya sayangi, Setiadi Prasetyo dan Setiawati Pratiwi yang terus memberikan semangat dan omelan-omelannya agar bisa segera menyelesaikan skripsi

3. Teman-teman (Aini, Huda, Mbak Sri, Wasi’, Fadhil, Adit, Teguh, Rina, Topan dan Bagus) seangkatan Komunikasi dan Penyiaran Islam 2013 yang selalu menemani dan membantu menyelesaikan skripsi ini

4. Teman satu kos (Auliya, Shinta, Windi, Itis dan Mbak Arin) yang selalu pindah-pindah tempat beberapa kali, terima kasih kalian selalu ada setiap saat susah dan khususnya saat senang

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “DAKWAH MELALUI KESENIAN (DESKRIPSI PESAN DAKWAH

DALAM KESENIAN TOPENG IRENG DI DESA KUWADERAN,

KECAMATAN KAJORAN, KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2017)”.

Penulis menyadari penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga

3. Dra. Maryatin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang juga sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penulisan skripsi

4. Bapak dan Ibu Dosen yang serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini

5. Kepada Bapak Ibu penulis, Djentu Muhdjawat, Siti Kotimah dan kedua kakak penulis Setiadi Prasetyo juga Setiawati Pratiwi yang telah memberikan dukungan baik materi maupun non materi.

(9)
(10)

ABSTRAK

Prihatini, Setiati. 2017. Dakwah Melalui Kesenian (Deskripsi Pesan Dakwah Dalam Kesenian Topeng Ireng Di Desa Kuwaderan, Kecamatan

Kajoran, Kabupaten Magelang). Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pemimbing: Dra. Maryatin, M.Pd.

Kata Kunci: Pesan Dakwah, Topeng Ireng.

Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamin. Dalam dakwah modern ini banyak metode yang dapat digunakan untuk menyebarkan agama Islam dan berdakwah. Salah satu dari beberapa banyak metode yang dapat digunakan untuk berdakwah yaitu melalui kesenian dan budaya yang sudah di desain dengan bertema Islam.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan isi kesenian Topeng Ireng

dan pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam kesenian Topeng Ireng di desa Kuwaderan, kecamatan Kajoran, kabupaten Magelang.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan atau field research. Subjek penelitian ini adalah grup kesenian Topeng Loreng Macan Kawedar yang ada di desa Kuwaderan, kecamatan Kajoran, kabupaten Magelang. Objek penelitian ini adalah seniman Topeng Ireng. Penelitian ini difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan pesan-pesan dakwah dalam syair lagu yang dinyanyikan dan juga gerakan tari kesenian Topeng Ireng. Data yang diperoleh dengan teknik pencatatan, wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi data. Kemudian data tersebut dibuat laporan penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) isi dari kesenian Topeng Ireng

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

(12)

A. Deskripsi Teori ... 17

1. Pesan Dakwah ... 17

2. Tinjauan Tentang Seni ... 21

B. Kesenian sebagai media dakwah ... 31

BAB III GAMBARAN UMUM KESENIAN “TOPENG IRENG” ... 35

A. Sejarah Kesenian “Topeng Ireng” ... 35

B. Fungsi Kesenian “Topeng Ireng” ... 45

C. Tujuan Kesenian “Topeng Ireng” ... 49

D. Struktur Organisasi Kesenian “Topeng Ireng” di Desa Kuwaderan ... 50

E. Temuan Penelitian ... 51

BAB IV PEMBAHASAN ... 53

A. Isi Secara Umum Kesenian Topeng Ireng ... 53

B. Pesan-pesan Dakwah dalam Kesenian Topeng Ireng ... 56

BAB V PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 ... 15

Gambar 3.1 ... 36

Gambar 3.2 ... 37

Gambar 3.3 ... 37

Gambar 4.1 ... 54

Gambar 4.2 ... 54

Gambar 4.3 ... 55

Gambar 4.4 ... 67

Gambar 4.5 ... 69

Gambar 4.6 ... 70

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara ...

Lampiran 2 Panduan Wawancara ...

Lampiran 3 Dokumentasi ...

Lampiran 4 Syair Lagu ...

Lampiran 5 Glosarium ...

Lampiran 6 Susunan Pengurus Group Kesenian Topeng Ireng Kuwaderan ....

Lampiran 7 Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi ...

Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Penelitian ...

Lampiran 9 Surat Rekomendasi Izin Penelitian ...

Lampiran 10 Surat Keterangan Tempat Tinggal / Domisili ...

Lampiran 11 Piagam Pengesahan ...

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang universal dan selalu mendorong umatnya untuk menyeru atau berdakwah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Dakwah mengandung arti ajakan, menyeru, atau memanggil. Dalam arti luas berarti mengajak orang untuk meyakini dan mengamalkan ajaran agama Islam (Amin, 2009:1).

Setiap muslim memiliki kewajiban, salah satuya kewajiban untuk berdakwah. Oleh karena itu, dakwah tidak hanya terbatas pada aktivitas lisan semata tetapi mencakup seluruh aktivitas lisan dan perbuatan yang ditunjukkan dalam rangka menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan pada Islam. Dakwah bisa dilakukan dengan berbagai macam cara dan dapat menggunakan media apa saja seperti dakwah bisa dengan cara ceramah di atas mimbar, dakwah bisa melalui kesenian, musik atau lagu bahkan di televisi pun sudah banyak menayangkan film-film yang berisikan pesan dakwah.

(16)

demi kebaikan masyarakat, yang dikemas dalam bentuk hiburan. Media kesenian memang tidak seperti media yang lainnya. Memiliki banyak manfaat akan tetapi tidak mengurangi kelemahan yang ada, dikemas dalam bentuk hiburan yang saat ini mulai mengesampingkan hal-hal yang disampaikan dalam kesenian tersebut baik melalui lagu, atau dalam gerakan. Namun seiring berjalannya waktu, kini masyarakat hanya menganggapnya sebagai hiburan pelepas penat semata.

Pesan yang akan disampaikan melalui kesenian tersebut sudah mulai samar-samar. Kebanyakan kesenian sekarang ini mulai mengedepankan gerakan atau tarian yang sudah di inovasi sedemikian rupa dan syair-syair lagu yang mulai meninggalkan pesan moral atau religi di dalamnya. Seperti yang kita tau, kesenian terbentuk untuk berbagai macam kepentingan salah satunya untuk menyiarkan ajaran agama Islam.

(17)

beberapa kesenian yang sangat melekat dengan ajaran agama Islam salah satunya Kuntulan. Kesenian Kuntulan mungkin sudah sangat lekat dengan agama Islam, namun seperti yang kita tau masih banyak kesenian yang belum atau bahkan terlihat samar-samar ajaran-ajaran yang ada di dalam kesenian tersebut, salah satunya adalah kesenian Topeng Ireng. Di sini peneliti akan mengangkat tentang penelitian pesan dakwah dalam kesenian yaitu Topeng Ireng yang ada Desa Kuwaderan, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.

Kesenian Topeng Ireng merupakan peninggalan kebudayaan dari zaman penjajahan Belanda yang berkembang di daerah lereng gunung Merapi. Banyak kesenian-kesenian di Magelang yang keberadannya sudah mulai tersingkir dengan adanya budaya-budaya luar yang masuk. Namun Topeng Ireng masih berkembang sampai saat ini dan bisa menjaga eksistensinya di dunia kesenian. Kesenian ini adalah kesenian yang memiliki karakteristik yang salah satunya dari kostum yang dipakai saat menari yakni memakai bulu-bulu seperti suku indian. Selain hal tersebut, dalam kesenian ini juga banyak mengangkat lagu dengan tema Islami dan didukung dengan gerakan-gerakan yang mengisyaratkan untuk melaksanakan ajaran Islam, seperti dalam hal aqidah, akhlak dan syariah. Keunikan tersebut yang membuat kesenian ini mudah dikenali dan menarik perhatian masyarakat.

(18)

“Nanging Iman Islam, iku kang digowo,

Nanging Iman Islam kang langkung sampurno...”

(Hanya Iman Islam, yang dibawa,

Hanya Iman Islam yang sudah sempurna...)

