• Tidak ada hasil yang ditemukan

P U T U S A N Nomor 0031/Pdt.G/2014/PTA Pdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "P U T U S A N Nomor 0031/Pdt.G/2014/PTA Pdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

P U T U S A N

Nomor 0031/Pdt.G/2014/PTA Pdg.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Tinggi Agama Padang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat banding dalam persidangan majelis, telah menjatuhkan putusan perkara “ Cerai Talak “ antara :

PEMBANDING, umur 51 tahun, agama Islam, pendidikan S.1, pekerjaan

PNS, tempat tinggal di, KABUPATEN AGAM, sebagai

Termohon/Penggugat Rekonvensi/Pembanding ;

Melawan :

TERBANDING, umur 58 tahun, agama Islam, pendidikan SLTA,

pekerjaan Dagang, tempat tinggal di, KABUPATEN AGAM,

sebagai Pemohon/Tergugat Rekonvensi/Terbanding ;

Pengadilan Tinggi Agama tersebut ;

Telah membaca berkas perkara dan semua surat yang berkaitan dengan perkara ini ;

DUDUK PERKARA

Mengutip segala uraian tentang hal ini sebagaimana termuat dalam Putusan Pengadilan Agama Maninjau Nomor 0049/Pdt.G/2014/PA Min. tanggal 04 Agustus 2014 M bertepatan dengan tanggal 08 Syawal 1435 H, yang amarnya berbunyi sebagai berikut :

Dalam Konvensi:

1. Mengabulkan permohonan Pemohon Konvensi;

2. Memberi izin kepada Pemohon Konvensi (TERBANDING) untuk

menjatuhkan talak satu raj’i terhadap Termohon Konvensi (

PEMBANDING ) dalam Sidang Pengadilan Agama Maninjau;

3. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Maninjau untuk mengirimkan salinan Penetapan Ikrar Talak kepada Pegawai

(2)

Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam untuk dicatat dalam buku daftar cerai talak;

Dalam Rekonvensi :

- Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi;

Dalam Konvensi dan Rekonvensi :

- Membebankan kepada Pemohon Konvensi/Tergugat Rekonvensi

untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp. 411.000,00 (empat ratus sebelas ribu rupiah );

Membaca akta permohonan banding yang dibuat oleh Wakil Panitera Pengadilan Agama Maninjau, yang menyatakan bahwa pada hari Selasa, tanggal 12 Agustus 2014 pihak Termohon Konvensi/ Penggugat Rekonvensi telah mengajukan permohonan banding terhadap putusan Pengadilan Agama tersebut di atas, permohonan banding tersebut telah pula diberitahukan kepada pihak lawan pada tanggal 15 Agustus 2014;

Telah pula membaca dan memperhatikan memori banding tanggal 19 Agustus 2014 yang diajukan oleh Termohon Konvensi/Penggugat Rekonvensi/Pembanding dan telah diterima Pengadilan Agama Maninjau tanggal 21 Agustus 2014 dan telah disampaikan kepada pihak lawan pada tanggal 21 Agustus 2014 sedangkan pihak Pemohon Konvensi/Tergugat Rekonvensi/Terbanding tidak mengajukan kontra memori banding berdasarkan Surat Keterangan Panitera Pengadilan Agama tersebut tanggal 12 September 2014;

PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan banding dalam perkara ini telah diajukan dalam tenggat waktu dan menurut cara-cara yang ditentukan oleh perundang-undangan, maka permohonan banding tersebut secara formal harus dinyatakan dapat diterima ;

(3)

Dalam Konvensi

Menimbang, bahwa apa yang telah dipertimbangkan dalam Konvensi pada Putusan Pengadilan Agama Maninjau Nomor 0049/Pdt.G/2014/PA Min. tanggal 04 Agustus 2014 M bertepatan dengan tanggal 08 Syawal 1435 H dapat disetujui oleh Pengadilan Tinggi Agama, begitu juga halnya Termohon/Pembanding dalam memori bandingnya tidak keberatan terhadap putusan Pengadilan Agama tersebut yang amarnya mengabulkan permohonan Pemohon untuk menjatuhkan talak terhadap Termohon/Pembanding, namun demikian setelah membaca dan

memperhatikan pertimbangan tentang konvensi dalam putusan a quo

Pengadilan Tinggi Agama memandang perlu menambah pertimbangan sebagai berikut;

