• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan dividen merupakan salah satu keputusan penting perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan dividen merupakan salah satu keputusan penting perusahaan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan dividen merupakan salah satu keputusan penting perusahaan dan merupakan bagian integral dari keputusan pembelanjaan perusahaan. Terdapat dua alasan mengenai pentingnya kebijakan dividen. Alasan pertama, pembayaran dividen dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham perusahaan. Apabila dividen yang dibayarkan tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya apabila dividen yang dibayarkan kecil, maka harga saham juga rendah. Alasan kedua pentingnya kebijakan dividen adalah karena laba ditahan merupakan sumber dana internal terbesar dan terpenting bagi pertumbuhan perusahaan. Pembagian dividen akan mengurangi kas perusahaan sehingga dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasi maupun investasi akan berkurang.

Bradley et al (1998) menyatakan kebijakan dividen merupakan inti keuangan perusahaan. Ditegaskan juga bahwa hubungan nilai-nilai fundamental keuangan perusahaan disebut sebagai dividen. Nilai dari semua ekuitas perusahaan sama dengan nilai sekarang dari semua dividen masa depan.

Dividen kas merupakan tingkat pengembalian investasi bagi para pemegang saham atau investor atas kepemilikan saham yang diterbitkan oleh perusahaan lain. Dividen kas merupakan arus kas keluar yang mengurangi kas bagi pihak perusahaan. Kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi akan berkurang dengan membagikan dividen kas. Dividen kas dapat menjadi sinyal

(2)

bagi kreditor, mengenai kecukupan kas perusahaan untuk membayar bunga dan bahkan melunasi pokok pinjaman (Suharli, 2007).

Deitiana (2011) menyatakan bahwa kebijakan dividen merupakan keputusan yang diambil perusahaan untuk menentukan seberapa besar bagian dari laba bersih yang diperoleh untuk dibagikan sebagai dividen atau sebagai laba yang ditahan. Pihak manajemen pada umumnya menahan kas untuk melunasi hutang dan untuk meningkatkan investasi perusahaan. Pengurangan hutang akan mengurangi arus kas keluar berupa beban bunga. Investasi dapat memberikan pengembalian berupa arus kas masuk bagi perusahaan. Para pemegang sahamdi pihak lain, mengharapkan dividen kas dalam jumlah yang relatif besar sebagai imbalan atas investasinya pada saham perusahaan. Kondisi ini dari segi teori keagenan dipandang sebagai konflik antara prinsipal (pemegang saham) dan agen (manajemen).Dalam perspektif teori keagenan, konflik ini dilatarbelakangi oleh adanya asimetri informasi. Agen sebagai pihak yang mempunyai informasi lebih banyak melakukan tindakan oportunistik yang menguntungkan dirinya sendiri. Konflik utama terjadi ketika prinsipal menerima pembayaran kas dalam jumlah yang lebih kecil.

Konflik kepentingan antara prinsipal dan agen menimbulkan biaya keagenan. Jumlah biaya ini dapat diminimalkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan kedua pihak tersebut.Salah satu mekanisme pengawasan pemegang saham terhadap manajemen dapat berupa kebijakan dividen kas (Crutchley dan Hansen, 1989; Bradley et al, 1998; Suharli, 2007; Bhattacharyya dan Elston, 2008). Pemegang

(3)

saham berusaha menjaga agar pihak manajemen tidak terlalu banyak memegang kas, karena kas yang banyak dapat menjadi stimulus bagi manajemen untuk menikmati kas tersebut untuk kepentingan mereka sendiri. Manajemen di sisi lain, membatasi arus kas keluar yang berupa pembayaran dividen kas yang jumlahnya terlalu besar untuk beberapa alasan, seperti: untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, untuk menambah investasi perusahaan, dan untuk melunasi hutang perusahaan.

Penetapan jumlah yang tepat untuk dibayarkan sebagai dividen merupakan sebuah keputusan keuangan yang sulit bagi pihak manajemen. Keputusan ini biasanya dihubungkan dengan keputusan investasi dan pendanaan. Besar kecilnya dividen yangakan dibayarkantergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan, sehingga perlu bagi pihak manajemen untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Kebijakan dividen pada dasarnya adalah penentuan seberapa besar porsi keuntungan yang akan diberikan kepada pemegang saham dan yang akan ditahan sebagai retained earnings. Perbandingan antara dividen dengan keuntungan merupakan rasio pembayaran dividen (Hatta, 2002).