Dari potongan syair diatas, mengandung pesan aqidah yang senantiasa mengajarkan kita untuk selalu beriman dengan ketetapan-ketetapan Nya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti memandang perlu mengetahui pesan dakwah yang terkandung dalam kesenian Topeng Ireng, baik melalui syair lagu atau dari gerakan yang dilakukan kesenian tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut hal tersebut, yang dituangkan dalam skripsi dengan judul Dakwah Melalui Kesenian

(Deskripsi Pesan Dakwah dalam Kesenian Topeng Ireng di Desa

Kuwaderan, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang Tahun 2017)”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah isi kesenian Topeng Ireng di Desa Kuwaderan Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang ?

2. Apa saja pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam kesenian Topeng Ireng di Desa Kuwaderan Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang ? C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

(19)

2. Untuk mengetahui pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam kesenian Topeng Ireng di Desa Kuwaderan Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis

a) Penelitian ini diharapkan menambah khasanah keilmuan dalam bidang dakwah khususnya untuk Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Salatiga.

b) Hasil penelitian tentang pesan dakwah dalam kesenian Topeng Ireng di Desa Kuwaderan Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang diharapkan dapat menjadi acuan penelitian lanjutan tentang kesenian Topeng Ireng dan grup musik lainnya yang ingin menyebarkan ajaran agama Islam melalui media pementasan seni supaya lebih baik dari sebelumnya.

2. Secara Praktis a) Bagi seniman

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan (tambahan referensi) serta pengetahuan tentang latar belakang kesenian Topeng Ireng yang dimiliki oleh masyarakat di Desa Kuwaderan, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

b) Bagi masyarakat

(20)

dalam kesenian tersebut dan dapat menjaga keutuhan dari isi yang ada dalam kesenian tersebut.

c) Bagi desa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam memelihara serta mengembangkan kesenian Topeng Ireng.

E. Penegasan Istilah 1. Pesan dakwah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006:883), pesan mengandung arti perintah, nasihat, suruhan, permintaan yang harus disampaikan kepada orang lain. Sedangkan dakwah ditinjau dari

etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu

-

اعد

اوعدي

-ةوعد

, artinya mengajak, menyeru, memanggil. Menurut Warson

Munawwir dalam Amin (2009:1) menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to summon), menyeru (to propose),mendorong (to urge), dan memohon (to pray).

(21)

2. Kesenian Topeng Ireng

Kesenian adalah suatu hasil ekspresi hasrat manusia akan keindahan dengan latar belakang tradisi atau sistem budaya masyarakat pemilik kesenian tersebut.(Sutardi, 2007:49)

Menurut Bowo dalam sebuah wawancara yang peneliti lakukan (14/06/2017:17.2), Topeng Ireng sendiri berasal dari kata Toto Lempeng

Irama Kenceng. Toto artinya menata, Lempeng berarti lurus, Irama

berarti nada, Kenceng berarti keras. Oleh karena itu, dalam pertunjukan Topeng Ireng para penarinya berbaris lurus dan diiringi oleh musik berirama keras dan penuh semangat.

Kesenian Topeng Ireng merupakan kesenian tradisional kerakyatan yang lahir dan berkembang di daerah lereng gunung Merapi. Eksistensi kesenian ini masih dijaga hingga saat ini oleh warga daerah Magelang.

Jadi pesan dakwah dalam kesenian yang dimaksud adalah pesan-pesan ajaran agama Islam yang terkandung dalam sebuah kesenian yaitu kesenian Topeng Loreng yang terdapat di Desa Kuwaderan, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang. Pesan yang `di ajarkan bisa tersirat melalui gerakan yang di tampilkan, syair lagu yang dinyanyikan atau bahkan adapula yang bisa diambil dari kostum yang dipakai saat pementasan.

F. Tinjauan Pustaka

(22)

terdahulu dan buku-buku serta artikel-artikel yang membahas tentang kesenian. Berikut kajian penelitian yang relevan dengan penelitian yang diangkat oleh penulis sebagai bahan referensi:

1. Seni Drama Sebagai Media Dakwah (Studi Kasus pada Teater Wadas Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang) oleh Yusuf Afandi, 2012. Skripsi ini membahas tentang seni drama yang digunakan sebagai media dakwah. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa berdakwah melalui seni drama sangatlah efektif karena melalui perkataan, gerakan dan adegan yang terangkai dalam pementasan tersebut maka pesan-pesan yang akan disampaikan dapat bermanfaat bagi penonton. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan.

2. Perkembangan Koreografi Tari Topeng Ireng Grup Mahesa Jenar Di Dusun Besaran, Desa Congkrang, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah oleh Nurul Hidayah, 2015. Skripsi ini membahas tentang perkembangan koreografi tari Topeng Ireng Gruup Mahesa Jenar Di Dusun Besaran, Desa Congkrang, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Perkembangan itu dibagi menjadi 4 periode yaitu, tahun 1950-an, 1990-an, 2008-2009, dan 2010 an 2015. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

(23)

Usman menghasilkan metode dakwah dalam persepsi sanggar tersebut adalah model yang memakai seni berupa pentas musik, teater, puisi, dan pantomim. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode kualitatif.

Penelitian-penelitian diatas memiliki kaitannya dengan tema yang diangkat oleh penulis. Dari ketiga penelitian tersebut diatas memiliki karaker masing-masing. Penelitian pertama sama-sama mengangkat tema dakwah sebagai media seni, namun seni yang digunakan adalah seni drama. Untuk penelitian yang kedua dan ketiga hampir sama yaitu dengan mengangkat tema tentang kesenian dan menggunakan metode yang sama. Hanya objek yang dikaji berbeda, penelitian kedua menggunakan kesenian untuk meneliti perkembangan koreonya sedangkan yang ketiga mengangkat kesenian sendiri untuk menggali media dakwahnya dan kesenian yang dimaksud juga sedikit berbeda dari yang penulis angkat.

Pada penelitian ini penulis lebih menekankan pada pesan dakwah yang terkandung dalam syair dan gerakan atau koreografinya. Kesenian tradisional ini, merupakan pentas seni dari cerita dan tradisi masyarakat dulu yang kemudian berkembang menjadi tarian sehingga terbentuk kesenian Topeng Ireng.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

(24)

terhadap fenomena yang diamati didasarkan pada fakta-fakta atau data yang dikumpulkan di lapangan (Bajari, 2015:58).

Menurut Moeleng metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (2011:3). Data-data yang diperoleh yaitu berupa kata-kata melalui informasi dari para pendukung, tulisan dan foto-foto yang diolah sedemikian rupa dari bentuk aslinya sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk deskriptif dan gambar secara sistematis, faktual, dan akurat.

2. Kehadiran peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan, sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lain yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian.

3. Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian dimulai pada bulan Maret sampai dengan penulisan laporan penelitian ini selesai. Dengan mengambil lokasi penelitian di desa Kuwaderan, kecamatan Kajoran, kabupaten Magelang.

(25)

Data yang diperoleh peneliti secara langsung. Dikumpulkan oleh peneliti sendiri, dengan cara mengamati proses saat latihan dan melakukan wawancara mendalam ke pelaku seni (Ruslan, 2010:29). b. Sekunder

Data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data ini merupakan data tambahan untuk melengkapi data yang sudah ada. Data ini berupa buku dan referensi lainnya (Hasan, 2004:19). 5. Prosedur pengumpulan data

a. Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004:104). Observasi yang bertujuan untuk memastikan para seniman dan masyarakat yang mengetahui tentang sejarah kesenian Topeng Loreng yang dijadikan narasumber utama. Selain itu, juga dilakukan dengan pengamatan secara langsung dari pertunjukan kesenian Topeng Ireng di desa Kuwaderan.

b. Wawancara

(26)

maupun tidak langsung dengan kesenian Topeng Ireng yaitu tentang isi secara keseluruhan dan juga pesan-pesan yang terkandung dalam kesenian di Desa Kuwaderan tersebut. Dalam melakukan wawancara peneliti telah menyiapkan beberapa daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber yaitu terdiri dari ketua, tokoh masyarakat, seniman dan juga penonton.

c. Dokumentasi

Merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2008:329). Informasi diperoleh dari foto, dokumen audio visual, dan catatan iringan tari. Peneliti menggunakan alat (kamera) agar setiap penjelasan dari narasumber tidak terlewatkan dan peneliti juga mencatat beberapa istilah kata bahasa asing yang diucapkan oleh narasumber saat proses wawancara berlangsung. Dalam penelitian ini dokumentasi dibutuhkan untuk memperoleh data tambahan serta untuk memperkuat data-data yang yang telah diperoleh pada saat observasi dan wawancara.

