PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOOPERATIF TENTANG SUMBER ENERGI LISTRIK DENGAN METODE KERJA
KELOMPOK PADA SISWA KELAS VI SD KANISIUS SOROWAJAN SEMESTER II
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh : Susana Andri Yuniwati
NIM : 081134225
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Kegagalan adalah Sukses yang Tertunda
By Susana Andri Yuniwati
vi ABSTRAK
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOOPERATIF TENTANG SUMBER ENERGI LISTRIK DENGAN METODE KERJA
KELOMPOK PADA SISWA KELAS VI SD KANISIUS SOROWAJAN SEMESTER II
TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh
Susana Andri Yuniwati NIM. 081134225
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas VI SD Kanisius Sorowajan tentang materi Sumber Energi Listrik dengan menggunakan metode kerja kelompok .
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek penelitian adalah siswa kelas VI SD Kanisius Sorowajan pada tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 36 siswa. Obyek penelitian adalah peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran IPA tentang materi sumber energi listrik. Teknik pengumpulan data diperoleh dengan tes tertulis dan lembar pengamatan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus, dimana siklus I terdiri dari dua kali pertemuan yaitu pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Sedangkan pada siklus II juga terdiri dari dua kali pertemuan. Satu kali pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran, dimana satu jam pelajaran adalah selama 40 menit. Pada penelitian ini peneliti memilih materi Sumber Energi Listrik pada mata pelajaran IPA semester II kelas VI dengan alasan tingkat prestasi belajar siswa pada materi tersebut masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata kelas yang berada di bawah KKM yang telah ditentukan oleh sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diambil tindakan dengan menggunakan metode kerja kelompok, nilai rata-rata siswa kelas VI pada tahun ajaran 2009/2010 berada di bawah KKM yaitu 63 dan persentase siswa yang tuntas masih rendah yaitu 48%. Setelah dilakukan tindakan terdapat peningkatan nilai rata-rata siswa yaitu pada siklus I meningkat menjadi 66 dan persentase siswa yang tuntas mencapai 61%, dan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 71 sedangkan persentase siswa yang tuntas meningkat menjadi 72%.
Selain prestasi belajar, dalam penelitian ini juga mengukur kemampuan kooperatif siswa yang meliputi kemampuan kerjasama, menghargai pendapat orang lain, tanggungjawab dan empatik. Pada siklus I kemampuan kooperatif siswa mencapai target 62% dari target yang ditentukan 60% dan pada siklus II mencapai target 80 % dari target yang ditentukan 75%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan metode kerja kelompok sangat mendukung prestasi belajar siswa dan meningkatkan semangat kooperatif siswa dalam belajar.
vii
ABSTRACT
IMPROVING STUDENT ACHIEVEMENT LEARNING CLASS SIX ELEMENTARY SCHOOL KANISIUS SOROWAJAN
ELEMENTARY SCHOOL AT SECOND SEMESTER SOURCE OF ELECTRICAL ENERGY
WORKING WITH THE METHOD ACADEMIC YEAR 2010/2011
By
Susana Andri Yuniwati NIM. 081134225
This study aims to determine the increase in student achievement VI class of materials Sorowajan Canisius SD Electrical Energy Sources using the method of working groups of the school year 2010/2011.
This type of research is action research class (PTK). Subjects were elementary school students in grade VI Sorowajan Canisius in the academic year 2010/2011 which amounted to 36 students. Object of research is the increase in learning achievement in science subjects of electric energy source material .. Data collection techniques is obtained by a written test. The data obtained were analyzed by qualitative descriptive.
The study consisted of two cycles, where I cycle is divided in two meetings that the first meeting and second meeting. Whereas in the second cycle is also divided into two meetings. One session consisted of two hour lesson, which is a one hour lesson for 40 minutes. In this study the researchers chose the Electrical Energy Source material on the subjects of the second semester of sixth grade science by reason of the level of student achievement at such material is still low. This is evidenced by the average value of the class under KKM which has been determined by the school.
The results showed that before action is taken by using the method of group work, the average value of VI-grade students in the academic year 2009/2010 under the KKM is 63 and the percentage of students who completed still low at 48%. After the action there is an increase in the average student is on a cycle I increased to 66 and the percentage of students who achieved 61% complete, and the second cycle the average value of students increased to 71 while the percentage of students who completed increased to 72%.
In addition to learning achievements, study also measured the students' cooperative skills that include the ability of cooperation, respect the opinions of others, responsibility, and empathic.
I cycle on students 'ability to cooperate to achieve the target 62% of the prescribed target of 60% and in the second cycle to reach the target 80% of the prescribed target of 75%. This shows that the method of group work strongly supports student achievement and improve students' cooperative spirit in learn
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan khususnya Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini tidak mungkin selesai jika
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D.., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing I, yang telah memberikan
arahan, semangat, dorongan, serta sumbangan pemikiran yang penulis butuhkan
untuk menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ini.
2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ.,S.S.,BST.,M.A., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D., selaku dosen pembimbing I, yang telah
memberikan arahan, semangat, dorongan, serta sumbangan pemikiran yang penulis
butuhkan untuk menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ini.
4. Ibu Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang telah
memberikan bantuan ide, saran, masukan, kritik serta bimbingannya yang sangat
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ……… vi
ABSTRACT ………. vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ……… x
DAFTAR TABEL ……… .. xiii
DAFTAR GAMBAR ……… xiv
DAFTAR LAMPIRAN ……… xv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 4
C. Perumusan Masalah ... 4
D. Pemecahan Masalah ... 5
E. Batasan Pengertian ... 5
F. Tujuan Penelitian ... 6
G. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar ... 8
1. Definisi Belajar ... 8
2. Prestasi Belajar ... 9
B. Metode Kerja Kelompok ... 10
1. Definisi dan Tujuan Metode Kerja Kelompok ... 10
xi
C. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ... 15
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ... 15
2. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam ... 16
3. Tujuan Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar ... 17
D. Kurikulum Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar Kelas VI Semester II ... 21
1. Standar Kompetensi ... 21
2. Kompetensi Dasar ... 21
3. Materi Pokok Tentang Sumber Energi Listrk dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada Siswa Kelas VI Semester II ... 23
E. Pembelajaran Kooperatif ... 27
1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif ... 27
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 30
3. Karateristik Pembelajaran Kooperatif ... 31
F. Kerangka Berpikir ... 32
G. Hipotesis Tindakan ... 33
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 34
A. Jenis Penelitian ... 34
B. Setting Penelitian ... 36
1. Tempat Penelitian ... 36
2. Subyek Penelitian ... 36
3. Obyek Penelitian ... 36
4. Waktu Penelitian ... 36
C. Rencana Tindakan ... 37
1. Persiapan ... 37
2. Pelaksanaan ... 38
D. Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 50