Banyaknya faktor yang menjadi pertimbangan kebijakan dividen, sehingga sulit untuk menyimpulkan yang mana paling dominan pengaruhnya. Salah satunya adalah investment opportunity set (IOS). IOS menurut Pagalung (2003), merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (assets in place) dan opsi investasi di masa yang akan datang, dimana IOS tersebut akan mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Menurut Smith dan Watts

(4)

(1994), hubungan antara kebijakan investasi dan dividen dapat didentifikasi melalui arus kas perusahaan. Semakin besar jumlah investasi dalam suatu periode tertentu, akan semakin kecil dividen yang diberikan. Smith dan Watts juga menemukan bahwa perusahaan yang tumbuh cenderung untuk mengikuti kebijakan pembayaran dividen yang lebih rendah untuk menurunkan masalah-masalah agensi yang berasosiasi dengan kebebasan aliran kas perusahaan.Hasil penelitian Sunarto (2004) menemukan hasil yang bertentangandengan temuan Smith dan Watts, yaitu bahwa IOS berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Adapun argumen pendukung yang disampaikan bahwa pengaruh positifdan signifikannya IOS pada dividend payout ratio menunjukkan free cash flow hypothesis lebih berlaku dan tidak mendukung signalling hypothesis.

Menurut maturity hypothesis yang dikembangkan oleh Grullon, et al (2002), usia perusahaan memiliki pengaruh terhadap kemampuan perusahaan membayarkan dividen. Perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk membayarkan dividen yang lebih besar karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang mengalami peralihan dari tahap pertumbuhan tinggi ke tahap pertumbuhan yang rendah (tahap mapan). Perusahaan yang telah mapan mempunyai IOS rendah atau perusahaan mendanai investasinya dalam jumlah rendah, sehingga perusahaan memiliki arus kas bebas yang tinggi. Menurut free cash flow hypothesis, perusahaan yang memiliki arus kas bebas yang tinggi akan mampu membayar dividen yang tinggi.

(5)

Hasil penelitian Darmawan (2011) menemukan bahwa usia perusahaan memiliki pengaruh signifikan dengan arah hubungan yang positif terhadap dividen. Penelitian variabel umur perusahaan sebagai variabel pemoderasi pengaruh IOS pada kebijakan dividen tunai belum banyak ditemukan pada literatur di Indonesia. Ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya, mengindikasikan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi variabel kebijakan dividen tunai. Umur perusahaan dalam penelitian ini diduga berfungsi sebagai variabel yang memoderasi pengaruh IOS pada kebijakan dividen tunai. Menurut Weston dan Copeland (1995) dalam melakukan kebijakan dividen khususnya bagi perusahaan yang sudah mapan dan mempunyai catatan profitabilitas yang baik dan laba stabil, mempunyai peluang yang besar untuk masuk ke pasar modal dan bentuk-bentuk pembiayaan eksternal lainnya dibandingkan dengan perusahaan kecil yang baru.Perusahaan yang sudah mapan cenderung mempunyai tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil dan baru.

Menurut Sumarto (2007) ketika perusahaan sudah berada pada masa maturity, dimana pada saat itu penerimaan yang diperoleh sudah cukup besar, sedangkan kebutuhan pemupukan dana tidak begitu besar maka dividen yang dibayarkan dapat diperbesar. Perusahaan yang memiliki peluang investasi yang besar ditambah usia yang dewasa dan mapan maka, akan semakin besar jumlah dividen tunai yang dibagikan. Pada perusahaan yang menginvestasikan dana terlalu banyak akan menyebabkan jumlah dividen tunai yang dibagikan kepada pemegang saham berkurang, tetapi usia yang dewasa dan mapan akan mampu memperlemah hipotesis tersebut. Hal tersebut disebabkan karena saat itu

(6)

perusahaan telah memiliki banyak cadangan laba untuk diinvestasikan tanpa harus mengurangi proporsi dividen tunai yang akan dibagikan kepada pemegang saham.

