• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan dari penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Peneliti berharap kepada pemain kesenian Topeng Ireng mampu menyampaikan pesan-pesan dakwah syair lagu dan gerakan yang bisa dipahami oleh penonton.

2. Bagi masyarakat khususnya Desa Kuwaderan dapat menjaga berlangsungnya kesenian Topeng Ireng ini agar dapat menjadi media dakwah.

3. Peneliti berharap di masa datang banyak peneliti-peneliti lain yang akan meneliti tentang pesan dakwah dalam kesenian tradisional, karena selain ikut melestarikan kesenian tersebut juga dapat menguak pesan-pesan yang terkandung pada kesenian tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Amrullah. 1983. Dakwah Islam dan Perubahan Sosisal, Suatu Kerangka

Pendekatan dan Permasalahan. Yogyakarta : PLP2M.

Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah. _________________. 2013. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.

Anas, Ahmad. 2006. Paradigma Dakwah Kontemporer. Semarang: PT. Pustaka

Rizki Putra.

Bahari, Nooryan. 2014. Kritik Seni (Wacana, Apresiasi dan Kreasi). Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Bahroni. 2016. Interdisciplinary Journal of Communication: Analisis Wacana

Retorika Dakwah K.H. Abdullah Gymnastiar. Vol. 1, No. 1. h. 122.

Bajari. 2015. Metode Penelitian Komunikasi, Prosedur, Tren, dan Etika.

Bandung: Simbiosa Rakatama Media.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1991.

Mengenal Seniman Tari Dan Karawitan Jawa. Yogyakarta: Balai Kajian

Sejarah dan Nilai Tradisional.

Effendy, Onong Uchana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kayam, Umar. 1981. Seni Tradisi Masyarakat. Jakarta : Sinar Harapan.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Yogyakarta: Absolut Jogja. Miles B. & Huberman A. 1993. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.

Moeleng, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

______________. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Muis, Andi Abdul. 2001. Komunikasi Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Prabowo, Wahyu Santoso dkk. 2007. Sejarah Tari (Jejak Langkah Tari di Pura

Riduwan. 2004. Metode Riset. Jakarta: Rineka Cipta.

Ruslan, Rosady. 2010. Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Sambas, Syukriadi & Acep Aripudin. 2007. Dakwah Damai (Pengantar Dakwah

Antarbudaya). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Santoso. 2007. Etnomusikologi Nusantara : Perspektif Dan Masa Depannya.

Surakarta: ISI Press Surakarta.

Sudibyo, dkk. 2013. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: Alfabeta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

________. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

________. 2012. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan

R&D. Bandung : Alfabeta.

Sutardi, Tedi. 2007. Antropologi Mengungkap Keragaman Budaya untuk Kelas XI. Bandung: PT. Setia Purna Inves.

Tasmara, Toto. 1997. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Team Penulisan Naskah Pengembangan Media Kebudayaan Jawa Timur. 1977.

Sejarah Seni Budaya Daerah Jawa Timur. Jakarta: Proyek

Pengembangan Media Kebudayaan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Tibi, Bassam. 1999. Islam Kebudayaan Dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara

Wacana Yogya.

Widyastutieningrum, Sri Rochana. 2007. Penulisan Kritik Tari. Solo: ISI Press Solo.

Yahya. 2016. Interdisciplinary Journal of Communication: Dakwah Islamiyah dan

Proselytisme; Telaah Atas Etika Dakwah Dalam Kemajemukan. Vol. 1,

No. 1. h. 81-98.

Lampiran 1

HASIL WAWANCARA

1. Narasumber : Hadi Wibowo

Jabatan : Ketua

Waktu wawancara : 14/06/2017 ; 17.12 WIB

Hasil wawancara :

Kesenian ini bermula dari gerakan seni tari dan silat yang kemudian digabungkan menjadi satu dan dimodifikasi dengan diiringi gamelan dan lagu-lagu. Kata silat sendiri diambil dari shalat yang tidak terlepas dari serangkaian tata cara berwudhu. Dulu ada seorang guru dari desa Bojong, Borobudur yang mengajarkan kesenian ini kemudian mereka mempelajari dan mengjarkan juga kepada generasi-generasi muda. Dalam latihan mempelajari gerakan tersebut tentu mereka mengalami kendala yaitu sulitnya mempelajari gerakan yang baru dan kurang kompaknya para pemuda. Latihan tersebut dilakukan seminggu sekali yaitu pada hari Minggu atau hari libur lainnya kecuali hari Jumat, dikarenakan hari tersebut digunakan untuk pengajian rutin. Gerakan modern yang di ajarkan tersebut merupakan gerakan yang terinspirasi dari kesenian-kesenian lain dan kemudian dimodifikasi.

