• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BATIK BOGOR PADA UKM BATIK TRADISIKU BOGOR. Oleh AMELIA PUTRI SAADIAH H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BATIK BOGOR PADA UKM BATIK TRADISIKU BOGOR. Oleh AMELIA PUTRI SAADIAH H"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

AMELIA PUTRI SAADIAH

H24080107

DEPERTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(2)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen

Fakultas Eknomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

AMELIA PUTRI SAADIAH

H24080107

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(3)

Nama : Amelia Putri Saadiah

NIM : H24080107

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

(Dr.Ir. Abdul Kohar Irwanto,M.Sc.) NIP 19491210 197803 1 002

Mengetahui, Ketua Departemen

Manajemen

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.) NIP 19610123 198601 1 002

(4)

AMELIA PUTRI SAADIAH. H24080107. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Batik Bogor pada UKM Batik Tradisiku Bogor. Di bawah bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO.

Usaha Kecil dan Menengah yang biasa disingkat UKM memiliki peranan yang baik yaitu dapat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia dengan terciptanya lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar UKM tersebut didirikan, sehingga dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Batik merupakan warisan Indonesia yang sangat perlu dilestarikan karena batik merupakan tekstil khas Indonesia yang memiliki motif yang memiliki nilai seni yang tinggi. Perkembangan unit usaha, nilai produksi, dan nilai ekspor batik Indonesia menunjukan terjadinya peningkatan yang signifikan. Tidak hanya itu, pertumbuhan industri tekstil mengalami tren yang meningkat walaupun pada tahun 2007-2008 mengalami penurunan tetapi meningkat lagi pada tahun selanjutnya. Hal tersebut menunjukan bahwa peluang Batik Bogor Tradisiku untuk mengembangan usahanya cukup besar. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah 1) Menganalisis kelayakan pengembangan usaha UKM Batik Tradisiku bila dilihat dari aspek finansial dan non-finansial yaitu meliputi aspek pasar, aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi dan sosial. 2) Menganalisis sensitivitas UKM Batik Tradisiku terhadap perubahan yang terjadi. 3)Menganalisis perbandingan usaha UKM Batik Tradisiku pada kondisi normal tanpa pengembangan dan dengan pengembangan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pemilik usaha Batik Tradisiku dengan teknik wawancara langsung dan pengamatan (observasi) langsung di tempat usaha. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan keuangan dan dokumen-dokumen perusahaan serta literatur yang relevan dengan peneliti berupa buku-buku, hasil penelitian terdahulu, dan publikasi elektronik (internet). Analisis yang digunakan adalah analisis kriteria investasi dan analisis sensitivitas dengan menggunakan

Microsoft Exel dan perhitungan kapasitas optimum produksi menggunakan

software Lindo dan forecasting menggunakan software Minitab.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan analisis kriteria investasi NPV sebesar Rp 778.901.000, IRR sebesar 41,97 persen, Net B/C sebesar 3,729, Gross B/C sebesar 1,174, PI sebesar 6,341, dan PBP selama 3 tahun 9 bulan. Pada hasil kriteria investasi pada saat kondisi normal tanpa pengembangan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 222.947.000, IRR sebesar 23,9 persen, Net B/C sebesar 1,804, Gross B/C sebesar 1,057, PI sebesar 2,774, dan PBP selama 4 tahun 11 bulan 22 hari. Hasil analisis switching value menunjukan bahwa tingkat sensitivitas usaha terhadap kenaikan inflasi berada pada batas 23,29 persen pada kondisi pengembangan dan 18,12 persen pada saat kondisi normal tanpa pengembangan. Perbandingan antara kondisi normal tanpa pengembangan dengan adanya pengembangan usaha diperoleh hasil melalui analisis kriteria investasi adalah akan lebih baik jika Batik Bogor Tradisiku mengembangkan usahanya karena lebih banyak mendapat keuntungan walaupun tanpa pengembangan usaha tetap layak dijalankan. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa Batik Bogor Tradisiku sebaiknya melakukan pengembangan usaha.

(5)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Amelia Putri Saadiah dilahirkan pada tanggal 25 Desember 1990 di Jakarta, merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak H. Ai Djadja, SE dan Ibu Hj. Humani Tariana. Bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Cipinang Melayu 04 Pagi Jakarta Timur tahun 1996 hingga tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama Negeri 80 Jakarta Timur lulus pada tahun 2005, Sekolah Menengah Atas Negeri 91 Jakarta Timur lulus pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama kuliah aktif sebagai Vice Manager General Affair Unit Kegiatan Mahasiswa Music Agricultural X-pression pada tahun 2010 dan sebagai anggota Departemen Olahraga pada Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2011. Berpartisipasi di beberapa kegiatan BEM FEM dan BEM KM IPB, yaitu kepanitiaan Pujangga 2010, FEM Art Day 2010,

Tax Goes to Campus 2010, Sportakuler 2010, dan OMI 2010. Mengikuti magang atau pelatihan kerja di bagian Keuangan, Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri, Kementrian Perindustrian Jakarta.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya-Nya kepada penulis dalam menyusun penelitian ini. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Terima kasih kepada Allah SWT atas segala kesempatan, kemudahan, dan kelancaran yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Batik Bogor pada UKM Batik Bogor Tradisiku” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyaknya kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya penelitian berikutnya sebagai penyempurna skripsi ini.

Bogor, April 2012

(7)

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat tersusun tanpa bantuan berbagi pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Abdul Basith, MS dan Dra. Siti Rahmawati, M.Pd. selaku dosen penguji sidang, yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji sidang dan memberikan bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. selaku Ketua Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Departemen Manajemen, FEM IPB yang telah membantu memfasilitasi segala keperluan kuliah dan birokrasi yang harus diselesaikan oleh penulis.

5. Mama dan papa tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materil, dan juga doa-doanya yang selalu dipanjatkan tiada henti bagi ketiga anaknya.

6. Kedua kakakku tersayang, Mas Aji dan Mbak Ajeng, yang selalu

mendukung, memberikan semangat, serta doa.

7. Pemilik dan seluruh karyawan/wati di Batik Bogor Tradisiku yang membantu dalam proses pembuatan skripsi khususnya Pak Siswaya, Bu Siswaya, Mbak Lisa, Mbak Eva, Mas Ian, Le Oka, dan Mas Bana.

8. Teman-teman seperjuangan satu tema penelitian NisaUl serta Ka Afif, Wita, dan Rida serta teman-teman satu bimbingan Wirda, Sheila, Munsoy, dan Toe atas semangat, bantuan, dan kebersamaannya.

9. Teman seperjuangan satu tempat penelitian Ida dan Satriani yang selalu menemani, mendukung, serta motivasinya selama pengambilan data.

10. Sahabat-sahabat GNBH tersayang Ida Nurul, Risyayana, Raysah, Fitriannisa, Regita, Dewi Anugerah, Arni, dan Anggara Hidayat atas kebersamaan, canda tawa, kasih sayang, serta dukungannya.

(8)

viii

11. Dara-dara Putri Bunda tersayang Ayu Sri, Mutia, Mafia, Dewi Anugerah, Shiella Fanny, Dina Restiana, Gita Sugi, Denissa, Lutfah Jamila, Unni, Teressa, Sagita Pinanti, dan Rini atas kebersamaan, canda tawa, kasih sayang, serta dukungannya.

12. Teman-teman MAX!! terhebat Denden, Matot, Mephy, Laras, Syifa, Andra, Ubur, Imo, Fikri, Wawan, Oka, dan Ibenk atas perjuangan serta canda tawanya.

13. Sahabat Wasser tersayang Ayu Kartika, Inggrid Indah, Ririn, Anggia, dan Amira atas kebersamaan, canda tawa, kasih sayang, serta dukungannya. 14. Tim Redaksi buku kenangan Management 45 Ardiansyah, Risya, Wirda, Ida,

Lina Zahira, Dewi Anugerah, dan Rida Akzar atas perjuangannya dan pelajaran hidup selama penyusunan buku tersebut.

15. Teman-teman yang selalu membantu penulis Nabila, Antin, Sylvani Nugraha, Fadli, Icha Anggita, Nika, Mia, Yuti, Mega, Dudi, Ray, Mahendra, Mitha, dan Jejes.

