• Tidak ada hasil yang ditemukan

( Word to PDF Converter - Unregistered )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "( Word to PDF Converter - Unregistered )"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah kitab suci yang berasal dari Allah swt. Keberadaan al-Qur’an telah ditetapkan sebagai kitab suci yang dalam konteks teologis akan senantiasa terpelihara di sepanjang masa. Keterlibatan Allah swt. secara langsung dan manusia dalam memelihara al-Qur’an menjadikannya selalu eksis, baik secara lafaz maupun makna, dan karena itu pulalah al-Qur’an menjadi mukjizat. Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia, ia diturunkan dengan membawa kebenaran yang di dalamnya tidak terdapat keraguan. Dengan al-Qur’an, manusia mendapat bimbingan, petunjuk, nasihat, dan pelajaran. Itulah sebabnya, Allah swt. memerintahkan kepada umat manusia seluruhnya agar memperhatikan dan mempelajari al-Qur’an. Lebih lanjut M. Quraish Shihab menegaskan bahwa “mempelajari al-Qur’an adalah kewajiban”. Salah satu usaha yang harus dilakukan dalam mempelajari al-Qur’an, dan berupaya memahaminya secara akurat adalah menafsirkannya.

Kegiatan tafsir al-Qur’an telah dimulai sejak masa Nabi saw. dan tafsir pada masa ini tidak mengalami banyak persoalan dikarenakan Rasul sendiri yang menjadi

(2)

sumber tafsir, beliau sebagai the first interpreter atau al-mufassir awwal, orang pertama yang menafsirkan al-Qur’an dan menjelaskan kepada umatnya. Beliau senantiasa dalam bimbingan wahyu untuk memahami setiap kalam yang diturunkan Allah kepadanya. Beliau menjadi penjadi penafsir tunggal di masanya, beliau menjadi rujukan tunggal bagi setiap persoalan pemahaman atas wahyu yang telah disampaikan kepada umatnya, meski dalam kasus-tertentu Nabi saw. meminta pandangan sahabatnya atas wahyu yang diturunkan kepadanya.

Meskipun di masa Nabi belum dikenal disiplin ilmu yang berdiri sendiri dalam memahami al-Qur’an, namun Allah swt. memberikan jaminan kepada Nabi saw., mengenai terpeliharanya pemahaman Nabi terhadap al-Qur’an dan kemampuan untuk menjelaskannya dengan baik, sehingga penafsiran di masa Nabi ini tidak dapat diragukan lagi.

Sepeninggal Nabi saw. kegiatan penafsiran al-Qur’an semakin mendapat perhatian dari kalangan sahabat. Sahabat adalah generasi pertama penerima risalah Islam yang langsung diberikan mandat oleh Rasulullah saw., sahabat juga adalah sumber ketiga dalam penafsiran al-Qur’an secarama’s\u>r, setelah penafsiran antara al-Qur’an dengan al-Qur’an dan penafsiran al-Qur’an dengan Sunnah. Penafsiran sahabat dijadikan sebagai rujukan ketiga dalam penafsiran al-Qur’an didasarkan pada kualifikasinya terhadap pengetahuan dan pemahaman al-Qur’an, hal mana ketika al-Qur’an diturunkan mereka berada disisi Rasulullah saw. sekaligus mendengar

(3)

langsung keterangan dan penjelasan dari Rasulullah saw. mengenai isi dan kandungan al-Qur’an serta makna-maknanya. Penafsiran sahabat merupakan pondasi awal dalam menafsirkan al-Qur’an yang pada gilirannya melahirkan aliran-aliran tafsir di masa tabi‘in. Di masa berikutnya, tafsir menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri, dan terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Ini berarti bahwa al-Qur’an sangat terbuka untuk ditafsirkan. Kaitannya dengan itu, Muhammad Ghalib menyatakan bahwa bila al-Qur’an ditafsirkan, semakin terbentang luas nilai-nilai yang belum dapat diselami, dan semakin terasa pula bahwa al-Qur’an benar-benar obyek kajian yang tidak pernah kering. Harifuddin Cawidu juga menyatakan bahwa al-Qur’an menjadi obyek kajian yang tidak pernah kering oleh para cendekiawan, baik muslim maupun non muslim, sehingga ia tetap aktual sejak diturunkannya empat belas abad yang lalu. Begitu intensnya pengkajian al-Qur’an, maka sampailah ia pada penemuan paradigma baru, dan konsepsi baru, terutama yang berkaitan dengan ilmu tafsir, sebagai pengetahuan mengenai cara yang ditempuh dalam menelaah, membahas dan atau merefleksikan kandungan al-Qur’an secara apresiatif berdasarkan kerangka konseptual tertentu.