Menimbang, bahwa Termohon/Pembanding dalam jawab menjawab telah mengakui dalil-dalil dari permohonan Pemohon/Terbanding, antara lain setelah menikah rumah tangganya dengan Pemohon/Terbanding

hanya rukun dan damai beberapa bulan saja, karena

Pemohon/Terbanding sering berselingkuh, sehingga pada tahun 1986 Pemohon/Terbanding pernah mengajukan permohonan cerai talak ke Pengadilan Agama Maninjau akan tetapi karena tercapai perdamaian permohonan tersebut dicabut, dan benar Termohon/Pembanding juga

suka mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak menghargai

Pemohon/Terbanding sebagai seorang suami dan telah mengusirnya dari

rumah kediaman bersama dengan membakar pakaian

Pemohon/Terbanding dan selanjutnya Termohon/Pembanding

menyatakan bersedia dan tidak keberatan bercerai dari

Pemohon/Terbanding;

Menimbang, bahwa adanya pengakuan dari pihak

Termohon/Pembanding tersebut maka sesuai dengan ketentuan dari pasal 311 RBg yang menyebutkan pengakuan yang dilakukan di depan hakim merupakan bukti lengkap, seharusnya Pemohon/Terbanding tidak perlu menghadirkan saksi-saksi untuk menguatkan dalil permohonannya,

(4)

akan tetapi dalam perkara perceraian disyaratkan tidak boleh adanya kesepakatan antara kedua pihak (suami isteri), maka pertengkaran dan perselisihan dalam rumah tangga tersebut wajib dibuktikan dengan saksi-saksi karena dikhawatirkan terjadinya kebohongan dan adanya

penyelundupan hukum sehingga hukum acaranya diatur tersendiri (Lex

Specialis) dengan membebankan pembuktian kepada

Pemohon/Terbanding ;

Menimbang, bahwa untuk memenuhi maksud tersebut

Pemohon/Terbanding telah menghadirkan dua orang saksi terdiri dari keluarga (ayah Pemohon) dan satu orang lagi dari tetangga Pemohon/Terbanding, dan saksi-saksi tersebut telah memberi keterangan di bawah sumpah yang mana keterangan tersebut mendukung apa yang didalilkan Pemohon/Terbanding dalam permohonannya, sedangkan Termohon/Pembanding pada sidang tahap pembuktian tidak hadir sampai pada sidang pembacaan putusan, sehingga dengan demikian Pengadilan

Agama tidak dapat mempertimbangkan alat bukti dari

Termohon/Pembanding sehingga Termohon/Pembanding tidak dapat

meneguhkan bantahannya terhadap dalil permohonan

Pemohon/Terbanding dalam konvensi dan tidak dapat pula membuktikan tuduhannya terhadap Pemohon/Terbanding yang disampaikannya dalam gugatan rekonvensi;

Menimbang, bahwa dari fakta-fakta yang terungkap di persidangan baik ditinjau dari jawab menjawab dan juga dihubungkan dengan ketidak sungguhan Termohon hadir dipersidangan karena dalam 5 (lima) kali sidang hanya hadir 2 (dua) kali, begitu pula terhadap upaya damai yang sudah dilakukan oleh keluarga, Majelis Hakim tingkat pertama selama proses persidangan ternyata tidak berhasil dan mediasi ke dua yang dilakukan oleh Hakim mediator Termohon/Pembanding tidah hadir, sehingga mediasi dinyatakan gagal maka Pengadilan Tinggi Agama berkeyakinan Termohonlah yang berkeinginan kuat bercerai dari Pemohon/Terbanding, maka dari peristiwa tersebut kuat indikasinya

(5)

secara formal Termohon/Pembanding yang tidak ada niat untuk

mempertahankan keutuhan rumah tangganya dengan

Pemohon/Terbanding karena antara mereka tidak ada lagi rasa mawaddah dan rahmah sebagaimana layaknya dalam sebuah rumah tangga yang harmonis, maka rumah tangga yang demikian tidak perlu lagi dipertahankan dan perceraian adalah salah satu solusinya, karena bila tetap dipertahankan akan menimbulkan kemudharatan yang lebih besar bagi Pemohon dan Termohon sendiri dan berdampak buruk terhadap

perkembangan anak ke tiga Pemohon/Terbanding dengan

Termohon/Pembanding bernama ANAK 3 PEMBANDING DAN

TERBANDING yang lagi dalam usia remaja (16 tahun), pada hal syara’ mengisyaratkan menghilangkan kemudharatan lebih diutamakan dari pada menggapai kemashlahatan yang belum pasti maka alasan perceraian yang diajukan Pemohon/Terbanding telah sesuai dengan ketentuan dari penjelasan pasal 39 ayat (2) huruf (f) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam ;