16. Teman-teman BEM FEM IPB Kabinet Sinergi yang selama ini mendukung dan memberikan semangat serta pelajaran hidup.

(9)

ix DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ... v KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMAKASIH... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Usaha Kecil Menengah ... 5

2.1.1 Pengertian UKM ... 5

2.1.2 Kriteria UKM ... 5

2.2. Batik ... 6

2.2.1 Pengertian Batik ... 6

2.2.2 Sejarah Batik ... 6

2.2.3 Proses Pembuatan Batik ... 7

2.3. Studi Kelayakan Bisnis ... . 8

2.3.1 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis ... 8

2.3.2 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis ... 9

2.4. Analisis Sensitivitas ... 18

2.5. Studi Terdahulu ... 18

III. METODE PENELITIAN ... 20

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 20

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.3. Jenis dan Sumber Data... 22

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 22

3.4.1 Analisis Kriteria Investasi ... 22

3.4.2 Analisis Sensitivitas ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 25

(10)

x

4.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran ... 29

4.2.2 Aspek Teknis ... 32

4.2.3 Aspek Manajemen dan Hukum ... 35

4.2.4 Aspek Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan ... 37

4.2.5 Aspek Finansial ... 38

4.3. Implikasi Manajerial ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

Kesimpulan ... 49

Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Data Pertumbuhan Industri ... 2

2. Contoh Alur Informasi Antar Aspek ... 10

3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 21

4. Uji Stasioner dengan Autocorrelation ... 28

5. Model Tren Linear ... 29

6. Tahap Proses Produksi Kain Batik ... 33

(12)

xii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Perkembangan Unit Usaha, Nilai Produksi dan Nilai Ekspor Batik

Indonesia ... 2

2. Kapasitas Optimum Produksi ... 27

3. Metode Peramalan dan Nilai Kesalahan ... 29

4. Ramalan Penjualan dan Kapasitas Optimum Produksi Batik Cap ... 31

5. Rencana Anggaran Biaya pada Batik Bogor Tradisiku ... 40

6. Biaya Operasional Batik Bogor Tradisiku ... 41

7. Perbandingan Kriteria Investasi pada Kondisi Normal dan Kondisi Pengembangan Usaha Batik Bogor Tradisiku ... 42

8. Hasil Rekapitulasi Aspek Finansial pada Kondisi Normal dan Pengembangan Usaha Menggunakan Kriteria Investasi ... 46

9. Hasil Rekapitulasi Aspek Finansial pada Kondisi Normal dan Pengembangan Usaha Menggunakan Analisis Sensitivitas ... 47

10. Implikasi Manajerial dalam Fungsi Manajemen pada Pengembangan Usaha Batik Bogor Tradisiku ... 48

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Perhitungan IRR menggunakan Gambar ... 52

2. Alur Pikir Penelitian ... 53

3. Program Linear Penentuan Kapasitas Optimum Produksi ... 54

4. Asumsi Peramalan Penjualan Batik Cap pada Pengembangan Batik Bogor Tradisiku ... 55

5. Kebutuhan Fisik Kondisi Normal ... 58

6. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Kondisi Normal ... 60

7. Perhitungan Penyusutan Kondisi Normal ... 63

8. Perhitungan Kredit ... 65

9. Perhitungan Biaya Kondisi Normal ... 67

10. Perhitungan Kriteria Investasi Kondisi Normal ... 68

11. Perhitungan Analisis Sensitivitas dengan Metode Switching Value Kondisi Normal (tingkat inflasi) ... 72

12. Kebutuhan Fisik Kondisi Pengembangan ... 73

13. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Kondisi Pengembangan ... 75

14. Perhitungan Penyusutan Kondisi Pengembangan ... 78

15. Perhitungan Biaya Kondisi Pengembangan ... 80

16. Perhitungan Kriteria Investasi Kondisi Pengembangan... 81

17. Perhitungan Analisis Sensitivitas dengan Metode Switching Value Kondisi Pengembangan (tingkat inflasi) ... 85

(14)

1.1. Latar Belakang

Usaha Kecil Menengah yang biasa disingkat dengan UKM merupakan bagian terpenting dalam suatu perekonomian suatu negara, UKM memiliki peranan yang baik untuk meningkatkan lajunya perekonomian masyarakat. Selain itu, UKM dapat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia dengan terciptanya lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar UKM tersebut didirikan, sehingga dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Maka dari itu, pengembangan UKM di Indonesia perlu dilakukan dengan baik karena dapat mengatasi salah satu permasalahan negara Indonesia.

Terbukti pada masa krisis ekonomi pada tahun 1997-1998, usaha kecil menengah justru dapat mempertahankan kelangsungan usahanya daripada usaha besar. Sehingga pada saat krisis tersebut dapat menumbuhkan sikap optimism bagi sebagian orang untuk dapat memulihkan ekonomi pada saat itu. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kedudukan usaha kecil menengah di Indonesia semakin kokoh sehingga kita perlu mempertahankan UKM.

Bogor merupakan salah satu kota pariwisata yang ramai didatangi oleh berbagai pengunjung dari berbagai kota dan negara. Posisi kota Bogor yang berbatasan langsung dengan Jakarta membuat Bogor menjadi kota yang strategis. Banyak wisata yang ditawarkan oleh Bogor yaitu wisata budaya, kuliner, belanja, dan ilmiah. Wisata kuliner merupakan alasan utama banyaknya pengunjung yang datang. Kuliner asli Bogor yang ramai didatangi pengunjung diantaranya adalah asinan Bogor, roti unyil, toge goreng, dan talas Bogor.

Batik merupakan warisan Indonesia yang sangat perlu dilestarikan karena batik merupakan tekstil khas Indonesia yang memiliki motif yang memiliki nilai seni yang tinggi. Wisata Batik di Bogor perlu untuk dikembangkan karena Batik Bogor memiliki potensi yang besar. Oleh karena itu, batik Bogor perlu dikembangkan dan di publikasikan kepada masyarakat

(15)

khususnya masyarakat Bogor agar dapat melestarikan batik Bogor karena ada kecenderungan menurunnya budaya batik.

Berdasarkan data perkembangan unit usaha, nilai produksi, dan nilai ekspor batik Indonesia pada Tabel 1 menunjukkan terjadinya peningkatan yang signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Batik Tradisiku Bogor memiliki peluang dalam mengembangkan usahanya khususnya di Kota Bogor.

Tabel 1. Perkembangan unit usaha, nilai produksi, dan nilai ekspor batik Indonesia

Tahun Unit Usaha

(UU) Nilai Produksi (Rp Juta) Nilai Ekspor (US$ Juta) 2005 31.077 3.318.716 105 2006 30.107 3.140.679 110 2007 38.155 3.458.615 125 2008 39.728 3.610.530 114 2009 41.124 3.940.625 120

Sumber: majalah GEMA 2011

Selain itu pada sektor industri tekstil berdasarkan data dari kementrian perindustrian dijelaskan bahwa pertumbuhan industri tekstil mengalami tren yang meningkat. Sehingga hal tersebut memberikan gambaran bahwa Batik Tradisiku Bogor berpeluang untuk mengembangkan bisnis tekstil di Bogor. Berikut data pertumbuhan industri tekstil dapat dilihat pada Gambar 1.

(16)

UKM Batik Tradisiku merupakan UKM yang bergerak di bidang produksi batik asli Bogor. Berdasarkan keputusan Walikota Bogor yang mewajibkan pada seluruh dinas pemerintahan Kota Bogor untuk mengenakan batik Bogor sebagai seragam membuat UKM tersebut optimis untuk mengembangkan batik Bogor agar dapat melestarikannya, serta dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi warga sekitar tempat UKM tersebut. Selain itu batik saat ini sangat trend dikalangan masyarakat Indonesia karena sedang digembor-gemborkan pelestarian warisan budaya bangsa yang sangat indah ini. Oleh karena itu, sangat diperlukannya penelitian mengenai analisis kelayakan pengembangan usaha pada UKM Batik Tradisiku yang diharapkan dapat berkembang di Bogor. Sehingga dapat dilihat kelayakan pengembangan usahanya dan daya saing UKM tersebut bila ditinjau dari berbagai aspek secara kualitatif dan kuantitatif.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha UKM Batik Tradisiku bila dilihat dari aspek finansial dan non-finansial yaitu meliputi aspek pasar, aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi dan sosial?

2. Bagaimana sensitivitas UKM Batik Tradisiku terhadap perubahan yang terjadi?

3. Bagaimana perbandingan usaha UKM Batik Tradisiku pada kondisi normal tanpa pengembangan dan dengan pengembangan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha UKM Batik Tradisiku bila dilihat dari aspek finansial dan non-finansial yaitu meliputi aspek pasar, aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi dan sosial.