Ilmu tafsir memiliki berbagai macam cabang, dan penamaannya, di antaranya adalah kisah al-Qur’an. Ketika al-Qur’an mengemukakan suatu berita masa lampau yang dalam istilah ilmu tafsir adalah kisah, terkadang alur ceritanya sepotong-potong, namun terkadang pula alur ceritanya tuntas. Hal seperti ini menjadi keunggulan al-Qur’an dalam mengungkapkan suatu kisah. Kisah al-Qur’an menjadi salah satu

(4)

kajian spesifik dan banyak mendapat perhatian dari kalangan mufasir. Itu disebabkan, kisah al-Qur’an memberi gambaran tentang kejadian-kejadian masa lampau yang dapat dijadikan‘ibrah (kisah teladan) untuk masa sekarang. Dalam artian bahwa, kisah dalam al-Qur’an bukan saja dimaksudkan sebagai uraian sejarah tentang kehidupan bangsa-bangsa atau pribadi tertentu, tetapi sebagai bahan pelajaran bagi umat manusia. al-Qur’an lebih menekankan mengenai apa yang terjadi, bagaimana akibatnya dan bagaimana sifat sifat pelakunya. Hampir semua kisah yang ada dalam al-Qur’an berkisar sekitar perjuangan para nabi dalam menyeru umatnya ke jalan Tuhan dan akibat yang diderita oleh orang-orang yang menentangnya.

Kisah para nabi dan rasul Allah, serta umat-umat terdahulu yang terungkap dalam al-Qur’an, terkadang disertai dengan tafsiran-tafsiran yang tidak jelas sumbernya. Tafsiran yang demikian ini disebut denganal-Dakhīl. Kisah yang disertaial-Dakhīlitu banyak ditemukan pada kitab-kitab tafsir klasik dan kontemporer, yang pada gilirannya menuntut pemahaman yang akurat tentangnya. Al-Dakhīl pada kitab-kitab tafsir klasik secara umum berada dalam kerangka tafsīr bi al-ma’śūr, dan yang selainnya adalah tafsīr bi al-ra’y.

Keberadaan al-Dakhīl dianggap sebagai penyimpangan dan penyusupan makna dalam penafsiran al-Qur’an, terutama tafsir ayat-ayat tentang al-ila>hiyyat (teologis), al-nubuwwa>t (kenabian), al-sam’iyya>t (akuistik), dan al-kauniyya>t (alam semesta). karena itu, mengkajial-Dakhīl sebagai sebuah sub disiplin ilmu tafsir

(5)

diharapkan menjadi filter untuk menjernihkan al-Qur’an dari interpretasi-interpretasi yang keluar dari apa yang dimaksud oleh pemilik kalam yaitu Allah swt.

Al-Dakhīlsebagai sebuah ilmu atau metode tafsir berkorelasi erat dengan studi al-Qur’an karena selain di dalamnya dikaji pokok-pokok bahasan ilmu al-Qur’an, juga memuat kajian terhadap kitab-kitab tafsir dan kecenderungan serta metode para penulis tafsir, yang sangat menarik untuk diteliti. Alasan lain pentingnya mengkaji al-Dakhīl adalah karena ia memang relatif baru muncul dan belum populer sebagai salah satu bagian dari ilmu tafsir, terutama dalam menyingkap penyimpangan-penyimpangan dalam penafsiran terutama terkait dengan kisah-kisah dalam al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah

Berdasar dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka pokok masalah yang menarik untuk dikaji lebih lanjut dalam tesis ini adalah bagaimana aplikasial-Dakhīlterhadap penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-Qur’an?

Dari rumusan pokok masalah yang telah ditetapkan, maka sub-sub masalah yang menjadi fokus pembahasan dalam tesis ini, dibatasi pada tiga permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana keberadaan al-Dakhīl pada penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-Qur’an?

(6)

kisah dalam al-Qur’an?

