• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan melihat kondisi awal keaktifan belajar dan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri Jebeng Plampitan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo. Berikut ini rincian gambaran kondisi awal pada saat dilakukan observasi awal pra siklus oleh peneliti:

4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas 5 SD Negeri Jebeng Plampitan ternyata masih banyak siswa yang kesuliatan dalam belajar matematika. Mata pelajaran matematika dianggap sulit untuk sebagian besar siswa. Pada saat observasi dilakukan tepat saat kegiatan pembelajaran Matematika berlangsung, guru menggunakan ceramah dan tanya jawab. Guru tidak menggunakan media ata alat peraga dan LKS dalam kegiatan pembelajaran saat itu. Keaktifan belajar matematika siswa masih tergolong rendah, hal ini dinilai dengan menggunakan lembar observasi keaktifan belajar matematika yang dibuat oleh peneliti, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 15

Keaktifan Belajar Matematika sebelum tindakan Siswa Kelas 5 SD Negeri Jebeng Plampitan

Semester 1 Tahun Ajaran 2012-2013

Kriteria Keaktifan Belajar Frekuensi Persentase (%)

Tinggi 0 0%

Cukup 2 10,52%

Rendah 17 89,47%

(2)

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa dalam satu kelas yang berjumlah 19 siswa, ada 2 siswa dalam kategori cukup aktif (10,52%) dan 17 siswa kurang aktif (89,47%). Untuk lebih jelasnya data tersebut disajikan dalam gambar berikut ini:

Gambar 2. Keaktifan Belajar Matematika Siswa Sebelum Tindakan Siswa Kelas 5 SD Negeri Jebeng PlampitanSemester 1 Tahun Ajaran 2012-2013.

Untuk mengetahui hasil belajar Matematika peneliti meminta data ulangan harian matematika siswa pada guru kelas 5, dari data tersebut kemudian diolah dalam tabel ketuntasan hasil belajar Matematika pada tabel berikut ini :

Tabel 16

Ketuntasan Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri Jebeng Plampitan Semester 1 Tahun Pelajaran 2012-2013

No Ketuntasan Frekuensi Prosentase

1 Tuntas 5 26,32 %

2 Tidak Tuntas 14 73,68 %

Jumlah 19 100 %

Sumber: Arsip Nilai Ulangan Harian Matematika Kelas 5 SD Negeri Jebeng Plampitan

Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa masih ada siswa yang belum tuntas dalam mengerjakan tes ulangan harian mata pelajaran Matematika yakni sebanyak 14 siswa atau 73,68%, sedangkan siswa yang tuntas ada 5 siswa atau 26,32%.

0% 10,52%

89,47%

Tinggi Cukup Rendah

(3)

Untuk lebih jelasnya data tersebut divisualisasikan dalam bentuk gambar sebagai berikut:

Gambar 3. Ketuntasan Belajar Matematika Sebelum Tindakan

4.1.2 Pelaksanaan Siklus 1

Praktek pembelajaran pada siklus 1 dilaksanakan dengan Standar Kompetensi 6. Memahami sifat-sifat bangun ruang dan Kompetensi Dasar 6.1 Mengidentifikasi sifat bangun ruang, dengan fokus materi identifikasi sifat-sifat bangun ruang sisi datar. Adapun untuk siklus 1 rinciannya adalah sebagai berikut :

4.1.3.1Perencanaan

Perencanaan dimulai dengan meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan observasi di kelas 5 SD Negeri Jebeng Plampitan. Setelah mendapat izin dari kepala sekolah, peneliti melakukan wawancara dan observasi di kelas 5 khususnya pada saat mata pelajaran matematika berlangsung. Dalam kegiatan observasi peneliti mengidentiikasi kebutuhan siswa, mencari kendala apa saja yang dialami guru dalam mengajar matematika, mengindentiikasi kondisi keaktifan belajar siswa di kelas, dan meminta data nilai hasil belajar matematika pada siswa kelas 5.

26,32%

73,68%

Tuntas Tidak Tuntas

(4)

Berangkat dari permasalahan yang dijumpai dalam observasi, peneliti menyiapkan teknik untuk melakukan perbaikan nilai matematika. Berikut ini persiapan yang dilakukan peneliti pada siklus 1 adalah : a). Mempersiapkan silabus mata pelajaran matematika kelas 5 SD semester 2 pada pokok bahasan bangun ruang yaitu pada Kompetensi Dasar 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang, b). Menyiapkan materi pelajaran dan sumber belajar yang akan digunakan, c). Menyusun RPP dengan menggunakan Group Investigation, d). Menyiapkan sarana dan prasarana serta membuat media/alat peraga guna mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran, e). Membuat dan menyiapkan Lembar Kerja Siswa, f). Menyiapkan lembar observasi keaktifan siswa dan lembar observasi kegiatan guru, g) membuat kisi-kisi soal evaluasi hasil belajar matematika, h) melakukan uji coba instrumen, i) menyusun soal tes hasil belajar siswa, dan j). Mengkomunikasikan rencana pembelajaran kepada guru kelas 5.

Peneliti melakukan dua kali pertemuan dengan guru kelas untuk mengenalkan teknik pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian. Pertemuan pertama untuk menyerahkan Silabus dan RPP, sedangkan pertemuan kedua untuk memantapkan kesiapan guru kelas dalam menerapkan Group Investigation, pada pertemuan ini guru dan peneliti melakukan sharing apa saja yang harus dilakukan oleh guru dan apa saja yang nantinya akan masuk dalam penilaian baik itu penilaian tertulis maupun penilaian dalam observasi. Hal ini dilakukan karena dalam penelitian guru kelas memiliki peran besar dalam mengontrol keterlaksanaan sintaks agar teknik Group Investigation dapat digunakan sebagai upaya perbaikan nilai matematika siswa.

Selain itu, untuk keperluan tes akhir siklus peneliti melakukan uji coba instrumen. Uji coba instrumen dilakukan ditempat penelitian yaitu SD Negeri Jebeng Plampitan dengan izin dari kepala sekolah. Uji coba instrumen ini dilakukan pada kelas 6, hal ini dilakukan agar soal tes yang digunakan benar-benar valid dan reliabel untuk mengukur pengetahuan siswa mengenai materi yang diajarkan.

(5)

4.1.2.2 Tindakan

Setiap siklus dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 11 Maret 2013. Tindakan dilakukan oleh guru kelas 5 SD Negeri Jebeng Plampitan sementara peneliti bertugas sebagai observer. Pada kegiatan pendahuluan guru mengkondisikan kelas agar tenang dalam melakukan kegiatan pembelajaran, berdoa, melakukan absensi, menyampaikan apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Kegiatan inti pada pertemuan ke-1 diawali dengan pengenalan bangun ruang di sekitar kelas, siswa menyebutkan benda-benda yang ada di kelas. Guru dan siswa kemudian bertanya jawab mengenai macam-macam bangun ruang sisi datar, dan pengertian sisi, rusuk, dan titik sudut. Beberapa siswa mengajukan dugaan sementara. Setelah itu guru memulai menerapkan Group Investigation

kepada siswa dengan membagi jumlah siswa dalam kelas menjadi 4 kelompok dengan jumlah anggota setiap kelompok 4-5 anggota, dikarenakan jumlah siswa hanya 19 sehingga tiga kelompok beranggotakan 5 orang sementara satu kelompok lain beranggotakan 4 orang. Setiap anggota kelompok memiliki jenis kelamin yang berbeda-beda, tingkat kemampuan pun berbeda yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Setelah itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih topik yang akan diselidiki.