(17)

2. Menganalisis sensitivitas UKM Batik Tradisiku terhadap perubahan yang terjadi.

3. Menganalisis perbandingan usaha UKM Batik Tradisiku pada kondisi normal tanpa pengembangan dan dengan pengembangan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi beberapa pihak yang memerlukannya, diantaranya adalah: 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran bagi

perusahaan sebagai dasar dan bahan dalam pengambilan keputusan UKM Batik Tradisiku.

2. Bagi pembaca, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai studi kelayakan pengembangan usaha dan sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berfokus pada usaha kecil menengah batik Bogor yaitu UKM Batik Tradisiku dalam menganalisis kelayakan pengembangan usaha yang melihat dari aspek finansial dan aspek non-finansial yaitu meliputi aspek pasar, aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi dan sosial, serta menganalisis sensitivitas UKM Batik Tradisiku terhadap perubahan yang terjadi.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Kecil Menengah 2.1.1 Pengertian UKM

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 pengertian Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2.1.2 Kriteria UKM

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah:

1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(19)

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.2. Batik

2.2.1 Pengertian Batik

Batik dijelaskan sebagai kain bergambar yang dibuat secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam (lilin) pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu, atau bisa dikenal dengan kain batik (Balai Pustaka dalam Wulandari, 2011). 2.2.2 Sejarah Batik

Di Indonesia, batik memiliki sejarah dan riwayat yang panjang. Di setiap wilayah di Nusantara, batik memiliki perkembangan dan kisah yang menarik. Keberadaan Kerajaan Majapahit sebagai kerajaan yang besar, makmur, dan mengalami masa kejayaan selama beberapa abad telah membuat tradisi dan kebudayaannya mengakar kuat di wilayah Nusantara, termasuk diantaranya seni batik.

Batik semakin eksis pada masa kerajaan Majapahit dengan wilayah dan kekuasaan yang sangat luas. Namun data yang lebih pasti tentang sejarah dan perkembangan batik di Indonesia mulai terekam

(20)

jelas sejak masa kerajaan Mataram Islam, yang bersumber dari keraton, seperti motif parang, rusak, semen rama, dan lain-lain.

Awalnya batik digunakan sebagai hiasan pada daun lontar yang berisi naskah atau tulisan agar tampak lebih menarik. Seiring perkembangan interaksi bangsa Indonesia dengan bangsa asing, maka mulai dikenal media batik pada kain. Sejak itu, batik mulai digunakan sebagai corak kain yang berkembang sebagai busana tradisional, khususnya digunakan di kalangan ningrat keratin.

Beberapa literatur, sejarah pembatikan di Indonesia sering dikaitkan dengan kerajaan Majapahit dan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Hal ini dibuktikan dengan penemuan arca dalam Candi Ngrimbi dekat Jombang yang menggambarkan sosok Raden Wijaya, raja pertama Majapahit (memerintah 1294-1309), memakai kain batik bermotif kawung. Oleh sebab itu, kesenian batik diyakini telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit secara turun-temurun.

2.2.3 Proses Pembuatan Batik

Kegiatan membatik merupakan salah satu kegiatan tradisional yang terus dipertahankan agar tetap konsisten seperti bagaimana asalnya. Walaupun motif dan corak batik di masa kini sudah beraneka ragam, proses pembuatan batik pada dasarnya masih sama. Adapun peralatan yang digunakan untuk membatik adalah gawangan, bandul, wajan, kompor, taplak, saringan malam, canting, mori, malam (lilin), dhingkik, dan pewarna alami.

Berikut adalah proses pembuatan batik dari awal hingga akhir adalah sebagai berikut:

1. Ngemplong, merupakan tahap paling awal, yaitu kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah dibatik.

2. Nyorek atau Memola, adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain mori dengan cara meniru pola motif yang sudah ada. 3. Mbathik, merupakan proses menorehkan malam batik ke kain mori. 4. Nembok, adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh

(21)

5. Medel, adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang-ulang sehingga mendapatkan warna yang diinginkan.

6. Ngerok dan Mbirah, yaitu malam pada kain dikerok secara hati-hati dengan menggunakan lempengan logam, kemudian kain dibolas dengan air bersih.

7. Mbironi, adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa titik dengan menggunakan malam.

8. Menyoga, adalah dengan mencelupkan kain ke dalam campuran warna cokelat.

9. Ngelorod, merupakan tahap akhir dalam proses pembutan batik, yaitu melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih.

2.3. Studi Kelayakan Bisnis

Bisnis diartikan sebagai seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri dimana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka (Umar, 2009).

Bisnis didefinisikan setiap kegiatan atau aktifitas yang menggunakan sumber daya modal baik dengan jumlah modal kecil, sedang, maupun dalam jumlah modal yang sangat besar, dengan maksud untuk menghasilkan dan atau menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya, dan dari kegiatan tersebut diharapkan akan diperoleh keuntungan (Sinaga, 2009).

Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk baru (Umar, 2009).

2.3.1 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis

Sebelum menjalankan sebuah bisnis perlu untuk melakukan studi kelayakan bisnis terlebih dahulu. Seperti yang sudah dijelaskan

(22)

mengenai definisi studi kelayakan bisnis bahwa suatu bisnis perlu dilihat apakah memiliki potensi dan prospek yang baik bila dijalankan. Tujuan mengapa suatu bisnis dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan, yaitu:

1. Menghindari resiko kerugian. Masa depan penuh dengan

ketidakpastian. Untuk menimalisir resiko kerugian dimasa depan perlu dilakukannya studi kelayakan bisnis, baik resiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

2. Memudahkan perencanaan. Jika sudah melakukan peramalan untuk masa depan, maka akan mempermudah dalam melakukan perencanaan. Perencanaan meliputi jumlah dana yang diperlukan, lokasi usaha, siapa saja yang melaksanakannya, bagaimana cara menjalankannya, berapa keuntungan yang didapat, serta bagaimana mengawasi jika terjadinya penyimpangan.

3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Dengan adanya perencanaan yang sudah dibuat akan memudahkan pelaksanaan bisnis. Pelaksana bisnis dalam menjalankan bisnis telah memiliki pedoman yang harus dilakukan. Kemudian pelaksanaan bisnis dilakukan secara sistematik sesuai dengan rencana sehingga perencanaan yang telah disusun dijadikan acuan dalam melaksanakan bisnis.

4. Memudahkan pengawasan. Pengawasan dilakukan agar kegiatan pelaksana bisnis tidak melenceng dari rencana bisnis yang telah disusun.

5. Memudahkan pengendalian. Setelah dilakukan pengawasan, apabila terdapat penyimpangan akan mudah terdeteksi dan segera dilakukannya pengendalian terhadap penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng ke tempat yang sesungguhnya.

2.3.2 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis

Proses analisis setiap aspek saling berketerkaitan antara satu aspek dan aspek lainnya sehingga hasil analisis aspek-aspek tersebut menjadi terintegrasi. Alur informasi antar aspek adalah sebagai berikut:

(23)

Gambar 2. Contoh alur informasi antar aspek

Disesuaikan dengan tahapan studi kelayakan diatas, dijelaskan bahwa pada tahap penelitian ada beberapa aspek yang akan dinilai dalam studi kelayakan bisnis yaitu aspek finansial dan non-finansial meliputi aspek pasar, aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek ekonomi dan sosial, aspek yudiris, dan aspek lingkungan.

1. Aspek Pasar

Pasar, menurut salah satu ahli pemasaran, Stanton dalam Umar (2009), merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Tiga faktor yang menunjang terjadinya pasar, yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya, serta tingkah laku dalam pembeliannya.

Aspek pasar merupakan aspek yang paling perlu untuk dikaji pertama karena jika aspek pasarnya saja tidak jelas maka prospek bisnis ke depan pun tidak jelas. Sehingga resiko kegagalan bisnis menjadi besar bila aspek pasar tidak jelas. Hal-hal pokok dalam aspek pasar, diantaranya adalah:

a. Permintaan

Permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta konsumen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu

Aspek Pasar Aspek Pemasaran Aspek Lainnya Aspek Keuangan Fakta Lapangan

(24)

tertentu (Kasmir dan Jakfar, 2009). Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang atau jasa adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan, pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan faktor khusus (akses).

b. Penawaran

Penawaran adalah jumalah barang atau jasa yang ditawarkan produsen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu (Kasmir dan Jakfar, 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran suatu barang atau jasa adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan, teknologi, harga input (ongkos produksi), tujuan perusahaan, dan faktor khusus (akses). c. Bentuk pasar

Adapun beberapa bentuk pasar yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar oligopoli, dan pasar persaingan monopolistik.