3. Bagaimana pengaruhal-Dakhīl terhadap penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-Qur’an?

C. Definisi Operasional

Untuk memperoleh pemahaman yang jelas terhadap fokus pembahasan kajian tesis ini, serta menghindari kesalahpahaman (mis-undertanding) terhadap ruang lingkup penelitiannya, maka perlu dikemukakan batasan definisi operasional terhadap beberapa variabel yang terkandung dalam judul penelitian dimaksud, yakni al-Dakhīl, tafsir, al-Qur’an dan kisah.

Al-Dakhīl (الدخيل) artinya sesuatu yang masuk, menyusup dengan berbagai cara, yang dalam kamus al-Muh}īt} diartikan sebagai sesuatu yang masuk ke dalam tubuh manusia ataupun akalnya berupa penyakit atau sesuatu yang jelek. Ah}mad Syah}āt}ah menyatakan al-Dakhīlmerupakan suatu penyakit atau aib yang masuk ke alam tubuh atau ke dalam makanan sehingga merusaknya, sedangkan masyarakat Arab memaknainya sebagai suatu kata atau bahasa asing yang masuk dan bercampur ke dalam bahasa Arab. Jadi secara singkat dapat dirumuskan batasan pengertianal-Dakhīl sebagai suatu rekayasa, aib dan kerusakan disebabkan adanya sesuatu yang masuk dan menyelinap kepadanya dari luar yang tidak memiliki asal sedikitpun dalam objek yang dimasukinya.

(7)

Secara istilah, al-Dakhīl adalah bentuk penafsiran al-Qur’an yang tidak memiliki sumber jelas dalam Islam, baik itu tafsir menggunakan riwayat-riwayat hadis lemah dan palsu, ataupun menafsirkannya dengan teori-teori sesat sang penafsir karena sebab lalai ataupun disengaja. Secara ringkat Abdul Wahhāb al-Najjār memaknai definisial-Dakhīldengan, menafsirkan al-Qur’an dengan metode dan cara yang diambil bukan dari Islam, termasuk cerita-cerita Isrā’i>li>yya>t yang tidak kuat asal usulnya. Dengan demikianal-Dakhīlmerupakan bagian dari ilmu tafsir dan kegiatan tafsir.

Yang dimaksud dengan tafsir adalah kegiatan menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an. Kata tafsir dalam bahasa Arab berasal dari kata fassara yang berarti menjelaskan (al-ibānah), membuka (al-kasyf), dan menampakkan makna yang tersembunyi (iz}hār al-ma‘na al-ma'qūl). Dari sini kemudian dipahami bahwa tafsir sebagai alat untuk memahami isi al-Qur’an. Bisa juga didefinisikan bahwa tafsir merupakan kegiatan ilmiah berupa usaha memahami dan mengeluarkan kandungan al-Qur’an. Abd. Muin Salim membedakan batasan tafsir atas dua macam. Pertama, tafsir sebagaimas}dar berarti menguraikan dan menjelaskan apa-apa yang dikandung al-Qur’an berupa makna-makna, rahasia-rahasia dan hukum-hukum. Kedua, tafsir sebagaimaf’ūlberarti ilmu yang membahas koleksi sistematis darinatījah penelitian terhadap al-Qur’an dari segi dilālah-nya yang dikehendaki Allah sesuai dengan kadar kemampuan manusia. Berkenaan itu, istilah tafsir dalam tesis ini merujuk pada batasan pertama yang telah dikemukakan, yang menjadi obyek tafsir adalah al-Qur’an.

(8)

Al-Qur’an dalam penelitian tesis ini sepenuhnya merujuk pada batasan ulama sebagai yang dikemukakan Mannā’ al-Qat}t}ān, yakni :

القرآن الكريم هو معجزة الإسلام الخالدة التى لايزيدها التقدم

العلمى، أنزله الله على رسولنا محمد صلى الله عليه و سلم ليخرج

الناس من الظلمات إلى النور، ويهديهم إلى الصراط المستقيم.

Artinya :

Al-Qur’an al-Karim adalah mukjizat agama Islam yang kekal, ia selalu diperkuat kemajuan iptek, diturunkan oleh Allah swt. kepada rasul kita Muhammad saw yang berfungsi untuk mengeluarkan (membimbing) manusia dari kegelapan menuju pada cahaya kebenaran, dan sebagai pemberi petunjuk kepada mereka pada jalan yang lurus.

