39 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran partisipasi penelitian
(Sumber: www.kelurahankumpulrejo.blogspot.com) Gambar 4.1 Peta Kelurahan Kumpulrejo
Randuares adalah salah satu dusun yang berada di
waliayah Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Salatiga.
Berdasarkan Sistem Informasi Kelurahan (SIK) 2015 Kota Salatiga,
jumlah penduduk di Dusun Randuares sebanyak 1597 jiwa.
Komposisi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
menunjukkan perbedaan antara jumlah penduduk laki-laki dan
40
jumlah penduduk perempuan. Masing-masing sebesar 808 jiwa dan
789 jiwa.
Porsi jumlah penduduk perempuan lebih sedikit jika
dibandingkan dengan porsi jumlah penduduk laki-laki. Selain itu
mayoritas pendidikan di Dusun Randuares adalah pada tingkat SD
(22,73%). Hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi status gizi
masyarakat setempat mengingat peran perempuan sebagai ibu
rumah tangga yang akan mempengaruhi pola pengasuhan dan pola
makan yang dihidangkan. Mayoritas pekerjaan di Dusun Randuares
adalah pelajar/mahasiswa (19,47%). Hal ini akan berpengaruh pada
status pekerjaan dan pendapatan dalam keluarga yang dampaknya
pada status gizi masyarakat.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di Dusun Randuares, Kelurahan
Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo pada tanggal 15 April 2016 – 5 Mei 2016. Selama 20 hari peneliti mendapatkan 56 responden dari
69 kuesioner yang dibagikan. Hal ini disebabkan ada beberapa
keluarga yang jumlah balitanya lebih dari satu, ada keluarga yang
pindah rumah serta usia balita yang sudah lebih dari 5 tahun.
Dalam penelitian ini peneliti mengalami beberapa hambatan
atau kendala yaitu: saat pengambilan kuesioner yang sudah
41
harus menunggu terlebih dahulu untuk diisi. Peneliti kesulitan
mencari rumah calon responden karena data yang didapat hanya
nama balita, sehingga warga disana kurang familier dengan nama
tersebut.
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Analisa Univariat
Pada analisa ini peneliti menggambarkan karakteristik
responden secara keseluruhan. Karakteristik yang ditampilkan
meliputi: pendidikan ibu, pekerjaan ibu, penghasilan keluarga,
status gizi balita pada ibu yang bekerja dan ibu yang tidak
bekerja, serta pola asuh dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
ibu bekerja dan ibu tidak bekerja.
a. Gambaran karakteristik ibudan balita di Dusun Randuares
Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo
Tabel 4.1Distribusi pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan penghasilan keluarga
Variabel Jumlah (n) Persentase (%)
Pendidikan ibu Tidak Sekolah 0 0% SD 6 11% SMP 23 41% SMA 17 30% Perguruan Tinggi 10 18% Total 56 100%
42 Pekerjaan ibu Tidak bekerja 26 46% Bekerja 30 54% Total 56 100% Penghasilan Keluarga 1 juta 25 45% > 1 juta 31 55% Total 56 100%
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pendidikan ibu di
Dusun Randuares Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan
Argomulyo lebih banyak ada pada tingkat SMP (41%),
selain itu masih ada yang hanya pada tingkat SD (11%).