Pasar persaingan sempurna adalah suatu pasar di mana terdapat sejumlah besar penjual dan pembeli, sehingga tindakan penjual secara individu tidak dapat mempengaruhi harga barang di pasar. Produknya relatif homogen.

Pasar monopoli adalah sebuah bentuk pasar yang dikuasai oleh seorang penjual saja. Tidak ada barang substitusi dari barang yang yang dijual oleh penjual tersebut, serta terdapat hambatan untuk masuknya penjual dari luar. Hal tersebut dikarenakan penguasaan bahan mentah, penguasaan teknik produksi, tindakan yudiris dalam perolehan hak paten, serta karena luas pasar yang tak cukup besar untuk dilayani oleh lebih dari satu produsen.

Pasar oligopoli merupakan perluasan dari pasar monopoli, sebuah struktur pasar yang hanya terdapat sedikit penjual. Hambatan untuk masuk industri sedikit sulit hal ini disebabkan modal yang diperlukan relatif besar. Perusahaan dalam pasar ini jarang

(25)

bersaing mengenai harga, tetapi bersaing pada faktor lain seperti kualitas atau desain.

Pasar persaingan monopolistik adalah bentuk campuran antara pasar persaingan sempurna dengan pasar monopoli. Dikatakan mirip pasar persaingan sempurna karena ada kebebasan bagi perusahaan untuk masuk-keluar pasar, selain itu barang yang dijual tidak homogeny. Oleh karena barang-barang yang heterogen itu dimiliki oleh beberapa perusahaan besar saja, pasar ini mirip dengan monopoli.

2. Aspek Pemasaran

Pemasaran menurut Kotler dalam Kasmir dan Jakfar (2009) merupakan suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.

Aspek pemasaran merupakan aspek yang diteliti untuk mengetahui posisi produk di pasar, layak atau tidak produk bila diluncurkan ke pasar. Hal-hal pokok dalam aspek pemasaran yang perlu dianalisis adalah sebagai berikut:

a. Segmentasi

Segmentasi pasar artinya membagi pasar menjadi beberapa kelompok pembeli yamg berbeda yang mungkin memerlukan produk atau marketing mix yang berbeda pula. Pasar terdiri dari banyak sekali pembeli yang berbeda dalam beberapa hal, misalnya keinginan, kemampuan keuangan, lokasi, sikap pembelian, dan praktek-praktek pembeliannya. Dari perbedaan-perbedaan ini dapat dilakukan segmentasi pasar. Beberapa aspek utama untuk mensegmentasikan pasar adalah aspek geografis, aspek demografis, aspek psikografis, dan aspek perilaku.

b. Targeting

Setelah segmen pasar diketahui, selanjutnya perlu melakukan analisis untuk dapat memutuskan berapa segmen pasar yang akan

(26)

dicakup, lalu memilih segmen mana yang akan dilayani. Analisis dapat dilakukan dengan menelaah tiga faktor, yaitu ukuran dan pertumbuhan segmen, kemenarikan struktural segmen, dan sasaran dan sumberdaya.

c. Positioning

Selanjutnya harus diputuskan adalah posisi produk yang ingin ditempati dalam segmen tersebut. Menentukan posisi pasar yaitu menentukan posisi yang kompetitif untuk produk atau suatu pasar. Posisi produk adalah bagaimana suatu produk yang didefinisikan oleh konsumen atas dasar atribut-atributnya. Untuk menentukan posisi pasar, terdapat tiga langkah, yaitu mengidentifikasi keunggulan kompetitif, memilih keunggulan kompetitif, dan mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi. d. Bauran Pemasaran (4P)

Bagi pemasaran bentuk barang, manajemen pemasaran perlu menganalisis bauran pemasaran dari produk yang akan dipasarkan tersebut. Bauran pemasaran atau yang biasa disebut Marketing Mix (4P) yang terdiri dari 4 komponen, yaitu product (produk),

price (harga), place (distribusi/lokasi), dan promotion (promosi). Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan. Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki dan menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli.

Lokasi dan distribusi serta saran dan prasarana pendukung menjadi sangat penting, hal ini disebabkan agar konsumen mudah menjangkau setiap lokasi yang ada serta mendistribusikan barang atau jasa serta memberikan rasa yang nyaman dan aman kepada seluruh konsumennya. Strategi jalur distribusi digunakan untuk

(27)

menentukan bagaimana mencapai target pasar dan bagaimana untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi distribusi yang berbeda-beda.

Promosi merupakan kegiatan bauran pemasaran yang penting juga karena bila tidak ada promosi maka konsumen tidak akan mengenal produk yang kita tawarkan. Ada empat macam sarana promosi yang dapat digunakan untuk mempromosikan produknya yaitu periklanan, promosi penjualan, publisitas, dan penjualan pribadi.

3. Aspek Teknis

Aspek teknis dilakuakan untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi, dan layout serta kesiagaan mesin-mesin yang akan digunakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah: a. Penentuan lokasi, pemilihan lokasi perlu dilakukan dengan

pertimbangan yang sangat matang. Pemilihan lokasi terdiri dari lokasi kantor, lokasi gudang, dan lokasi pabrik. Dalam menganalisis lokasi harus sangat teliti karena dapat berakibat meningkatnya biaya yang akan dikeluarkan nanti.

b. Luas produksi, penentuan luas produksi adalah berkaitan dengan jumlah produksi yang akan dihasilkan dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dan peralatan yang dimiliki serta biaya yang paling efisien.

c. Tata letak (layout), merupakan suatu proses dalam penentuan bentuk dan penempatan fasilitas yang dapat menentukan efisiensi produksi/operasi. Layout dirancang berkenaan dengan produk, proses, sumber daya manusia, dan lokasi sehingga da[at tercapai efisiensi operasi.

d. Pemilihan teknologi, merupakan seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang dikerjakan.

(28)

4. Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek hukum digunakan untuk melihat kelayakan suatu usaha berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Jika suatu rencana bisnis yang tidak layak tetap direalisasikan, bisnis berisiko besar akan dihentikan oleh pihak yang berwajib atau protes masyarakat (Umar, 2009).

Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Penelitian pada aspek hukum ini sangat penting dilakukan mengingat sebelum usaha tersebut dijalankan, maka segala prosedur yang yang berkaitan dengan izin usaha atau berbagai persyaratan harus terpenuhi terlebih dahulu (Kasmir dan Jakfar, 2003)

Tujuan dari aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implimentasi bisnis yang direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau sebaliknya. Aspek manajemen merupakan aspek yang cukup penting untuk dianalisis karena suatu usaha bila sudah dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa didukung oleh manajemen yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan.

Adapun fungsi-fungsi manajemen yang harus dianalisis agar bisnis dapat dijalankan dengan baik. Setiap fungsi dapat berjalan sendiri, akan tetapi harus dilaksanakan secara berkesinambungan, karena kaitan antara satu fungsi dengan fungsi lainnya sangat erat. Fungsi-fungsi manajemen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan, adalah proses menentukan arah yang akan ditempuh

dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan telah ditetapkan.

b. Pengorganisasian, adalah proses mengelompokan kegiatan-kegiatan atau pekerjaan-pekerjaan dalam unit-unit. Tujuannya agar tertata dengan jelas tugas, wewenang, dan tanggung jawab.

(29)

c. Pelaksanaan, adalah proses menjalankan kegiatan atau pekerjaan dalam organisasi. Dalam suatu organisasi para pemimpin/manajer harus dapat menggerakan bawahannya untuk melaksanakan tugas sesuai yang telah ditentukan.

d. Pengawasan, adalah proses untuk mengukur dan menilai pelaksanaan tugas apakah telah sesuai dengan rencana. Jika dalam proses terjadi penyimpangan, maka akan segera dikendalikan. 5. Aspek Ekonomi dan Sosial

Dalam aspek ekonomi dampak yang diberikan lebih ditekankan kepada masyarakat khususnya dan pemerintah pada umumnya. Bagi masyarakat adanya investasi ditinjau dari aspek ekonomi adalah akan memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatannya. Sedangkan bagi pemerintah dampak yang diperoleh dari adanya bisnis ditinjau dari aspek ekonomi adalah dapat memberikan pemasukan berupa pendapatan baik bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Jika dilihat dari aspek sosial, dampak bagi masyarakat adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seperti pembangunan jalan, jembatan, listrik, dan sarana lainnya. Kemudian bagi pemerintah dampaknya adalah perubahan demografi, perubahan budaya, dan kesehatan masyarakat.