Menurut Murhadi (2008)teori daur hidup menyatakan bahwa

pengembangan strategi yang paling pas adalah dengan memperhatikan tahapan daur hidup perusahaan. Besarnya dividen harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan maupun kebutuhan para pemegang saham. Perusahaan yang berada pada tahapan growth cenderung memiliki tingkat pembayaran dividen yang rendah, pertumbuhan penjualan yang tinggi, dan umur yang relatif muda. Sedangkan perusahaan pada tahap mature memiliki karakteristik pembayaran dividen yang lebih tinggi, pertumbuhan penjualan yang rendah, capital expenditure yang rendah, dan umur yang relatif tua (Anthony dan Ramesh, 1992).

Adapun motivasi penelitian ini pertama adalah masih adanya ketidakkosistenan hasil penelitian sebelumnya mengenai hubungan IOS dengan kebijakan dividen tunai. Kedua, masih terbatasnya penelitian mengenai IOS yang dikaitkan dengan kebijakan dividen terutama setelah masa krisis. Menurut Puspitasari dan Kholifah (2007) penelitian mengenai IOS yang dikaitkan dengan kebijakan dividen masih belum banyak dilakukan setelah masa krisis pada tahun 1997-1998, di mana dianggap sebagai tahunrecovery setelah krisis. Indikator-indikator ekonomi Indonesia pada tahun tersebut mulai menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dan banyak perusahaan-perusahaan yang memulai lagi usahanya (Herdinata, 2009). Ketiga, untuk memberikan bukti empiris baru dengan melakukan pengujian lebih spesifik mengenai pengaruh IOS pada kebijakan dividen tunai perusahaan dengan memasukkan variabel umur

(7)

perusahaan sebagai variabel pemoderasi. Keempat, adanya bukti empiris dari hasil penelitian Sunarto (2004) yang menemukan bahwa umur perusahaan dapat membedakan besaran Dividend Payout Ratiodan IOS.Sebagian besar perusahaan sampel penelitian merupakan perusahaan yang telah cukup lama beroperasi dan menjalankan bisnisnya, umur rata-rata perusahaan sampel adalah 34,7 tahun. Sunarto menyatakan secara umum perusahaan pada umur tersebut sudah dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang mapan dan berada dalam tahap dewasa (maturity) kegiatannya lebih terfokus pada upaya menghasilkan keuntungan dan membagikannya kepada para pemegang sahamnya. Perusahaan pada tahap maturity ini telah memiliki banyak cadangan laba untuk diinvestasikan kembali tanpa harus mengurangi proporsi dividen bagi pemegang saham yang sebagian besar juga merupakan pemegang saham pengendali. Oleh karena itu, diduga bahwa umur perusahaan dapat berfungsi sebagai variabel moderasi yang mempengaruhi kuatnya pengaruh IOS pada kebijakan dividen tunai perusahaan.

Periode penelitian ini adalahdari 2006 sampai dengan tahun 2011. Adapun alasan pemilihan periode tersebut karena merupakan periode waktu sebelum disahkannya Undang-undang No. 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Otoritas Jasa Keuangan merupakan suatu lembaga pengawas keuangan yang bersifat independen dalam menjalankan tugas, kedudukannya berada di luar pemerintahan serta berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat. Proteksi investor merupakan hal yang sangat penting karena dapat mendorong perkembangan pasar modal.

(8)

Bagi investor, disahkannya undang-undang tentang OJK memberikan jaminan proteksi yang lebih baik. Struktur kepemilikan saham di negara-negara Asia Tenggara pada umumnya terkonsentrasi dan konflik utama yang biasa terjadi dalam kondisi kepemilikan seperti ini adalah konflik antara pemegang saham mayoritas dan minoritas mengenai masalah pengendalian (Nurwulandari, 2010). La Porta, dkk (2000) mengkategorikan Indonesia sebagai negara yang menganut civil law dan memiliki proteksi investor yang lemah. Negara yang memiliki proteksi investor yang lemah, tercermin dari konsentrasi pengendalian pada beberapa investor besar. Pada situasi seperti ini dividen dianggap sebagai mekanisme yang efisien untuk mengatasi masalah keagenan.