6. Analisis data

(27)

a. Reduksi data

Merupakan pemilihan serta informasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan, proses ini dilakukan penelitian dengan cara menyeleksi data-data yang di dapat dari hasil wawancara dengan informan, hasil observasi di lapangan dan dokumentasi yang mendukung dan yang sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Deskripsi data

Berisi uraian objektif mengenai segala sesuatu hal yang terjadi atau terdapat dalam kesenian Topeng Ireng di desa Kuwaderan, kecamatan Kajoran, kabupaten Magelang. Deskripsi ini diusahakan bersifat faktual, yaitu menurut situasi dan keadaan yang sebenarnya. c. Penarikan kesimpulan

Langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan yang berupa kalimat-kalimat. Peneliti menarik kesimpulan dari data-data yang sudah terkumpul untuk dijadikan bahan pembahasan, yaitu tentang pesan dakwah dalam kesenian Topeng Ireng di desa Kuwaderan, kecamatan Kajoran, kabupaten Magelang.

7. Pengecekan keabsahan data

(28)

lain dari luar data itu untuk pengecekan atau sebagai perbandingan dari

data itu (Moleong, 2007: 330).

Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka

sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji

kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik

pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiyono, 2012: 330). Ada

tiga macam triangulasi yaitu sumber data, teknik pengumpulan data, dan

waktu pengumpulan data (Sugiyono, 2008: 273).

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi

teknik pengumpulan data yaitu membandingkan dan mengecek informasi

yang diperoleh dalam pendokumentasian, observasi, dan wawancara

mendalam tentang kesenian Topeng Ireng. Dalam hal ini, untuk

memperoleh data yang ada tentang kesenian Topeng Ireng meliputi

sejarah, isi, dan pesan-pesan dakwah yang terkandung digunakan sumber

dari hasil wawancara dan observasi. Data yang diperoleh melalui

wawancara yang diupayakan berasal dari banyak responden yang

kemudian dilakukan pengecekan, Sehingga data yang diperoleh akan

benar-benar dipertanggungjawabkan. Pengecekan data tersebut dengan

mewawancarai penari, tokoh masyarakat, masyarakat dan orang-orang

yang berkompeten di bidang seni dan mengetahui tentang kesenian

(29)

Observasi

Wawancara Dokumentasi

Gambar 1.1 : Skema Triangulasi Data

Data yang telah dianalisis oleh peneliti kemudian disimpulkan dan dicocokkan dengan beberapa data yang diperoleh sehingga didapatkan ketegasan informasi (beberapa sumber data) dalam wawancara yang sudah dilakukan. Data yang diperoleh berasal dari banyak responden yang kemudian dipadukan, sehingga data yang diperoleh akan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

8. Tahap-tahap penelitian

Tahap-tahap penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu:

a. Menentukan masalah penelitian, dalam tahap ini peneliti mengadakan pendahuluan terlebih dahulu.

(30)

c. Penyajian data, menyajikan data yang diperoleh selama penelitian dan akhirnya ditarik suatu kesimpulan.

H. Sistematika Penulisan

Adapun mengenai sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan teori, yang mencakup tentang deskripsi teori mengenai pesan, dakwah, dan kesenian.

BAB III : Gambaran umum, mengenai kesenian Topeng Ireng di desa Kuwaderan, mulai dari sejarah, tujuan, struktur organisasi dan temuan penelitian.

BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan yang mencakup isi secara umum dari kesenian Topeng Ireng, pesan-pesan dakwah dalam kesenian Topeng Ireng.

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori 1. Pesan Dakwah

Pesan merupakan salah satu unsur atau komponen dalam proses komunikasi. Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan yang disampaikan oleh komunikator adalah pernyataan sebagai panduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi keluhan, keyakinan, himbauan, anjuran dan sebagainya. Pesan yang dimaksut merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan (Effendy, 2005:18).

Pengertian dakwah secara etimologi yang berasal dari bahasa Arab yaitu dakwah dan tabligh, hal tersebut merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut. Sedangkan dakwah secara terminologi dapat diartikan sebagai proses penyampaian yang merupakan usaha untuk mengubah way of thinking,

way of feeling, dan way of life manusia sebagai sasaran dakwah kearah

kualitas yang lebih baik (Amin, 2013:2-6).

(32)

model penyampaian dakwah yang efektif seperti pesan dakwah yang terkandung dalam syair lagu kesenian Topeng Ireng dapat mejadikan masyarakat sadar akan pentingnya keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Pesan dalam ajaran Islam adalah perintah, nasehat, permintaan, amanah yang harus disampaikan kepada orang lain. Sedangkan pesan dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari Quran dan al-Hadist baik secara tertulis maupun bentuk-bentuk pesan risalah (Tasmara, 1997:43). Seperti yang dijelaskan dalam Alquran (QS. Al-Ahzab (33) : Artinya:“(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah

Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan. (QS. Al Ahzab 33:39)

Moh. Natsir dalam Fiqh Ad-Dakwah membagi mengenai risalah-risalah Allah dalam tiga bagian pokok (Amin, 2013:108), yaitu :

a. Menyempurnakan hubungan manusia dengan Khaliq-Nya b. Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesama manusia

c. Mengadakan keseimbangan (tawazun) antara kedua itu dan mengaktifkan kedua-duanya sejalan dan terjalin.

(33)

a. Pesan Akidah, meliputi Iman kepada Allah Swt. Iman kepada Malaikat-Nya, Iman kepada kitab-kitab-Nya, Iman kepada rasul-rasulnya, Iman kepada Hari Akhir, Iman kepada Qadha dan Qadhar.

b. Pesan Syariah meliputi ibadah thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji,

serta mu’amalah.

c. Pesan Akhlak meliputi akhlak terhadap Allah Swt., akhlak terhadap

makhluk yang meliputi; akhlak terhadap manusia, diri sendiri, tetangga, masyarakat lainnya, akhlak terhadap bukan manusia , flora, fauna dan sebagainya.

Dakwah dengan sendirinya merupakan bagian dari ilmu-ilmu sosial, yang dirumuskan dan dikembangkan dengan mengikuti norma ilmiah dari ilmu-ilmu sosial (Anas, 2006:5).

Menurut tesis Clifford Geertz, semua agama, termasuk Islam dipahami sebagai sistem budaya. Para neofundamentalis Islam dengan nada yang hampir sama telah menyampaikan penegasan bahwa hanya ada satu kebudayaan yang mencakup semua, yaitu Islam, yang valid untuk semua waktu, tempat dan orang (Tibi, 1999:11-12).

Berdasarkan konsep dakwah Islamiyah terdapat istilah proselytisme

(34)

menginginkan responden yakni masyarakat desa Kuwaderan memiliki pandangan dari sudut pandang yang berbeda mengenai syair lagu yang dinyanyikan pada kesenian Topeng Ireng yang berisi pesan atau nasihat kepada penonton, sehingga masyarakat tidak menganggap syair lagu hanya sebagai iringan musik semata.

Agar pesan dakwah dapat diterima dengan baik, yang diperlukan adalah sebuah media sebagai perantara dalam menyampaikan pesan-pesan tesebut. Kata media, berasal dari bahasa Latin, median, yang merupakan bentuk jamak dari medium yang secara etimologi berarti alat perantara. Secara umum media-media yang dapat digunakan sebagai media dakwah dikelompokkan menjadi:

a. Media Visual

Media yang dioperasikan untuk kepentingan dakwah melalui indera penglihatan yang meliputi: Overhead Proyektor (OHP), film slide, gambar dan foto.

b. Media Audio

Alat-alat yang dapat dioperasikan sebagai sarana penunjang kegiatan dakwah yang ditangkap melalui indera pendengaran, antara lain: radio dan tape recorder.

c. Media Audio Visual

(35)

mengkomunikasikan pesan dan informasi, meliputi: televisi, film atau sinetron, dan video.

d. Media Cetak

Media untuk menyampaikan informasi melalui tulisan yang tercetak, yang termasuk dalam media cetak adalah: buku, surat kabar, dan majalah.(Amin, 2013:113-124)

2. Tinjauan Tentang Seni a. Kesenian

Kesenian berasal dari kata benda yakni seni. Secara etimologi kata seni berasal dari bahasa Belanda, genie. Dalam Koenen

Endepols Bezoen, Handwoorddenboek der Nederlandse Taal, kata

genie ternyata berasal dari bahasa Latin, genius. Contohnya: 1. het

genie van Rembrandt; 2. Shakespeare was een groot genie. Rangkaian

pikiran logisnya: seniman itu merupakan makhluk yang memiliki kelebihan; kehalusan jiwa yang tak tersamai oleh awam dalam menikmati dan menciptakan keindahan menurut Sudarmaji. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian seni adalah suatu keterampilan yang diperoleh dari pengalaman, belajar, atau pengamatan-pengamatan (Bahari, 2014:61-62).