Nama Topeng Ireng berasal dari kata Toto Lempeng Irama Kenceng. Toto artinya menata, Lempeng berarti lurus, Irama berarti nada, Kenceng berarti keras. Oleh karena itu, dalam pertunjukan

Topeng Ireng para penarinya berbaris lurus dan diiringi oleh musik berirama keras dan penuh semangat. Sedangkan di paguyuban ini kesenian tersebut diberi nama Topeng Loreng. Topeng Loreng berasal dari kata Toto Titi Lempeng Luhuring Kuwaderan. Toto artinya menata, Titi berarti cermat, Lempeng berarti lurus, Luhuring berarti leluhur, Kuwaderan diambil dari nama Desa Kuwaderan.

Dalam satu desa ini diharuskan memiliki satu buah kesenian untuk ditampilkan saat perayaan HUT RI dan supaya bisa meminimalisir biaya untuk menyewa kesenian dari luar. Dari situ lah setiap dusun di desa Kuwaderan ini memiliki satu buah kesenian. Yang memiliki kesenian Topeng Ireng ini memang bukan hanya satu tetapi ada dua dusun. Perbedaan kesenian ini dengan dusun yang lain adalah dari segi gerakan yang sudah mengalami kemajuan dan dimodifikasi.

Kesenian ini bukan hanya membawa hiburan untuk penonton tetapi juga membawa pesan islami di dalamnya. Banyak dalam lagu-lagu yang dibawakan yang mengandung pesan dakwah. Sayang, belum sepenuhnya pesan tersebut tersampaikan dengan baik kepada para penonton atau bahkan dari para penari tersebut. Ditampilkan dalam berbagai acara, bukan

hanya pada HUT RI saja namun acara-acara keislaman pun ikut andil dalam kesenian ini.

2. Narasumber : Kandar

Jabatan : Tokoh Masyarakat

Waktu wawancara : 21/05/2017 ; 14.01 WIB

Hasil wawancara :

Seni Tari Topeng Ireng merupakan salah satu seni dari kota Magelang yang menggambarkan prajurit di jaman Belanda dahulu, gambaran tersebut berupa sekelompok prajurit yang sedang berperang melawan Belanda dengan menggunakan coretan-coretan hitam di wajahnya untuk menyempurnakan penyamaran para prajurit di hutan, dari situ lah nama Topeng Ireng berasal.

Topeng Loreng ini berasal dari perkumpulan seni tari Dayakan. Topeng Loreng sendiri bermakna Toto Titi Lempeng Luhuring Kuwaderan. Kemudian nama tersebut menjadi Topeng Loreng Macan Kawedar. Kawedar yang berarti dari lukisan wajah dan diambil dari sejarah pembukaan desa Kuwaderan. Dalam tarian “Topeng Ireng” tersebut tidak ada ajaran spiritual khusus yang terkandung, hanya saja tari tersebut diharapkan dapat membangkitkan rasa cinta budaya Jawa dikalangan para remaja.

Dalam kesenian ini dibagi menjadi 3 babak pertunjukan yang memiliki dasar gerakan yang berbeda diantara gerakan ketiga babak tersebut yaitu; Rodat, Mondholan, Siluman. Babak Mondholan adalah para pengombyong yang diartikan sebagai para pengikut.

Babak Siluman ini merupakan penggambaran dari gangguan-gangguan yang dihadapi. Gerakan ini juga mengandung nasihat bahwa manusia jangan bertingkah laku seperti hewan yang tidak beradab, tidak berakal, sehingga hidupnya menjadi sia-sia.