Kondisi ini dapat menghambat tercapainya pemenuhan
nutrisi balita apabila ibu tidak mendapatkan informasi yang
baik tentang kebutuhan nutrisi balita. Tabel 4.1 juga
menunjukkan bahwa ibu yang bekerja (54%) lebih banyak
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja (46%),
sehingga peran ibu kurang optimal dalam mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu, tabel 4.1
menunjukkan bahwa penghasilan keluarga untuk
memperkuat dukungan keluarga dalam mempertahankan
kebutuhan nutrisi anak cukup baik dengan sebagian
43
b. Gambaran komponen pola asuh dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi di Dusun Randuares Kelurahan
Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo
Tabel 4.2 Distribusi persiapan dan penyimpanan bahan makanan, peran keluarga dalam mempertahankan pemenuhan kebutuhan nutrisi balita, kemampuan ibu dalam memilih makanan yang sehat padaibu bekerja dan tidak bekerja
Responden Variabel Jumlah (n)
Persentase (%)
Ibu Bekerja
Persiapan dan penyimpanan bahan makanan
Tidak baik 5 16,67
Baik 25 83,33
Total 30 100
Peran keluarga dalam mempertahankan pemenuhan kebutuhan nutrisi balita
Tidak baik 3 26,67
Baik 22 73,33
Total 30 100
Kemampuan ibu dalam memilih makanan yang sehat Tidak baik 3 10 Baik 27 90 Total 30 100 Ibu Tidak Bekerja
Persiapan dan penyimpanan bahan makanan
Tidak baik 4 15,38
Baik 22 84,62
Total 26 100
Peran keluarga dalam mempertahankan pemenuhan kebutuhan nutrisi balita
Tidak baik 4 23,08
Baik 22 76,92
44
Kemampuan ibu dalam memilih makanan yang sehat
Tidak baik 3 11,54
Baik 23 88,46
Total 26 100
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada kelompok ibu
yang bekerja dan tidak bekerja memiliki pola asuh dalam
pemenuhan nutrisi yang baik. Hal tersebut terlihat dari
persiapan dan penyimpanan bahan makanan ibu bekerja dan
tidak bekerja dalam ketegori baik. Masing-masing sebesar
83,33% dan 84,62%. Peran keluarga ibu bekerja dan tidak
bekerja dalam mempertahankan pemenuhan kebutuhan
nutrisi anak dalam kategori baik, yaitu sebesar 73,33% dan
76,92%. dan kemampuan ibu bekerja dan tidak bekerja
dalam memilih makanan yang sehat juga dalam kategori baik,
yaitu sebesar 90% dan 88,46%.
c. Gambaran status gizi anak usia 1 – 5 tahun di Dusun Randuares Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo
Tabel 4.3 Distribusi status gizi anak usia 1 – 5 tahun
Responden Variabel Jumlah (n) Persentase (%) Ibu Bekerja
Status gizi balita
Gizi buruk 0 0
Gizi kurang 5 16,67
Gizi baik 21 70
Gizi lebih 4 13,33
45 Ibu Tidak
Bekerja
Status gizi balita
Gizi buruk 0 0 Gizi kurang 3 11,54 Gizi baik 23 88,46 Gizi lebih 0 0 Total 26 100 Keterangan :
Penghitungan berdasarkan klasifikasi status gizi menggunakan Z- score atau Standar Deviasi unit (SD) berdasarkan indeks BB/U Standar Buku Antropometri WHO-NCHS
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa balita pada ibu yang
bekerja memiliku status gizi baik sebanyak 70% dan pada
ibu yang tidak bekerja sebanyak 88,46%. Namun masih ada
balita dengan status gizi kurang pada ibu bekerja dan tidak
bekerja. Masing-masing sebesar 16,67% dan 11,5%. Selain
itu, balita dengan status gizi lebih ditunjukkan pada ibu
bekerja sebanyak 13,33% dan tidak ditemukanbalita dengan
status gizi buruk pada ibu bekerja dan tidak bekerja.
4.3.2 Analisa Bivariat
Tujuan dilakukan analisa bivariat adalah untuk menguji
hipotesis, hubungan antara suatu variabel bebas dan variabel
terikat. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square. Hipotesis dapat diterima atau tidak dilihat dari pvalue. Jika p
value> 0,05 maka tidak ada hubungan namun jika p value< 0,05 maka ada hubungan.
46
a. Hubungan persiapan dan penyimapanan bahan makanan
ibu bekerja dan tidak bekerja dengan status gizi anak usia 1 – 5 tahun di Dusun Randuares Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo
Tabel 4.4 Analisis hubungan persiapan dan penyimpanan makanan ibu bekerja dan tidak bekerja dengan status gizi anak usia 1 – 5 tahun
Responden Persiapan dan penyimpanan Status gizi Gizi
kurang Gizi baik
Gizi lebih Total p value n % n % n % n % 0,596 Ibu Bekerja Tidak baik 1 3,33 4 13,3 0 0 5 16,7 Baik 3 10 18 60 4 13,3 25 83,3 Total 4 13,3 22 73,3 4 13,3 30 100 Ibu Tidak Bekerja Tidak baik 0 0 4 15,4 0 0 4 15,4 0,668 Baik 3 11,5 19 73,1 0 0 22 84,6 Total 3 11,5 23 88,5 0 0 26 100
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa persiapan dan
penyimpanan bahan makanan ibubekerja dan tidak bekerja
dalam kategori baik dengan status gizi baik, masing-masing
sebesar 60% dan 73,1%. Walaupun persiapan dan
penyimpan baik, tetapi masih ada status gizi balita kurang
pada ibu bekerja dan tidak bekerja, yaitu sebesar 10% dan
11,5%. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara persiapan dan penyimpanan makanan ibu
47
tahun di Dusun Randuares Kelurahan Kumpulrejo
Kecamatan Argomulyo (p value> 0,05).
