• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA PERDAGANGAN ONLINE DAN OFFLINE (STUDI KASUS USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DI KOTA MALANG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA PERDAGANGAN ONLINE DAN OFFLINE (STUDI KASUS USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DI KOTA MALANG)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA

PERDAGANGAN ONLINE DAN OFFLINE

(STUDI KASUS USAHA MIKRO, KECIL DAN

MENENGAH DI KOTA MALANG)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Miftah Faris

115020107111033

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)
(3)

STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA PERDAGANGAN ONLINE DAN

OFFLINE

(STUDI KASUS USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DI KOTA MALANG)

Miftah Faris

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Email: miftahfaris@gmail.com

ABSTRAK

Pemasaran produk adalah salah satu hal cukup penting dalam bersaing di era globalisasi ekonomi yang mana perdagangan lebih kompetitif dan hal ini membuat UMKM dituntut untuk dapat bersaing dengan perusahaan besar dan produk asing. Strategi pemasaran pada umumnya adalah perdagangan offline, namun saat ini adanya pemasaran yang menggunakan teknologi dan internet atau bisa disebut pemasaran modern atau online. Penelitian ini membandingkan salah satu faktor ekonomi kelembagaan yaitu biaya transaksi (ex-ante cost `dan ex-post cost) antara perdagangan online dan offline dengan uji beda independent sample t-test dan sampel yang diteliti berjumlah 25 responden. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat tingkat efisiensi secara relatif antara perdagangan online dan offline yang dilihat dari besaran biaya transaksi yang dikeluarkan. Setelah dilakukan serangkaian uji perbedaan perdagangan offline dan perdagangan online memiliki kesamaan atau bersifat homogen yang berarti tidak memiliki perbedaan yang signifikan diantara keduanya. Namun, jika dilihat dari setiap rata-rata variabelnya, biaya negosiasi, biaya administrasi, biaya salah adaptasi dan biaya pengiriman perdagangan offline lebih efisien dibandingkan dengan online dan hanya biaya pengelolaan iklan, perdagangan online dinilai lebih efisien dibandingkan dengan perdagangan offline.

Kata kunci: Biaya Transaksi, Ex-ante Cost, Ex-post Cost, Rasionalitas Terbatas, Perilaku Oportunistik, Perdagangan, Pemasaran, Online Shop, UMKM .

A. LATAR BELAKANG

Partisipasi dan kontribusi dari pengusaha-pengusaha nasional dengan pengembangan usahanya merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan pembangunan nasional. Namun seiring berjalanannya waktu, para pengusaha nasional memiliki hambatan lain untuk berkembang yang merupakan dampak dari globalisasi ekonomi. Globalisasi ekonomi dapat didefinisikan sebagai mendunianya kegiatan dan keterkaitan perekonomian. Kegiatan perekonomian tidak mengenal batas-batas kenegaraan, bukan lagi sekedar internasional tapi bahkan transnasional. Dalam kondisi transnasional yang demikian kegiatan-kegiatan perekonomian bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas ke aspek-aspek produksi dan pemasaran.

Globalisasi ekonomi menggiring perusahaan-perusahaan raksasa yang semula bersifat multinasional menjadi transnasional. Mereka beroperasi menembus batas negara bahkan memudarkannya. Hal ini berdampak pada peredaran uang dan modal secara global, pesatnya alih teknologi, cepatnya distribusi hasil-hasil produksi. Kemudian muncul aliansi strategis antar perusahaan sejenis, serta bermunculan produk-produk yang berstandar global. Semua ini mengakibatkan kegiatan usaha dan perdagangan menjadi lebih kompetitif (Subandi, 2011).

Pemasaran produk adalah salah satu hal cukup penting dalam bersaing di era globalisasi ekonomi yang mana perdagangan lebih kompetitif. Keuntungan atau laba yang diperoleh juga ditentukan dari strategi pemasaran dan merupakan salah satu faktor yang penting untuk pengembangan usaha. Perkembangan yang terjadi ini menunjukan betapa pentingnya strategi pemasaran apa yang harus diambil dalam melakukan perdagangan. Strategi pemasaran pada umumnya adalah perdagangan

offline, namun saat ini adanya pemasaran yang menggunakan teknologi dan internet atau bisa disebut pemasaran modern atau online.

Aktivitas dalam jenis perdagangan telah dibagi oleh para ahli dalam dua kategori yaitu mereka yang memfasilitasi proses transfer produk dan jasa dan mereka yang menggunakan infrastruktur aktivitas online dalam transaksi komersial. Transaksi komersial adalah kegiatan di mana uang,

(4)

barang, jasa atau kewajiban yang ditransfer antara individu atau organisasi. Dengan munculnya perdagangan online, perusahaan telah mengidentifikasi peluang baru untuk memperluas bisnis. Kebangkitan pasar digital di seluruh dunia, yang memungkinkan untuk menjual semua jenis produk melalui sarana online telah menghasilkan munculnya jaringan komersial bisnis-ke-bisnis, sebagai sumber utama keuntungan bagi perusahaan (Carina-Elena, 2013).