Koentjaraningrat memberikan pengertian kebudayaan sebagai “keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu”. Atau dengan kata lain

(36)

dihasilkan oleh manusia karena pemikiran dan karyanya. Jadi kebudayaan merupakan produk budaya (Sudibyo dkk, 2013:29).

Kebudayaan itu tidak akan lahir kalau tidak ada yang mendukungnya, dengan kata lain lahirnya kebudayaan bersamaan dengan lahirnya manusia. Manusia berusaha untuk mengubah, memberi bentuk serta menyusun pemberian alam sesuai dengan kebutuhan jasmani dan rokhaninya. Hasil usaha manusia inilah yang yang disebut dengan kebudayaan. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Dr. Kuntjoroningrat (Team Penulisan Naskah Pengembangan Media Kebudayaan Jawa Timur, 1977:9) yang mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia, yang diatur oleh tata kelakuan yang harus diperoleh dengan belajar dan semuanya tersusun dalam peri kehidupannya.

(37)

Kesenian adalah bagian dari kebudayaan. Dalam konteks komunikasi, kesenian merupakan media yang vital dari kebudayaan, karena mampu menyampaikan suatu komunikasi dengan masyarakatnya. Kesenian juga sebagai ungkapan kreativitas dari sebuah kebudayaan dan juga merupakan identitas bagi suatu daerah, karena mempunyai ciri dan latar belakang komunitas masyarakatnya (Kayam, 1981:36-39).

Konsep adi luhung yang dikenakan pada kesenian tradisi (termasuk tari) Jawa. Adi: linuwih, melebihi segalanya atau mempunyai nilai lebih; luhung: luhur, tinggi melebihi yang lain dan juga bermakna. Para seniman tradisi (dan juga masyarakat Jawa) menempatkan adi luhung sebagai cita-cita yang diharapkan dan diyakini akan terwujud khususnya lewat kesenian. Konsep ini tidak hanya berlaku dalam masalah estetik, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis, religius, edukatif, spiritual dan ritual, yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusia (Prabowo, 2007:10).

(38)

cara-cara memahami dan melaksanakan ritual keagamaan suatu masyarakat tertentu seperti bagaimana praktek ibadah orang Islam di pedesaan. Dan wujud yang ketiga sebagai benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan berbentuk benda adalah yang paling kongkrit hasil cipta dan karsa manusia dibanding kedua wujud budaya yang sebelumnya (Sambas, 2007:27-28).

Ketiga wujud kebudayaan tersebut diatas, dapat diturunkan lagi ke sub-sub yang lebih rinci menurut Koentjaraningrat (2002:203-204), yakni:

1) Bahasa

Sebagai sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya.

2) Sistem pengetahuan

Dalam setiap kebudayaan, semua mempunyai sistem pengetahuannya masing-masing, isi dari sistem pengetahuan dalam suatu kebudayaan merupakan uraian tentang cabang-cabang pengetahuan, diantaranya adalah pengetahuan tentang:

a) Alam sekitarnya

b) Alam flora di daerah tempat tinggalnya c) Alam fauna di daerah tempat tinggalnya

d) Zat-zat, bahan mentah, dan ebnda-benda dalam lingkungannya

(39)

f) Ruang dan waktu 3) Organisasi sosial

Dalam hidupnya manusia selalu berkelompok, membentuk suatu komunitas dimana di dalamnya terdapat aturan-aturan mengenai berbagai macam, aturan inilah yang kemudian disebut sebagai adat istiadat.

4) Sistem peralatan hidup dan teknologi

Hal ini berkaitan dengan cara-cara membuat sesuatu, memproduksi, memakai dan memeliharasegala peralatan hidup tersebut.

5) Sistem mata pencarian hidup

Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan: berburu, meramu, beternak, bercocok tanam dan menangkap ikan.

6) Sistem religi

Religi merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat komponen yaitu:

a) Pertama, emosi keagamaan yang membuat manusia menjadi religious.

(40)

c) Ketiga, sistem upacara religius yang bertujuan mencari hubungan manusia dengan Tuhan, dewa-dewa, atau makhluk halus yang mendiami alam gaib

d) Keempat, kelompok religius atau kesatuan sosial yang menganut sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayangan-bayangan manusia tentang sifat Tuhan sertatentang wujud alam gaib (supranatural) dan yang melakukan sistem upacara-upacara religius yang bertujuan mencari hubungan manusia dengan Tuhan, dewa-dewa, atau makhluk halus yang mendiami alam gaib.

7) Kesenian

Kesenian merupakan segala ekspresi hasrat manusia akan keindahan, kesenian dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Seni rupa adalah kesenian yang dinikmati manusia dengan mata

b) Seni suara adalah kesenian yang dinikmati manusia dengan telinga.

Sementara menurut Melville J. Herkovits kebudayaan memiliki empat unsur pokok, yaitu:

(41)

4) Lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) dan organisasi kekuatan (politik).

Kesenian merupakan unsur pengikat yang mempersatukan pedoman-pedoman bertindak yang berbeda menjadi suatu desain yang utuh, menyeluruh dan operasional, serta dapat diterima sebagai sesuatu yang bernilai (Bahari, 2014:45). Menurut Levi-Strauss dalam Bahari (2014:46-47) bahwa kesenian dapat menjadi satuan-satuan integrasi menyeluruh secara organik, di mana gaya-gaya, kaidah-kaidah estetik, organisasi sosial, dan agama, secara struktural saling berkaitan.

Menurut Rapoport, dilihat dari sudut pedoman, estetika dan sistem simbol memberi pedoman terhadap berbagai pola perilaku manusia yang berkaitan dengan keindahan, yang pada dasarnya mencakup kegiatan berkreasi dan berapresiasi.

Pertama, estetika dan sistem simbol menjadi pedoman bagi

(42)

Wujud dari kesenian ini bermacam-macam, seperti (Bahari, 2014:48-58):

1) Seni musik

Seni musik atau seni suara adalah seni yang dapat diterima melalui indera pendengaran.

2) Seni tari

(43)

3) Seni drama (theater)

Seni drama atau theater merupakan jenis seni pertunjukan yang audio visual karena dapat diserap melalui indera penglihatan dan pendengaran.

Tentunya kesenian ini memiliki berbagai macam fungsi menurut Widyastutieningrum (2007:125-219), diantaranya:

1) Sebagai sarana ritual

Kalangan masyarakat Indonesia yang dalam tata kehidupannya masih mengacu pada nilai-nilai budaya agraris, serta masyarakat yang memeluk agama yang dalam kegiatan ibadahnya sangat melibatkan kesenian.

2) Sebagai hiburan pribadi

Indonesia sangat kaya akan tari-tarian yang berfungsi sebagai hiburan pribadi. Pertunjukan jenis ini sebenarnya tidak ada penontonnya karena penikmat tari hiburan pribadi harus melibatkan diri di dalam pertunjukan (art of participation).

3) Sebagai presentasi estetis

(44)

b. Kesenian Topeng Ireng

Berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat, kesenian Topeng Ireng mulai berkembang di tengah masyarakat lereng Merapi Merbabu sejak zaman penjajahan Belanda dan dilanjutkan perkembangannya tahun 1960-an. Pada saat zaman Pemerintahan Belanda, pemerintah jajahan pada masa lalu melarang masyarakat berlatih silat sehingga warga mengembangkan berbagai gerakan silat itu menjadi tarian rakyat.