xii
1. Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ... 53
2. Penyekoran ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57
A. Deskripsi Kondisi Awal ... 57
B. Deskripsi Penelitian dan Hasil Penelitian ... 57
1. Siklus I ... 58
a. Perencanaan ... 58
b. Pelaksanaan ... 60
c. Data Perolehan Tes Evaluasi dan Data Persentase KKM Siklus I ... 64
d. Pembahasan Siklus I ... 66
e. Refleksi Siklus I ... 68
2. Siklus II ... 68
a. Perencanaan ... 68
b. Pelaksanaan ... 70
c. Data Perolehan Tes Evaluasi dan Data Persentase KKM Siklus II ... 74
d. Pembahasan Siklus II ... 76
e. Refleksi Siklus II ... 78
C. Rangkuman Hasil Penelitian ... 79
BAB V PENUTUP ... 81
A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 82
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI Semester 2 ... 22
Tabel 2. Jadwal Kegiatan ... 37
Tabel 3. Pengumpulan Data ... 51
Tabel 4. Indikator Pencapaian Penelitian ... 53
Tabel 5. Bentuk Soal dan Penyekoran ... 54
Tabel 6. Konversi Skor ke Nilai ... 56
Tabel 7. Data Perolehan Tes Evaluasi dan Persentase KKM Siklus I ... 64
Tabel 8. Hasil Peningkatan Prestasi Belajar Siklus I ... 67
Tabel 9. Data Perolehan Tes Evaluasi dan Persentase KKM Siklus II ... 74
Tabel 10. Hasil Peningkatan Prestasi Belajar Siklus II ... 78
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagian-Bagian Generator ... 24
Gambar 2. Bagian-Bagian Baterai ... 25
Gambar 3. Bagian-bagian Aki (akumulator) ... 26
Gambar 4. Bagian-bagian Dinamo Sepeda ... 27
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Ke 1 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Ke 2 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Ke 3 Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Ke 4 Lampiran 6. Data Kondisi Awal
Lampiran 7. Prosentase KKM Kondisi Awal Lampiran 8. Data Perolehan Tes Evaluasi Siklus I
Lampiran 9. Data Persentase KKM Siklus I
Lampiran 10. Data Perolehan Tes Evaluasi Siklus II Lampiran 11. Data Persentase KKM Siklus II Lampiran 12. Surat Keterangan
Lampiran 13. Lembar Kerja Siswa ke 1 Lampiran 14. Lembar Kerja Siswa ke 2 Lampiran 15. Lembar Kerja Siswa ke 3 Lampiran 16. Lembar Kerja Siswa ke 4 Lampiran 17. Kisi-kisi siklus I
Lampiran 18. Kisi-kisi siklus II Lampiran 19. Soal Evaluasi Siklus I Lampiran 20. Soal Evaluasi Siklus II
Lampiran 21. Kunci Jawaban Tes Evaluasi Siklus I Lampiran 22. Kunci Jawaban Tes Evaluasi Siklus II Lampiran 23. Lembar Observasi Penelitian I
Lampiran 24. Lembar Observasi Penelitian II Lampiran 25. Lembar Observasi Penelitian III Lampiran 26. Lembar Observasi Penelitian IV
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kondisi pendidikan di negara kita dewasa ini lebih diwarnai oleh
pendekatan yang menitikberatkan pada model belajar konvensional seperti
ceramah, sehingga kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif
dalam proses belajar mengajar. Umumnya kegiatan belajar mengajar (KBM)
saat ini masih bersifat teacher centered, siswa hanya sebagai pendengar dan penerima. Pembelajaran seperti ini berakibat lemahnya potensi diri siswa dan
pencapaian prestasi tidak optimal. Pendidikan seharusnya mendekatkan anak
dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan kebutuhan daerah.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu cabang dari ilmu
pengetahuan yang cukup penting bagi siswa, karena didalamnya terkandung
berbagai materi yang berkaitan dengan alam sekitar yang kelak akan menjadi
dasar untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang lain. Melalui
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) akan ditanamkan berbagai
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai ilmiah tentang alam sekitar
beserta isinya. Mutu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) perlu
ditingkatkan secara berkelanjutan untuk mengimbangi perkembangan
teknologi.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil
dengan alam sekitar. Maka dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
(KBM) di kelas memerlukan ketepatan metode untuk memudahkan anak
menerimanya. Pemberian secara teori dan menghafal akan berakibat anak
hanya paham secara teoritis dan fungsi kognitif tidak berkembang.
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran tersebut tentu banyak sekali
tantangan yang dihadapi. Berbagai metode dan strategi perlu diterapkan, agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Guru dan siswa harus
terlibat aktif demi ketercapaian tujuan pembelajaran.
Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saat ini seorang
guru masih menggunakan cara-cara lama yang masih berorientasi pada guru,
kurikulum dan buku teks. Melihat keadaan tersebut maka siswa akan kurang
mendapat pengalaman-pengalaman baru dalam proses belajarnya, sehingga
aktivitas-aktivitas belajar yang dilakukan dalam proses belajar siswa akan
menjadi kurang optimal.
Aktivitas belajar merupakan salah satu bagian dalam proses
pembelajaran, karena dengan aktivitas belajar maka siswa akan mendapat
pengalaman baru dalam belajarnya. Namun selama ini yang terjadi dalam
aktivitas belajar masih berorientasi pada aktivitas membaca, aktivitas
mendengar, dan aktivitas menulis. Hal ini mengakibatkan siswa sering merasa
cepat bosan dalam belajar dan siswa merasa terbelenggu dengan adanya
berbagai aturan.
Keberhasilan belajar ditunjukkan dengan meningkatnya prestasi
Prestasi siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) materi
sumber energi listrik di SD Kanisius Sorowajan kelas VI semester 2 tahun
ajaran 2009/2010 masih sangat rendah dan belum memenuhi standar yang
diharapkan yaitu dengan nilai rata-rata kelas 63. Sedangkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) SD Kanisius Sorowajan dalam materi ini adalah
65 dan persentase siswa yang mencapai ketuntasan hanya 48% dari 33 siswa.
Kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi siswa
yang kurang aktif, sumber belajar yang kurang dimanfaatkan bahkan juga
kurang sesuai, media dan metode pembelajaran yang kurang tepat.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru perlu merencanakan
alternatif atau solusinya yaitu dengan penggunaan metode pembelajaran yang
tepat dan menarik. Pembelajaran dengan menggunakan metode kerja
kelompok adalah salah satu metode yang menarik bagi siswa, karena dengan
metode kerja kolompok siswa dapat bebas mengungkapkan pendapatnya
dengan sesama teman, daripada mengungkapkan di depan guru secara
langsung. Pembelajaran ini dirancang untuk merangsang anak berpikir aktif,
membangkitkan motivasi anak dalam belajar dan membantu memudahkan
siswa dalam menceritakan berbagai sumber energi listrik. Oleh karena itu
dengan terbangunnya pemahaman serta pengalaman siswa secara langsung
maka dengan metode kerja kelompok diharapkan adanya peningkatan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang
sumber energi listrik bagi siswa kelas VI semester 2 SD Kanisius Sorowajan
B. Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan waktu dan luasnya materi Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) di Sekolah Dasar, maka penelitian ini hanya dibatasi pada :
1. Peningkatan prestasi belajar yang diteliti hanya mengenai prestasi belajar
kognitif.
2. Kompetensi dasarnya :
Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik
kelas VI semester 2 SD Kanisius Sorowajan tahun ajaran 2010/2011.
3. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kerja
kelompok.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan pada
bagian terdahulu, masalah umum penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Apakah pembelajaran dengan metode kerja kelompok dapat meningkatkan
prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang sumber energi
listrik bagi siswa kelas VI SD Kanisius Sorowajan Semester 2 tahun ajaran
2010/2011?
2. Jika dapat, seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) tentang sumber energi listrik bagi siswa Kelas VI SD Kanisius
3. Apakah pembelajaran dengan metode kerja kelompok dapat meningkatkan
kemampuan kooperatif siswa kelas VI SD Kanisius Sorowajan?