3. Narasumber : Riyan

Jabatan : Penari

Waktu wawancara : 21/05/2017 ; 13.48 WIB

Hasil wawancara :

Kesenian ini terbentuk dan membuat sebuah organisasi yang berawal dari sebuah perkumpulan pemuda di dusun dan berdiskusi kemudian mengundang guru seni dari Borobudur untuk mengajarkan cara kerja kesenian Topeng Ireng itu. Macan Kawedar yang diusulkan oleh salah satu pembentuk organisasi ini. Macan yang berasal dari sebuah tarian yang bernama macan, sedangkan Kawedar diambil dari nama desa Kuwaderan. Paguyuban ini terbentuk sejak tahun 1998. Gerakan yang dulunya masih sangat tradisional dan mulai di inovasi hingga sampai saat ini.

Mulai bergabung dua tahun yang lalu dengan organisasi ini dan ikut serta dalam pelaksanaannya sebagai penari. Banyak yang bisa diambil dari kesenian ini sebenarnya, namun saat ini orang-orang hanya melihat dari segi ekonomi dan hiburannya saja. Satu hal positif yang saya rasakan yaitu bertambahnya pengalaman dan suatu hal positif ikut dalam organisasi ini.

4. Narasumber : Auliya Putri Isdaryanti

Jabatan : Penonton

Waktu wawancara : 21/05/2017 ; 16.43 WIB

Hasil wawancara :

Sudah sejak lama memang sangat suka dengan kesenian tradisional. Banyak yang pernah saya tonton misalnya; Wayang Kulit, Topeng Ireng, Jathilan, Barongan, Leak dan Kubro. Dari sekian kesenian tersebut yang paling menarik adalah kesenian Jathilan, karena kesenian tersebut menggunakan jaran kepang saat menari dan menceritakan tentang tokoh pewayangan. Kalau kesenian Topeng Ireng ini yang menarik pertama kali adalah dari kostum unik yang dipakai penari tersebut. Mereka memakai bulu-bulu di kepala seperti suku indian. Tarian dari kesenian Topeng Ireng ini juga sangat luwes dan di setiap tarian tersebut memiliki formasi masing-masing. Setelah menonton kesenian Topeng Ireng memang sebagian dari orang yang menonton hanya menganggapnya sebagai hiburan semata, namun bagi saya ada nilai-nilai positif yang bisa dimabil dari kesenian ini. Setelah menonton kesenian ini pun rasanya saya ingin

ikut bergabung dan menarikan gerrakan Topeng Ireng ini sekaligus juga melestarikan kebudayaan Jawa yang hampir tergeser oleh budaya-budaya asing. Musik yang mengiringi gerakan tarian Topeng Ireng ini sangat bersemangat sehingga membuat orang yang menonton menjadi ikut dalam suasana semangat tersebut. Semangat yang tumbuh itu menjadikan rasa ingin tahu akan kesenian-kesenian tradisional yang lainnya. Karena kesenian tersebut hanya pentas dalam acara-acara tertentu tidak diadakan rutin setiap bulannya. Ya mungkin menurut saya memang tidak banyak yang bisa diambil dari kesenian ini. Kebetulan saya berprofesi sebagai guru agama di SD, lagu islami yang dipakai saat mengiringi kesenian Topeng Ireng ini saya jadikan bahan ajar bagi anak didik saya. Yaitu dengan mengajarkan lagu-lagu islami seperti yang mengajarkan rukun islam dengan tokoh pandawa, agar anak didik lebih mudah menangkap maksut dan mudah terngiang di benak mereka.

Lampiran 2

PANDUAN WAWANCARA

A. Tujuan

Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan data baik dalam bentuk tulisan maupun rekaman tentang pesan dakwah dalam kesenian Topeng Ireng.

B. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana sejarah kesenian “Topeng Ireng” ?

