• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi. XI, Pulau Sari 2, Gunung Raja 1, Pantai Linoh 2 dan kebun Tanjung 3. Pedon-pedon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lokasi. XI, Pulau Sari 2, Gunung Raja 1, Pantai Linoh 2 dan kebun Tanjung 3. Pedon-pedon"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Lokasi

Lokasi daerah penelitian terletak di daerah perkebunan febu Proyek Inti Rakyat (PIR) Gula I Pelaihari. Daerah perkebunan ini berada kurang lebih 60 km sebelah selatan Banjarmasin, yang tercakup kedalam Kecamatan Pelaihari dan Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut, Propirlsi Kalimantan Selatan (Gambar 2). Perkebunan mulai dibuka tahun 1982.

sedang giling pertama baru pada tahun 1985. Luas areal kebun inti, yaitu kebun yang diusahakan oleh Pabrik Gula, 4813 Ha. sedangkan luas kebun plasma 7800 Ha. Kebun plasma diusafiakan oleh 2892 Kepala Keluarga transmigran dan 2355 Kepala Keluarga penduduk setempat.

Lokasi pedon yang diteliti masing-masing terletak pada kebun Zipur 2, Kait-kait

XI, Pulau Sari 2, Gunung Raja 1, Pantai Linoh 2 dan kebun Tanjung 3. Pedon-pedon yang diteliti semuanya diambil pada kebun yang sedang ditanami tebu (Saccharurn Officinaruq), sedangkan penggunaan lahan sebeIum tanaman tebu merupakan hutan sekunder dan semak belukar.

Secara administratip kebun Zipur 2, Tanjung 3 dan Pantai Linoh 2 termasuk Kecamatan Pelaihari, sedangkan kebun Kait-kait XI, Pulau Sari 2 dan Gunung Raja 1 termasuk Kecamatan Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut. Secara geografik kebun Zipur 2

terletak pada koordinat 114" 48' 30" BT

-

3"45' 18"

LS,

Kait-kait XI terletak pada 114" 49' 6" BT

- 3 " 37' 30"

LS, Pulau Sari 2 terletak pada 114" 42" 6" BT - 3" 39' 54" LS,

Gunung Raja 1 terletak pada 114" 40' 24" BT - 3" 39' 36" LS, Pantai Linoh 2 terletak pada 1 14" 5 1'24 " BT

-

3O 50' 24"

LS

dan kebun Tanjung 3 terletak pada 1 14" 50'30"

(2)
(3)

Bentuk Wilayah

Keadaan bentuk wilayah d i daerah perkebunan tebu ini pada umumnya berombak sampai bergelombang dengan lereng 3 sampai 15 %. Daerah berombak (lereng 3 - 8 %) sebagian besar dijumpai sebelah barat jalan raya Pelaihari - Bati-Bati

-

Banjarmasin, sedangkan sebelah timur umumnya berombak sampai bergelombang (lereng 5

-

10 %) dan kearah timurnya lagi umumnya bergelombang (lereng 8 - 15 %). Sebagian kecil kebun tebu juga dijumpai pada lereng perbukitan yang dijumpai di daerah tersebut. Daerah datar (lereng

<

3 %) dijumpai pada kebun-kebun yang terletak d i arah barat daya dari Pelaihari, yaitu sekitar kebun Sungai Riam, sedangkan kebun-kebun di tenggara Pelaihari, yaitu sekitar kebun Pantai Linoh umumnya bergelombang.

Tinggi tempat dari permukaan laut untuk kebun Zipur 2 sekitar 2 5 m, Kait-kait XI

sekitar 40 m, Pulau Sari 2 sekitar 3 0 m, Gunung Raja 1 sekitar 25 m , Pantai Linoh 2

sekitar 50 nl dan kebun Tanjung 3 sekitar 50 m (Peta Rupa Bumi Indonesia, Lembar Pelaihari, Bati-Bati dan Aranio Sekala 1 : 50000, tahun 1991).

Keadaan iklim d i daerah penelitian diwakili oleh data iklim tahun 1983

-

1994 dari statsiun iklim Tanah Ambungan (114" 43' 12" BT

-

3" 46' 48" LS), yang berada di lingkungan areal kebun tebu Pabrik Gula Pelaihari, seperti terlihat pada Tabel 4. Dari data tersebut menunjukkan bahwa musim hujan jatuh sekitar bulan November

-

Mei dengan rata-rata curah hujan tertinggi (493 mm) jatuh pada bulan Desember, dan musim kemarau jatuh pada bulan Juni

-

Oktober dengan rata-rata curah hujan terendah (74 mm) jatuh pada bulan Agustus, sedangkan ram-rata curah hujan tahunan adalah 2782 mm. Curah hujan tahunan ini sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata curah hujan tahunan yang dikemukakan Schmidt dan Fergusson (1951) sebesar 2684 mm, untuk

(4)

statsiun iklim yang sama.

Berdasarkan data tersebut Schmidt dan Fergusson (1951) menggolongkannya kedalam type hujan B, dan tipe iklim Koppen termasuk Afa.