Menimbang, bahwa berdasarkan apa yang sudah dipertimbangkan oleh Pengadilan Agama tersebut dengan tambahan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka Putusan Pengadilan Agama Maninjau Nomor 0049/Pdt.G/2014/PA/Min, tanggal 04 Agustus 2014 M bertepatan dengan tanggal 08 Syawal 1435 H, yang dalam konvensi karena telah terbukti dapat dikuatkan;

Dalam Rekonvensi :

Menimbang, bahwa semua yang telah dipertimbangkan dalam konvensi, ikut dipertimbangkan dalam rekonvensi;

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan segala uraian dalam pertimbangan sebagai ternyata dalam putusan Pengadilan Agama Maninjau, maka Pengadilan Tinggi Agama menyatakan tidak sependapat, dengan alasan dan pertimbangan sebagai berikut :

(6)

Menimbang, bahwa Penggugat Rekonvensi/Pembanding dalam memori banding keberatan terhadap putusan Pengadilan Agama Maninjau tersebut karena tidak mengabulkan (Menolak) tuntutannya agar Tergugat Rekonvensi/Terbanding dihukum untuk membayar nafkah iddah dari tuntutan semula sebesar Rp.10.000.000, (sepuluh juta rupiah) selama iddah kemudian diturunkan sampai Rp.5.000.000,-(lima juta rupiah) selama iddah dan dalam memori banding sebesar Rp 4.050.000,- (empat juta lima puluh ribu rupiah) selama iddah;

Menimbang, bahwa Pengadilan Agama memberi pertimbangan

demikian karena Penggugat Rekonvensi/Pembanding terbukti nusyuz dan

terhadap pertimbangan tersebut Pengadilan Tinggi Agama

mempertimbangkan sebagai berikut;

Menimbang, bahwa Tergugat rekonvensi/Terbanding

menyatakan berkeberatan membayar nafkah iddah kepada Penggugat rekonvensi/Pembanding dengan alasan karena perlakuan

istrinya itu telah berbuat nusyuz terhadap Tergugat

rekonvensi/Terbanding;

Menimbang, bahwa perbuatan nusyuz bisa terjadi pada

seorang istri dan bisa juga terjadi pada seorang suami. Kewajiban utama seorang istri ialah berbakti lahir dan batin kepada suami di dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum islam ( pasal 83

Kompilasi Hukum Islam ) dan seorang istri dapat dikatagorikan nusyuz

apabila melakukan ketidak taatan kepada suami, antara lain berkata atau bersikap kasar hingga melukai perasaan suami, menolak ditiduri oleh suami, keluar rumah tanpa izin suami, tidak mau pindah rumah yang disediakan oleh suami atau istri melarang sang suami untuk memasuki rumah kediaman bersama. Sebaliknya kewajiban suami terhadap istri adalah melindungi, membimbing, memberi pendidikan agama kepada istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya ( pasal 80 Kompilasi Hukum Islam) dan seorang suami dapat dikatagorikan

(7)

nusyuz apabila suami menghina, membentak-bentak atau

menjelek-jelekan istrinya, mengabaikan hak-hak istri, berselingkuh dengan wanita lain, tidak mau mendengar keluhan istrinya, tidak ada perhatian dan sudah tidak peduli lagi terhadap istrinya;

Menimbang, bahwa Penggugat rekonvensi/Pembanding telah mengakui sendiri mengenai perlakuannya terhadap Tergugat rekonvensi/Terbanding suka mengeluarkan kata-kata kasar tidak menghargai Tergugat rekonvensi /Terbanding selaku suami dan telah mengusirnya dari rumah kediaman bersama dengan membakar pakaiannya karena merasa kesal atas perlakuan suaminya yang selalu main perempuan lain.