Nama Topeng Ireng sendiri berasal dari kata Toto Lempeng

Irama Kenceng. Toto artinya menata, Lempeng berarti lurus, Irama

berarti nada, Kenceng berarti keras. Oleh karena itu, dalam pertunjukan Topeng Ireng para penarinya berbaris lurus dan diiringi oleh musik berirama keras dan penuh semangat.

Tarian itu diiringi dengan musik gamelan dan tembang Jawa yang intinya menyangkut berbagai nasihat tentang kebaikan hidup dan penyebaran agama Islam. Setelah itu perkembangan Seni pertunjukan Topeng Ireng berkembang apabila umat Islam membangun masjid atau mushola, sebelum mustaka (kubah) dipasang maka mustaka tersebut akan diarak keliling desa. Kirab tersebut akan diikuti oleh masyarakat di sekitar masjid dengan tarian yang diiringi rebana dan syair puji-pujian.

(45)

tradisional yang memadukan syiar agama Islam dan ilmu beladiri atau pencak silat. Selain sebagai pertunjukan yang menggambarkan tentang kehidupan masyarakat pedesaan yang tinggal di lereng Merapi Merbabu, juga sebagai syiar agama Islam. www.infoborobudur.com B. Kesenian sebagai media dakwah

Seni dengan misi dakwah, yaitu seni yang menyampaikan makna pesan berupa nilai-nilai Islam yang di dalam interaksi sosialnya berusaha membawa audiens ke arah perubahan budaya yang lebih baik mendekati kebenaran syariat dan akidah Islam (Amin, 2013:247).

Secara teori, Islam memang tidak mengajarkan seni dan estetika (keindahan), namun tidak berarti Islam anti seni. Ungkapan bahwa Allah adalah jamil (indah) dan mencintai jamal (keindahan) serta penyebutan Allah

pada diri-Nya sebagai

ِضْر لاا و ةا و مّسلا ُعِد

ب

merupakan penegasan bahwa

Islam menghendaki kehidupan indah dan tidak lepas dari seni (Amin, 2013:245-246).

(46)

Kesenian lahir sebagai salah satu media dakwah dalam penyebaran agama Islam. Diperkenalkan dan disebarkan kepada umat manusia melalui aktifitas dakwah, dengan tidak menggunakan cara kekerasan dan paksaan. Yang sesuai dengan ayat al quran: (QS. Al Baqarah (2) : 256) :

ْنَمَف ۚ ِ يَغْلا َنِم ُدْشُّرلا َنَّيبَ بَ ت ْدَق ۖ ِنيِ دلا يِف َهاَرَِِْ َلَ

ْنِمُْْ يَو ِتوُُاََّّلاِِ ْرََُْْي

ْ ثُوْلا ِةَوْرُعْلاِِ َكَِْمَتْسا ِدَقَ ف ِهَّللاِِ

َو اَهَل َماَصَِْنا َلَ َٰق

ٰميبِلَع ٌعيبِمَس ُهَّللا

Artinya:“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha

Mengetahui.” (QS. Al Baqarah 2:256)

Berbagai kesenian, sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk menyebarkan pesan-pesan dakwah Islam. Musik, wayang kulit, kesenian tradisional bahkan film lebih bersifat populer, merakyat, dan kondisional. Apa yang ada di masyarakat pada waktu itu dapat diangkat ke permukaan bersama pesan-pesan dakwah Islam (Amin, 2013:250).

(47)

kesenian ini relative, dalam artian tergantung dari pemahaman masing-masing. Namun kesenian ini tetap dapat membawa misi mengajarkan ajaran agama Islam.

Menurut beberapa responden kurang memahami maksut dari kandungan-kandungan tersebut, namun mereka tetap mempunyai pandangan tersendiri dalam menginterpretasikan maksut tersebut. Karena menurut sebagian dari mereka, dalam kesenian inilah mereka memiliki kesempatan untuk menyampaikan ajaran agama Islam walau hanya satu ayat.

Seperti yang sudah dijelaskan dalam hadis Nabi: (HR. Al-Bukhari)

َ ب

َ ة يآَ ْو ل وَىِّ ن عَاوُغِّ ل

Artinya:

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR.

Bukhari)

Lembaga dakwah sekarang ini tak hanya berpusat di masjid-masjid, di forum-forum diskusi, pengajian dan semacamnya. Dalam pengertian demikian, dakwah harus mengalami desentralisasi kegiatan. Harus berada di bawah, di pemukiman kumuh, rumah-rumah sakit, di teater-teater, di studio-studio film, musik, di kapal laut, kapal terbang, di pusat-pusat perdagangan, ketenagakerjaan, di pabrik-pabrik, di tempat-tempat pembangunan gedung pencakar langit, di bank-bank, di pengadilan, dan sebagainya (Muis, 2001:133).

(48)

alat yang penting agar pesan yang akan disampaikan mudah dipahami dan dimengerti dengan baik oleh si penerima.

(49)

BAB III

GAMBARAN UMUM KESENIAN “TOPENG IRENG”

A. Sejarah Kesenian Topeng Ireng

Seni Tarian Topeng Ireng berawal dari cerita rakyat Magelang sebelum pada akhirnya berkembang ke daerah yang lain. Topeng Ireng muncul tahun 1960 di Tuksongo Borobudur, kemudian berkembang di 21 Kecamatan. Masing-masing Kecamatan punya group kesenian, ada yang 1 atau bahkan lebih. Kesenian Topeng Ireng ini perkembangannya cukup pesat. Topeng

Ireng banyak digemari karena busananya bagus, gerak tari dan iringan

musik mudah untuk dipelajari. Tema untuk syiar agamis dengan melalui lagu-lagu syair agama yang lagu-lagunya tersebut dibuat sendiri. Dalam perkembangannya, lagu campursari mulai masuk. Namun terkadang syairnya mulai menyimpang, sehingga perlu untuk diluruskan. Lagu-lagu biasanya untuk menyampaikan pesan terhadap lingkungan masyarakat, misalnya pesan tentang KB atau politik.

Makna dari Tari Topeng Ireng erat kaitannya dengan tari keprajuritan. Sebutan Dayakan adalah cara untuk memudahkan menyebut tarian Topeng

Ireng, karena didasarkan pada penampilan penari Topeng Ireng saat

(50)

Dari keseluruhan penari kesenian ini tidak lepas dari keidentikannya dengan prajurit yang berseragam yang memakai sepatu boot yang melambangkan ketegasan. Sedangkan untuk riasan pemainnya terkesan coret-coret berbagai warna. Riasan yang dipakai dipusatkan di bagian mata yaitu perpaduan antara warna putih dan hitam yang lebih banyak yang menggambarkan seperti muka singa yang terkesan liar dan kuat karena singa itu adalah raja hutan, juga ada gambaran harimau dengan menggunakan warna lain yang merupakan gambaran sifat prajurit yang garang dan pemberani. Dalam tata rias tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tarian ini menggambarkan sekelompok prajurit yang gagah berani, tangguh, kuat, dan tegas dalam melawan penjajah.

Gambar 3.1: Foto riasan Topeng Ireng

(51)

Gambar 3.2: Keseragaman sepatu boot dengan hiasan lonceng (Foto: Adit, 2017)

Alat musik yang digunakan sebagai pengiring dalam tari Topeng Ireng

ini diantaranya adalah jidhor, seruling, dhogdhog dan bendhe. Dengan tujuan awal sebagai alat syiar agama Islam, para pemusik dalam kelompok tersebut membuat beberapa lagu yang di dalamnya terkandung tema-tema diantaranya lagu perkenalan, lagu bernuansa pesan religi, lagu bernuansa pesan moral dan lagu bernuansa sosial.