Pertemuan pertama membahas materi sifat-sifat kubus dan balok. Dua kelompok mencari sifat-sifat kubus, dan dua kelompok lain mencari sifat-sifat balok. Guru membagi lembar kerja siswa dan media berupa bangun ruang kubus dan balok. Siswa kemudian bertugas dalam kelompok masing-masing. Pada saat melakukan penyelidikan siswa terlihat masih bingung untuk membedakan antara sisi, rusuk, dan titik sudut. Guru membantu siswa yang belum jelas. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil penyelidikannya walaupun masih malu-malu. Guru mempersilahkan kelompok lain untuk menanggapi namun tidak ada siswa yang berani bertanya ataupun sekedar mengoreksi hasil dari kelompok yang presentasi.

Kegiatan presentasi selesai, guru menanggapi hasil dari seluruh kelompok, dan siswa melakukan koreksi terhadap hasil keranya. Guru memberi kesempatan

(6)

kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum jelas, namun tidak ada siswa yang berani bertanya. Kemudian guru mengajak siswa untuk bersama-sama menyimpulkan tentang materi mengenai sifat-sifat kubus dan balok. Kegiatan akhir guru menyuruh siswa untuk membuat rangkuman pembelajaran dan memberi informasi tentang materi yang akan dipelajari selanjutnya.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Maret 2013. Pada kegiatan awal guru mengkondisikan kelas agar suasana tenang saat pembelajaran berlangsung. Kemudian guru mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa, melakukan absensi. Guru menyampaikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan disajikan.. Kemudian guru menghubungkan apersepsi dengan materi yang akan dipelajari bahwa pada pertemuan kedua memperlajari tentang sifat-sifat prisma dan limas. guru dan siswa bertanya jawab mengenai unsur-unsur bangun prisma dan limas, kemudian beberapa siswa menjawab pertanyaan guru.

Guru membagi jumlah siswa dalam kelas menjadi 4 kelompok dengan anggota kelompok masih sama seperti pertemuan pertama, siswa dalam satu kelompok heterogen, memiliki jenis kelamin dan kemampuan yang berbeda. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih materi yang akan diselidiki, dimana masing-masing kelompok menyelidiki bangun yang berbeda, yaitu bangun prisma tegak segitiga, prisma tegak segi lima, limas segitiga, dan limas segi empat. Guru membagi lembar kerja siswa dan media bangun ruang sesuai dengan materi pilihan siswa. Siswa membagi tugas dalam kelompok dan bertukar pikiran utnuk mengerjakan lembar kerja siswa. Setelah selesai, siswa mempresentasikan hasil penyelidikan di depan kelas. Beberapa siswa bertanya tentang materi yang disampaikan, karena setiap kelompok memiliki materi yang berbeda.

Setelah kegiatan presentasi selesai guru bersama siswa mengadakan koreksi bersama, kemudian siswa membuat rangkuman berdasarkan hasil dari evaluasi guru. pada akhir pembelajaran guru memberikan informasi bahwa pertemuan selanjutnya akan dilaksanakan tes evaluasi hasil belajar.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Maret 2013. Pada pertemuan ketiga siswa mengerjakan tes evaluasi untuk mengukur kamampuan

(7)

siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan teknik Group Investigation.

4.1.2.3 Observasi

Tahap observasi dilakukan setiap pertemuan pada saat pembelajaran Matematika berlangsung untuk mengetahui keaktifan belajar siswa dan apakah sintaks pembelajaran Group Investigation berjalan dengan baik. Observasi dilakukan dengan menggunakan instrumen lembar observasi keterlaksanaan sintaks pembelajaran yang dilakukan guru. Sintaks pembelajaran dirancang untuk selesai dalam satu pertemuan. Dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan sintaks yang terdiri dari 13 tahap, peneliti mengamati apakah sintaks pembelajaran dapat terlaksana secara keseluruhan atau tidak. Dari hasil observasi, berikut ini disajikan tabel keterlaksanaan Sintaks pembelajaran Group Investigation pada siklus 1 Pertemuan 1:

Tabel 17

Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Group Investigation

Siklus 1 Pertemuan Ke- 1

No Sintaks yang harus dilakukan Sintaks yang terlaksana Persentase (%) Sintaks yang tidak terlaksana Persentase (%) 1 13 13 100% 0 0% Jumlah 13 13 100% 0 0%

Pada pertemuan pertama siklus 1 sintaks pembelajaran Group Investigation dapat terlaksana dengan baik, tahapan dalam pembelajaran tidak ada yang terlewati. Dari 13 tahapan kegiatan guru, semua dapat dilaksanakan secara urut, tidak ada yang terlewati. Dimulai dengan guru membagi jumlah siswa dalam satu kelas menjadi 4 kelompok yang heterogen. Dikarenakan siswa berjumlah 19 orang maka dalam satu kelompok terdapat 4-5 anggota. Pada saat pembagian kelompok beberapa siswa menolak untuk bergabung dengan temannya, namun guru dapat mengatasinya. Setelah itu guru membagi topik permasalahan kepada

(8)

tiap-tiap kelompok, masing-masing ketua kelompok mengambil media pembelajaran dan LKS pada guru. Setelah itu guru menyampaikan prosedur pengerjaan LKS kepada ketua kelompok untuk nanti disampaikan kepada anggotanya. Guru menugaskan kepada setiap kelompok untuk membagi pekerjaan dalam kelompok. Pada saat siswa melakukan investigasi, guru mengawasi dan memberi bantuan jika diperlukan, pada saat ini banyak siswa yang bertanya dikarenakan masih ada beberapa hal yang belum jelas. Guru membimbing siswa dalam mengisi LKS, memberi rambu-rambu apa saja yang harus masuk ke dalam laporan hasil kerja.

Setelah semua kelompok selesai dalam melakukan investigasi, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerjanya, namun beberapa siswa masih malu-malu dalam melakukan presentasi, dalam hal ini guru bertindak sebagai moderator untuk menengahi apabila ada kelompok lain yang bertanya kepada kelompok yang melakukan presentasi, namun pada pertemuan pertama ini tidak ada siswa yang berani menanggapi presentasi kelompok lain. Guru kemudian memberikan masukan atas hasil presentasi siswa. Siswa kemudian membuat rangkuman dari apa yang teman dan guru sampaikan, di akhir pembelajaran guru memberikan kesimpulan pembelajaran.

Penelitian berlanjut pada pertemuan ke-2 siklus 1. Pada pertemuan ini peneliti juga melakukan penilaian terhadap jalannya e dengan menggunakan lembar observasi yang sama seperti pertemuan pertama. Sintaks pembelajaran dirancang selesai dalam satu kali pertemuan. Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan sintaks pembelajaran Group Investigation maka pada pertemuan kedua siklus 1 dapat digambarkan sebagai berikut:

(9)

Tabel 18

Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Group Investigation

Siklus 1 Pertemuan Ke- 2

No Sintaks yang harus dilakukan Sintaks yang terlaksana Persentase (%) Sintaks yang tidak terlaksana Persentase (%) 1 13 13 100% 0 0% Jumlah 13 13 100% 0 0%

Pada pertemuan kedua siklus 2 sintaks berjalan dengan baik, tidak ada yang terlewati. Dari 13 sintaks yang harus dilakukan, semua tahapan dapat dilaksanakan secara urut, tidak ada yang terlewati. Seperti pada pertemuan sebelumnya guru membagi jumlah siswa ke dalam 4 kelompok heterogen, anggota kelompok masih sama dengan pertemuan pertama. Kemudian guru membagi topik permaslahan kepada setiap kelompok, menyampaikan prosedur pengerjaan tugas kepada masing-masing ketua kelompok untuk kemudian disampaikan kepada anggotanya. Setiap elompok belajar membagi tugas dalam kelompok, namun masih ada beberapa siswa yang enggan untuk bekerja dalam kelompok. Pada saat siswa melakukan investigasi, guru mengawasi jalannya proses identifikasi sifat-sifat bangun ruang yang mereka selidiki. Guru membimbing siswa dalam mengisi LKS dan memberi rambu-rambu apa saja yang harus masuk ke dalam laporan hasil kerja.