D. Pemecahan Masalah
Dari permasalahan di atas, maka peneliti menggunakan metode kerja
kelompok untuk meningkatkan prestasi belajar IPA tentang sumber energi
listrik bagi siswa Kelas VI SD Kanisius Sorowajan Semester 2 Tahun Ajaran
2010/2011.
E. Batasan Pengertian
Dengan maksud tidak menimbulkan pertanyaan dan multitafsir
mengenai istilah-istilah kunci dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan
seperti di bawah ini :
1. Prestasi belajar adalah hasil belajar dari suatu aktivitas belajar yang
dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil kegiatan
belajar dalam bidang akademik yang diwujudkan berupa angka-angka
ulangan harian.
2. Metode kerja kelompok adalah suatu metode pengajaran yang melibatkan
siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan
bersama.
3. Sumber energi listrik adalah benda yang dapat menghasilkan arus listrik.
4. Sumber energi listrik yang paling sering digunakan diantaranya generator,
5. Kemampuan kooperatif berarti mengerjakan sesuatu dengan bersama-sama
dan saling membantu antara satu dengan yang lain.
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan yang telah ditetapkan, maka penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui apakah metode kerja kelompok dapat meningkatkan
prestasi belajar melalui indikator nilai rata-rata dalam mata pelajaran IPA
materi sumber energi listrik pada siswa kelas VI SD Kanisius Sorowajan
Semester 2 tahun ajaran 2010/2011.
2. Untuk mengetahui apakah metode kerja kelompok dapat meningkatkan
persentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada mata pelajaran IPA
materi sumber energi listrik pada siswa kelas VI SD Kanisius Sorowajan
Semester 2 tahun ajaran 2010/2011.
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan serta pengalaman dalam melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), khususnya yang berhubungan dengan Ilmu
Pengetahuan Alam ( IPA ) dan metode kerja kelompok.
2. Bagi Siswa
Temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk belajar
3. Bagi Guru
Dapat dijadikan sebagai inspirasi dan bahan pertimbangan dalam
menentukan metode pembelajaran yang digunakan sehingga dapat
memberikan manfaat bagi siswa.
4. Bagi Sekolah
Temuan penelitian ini dapat digunakan sekolah untuk mengembangkan
strategi pembelajaran dan penyediaan fasilitas sumber belajar yang
memadai.
5. Bagi Pembaca
Dapat memberi referensi tambahan mengenai Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), khususnya yang berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan Alam
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar 1. Definisi Belajar
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar
adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga
menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku. Adapun definisi belajar
menurut para tokoh adalah sebagai berikut:
a. Menurut Gagne dalam Riyanto (2009:5), belajar merupakan
kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan
selama proses pertumbuhan.
b. Menurut Hilgard dalam Simandjuntak Pasaribu (1980:59), belajar itu
adalah proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan,
perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh
pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau
disebabkan obat-obatan.
c. Menurut Walker dalam Riyanto (2009:5), belajar adalah suatu
perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari
pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan
rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus atau
faktor-faktor yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan
d. Menurut Winkel dalam Riyanto (2009:5), belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.
Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok, yaitu adanya perubahan
tingkah laku, sifat perubahan relatif permanen, dan perubahan tersebut
disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, pada
prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar, baik sumber
yang didesain maupun yang dimanfaatkan. Proses belajar tidak hanya
terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan guru. Hasil belajar
yang maksimal dapat pula diperoleh lewat interaksi antara siswa dengan
sumber-sumber belajar lainnya. (Kunandar, 2007: 320)
Dari beberapa pendapat para tokoh di atas tentang definisi belajar,
maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang
mengharapkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar.
2. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil belajar dari suatu aktivitas belajar
yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil
kegiatan belajar dalam bidang akademik yang diwujudkan berupa
angka-angka ulangan harian. Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering
disusun secara terencana untuk mengungkap sejauh mana seseorang
menguasi bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan
pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes
formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan
tinggi.
(http://www.scribd.com/doc/23735462/Pengertian-Prestasi)
Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai seseorang
dalam suatu pembelajaran berdasarkan pengukuran dan penliaian yang
telah ditentukan.
B. Metode Kerja Kelompok
1. Definisi dan Tujuan Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok atau sering disebut sebagai metode gotong
royong, merupakan suatu metode mengajar di mana murid-murid disusun
dalam kelompok-kelompok pada waktu menerima pelajaran atau
mengerjakan tugas-tugasnya (Jusuf Djajadisastra, 1982:45). Tujuan dalam
metode ini adalah pada akhirnya semua kelompok yang ada di dalam kelas
itu, ikut bertanggung jawab atas hasil yang dicapai oleh setiap kelompok.
Tugas yang didapatkan masing-masing kelompok bisa sama ataupun bisa
juga berbeda-beda tetapi secara keseluruhan tugas-tugas itu tetap
Penerapan metode kerja kelompok pada peserta didik dapat ditinjau
dari berbagai aspek. Dalam membentuk sebuah kelompok seorang guru
harus dapat mempertimbangkan berbagai alasan, diantaranya adalah :
a. Fasilitas yang ada
Fasilitas yang mencukupi sangat penting karena dapat membantu
kelompok lebih cepat dan mudah dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru.
b. Taraf kecerdasan
Dalam pembagian kelompok harus diperhatikan taraf kecerdasan
masing-masing anggota kelompok supaya tidak ada kelompok yang
terlalu menonjol ataupun sebaliknya sehingga dalam menyelasaikan
tugas dari guru tidak ada hambatan dari masing-masing kelompok.
c. Letak tempat duduk
Dalam pembagian kelompok letak tempat duduk harus deperhatikan
karena memungkinkan siswa tidak terlalu banyak bergerak pada saat
bekerja dalam kelompok sehingga tugas dapat cepat terselesaikan.
d. Jenis mata pelajaran
Jenis mata pelajaran harus juga diperhatikan dalam pembagian
kelompok jangan sampai siswa yang pandai dalam suatu pelajaran
berkumpul menjadi satu sehingga tidak merata pada tiap-tiap
kelompok. Hal ini juga sangat mempengaruhi kecepatan penyelesaian
e. Hasil undian
Dalam pembagian kelompok juga dapat berdasarkan perolehan nomor
hasil undian yang telah diacak dan disediakan oleh guru. Hal ini
bertujuan supaya siswa dapat bersosialisasi lebih luas dan merata di
dalam kelas sehingga tidak memungkinkan siswa hanya bergabung
dengan teman yang mereka sukai.
f. Daerah tempat tinggal
Dalam pembagian kelompok harus juga memperhatikan daerah tempat
tinggal siswa karena pada saat pekerjaan kelompok tidak
memungkinkan diselesaikan di sekolah maka kelompok itu dapat
menyelesaikannya di rumah sebagai pekerjaan rumah.
Berbagai cara masih dapat dilakukan untuk membentuk kelompok
kelompok di kelas, selain apa yang telah disebutkan di atas. Alasan
mendasar dalam membentuk kelompok murid, yang terbaik adalah agar
setelah kelompok terbentuk, semua anggota kelompok itu dapat bekerja
sama secara harmonis.