6. Aspek Finansial

Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti kesediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah bisnis akan dapat berkembang terus (Umar, 2009).

Penentuan layaknya suatu bisnis dijalankan dapat dilihat dari beberapa kriteria. Kriteria ini sangat tergantung dari kebutuhan masing-masing bisnis dan metode mana yang akan digunakan. Setiap

(30)

metode memiliki kelebihan dan kelemahan, sebaiknya menggunakan beberapa metode sekaligus. Adapun kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan suatu bisnis adalah sebagai berikut: a. Payback Period (PBP)

Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period

merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan suatuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period

yang dapat diterima (Umar, 2009). b. Net Present Value (NPV)

Net Present Value atau nilai bersih sekarang merupakan selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang (Umar,2009).

c. Internal Rate of Return (IRR)

Metode Internal Rate of Return digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal (Umar, 2009). Perhitungan IRR dengan menggunakan gambar dapat dilihat pada Lampiran 1. d. Profitability Index (PI)

Metode Profitability Index digunakan dengan cara menghitung melalui perbandingan antara selisih benefit dengan biaya operasi dan pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah investasi (Ibrahim, 2003).

e. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara

net benefit yang telah di discount positif dengan net benefit yang telah di discount negatif (Ibrahim, 2003).

(31)

f. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara benefit kotor yang telah di discount dengan cost secara keseluruhan yang telah di discount (Ibrahim, 2003).

2.4. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas yaitu untuk mengetahui altertnatif kemungkinan hasil studi kelayakan yang diperoleh sehubungan dengan dilakukannya berbagai kemungkinan perubahan atas salah satu atau beberapa komponen yang menyangkut pelaksanaan bisnis (Sinaga, 2009).

Analisis sensitivitas ini sangat perlu dilakukan dalam studi kelayakan yang didasarkan pada asumsi dan proyeksi atas komponen-komponen yang berkaitan dengan pelaksanaan bisnis dimasa depan, sedangkan asumsi atau proyeksi tersebut mengandung ketidakpastian. Adapun perubahan-perubahan atas komponen-komponen, dapat disebabkan karena beberapa hal, yaitu terjadinya cost overrun, perubahan harga, waktu pelaksanaan.

Tujuan utama dilakukannya analisis sensitivitas tersebut adalah 1) untuk memperbaiki desain dan atau pelaksanaan bisnis sehingga dapat meningkatkan IRR dan 2) untuk mengurangi resiko kerugian, dengan cara melakukan tindakan-tindakan pencegahan yang dianggap perlu pada saat pelaksanaan pembangunan proyek.

2.5. Studi Terdahulu

Chaerunnisa (2007) meneliti Studi Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah di Desa Cikarawang. Hasil studi kelayakan usaha penggilingan gabah layak didirikan dapat dilihat dari aspek pasar dan pemasaran yang mencakup peluang pasar yang tersedia, permintaan, pesaing, dan strategi pemasaran. Aspek teknis dan teknologis mencakup kapasitas produksi ekonomis, mesin, peralatan, rencana investasi, lokasi, tata letak, dan proses produksi serta quality control. Aspek manajemen operasional terdiri dari struktur organisasi, pembagian tugas, kepemilikan dan legalitas serta gaji/upah. Aspek dampak usaha mencakup dampak manfaat dan lingkungan dari adanya penggilingan gabah tersebut. Analisis finansial mencakup

(32)

kebutuhan modal investasi dan kerja, sumber modal, identifikasi manfaat,criteria kelayakan investasi dan analisis sensitivitas.

Kriteria kelayakan investasi menghasilkan NPV usaha bernilai Rp.254.889.000,00, IRR 40,58 persen, Net B/C atau PI adalah 8,54 dan PBP adalah 0,8 tahun. Nilai diatas menunjukkan kelayakan dari suatu usaha. Usaha layak jika NPV> 0, IRR lebih dari tingkat suku bunga pinjaman, PI> 1, dan PBP kurang dari periode analisis. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa tidak sensitif apabila terjadi penurunan volume penjualan sebesar 10 persen dan kenaikan harga input operasional sebesar 10 persen.

Irfani (2011) meneliti Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ransel Laptop di UKMK Yogi Tas Desa Laladon. Hasil analisis menunjukkan bahwa 1) pengembangan usaha layak dilakukan jika dilihat dari aspek pasar dan pemasaran dengan mempertimbangkan hasil forecasting yang dilakukan, 2) pengembangan usaha layak dari aspek teknis dan operasi dengan memepertimbangkan proses produksi, lokasi usaha, dan teknologi yang digunakan, 3) pengembangan usaha layak dari aspek hukum dan manajemen dengan mempertimbangkan ijin-ijin usaha, pembagian tugas yang jelas, serta sistem kompensasi, 4) pengembangan usaha layak dari aspek sosial ekonomi dengan pertimbangan penyerapan tenaga kerja walaupun kecil, 5) pengembangan usaha layak dilakukan dari aspek lingkungan karena tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, 6) pengembangan usaha layak dilakukan dari aspek finansial dengan menghasilkan kriteria investasi berupa NPV sebesar Rp.251.207.000, IRR sebesar 28,4 persen, Net B/C sebesar 1,79, Gross B/C sebesar 1,23, PI sebesar 2,52, dan PBP selama 2 tahun 10 bulan 27 hari, 7) analisis sensitivitas dengan metode switching value

menggunakan parameter inflasi menunjukkan usaha masih layak dijalankan hingga angka maksimum inflasi menyentuh 14,37 persen. Lebih dari itu usaha tidak layak untuk dijalankan lagi.

(33)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Bogor merupakan salah satu kota wisata yang perlu mengembangkan wisata lainnya, salah satunya adalah wisata Batik. Batik merupakan warisan Indonesia yang perlu dikembangkan dan dilestarikan. Salah satunya dengan mengembangkan batik Bogor sebagai salah satu kekayaan Indonesia.

UKM Batik Tradisiku merupakan usaha yang bergerak di bidang batik khas Bogor. Pendiri Batik Tradisiku yaitu seorang yang memiliki kecintaan terhadap seni dan budaya Bogor, beliau mulai melirik usaha Batik yang memang belum ada di Bogor saat itu. Adanya keputusan walikota Bogor, peningkatan perkembangan unit usaha, nilai produksi, dan nilai eksport batik di Indonesia, serta kecenderungan menurunnya budaya batik membuat pemilik UKM Batik Tradisiku mencari peluang yang ada untuk membuat usaha Batik. Selain itu dengan adanya tren Batik saat ini, Bogor memiliki potensi dalam mengembangkan batiknya, sehingga masyarakat Bogor juga mengetahui keberadaan batik Bogor tersebut.

Terlebih dahulu perlu dilakukan berbagai perencanaan yang matang dalam membuat suatu bisnis. Rencana pengembangan usaha batik Bogor akan terwujud apabila seorang pemilik usaha Batik Tradisiku perlu melakukan studi berupa analisis kelayakan pengembangan usaha.

Analisis kelayakan pengembangan usaha akan menganalisis kelayakan usahanya dan daya saing UKM tersebut bila ditinjau dari berbagai aspek secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan pada aspek pasar, pemasaran, teknis, manajemen, serta ekonomi dan sosial. Sedangkan analisis secara kuantitatif dilakuakn pada aspek finansial. Dari hasil analisis ini akan diberikan rekomendasi apakah rencana pengembangan usaha layak untuk dijalankan.