Masing-masing kelompok menyajikan hasil investigasi kelompok mereka di depan kelas, guru bertindak sebagai moderator untuk menengahi apabila ada kelompok lain yang bertanya kepada kelompok yang melakukan presentasi, beberapa siswa mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang melakukan presentasi. Kemudian guru memberikan masukan atas hasil presentasi siswa. Siswa membuat rangkuman dari apa yang teman dan guru sampaikan, di akhir pembelajaran guru memberikan kesimpulan pembelajaran.

(10)

4.1.2.4 Refleksi

Refleksi bertujuan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus 1, agar nantinya tidak terulang kembali di siklus 2. Refleksi pada siklus 1 dilakukan pelaksanaan tes akhir siklus 1 berakhir. Pada siklus 1 dijumpai bahwa sebagian siswa masih belum fokus pada pembelajaran, beberapa siswa mengobrol dengan temannya ketika guru memberikan instruksi, bahkan ketika mereka dalam mengerjakan tugas investigasi kelompok, dalam hal ini guru perlu mendekati siswa yang mengobrol dengan temannya serta memberikan pengarahan kepada siswa tersebut agar mau serius dan fokus dalam kegiatan pembelajaran.

4.1.3 Pelaksanaan Siklus 2

Siklus 2 dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, dua kali pertemuan untuk pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk pelaksanaan tes akhir siklus. Pelaksanaan siklus 2 terbagi dalam empat ahapan yaitu a) perencanaan, b) tindakan, c) observasi, dan d) refleksi. Kompetensi Dasar masih sama dengan siklus 1 yaitu KD 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang, dengan fokus materi sifat-sifat bangun ruang sisi lengkung. Adapun pelaksanaan siklus 2 rinciannya adalah sebagai berikut :

4.1.3.1Perencanaan

Pada siklus 2 pelaksanaan memperhatikan kekurangan-kekurangan pada siklus 1 dengan cara memperbaikinya, agar tidak terjadi lagi kendala-kendala yang dapat mengganggu proses belajar mengajar. Peneliti mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan dan kemudian diserahkan kepada guru kelas 5 untuk digunakan dalam pembelajaran.

4.1.3.2 Tindakan

Pada pelaksanaan siklus 2, pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 18 Maret 2013. Tindakan dilakukan oleh guru kelas 5 SD Negeri Jebeng Plampitan sementara peneliti bertugas sebagai observer. Pada kegiatan pendahuluan guru mengkondisikan kelas agar tenang dalam melakukan kegiatan pembelajaran, berdoa, melakukan absensi, menyampaikan apersepsi dengan

(11)

bertanya jawab mengenai contoh benda yang berbentuk tabung dalam kehidupan sehari-hari. kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Kegiatan inti pada pertemuan pertama diawali dengan tanya jawab antara guru dengan siswa mengenai macam-macam bangun ruang sisi lengkung dan pengertian selimut pada bangun ruang sisi lengkung. Kemudian guru membagi jumlah siswa ke dalam 4 kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang, dikarekanan jumlah siswa 19 orang. Setiap anggota kelompok memiliki jenis kelamin yang berbeda-beda, tingkat kemampuan pun berbeda yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Kelompok berbeda dengan pembagian kelompok sebelumnya, pada siklus 2 ini pembagian kelompok didasarkan pada hasil evaluasi siklus 1, dimana siswa yang masih mendapat nilai rendah bergabung saru kelompok dengan siswa lain yang nilainya bagus, atau sudah paham mengenai materi sebelumnya. Setelah itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih topik yang akan diselidiki.

Pertemuan pertama membahas materi sifat-sifat kerucut dan tabung. Dua kelompok mencari sifat-sifat kerucut, dan dua kelompok lain mencari sifat-sifat tabung. Guru membagi lembar kerja siswa dan media berupa bangun ruang kerucut dan tabung. Siswa kemudian bertugas dalam kelompok masing-masing. Setelah selesai dalam melakukan penyelidikan, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil penyelidikannya walaupun masih malu-malu. Guru mempersilahkan kelompok lain untuk menanggapi dan pada pertemuan ini banyak siswa yang bertanya.

Kegiatan presentasi selesai, guru menanggapi hasil dari seluruh kelompok, dan siswa melakukan koreksi terhadap hasil keranya. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum jelas, dan beberapa siswa berani bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang belum mereka pahami. Kemudian guru mengajak siswa untuk bersama-sama menyimpulkan tentang materi mengenai sifat-sifat kubus dan balok. Kegiatan akhir guru menyuruh siswa untuk membuat rangkuman pembelajaran dan memberi informasi tentang materi yang akan dipelajari selanjutnya.

(12)

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 19 Maret 2013. Pada kegiatan awal guru mengkondisikan kelas, serta mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa, melakukan absensi. Guru menyampaikan apersepsi dengan bertanya jawab mengenai bola.Kemudian guru menghubungkan apersepsi dengan materi yang akan dipelajari bahwa pada pertemuan kedua memperlajari tentang sifat-sifat bola. Guru dan siswa bertanya jawab mengenai unsur-unsur bangun ruang bola, kemudian beberapa siswa menjawab pertanyaan guru.

Guru membagi jumlah siswa dalam kelas menjadi 4 kelompok dengan anggota kelompok masih sama seperti pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua ini khusus mempelajari tentang sifat-sifat bola. Guru membagi lembar kerja siswa dan media bangun ruang sesuai dengan materi pilihan siswa. Siswa membagi tugas dalam kelompok dan bertukar pikiran utnuk mengerjakan lembar kerja siswa. Setelah selesai, siswa mempresentasikan hasil penyelidikan di depan kelas. Beberapa siswa bertanya tentang materi yang disampaikan. Walaupun bola memiliki bentuk yang sederhana, namun beberapa siswa masih kesulitan dalam mengidentifikasi sifat-sifat bola. Setelah kegiatan presentasi selesai guru bersama siswa mengadakan koreksi bersama, kemudian siswa membuat rangkuman berdasarkan hasil dari evaluasi guru.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Maret 2013. Pada pertemuan ketiga siswa mengerjakan tes evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan teknik Group Investigation.