Menurut Jusuf Djajadisasatra (1982:45) beberapa faktor yang harus
juga diperhatikan setelah suatu kelompok terbentuk adalah :
a. Relasi intra (antara anggota-anggota) kelompok dan inter (antara)
kelompok harus tetap dijaga agar harmonis.
b. Semua anggota kelompok menyadari tujuan bersama dari kesatuan
c. Semua anggota kelompok secara bersama-sama bertanggung jawab
didalam kelompoknya masing-masing dan tidak menyerahkan hanya
pada ketua kelompok saja.
d. Jumlah anggota dalam setiap kelompok sebaiknya tidak terlalu besar
tetapi juga tidak terlalu kecil, minimal 3 orang dan maksimal adalah 7
orang.
Tujuan pengorganisasian kelas ke dalam kelompok-kelompok
merupakan usaha agar proses belajar mengajar akan menjadi lebih efektif
dan efisien, namun berhasil atau tidaknya kerja kelompok ini juga dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
a. Keadaan taraf kecerdasan setiap anggota kelompok.
b. Keadaan minat, bakat, keterampilan, dan keaktifan setiap anggota
kelompok.
c. Hubungan emosional antar anggota kelompok.
d. Motivasi yang mendorong kelompok untuk bekerja.
e. Kemampuan pemimpin atau ketua kelompok dalam memimpin
anggota-anggota yang lain dalam kelompok tersebut.
2. Kekuatan dan Kelemahan Metode Kerja Kelompok
Kekuatan dan kelemahan metode kerja kelompok menurut Jusuf
Djajadisastra (1982:47) adalah :
a. Kekuatan Metode Kerja Kelompok
1) Peserta didik dapat belajar berdiskusi dan bertukar pengalaman
2) Balajar mengungkapkan pendapat dan gagasan ataupun usulan
dalam diskusi dalam kolompok.
3) Peserta didik dapat menemukan pengalaman baru dalam diskusi
bersama anggota kelompok yang lain.
4) Membina semangat kooperasi, bekerjasama yang sehat dan gotong
royong.
5) Membangkitkan semangat bersaing yang sehat diantara
kelompok-kelompok.
6) Mempercepat penyelesaian pemecahan suatu masalah karena
dipikirkan secara bersama-sama oleh beberapa orang dalam
kelompok.
b. Kelemahan Metode Kerja Kelompok
1) Sulit membentuk kelompok yang kemudian dapat bekerja sama
secara harmonis.
2) Dapat timbul rasa fanatik terhadap kelompoknya.
3) Timbulnya ketergantungan yang tidak positif terhadap anggota
kelompok yang aktif.
4) Memerlukan fasilitas dan sumber belajar yang beragam yang
C. Hakikat IPA 1. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional
dan objektif tentang alam semesta dan segala isinya. Beberapa pendapat
tentang IPA oleh para tokoh IPA menurut Hendro Darmodjo (1991: 42):
a. Nash (1963) dalam bukunya The Nature of Natural Sciences, mengatakan bahwa Science is a way of looking at the world yang berarti bahwa IPA itu suatu cara atau metode untuk mengamati alam.
Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat
analitis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena
dengan fenomena yang lain sehingga keseluruhannya membentuk
suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya itu.
b. Einstein dikutip dari bukunya Nash mengatakan bahwa Science is the attempt to make the chaotic diversity of our sense experience correspond to a logically uniform system of thought. Kalimat tersebut berarti bahwa IPA itu merupakan suatu bentuk upaya yang membuat
berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir yang logis
tertentu.
c. Bernald dalam bukunya Science in History Jilid I mengatakan bahwa IPA dapat dipandang sebagai (1) institusi, (2) metode, (3) kumpulan
pengetahuan, (4) suatu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan
produksi, (5) salah satu faktor penting yang mempengaruhi sikap dan
Dari beberapa pendapat para tokoh tentang IPA tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari bagaimana cara atau metode untuk mengamati alam, dimana
pengalaman tersebut dapat membangun pola berpikir logis manusia.
2. Karakteristik IPA
Alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan
tidak akan habis digunakan. Dalam pembelajaran IPA seorang guru
dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar
sebagai sumber belajar. Menurut Hendro Darmodjo (1991:11), IPA dapat
dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai pengembang sikap
ilmiah. Yang dimaksud dengan “proses” di sini adalah proses
mendapatkan IPA. Sedangkan IPA didapat melalui metode ilmiah. Jadi
proses IPA itu tidak lain adalah metode ilmiah. Untuk anak usia SD,
metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan,
dengan harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk suatu paduan yang
lebih utuh sehingga anak SD dapat melakukan penelitian sederhana.
S esuai dengan penjelasan IPA maka Pendidikan IPA di Sekolah
Dasar merupakan pengetahuan yang mendasar dan integratif, maka
penekanan dalam kegiatan belajar mengajar bukanlah semata-mata hanya
pada produknya saja, akan tetapi diseimbangkan dengan proses kerja IPA
pengembangan pola berpikir deduktif-induktif serta aktifitas-aktifitas yang
dimaksudkan agar siswa sebagai individu dapat tumbuh dan berkembang
secara utuh dan optimal dan secara sosial dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
3. Tujuan Pengajaran IPA di SD
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diperlukan oleh siswa Sekolah
Dasar karena Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memberikan iuran untuk
tercapainya sebagian dari tujuan pendidikan di Sekolah Dasar. Menurut
Srini Iskandar dalam Ilmu Pengetahuan Alam (1996:26) dengan
pengajaran IPA diharapkan siswa akan dapat:
a. Memahami alam sekitarnya, meliputi benda-benda alam dan buatan manusia serta konsep-konsep IPA yang terkandung di dalamnya.
b. Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA “berupa keterampilan proses” atau metode ilmiah yang sederhana. c. Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan
memecahkan masalah yang dihadapinya, serta menyadari kebesaran Penciptanya.
d. Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut Srini Iskandar (1996:27) ada beberapa hal yang dapat
dikembangkan pada anak usia Sekolah Dasar, yaitu:
a. Sikap ingin tahu
Sikap ingin tahu di sini dimaksudkan suatu sikap yang selalu
ingin mendapatkan jawaban yang benar dari obyek yang diamatinya.
Anak usia Sekolah Dasar mengungkapkan rasa ingin tahunya dengan
jalan bertanya. Bertanya kepada gurunya, temannya atau pada dirinya
diperoleh anak itu sendiri baik atas inisiatif sendiri, maupun atas
petunjuk dari gurunya.
b. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru
Orang mempunyai sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru
adalah orang yang ingin menguak tembok ketidaktahuannya itu untuk
memperoleh sesuatu yang asli meskipun orang tersebut tahu akan
sampai ke batas ketidaktahuan berikutnya. Sikap anak usia Sekolah
Dasar seperti itu dapat dipupuk dengan cara mengajaknya melakukan
pengamatan langsung pada objek-objek yang terdapat di lingkungan
sekolah. Data yang mereka peroleh akan dapat memberikan sesuatu
yang “baru” baginya tentang objek yang diamatinya itu.
c. Sikap kerja sama
Kerja sama di sini diartikan sebagai kerja sama untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Kesadaran bahwa
pengetahuan yang dimiliki orang lain mungkin lebih banyak dan lebih
sempurna daripada apa yang dimiliki sendiri sangatlah penting, karena
dari hal tersebut dapat meningkatkan pengetahuan, seseorang merasa
membutuhkan kerja sama dengan orang lain. Anak usia Sekolah Dasar
memang perlu dipupuk sikapnya untuk dapat bekerja sama satu dengan
yang lain. Kerja sama tersebut dapat dalam bentuk kerja kelompok,
pengumpulan data maupun diskusi untuk menarik suatu kesimpulan
d. Sikap tidak putus asa
Seorang ilmuwan mungkin saja telah menghabiskan waktu
bertahun-tahun dengan biaya yang banyak tetapi belum memperoleh
apa yang dicari. Namun tidak putus asa karena tetap yakin bahwa
kegagalan yang dialami setidaknya memberi petunjuk yang berguna
bagi ilmuwan lain untuk tidak mengambil jalan yang serupa. Oleh
karena itu, tugas guru adalah memberikan motivasi bagi anak didik
yang mengalami kegagalan dalam upayanya menggali ilmu dalam
bidang IPA agar tidak putus asa.