Hasil perhitungan neraca air dengan rnetoda Thornthwaite dan Mather (Tabel Lampiran 6) menunjukkan bahwa terjadi surplus air antara bulan November sampai Juni sebesar 1305 rnm, sedangkan defisit terjadi antara bulan Agustus sampai Oktober sebesar

1 1 9 mm (Tabel 4). Rata-rata penguapan per bulan berkisar antara 2.1 - 5.8 mm/hari. Suhu udara sepanjang tahun tidak begitu b e ~ a r i a s i , baik suhu maximum, minimum maupun ram-ratanya. Suhu maximum berkisar antara 31.4

-

33.0 " C , suhu minimum

berkisar antara 20.5 - 21.3 "C dan suhu rata-rata berkisar antara 25.9

-

27.0 "C atau

ram-rata perbedaannya sekitar 1.1 "C.

Suhu tanah dihitung berdasarkan konversi dari suhu udara dengan rumus Newhall

(1 972, dalam Wambeke, 1985), sebagai berikut:

Suhu tanah = suhu udara

+

2.5 "C.

Untuk perbedaan suhu tanah rata-rata musim panas dan musim dingin digunakan rumus : 0.33 X seliiih suhu udara rata-rata musim panas dan musim dingin.

Dari perhitungan tersebut diatas (Tabel 4) rnaka suhu tanah rata-rata berkisar antara 28.4 - 29.5 "C. Berdasarkan data tersebut daerah penelitian Pelaihari termasuk rejim suhu isohipertermik, karena rata-rata suhu tahunan lebih besar dari 22 "C dan

variasi suhu musiman kurang dari 5 " C . Berdasarkan data diatas juga terlihat bahwa tidak

dijumpai bulan-bulan kering ( C 6 0 mm) sehingga dapat dipastikan tanah dalarn keadaan kering dalam setahun kurang dari 90 hari, akan tetapi tidak sepanjang tahun curah hujan melebihi evapotranspirasi, sehingga rej im kelembabannya adalah udik.

Kelembaban udara relatif tiap bulan berkisar antara 86.4 - 91.9 %

.

kecepatan angin berkisar antara 1.3

-

6.0 km/jam. Lama penyinaran berkisar antara 3.1

-

5.8 jam/hari atau sekitar 39.2

-

66.3 %, dimana penyinaran pada bulan-bulan Juli, Agustus dan September relatif tinggi.

(5)

Tabel 4. Data Iklim dan Neraca Air Statsiun Iklim Tanah Ambungan Pelaihari (1983

-

1994)

Vnsur Wim Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov h Jml Hajno --ma

CurahHujan(MM) 387 301 314 214 245 171 78 74 79 115 311 493 2782

Hari Hujan 20 16 19 14 15 9 7 5 7 9 17 20 C48

Suhu Udnrn (%:I

Maksimum 31.8 31.6 32.0 32.3 32.4 32.2 31.4 32.3 32.8 33.0 32.4 31.9 Minimum 21.0 20.7 21.0 20.8 20.6 20.9 20.5 21.1 21.0 21.0 21.3 21.0

Eiata-,710 26.4 26.1 26.5 26.6 26.5 26.6 25.9 26.7 26.9 27.0 26.8 26.4

Suhu Tauab mas-Rata

-I2 'I 28.9 28.6 29.0 29.1 29.0 29.k 28.4 29.2 29.4 29.5 29.3 28.9 P e o s l l ~ p ~ ( m m b r i ) Open Pan 2.2 2 . 9 2.7 3.1 2.7 3.6 4 . 2 5.8 5.3 4.8 2.7 2.1 42.1 Lama pmyinarao lamlhari 3.1 3.7 3.9 4 . 4 4.6 4.9 5.5 5.5 5.8 5.1 3.9 3.3 53.7 P e m 39.2 46.1 48.4 55.1 57.8 61.1 68.9 69.3 66.3 58.3 48.3 41.8 Neraca Air **) Detisil Surplus 258 176 181 78 110 34 104 364 1305

') = Dihitung berdasadzan suhu udara nu-ram 2 2.5 *C.

(6)

Geologi

Daerah penelitian terletak pada ujung barat daya kompleks pegunungan Meratus. Menurut van Bemmelen (1949). pada jajaran pegunungan ini tercatat setidaknya 10 stratifikasi geologi umur Pra Yura hingga Kuarter. Dalam kurun waktu tersebut telah terjadi berbagai proses geologi seperti sedimentasi, intrusi batuan plutonik, pengangkatan dan lipatan, aktivitas volkanik dan sebagainya. Hal ini menyebabkan bentuk permukaan lahan daerah penel itian bervariasi.