b. Hubungan peran keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja
dalam mempertahankan pemenuhan kebutuhan nutrisi
dengan status gizi anak usia 1 - 5 tahun di Dusun
Randuares Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo
Tabel 4.5 Analisis hubungan peran keluarga ibu bekerjadan tidak bekerja dalam mempertahankan pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan status gizi anak usia 1 - 5 tahun
Responden Peran keluarga
Status gizi
Gizi
kurang Gizi baik
Gizi lebih Total p value n % n % n % n % 0,481 Ibu Bekerja Tidak baik 1 3,33 2 6,67 0 0 3 10 Baik 3 10 20 66,7 4 13,3 27 90 Total 4 13,3 22 73,3 4 13,3 30 100 Ibu Tidak Bekerja Tidak baik 1 3,85 3 11,5 0 0 4 15,4 0,360 Baik 2 7,7 20 76,9 0 0 22 84,6 Total 3 11,6 23 88,5 0 0 26 100
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar
keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja ikut berperan dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi anak, yaitu masing-masing
sebesar66,67%dan 76,9%. Hasil analisis juga menunjukkan
bahwa walaupun peran keluarga ibu bekerja dan tidak
bekerja dalam mempertahankan pemenuhan kebutuhan
nutrisi anak dalam kategori baik, tetapi masih ada status gizi
48
Hal ini didukung dengan hasil uji chi-square yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara peran
keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja dalam
mempertahankan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu
bekerja dengan status gizi anak usia 1 – 5 tahun di Dusun Randuares Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo (p
value> 0,05).
c. Hubungan kemampuan ibu bekerja dan tidak bekerja dalam
memilih makanan yang sehat dengan status gizi anak usia
1 – 5 tahun di Dusun Randuares Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo
Tabel 4.6 Analisis hubungan kemampuan ibu bekerja dan tidak bekerja dalam memilih makanan yang sehat dengan status gizi anak usia 1 – 5 tahun
Responden Kemampuan ibu
Status gizi
Gizi
kurang Gizi baik
Gizi lebih Total p value n % n % n % n % 0,256 Ibu Bekerja Tidak baik 1 3,33 1 3,33 1 3,33 3 10 Baik 3 10 21 70 3 10 27 90 Total 4 13,3 22 73,3 4 10,3 30 100 Ibu Tidak Bekerja Tidak baik 1 3,85 2 7,7 0 0 12 11,5 0,209 Baik 2 7,7 21 80,8 0 0 23 88,5 Total 3 11,6 23 88,5 0 0 26 100
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa kemampuan ibu
bekerja dan tidakbekerja dalam memilih makanan sehat
masing-49
masing sebesar 70% dan 80,8%. Hasil analisis juga
menunjukkan bahwa walaupun kemampuan ibu bekerja dan
tidak bekerja dalam memilih makanan sehat baik, namun
status gizi balita kurang sebesar 10% dan 7,7%. Hal ini
didukung dengan hasil uji chi-squareyang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kemampuan ibu bekerja
dan tidak bekerja dalam memilih makanan sehat dengan
status gizi anak usia 1 – 5 tahun di Dusun Randuares Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo (p value > 0,05).
4.4 Pembahasan
4.4.1 Hubungan pola asuh ibu bekerja dan ibu tidak bekerja dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan status gizi anak usia 1 – 5 tahun di Dusun Randuares Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo
a. Hubungan persiapan dan penyimpanan makanan ibu
bekerja dan ibu tidak bekerja dengan status gizi anak usia
1 – 5 tahun di Dusun Randuares Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo
Kebanyakan ibu bekerja biasanya membelanjakan
bahan makanan yang akan dimasak, tetapi karena
keterbatasan waktu yang dimiliki ibu bekerja mempercayai
50
atau orang lain untuk mengolah dan memasak bahan
makanan tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Adriani & Kartika (2013), bahwa pada orang tua
yang bekerja anak lebih sering diasuh oleh neneknya
sehingga pola makan sesuai dengan kemauan
nenekberdasarkan kebiasaan turun-temurun.Misalnya,
nenek seringkali memberikan pisang yang dikerok dan
dicampur dengan nasi lalu diberikan kepada anak.