Gambar 3.3: Foto alat musik Topeng Ireng

(Foto: Arum, 2017)

(52)

1. Atur Wilujeng

Atur wilujeng ingkang samio rawuh Ingkang rawuh mriki anemi wong sepuh Kito ngormati nabi panutan

Nabi Muhammad Nabi kang pungkasan Engkang mernoto poro menungso

Engkang printah kito supoyo ngedohi dosa Di Timur Matahari mulai bercahaya Bangun dan berdiri kawan semua Marilah mengatur barisan kita Segala pemuda Islam Indonesia Kita pemuda Islam Indonesia (2x) Ingatlah pada kwajiban kia Mari bekerja bersama-sama

Menjunjung agama Islam yang se termulya Dengan sungguh kami mencari ilmunya Supaya kita bisa unggul derajatnya Di dalam dunia dan akhiratnya Mudah-mudahan bisa masuk Surga... Tinggi gunung kampung melayung

Sarung melingkar, sarung melingkar di pinggir kali Sarang burung di puncak kayu

Saya melihat, saya melihat terlalu tinggi Mendung-mendung menjahit sarung

Benangnya ikat, benangnya ikat jarumnya putus Do elingo wong urip iku sedelo

Ojo wegah ojo sungkan podo poso Yen ra poso akhire bakal nelongso Sebab urip ninggal poso abot dunyo Ngelingo yen wis nunggang ning bandoso Wis ra biso arep tobat karo kondo

Miwah manggon ning ngisor kayu

Sembojo anetepi arep nangis ora ditompo Sebab urip ngibadahe sio-sio

Ra netepi dawuhe Kang Moho Mulyo Senajan arep sambat karo kondo Wis ra ono sing melasi sopo-sopo... A gejobo Malaikat kang tumeko, Le ing teko, toto-toto arep nggodho Do wediyo Neraka kang pitung werno

Do nyadongngo Swargo kang tumpang songo, Pitukone Suwargo kudu sing sabar

Katekane cobane seko kersane ALLAH Ini Negri namanya Jawi kalau Agami nama Islami

(53)

2. Tangise Lereng Gunung Merapi Sekarat pati banget larane Naliko uripe akeh maksiate

Lali maring Rahmat kang Diparengake Opo maneh lali maring sembahyange

Uwis cukup Gusti, Merapi dadi bukti Akeh korban nganti, sing tumekan pati

Kabeh iki gambaran opo den uji, dateng manungso ing, Lereng Gunung Merapi

(reff) Aku krungu jerit, aku krungu tangismu Percoyo pancen perih, lan loro batinku

Uwis cukup Gusti, iki papelingmu, manungso ra hiso, mungkiri Kuasa-Mu

Kabeh wargo atine koyo diiris Olehe nyekseni, dunyo lagi nangis Mulo ayo poro, dulur kang winasis, Enggal dikon ndongo iku wis wasis Sanguning pati dudu emas raja brana, Tegal, sawah, pekarangan kang ombo, Nanging Iman Islam, iku kang digowo,

Nanging Iman Islam kang langkung sampurno...

3. Jawa Timur

Uwis pancen dadi nyoto, Jawa Timur gek dadi perkoro, Maksiat amargo bondo, sengketa tanah aparat karo wargo, Sing gedekke maksiate,

Kabeh do ora ngaku salahe

Amung rebutan bandane, ora ngelingi warga bebentene Ora nyono-ora ngiro, Jawa Timur dadi perkoro,

Njur sing disalahke sopo, sengketa tanah kadung urusan dowo,

Mulo konco angelingi bondo dunyo ora digowo mati, Mulo enggal eling Gusti, lan perintahe pada dilakoni

4. Lindu Jawa Timur

Pancen nyoto jagad iki uwis tuwo

Pacobaning nang ndonyo maneko warno Mung sayange manungsane durung kroso Iseh nglakoni mung tumindak angkoro murko

Indramayu pacobaning wektu bengi

Saiki ning pacobaning ing Kediri, Gunung Kelud ngamuk sajak soyo medeni

(54)

Sidoharjo durung rampung atasi lumpure

Aduh Gusti jagad kok dadi kongene, mboten kiat anggo nglampai dawuhane

Wargo kabeh ayo enggal podo emut

Sing ngelingke Jawa Timur Gunung Kelud, Enggal elingo mumpung durung kebacut Lan do elingo jagad iki soyo ciut...

5. Gendok Anakku

Gendok Anakku...

Tabahno atimu, iki pacoba kanggomu Rungokno bapakmu

Atimu tatakno, bapak ngerti atimu loro

Amargo kasmoro, pangorbananmu wis di sio-sio (reff) Nanging saiki kudu tabahing ati

Mugo-mugo biso nyembadani Nanging saiki kudu tabahing ati Mugo-mugo biso nyembadani Uwis lilakno, jodo soko sing kuwoso Manungso karining nrimo

Percoyo bapakmu mung welasing Kuoso (2x)...

6. Wali Songo

Pancen nyoto ono tlatah tanah Jowo Agama Islam iku pancen luwih utomo

Ngawintuni sing nyebar poro Wali Songo, kang nduwe gelar Raden Sahid Sunan Kalijogo

Anggone nyebar lewat seni wewayangan,

Susah payah akeh bebal lan ugo ujian, ning nyatane Wali Songo sih sembodo, anggen critakke Rukun Islam ing wewayangan...

1. Syahadat 2 (loro) den gambarke Raden Janoko

2. Sholat kang kuat den gambarke Werkudoro, kang

biso ngrampungi perkoro cacah agomo, naliko lagi perang tempur brotoyudho

3. Bayare zakat den ginambar Raden Arjuno

4. Raden Puntodewo iku gambarane poso

5. Yen pungkasane munggah haji lamun kuwoso,

ginambar Kresno dadi Raja ing Ngastino Yo ngono kui Rukun Islam gambaran Pendowo...

7. Paripurno

Sampun paripurno, kulo paring pari sedo

Bilih lepat nyuwun ngapuro, kulo wakil saking kadang mudo Amung pamuji, paring kersane Gusti

(55)

Kajoran iku jeneng Kecamatane

Mugi Gusti Allah, Sing Kuwoso paring ngijabahi

Mugi nikmat saha Rahmat, kang Diparengake dateng umat Muhammad...

Peralatan yang digunakan berupa gamelan, peluit, kostum dan alat make up. Selain itu ada beberapa hal yang harus disediakan untuk menunjang salah satu jenis tarian Siluman yang berbau mistik, untuk menghormati para leluhur supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Penari dalam satu kelompok antara 16-20 orang, termasuk kepala suku. Penari dalam Topeng Ireng ada yang dewasa maupun yang masih anak-anak. Menurut salah satu tokoh masyarakat (Bp.Kandar) seni Tari Topeng

Ireng merupakan salah satu seni dari kota Magelang yang menggambarkan

prajurit di jaman Belanda dahulu, gambaran tersebut berupa sekelompok prajurit yang sedang berperang melawan Belanda dengan menggunakan coretan-coretan hitam di wajahnya untuk menyempurnakan penyamaran para prajurit di hutan, dari situlah nama Topeng Ireng berasal.

(56)

mengangkat kesenian ini. Dusun Krajan I dan Krajan II, untuk membedakan antara Topeng Ireng dari dua dusun tersebut maka mereka memberikan nama dan karakteristik bagi kesenian Topeng Ireng itu. Dari dua Dusun tersebut yang masih menjaga kelestarian dan ke eksistensiannya hingga sampai saat ini yaitu kesenian dari Dusun Krajan II. Dusun ini membentuk paguyuban bagi kesenian tersebut untuk menjaga kelangsungan dari kesenian tersebut.

Paguyuban ini sudah berdiri sejak tahun 1998, yang diketuai oleh Hadi Wibowo dan diberi nama “Topeng Loreng”. Nama Topeng Loreng sendiri

berasal dari kata Toto Titi Lempeng Luhuring Kuwaderan. Toto artinya menata, Titi berarti cermat, Lempeng berarti lurus, Luhuring berarti leluhur,

Kuwaderan diambil dari nama Desa Kuwaderan. Belum lama ini, ada

tambahan nama yang disematkan dalam paguyuban kesenian Topeng Ireng

ini yakni Topeng Loreng Macan Kawedar. Macan diambil dari nama dalam tarian kesenian itu sendiri yakni macan, dan Kawedar sendiri berasal dari nama desa kuwaderan. Namun ada juga yang berpendapat bahwa Kawedar

berasal dari lukisan wajah yang kemudian diaplikasikan dalam tarian dengan wajah yang dilukis.