e. Sikap tidak purba sangka
Sikap tidak purba sangka dapat dikembangkan secara dini
kepada anak usia Sekolah Dasar dengan melakukan observasi dan
eksperimen dalam mencari kebenaran ilmu. Sebagai contoh adalah
percobaan benda jatuh oleh Galileo mengingatkan kita bahwa “benar”
menurut akal sehat saja tidaklah cukup karena banyak yang kita pikir
ternyata keliru. Seperti halnya matahari beredar mengelilingi bumi
telah dipercaya orang akan kebenarannya selama ribuan tahun
lamanya.
f. Sikap mawas diri
Anak usia Sekolah Dasar harus dikembangkan sikapnya untuk
jujur pada dirinya sendiri, menjunjung tinggi kebenaran dan berani
memecahkan termometer itu saya, lalu angka-angka dalam laporan itu
dari melihat hasil kelompok lain”.
g. Sikap bertanggung jawab
Sikap bertanggung jawab harus dikembangkan sejak usia
Sekolah Dasar, misalnya dengan membuat dan melaporkan hasil
pengamatan, hasil eksperimen ataupun hasil kerjanya yang lain kepada
teman sejawat, guru atau orang lain, dengan sejujur-jujurnya.
h. Sikap berpikir bebas
Tugas guru untuk dapat mengembangkan pikiran bebas dari
anak sendiri dan bukan sebaliknya untuk mendiktekan pendapatannya
agar sesuai dengan buku teks sangatlah penting. Jadi mencatat atau
merekam hasil pengamatan sesuai dengan adanya dan membuat
kesimpulan sesuai dengan hasil kerja mereka sendiri merupakan
saat-saat yang penting bagi anak dalam mengembangkan sikap bebas.
i. Sikap kedisiplinan diri
Menurut Morse dan Wingo (1969) dalam Hendro Darmodjo
(1991:48) Pendidikan IPA 2, mengatakan bahwa kedisplinan diri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengontrol atau
mengatur dirinya menuju kepada tingkah laku yang dikehendaki dan
dapat diterima oleh masyarakat. Salah satu pengembangan kedisiplinan
diri adalah pengorganisasian kelas termasuk adanya regu-regu
D. Kurikulum IPA SD Kelas VI Semester II 1. Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah tujuan umum yang harus dicapai dalam
kegiatan belajar mengajar. Standar Kompetensi yang diambil oleh peneliti
pada penelitian tindakan kelas (PTK) adalah mempraktikkan pola
penggunaan dan perpindahan energi.
2. Kompetensi Dasar
Materi yang dibahas dari kompetensi dasar ”Menyajikan informasi
tentang perpindahan dan perubahan energi listrik ” merupakan
pembahasan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang cenderung mengarah
pada gejala kelistrikan. Materi yang dibahas juga masih berkaitan erat
dengan topik yang lain seperti rangkaian listrik, teknologi sederhana dan
yang lainnya. Aspek yang berhubungan dengan topik tersebut tentu tidak
akan dibahas secara keseluruhan dan berimbang dalam penelitian ini,
namun titik berat penekanan cenderung topik pada kompetensi dasar
permasalahan tersebut.
Dalam satu tahun pelajaran, Kurikulum Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) di SD kelas VI terdiri dari sembilan Standar Kompetensi, yang
dijabarkan menjadi dua puluh tiga Kompetensi Dasar (enam Standar
Kompetensi dan lima belas Kompetensi Dasar di semester 1,tiga Standar
Berikut ini tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) semester 2 :
Tabel 1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Energi dan
Perubahannya
7. Mempraktikkan pola penggunaan dan perpindahan energi
7.1Melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan antara gaya dan gerak (model jungkat jungkit, katapel/model traktor sederhana energi pegas)
7.2Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik
8. Memahami pentingnya
penghematan energi
8.1Mengidentifikasi kegunaan energi listrik dan berpartisipasi dalam penghematannya dalam kehidupan sehari-hari
8.2 Membuat suatu karya/model yang menggunakan energi listrik (bel listrik/alarm/model lampu lalu lintas/ kapal terbang/mobil-mobilan/model penerangan rumah
Bumi dan Alam Semesta
9. Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya
9.1 Mendeskripsikan sistem tata surya dan posisi penyusun tata surya
9.2 Mendeskripsikan peristiwa rotasi bumi, revolusi bumi dan revolusi bulan
9.3 Menjelaskan terjadinya gerhana bulan dan gerhana matahari
Sedangkan Kompetensi dasar yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah Kompetensi Dasar 7.2 Menyajikan informasi
tentang perpindahan dan perubahan energi listrik.
3. Materi Pokok Tentang Sumber Energi Listrik dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada Kelas VI Semester II
Sumber energi listrik adalah sesuatu yang dapat menghasilkan
energi listrik, dengan kata lain bahwa sumber listrik merupakan benda-
benda yang dapat menghasilkan listrik. Sebagai contoh generator, batu
baterai, aki, dan dinamo sepeda. Pada setiap sumber listrik terdapat dua
kutub, yaitu kutub positif (+) dan kutub negatif (-).
a. Generator
Generator adalah sumber energi listrik yang paling besar yang
banyak terdapat pada pusat pembangkit listrik. Beberapa jenis
pembangkit listrik berdasarkan tenaga penggeraknya, yaitu:
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi/geothermal (PLTPB),
Gambar 1. Bagian-bagian Generator
b. Baterai
Sumber energi listrik yang sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari yaitu baterai. Baterai sering disebut pula sebagai energi
listrik energi kering dan merupakan sumber energi listrik yang paling
mudah diperoleh. Baterai berisi karbon, seng, dan zat-zat kimia lain.
Baterai tersusun dari beberapa lapisan. Bagian luar baterai adalah seng. Bagian dalamnya ada zat kimia berbentuk serbuk hitam terdiri dari
campuran larutan salmiak dan batu kawi. Di tengah-tengah baterai
terdapat batang arang atau batang karbon yang keras. Ujung baterai
yang menonjol disebut kutub positif. Ujung yang satu lagi, yaitu dasar baterai disebut kutub negatif. Bahan-bahan kimia yang terkandung pada baterai ini dapat berubah menjadi energi listrik apabila kedua
kutub itu dihubungkan dengan seutas kabel. Pada baterai terjadi
perubahan energi kimia menjadi energi listrik. Tegangan listrik pada
baterai sekitar 1,5 Volt.
Gambar 2. Bagian-bagian baterai
c. Aki ( akumulator )
Sumber energi listrik yang menggunakan cairan ialah
akumulator (accu) atau aki. Aki (akumulator) sering pula disebut baterai basah yang terdiri atas lempengan logam timbal dan timbal
peroksida yang dicelupkan ke dalam larutan asam sulfat. Dalam aki,
logam timbal dan timbal peroksida bereaksi dengan asam sulfat
sehingga logam timbal menjadi kutub negatif dan timbal peroksida
menjadi kutub positif. Perbedaan potensial antara kedua kutub aki
yang ada di pasaran berkisar dari 6 volt, 9 volt, 12 volt, 24 volt, dan 50
volt.