4.1.3.3 Observasi

Tahap observasi dilakukan setiap pertemuan pada saat pembelajaran Matematika berlangsung untuk mengetahui keaktifan belajar siswa dan apakah sintaks pembelajaran Group Investigation berjalan dengan baik. Observasi dilakukan dengan menggunakan alat lembar observasi keterlaksanaan sintaks pembelajaran yang dilakukan guru. sintaks pembelajaran dirancang untuk selesai dalam satu pertemuan. Dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan sintaks yang terdiri dari 13 tahap, peneliti mengamati apakah sintaks

(13)

pembelajaran tidak ada yang terlewati. Berikut ini merupakan tabel keterlaksanaan Sintaks pembelajaran Group Investigation pada siklus 2 Pertemuan 1:

Tabel 19

Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Group Investigation

Siklus 2 Pertemuan Ke- 1

No Sintaks yang harus dilakukan Sintaks yang terlaksana Persentase (%) Sintaks yang tidak terlaksana Persentase (%) 1 13 13 100% 0 0% Jumlah 13 13 100% 0 0%

Pada pertemuan pertama siklus 2 pembelajaran berlangsung dengan lancar, tahapan dalam sintaks pembelajaran Group Investigation terlaksana dengan baik tidak ada yang terlewati ataupun meloncat. Dari 13 tahapan yang harus dilaksanakan, guru melaksanakan semua tahapan tanpa ada yang terlewati. Pada siklus 2 pembagian kelompok dilakukan berdasarkan nilai hasil belajar siswa pada siklus 1. Siswa yang masih belum paham pada pembelajaran siklus 1 digabungkan dengan siswa yang nilainya bagus agar nantinya dapat bertukar pikiran dan menjadi paham dengan materi yang diselidiki. Guru membagi jumlah siswa ke dalam 4 kelompok masing-masing beranggotakan 4-5 orang siswa. Pertemuan kali ini siswa terlihat lebih antusias dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Guru membagi topik permasalahan kepada setiap kelompok, memberikan prosedur pengerjaan, membagi media dan LKS kepada kepada masing-masing ketua kelompok. Ketua kelompok kemudian kembali ke dalam kelompok masing-masing, merancang pembagian kerja dalam kelompok, untuk perteuan kali ini terlihat siswa sudah bisa membagi tugas kelompok dengan adil, semua anggota dapat bekerja dengan baik. Guru mengawasi kegiatan siswa dan memberikan bantuan jika diperlukan serta membimbing siswa jika masih bingung

(14)

dalam pengerjaan dan penyusunan laporan hasil investigasi dengan memberikan rambu-rambu apa saja yang harus ditulis dan disampaikan dalam laporan.

Setelah semua kelompok selesai dalam melakukan investigasi kelompok masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil penyelidikannya di depan kelas, guru memberikan kesempatan kelompok lain untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan, beberapa siswa mengajukan pertanyaan, dan kelompok presentator menjawabnya. Setelah semua kelompok selesai dalam melakukan presentasi, guru membahas hasil kerja kelompok yang sudah disampaikan, mengklarifikasi dan memberikan masukan kepada siswa. Kemudian siswa merangkum hasil presentasi dan masukan guru. Di akhir pembelajaran guru mengajak siswa untuk menarik kesimpulan.

Berikut ini merupakan tabel keterlaksanaan Sintaks pembelajaran Group Investigation pada Siklus 2 Pertemuan 2:

Tabel 20

Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Group Investigation

Siklus 2 Pertemuan Ke- 2

No Sintaks yang harus dilakukan Sintaks yang terlaksana Persentase (%) Sintaks yang tidak terlaksana Persentase (%) 1 13 13 100% 0 0% Jumlah 13 13 100% 0 0%

Pada pertemuan kedua siklus 2 sintaks pembelajaran Group Investigation

terlaksana dengan baik tidak ada yang terlewati. Dari 13 tahapan yang harus dilaksanakan, guru melaksanakan semua tahapan tanpa ada yang terlewati. Pada pertemuan kedua siklus 2 pembagian kelompok maih saa dengan pertemuan pertama siklus 2. Guru membagi jumlah siswa ke dalam 4 kolompok masing-masing beranggotakan 4-5 orang siswa. Pertemuan kali ini siswa terlihat lebih antusias dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Guru membagi topik permasalahan kepada setiap kelompok, memberikan prosedur pengerjaan, membagi media dan LKS kepada kepada masing-masing ketua kelompok. Ketua kelompok kemudian kembali ke dalam kelompok masing-masing, merancang

(15)

pembagian kerja dalam kelompok, untuk perteuan kali ini terlihat siswa sudah bisa membagi tugas kelompok dengan adil, semua anggota dapat bekerja dengan baik. Guru mengawasi kegiatan siswa dan memberikan bantuan jika diperlukan serta membimbing siswa jika masih bingung dalam pengerjaan dan penyusunan laporan hasil investigasi dengan memberikan rambu-rambu apa saja yang harus ditulis dan disampaikan dalam laporan.

Masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil penyelidikannya di depan kelas, guru memberikan kesempatan kelompok lain untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan, beberapa siswa mengajukan pertanyaan kepada kelompok presentator. Setelah semua kelompok selesai dalam melakukan presentasi, guru membahas hasil kerja kelompok yang sudah disampaikan, mengklarifikasi dan memberikan masukan kepada siswa. Kemudian siswa merangkum hasil presentasi dan masukan guru. Di akhir pembelajaran guru mengajak siswa untuk menarik kesimpulan.

4.1.3.4 Refleksi

Penerapan teknik pembelajaran Group Investigation dapat diikuti oleh siswa kelas 5 SD Negeri Jebeng Plampitan dengan baik dan pada siklus 2 ini siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan yang terjadi pada setiap siklusnya. Meskipun demikian masih ada siswa yang mengobrol dengan teman sebangkunya saat diberikan instruksi oleh guru, untuk mengatasi hal tersebut maka guru menegur dan menasehati siswa dengan mengatakan bahwa jika tetap saja berisik maka nanti tidak bisa mengerjakan soal evaluasi dari guru. siswa sudah berani dan percaya diri dalam mempresentasikan hasil penyelidikan kelompoknya, dan juga dalam menanggapi maupun mengajukan pertanyaan. Pada siklus 2 ini berjalan dengan baik dan lancar.

4.2 Hasil Penelitian

Selama penelitan berlangsung peneliti mengumpulkan data yang diperlukan dalam pelaporan hasil penelitian tindakan kelas ini.

(16)

Caramengumpulkan hasil penelitian dengan melakukan tes akhir siklus dan observasi saat pembelajaran berlangsung.

4.2.1 Deskripsi Data

Pada penelitian tindakan kelas ini data yang dicari adalah data keaktifan belajar Matematika siswa dan hasil belajar Matematia siswa selama menerapkan pembelajaran Group Investigation. Adapun deskripsi data untuk setiap siklus adalah sebagai berikut :

4.2.1.1Data Siklus 1

Data dalam setiap siklus terdiri dari dua data yaitu data keaktifan belajar Matematika dan hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Jebeng Plampitan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Data keaktifan belajar Matematika siswa diambil dengan menggunakan lembar observasi keaktifan belajar Matematika siswa yang terdiri dari 6 indikator dengan total pernyataan ada 40 pernyataan (lembar observasi keaktifan belajar Matematika siswa terlampir). Penilaian terhadap keaktifan belajar matematika dilakukan pada setiap pertemuan sedangkan data hasil belajar Matematika siswa diperoleh pada tes hasil belajar di setiap akhir siklus.