(57)

berjalannya waktu gerakan tari tersebut kemudian di modifikasi sedikit demi sedikit tanpa menghilangkan unsur aslinya supaya masyarakat yang menonton tidak jenuh dan ini menjadi karakteristik bagi paguyuban ini. Banyak nilai-nilai yang terkandung dalam tarian Topeng Ireng seperti: 1. Nilai sosial:

Hiburan, biasanya merupakan hiburan ringan pelepas lelah untuk menghilangkan kejenuhan dari rutinitas sehari-hari. Pengikat solidaritas, melalui Topeng Ireng dapat meningkatkan solidaritas antar pemain dan masyarakat penontonnya sekaligus mengenalkan Topeng

Ireng kepada mata umum.

2. Nilai keagamaan

Melalui syair-syair lagu yang dilantunkan mengandung nilai-nilai dakwah. Pada dahulu kala tarian tersebut digunakan oleh para sunan selain untuk hiburan juga sebagai media dakwah, mengajarkan ajaran agama Islam. Serta dalam musiknya yang menggunakan gamelan dan tembang Jawa yang mengandung nasehat kebaikan hidup dan penyebaran agama Islam.

3. Nilai ekonomi

(58)

masyarakat sekitar untuk berjualan dan pengelolaan lahan parkir oleh pemuda setempat.

4. Nilai politik

Tari “Topeng Ireng” mengajarkan kepada setiap penikmatnya kalau

hidup didunia itu kita tidak sendiri masih banyak orang lain, sebagai mahkluk sosial kita harus saling tolong-menolong dan gotong royong. Juga mengajarkan cara berorganisasi yang baik.

5. Nilai spiritual

Dalam masyarakat Jawa umumnya dalam setiap kegiatanya tidak jauh dengan adanya kepercayaan animisme dan dinamisme. Namun menurut sumber (Bp.Kandar) dalam tarian “Topeng Ireng” tersebut tidak ada

ajaran spiritual khusus yang terkandung, hanya saja tari tersebut diharapkan dapat membangkitkan rasa cinta budaya Jawa dikalangan para remaja.

B. Fungsi Kesenian Topeng Ireng

Kesenian Topeng Ireng dalam masyarakat desa Kuwaderan selain memiliki fungsi sebagai hiburan juga berfungsi sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan pelestari budaya. Adapun fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Hiburan

Setelah mengalami perkembangan, fungsi kesenian Topeng Ireng

(59)

dipentaskan dalam acara-acara atau hajatan. Dalam acara yang bersifat sosial, kesenian Topeng Ireng dipentaskan untuk memperingati hari-hari besar nasional di antaranya dalam rangka acara HUT RI. Dalam peristiwa budaya, kesenian Topeng Ireng dipentaskan untuk acara syukuran, perkawinan, festival budaya, dan pawai budaya.

2. Sarana komunikasi dalam kehidupan sosial

Fungsi sosial pertunjukan kesenian Topeng Ireng tergambar pada penyajiannya yang tidak terlepas dari penonton dan anggota dalam kesenian tersebut, hampir semua warga ikut berpartisipasi di dalamnya. Kesenian Topeng Ireng dipentaskan dalam acara hajatan atau acara-acara sosial, sehingga kesenian ini mengandung nilai-nilai sosial yang bersifat mengajak untuk berkumpul dan bergembira. Rasa solidaritas kehidupan di pedesaan dan perilaku masyarakat sangat penting menjunjung tinggi nilai kebersamaan, gotong royong, dan tolong menolong.

3. Ekonomi

Ekonomi yang dimaksudkan menyangkut nilai nominal sebagai pemenuhan kebutuhan manusia. Fungsi ekonomi yang melekat pada kesenian Topeng Ireng dapat dirasakan oleh para pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya ketika ada pementasan kesenian Topeng

Ireng ini. Banyaknya masyarakat yang datang untuk melihat

(60)

Pertumbuhan ekonomi jelas dirasakan juga oleh anggota kesenian

Topeng Ireng. Setiap kelompok tersebut ketika diminta untuk pentas

dan kemudian mendapatkan bayaran, uang dari hasil pentas tersebut sebagian dimasukkan kas paguyuban yag akan digunakan untuk menambah atau perawatan alat musik, kostum dan pembelian make up. Selanjutnya sisa dari uang tersebut dibagikan kepada para pemain baik penari maupun penabuh, dibagi rata baik nominalnya kecil maupun besar sebagai pengganti uang lelah. Dalam pengelolaan uang, dianggarkan juga dana sosial yang akan digunakan jika salah satu kelompok kesenian atau masyarakat sekitar mengalami musibah seperti sakit dan meninggal dunia.

4. Pendidikan

Pendidikan bukan hanya berwujud di dalam intansi atau pendidikan formal. Pendidikan seperti kedisiplinan menjalankan tugas bermasyarakat dan belajar mencintai kebudayaan setempat juga merupakan aplikasi pendidikan dalam masyarakat. Dalam kesenian

Topeng Ireng tidak hanya mementingkan bagian tentang pementasan

saja tetapi juga di dalamnya terdapat usaha regenerasi.

Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, kesenian tradisi

Topeng Ireng berhasil menarik anak-anak untuk bersedia

(61)

berlatih kesenian tersebut. Dengan disiplin mereka mengikuti instruksi pelatih. Mereka diajarkan untuk bekerjasama dengan kelompok dan menyadari pentingnya melestarikan kebudayaan.

5. Sebagai Pelestari budaya

Kesenian Topeng Ireng merupakan bentuk kesenian tradisional kerakyatan di desa Kuwaderan. Kesenian Topeng Ireng juga merupakan salah satu bentuk apresiasi masyarakat desa yang terinspirasi dari kesenian terdahulu.

Fungsi Pelestarian kesenian tradisional Topeng Ireng merupakan salah satu contoh bahwa dengan ditandainya pertunjukan kesenian tersebut, masyarakat telah melakukan pelestarian kesenian tradisional secara otomatis. Hal itu merupakan sesuatu kegiatan yang bersifat positif mengingat pada masa sekarang ini sebagian masyarakat banyak yang sudah meninggalkan tradisi yang bersifat kerakyatan, dengan harapan baik seniman maupun masyarakat setempat dapat ikut serta dalam menjaga kelestarian kesenian Topeng Ireng dari waktu ke waktu. C. Tujuan Kesenian Topeng Ireng

(62)

Tentunya kesenian ini dikembangkan dengan memiliki tujuan bagi paguyuban itu sendiri, desa maupun bagi masyarakat luas yang ikut menikmati kesenian Topeng Ireng ini. Tujuan dari kesenian ini adalah: 1. Untuk memupuk rasa gotong royong dalam masyarakat

2. Menjaga dan melestarikan budaya jawa

3. Mengajarkan kepada tunas-tunas muda tradisi jawa

(63)
(64)

E. Temuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan informan yang sesuai dengan fokus penelitian sebagai sumber data penelitian.

1. Isi secara umum tentang kesenian Topeng Ireng

Berikut hasil penelitian dan observasi yag telah dilakukan secara langsung di lapangan mengenai bagaimana isi secara keseluruhan dari kesenian Topeng Ireng. Dari hasil wawancara dengan beberapa informan yang sesuai dengan fokus penelitian, penulis menemukan beragam jawaban dari beberapa informan tersebut antara lain:

Menurut bapak Hadi Wibowo selaku ketua paguyuban “Topeng

Loreng Macan Kawedar” menanggapi masalah diatas sebagai berikut: “Nama Topeng Ireng berasal dari kata Toto Lempeng Irama

Kenceng. Toto artinya menata, Lempeng berarti lurus, Irama berarti

nada, Kenceng berarti keras. Kesenian ini bermula dari gerakan seni tari dan silat yang kemudian digabungkan menjadi satu dan dimodifikasi dengan diiringi gamelan dan lagu-lagu. Kata silat sendiri diambil dari shalat yang tidak terlepas dari serangkaian tata cara berwudhu.”