2. Apa motivasi dalam melestarikan kesenian “Topeng Ireng” ?

3. Alasan mengapa kesenian dalam Desa Kuwaderan ini dinamakan “Topeng Loreng Macan Kawedar” ?

4. Apa karakteristik yang membedakan kesenian ini dengan kesenian yang lainnya ?

5. Isi secara umum dari kesenian “Topeng Ireng” ?

6. Bagaimana muatan pesan islami dalam syair lagu dan gerakan tari pada kesenian “Topeng Ireng” ?

7. Apa manfaat dari kesenian Topeng Ireng bagi masyarakat?

C. Respoden

1. Ketua dari paguyuban kesenian Topeng Ireng di Desa Kuwaderan 2. Tokoh Masyarakat

3. Penari 4. Penonton

Lampiran 3

DOKUMENTASI

Gambar 1 : Foto para pemusik Foto : (Arum, 2017)

Gambar 3: Foto denan ketua Foto : (Arum, 2017)

Gambar 4: Foto wawancara dengan penari Foto : (Aini, 2017)

Gambar 5: Foto wawancara dengan penari generasi muda Foto : (Arum, 2017)

Gambar 7: Foto wawancara dengan ketua Foto : (Arum, 2017)

Gambar 8 : Foto wawancara dengan tokoh masyarakat Foto : (Aini, 2017)

Gambar 9: Foto busana babag Rodat

Foto : (Adit, 2017)

Gambar 10 : Foto busana babag Mondholan

Gambar 11: Foto para pemusik Foto : (Huda, 2017)

Gambar 12: Foto persiapan sebelum pentas Foto : (Huda, 2017)

Gambar 13 : Foto proses make up Foto : (Huda, 2017)

Lampiran 5

GLOSARIUM

Adi luhung : Mempunyai nilai lebih atau tinggi.

Akhlak : Tingkah laku manusia.

Aqidah : Keimanan

Babag : Merupakan kata dari bahasa Jawa yang

berarti bab.

Blangkon mondholan : Penutup kepala dari kain batik untuk para laki-laki yang menjadi bagian dari pakaian tradisional masyarakat Jawa, yang memiliki tonjolan di bagian belakangnya. Dakwah : Panggilan, seruan atau ajakan untuk taat

dan beriman kepada Allah SWT.

Field research : Pengamatan terhadap fenomena yang diamati didasarkan pada fakta-fakta atau data yang dikumpulkan di lapangan.

Genie : Jenius.

Jamil : Berasala dari bahasa Arab yang berarti indah.

Mondholan : Bab yang kedua dalam kesenian Topeng Ireng yang diambil dari kata blangkon mondholan.

Proselythisme : Usaha untuk menarik sesorang masuk kedalam kelompok tertentu.

Rahmatan lil ‘alamin : Merahmati semua alam semesta

Rodat : Bab yang utama pada kesenian Topeng

Ireng yang berisi nyanyian-nyanyian Islam.

Sakaratul maut : Saat-saat kritis seseorang sedang menghadapi kematian.

Sendika dhawuh : Dalam masyarakat Jawa kata ini dipakai untuk menuruti pertintah pemimpinnya. Siluman : Bab terakhir pada kesenian Topeng Ireng

yang memakai topeng berbentuk hewan buas.

Syariah : Aturan atau ketetapan yang Allah

perintahkan.

Tabligh : Penyampaian

Topeng Ireng : Kesenian tradisional daerah Kabupaten Magelang

Topeng loreng macan kawedar : Merupakan nama paguyuban kesenian Topeng Ireng di desa Kuwaderan yang berarti menata dengan cermat leluhur dari Kuwaderan.

Toto lempeng irama kenceng : Para penarinya berbaris lurus dan diiringi oleh musik berirama keras dan penuh semangat.

Way of feeling : Cara merasakan.

Way of life : Cara hidup.

Lampiran 12

CURRICULUM VITAE

Nama : Setiati Prihatini

Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 02 Juni 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Krajan II, RT 04 RW 04,

Kuwaderan, Kajoran, Magelang Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia Status : Mahasiswa Tinggi : 157 cm Berat Badan : 50 kg E-mail :sprihatini26@gmail.com Riwayat Pendidikan  Formal

2013 sampai dengan 2017 : IAIN Salatiga 2010 sampai dengan 2013 : SMA N 1 Salaman 2007 sampai dengan 2010 : SMP N 1 Tempuran 2001 sampai dengan 2007 : SD N 2 Kuwaderan 1999 sampai dengan 2001 : TK Pertiwi Kuwaderan

 Non Formal

Dokumen terkait