Kerangka Pemikiran Penelitian dapat dilihat pada Gambar 3 dan Alur Pikir Penelitian yang memperlihatkan alur dari penelitian ini dari awal hingga akhir yang menunjukkan hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

(34)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan UKM Batik Tradisiku, yang merupakan salah satu UKM di Bogor yang bergerak di bidang industri kerajinan batik. Batik Tradisiku berada di wilayah Kabupaten Bogor dan berlokasi di jalan Jalak No. 2 Tanah Sareal Bogor. Penelitian dilakukan secara sengaja dengan

Usaha Batik Bogor pada UKM Batik Tradisiku

Identifikasi kondisi yang ada:

1. Keputusan pemerintah kota Bogor

2. Peningkatan perkembangan unit usaha, nilai produksi, dan nilai ekspor batik di Indonesia 3. Adanya kecenderungan menurunnya budaya

batik

Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Batik Bogor

Aspek non-finansial: 1. Aspek pasar 2. Aspek pemasaran 3. Aspek teknis 4. Aspek manajemen

5. Aspek ekonomi dan sosial Aspek finansial:

1. Kriteria investasi (PBP, NPV, IRR, PI, Net B/C, Gross B/C)

2. Analisis sensitivitas

Layak Tidak Layak

Implementasi Evaluasi

Pengembangan dengan meningkatkan kapasitas optimum produksi

(35)

persetujuan pemilik yang dilakukan pada bulan Februari 2012 sampai Maret 2012.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pemilik usaha Batik Tradisiku dengan teknik wawancara langsung dan pengamatan (observasi) langsung di tempat usaha. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan dan dokumen-dokumen perusahaan serta literatur yang relevan dengan penelitian berupa buku-buku, hasil penelitian terdahulu, dan publikasi elektronik (internet). 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang didapat dari hasil penelitian terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif, yang selanjutnya akan dianalisis sesuai dengan jenisnya. Analisis data kualitatif dilakukan pada aspek pasar, pemasaran, teknis, manajemen, serta ekonomi dan sosial. Analisis data kuantitatif dilakukan pada aspek finansial. Kemudian hasil dari pengolahan data ini diinterpretasikan secara deskriptif untuk menggambarkan kelayakan usaha dari bisnis tersebut. Analisis kuantitatif dari aspek finansial dengan menghitung Payback Period

(PBP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability index (PI), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), serta analisis sensitivitas dengan bantuan komputer Microsoft Exel

2007. Selain itu melakukan perhitungan kapasitas optimum produksi dengan menggunakan software Lindo dan forecasting menggunakan Minitab.

3.4.1 Analisis Kriteria Investasi 1. Payback Period (PBP)

Rumus:

Kriteria:

PBP > periode maksimum, maka usaha tidak layak PBP < periode maksimum, maka usaha layak 2. Net Present Value (NPV)

(36)

Rumus:

dimana: = aliran kas pertahun pada periode t

= investasi awal pada tahun 0

K = suku bunga (discount rate) Kriteria:

NPV > 0, maka usaha layak

NPV = 0, maka usaha tidak untung atau rugi NPV < 0, maka usaka tidak layak

3. Internal Rate of Return (IRR) Rumus:

dimana:

= NPV positif = NPV negatif

= discount rate yang menghasilkan NPV positif = discount rate yang menghasilkan NPV negatif Kriteria:

IRR ≥ discount rate, maka usaha layak IRR ≤ discount rate, maka usaha tidak layak 4. Profitability index (PI)

Rumus:

Kriteria:

PI > 1, maka usaha layak PI < 1, maka usaha tidak layak 5. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

(37)

NBi (+) = net benefit yang telah didiscount positif

NBi (-) = biaya pada tahun t

t = tahun

I = discount rate (%) Kriteria:

Net B/C > 1, maka usaha layak Net B/C < 1, maka usaha tidak layak 6. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Rumus:

Bt = manfaat pada tahun t

Ct = biaya pada tahun t

n = umur bisnis i = discount rate (%) Kriteria:

Gross B/C > 1, maka usaha layak Gross B/C < 1, maka usaha tidak layak 3.4.2 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui perubahan hasil bisnis, bila salah satu atau beberapa variabel komponen bisnis mengalami perubahan dimasa depan, dan tindakan apa yang perlu dilakukan. Analisis sensitivitas dapat menggunakan menggunakan metode switching value yaitu mencari nilai maksimal dari perubahan variabel yang mempengaruhi usaha. Dengan demikian analisis sensitivitas tersebut dapat membantu manajemen sehubungan dengan keputusan yang akan diambil berdasarkan evaluasi akhir hasil perhitungan analisis pengembangan kelayakan yang dilakukan, yaitu untuk menentukan apakah rencana pengembangan disetujui atau ditolak.

(38)

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

UKM Batik Bogor Tradisiku memiliki tempat produksi di dua tempat yang berbeda, tempat pertama terletak di Neglasari 1 RT 03/04 No.69 Cibuluh Bogor Utara sedangakan tempat kedua berada di jalan Jalak no. 2 RT 04/02 Tanah Sareal Bogor. Selain digunakan untuk produksi, tempat kedua juga digunakan sebagai Gallery untuk menjual produk yang diproduksi. Lokasi kedua tempat produksi UKM Batik Bogor Tradisiku ini berada di tempat yang cukup strategis dimana dapat dicapai dengan transportasi yang mudah serta letaknya yang tidak jauh dari pusat kota Bogor. Jaringan listrik dan air juga sudah baik untuk menunjang kegiatan usaha, sehingga menjadi keuntungan sendiri bagi Batik Bogor Tradisiku untuk memasarkan hasil produksi.

Batik Bogor Tradisiku telah didaftarkan sebagai perusahaan yang memiliki nomor Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 10.04.5.17.06359, pada tanggal 15 Januari 2009. Penanggung jawab Batik Tradisiku adalah pendirinya yaitu Bapak Siswaya, dengan nomor NPWP 59.202.841.9-404.000. Batik Tradisiku juga telah mengantongi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan nomor 517/32/PK/B/DIPERINDAGKOP dan Tanda Daftar Industri (TDI) dengan nomor 534/03.TDI-Diperindagkop pada tanggal 15 Januari 2009.

UKM Batik Bogor Tradisiku didirikan pada tanggal 13 Januari 2008 oleh pendirinya Bapak Siswaya. Pria yang dilahirkan di Sleman-Yogyakarta ini telah melanglangbuana di Bogor selama lebih dari 26 tahun sehingga tumbuh rasa kecintaan beliau terhadap kota yang kerap dijuluki sebagai Kota Hujan ini dengan memberikan sesuatu untuk mengharumkan Kota Bogor ini. Gagasannya membuat Batik Bogor Tradisiku yang mengambil ikon-ikon khas Kota Bogor ini bertujuan untuk melestarikan budaya Batik dan untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat Bogor terhadap Batik Bogor serta membawa nama harum Kota Bogor ke seluruh penjuru Nusantara hingga ke dunia Internasional. Alasan pemilik mendirikan Batik Bogor Tradisiku, yaitu:

(39)

1. Sebagai bentuk kecintaannya kepada Kota Bogor yang telah memberikan warna kehidupan selama 26 tahun.

2. Rasa ingin melestarikan budaya Indonesia yaitu Batik yang seyogyanya merupakan khasanah budaya Bangsa Indonesia yang telah turun temurun diwariskan nenek moyang bangsa Indonesia yang memang sudah diakui UNESCO pada 2 Oktober 2009.

3. Jiwa sosialnya yang tinggi membuatnya ingin membantu para pembatik Yogya yang kehilangan pekerjaan karena benca Gempa Bumi 2006 silam dan juga tentunya menciptakan lapangan pekerjaan untuk warga sekitar UKM yang membutuhkan pekerjaan.

Awalnya berdirinya Batik Bogor Tradisiku memiliki motif yang memang membawa ikon kedaerahan Bogor seperti kijang, kujang, bunga teratai, dan lainnya. Kemudian pada 4 Juni 2009 sebagai peringatan Ulang Tahun Bogor ke-527 motif kujang kijang di launching oleh Walikota Bogor sendiri. Setelah itu motif tersebut di patenkan bersama dua motif batik Pakuan Pajajaran, yaitu Ragen Panganten dan Banyak Ngantrang, yang hak ciptanya dimiliki Pemda Kota Bogor.

Batik Bogor Tradisiku dalam perjalanannya kembali mengeluarkan motif-motif yang membawa ikon Kota Bogor, salah satunya yang paling laris adalah motif Hujan Gerimis yang merupakan julukan Kota Bogor yaitu Kota Hujan yang airnya membawa berkah dan sebagai sumber kehidupan. Melihat dari segi pemsarannya, dalam waktu 4 tahun ini, Batik Bogor Tradisiku sudah mengalami perkembangan yang pesat. Masyarakat mulai mengenal keberadaan reputasi akan kekhasan dan kualitas Batik Bogor Tradisiku menunjukkan eksistensinya di dunia batik, tidak hanya di Bogor atau Jawa Barat saja, tetapi Batik Bogor Tradisiku turut menopang mahakarya Batik Indonesia.