Setelah pemakaian aki pada kurun waktu yang lama akan
memepengaruhi kemampuan aki dalam menghasilkan energi listrik.
Namun hal ini dapat diperbaharui dengan cara penyetruman ulang
yaitu kondisi dimana kutub positif (+) dan kutub negatif (-) aki
dihubungkan dengan kutub positif dan negatif sumber listrik searah
Seng
Batang karbon
lainnya yang tegangan listriknya sudaah disesuaikan menggunakan alat
penurun tegangan. Pada saat mengisi aki, energi listrik diubah menjadi
energi kimia, sedangkan pada saat digunakan, pada aki terjadi
perubahan energi kimia menjadi energi listrik. Aki biasa digunakan
untuk menghidupkan mesin kendaraan bermotor.
Gambar 3.
Bagian-Bagian Aki (Akumulator)
d. Dinamo
Dinamo merupakan alat yang mampu mengubah energi gerak
menjadi energi listrik. Dinamo terdiri atas kumparan yang ditempatkan
di tengah medan magnet. Ketika kepala dinamo berputar, kumparan
akan ikut berputar pada medan magnet yang nantinya akan
menghasilkan energi listrik. Semakin cepat putaran, maka semakin
besar pula energi listrik yang dihasilkan. Prinsip kerja dinamo sama
Dinamo sepeda menghasilkan listrik dengan cara induksi
elektromagnetik, yaitu gerakan kumparan di antara medan magnet
yang menghasilkan listrik. Dinamo mengubah energi mekanik (gerak)
pada saat sepeda dijalankan menjadi energi listrik. Pada saat sepeda
dijalankan, kepala dinamo yang berhubungan langsung dengan magnet
akan berputar menimbulkan arus listrik pada kumparan.
Gambar 4. Bagian-bagian Dinamo
E. Pembelajaran Kooperatif
1. Hakekat Pembelajaran Kooperatif
Secara sederhana kooperatif berarti mengerjakan sesuatu dengan
bersama-sama dan saling membantu antara satu dengan yang lain. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa pembelajaran kooperatif adalah
menyangkut teknik pengelompokan yang didalamnya siswa bekerja
terarah pada tujuan bersama-sama dalam kelompok kecil yang pada
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang sekarang
banyak direspon sejalan dengan pendekatan konstruktivisme karena dalam
pembelajaran kooperatif ini siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi
dan berinteraksi social dengan temannya untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Sementara Guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator.
Dalam pembelajaran ini pengetahuan siswa dibangun sendiri dan mereka
bertanggungjawab atas hasil pembelajarannya.
Pembelajaran kooperatif menyediakan banyak perilaku yang perlu
dilakukan oleh siswa. Pertama, siswa terlibat dalam tingkah laku
mendefinisikan, menyaring, dan memperkuat sikap-sikap, kemampuan,
dan tingkah laku-tingkah laku dalam partisipasi social. Kedua,
memperlakukan orang lain dengan penuh pertimbangan kemanusiaan, dan
memberi semangat penggunaan pemikiran rasional ketika mereka bekerja
sama untuk mencapai tujuangoisasi, kerjasama, consensus dan pentaatan
peraturan mayoritas ketika bekerjasama untuk menyelesaikan tugas-tugas
mereka, dan membantu meyakinkan bahwa setiap kelompoknya belajar.
Ketika mereka berusaha mempelajari isi dan kemampuan yang
diharapkan, mereka juga menemukan dan memecahkan konflik,
menangani berbagai problema dan membuat pilihan-pilihan yang
merefleksikan situasi-situasi pribadi dan social yang memungkinkan
mereka temukan dalam perkembangan dunia ini.
Beberapa ahli menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tidak
juga berguna untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis,
bekerjasama, dan membantu teman.
Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk pembelajaran IPA
dan IPS. Namun, Juliati (2000) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif lebih tepat digunakan dalam pembelajaran IPS. Hasil penelitian
Suryadi (1999) pada pembelajaran Matematika menyimpulkan bahwa
salah satu pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan kemampuan
berfikir siswa adalah pembelajaran kooperatif.
Dalam pembelajaran kooperatif Guru tidak lagi mendominasi
dalam kegiatan belajar mengajar, siswa dituntut untuk berbagi informasi
dengan siswa lainnya dan saling belajar mengajar sesame mereka.
Masyarakat pendidikan sekarang semakin menyadari pentingnya para
siswa melatih kemampuan ketrampilan berfikir kritis, memecahkan
masalah serta menggabungkan kemampuan dan keahliannya.
Beberapa ciri pembelajaran kooperatif adalah: (a) setiap anggota
memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, (c)
setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan juga
teman sekelompoknya, (d) Guru membantu mengembangkan ketrampilan
baik ketrampilan interpersonal dalam kelompok maupun ketrampilan
berfikir siswa, (e) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan utama pembelajarn kooperatif adalah agar peserta didik
dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara
saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang
lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat
mereka secara berkelompok.
Dengan melaksanakan pembelajaran kooperatif siswa
memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, disamping juga
bisa melatih siswa untuk memiliki ketrampilan baik ketrampilan berfikir
(thinking skill) maupun ketrampilan social (social skill), seperti
ketrampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan
masukan orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi
timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kelas (Stahl, 1994)
Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk
mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan secara penuh
dalam suasana belajar yang penuh demokratis.
Pada dasarnya dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan sebagaimana dirangkum Ibrahim
dalam Isjoni. Ketiga tujuan tersebut adalah: hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan ketrampilan
social.
Hasil belajar, beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran
sehingga meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan
norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Penerimaan terhadap perbedaan individu, adalah penerimaan
secara luas dari orang-orang yang berbeda secara budaya, social, ras,
kemampuan dan ketidakmampuan.
Tujuan yang penting dalam pembelajaran kooperatif adalah
mengajarkan kepada siswa untuk mengembangkan ketrampilan
bekerjasama, berfikir dan kolaborasi. Ketrampilan social ini perlu sebab
generasi muda sekarang kurang dalam ketrampilan sosialnya.
3. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Bennet (1995) menyatakan ada lima unsure dasar yang dapat
membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:
a. Positive interdependence.
Positive interdependence adalah hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama. Kondisi ini memungkinkan
setiap siswa merasa adanya ketergantungan yang positif antar
kelompok dalam menyelesaikan tugas yang menjadi
tanggungjawabnya.
b. Interaction face to face.
Interaction face to face adalah interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara. Dalam interaksi ini tidak hanya
menonjolkan kemampuan individu tetapi adanya hubungan timbal
c. Adanya tanggungjawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam
anggota kelompok.
Tujuan pembelajaran kooperatif dalam hal ini ingin
menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat
pribadinya yang akan menciptakan hubungan antar pribadi,
mengembangkan ketrampilan social dan memelihara hubungan kerja
yang efektif.
d. Membutuhkan keluwesan.
Keluwesan bertujuan agar hubungan kerja dalam kelompok
berjalan dengan efektif.
e. Meningkatkan ketrampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah.
F. Kerangka Berpikir
Penggunaan metode kerja kelompok dalam kegiatan pembelajaran
sangat berpengaruh pada perkembangan prestasi siswa. Siswa diberi lebih
banyak waktu berpikir, bertukar pengalaman dengan teman, dan menemukan
pengetahuan baru, untuk merespons dan saling membantu satu sama lain.