Dari batasan definisi di atas, dipahami bahwa al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam dan merupakan mukjizat yang tidak ada bandingnya. Ajaran al-Qur’an tidak ditelan masa karena ia senantiasa sesuai dengan situasi dan kondisi, diturunkan kepada Nabi saw melalui perantaraan malaikat Jibril yang fungsinya adalah sebagai bimbingan, tuntunan, pedoman, petunjuk pada jalan kebenaran yang akan membawa pada kebahagiaan hidup bagi umat Islam, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dari sekian fungsinya dan tema-tema di dalam al-Qur’an, kisah-kisah peristiwa masa lalu, sejarah nabi dan umat terdahulu merupakan salah satu bagian yang bisa menjadi pelajaran atau ibrah bagi perjalanan kehidupan umat manusia selanjutnya.

(9)

al-Qat}t}an sebagai peristiwa yang diceritakan dalam al-Qur’an yang benar-benar terjadi tentang keadaan umat-umat terdahulu dan nabi-nabi yang yang telah lalu. Dengan demikian, kisah al-Qur’an lebih dekat kepada pengertian sejarah, karena sejarah adalah kejadian masa lampau umat manusia yang tidak dapat direkonstruksi secara utuh, sebab masa lampau manusia sebagian besar tidak dapat ditampilkan kembali.

Pengungkapan kisah dalam al-Qur’an seringkali mengungkap keadaan para nabi dan rasul serta umat mereka, dan hal yang demikian ini menjadi kajian dalam tesis ini. Di dalam al-Qur’an dijumpai banyak kisah, terutama yang berkenaan dengan misi kerasulan atau kenabian dan umat masa lampau. Kisah-kisah demikian dapat ditemui hampir dalam sebagian besar penafsiran ayat-ayat dalam al-Qur’an yang disertai dengan unsural-Dakhīl. Dari sini kemudian dirumuskan bahwa yang menjadi ruang lingkup kajian tesis ini adalah tafsiran ayat-ayat tentang kisah, yakni kisah para nabi dan umat terdahulu yang dalam penafsirannya terdapat unsural-Dakhīl.

D. Tinjauan Pustaka

Dari berbagai karya ilmiah berupa literatur tafsir dan ilmu tafsir yang membahas tentang al-Dakhīl belum ditemukan satupun sumber yang berjudul al-Dakhīl dalam Penafsiran al-Qur’an yang khusus menganalisis penyimpangan-penyimpangan tafsir ayat-ayat tentang kisah. Dengan kata lain bahwa pembahasan yang memiliki obyek kajian serupa dengan judul dan permasalahan dalam pembahasan tesis ini, belum pernah

(10)

dilakukan oleh para penulis, peneliti, dan pengkaji lainnya. Namun demikian, dari berbagai buku dan atau literatur kepustakaan yang ditelusuri tersebut, sebagian di antaranya ada yang hampir memiliki persamaan dengan pembahasan yang penulis akan lakukan. Literatur-literatur tersebut misalnya karya Ibrāhim Abd. Rah}mān Muh}ammad Khalīfah, yang berjudulal-Dakhīl fī al-Tafsīr, sebuah buku daras yang dijadikan rujukan utama dalam perkuliahan Ilmu al-Dakhīl pada Universitas al-Azhar Kairo, Mesir. Buku ini setebal 590 halaman yang isinya menguraikan secara komprehensif tentang pengertian al-Dakhīl, latar belakang ilmu al-Dakhīl, serta perbedaan para ulama dalam hal al-Dakhīl yang berkategori penyimpangan dan penyusupan tafsir berdasarkan metode tafsirbil ma’s\u>rdanbi al-ra’y.

Buku yang ditulis Khalīfah itu dapat dijadikan sebagai sumber rujukan dalam penelitian tesis ini, karena di dalam bahasannya ditemukan kajian kritik atas beberapa kitab tafsir yang menggunakanal-Dakhīl, walaupun tulisan Khalīfah dalam bukunya itu tidak membahas tentang al-Dakhīl terhadap tafsiran ayat-ayat tentang kisah, kisah nabi-nabi dan umat terdahulu sebagaimana yang penulis bahas secara mendalam dalam tesis ini.