Menurut Sikumbang dan Heryanto (1986) batuan tertua di daerah penelitian dan sekitarnya menurut Peta Geologi Lembar Banjarmasin (Gambar 3) berumur Kapur Bawah, yang t e r d i r ~ dari batuan malihan/metamorfik (Mm), ultramafik (Mu) dan batuan gabro/diabas (Mgb/Mdb). Batuan ini diterobos oleh batuan diorit (Mdi). Batuan yang berumur Kapur itu tertindih secara tak selaras oleh kelompok Alino dan Formasi Paniungan (Kpn). Kelompok Alino mencakup Formasi Pudak (Kap), Olistolit Kintap (Kok) dan Forrnasi Keramaian (Kak). Semua batuan pra-Tersier itu tertindih secara tak selaras oleh batuan sedimen Tersier. Satuan batuan termuda yang terdapat disekitar daerah penelitian terdiri dari Formasi Martapura (Qpm) d a n endapan permukaan (Qha).

Selanjutriya Sikumbang dan Heryanto (1986) mengemukakan bahwa kegiatan tektonik di daerah ini diduga telah berlangsung sejak Jaman Jura, yang menyebabkan bercampurnya batuan uitrarnafik dan batuan metamorfik. Pada zaman Kapur Awal atau mungkin lebih tua, terjadi kegiatan magma, berupa penerobosan granit dan diorit. Batuan beku tersebut menerobos batuan ultramafik dan metamorfik. Pada akhir Kapur Awal terbentuk Kelompok Alino, diselingi dengan kegiatan gunung api yang membentuk Formasi Pitrinak (Kpi) dan Anggota Batukora , Formasi Pudak (Kab). Pada Kapur Akhir bawah terjadi kegiatan tektonik, yang menyebaban tersesarkannya batuan ultramafik dan metamorfik keatas Kelompok Alino. Kemudian pada Kapur Akhir bagian atas terjadilah genangan laut, kejadian ini disertai kegiatan gunung api. Pada Kala Paleosen terjadi

(7)
(8)

kegiatan tektonik, yang menyebabkan terangkatnya batuan Mesozoikum, disertai penerobosan batuan andesit, kemudian diikuti oleh pendataran. Gerakan tektonik yang terakhir terjadi pada Kafa Akhir Miosen. Akibatnya batuan yang tua pun terangkat kepermukaan, membentuk pegunungan Meratus, d a n melipat kuat batuan Tersier dan pra-Tersier. Pada Kala Pliosen terbentuklah Formasi Dahor dan kemudian diikuti oleh pengendapan Formasi Martapura (Qpm) yang berupa endapan kipas aluvium. Tanah Oxisol yang akan diteliti, lokasinya termasuk Formasi Batuan Malihan/Metamorfik (Mm), Formasi Martapura (Qpm), Formasi Pudak, Kelompok Alino (Kap) d a n Anggota Batu- kora, Formasi Pudak (Kab).

Formasi Batuan MalihanIMetamorfik (Mm), terdiri dari sekis hornblenda, sekis muskovit, sekis klorit, filit dan kuarsit muskovit. Forrnasi Martapura terdiri dari kerakal, kerikil dan pasir lepas. Kerikil dan kerakal berasal dari batuan beku, sedimen dan batuan metamorfik, dengan pasir sebagai masa dasar d i Martapura dan sekitar Banjarbaru. Tebal kurang lebih 25 m dan satuan ini merupakan kipas aluvium (tua).

Formasi Pudak, Kelompok Alino (Kap) terdiri dari lava dan perselingan konglomerat/breksi vulkanoklastik dan batupasir , vulkanoklastik, dengan basal, batuan metarnorfik d a n mafik-ultramafik. Sedangkan Anggota Batukora, Formasi Pudak (Kab) terdiri dari andesit piroksen, berwarna hijau tua sampai hitam.

Gambar

Gambar 2.  Peta  Lokasi  Daerah  Penelitian  Pelaihari
Tabel 4.  Data Iklim  dan  Neraca  Air  Statsiun  Iklim  Tanah  Ambungan  Pelaihari  (1983  -  1994)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa pada kedua subjek terdapat gambaran kebahagiaan yaitu tenang dalam menjalani kehidupannya yang terhindar dari

Tahap pengembangan modul IPA berbasis Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada materi polusi serta dampaknya pada manusia dan

Pengecoran centrifugal adalah proses penuangan logam cair ke dalam cetakan yang berputar, proses pengecoran ini dapat menghasilkan produk coran yang relatif bebas

Setelah pengolahan dan analisis data sera evaluasi data, refleksi tindakan yang telah dilakukan tergambar bahwa dengan menggunakan metode belajar aktif tipe quiz team dalam

34 Suyud Margo, Op.cit, Hlm.. oleh pengenalan masyarakat kepada merek tersebut, yang menunjukan bahwa pemilik merek itu adalah produsen dari barang yang bersangkutan. Kepentingan

udara menggunakan sensor yang diterbangkan balon, sedangkan data permukaan merupakan yang diperoleh melalui pengukuran pada permukaan tanah yang dilakukan dari stasiun

Untuk mengembangkan hutan rakyat menjadi unit usaha agribisnis skala kecil maka pendekatan kelola usaha yang menyeluruh dan konprehensif perlu dilakukan antara lain pemilihan

Apabila pada kompaksi terbentuk pola ikatan antar partikel berupa bidang- bidang, sehingga menyebabkan adanya trapping gas (gas/lubricant terjebak di dalam material), maka pada