Berikut ini merupakan data keaktifan belajar Matematika siswa kelas 5 pada pertemuan pertama siklus 1 :

Tabel 21

Keaktifan Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013

Pertemuan ke- 1 Siklus 1

Kriteria Keaktifan Belajar Frekuensi Persentase

Tinggi 4 21,05%

Cukup 13 68,42%

Rendah 2 10,53%

(17)

Keterangan :

≥ 3,0 Tinggi

2,0 – 2,9 Cukup 1,0 - 1,9 Rendah

Berdasarkan hasil observasi keaktifan belajar Matematika siswa pada Tabel 21 terlihat bahwa pada pertemuan pertama siklus 1 terdapat 2 siswa masih berada pada kriteria keaktifan rendah atau sebesar 10,53% dari jumlah siswa dalam satu kelas, 13 siswa cukup aktif atau sebanyak 68,42%, dan 4 siswa keaktifannya tinggi atau sebanyak 21,05%. Untuk lebih jelasnya maka Tabel 21 disajikan ke dalam gambar berikut ini :

Gambar 4. Keaktifan Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013 pada Pertemuan ke- 1 Siklus 1

Pada pertemuan kedua siklus 1 peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan belajar Matematika siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Data keaktifan belajar Matematika siswa diambil dengan menggunakan lembar observasi keaktifan belajar Matematika siswa yang terdiri dari 6 indikator dengan total pernyataan ada 40 pernyataan (lembar observasi keaktifan belajar Matematika siswa terlampir). Keaktifan belajar Matematika siswa pada pertemuan kedua siklus 1 dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini:

2 13 4 0 2 4 6 8 10 12 14

Rendah Cukup Tinggi

Rendah Cukup Tinggi

(18)

Tabel 22

Keaktifan Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013

Pertemuan ke-2 Siklus 1

Kriteria Keaktifan Belajar Frekuensi Persentase

Tinggi 9 47,37%

Cukup 10 52,63%

Rendah 0 0 %

Jumlah 19 100%

Keterangan :

Kualifikasi kriteria keaktifan belajar Matematika siswa. ≥ 3,00 Tinggi

2,0 – 2,9 Cukup 1,0- 1,9 Rendah

Berdasarkan hasil observasi keaktifan belajar siswa pada Tabel 22 terlihat bahwa pada pertemuan ke-2 siklus 1 sudah tidak terdapat siswa dengan kriteria keaktifan belajar kurang, terdapat 10 siswa dengan keaktifan cukup atau sebanyak 52,63%, dan 9 siswa keaktifannya tinggi atau sebanyak 47,37%. Untuk memperjelas Tabel 22, maka data disajikan dalam bentuk grafik berikut ini :

Gambar 5. Keaktifan Belajar Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013 pada Pertemuan ke- 2 Siklus 1.

9 10 0 0 2 4 6 8 10 12

Rendah Cukup Tinggi

Rendah Cukup Tinggi

(19)

Data yang kedua adalah data hasil belajar Matematika siswa yang diambil dari nilai tes evaluasi pada akhir siklus. Data kemudian disederhanakan dalam tabel destribusi frekuensi dengan menggunakan rumus sebagai berikut menurut Sugiyono (2011:36-37) Range = Max-Min+1 = 95-40+1 = 56 Kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 19 = 1 + 4,219 = 5,219 (dibulatkan menjadi 6)

Interval = 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 566 = 9,33 (dibulatkan menjadi 10)

Berikut ini merupakan data hasil belajar Matematika siklus 1 siswa SD Negeri Jebeng Plampitan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo yang sudah di sederhanakan ke dalam tabel destribusi frekuensi:

Tabel 23

Destribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siklus 1 Pada Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan

Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013

No Interval Frekuensi Persentase

1 ≥90 3 16% 2 80-89 1 5% 3 70-79 6 32% 4 60-69 4 21% 5 50-59 4 21% 6 40-49 1 5% Jumlah 19 100%

Berdasarkan Tabel 23 dapat diuraikan bahwa 1 siswa berada pada interval 40 s/d 49 (5%), 4 siswa berada pada interval 50-59 (21%), 4 siswa berada pada interval 60-69 (21%), 6 siswa berada pada interval 70-79 (32%), 1 siswa berada

(20)

pada interval 80-89 (5%), dan 3 siswa berada pada interval >90 (16%). Dengan nilai tertinggi adalah 95, sedangkan nilai terendah adalah 40. Untuk lebih jelasnya data dalam Tabel 23 divisualisasikan ke dalam Gambar 6 sebagai berikut:

Gambar 6. Diagram Hasil Belajar Matematika Siklus 1 Pada Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013

4.2.1.2Data Siklus 2

Dalam siklus 2 data yang diambil sama dengan siklus 1, yaitu keaktifan belajar siswa, keterlaksanaan sintaks pembelajaran Group Investigation dan nilai hasil belajar Matematika. Data keaktifan belajar Matematika siswa diambil dengan menggunakan lembar observasi keaktifan belajar Matematika siswa yang terdiri dari 6 indikator dengan total pernyataan ada 40 pernyataan (lembar observasi keaktifan belajar Matematika siswa terlampir). Berikut ini merupakan data keaktifan belajar Matematika siswa kelas 5 pada pertemuan ke-1 Siklus 2 :

3 1 6 4 4 1 0 1 2 3 4 5 6 7 ≥ 90 80-89 70-79 60-69 50-59 40-49 Frekuensi Frek u e n si Interval Nilai

(21)

Tabel 24

Keaktifan Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013

Pertemuan ke-1 Siklus 2

Kriteria Keaktifan Belajar Frekuensi Persentase

Tinggi 12 63,16%

Cukup 7 36,84%

Rendah 0 0 %

Jumlah 19 100%

Keterangan :

Kualifikasi skor rata-rata keaktifan belajar siswa : ≥ 3,0 Tinggi

2,0-2,9 Cukup 1,0-1,9 Rendah

Berdasarkan hasil observasi keaktifan belajar Matematika siswa pada Tabel 24 terlihat bahwa pada pertemuan pertama siklus 2 sudah tidak terdapat siswa dalam kriteria keaktifan belajar kurang, terdapat 7 siswa cukup aktif dengan persentase 36,84% dari jumlah siswa, dan 12 siswa keaktifannya tinggi atau sebanyak 63,16%. Berikut ini disajikan grafik keaktifan belajar Matematika pertemuan pertama siklus 2 untuk memperjelas Tabel 24 :

Gambar 7. Keaktifan Belajar Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013 pada Pertemuan ke- 1 Siklus 2.

12 7 0 0 2 4 6 8 10 12 14

Rendah Cukup Tinggi

Rendah Cukup Tinggi

(22)

Pada pertemuan kedua siklus 2 peneliti juga mengobservasi keaktifan belajar Matematika siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Data keaktifan belajar Matematika siswa diambil dengan menggunakan lembar observasi keaktifan belajar Matematika siswa yang terdiri dari 6 indikator dengan total pernyataan ada 40 pernyataan (lembar observasi keaktifan belajar Matematika siswa terlampir). Berikut merupakan data keaktifan belajar Matematika siswa yang didapatkan :

Tabel 25

Keaktifan Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013

Pertemuan ke-2 Siklus 2

Kriteria Keaktifan Belajar Frekuensi Persentase

Tinggi 17 89,47%

Cukup 2 10,53%

Rendah 0 0 %

Jumlah 19 100%

Keterangan :

Kualifikasi skor rata-rata keaktifan belajar Matematika siswa : ≥ 3,0 Tinggi

2,0-2,9 Cukup 1,0-1,9 Rendah

Berdasarkan hasil observasi keaktifan belajar siswa pada Tabel 25 terlihat bahwa pada pertemuan kedua siklus 2 sudah tidak ada siswa dengan kriteria keakktifan belajar kurang, terdapat 2 siswa cukup aktif atau sebanyak 10,53% dari jumlah siswa dalam satu kelas, dan 17 siswa keaktifannya tinggi atau sebanyak 89,47%. Untuk lebih memperjelas Tabel 25, data disajikan dalam gambar berikut ini:

(23)

Gambar 8. Keaktifan Belajar Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013 pada Pertemuan ke- 2 Siklus 2.