Ditemukan pula karya Jamāl Mus}t}āfa Abd. Al-H{amīd Abd Wahha>b al-Najjār berjudulUs}ūl al-Dakhīl fī Tafsīr Āyi al-Tanzīl, menguraikan aliran-aliran dan jalur-jalur terjadinya al-Dakhīl. Namun karya ini dapat dikatakan uraiannya belum lengkap dan maksimal mengkaji masalah al-Dakhīlkarena sifatnya hanya metodologis,

(11)

sama halnya dengan metode tafsir yang hanya sampai pada tataran teori yang dalam aplikasial-Dakhīl tidak dijelaskannya, sehingga aplikasial-Dakhīlterhadap ayat-ayat kisah dalam al-Qur’an tidak ditemukan dalam buku ini, akan tetapi tetap dapat dijadikan acuan sebagai sumber inspirasi dalam mengenali konsep al-Dakhīlyang tertuang dalam tesis ini.

Terdapat pula karya ilmiah yang ditulis Samīr Abd. al-Azīz Syalyuh dengan judul al-Dakhīl wa Isrāi>liyyāt fī Tafsīr al-Qur’a>n, menguraikan tentang konsep-konsep dasaral-Dakhīlkhusus-nya cerita-cerita Isrāi>liyyāt yang masuk dalam kategorial-Dakhīl. Karya dalam bentuk buku ini, hampir sama pembahasannya dengan buku al-Isrāi>liyya>t fī Tafsīr al-T{abari> yang ditulis Amal Muh}ammad ‘Abdul Rah}mān Rabī’.

Selain yang telah disebutkan, beberapa literatur kepustakaan penting yang dapat dijadikan rujukan, dan sejalan dengan pembahasan tesis ini, misalnya Buku Ensiklopedi, terutama buku ensiklopedi Islam yang di dalamnya terdapat entri tentang Tafsīrdanal-Dakhīl, jugaMufrada>t Alfaz} al-Qur’a>n karya al-Ra>gib

al-As}faha>ni> di mana buku ini disebut-sebut sebagai ensiklopedi al-Qur’an yang secara luas mengemukakan batasan-batasan dan konsep umum yang terkandung dalam kitab-kitab tafsir. Dalam buku ini juga, termuat semua ayat yang berkaitan dengan kisah nabi dan umat terdahulu dan dijelaskan lebih lanjut kandungan ayat-ayat tersebut secara global. Di samping Ensiklopedi, kitab-kitab kamus sepertiMu‘jam Maqāyi>s

(12)

al-Lugah karya Ibn Fāris bin Zakariya banyak menjelaskan tentang termal-Dakhīl yang patut dijadikan rujukan.

Literatur lain yang sangat penting adalah kitab-kitab tafsir misalnya, kitab tafsir dengan jenisma’śūr, yakni Jāmi‘ al-Bayān ‘an Ta’wīl A<yi al-Qur’a>n karya al-T{abari>, Tafsīr al-Qur’a>n al-Az}īm karya Ibn Kaśīr. Demikian pula tafsir dengan jenisal-ra’yu yang tekenal dan mudah ditemukan yakniTafsīr al-Marāgi> karya Ah}mad Mus}t}āfa al-Marāgi>, dan termasuk Tafsīr al-Mis}ba>h}karya M. Quraish Shihab, dan selainnya yang tidak disebutkan satu persatu di sini. Semua kitab tafsir ini ditemukan di dalamnya tafsiran ayat mengandung unsural-Dakhīl, kalaupun tidak, akan ditemukan tafsiran tentang kisah.

E. Kerangka Teori

Ketika Rasulullah saw. masih hidup, para sahabat menanyakan langsung kepada beliau apa-apa yang tidak mereka pahami berkenaan dengan urusan agama dan makna al-Qur’an. Sebab itulah, saat beliau berada di penghujung hayatnya, Allah swt. menetapkan bahwa syariat yang dibawanya telah sempurna. Maka setelah Rasulullah saw. wafat tidak ada lagi penambahan ataupun pengurangan dalam masalah

(13)

swt. dan kerasulan Muhammad saw kecuali dengan al-Qur’an dan Sunnah. Mereka tidak mengetahui sedikitpun tentang perdebatan ilmu kalam dan masalah filsafat.