4.2. Analisis Kelayakan Usaha

Dalam melakukan pengembangan usaha, Batik Bogor Tradisiku melakukan pengembangannya dengan meningkatkan jumlah produksi dan meningkatkan pasar yang telah ada selama ini. Hal tersebut dilakukan untuk melihat apakah selama ini jumlah produksi yang dilakukan oleh UKM sudah

(40)

mencapai titik optimum. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan kapasitas optimum produksi dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki dan melakukan peramalan penjualan terhadap pengembangan produksi yang akan dilakukan berdasarkan deret waktu (time series).

Perhitungan untuk mengetahui banyaknya kapasitas produksi optimum yang perlu dikembangkan oleh Batik Bogor Tradisiku dilakukan menggunakan aplikasi Lindo dengan membuat model linear. Model linear dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3. Penentuan formulasi persamaan linear tersebut berdasarkan margin laba, harga pokok produksi, modal, dan waktu pengerjaan sehingga menghasilkan formulasi yang disajikan pada Lampiran 3. Berdasarkan dari data yang telah diolah, didapat kapasitas optimum produksi sebesar 34 unit per bulan untuk batik tulis, 242 unit per bulan untuk batik cap, dan 325 unit per bulan untuk kain printing. Dapat dilihat pada Tabel 2 Kapasitas optimum produksi Batik Bogor Tradisiku. Tabel 2. Kapasitas optimum produksi

Jenis Batik Kondisi Normal (unit/bulan) Kapasitas Optimum (unit/bulan) Penambahan produksi (unit/bulan) Batik Tulis 34 34 0 Batik Cap 224 242 18 Kain Printing 325 325 0 Total 583 601 18

Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas optimum diperoleh bahwa hanya batik cap saja yang mengalami peningkatan produksi. Hal tersebut dikarenakan dalam penentuan kapasitas optimum yang dilakukan pada tiga jenis batik yang berbeda terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perhitungan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah laba yang dihasilkan, harga pokok produksi, dan waktu pengerjaannya. Pada batik cap akan lebih menguntungkan untuk ditingkatkan produksinya bila dilihat dari margin laba yang dihasilkan dengan waktu pengerjaannya yang tidak terlalu lama bila dibandingkan dengan batik tulis yang memerlukan waktu yang lebih lama dalam pengerjaannya walaupun memiliki margin laba yang lebih besar. Selain itu bila dilihat dari sisi penjualan, batik cap lebih banyak dipilih atau dibeli oleh konsumen dibandingkan dengan batik tulis.

(41)

Setelah dilakukan perhitungan kapasitas optimum produksi, diperlukannya peramalan penjualan pada batik cap agar dapat dilihat apakah pasar dapat menyerap produksi batik cap yang bertambah dalam pengembangan usaha yang dilakukan UKM. Data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalam penjualan adalah data penjualan pada batik cap selama 48 bulan (4 tahun, Januari 2008-Desember 2011) dan menggunakan aplikasi Minitab. Diperlukan uji stasioner terlebih dahulu untuk menentukan jenis peramalan yang tepat. Berdasarkan hasil yang telah diolah, data penjualan Batik Cap menunjukkan tidak stasioner maka jenis peramalan yang tepat adalah Analisis Tren Linear, Analisis Tren Kuadratik, dan Double Exponential Smoothing. Tidak stasioner dimaksud bahwa pada data menunjukkan adanya tren atau seasonal (Santoso, 2009). Hasil dari uji stasioner menggunakan aplikasi Minitab dapat dilihat pada Gambar 4.

Hasil peramalan dengan menggunakan ketiga metode Analisis Tren Linear, Analisis Tren Kuadratik, dan Double Exponential Smoothing

menunjukkan bahwa metode yang paling tepat adalah metode Analisis Tren Linear karena metode ini menunjukkan tingkat kesalahan yang paling kecil. Metode peramalan yang tepat adalah yang memiliki tingkat kesalahan yang paling kecil. Hasil tingkat kesalahan dari jenis peramalan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.

Lag A ut oc or re la ti on 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0

Autocorrelation Function for SALES

(with 5% significance limits for the autocorrelations)

(42)

Tabel 3. Metode peramalan dan nilai kesalahan

Jenis Peramalan MAPE MAD MSD

Analisis Tren Linear 103,95 59,47 6893,71

Analisis Tren Kuadratik 111,07 59,75 6407,91 Double Exponential Smoothing 105,23 59,60 7539,65

Berikut hasil analisis tren menggunakan metode analisis tren linear sehingga menghasilkan peramalan penjualan yang menggunakan aplikasi minitab dapat dilihat pada Gambar 5.

Index SA LE S 60 54 48 42 36 30 24 18 12 6 1 400 300 200 100 0 Accuracy Measures MAPE 103,95 MAD 59,47 MSD 6893,71 Variable Forecasts Actual Fits TREND ANALISIS LINEAR

Linear Trend Model Yt = 19.8014 + 5.28957*t

Gambar 5. Model Tren Linear

Pada studi kelayakan pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku aspek yang perlu dikaji untuk menentukan bahwa usaha tersebut layak atau tidak layak untuk dikembangkan adalah dengan memperhatikan aspek finansial dan non-finansial yaitu meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi dan sosial.

4.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran

Pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku memiliki prospek yang cukup potensial di daerah Bogor. Hal tersebut dididasarkan pada ketentuan Walikota Bogor yang mewajibkan kepada seluruh Dinas di wilayah Bogor untuk mengenakan Batik Bogor pada hari-hari tertentu. Pada tahun 2011 sudah hampir semua dinas di wilayah Bogor memesan Batik Bogor di Batik Bogor Tradisiku sehingga memiliki potensi untuk seluruh Dinas di wilayah Bogor memesan Batik Bogor tersebut. Selain

(43)

itu, permintaan Batik Bogor untuk Dinas di Bogor berpotensi untuk naik karena setiap tahun Dinas selalu memesan Batik untuk seragam yang mereka kenakan setiap minggunya. Tidak hanya itu saja, sekolah-sekolah di wilayah Bogor sudah ikut memesan batik Bogor.

Penjualan Batik Bogor sendiri menunjukkan tren yang cenderung meningkat tiap tahunnya, walaupun pada tahun 2011 cenderung turun tetapi meningkat kembali dengan peramalan yang telah dilakukan untuk satu tahun kedepan. Dengan mempertimbangkan peramalan yang meningkat dan kapasitas optimum yang produksi, maka ditetapkan penjualan untuk tahun kedepan sebesar 7212 unit batik/tahun dan penjualan pakaian jadi serta seragam sebesar 4044 unit/tahun sehingga penjualan total sebesar 11256 unit/tahun.

Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas optimum bahwa kenaikan penjualan hanya terlihat pada penjualan Batik Cap saja sehingga peramalan penjualan juga dilakukan untuk Batik Cap saja. Dapat dilihat perbandingan ramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi Batik Cap per bulan pada Tabel 4. Melihat dari Tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa peramalan penjualan Batik Cap sebesar 3691 unit/bulan. Dengan kapasitas sebesar 2904 dapat diasumsikan bahwa produksi sebesar 2904 dapat diserap oleh pasar seluruhnya.

Batik Bogor Tradisiku memiliki satu pesaing di industri Batik Bogor. Pesaingnya yaitu Batik Bogor Handayani Geulis yang baru mulai merintis usahanya pada awal tahun 2012. Posisi Batik Bogor Tradisiku masih berada diatas pesaingnya dikarenakan Batik Bogor Tradisiku sudah merintis usahanya lebih lama, yaitu sudah berjalan 4 tahun dan sudah memiliki banyak pelanggan sehingga cukup susah pelanggan untuk beralih ke pesaingnya. Selain itu, Batik Bogor Tradisiku memiliki hubungan yang sangat baik dengan pelanggannya. Dengan menambahkan pelayanan yang lebih baik lagi kepada pelanggan tidak akan mudah pelanggan berpaling ke tempat lain.