Data selanjutnya adalah data hasil belajar siswa yang diambil dari nilai tes evaluasi pada akhir siklus 2. Data kemudian disederhanakan dalam tabel destribusi frekuensi dengan menggunakan rumus sebagai berikut menurut Sugiyono (2011: 36-37)

Range = Max – Min + 1 = 100 – 60 + 1 = 41 Kelas = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 19 = 1 + 4,219

= 5,219 (dibulatkan menjadi 6)

Interval = 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 416 = 6,83 (dibulatkan menjadi 7)

Berikut ini merupakan data hasil belajar matematika siklus 2 siswa SD Negeri Jebeng Plampitan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo yang sudah di sederhanakan ke dalam tabel destribusi frekuensi:

17 2 0 0 5 10 15 20

Rendah Cukup Tinggi

Rendah Cukup Tinggi

(24)

Tabel 26

Destribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siklus 2 pada Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan

Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013

No Nilai Frekuensi Persentase

1 ≥95 3 16% 2 88-94 3 16% 3 81-87 4 21% 4 74-80 3 16% 5 67-73 2 10% 6 60-66 4 21% Jumlah 19 100%

Berdasarkan Tabel 26 dapat diuraikan bahwa 4 pada interval 60 s/d 66 (21%), 2 siswa pada interval 67-73 (10%), 3 siswa pada interval 74-80 (10%), 4 siswa pada interval 81-86 (21%), 3 siswa pada interval 88 s/d 94 (16%), dan 3 siswa pada interval ≥95 (16%). Dengan nilai tertinggi adalah 100, sedangkan nilai terendah adalah 60. Untuk lebih jelasnya Tabel 26 disajikan dalam bentuk Gambar 9 berikut ini:

Gambar 9. Diagram Hasil Belajar Matematika Siklus 2 pada Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013.

4.2.2 Analisis Data

Pada penelitian ini menggunakan dua teknik analisis data, yaitu analisis ketuntasan dan analisis deskriptif komparatif. Adapun penjelasan lebih rinci adalah sebagai berikut:

3 3 4 3 2 4 0 1 2 3 4 5 ≥95 88-94 81-87 74-80 67-73 60-66 Frekuensi

(25)

4.2.2.1 Analisis Ketuntasan

Keaktifan belajar Matematika siswa diukur tingkat keberhasilannya dengan melihat persentase siswa yang masuk dalam kriteria keaktifan belajar tinggi yang diambil dari data setiap akhir siklus. Berdasarkan Tabel 21 untuk keaktifan belajar siswa pada akhir siklus 1 apabila diberikan penilaian berdasarkan lembar observasi keaktifan belajar Matematika siswa dan telah dihitung rata-rata keaktifan belajar Matematika siswa dalam setiap pernyataan. Lebih jelasnya perhatikan tabel analisis keaktifan belajar Matematika siswa berikut ini:

Tabel 27

Analisis Keaktifan Belajar Matematika Siswa Siklus 1 Pada Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan

Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013

Kriteria Keaktifan Belajar Frekuensi Persentase

Tinggi 9 47,37% Cukup 10 52,63% Rendah 0 0 % Jumlah 19 100% Rata-rata keaktifan belajar 2,58

Berdasarkan Tabel 27 terlihat bahwa siswa yang telah mencapai kriteria keaktifan belajar tinggi sebanyak 9 siswa atau sebanyak 47,37% dan 10 siswa lain masuk dalam kategori cukup aktif atau sebanyak 52,63%, dengan rata-rata keaktifan belajar klasikal 2,58. Untuk memperjelas Tabel 27 maka data disajikan ke dalam gambar berikut ini:

(26)

Gambar 10. Diagram Analisis Keaktifan Belajar Matematika Siswa Siklus 1 pada Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013.

Pada akhir siklus 2 keaktifan belajar Matematika siswa sebagaimana terdapat dalam Tabel 25 dengan penilaian berdasarkan lembar observasi keaktifan belajar Matematika siswa (terlampir) dan telah dihitung rata-rata keaktifan belajar Matematika siswa dalam setiap pernyataan, kemudian data disederhanakan dalam tabel ketuntasan berikut ini:

Tabel 28

Analisis Keaktifan Belajar Matematika Siswa Siklus 2 Pada Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan

Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013

Kriteria Keaktifan Belajar Frekuensi Persentase

Tinggi 17 89,47%

Cukup 2 10,53%

Rendah 0 0 %

Jumlah 19 100%

Berdasarkan Tabel 28 dapat diuraikan bahwa siswa yang telah mencapai kriteria keaktifan belajar tinggi sebanyak 17 siswa atau sebanyak 89,47% dan 2 siswa lain masuk dalam kategori cukup aktif atau sebanyak 10,53%. Untuk lebih memahami Tabel 28 disederhanakan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

0% 52,63% 47,37% Rendah Cukup Tinggi

(27)

Gambar 11. Diagram Ketuntasan Keaktifan Belajar Siswa Siklus 2 pada Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013.

Ketuntasan hasil belajar siswa berdasarkan Tabel 19 apabila diukur dengan menggunakan KKM 65 maka yang telah mencapai KKM adalah 12 orang atau 63,15% sedangkan yang nilainya dibawah KKM adalah 7 orang atau 36,85%. Nilai Maksimum 95, nilai minimum 40, dan rata-ratanya adalah 68,42. Berikut ini tabel ketuntasan belajar siswa siklus 1 :

Tabel 29

Ketuntasan Belajar Siklus 1

pada Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013

Ketuntasan Belajar Jumlah Persentase (%)

Tuntas 12 63,15 % Belum tuntas 7 36,85 % Jumlah 19 100% Nilai Maksimum 95 Nilai Minimum 40 Rata-rata 68,42 0% 10,53% 89,47% Rendah Cukup Tinggi

(28)

Berdasarkan tabel ketuntasan belajar siswa siklus 1, sebagai gambaran agar lebih jelas dan mudah dipahami, maka Tabel 29 divisualisasikan ke dalam diagram lingkaran berikut ini :

Gambar 12. Persentase Ketuntasan Belajar Siklus 1 pada Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013

Berdasarkan pada Gambar 11 dengan menggunakan pembelajaran Group Investigation siswa yang belum tuntas (KKM 65) adalah 36,85%, sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya sebanyak 63,15%. Untuk ketuntasan hasil belajar pada siklus 2 berdasarkan hasil perolehan nilai hasil belajar dapat dilihat bahwa dengan KKM 65.

Tabel 30

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 2 pada Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan

Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013

Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa

Jumlah Persentase (%) Tuntas 16 84,21% Belum tuntas 3 15,79% Jumlah 19 100% Nilai Maksimum 100 Nilai Minimum 60 Rata-rata 83,21 63,15% 36,85% Tuntas Belum tuntas

(29)

Berdasarkan Tabel 30 dapat dilihat jumlah siswa yang tuntas adalah 16 siswa atau 84,21% sedangkan siswa yang belum memenuhi KKM 65 sebanyak 3 siswa atau 15,79% dengan nilai maksimum 100 dan nilai minimum 60. Rata-rata nilai kelas adalah 83,21. Untuk lebih jelasnya dapat disajikan dalam Gambar 12 berikut ini:

Gambar 13. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 2 pada Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013

Berdasarkan pada Gambar 12 dengan menggunakan pembelajaran Group Investiagtion siswa yang belum tuntas (KKM=65) adalah 15,79%, sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya sebanyak 84,21%.

