• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGATURAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM

PERSPEKTIF REZIM ANTI MONEY LAUNDERING

TESIS

OLEH

HISAR PARSAORAN SINAGA

097005081/HK

[

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGATURAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM

PERSPEKTIF REZIM ANTI MONEY LAUNDERING

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum

Dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

HISAR PARSAORAN SINAGA

097005081/HK

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGATURAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM PERSPEKTIF REZIM ANTI MONEY LAUNDERING Nama Mahasiswa : Hisar Parsaoran Sinaga

Nomor Pokok : 097005081 Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum) K e t u a

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH) (Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum) A n g g o t a A n g g o t a

Ketua Program Studi, Dekan Fakultas Hukum,

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH) (Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum)

(4)

Telah Diuji Pada

Tanggal 31 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum Anggota : 1. Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH

2. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum 3. Dr. Madiasa Ablisar, SH, MS

(5)

ABSTRAK

Salah satu perubahan secara khusus dalam UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UUPPTPPU) adalah pembuktian dengan menggunakan prinsip pembuktian terbalik sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 77 UUPPTPPU yang menegaskan bahwa: ”Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa harta kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana.” Ketentuan ini berbeda dengan pembuktian secara umum menurut hukum acara pidana dimana pihak yang harus membuktikan adalah pihak yang mengajukan tuntutan (JPU), sedangkan pihak yang diwajibkan membuktikan dalam UUPPTPPU adalah pihak tersangka atau terdakwa atau kuasanya.

Perumusan masalah yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu: pertama, bagaimanakah asas pembuktian terbalik menurut hukum acara pidana dalam undang-undang tindak pidana pencucian uang? kedua, bagaimanakah pengaturan sistem pembuktian terbalik dalam tindak pidana pencucian uang? dan ketiga, apakah hambatan-hambatan penerapan sistem pembuktian terbalik dalam undang-undang tindak pidana pencucian uang?

Jenis metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif yakni mengacu kepada norma-norma, kaidah-kaidah, asas-asas, dan ketentuan yuridis yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Sifat penelitian adalah deskriptif analitis yaitu mengungkapkan bahan-bahan menyangkut pembuktian terbalik dalam peraturan perundang-undangan terkait dan UUPPTPPU serta dalam bahan hukum sekunder secara analisis dalam bentuk uraian secara sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data.

Disimpulkan dalam penelitian ini: Pertama, asas pembuktian terbalik menurut hukum acara pidana tindak pidana pencucian uang murni pengingkaran asas yang bersifat universal yakni pengingkaran terhadap asas praduga tidak bersalah menjadi asas praduga bersalah. Kedua, pengaturan sistem pembuktian terbalik dalam Pasal 77 UUPPTPPU mewajibkan pihak terdakwa untuk membuktikan asal-usul harta kekayaannya sedangkan kesalahan terdakwa tidak perlu dibuktikan. Ketiga, hambatan dalam penerapan sistem pembuktian terbalik adalah bertentangan dengan perspektif Hak Asasi Manusia.

Saran yang diharapkan: Pertama, perlu kehati-hatian dalam penerapan asas pembuktian terbalik sebab asas ini cenderung tidak sejalan dengan konsep HAM yang menagnggap setiap orang bersalah. Kedua, perlu penajaman bahwa selain yang dibuktikan adalah harta kekayaan agar ketentuan dalam Pasal 77 UUPPTPPU juga diatur penegasan tentang pembuktian mengenai kesalahan terdakwa. Ketiga, perlu ditetapkan ketentuan pembuktian terbalik dalam Pasal 77 UUPPTPPU agar tetap dipergunakan sebagai upaya terakhir (ultimum remidium).

Kata Kunci : Asas Pembuktian Terbalik, Pengaturan Pembuktian Terbalik, dan Tindak Pidana Pencucian Uang

(6)

ABSTRACT

One of the specific changes in Law No.8/2010 on the Prevention and Elimination of Money Laundering is to prove using the principle of inverted authentication as mandated in Article 77 of Law No.8/2010 that to be used in the investigation in court the defendant is required to prove that his property is not gained from any criminal act. This provision is different from common authentication according to the criminal law in which the party who needs to prove it is the party who claims while in Law No.8/2010, the party who is required to prove is the defendant or his/her lawyer.