Menimbang, bahwa pengakuan adalah bukti yang sempurna (Pasal 311 R.Bg.) dan atas dasar pengakuan Penggugat rekonvensi/Pembanding tersebut diatas, maka cukup terbukti bahwa

Penggugat rekonpensi/Pembanding telah berbuat nusyuz terhadap

Tergugat rekonvensi/Pembanding selaku suaminya dan apa yang disaksikan oleh Hakim tingkat pertama selama perkara berjalan sampai perkara perceraiannya diputus tidak ada sikap atau tingkah laku tanda-tanda ketaatan yang dilakukan Penggugat konvensi/Pembanding sebagai istri terhadap suaminya. Maka atas

dasar perbuatan nusyuz tersebut kewajiban nafkah iddah dan

kiswah Tergugat rekonvensi/Terbanding menjadi gugur sesuai dengan bunyi dari Pasal 152 Kompilasi Hukum Islam, dan dalil dalam Kitab Al Iqnaa’ juz II halaman 181 yang bunyinya sebagai berikut:

ةوسكلاو ةقفنلاو ىنكسلا ةيعجرلا ةدتعملل بجيو

اهتدعءانثا وأ اهقلاط لبق ةزشان لاا

(8)

Artinya: Wajib bagi perempuan yang menjalani iddah raj’i tempat

tinggal, nafkah dan pakaian, kecuali perempuan itu nusyuz

baik sebelum ditalak atau ditengah-tengah iddah.

Menimbang, bahwa akan tetapi Pengadilan Tinggi Agama berpendapat kewajiban seorang suami yang mentalak isterinya sebagaimana halnya dalam perkara ini bukan hanya kewajiban memberi nafkah iddah dan kiswah, tetapi ada kewajiban lain yang diwajibkan kepada bekas suami yang mentalak istrinya yaitu memberi mut’ah yang layak kepada bekas istrinya ( pasal 149 huruf a. Kompilasi Hukum Islam ) dan kewajiban memberi mut’ah tersebut

tidak gugur disebabkan karena istri nusyuz, sebagaimana firman

Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 241 ;

طمللو

ل

عاتم تق

ا ىلعاقح فورعملاب

نيقتمل

Artinya: Kepada wanita-wanita yang diceraikan, hendaklah diberikan oleh suaminya mut’ah menurut yang ma’ruf, sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.

Menimbang, bahwa menurut pasal 41 huruf (c) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 memberikan kewenangan kepada

Pengadilan secara ex officio untuk menentukan kewajiban apa saja

yang harus dipenuhi seorang suami yang mentalak isterinya termasuk kewajiban uang mut’ah meskipun pihak isteri tidak menuntutnya sebagai hadiah atau penghibur dikaitkan dengan pengorbanan isteri yang sudah begitu lama mendampingi suami selama lebih kurang 31 tahun (menikah tahun 1983) dan sudah melahirkan 3 (tiga) orang anak, sedangkan besar mut’ah disesuaikan dengan kepatutan dan kemampuan suami;

Menimbang, bahwa karena mut’ah berupa uang maka besarnya

disesuaikan dengan kepatutan dan bernilai ekonomi agar dapat dipergunakan Penggugat Rekonvensi/Pembanding dan dikaitkan juga dengan kemampuan suami sebagai pedagang serta dikonpensasikan

(9)

dengan jumlah uang iddah yang dituntut Penggugat

Rekonvensi/Pembanding sebesar Rp 4.050.000,- (empat juta lima puluh ribu rupiah), maka Pengadilan Tinggi Agama menghukum Tergugat Rekonvensi/Terbanding untuk memberikan mut’ah berupa uang sejumlah Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) dibayar pada waktu ikrar talak diucapkan dan kewajiban tersebut bukanlah membuat putusan ini menjadi ultra petitum, akan tetapi untuk mencapai azas keadilan dan memenuhi

ketentuan hukum Syara’ dan hukum materil yang diterapkan di

Pengadilan Agama ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka putusan Pengadilan Agama tersebut harus dibatalkan dan Pengadilan Tinggi Agama mengadili sendiri sebagaimana tersebut dalam amar putusan ini;

Dalam Konvensi dan Rekonvensi.

Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 89 ayat (1)

Undang No.7 tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang No.3 tahun 2006 dan Undang-Undang-Undang-Undang No. 50 tahun 2009, maka biaya perkara pada tingkat pertama dibebankan kepada Pemohon/Terbanding dan pada tingkat banding dibebankan kepada Pembanding;

Mengingat, segala ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan hukum syara’ yang berkaitan dengan perkara ini ;

MENGADILI

- Menyatakan bahwa permohonan banding yang diajukan oleh

Termohon Konvensi/Penggugat Rekonvensi/ Pembanding dapat diterima ;

(10)

Dalam Konvensi :

- Menguatkan Putusan Pengadilan Agama Maninjau Nomor

0049/Pdt.G/2014/PA.Min, tanggal 04 Agustus 2014 M bertepatan dengan tanggal 08 Syawal 1435 H. ;

Dalam Rekonvensi :

- Membatalkan Putusan Pengadilan Agama Maninjau Nomor

0049/Pdt.G/2014/PA.Min, tanggal 04 Agustus 2014 M bertepatan dengan tanggal 08 Syawal 1435 H. ;

Dan dengan mengadili sendiri :

- Menghukum Tergugat Rekonvensi/Terbanding untuk membayar

mut’ah kepada Penggugat Rekonvensi/Pembanding dalam bentuk uang sebesar Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) ;

Dalam Konvensi dan Rekonvensi :

- Membebankan biaya perkara pada tingkat pertama kepada Pemohon

Konvensi/Tergugat Rekonvensi sebesar Rp 411.000,- (empat ratus sebelas ribu rupiah) ;

- Membebankan biaya perkara pada tingkat banding kepada Termohon

Konvensi/Penggugat Rekonvensi/Pembanding sebesar Rp 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) .

Demikian dijatuhkan putusan ini dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Padang yang dilangsungkan pada hari Rabu tanggal 22 Oktober 2014 M bertepatan dengan tanggal 27

Dzulhijjah 1435 H, oleh Drs. H. Abu Bakar Syarif, SH, M.HI sebagai

Ketua Majelis, Drs. E. Saefuddin, MH dan Dra. Hj. Zubaidah Hanoum,

SH. masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut diucapkan

dalam sidang terbuka untuk umum pada hari kamis tanggal 06 Nopember 2014 M bertepatan dengan tanggal 13 Muharram 1436 H,

(11)

oleh Ketua Majelis tersebut dengan didampingi oleh Hakim Anggota dan

dibantu oleh Syafril Saad sebagai Panitera Pengganti, dengan tidak

dihadiri oleh kedua belah pihak berperkara.

Hakim Anggota, Ketua Majelis, ttd. ttd.

Drs. E SYAEFUDDIN, SH Drs. H. ABU BAKAR SYARIF, SH., M.HI.

Hakim Anggota,

ttd. Dra. Hj. ZUBAIDAH HANOUM, SH

Panitera Pengganti, ttd. SYAFRIL SAAD Perincian biaya : 1. Biaya proses : Rp. 139.000,00 2. Redaksi : Rp 5.000,00 3. Meterai : Rp 6.000,00

- Jumlah : Rp 150.000,00 ( seratus lima puluh ribu rupiah ).

UNTUK SALINAN PANITERA,

Referensi

Dokumen terkait

Penerimaan retribusi parkir di pemerintah Kota Yogyakarta masuk katagori perima karena memberikan kontribusi yang besar (potensil) dengan tingkat pertumbuhan yang

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut bahwa strategi pemerintah daerah dalam penaganan

Catatan tambahan : Spesifikasi produk tergantung pada pengujian, dari data literatur dan informasi dari perusahaan manufaktur sarung tangan atau diturunkan dari produk yang

1) Pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja. Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadapkepuasan kerja.Jadi dapat

tetapi juga melakukan investasi pada infrastruktur yaitu: sumber daya manusia, sistem dan prosedur. Tolak ukur kinerja keuangan, pelanggan, dan proses bisnis internal

dari tanah dengan lutut agak tertekuk dan gerak bola tertahan oleh telapak kaki, sedangkan tumpuan berat badan pada kaki yang lainnya. 5) Menendang dan

Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (6) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara clan Reformasi Birokrasi Nomor 26 Tahun 2016 tentang

Untuk mengukur akuntabilitas kinerja pengkajian teknologi pertanian secara umum dapat dilihat pada pencapaian rencana tingkat capaian dari indikator kinerja yang tertuang dalam