4.2.2.2 Analisis Deskriptif Komparatif

Berdasarkan hasil observasi keaktifan belajar Matematika siswa, terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa pada siswa dari setiap pertemuan. Berikut ini perbandingan keaktifan belajar Matematika siswa dari pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 yang disajikan pada Tabel 31.

84,21% 15,79%

Tuntas Belum tuntas

(30)

Tabel 31

Perbandingan Persentase Keaktifan Belajar Matematika Siswa Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2.

Keaktifan Belajar Matematika

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

f (%) f (%) f (%)

Tinggi 0 0% 9 47,37% 17 89,47%

Cukup 2 10,52% 10 52,63% 2 10,53%

Rendah 17 89,47% 0 0% 0 0%

Jumlah 19 100% 19 100% 19 100%

Berdasarkan Tabel 31 dapat diuraikan bahwa dengan penerapan Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan belajar Matematika siswa, dapat dilihat pada pra siklus yang masih menggunakan pembelajaran konvensional berdasarkan data yang diperoleh pada saat observasi awal 89,47% dari jumlah siswa kurang aktif, 10,52% siswa cukup aktif, dapat dikatakan bahwa keaktifan belajar siswa masih rendah. Kemudian diterapkan Group Investigation pada siklus 1, pada siklus 47,37% dari jumlah siswa keaktifannya tinggi dan 52,63% dari jumlah siswa keaktifannya cukup. Pada siklus 2 sebanyak 89,47% dari jumlah siswa keaktifannya tinggi dan hanya 10,53% dari jumlah siswa keaktifannya cukup. Untuk lebih jelasnya data disajikan ke dalam Gambar 14 sebagai berikut :

Gambar 14. Diagram Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2. 0,00% 47,37% 89,47% 10,52% 52,63% 10,53% 89,47% 0,00% 0,00% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Tinggi Cukup Rendah

(31)

Untuk mengetahui apakah ada perubahan hasil belajar Matematika siswa pada setiap siklus maka data dapat dilihat pada tabel perbandingan ketuntasan hasil belajar Matematika Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2 berikut ini:

Tabel 32

Perbandingan Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2.

No Nilai

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Jumlah Siswa Persen (%) Jumlah Siswa Persen (%) Jumlah Siswa Persen (%) 1. Tuntas 5 26,32 % 12 63,15 % 16 84,21 % 2. Tidak Tuntas 14 73,68 % 7 36,85 % 3 15,79 % Jumlah 19 100% 19 100% 19 100%

Dari tabel rekapitulasi pengelompokkan nilai pada Tabel 32 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah ketuntasan hasil belajar siswa kelas 5 dalam mata pelajaran Matematika, terbukti untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas 5 siswa karena ke 5 siswa ini sudah dapat memahami materi walaupun dengan kegiatan pembelajaran konvensional, karena daya tangkap 5 siswa ini lebih baik dibandingkan 14 siswa lainnya. Sedangkan setelah siklus 1 terjadi peningkatan dimana siswa yang tuntas meningkat menjadi 12 siswa atau 63,15%, yang artinya 12 siswa ini telah mampu menyerap kegiatan pembelajaran yang diterapkan pada siklus 1. Sementara pada siklus 2 jumlah siswa yang tuntas berjumlah 16 siswa atau 84,21%. Ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan pemanfaatan kelompok belajar dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa. Dengan pembelajaran ini siswa dapat memahami materi secara konkrit atau nyata yang disajikan dalam bentuk kerjasama kelompok dan diskusi. Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada Gambar 15 berikut ini :

(32)

Gambar 15. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2

Berdasarkan pada Gambar 14 terlihat bahwa dengan menggunakan pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SD Negeri Jebeng Plampitan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013. Pada pra siklus prosentase siswa yang mencapai KKM 65 adalah 26,32% sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 73,68%. Kemudian guru mulai menerapkan pembelajaran Group Investigation pada siklus 1 siswa yang belum tuntas adalah 36,85% sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya sebanyak 63,15%, yang artinya indikator kinerja dalam siklus 1 belum mencapai indikator kinerja yang di tetapkan yaitu 80% dari jumlah siswa memperoleh nilai di atas 65. Sehingga pembelajaran berlanjut ke siklus 2 dengan menerapkan pembelajaran Group Investigation

kembali.

Pada siklus 2 dengan menggunakan pembelajaran Group Investiagtion

siswa yang belum tuntas adalah 15,79%, sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya sebanyak 84,21%. Yang artinya indikator kinerja dalam siklus 2 sudah

26,32% 63,15% 84,21% 73,68% 36,85% 15,79% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Pra Siklus siklus 1 Siklus 2

tuntas tidak tuntas

(33)

mencapai indikator kinerja yang di tetapkan yaitu 80% dari jumlah siswa memperoleh nilai di atas 65, sehingga tampak jelas bahwa kegiatan penelitian harus dihentikan pada siklus 2.

4.3 Pembahasan

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siswa kelas 5 SD Negeri Jebeng Plampitan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 dengan menerapkan pembelajaran Group Investigation

telah meningkatkan keaktifan belajar Matematika siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis data dengan persentase keaktifan siswa pada pra siklus yang dinilai peneliti pada saat observasi didapati bahwa keaktifan belajar siswa kurang, dengan adanya 17 siswa dalam kategori kurang aktif dengan persentase 59,47% dari jumlah siswa di kelas, dan 2 siswa cukup aktif atau sebanyak 10,52% dalam pembelajaran di kelas, hal ini dikarenakan pada saat peneliti melakukan observasi guru menerapkan model pembelajaran konvensional dengan ceramah. Keadaan kelas pada saat itu sangat gaduh, pada saat guru menjelaskan siswa justru sibuk dengan temannya mengobrol satu dengan yang lainnya, siswa hanya menerima pelajaran, duduk diam dan pada saat guru bertanya siswa cenderung diam dan takut untuk menjawab.

Setelah diadakan treatment dengan menerapkan pembelajaran Group Investigation pada akhir siklus 1 keaktifan belajar meningkat, tidak ada lagi siswa yang masuk dalam kategori kurang aktif, terdapat 10 siswa dalam kategori cukup aktif atau sebanyak 52,63% dan 9 siswa aktif atau sebanyak 47,37%. Terlihat bahwa terjadi penigkatan jumlah siswa yang keaktifannya tinggi yang mulanya tidak ada yang terasuk dalam kategori tersebut menjasi 47,37% dari jumlah siswa dalam satu kelas. Jika dibandingkan dengan indikator kinerja bahwa dengan penerapan Group Investigation diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa 70% dari jumlah siswa dalam kriteria keaktifan tinggi, maka pada siklus 1 ini dapat dikatakan belum berhasil, hal ini dikarenakan siswa belum terlihat antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran Group Investigation. Pelaksanaan sintaks pembelajaran Group Investigation terlaksana

(34)

semua tahapannya, hanya saja ada beberapa kendala seperti siswa masih belum dapat bekerja sama dalam kelompok, masih ada siswa yang mengobrol dengan teman sebangkunya saat guru memberikan instruksi sehingga pada saat kegiatan investigasi kelompok mereka kebingungan dalam bekerja, selain itu juga siswa masih takut dalam bertanya dan melaporkan hasil investigasi kelompok di depan kelas juga masih malu-malu.