The purpose of this study was, first, to find out what the principle of inverted authentication is according to the criminal law in Law No.8/2010; second, to find out how the system of inverted authentication in the criminal act money laundering is regulated; and third, to find out the constraints in the application of the inverted authentication system in Law No.8/2010.

The data for this descriptive analytical study with normative juridical method referred to the juridical norms, rules, principles and provisions found in the regulation of legislation that can reveal the materials related to the inverted authentication in the related laws, Law No.8/2010, and secondary legal materials. The data obtained were analyzed systematically through the description of the relationship between various kinds of the data obtained.

The conclusion is that, first, the principle of inverted authentication according to the criminal la, money laundering is purely a denial of the universal principle, namely, the denial of the principle of presumption of innocence and make it the principle of guilt; second, the regulation of inverted authentication system in Article 77 of Law No.8/2010 requires the defendant to prove the origin of his/her property while the guilt of the defendant is not necessary to prove; and third, the constraints faced in the application of inverted authentication system is against the perspective of Human Rights.

It is suggested that, first, it needs to be careful in applying the principle of inverted authentication because this principle tends not to be in line with the concept of Human Rights which every person is guilty; second, it needs a clarity that besides, according to Article 77 of Law No.8/2010 the defendant is required to prove the origin of his/her property, a clear regulation to prove the guilt of the defendant is also needed; and third, the provision of inverted authentication in Article 77 of Law No.8/2010 needs to be enacted that it can still be used as the last effort (ultimatum remidium).

Keywords: Inverted Authentication Principle, Inverted Authentication Regulation, Money Laundering

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya yang maha pemurah lagi maha penyayang, penulis dapat menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Magister Hukum (M.H.) di Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara dengan judul penelitian tentang, ”Pengaturan Sistem Pembuktian Terbalik Dalam Perspektif Rezim Anti Money Laundering”.

Dengan kerendahan hati yang tulus dan ikhlas, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Ilmu Hukum.

2. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum, Bapak telah banyak memberikan motivasi mulai sejak awal perkuliahan selalu mengingatkan tesis sampai pada akhirnya meja hijau.

(8)

4. Terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum, selaku Ketua Komisi Pembimbing, Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, dan Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian telah memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan ide serta saran yang konstruktif demi tercapainya hasil yang terbaik dalam penulisan tesis ini.

5. Penghormatan saya atas apresiasi yang sangat luar biasa dari Dr. Madiasa Ablisar, SH, MS, dan Syafruddin S. Hasibuan, SH, MH, DFM selaku penguji tesis penulis.

6. Seluruh Guru Besar dan Dosen pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, beserta seluruh teman-teman mahasiswa yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuannya.

7. Terimakasih juga kepada kedua orang tua ku, H. Sinaga, BA., dan N. br. Sitohang, BA., yang telah memberi dukungan dalam setiap waktu dan sepanjang hari tidak lupa dengan ikhtiar dan do’a agar penulis dapat mencapai cita-citanya dengan sukses. Kepada istriku tercinta Endang D.S. Singarimbun, SE., Ak., atas dukungan dan doa yang telah diberikan kepada penulis.

8. Terima kasih juga kepada kedua adik penulis, Samuel FR. Sinaga, SH., dan Maria Sinaga atas dukungan dan doa-nya.

9. Kakanda Daud Brahmana, SH., dan Faisal Putra, SH., selaku senior partner penulis di Kantor Hukum D&F Associates, yang telah memberikan dukungan dan

(9)

bantuan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan program Magister Hukum ini.

Demikianlah sebagai kata pengantar, mudah-mudahan penelitian ini memberi manfaat bagi semua pihak dan menambah serta memperkaya wawasan ilmu pengetahuan. Akhir kata, mohon maaf atas ketidaksempurnaan substansi dalam penelitian ini, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan kedepannya. Semoga penulis lebih giat lagi menambah wawasan ilmu pengetahuan di masa-masa yang akan datang. Amin.