Di masa hidup Nabi, Ketika para sahabat mendapatkan beberapa ayat yang sulit dipahami maknanya, mereka bertanya langsung kepada Nabi saw. tentang

ayat-ayat itu. Oleh karena itulah semua penafsiran mereka terhadap ayat-ayat al-Qur’an adalah sahih dan benar. Kemudian berlanjut ke masa tabi’in. Di masa ini mulai terdapat kelemahan dalam tafsir. Mereka kurang berpegang kepada manhaj para sahabat dalam menyaring berita yang datang dariAhl al-kita>b dan tidak juga menelitinya dengan mendalam. Ada beberapa tabi’in yang memasukan dongeng-dongeng dan cerita-cerita Isrā`i>liyyāt yang aneh dan asing, serta beberapa pendapat mereka berdasarkan akal semata, yang kemudian dimasukkan dalam tafsirannya, inilah kemudian dikenal denganal-Dakhīl.

Munculnyaal-Dakhildalam kegiatan tafsir disebabkan beberapa alasan yang secara teoritis perlu kajian khusus secara mendalam, misalnya karena kepentingan politik, dan kepentingan pribadi mufassir, ditambah lagi dengan banyaknyaAhl

al-kita>b yang memeluk Islam kemudian pendapat mereka tentang masa lampau yang termaktub dalam kitab sucinya seperti Taurat dan Injil dimasukkan ke dalam tafsir mereka, maka riwayat-riwayat tafsir yang bercampur dengan wawasan Isra>i>liyya>t yang merupakan salah satu unsure atau bagian darial-Dakhīl,

(14)

secara teoritis sesuai fakta dan realitasnya, dan untuk ini diperlukan kecermatan dalam menggunakan metodetafsīr bi al-ma’śūr. Di samping itu, ada pula tafsiran yang berdasarkan metodera’yu atau dikenal dengan nama metodetafsīr bi al-ra’y, namun secara teoritis metode ini banyak disalahgunakan karena bagi penafsir yang

menggunakan metodera’yu harus memiliki persyaratan ketat, tanpa persyaratan itu kemudian seorang mufassir menafsirkan al-Qur’an maka boleh dikata bahwa penafsirannya mengandung unsural-Dakhīl.

Berkenaan dengan itulah secara teoritis memerlukan kajian lebih lanjut tentang al-Dakhīl, terutama yang berkenaan dengan tafsiran kisah-kisah para nabi dan umat terdahulu, karena kisah yang demikian banyak dimasuki tafsiran Isra>i>liyya>t dan pendapat-pendapat yang berdasarkan akal pemikiran (ra’yu). Kajian tentangal-Dakhīl ini tentu akan berimplikasi pada pemahaman yang akurat tentang kesalahan dan

kebenaran tentang tafsir ayat dilakukan. Semakin banyak mengandungal-Dakhīldalam sebuah tafsir dan karya tafsir dipersepsikan semakin banyak terkandung kesalahan tafsir di dalamnya dan demikian pula sebaliknya, semakin sedikit penggunaanal-Dakhīldan lebih mengutamakantafsīr bi al-ma’śūrdantafsīr bi al-ra’yisesuai ketentuan, tafsiran tersebut mengandung kebenaran.

Terlepas dari benar atau tidaknya suatu tafsiran tergantung dari kuantitas al-Dakhilyang digunakan, yang karena itu secara teoritis penting dikaji kedudukan al-Dakhīl, terutama dalam kerangka aplikasi tafsiran ayat-ayat tentang kisah. Dengan

(15)

upaya itu selanjutnya akan ditemukan berbagai bentuk al-Dakhīldan pengaruhnya terhadap penafsiran ayat-ayat al-Qur’an.

F. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang penulis gunakan, sepenuhnya merujuk pada bukuPedoman Penulisan Karya Ilmiah; Makalah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Alauddin Makassar, tahun 2010. Dalam buku tersebut disebutkan empat metode yang digunakan, yakni metode pelaksanaan penelitian, metode pendekatan, metode pengumpulan data, dan metode pengolahan/analisis data. Berikut ini, dikemukakan cara kerja metode penelitian tersebut dan dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian tesis ini.

Metode pelaksanaan penelitian, terdiri atas dua yakni studi historis (dira>sah ta>rikhiyyah), dan studimuqa>ranah (studi kasus perbandingan). Cara metode pertama adalah menelusuri dan merekonstruksi jejak sejarah obyek pembahasan. Sedangkan metode kedua, membandingkan dua obyek atau lebih dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan disertai argumentasi.