Pada akhir siklus 2 persentase keaktifan belajar siswa tinggi juga mengalami peningkatan 42,10% jika dibandingkan dengan siklus 1 atau 89,47% jika dibandingkan dengan pra siklus. Jumlah siswa yang masuk dalam kriteria keaktifan tinggi adalah 17 siswa atau sebanyak 89,47% sedangkan 2 siswa lain masuk dalam kriteria cukup aktif atau sebanyak 10,53% dari jumlah siswa di kelas. Jika dibandingkan dengan indikator keberhasilan 70% siswa masuk dalam kategori keaktifan tinggi, maka dapat dikatakan pada siklus 2 ini pembelajaran berhasil. Pelaksanaan pembelajaran Group Investigaton berjalan sesuai dengan tahapan yang ada, namun dalam kegiatan pembelajaran kedua siswa tersebut tidak bisa ikut serta bekerja sama dalam kelompok. Siswa tersebut justru berkeliling ke kelompok lain dan membuat kegaduhan, mengajak mengobrol dengan temannya, dan tidak mendengarkan peringatan dari guru.

Berdasarkan hasil analisis data, penerapan Group Investigation juga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SD Negeri Jebeng Plampitan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013. Pada saat sebelum tindakan terdapat 5 siswa yang tuntas atau sebanyak 26,32%, sedangkan 14 siswa lain tidak tuntas atau sebanyak 73,68%. Hal ini dikarenakan daya tangkap 5 siswa ini lebih baik dibandingkan dengan 14 siswa lainnya. Setelah penerapan pembelajaran Group Investigation pada siklus 1 terjadi peningkatan sebanyak 36,83% dibandingkan dengan pra siklus. Pada siklus 1 siswa yang tuntas meningkat menjadi 12 siswa atau sebanyak 63,15% yang artinya 12 siswa tersebut dapat menyerap materi dan kegiatan pembelajaran yang diterapkan pada siklus 1, sementara masih ada 7 siswa yang tidak tuntas atau sebanyak 36,85%, jika dibandingkan dengan indikator kinerja 80% siswa tuntas maka pembelajaran pada siklus 1 ini belum berhasil, hal ini dikarenakan pada saat

(35)

kegiatan pembelajaran siklus 1 siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan, sehingga masih ada siswa yang belum bisa menyerap materi yang dibahas.

Pada siklus 2 terjadi peningkatan hasil belajar, jika dibandingkan dengan pra siklus terjadi peningkatan sebesar 57,89% dan jika dibandingkan dengan siklus 1 terjadi peningkatan sebesar 21,06 %. Pada siklus 2 jumlah siswa yang tuntas berjumlah 16 siswa atau 84,21%, sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 orang atau sebanyak 15,79%. Jika dibandingkan dengan indikator kinerja 80% siswa tuntas, persentase ketuntasan pada siklus 2 ini lebih besar dari indikator kinerja, maka dari itu pembelajaran pada siklus 2 ini dapat dikatakan berhasil dan penelitian dapat dihentikan pada siklus 2. Pelaksanaan sintaks pembelajaran pada siklus 2 berjalan dengan baik. Siswa yang tuntas dapat menyerap materi pembelajaran dengan baik dikarenakan pada siklus 2 siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran Group Investigation dengan belajar dari siklus1, sedangkan 3 orang siswa tidak tuntas dikarenakan mereka belum bisa menyerap materi yang disajikan dengan pembelajaran yang diterapkan, karena hal ini belum terbiasa mereka lakukan.

Penerapan Group Investigation dapat meningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa terlihat pada saat pelaksanaan pembelajaran Group Investigation

secara bertahap siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan di kelas, siswa tidak hanya duduk diam mendengarkan materi pelajaran dari guru, namun dengan pembelajaran ini siswa melakukan investigasi secara berkelompok terhadap materi tertentu dalam hal ini adalah mengidentifiasi sifat-sifat bangun ruang, mereka bertukar pikiran dengan teman satu kelompoknya. Disamping itu melalui penerapan Group Investigation dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa untuk bisa belajar mandiri, mencari dan menemukan konsep-konsep matematika, sehingga muncul adanya minat dan kreativitas siswa dalam memecahkan persoalan yang ada. Dengan cara ini siswa dapat belajar berpikir secara analitis serta menumbuhkan kepedulian setiap anggota kelompok untuk saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugasnya. Dengan meningkatnya keaktifan belajar siswa juga turut mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa belajar secara langsung,

(36)

mengalami dan melakukan sendiri kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa, hal ini menjadikan hasil belajar siswa menjadi ikut meningkat.

Kesimpulan dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiyanto (2011) dengan menerapkan pembelajaran Group Investigation

pada siswa kelas V SD N Rejosari Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil belajar pada siklus 1 diperoleh dari tes yang dilaksanakan pada akhir pertemuan siklus 1 dengan ketuntasan klasikal 71% atau 38 siswa yang tuntas, meningkat pada siklus 2 yaitu ketuntasan klasikal belajar siswa mencapai 92% atau 35 siswa tuntas dari 38 siswa. Sementara pada penelitian ini pada siklus 1 ketuntasan klasikal mencapai 63,15% atau 12 siswa yang tuntas, meningkat pada siklus 2 mencapai 84,21% atau 16 siswa tuntas dari 19 siswa. Perbedaan persentase ketuntasan terjadi karena karakteristik setiap siswa pada suatu daerah tentunya berbeda, daya serap dan juga kemampuan setiap anak juga berbeda.

Pada penelitian sebelumnya dengan variabel x yang sama yaitu penerapan

Group Investigation hanya semata untuk meningkatkan hasil belajar siswa, temuan baru setelah menerapkan pembelajaran Group Investigation keaktifan belajar siswa juga meningkat. Berdasarkan pembahasan tersebut melalui perolehan hasil nilai dan observasi yang didapatkan pada siklus 1 dan siklus 2 didapatkan bahwa penerapan Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri Jebeng Plampitan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013.

Gambar

Gambar 2. Keaktifan Belajar Matematika Siswa Sebelum Tindakan Siswa Kelas 5  SD Negeri Jebeng PlampitanSemester 1 Tahun Ajaran 2012-2013
Gambar 3. Ketuntasan Belajar Matematika Sebelum Tindakan
Gambar 4. Keaktifan Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD N Jebeng Plampitan  Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013 pada Pertemuan ke- 1 Siklus 1
Gambar 6. Diagram Hasil Belajar Matematika Siklus 1 Pada Siswa Kelas 5 SD N  Jebeng Plampitan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Penelitian Selanjutnya, (a) Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk mengambil dan menggunakan jumlah responden

classicus Sakramen Penguatan. Osborne ini ada tiga hal yang menjadi poin penting, yaitu: 1) Sakramen Penguatan ialah Sakramen Roh Kudus dalam hubun- gannya dengan aspek

Bahan yang digunakan adalah digesta sekum dari landak betina enam ekor dan landak jantan dua ekor yang memiliki umur rata-rata lebih dari satu tahun yang telah dipelihara

Aplikasi biomaterial di bidang medis juga didukung dengan semakin canggihnya peralatan yang digunakan, mulai dari peralatan untuk karakterisasi material, rekayasa

UNI T LAYANAN PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERI NTAH. Jalan Pierre

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Lampaseh

Penelitian mengenai pengaturan advokasi terhadap hak-hak penyandang disabilitas terhadap diskriminasi dalam bidang penegakan hukum adalah bersifat deskriptif