Medan, Agustus 2012 Penulis Hisar Parsaoran Sinaga

(10)

RIWAYAT HIDUP

E-mail :

DATA PRIBADI

N a m a : Hisar Parsaoran Sinaga

Tempat/Tgl Lahir : Medan/ 18 April 1981

Alamat Rumah : Jln. Madiosantoso Gg. Pakkat No. 142 A, Kel. P. Brayan Darat I, Kec. Medan Timur, Kota Medan 20239.

Telepon : (061) 6635166

Pekerjaan : Advokat-Konsultan Hukum

Alamat Kantor : Jl. Airlangga No. 14, Medan 20112 Telp. (061) 4155832, Fax. (061) 4529246, Hp: 081361072296.

Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Laki-Laki

Hobby : Membaca dan Olah Raga. Status Kawin : Menikah

PENDIDIKAN FORMAL

No Jenjang Pendidikan/Jurusan Tahun Lulus

1. TK PKMI-3 Medan 1987

2. SD PKMI-3 Medan 1993

3. SMP Hang Kesturi Medan 1996

4. SMAN-7 Medan 1999

5. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 2005 5. Program Studi Magister Ilmu Hukum USU Medan 2012

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 14 C. Tujuan Penelitian ... 14 D. Manfaat Penelitian ... 15 E. Keaslian Penelitian ... 16

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional ... 17

1. Kerangka Teori... 17

2. Landasan Konsepsional ... 29

G. Metode Penelitian... 30

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 31

2. Sumber Data ... 31

3. Teknik Pengumpulan Data ... 32

4. Analisis Data ... 33

BAB II : ASAS PEMBUKTIAN TERBALIK MENURUT HUKUM ACARA PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG ... 34

A. Asas Legalitas Dalam Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang ... 34

B. Asas Beban Pembuktian ... 38

1. Beban Pembuktian Pada Penuntut Umum ... 39

2. Beban Pembuktian Pada Terdakwa ... 40

3. Beban Pembuktian Berimbang ... 42

C. Tujuan Asas Pembuktian Terbalik Untuk Merampas Aset Hasil Tindak Pidana Pencucian Uang ... 45

D. Asas Pembuktian Terbalik Dalam Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang ... 53

BAB III : PENGATURAN SISTIM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG ... 62

A. Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang . 62 1. Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang ... 62

(12)

2. Tahapan Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang ... 67

B. Pengaturan Pembuktian Terbalik Dalam Berbagai Perundang-Undangan ... 72

C. Pengaturan Sistem Pembuktian Terbalik Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang ... 81

BAB IV : HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG ... 93

A. Hambatan-Hambatan Pembuktian Terbalik Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia ... 93

B. Hambatan-Hambatan Dalam Perkembangan Tindak Pidana Pencucian Uang ... 102

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 112

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu karena banyaknya barang yang di jual dan juga banyaknya para konsuman yang datang,maka penulis akan mencoba membantu mengolah data-data tersebut dengan

Narasumber iya, karena saya berharap santri PPS APIK setelah lulus tidak hanya sebagai guru mengaji atau berdagang saja, tetapi juga bisa menjadi yang lain.. Seperti

QR-Code yang sudah dibentuk dapat diletakkan pada papan nama benda – benda bersejarah di Museum atau diperbanyak dan dipublikasi, sehingga QR- Code ini dapat

Universitas Negeri

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) Nomor: anggal 12 Juni 2017 oleh Kelompok Kerja ULPD Kalimantan Timur melalui Aplikasi SPSE Kementerian.

Berdasarkan surat penetapan rekanan lulus prakualifikasi nomor : 31/PL/IV/2011 Tanggal 25 April 2011 Dengan ini kami sampaikan perusahaan yang lulus evaluasi

Based on the above background, the focus of this research is as follows: (1) How is the role of Islamic Religious Education teachers as teachers and educators in creating an

Hasil penerapan metode Reliability Centered maintenance diperoleh empat komponen yang harus dirawat secara terjadwal (time directed) yaitu: untuk komponen bearing adalah 37