La Porta, dkk (2000) berargumen bahwa proteksi investor yang lebih baik berasosiasi dengan dividend payout yang tinggi, dan sebaliknya proteksi investor yang lemah akan berasosiasi dengan dividend payout yang rendah. Pemegang saham yang terproteksi dengan baik akan bersedia menerima pembayaran dividen yang rendah dan tingkat reinvestasi yang tinggi dari perusahaan yang memiliki peluang pertumbuhan yang tinggi karena adanya keyakinan investasi tersebut akan menghasilkan pembayaran dividen yang lebih tinggi. Konsekuensinya adalah ketika proteksi investor baik, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi seharusnya memiliki dividend payout yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rendah. Hal ini akan berbeda ketika yang ada berupa proteksi investor yang lemah. Ketika proteksi terhadap investor lemah pemegang saham cenderung lebih memilih menerima dividen tanpa memperhatikan apakah perusahaan tersebut bertumbuh atau tidak.

(9)

Variabel kebijakan dividen tunai dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan dividend payout ratio. Rasio Market to Book Value of Assets (MBA) digunakan sebagai proksi IOS, sedangkan variabel umur perusahaan diproksi dengan formula tahun berjalan dikurangi tahun berdirinya perusahaan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan membagi sampel penelitian ke dalam masing-masing tahap siklus hidup perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Variabel yang diteliti pengaruhnya pada kebijakan dividen dalam penelitian ini adalah IOS dengan umur perusahaan sebagai variabel pemoderasi. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah:

a. Apakah IOS mempengaruhi kebijakan dividen tunai perusahaan?

b. Apakah umur perusahaan mempengaruhi hubungan antara IOS dan kebijakan dividen tunai perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh IOS pada kebijakan dividen tunai perusahaan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan umur perusahaan sebagai variabel pemoderasi.

1.3.2 Tujuan khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

a. Untukmemperoleh bukti empiris mengenai pengaruh IOS pada kebijakan dividen tunai perusahaan.

(10)

b. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh IOS pada kebijakan dividen tunai perusahaan dengan umur perusahaan sebagai variabel pemoderasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara praktis maupun akademis. Manfaat praktis yang diharapkan, yaitu:

a. Bagi investor, analis, dan pemerhati investasi, hasil penelitian ini dapat memberikan acuan pengambilan keputusan investasi sehubungan dengan pengembalian berupa dividen tunai perusahaan, dan

b. Bagi manajemen emiten, penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan untuk menentukan besarnya dividen tunai yang dibayarkan.

Sedangkan manfaat akademis yang diharapkan, yaitu:

a. Bagi kepentingan ilmu pengetahuan, khususnya analisis pasar modal, dalam penelitian ini penulis akan berusaha seoptimal mungkin melakukan pendekatan terhadap permasalahan yang terjadi berdasarkan metode ilmiah, sehingga diharapkan dapat memberikanmanfaat dalam perkembangan ilmu akuntansi dan keuangan mengenai kajian empiris pembayaran dividen tunai,

b. Bagi penulis, penelitian ini akan menambah wawasan pengetahuan dan daya nalar sebagai bagian dari proses belajar sehingga dapat lebih memahami aplikasi dari teori-teori yang diperoleh selama kuliah dan dibandingkan dengan praktek sesungguhnya, dan

(11)

c. Bagi peneliti lain yang berkeinginan untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan hasil penelitian-penelitian ini sebagai rujukan mengenai pembayaran dividen tunai.

Referensi

Dokumen terkait

Keberadaan Kantor Diklatda Kabupaten Jembrana yang statusnya belum terakreditasi, selama ini dalam penyelenggaraan Diklat-Diklat masih bekerja sama dengan pihak-pihak

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa corporate strategy, cash holding, leverage, dan profitabilitas memiliki pengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan variabel

sebagai acuan kiai untuk menerima berupa kehendak untuk mengubah dirinya agar lebih baik lagi. Berbagai macam santri yang mondok ada yang bekas preman, akan tetapi pengasuh

Para Ulama secara keseluruhan telah bersepakat bahwa arah kiblat bagi penduduk Makkah atau orang-orang yang dapat langsung melihat Ka’bah, maka dalam hal ini

Pada tahun 2017 Kabupaten Purbalingga menyediakan 2017 rumah sederhana khusus subsidi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).Penyediaan rumah bagi MBR merupakan wujud

Di Jawa Barat sendiri, Pekan Olahraga Daerah (PORDA) XII- 2014 yang dilaksanakan di Kabupaten Bekasi Merupakan Momentum yang sangat berharga menyongsong PON ke

Abstrak: Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dengan menerapkan model