Selaras dengan hasil wawancara diatas, bapak Kandar selaku tokoh masyarakat yang memahami tentang kesenian mengungkapkan:

“Topeng Loreng ini berasal dari perkumpulan seni tari Dayakan. Topeng Loreng sendiri bermakna Toto Titi Lempeng Luhuring

Kuwaderan. Kemudian nama tersebut menjadi Topeng Loreng

Macan Kawedar. Kawedar yang berarti dari lukisan wajah dan

diambil dari sejarah pembukaan desa Kuwaderan. Di kesenian

Topeng Ireng ini terdapat tiga babag; Rodat, Mondholan dan

(65)

Sedangkan menurut Riyan yang berperan sebagai penari dalam kesenian Topeng Ireng juga mengungkapkan:

Macan yang berasal dari sebuah tarian yang bernama macan,

sedangkan Kawedar diambil dari nama desa Kuwaderan.”

2. Pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam kesenian Topeng Ireng

Adapun pesan-pesan yang terkandung dalam kesenian tersebut adalah:

Menurut bapak Hadi Wibowo:

“Kesenian ini bermula dari gerakan seni tari dan silat yang kemudian digabungkan menjadi satu dan dimodifikasi dengan diiringi gamelan dan lagu-lagu. Kesenian ini bukan hanya membawa hiburan untuk penonton tetapi juga membawa pesan islami di dalamnya. Banyak dalam lagu-lagu yang dibawakan yang mengandung pesan dakwah.”

Tidak jauh berbeda dari yang di sampaikan oleh bapak Hadi Wibowo, menurut Auliya Putri sebagai penikmat kesenian tradisional ini mengungkapkan bahwa:

(66)

BAB IV PEMBAHASAN

A. Isi Secara Umum Kesenian Topeng Ireng

Dalam pementasan kesenian Topeng Ireng ini dibagi menjadi tiga babag, yang diantaranya adalah babag Rodat, Mondholan, dan Siluman. 1. Babag rodat terdapat beberapa gerakan inti seperti gerak hentakan kaki

seolah-olah seperti serombongan prajurit yang keluar dari persembunyiannya untuk menghadapi musuh dengan membawa sifat tegas, keras, tidak terkalahkan, dan berani menghadapi segala tantangan. Hentakan kaki tersebut menggambarkan gertakan yang keras dalam menghadapi musuh di depannya. Sehingga hanya dengan hentakan kaki saja musuh akan takut terhadapnya. Gerak yang lain adalah gerak satu kaki diangkat dan tangan dinaikkan ke atas, dalam gerakan ini secara subjektif menggambarkan para pemain Topeng Ireng adalah prajurit yang memiliki kemampuan beladiri yang baik. Kemampuan bela diri ini mereka tunjukkan ketika gertakan sudah tidak mampu membuat pihak musuh gentar. Gerakan yang lain adalah gerak berjongkok menundukkan badan. Gerakan ini menggambarkan bahwa prajurit merupakan bawahan dari raja yang memerintah. Jadi mereka memiliki sifat sendhika dhawuh

(67)

Gambar 4.1: Babag Rodat (Foto: Teguh, 2017)

2. Babag mondholan adalah para pengombyong yang diartikan sebagai para pengikut. Dengan kebiasaannya mereka menyanyi, menari, dan melucu. Dalam babak ini biasanya pemain memakai blangkon mondholan dan tidak ada gerakan khusus seperti babag rodat. Kostum yang dipakai pun cukup sederhana karena mereka berperan sebagai para pengombyong atau pengikut

(68)

3. Babag Siluman ini merupakan penggambaran dari gangguan-gangguan yang dihadapi. Gangguan ini berwujud hewan-hewan liar dan buas seperti macan, singa, sapi liar, banteng, dan sebagainya. Gerakan ini juga mengandung nasihat bahwa manusia jangan bertingkah laku seperti hewan yang tidak beradab, tidak berakal, sehingga hidupnya menjadi sia-sia.

Kostum yang digunakan saat pementasan sangatlah unik. Berbeda dari kesenian-kesenian lain. Kostum Topeng Ireng ini menggunakan topi dari bulu-bulu seperti suku indian dan juga memakai sepatu yang dihias dengan lonceng yang jumlahnya tidak sedikit, sehingga menghasilkan suara hentakan kaki yang tegas. Penunjang penampilan lainnya adalah make up yang dihias ke wajah para penari seperti para prajurit saat menghadapi perang.

(69)

Alat musik yang digunakan sebagai pengiring dalam tari Topeng Ireng ini diantaranya adalah seruling, jidhor. Para pemusik menciptakan beberapa lagu untuk mengiringi tarian tersebut.

B. Pesan-pesan Dakwah dalam Kesenian Topeng Ireng

Materi dakwah atau pesan dakwah meliputi aqidah, syariat, dan akhlak. Ketiga materi dakwah tersebut menjadi acuan dalam melakukan penelitian ini untuk mendeskripsikan pesan-pesan dakwah yang ada dalam kesenian Topeng Ireng ini. Pesan-pesan dakwah tersebut disiratkan melalui syair lagu yang dinyanyikan untuk mengiringi kesenian dan beberapa gerakan yang ditampilkan. Berikut adalah beberapa paparan mengenai pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam kesenian Topeng Ireng.

1. Dalam lagu yang berjudul “Atur Wilujeng” ini pada syair yang berbunyi:

a. Pesan akhlak:

“Atur wilujeng ingkang samio rawuh Ingkang rawuh mriki anemi wong sepuh”

(Selamat datang bagi yang sudah datang Yang datang kesini adanya orang tua)

“Kita pemuda Islam Indonesia Ingatlah pada kwajiban kia Mari bekerja bersama-sama

Menjunjung agama Islam yang se termulya”

(70)

kedua menggambarkan bagaimana kita sebagai pemuda Islam harus bersama-sama menjunjung tinggi agama kita dan tak lupa pula dengan kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan.

b. Pesan syariah:

Do elingo wong urip iku sedelo

Ojo wegah ojo sungkan podo poso Yen ra poso akhire bakal nelongso Sebab urip ninggal poso abot dunyo

Ngelingo yen wis nunggang ning bandoso”

(Pada ingatlah orang hidup hanya sementara Jangan tidak mau jangan sungkan untuk berpuasa Sebab tak puasa berakibat sengsara

Ingatlah saat sudah menaiki keranda)

Dalam kutipan syair tersebut diatas, mengandung muatan pesan syariah. Yang mana dalam kutipan tadi menjelaskan salah satu rukun Islam tentang berpuasa dan akibat jika melanggar hukum tersebut. Dalam Al Quran juga telah disebutkan bahwa:

َ ِتَُ اَمََ ُماَيب ِصلا ُمُْْيبَلَع َ ِتَُ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي

ْبَ ق ْنِم َنيِذَّلا َٰلَع

ْمُِْل

نوُقَّ تَ ت ْمَُّْلَعَل

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu

sekalian untuk berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu supaya kamu

bertakwa.”(QS. Al Baqarah : 126)

c. Pesan aqidah:

“Kito ngormati nabi panutan

Nabi Muhammad Nabi kang pungkasan Engkang mernoto poro menungso

Engkang printah kito supoyo ngedohi dosa”

(71)

Yang memerintah supaya kita menjauhi dosa)

Dalam beberapa kutipan syair lagu diatas terdapat muatan pesan aqidah, yang mana dalam kutipan syair yang pertama tersebut mengajarkan bahwa sebagai manusia dianjurkan untuk meneladani Nabi Muhammad sebagai suri tauladan, memerintahkan agar kita untuk menjauhi dosa. Seperti yang sudah tertera dalam rukun iman yang keempat yaitu iman kepada Rasul Allah. Sebagaimana Al Quran telah menjelaskan dalam surat Al Ahzab ayat 21:

ْرَ ي َناََ ْنَمِل ٌةَنََِح ٌةَوْسُأ ِهللا ِلوُسَر يِف ْمَُْل َناََ ْدَقَل

َرِِ ْْا َمْوَ يبْلاَو َهللا وُجُ

ا ريبِثََ َهللا َرَََذَو

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat

dan dia banyak menyebut Allah.”(QS. Al Ahzab : 21)

“Dengan sungguh kami mencari ilmunya

Supaya kita bisa unggul derajatnya Di dalam dunia dan akhiratnya

Mudah-mudahan bisa masuk Surga”

Gambar

Gambar 1.1 :  Skema Triangulasi Data
Gambar 3.1: Foto riasan Topeng Ireng
Gambar 3.2: Keseragaman sepatu boot dengan hiasan lonceng
Gambar 4.1: Babag Rodat
+7

Referensi

Dokumen terkait