Dalam tesis ini, penulis melaksanakan penelitian dengan menggunakan metode yang terakhir di sebutkan di atas. Yakni, studimuqaranah. Dalam hal ini, penulis mengemukakan kisah-kisah nabi dan umat terdahulu sebagaimana yang termuat dalam berbagai kitab tafsir kemudian membandingkannya dengan kitab tafsir lain yang berisi

(16)

tafsiran tentangal-Dakhīl.

Selanjutnya, metode pendekatan yang digunakan adalah, pendekatan tafsir dan berfokus pada cara kerja metode penelitian tafsir, yakni menghimpun ayat-ayat

al-Qur’an yang memuat tafsiran kisah yang disertai denganal-Dakhīl. Ayat-ayat itu kemudian dijelaskan secara runtut.

Tentang metode pengumpulan data, tesis ini menggunakan data kepustakaan. Dengan demikian, metode yang digunakan adalahlibrary research, yakni menelaah literatur dan referensi yang terkait dengan pembahasan, baik yang berbahasa Asing maupun yang berbahasa Indonesia. Sebagai literatur utama adalah sebagaimana yang telah disebutkan dalam tinjauan pustaka sebelumnya. Literatur penunjang adalah buku-buku yang terkait dengan pembahasan dan untuk analisis lebih lanjut digunakan buku-buku yang terkait denganal-Dakhīlitu sendiri.

Untuk sumber data berupa ayat-ayat tentang kisah digunakanal-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz} al-Qur’a>n karya Muhammad Fu’ad Abd. al-Ba>qi>. Data ayat dan terjemahan ayat, sepenuhnya merujuk padaal-Quran dan Terjemahnya yang diterbitkan oleh Departeman Agama RI. Selanjutnya hadis-hadis ditulis matannya saja dengan merujuk padaal-kutub al-tis‘ah.

Setelah data itu terkumpul, penulis mengutipnya dengan menggunakan dua cara, yakni metode kutipan langsung dan metode kutipan tidak langsung. Kutipan langsung, yaitu mengutip pendapat dengan mengutip secara langsung dari buku-buku kata demi

(17)

kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli yang ada dalam sumber tersebut. Di akhir kutipan, diberikanfootnote(catatan kaki). Sedangkan kutipan tidak langsung, yaitu penulis mengutip ide dari buku/karangan kemudian menuangkannya dalam redaksi penulis tanpa terikat pada redaksi yang ada dalam sumber tersebut. Dalam kutipan tidak langsung ini, terdiri atas dua macam, yaitu ulasan dan ikhtisar. Ulasan, yaitu menanggapi kata atau pendapat yang diambil dari buku-buku yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Sedangkan ikhtisar, yaitu menanggapi pendapat atau data-data dalam buku-buku dengan cara menyimpulkan dan meringkas dari suatu

pendapat-pendapat yang diperoleh. Selanjutnya, penulisan istilah-istilah asing yang belum masuk sebagai perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia, semuanya diformatitalikatau ditulis miring.

Agar data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahasan yang akurat, maka penulis menggunakan metode pengolahan dan analisis data secara deduktif, yakni

menganilisis data yang bersifat umum untuk sampai kepada kesimpulan yang bersifat khusus. Digunakan pula metode induktif, yakni menganalisis data yang bersifat khusus untuk memperoleh rumusan yang bersifat umum. Yang terakhir adalah metode

komparatif, yakni membandingkan data yang satu dengan data yang lain, untuk memperoleh data yang lebih akurat dan lebih kuat argumentasinya.

(18)

G. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian

a. Menguraikan secara akurat tentang keberadaanal-Dakhīl pada penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-Qur’an.

b. Mendeskripsikan secara analitis tentang bentuk pengungkapanal-Dakhi>l dalam penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-Qur’an.

c. Merumuskan ide-ide dan gagasan tentang pengaruh al-Dakhi>l terhadap penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-Qur’an.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan ilmiah, diharapkan berguna sebagai bahan telaahan untuk dicermati dan didiskusikan lebih lanjut demi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, dan ilmu tafsir pada khususnya yang berkaitan dengan masalah al-Dakhīlterhadap kisah-kisah yang diungkapkan al-Qur’an.

b. Kegunaan praktis, diharapkan berguna sebagai sumbangan pemikiran untuk dipraktekkan dalam kegiatan tafsir, terutama di lingkungan akademik, sehingga dapat dipahami konsep al-Dakhīlsebagai bagian dari ilmu tafsir.