(44)

Tabel 4. Ramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi batik cap

Tahun 2011 Ramalan Penjualan Batik Cap (unit/bulan)

Kapasitas Optimum Produksi Batik Cap

(unit/bulan) Januari 278 242 Februari 284 242 Maret 289 242 April 294 242 Mei 300 242 Juni 305 242 Juli 310 242 Agustus 316 242 September 321 242 Oktober 326 242 November 331 242 Desember 337 242 Total 3691 2904

Bauran pemasaran atau yang biasa disebut Marketing Mix (4P), yaitu Produk, Lokasi, Harga, dan Promosi menunjukkan produk yang akan dipasarkan tersebut. Produk yang ditawarkan oleh Batik Bogor Tradisiku adalah berupa batik tulis, batik cap, kain printing, batik dalam bentuk pakaian jadi, dan seragam untuk siswa sekolah di wilayah Bogor dan sekitarnya. Lokasi Batik Bogor Tradisiku berada di Jalan Jalak No. 2 Tanah Sareal Bogor dekat dengan pusat kota Bogor sehingga konsumen mudah menjangkau dan fasilitas transportasi yang mudah sehingga memberikan rasa aman dan nyaman kepada seluruh konsumen. Harga yang ditawarkan untuk Batik Tulis antara Rp 450.000,00 hingga Rp 1.500.000,00, Batik Cap antara Rp 200.000,00 hingga Rp 400.000,00, kain printing antara Rp 65.000,00 hingga Rp 120.000,00, pakaian jadi sekitar Rp 160.000,00 hingga Rp 400.000,00, dan seragam Rp 39.000,00. Harga disesuaikan dengan tingkat kesulitan dalam pembuatan batik. Bentuk promosi yang dilakukan Batik Bogor Tradisiku adalah dengan mengikuti pameran yang ada di Bogor dan juga diluar Bogor. Salah satu pameran yang selalu diikuti oleh Batik Bogor Tradisiku adalah Ina Craft, Batik Bogor Tradisiku selalu mengikuti pameran ini setiap tahunnya. Selain itu, bentuk promosi lainnya adalah dengan membuat website Batik Bogor Tradisiku sehingga tidak hanya penduduk lokal yang bisa memesan tetapi

(45)

penduduk nasional dapat memesan lewat website Batik Bogor Tradisiku. Word of mouth dan pamflet juga digunakan sebagai bentuk promosi yang dilakukan oleh Batik Bogor Tradisiku. Oleh karena itu, dari aspek pasar dan pemasaran usaha pengembangan Batik Bogor Tradisiku layak untuk dijalankan.

4.2.2 Aspek Teknis

Aspek teknis dimaksudkan apakah dari segi pembangunan usaha dan segi implementasi rutin bisnis secara teknis dapat dilaksanakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah lokasi usaha, kebutuhan bakan baku dan proses produksi.

1. Lokasi usaha

Faktor lokasi merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi kegiatan usaha karena lokasi usaha erat hubungannya dengan pemasran hasil produksi. Lokasi usaha Batik Bogor Tradisiku berada di dua tempat, tempat produksi pertama yaitu terletak di Neglasari 1 RT 03/04 No.69 Cibuluh Bogor Utara sedangakan tempat kedua berada di jalan Jalak no. 2 RT 04/02 Tanah Sareal Bogor. Tempat pertama merupakan tempat yang hampir seluruh proses produksi dilakukan disini kecuali proses pembuatan batik tulis dan batik cap berada di tempat kedua yang selanjutnya juga diproses di tempat pertama. Tempat kedua juga digunakan sebagai tempat pemasaran hasil produksi yang siap dipasarkan.

Tempat pertama cocok sebagai tempat produksi karena lokasinya yang jauh dari hiruk pikuk kota Bogor yang ramai sehingga proses produksi dapat dilakukan dengan baik. Selain itu yang lokasinya dekat dengan hutan, maka dapat mencari kayu bakar dengan mudah untuk tambahan bahan baku.

Awalnya tempat produksi batik bogor hanya di tempat pertama saja tetapi agar tempat pemasaran dapat mudah dijangkau oleh konsumen di Bogor, yang sejak awal target utama pemasarannya adalah masyarakat Bogor, maka pemilik mulai mencari tempat yang

(46)

lebih tepat. Tempat kedua digunakan sebagai gallery dan proses pembuatan batik tulis dan cap agar selain membeli konsumen dapat melihat proses produksi batik. Selain itu tempat pertama merupakan tempat yang cukup strategis dimana dapat dicapai dengan transportasi yang mudah serta letaknya yang tidak jauh dari pusat kota Bogor. Jaringan listrik dan air juga sudah baik untuk menunjang kegiatan usaha, sehingga menjadi keuntungan sendiri bagi Batik Bogor Tradisiku untuk memasarkan hasil produksi.

2. Kebutuhan bahan baku dan proses produksi

Bahan baku berasal dari beberapa tempat, ada dari Pekalongan dan Bogor. Untuk pendistribusiannya dilakukan dengan sistem pemesanan dan dipaket dari Pekalongan ke Bogor untuk menghemat biaya distribusi. Untuk pembelian bahan baku di Bogor dilakukan dengan sistem pembelian sendiri atau langsung ke tempat penjualan karena lokasinya yang tidak jauh dari tempat produksi. Bahan baku langsung dibeli di tempat yang kualitasnya lebih baik dari tempat yang lain untuk menghasilkan produk yang berkualitas.

Berikut merupakan proses produksi kain batik yang merupakan produk utama yang diproduksi oleh Batik Bogor Tradisiku. Tahapan proses produksi kain batik dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Tahap Proses Produksi Kain Batik

Membuat gambar atau desain Menyanting Memberi warna (pencelupan atau pencoletan) Perebusan atau pelodoran

(47)

a. Membuat gambar atau desain

Proses pertama dalam membuat batik adalah membuat gambar atau desain dari batik bogor sendiri dengan menggunakan pinsil, ini merupakan tahapan untuk batik tulis dan cap saja. Sedangkan untuk kain printing tidak melewati tahapan ini.

b. Menyanting

Proses kedua adalah menyanting atau menggambar dengan menggunkan malam untuk menutupi kain agar tidak terkena warna saat proses pewarnaan. Batik tulis menggunakan canting tulis, batik cap menggunakan canting cap, sedangkan pada kain printing tidak melewati tahapan ini.

c. Memberi warna (pencelupan atau pencoletan)

Proses ketiga adalah memberi warna pada kain. Pada batik tulis dan cap proses pemberian warna adalah dengan mencelupkan kain ke air yang sudah diberi pewarna selama waktu yang ditentukan. Pada kain printing proses pertama langsung pada pemberian warna terhadap kain dengan menggunakan cetakan warna yang disebut plangkan. Sebenarnya proses printing sama dengan proses menyablon hanya saja pada kain printing di usaha Batik Bogor Tradisiku menggunakan obat berkualitas yang baik. Untuk batik tulis, cap, dan printing proses pewarnaan bisa dilakukan berkali-kali tergantung berapa warna yang digunakan. Pada kain printing warna yang berbeda digunakan pada plangkan yang berbeda pula.

d. Perebusan atau pelodoran

Proses terakhir adalah perebusan atau pelodoran malam yang tercetak di kain. Proses ini dilakukan kepada ketiga macam batik yang diproduksi. Hanya saja pada obatnya saja yang berbeda dalam setiap perlakuaan ketiga batik tersebut. Untuk batik tulis dan cap perebusan dilakukan biasa saja menggunakan air yang sudah diberi obat lalu malam akan luntur secara perlahan. Sedangkan untuk kain printing setelah pemberian warna kain di

Gambar

Tabel 1. Perkembangan unit usaha, nilai produksi, dan nilai ekspor batik   Indonesia
Gambar 2. Contoh alur informasi antar aspek
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 4. Uji Stasioner dengan Autocorrelation
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Apakah ekstrak etanol kelopak bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn) mempunyai efek setara dengan simvastatin dalam menurunkan kadar kolesterol LDL tikus

Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan

Simpulan Perbandingan frekuensi penggunaan anestesi regional dan anestesi general pada pasien seksio sesaria di RSUP Dr Kariadi Semarang adalah 85,6%

Musharakah. •   Walaubagaimanapun, dari perspektif undang-undang berdasarkan amalan standard di Malaysia, pihak yang terbabit di dalam Musharakah akan bersetuju

Melalui lubang ini, muatan yang telah mengalami pemampatan di dalam ruang engkol, disalurkan ke dalam silinder diatas torak yang masih berisi sisa-sisa gas

Penelitian yang dilakukan Maria dan Kurniasih (2014) yang meneliti mengenai pengaruh return on assets , leverage, corporate governance (diproksikan dengan komposisi

Berdasarkan hasil analisis data mengenai pengaruh gaji, fasilitas dan tunjangan terhadap kinerja karyawan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa gaji dengan nilai t

Sehingga, penelitian mengenai perancangan sebuah sistem pakar untuk penyeleksian calon penerima beasiswa sangat penting dilakukan karena sistem pakar yang