Walaupun persiapan dan penyimpanan makanan
dilakukan dengan baik, namun belum tentu akan
mempengaruhi status gizi balita jika tidak diimbangi dengan
asupan nutrisi yang optimal. Menurut penelitian yang
dilakukan Masithah et al. (2005), kurang terjaminnya makanan dan kesehatan anak bisa menjadi salah satu
faktor yang menghantarkan anak menderita kurang gizi.
Walaupun persiapan dan penyimpanan makanan tidak
langsung mempengaruhi status gizi balita, persiapan dan
penyimpanan makanan harus tetap diperhatikan dengan
baik dan benar karena jika tidak maka dapat menghilangkan
atau merusak kandungan gizinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Purwaningrum &
Wardani (2012), menyatakan bahwa makanan berpengaruh
51
dan pemasakan bahan makanan perlu diperhatikan karena
berpengaruh terhadap kandungan gizi terutama pada
vitamin dan mineral (Supariasa, 2001). Masakan yang
dimasak terlalu matang akan merusak bahkan
menghilangkan kadar gizi yang ada dalam bahan makanan
tersebut. Selain itu perlu diperhatikan saat mengupas,
memotong maupun mencuci bahan makanan karena jika
kurang benar akan menghilangkan kandungan gizinya.
Menurut BPOM (2003), cara penyimpanan bahan
makanan yang baik adalah menyimpanan bahan makanan
maupun produk pangan di tempat yang bersih, menyimpan
bahan makanan dan bahan tambahan harus secara
terpisah, bahan makanan yang mudah menyerap air harus
disimpan di tempat yang kering, serta penyimpanan bahan
baku harus sesuai dengan suhu penyimpanannya.
Drummond (1996) dalam Hendra (2008) menambahkan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mempertahankan
kandungan gizi dalam makanan dan menghindari dari
kuman penyakit, yaitu: memilih bahan makanan yang segar
dan berkualitas, menyimpan buah dan sayur dalam lemari
pendingin untuk dapat menghambat kehilangan enzim pada
makanan (kecuali pisang hijau, kentang dan jamur), tidak
52
dengan cepat tanpa merendamnya terlebih dahulu, tidak
merebus sayuran dengan air yang banyak dan jangka waktu
lama karena akan menghilangkan kandungan zat gizinya,
serta menggunakan wadah bercorak untuk menyimpan
makanan karena jika tidak cahaya bisa merusak ribovlafin
yang terkandung di dalamnya.
Promosi dan pendidikan kesehatan adalah salah
satu strategi yang bisa dilakukan untuk mempertahankan
dan meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya
pemenuhan kebutuhan nutrisi anak yang optimal.Dalam
promosi ini ibu-ibu diajarkan cara mempersiapkan dan
menyimpan makanan dengan baik dan benar dan
memberikan edukasi tentang pentingnya mempertahankan
kandungan gizi dalam makanan. Hal lain yang bisa
dilakukan adalah dengan berbagi cerita dan pengalaman
tentang makanan yang seimbang serta variasi menu
makanan bagi balita antar ibu-ibu dan tenaga kesehatan.
b. Hubungan peran keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja
dalam mempertahankan pemenuhan kebutuhan nutrisi
dengan status gizi anak usia 1 – 5 tahun di Dusun Randuares Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo
Peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
53
dianut keluarga tentang gizi, tradisi makan atau kebiasaan
makan keluarga (Holman dalam Friedman et al. 2003). Karyadi (1985) menambahkan bahwa pola asuh makan
pada balita berkaitan dengan kebiasaan makan yang telah
ditanamkan sejak awal pertumbuhan manusia. Menurut
Brooks (2011), dalam pemenuhan nutrisi, orang tua baik
ayah maupun ibu diharapkan bekerja sama memberikan
nutrisi yang optimal sesuai dengan tumbuh kembang anak
dan membantu anak dalam mengembangkan kebiasaan
makan yang sehat.
Dalam penelitian ini peran keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi anak dalam kategori baik.