H. Garis Besar Isi

Tesis ini terdiri atas lima bab pembahasan, dan masing-masing bab memiliki sub bab pembahasan. Untuk mendapatkan gambaran awal tentang isi pembahasannya,

(19)

penulis mengemukakan pokok-pokok pikiran dan intisari pembahasan dalam masing-masing bab, sebagai berikut :

Bab I, merupakan pendahuluan yang secara umum pembahasannya bersifat metodologis. Bab ini memberikan gambaran singkat dan orientasi dari obyek yang akan dibahas selanjutnya pada bab-bab berikutnya. Karena itu, bab ini terdiri atas tujuh sub bab, dan telah diuraikan muatannya masing-masing sebagaimana terdahulu.

Bab II, tinjauan umum tentang tafsir dan sejarah perkembangan tafsir. Dalam bab ini, diformulasi beberapa sub bab dengan mengendepankan batasan pengertian tafsir al-Qur’an secara etimologis dan terminologis. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang bagaimana sejarah perkembangan tafsir dari masa ke masa, mulai masa Nabi saw sampai masa sekarang yang telah melahirkan berbagai corak dan metode tafsir, maka untuk itu diuraikan pula tentang upaya rekonstruksi tafsir dan teknik-teknik interpretasi sebagai bagian dari ilmu tafsir.

Bab III, tentang al-Dakhīl yang dalam bab ini akan diungkap secara jelas tentang batasan definisinya, berbagai sebab dan faktor terjadinyaal-Dakhīl, bagian dan macam-macamal-Dakhīl itu sendiri. Secara singkat dapat dirumuskan bahwa bab ini merupakan tinjauan teoritis tentang konsep al-Dakhīl.

Bab IV, merupakan bab analisis yang pembahasannya mengacu pada pokok masalah yakni tentang aplikasi al-Dakhīl terhadap penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-Qur’an. Dari sini kemudian dikemukakan sub bahasan tentang keberadaan

(20)

al-Dakhīlpada penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-Qur’an, selanjutnya bentuk pengungkapan al-Dakhīl dalam penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-Qur’an, yakni pengungkapan kisah para nabi dan umat terdahulu, kemudian dibahas tentang pengaruhal-Dakhīlterhadap penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-Qur’an.

Bab V, merupakan bab penutup (terakhir) yang berisi tentang kesimpulan. Bab ini berfungsi menjawab pokok permasalahan dan sub masalah yang telah

dikemukakan sebelumnya. Di samping itu akan dikemukakan pula beberapa saran yang merupakan implikasi akhir dari hasil kajian/penelitian penulis.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam observasi berikut menghasilkan data yaitu sebuah proses pendidikan guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting, selain komponen lainya seperti tujuan,

Benny, dan seluruh sahabat penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan kontribusi yang besar dalam mendampingi penulis selama ini, dan

Hasil yang didapatkan dibandingkan dengan standar ASTM dan FBI untuk biodiesel guna mendapatkan perbandingan mol metanol/minyak sawit dan jumlah pelarut optimum pada

Oleh karena itu muncul metodologi pendidikan partisipatif dengan pendekatan pendidikan untuk orang dewasa (adult education). Dalam konteks metodologi ini peran, pengetahuan

Berdasarkan hasil regresi pada model kedua, variabel REER memiliki pengaruh yang positif terhadap neraca perdagangan bilateral Cina dengan Indonesia atau sesuai

Daftar Usulan Penyusutan Bahan Pustaka merupakan daftar yang disusun oleh UPT Perpustakaan UMK untuk dikonsultasikan pada Kepala Program Studi di lingkungan UMK.

Terkait dengan strategi adaptasi dalam pencarian sumber bahan baku, dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama, mengambil bahan baku dari fragmen batuan yang ada di

Dalam pembuatan program film maupun video, skrip atau naskah program irii merupakan daftar rangkaian peristiwa yang akan dipaparkan gambar demi gambar dan penuturan demi