Dengan begitu, siswa dapat mempertimbangkan lebih banyak mengenai apa
yang dijelaskan oleh guru maupun apa yang telah dialaminya, sehingga siswa
mendapatkan pengalaman belajar yang meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif mereka (Kunandar, 2007:363,367). Metode pembelajaran ini,
dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik,
Oleh karena itu dengan metode kerja kelompok diharapkan siswa
dapat belajar dengan teman sebaya, mereka tidak sungkan untuk menanyakan
sesuatu yang belum mereka pahami. Belajar dengan teman sebaya lebih dapat
dengan mudah diterima. Pada akhirnya, siswa akan terbentuk menjadi
manusia yang utuh (secara fisik, psikologis dan kemampuan berpikir) serta
menjadi makhluk sosial yang baik. Sehingga dengan penggunaan metode kerja
kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan kooperatif
bagi siswa kelas VI semester 2 SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran
2010/2011 .
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada kajian teori tersebut di atas, penelitian ini dilakukan
dengan harapan bahwa dengan menggunakan metode kerja kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan kooperatif siswa terhadap mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan materi sumber
energi listrik bagi siswa kelas VI semester 2 SDK Sorowajan tahun pelajaran
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif untuk mengukur tingkat prestasi belajar siswa. Menurut Nana
Syaodih (2008:54) penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang
berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian deskriptif tidak
mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi
menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi ini dapat
secara individual atau kelompok dan menggunakan angka-angka.
Sedangkan penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
kelompok. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama,
menggambarkan dan mengungkapkan dan kedua menggambarkan dan
menjelaskan. (Nana Syaodih, 2008: 60)
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian
deskriprif kualitatif adalah suatu penelitian untuk menggambarkan,
mengungkapkan, menjelaskan, dan menganalisis fenomena-fenomena yang
ada baik secara kelompok atau individu yang berlangsung pada saat ini atau
Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti merencanakan
perbaikan pembelajaran yang terencana sebagai upaya untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi sumber energi listrik
dengan metode kerja kelompok.
Penggunaan metode kerja kelompok diharapkan dapat meningkatkan
ketertarikan siswa untuk mengikuti pembelajaran IPA sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan metode kerja kelompok siswa
juga dapat melihat atau ikut aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan
perbaikan ini dilakukan dalam dua siklus, tiap-tiap siklus terdiri dari kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Menurut Kasbolah (2001:10) tahapan dalam setiap siklus dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5. Desain Siklus
Siklus I Siklus II
Rencana tindakan
Observasi
Pelaksanaan tindakan Refleksi
Rencana tindakan
Refleksi Pelaksanaan tindakan
B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Sorowajan, yang
beralamat di Jalan Sorowajan No. 111, Kelurahan Banguntapan,
Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Kanisius
Sorowajan yang berjumlah 36 siswa, laki-laki 21 siswa dan perempuan 15
siswa.
3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang sumber energi
listrik siswa kelas VI SD Kanisius Sorowajan semester 2 tahun ajaran
2010/2011.
4. Waktu Penelitian
Pengambilan data dilakukan dari tanggal 4 sampai 13 April tahun
2011. Jadwal kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
Tabel 2. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Tahun 2011 Tahun 2012
Okt Nov Des Jan Feb Maret
1 Pengumpulan data kondisi
awal
9
2 Observasi 9
3 Ijin pengambilan data 9
4 Pengambilan data 9
5 Analisis data 9
6 Penyusunan laporan 9 9
7 Ujian skripsi 9
8 Revisi laporan skripsi 9
C. Rencana Tindakan 1. Persiapan
Persiapan penelitian tindakan kelas ini disusun sebagai berikut.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan beberapa persiapan di
antaranya:
a. Permintaan ijin kepada Kepala SD Kanisius Sorowajan.
Permintaan ijin disini dimaksudkan agar kegiatan penelitian
dapat berjalan dengan lancar oleh persetujuan pihak sekolah dan
mendapatkan data yang sesuai.
b. Wawancara.
Wawancara di sini dimaksudkan untuk mencari informasi
guru dalam menyampaikan materi belajar. Informasi-informasi
diperoleh dengan hasil wawancara dari para guru.
c. Identifikasi masalah.
Setelah diperoleh data dari hasil wawancara maka peneliti
dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi dan menentukan tindak
lanjutnya.
d. Menyusun Silabus, RPP, LKS, dan media belajar.
e. Membuat kisi-kisi dan soal untuk tes atau evaluasi pada siklus I dan
siklus II.
2. Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan terdapat prosedur-prosedur. Prosedur
penelitian ini meliputi prosedur umum dan prosedur khusus.
a. Prosedur umum
Secara umum kegiatan pembelajaran ini didasarkan pada
sistematika sebagai berikut:
1) Kegiatan awal
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru pada
awal pembelajaran, misalnya mengucapkan salam, mengecek
kehadiran siswa dan yang terpenting adalah mengadakan apersepsi
untuk menarik perhatian siswa agar lebih bersemangat mengikuti
2) Kegiatan Inti
Kegiatan ini berisi tentang langkah-langkah pembelajaran
yang akan diberikan kepada siswa. Langkah-langkah pembelajaran
tersebut juga harus runtut, jelas, dan sistematis supaya siswa dapat
menerima pembelajaran yang diberikan guru dengan mudah. Selain
itu dalam kegiatan inti guru juga memberikan soal evaluasi untuk
mengetahui sejauh mana kemajuan belajar siswa.
3) Kegiatan Akhir
Kegiatan ini berupa kegiatan penutup dimana guru dan
siswa dapat menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah
dilakukan dan mengadakan refleksi untuk mengetahui apakah
siswa masih mengalami kesulitan atau tidak.
b. Prosedur Khusus
Siklus I
1) Pertemuan 1
a) Perencanaan
Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti terlebih
dahulu menyusun perangkat pembelajaran yaitu:
(1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
materi sumber -sumber energi listrik berupa generator.
(2) Menyusun lembar kerja siswa.
(3) Menyusun penilaian kemampuan siswa.
b) Pelaksanaan
(1) Kegiatan awal
(a) Salam pembuka dan berdoa.
(b) Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa.
(c) Mengadakan apersepsi: tanya-jawab mengenai
pengertian sumber-sumber energi listrik
- Apa yang dimaksud sumber energi listrik ?
- Apa yang kamu ketahui tentang generator ?
(d) Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang materi
sumber-sumber energi listrik berupa generator.
(2) Kegiatan Inti
(a) Siswa dibagi dalam enam kelompok, setiap kelompok
terdiri dari enam siswa.
(b) Siswa mengamati secara kelompok berbagai macam
sumber listrik dan mendengarkan penjelasan guru.
(c) Siswa ditunjuk ke depan untuk mengambil beberapa
benda dan menjelaskan kegunaannya.
(d) Siswa mengamati secara kelompok komponen
penyusun generator dari gambar dan menyimak
penjelasan guru.
(e) Siswa ditunjuk ke depan untuk menyebutkan komponen
dari generator sesuai dengan apa yang telah didengar
(f) Siswa mengerjakan soal yang akan diberikan oleh guru
dalam bentuk LKS secara berkelompok.
(3) Kegiatan akhir
(a) Guru menunjuk beberapa kelompok untuk membacakan
hasil pengerjaan soal dalam setiap kelompok.