Penelitian yang telah dilakukan Mirayanti (2012),
menyatakan bahwa dalam pemenuhan nutrisi orang tua
memiliki peran dalam mencontohkan anak untuk
mengkonsumsi makanan sehat. Namun, lingkungan
disekitarnya juga ikut mempengaruhi kebiasaan makan
balita (Brooks, 2011). Balita biasanya akan meniru cara
makan dan kebiasaan saudara atau temannya sehingga
akan mempengaruhi pola makan (Judarwanto, 2004).
Ibu bekerja mempunyai waktu yang terbatas dalam
mengasuh dan mendidik anaknya dibandingkan dengan ibu
54
&Bauer (2006), ibu yang tidak bekerja dapat mengatur pola
makan anak dengan baik, sehingga anak mendapat
makanan yang sehat dan bergizi dibandingkan dengan ibu
yang bekerja. Hal ini didukung penelitian Diana (2006), yang
menyatakan bahwa ibu bekerja harus berbagi waktu antara
bekerja, pekerjaan domestik dan mengasuh serta mendidik
anaknya.
Hal yang harus diperhatikan orang tua adalah
pengawasan dalam mempertahankan pemenuhan
kebutuhan nutrisi anak. Ibu bekerja harus dapat
menyesuaikan waktunya antara pekerjaan dan mengurus
anaknya. Sedangkan ibu yang tidak bekerja diharapkan
dapat mengoptimalkan perannya dalam mempertahankan
pemenuhan kebutuhan nutrisi anak.
c. Hubungan kemampuan ibu bekerja dan ibu tidak bekerja
dalam memilih makanan sehat dengan status gizi anak usia
1 – 5 tahun di Dusun Randuares Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo
Sebuah studi yang dilakukan di daerah perkotaan
Lesotho Afrika, menunjukkan bahwa kemampuan ibu dalam
praktek pemberian makan dipengaruhi oleh pendidikan
(Klemesu et al. 2000). Selain itu, hasil penelitian Liu et al.
55
keluarga akan berpengaruh terhadap sikap ibu dalam
pemberian makanan yang tepat pada keluarga khususnya
anak.Keluarga dengan status ekonomi rendah hanya
mampu memberikan makanan yang seadaanya dan kurang
beragam, sedangkan keluarga dengan status ekonomi yang
cukup biasanya membiarkan anak untuk makan jajanan
warung maupun makanan atau minuman yang dijual di
pinggir jalan seperti cilokdan lain-lain.
Kemampuan ibu dalam memilih makanan yang sehat
yang dimaksud adalah ibu mampu menyajikan atau
memberikan makanan yang sehat sesuai dengan daya beli
keluarga. Ibu bekerja dan ibu tidak bekerja sebenarnya
mampu memilih makanan sehat dengan baik, tetapi
sebagian besar ibu belum mampu untuk menerapkannya.
Temuan ini sama dengan hasil penelitian Rakhmawati
(2013) yang menyatakan bahwa banyak ibu balita yang
sudah memiliki pengetahuan yang bagus mengenai makan
anak namun masih belum dapat berperilaku secara tepat
seperti adanya variasi makanan pada anak sejak dini.
Penelitian Cholic (2009) menunjukkan bahwa sikap
ibu dalam memilih makanan anak banyak dipengaruhi oleh
anaknya. Pada ibu bekerja, mereka selalu memenuhi apa
56
penelitian Linuriya (2014) yang menyatakan bahwa ibu
bekerja selalu memanjakan anaknya dengan cara menuruti
semua permintaan dan keinginan anak, tujuannya agar anak
tidak merasa kekurangan perhatian atau kasih sayang dari
ibunya. Pada kelompok ibu yang tidak bekerja, rasa malas
dan kurang variasi dalam menyajikan makanan menjadi
faktor penghambat anak mendapatkan makanan yang
sehat. Hal ini didukung oleh penelitian Rakhmawati (2013),
yang menyatakan bahwa faktor malas dan status ekonomi
pada keluarga merupakan alasan utama ibu
menghidangkan makanan yang sama dan dalam porsi yang
kecil.
Langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan ibu dalam memberikan makanan yang sehat
pada anak adalah dengan diadakannya pelatihan dan
penyuluhan tentang variasi dan pemberian makanan yang
sehat dan baik untuk anak.
Terlepas dari itu membangun kesadaran ibu bekerja
maupun ibu yang tidak bekerja merupakan hal yang sangat
penting untuk dilakukan. Seorang ibu diharapkan tetap
mengawasi, mendampingi, mengontrol pemilihan dan
pemberian bahan atau produk makanan dan minuman