(b) Guru memberikan pembahasan mengenai soal terkait
untuk memberikan kejelasan bagi siswa.
(c) Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran tadi
secara bersama-sama.
(d) Refleksi
(e) Salam penutup
c) Observasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti pada waktu
berlangsungnya kegiatan belajar. Observasi yang dilakukan
adalah mencatat peristiwa yang terjadi selama pelaksanaan
tindakan.
d) Refleksi
Peneliti menyimpulkan hasil pengamatan atau
observasi berupa catatan dan data dari hasil pelaksanaan
tindakan tentang jalannya pembelajaran dan kendala-kendala
yang dihadapi. Data tersebut digunakan untuk menilai apakah
pelaksanaan tindakan tersebut lebih efektif dan efisien untuk
tindakan. Temuan di atas digunakan dasar untuk melaksanakan
perencanaan berulang dan menentukan langkah-langkah
berikutnya.
2) Pertemuan 2
a) Perencanaan
Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti terlebih
dahulu menyusun perangkat pembelajaran yaitu:
(1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
materi sumber-sumber energi listrik berupa baterai.
(2) Menyusun lembar kerja siswa.
(3) Menyusun soal evaluasi siklus I dan kunci jawaban.
(4) Menyusun penilaian.
(5) Menyiapkan alat dan gambar sebagai media pembelajaran.
b) Pelaksanaan
(1) Kegiatan awal
(a) Salam pembuka dan berdoa.
(b) Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa.
(c) Mengadakan apersepsi: tanya-jawab tentang sumber
energi listrik berupa baterai.
- Mengapa baterai disebut elemen kering?
- Jelaskan arti tulisan 1,5 V 1A!
(d) Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang
(2) Kegiatan Inti
(a) Siswa dibagi dalam enam kelompok, setiap kelompok
terdiri dari enam siswa.
(b) Siswa mengamati cara guru merangkai baterai dalam
suatu rangkaian listrik.
(c) Siswa ditunjuk untuk merangkai baterai ke dalam suatu
rangkaian listrik.
(d) Siswa mengamati secara kelompok komponen
penyusun baterai dari gambar dan menyimak penjelasan
guru.
(e) Siswa ditunjuk ke depan untuk menyebutkan komponen
penyusun baterai sesuai dengan apa yang telah didengar
dari penjelasan guru.
(f) Siswa mengerjakan soal yang akan diberikan oleh guru
dalam bentuk LKS secara berkelompok.
(3) Kegiatan akhir
(a) Guru menunjuk beberapa kelompok untuk membacakan
hasil pengerjaan soal dalam setiap kelompok.
(b) Guru memberikan pembahasan mengenai soal terkait
untuk memberikan kejelasan bagi siswa.
(c) Siswa mengerjakan soal evaluasi siklus I.
(d) Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran tadi
(e) Refleksi
(f) Salam penutup
c) Observasi
Observasi pada siklus I pertemuan kedua ini peneliti
masih mengamati kegiatan belajar dan mencatat
peristiwa-peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran. Kegiatan
observasi ini dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh
gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan
proses pembelajaran, dan pengaruh tindakan yang dipilih
terhadap kondisi kelas.
d) Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengadakan upaya evaluasi
yang dilakukan guru dalam penelitian tindakan kelas. Refleksi
di sini dilakukan dengan cara berdiskusi terhadap berbagai
masalah yang muncul selam proses pembelajaran. Pada
kegiatan refleksi ini juga diungkapkan aspek-aspek mengapa,
bagaimana, dan sejauh mana tindakan yang dilakukan mampu
memperbaiki masalah secara bermakna. Melalui kegiatan inilah
peneliti menentukan keputusan untuk melakukan siklus
Siklus II
1) Pertemuan 3
a) Perencanaan
Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti terlebih
dahulu menyusun perangkat pembelajaran yaitu:
(1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
materi sumber-sumber energi listrik berupa akumulator.
(2) Menyusun lembar kerja siswa.
(3) Menyusun penilaian kemampuan siswa.
(4) Menyiapkan gambar sebagai media pembelajaran.
b)Pelaksanaan
(1) Kegiatan awal
(a) Salam pembuka dan berdoa.
(b) Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa.
(c) Mengadakan apersepsi: tanya-jawab mengenai
pengetahuan sumber-sumber energi listrik
- Apa yang dimaksud sumber energi listrik?
- Mengapa akumulator disebut elemen basah?
- Perubahan energi apa yang terjadi saat pemakaian
dan penyetruman akumulator?
(d) Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang materi
(2) Kegiatan Inti
(a) Siswa dibagi dalam sembilan kelompok, setiap
kelompok terdiri dari empat siswa.
(b) Siswa mengamati secara kelompok komponen
penyusun akumulator dari gambar dan menyimak
penjelasan guru.
(c) Siswa ditunjuk ke depan untuk menunjukkan
komponen penyusun akumulator sesuai dengan apa
yang telah didengar dari penjelasan guru.
(d) Siswa mendengarkan instruksi dari guru mengenai
tugas pada setiap kelompok.
(e) Siswa mengerjakan soal yang akan diberikan oleh guru
dalam bentuk LKS secara berkelompok.
(3) Kegiatan akhir
(a) Guru menunjuk beberapa kelompok untuk
membacakan hasil pengerjaan soal dalam setiap
kelompok.
(b) Guru memberikan pembahasan mengenai soal terkait
untuk memberikan kejelasan bagi siswa.
(c) Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran tadi
secara bersama-sama.
(d) Refleksi
c) Observasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti pada waktu
berlangsungnya kegiatan belajar. Observasi yang dilakukan
adalah mencatat peristiwa yang terjadi selama pelaksanaan
tindakan.
d)Refleksi
Peneliti menyimpulkan hasil pengamatan atau
observasi berupa catatan dan data dari hasil pelaksanaan
tindakan tentang jalannya pembelajaran dan kendala-kendala
yang dihadapi. Data tersebut digunakan untuk menilai apakah
pelaksanaan tindakan tersebut lebih efektif dan efisien untuk
menemukan daftar permasalahan yang muncul pada saat
tindakan. Temuan di atas digunakan dasar untuk melaksanakan
perencanaan berulang dan menentukan langkah-langkah
berikutnya.
2) Pertemuan 4
a) Perencanaan
Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti terlebih dahulu
menyusun perangkat pembelajaran yaitu:
(1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
materi sumber-sumber energi listrik berupa dinamo (lebih
spesifik pada dinamo sepeda).
(3) Menyusun soal evaluasi dan kunci jawaban.
(4) Menyusun penilaian.
(5) Menyiapkan gambar sebagai media pembelajaran.
b) Pelaksanaan
(1) Kegiatan awal
(a) Salam pembuka dan berdoa.
(b) Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa.
(c) Mengadakan apersepsi: tanya-jawab tentang sumber
energi listrik berupa dinamo.
- Apa yang kamu ketahui tentang dinamo?
- Perubahan energi apakah yang terjadi pada dinamo
sepeda?
(d) Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang
sumber-sumber energi listrik berupa dinamo.
(2) Kegiatan Inti
(a) Siswa dibagi dalam sembilan kelompok, setiap
kelompok terdiri dari empat siswa.
(b) Siswa mengamati secara kelompok komponen
penyusun dinamo dari gambar dan menyimak
penjelasan guru.
(c) Siswa ditunjuk ke depan untuk menunjukkan komponen
penyusun dinamo sesuai dengan apa yang telah