Dalam konteks saat ini globalisasi ekonomi dan munculnya lingkungan bisnis virtual, perusahaan telah mengalami transformasi yang mendalam bahwa perusahaan memaksa untuk mempertimbangkan kembali tujuan strategis mereka, terutama dengan mempertimbangkan peluang yang diciptakan oleh teknologi informasi dan komunikasi baru (Carina-Elena, 2013). Hal ini diperkuat dengan data distribusi domain di Indonesia yang terdaftar di TLD-ID (Top Level Domain Indonesia) pada tabel 1.1.

Tabel 1. Distribusi Domain Indonesia

SUBDOMAIN TOTAL PRESENTASE

ac.id (akademik) 291 2,97% co.id (perusahaan) 6115 62,50% mil.id (militer) 6 0,06% net.id (provider) 130 1,32% or.id (lain-lain) 1571 16,05% sch.id (sekolah) 578 5,91% web.id (web) 1059 10,82% war.net.id (warnet) 34 0,34% TOTAL 9784 99,97%

Sumber: Diana dan Fandy (2007)

Dalam kenyataan membangun perdagangan online tetap diperlukan biaya dalam operasionalnya dan adanya biaya-biaya lain diluar operasional, seperti biaya pengiriman, biaya asuransi, hingga biaya pengelolaan online shop. Biaya tersebut dapat dikatakan biaya transaksi. Seperti diketahui, pandangan neoklasik menganggap pasar berjalan secara sempurna tanpa biaya apa pun (costless) kerena pembeli (consumers) memiliki informasi yang sempurna dan penjual (producers) saling berkompetisi sehingga menghasilkan harga yang rendah. Tetapi dunia nyata faktanya adalah sebaliknya, dimana informasi, kompetisi, sistem kontrak dan proses jual-beli bisa sangat asimetris. Inilah yang menimbulkan adanya biaya transaksi¸ yang sekaligus bisa didefinisikan sebagai biaya-biaya untuk melakukan proses negosiasi, pengukuran dan pemaksaan pertukaran. (Yustika, 2013). Dari teori tersebut, penelitian ini menggunakan variabel biaya transaksi untuk dikomparasikan antara strategi perdagangan offline dan perdagangan online. Hal ini dikarenakan biaya transaksi pada umumnya oleh semua pelaku usaha tidak dihiraukan atau tidak diketahui, bisa jadi karena nominal yang kecil jadi tidak begitu dihiraukan atau karena pelaku usaha tidak sadar dengan pengeluaran yang lebih karena biaya transaksi ini juga diangggap sebagian besar perusahaan biaya diluar operasional sehingga bisa jadi tidak tercatat. Hal ini tentunya semakin lama jika tidak dapat diminimalkan akan semakin besar dan bahkan akan membuat kerugian bagi pelaku usaha. Sehingga biaya transaksi menjadi salah satu pertimbangan yang penting dalam memilih dan menjalankan strategi perdagangan yang akan dilakukan pelaku usaha.

Penelitian mengenai biaya transaksi ini tentu sudah ada sebelumnya, contohnya penelitian dari Eko dan Asfi (2007) yang menggunakan variabel biaya transaksi untuk meneliti industri bank umum di Indonesia, selain itu penelitian dari Nadhifatul Fuaidah juga menggunakan variabel biaya transaksi pada pengeluaran petikemas di Surabaya. Berbeda hal dengan penelitian ini yang akan menganalisis dan mengkomparasikan perdagangan online dan offline, dengan mengambil sampel data dari Kota Malang. Pengambilan sampel di Kota Malang karena berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Timur 2012, Kota Malang memiliki pertumbuhan ekonomi dengan tren yang terus meningkat, dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sebesar 7,57% di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur yang sebesar 7,27%, hal ini menunjukan perkembangan ekonomi di Kota Malang sangat baik.

(5)

B. KERANGKA TEORI

Kerangka teori dalam penelitian ini mencakup teori ekonomi kelembagaan khususnya biaya transaksi, UMKM, etika ekonomi dan perilaku konsumen dan produsen. Definisi UMKM yang dijelaskan dalam UU. No.20 Tahun 2008 yang mana usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang merupakan bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan. Setiap individu memiliki hak dan kewajiban, demikian pula dengan konsumen dan produsen, hak dan kewajiban tersebut sudah diatur dalam undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hak dan kewajiban konsumen dan produsen dalam hal transaksi elektronik juga sudah diatur dalam undang-undang no.11 tahun 2008. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi. Dalam hal ini teknologi informasi dalam transaksi elektronik sebagai salah satu cara perusahaan dalam memasarkan produknya dengan menggunakan jaringan komputer atau media elektronik lainya.

Dalam teori ekonomi kelembagaan pandangan neo-klasik menganggap pasar berjalan secara sempurna tanpa biaya apa pun (costless) karena pembeli memiliki informasi yang sempurna dan penjual saling berkompetisi sehingga menghasilkan harga yang rendah (Stone, et, al., 1996:97 dalam Yustika, 2013). Menurut Petrovic dan Krstic (2011) dalam pandangan pasar neo-klasik di mana individu saling berinteraksi dan berakibat pertukaran barang dan jasa, saat itu kerja sama berlangsung tanpa biaya yang cukup signifikan, hal ini karena diasumsikan bahwa pasar sebagai organisasi dan mekanisme koordinasi secara gratis , dan hal ini adalah biaya transaksi sama dengan nol atau biaya transaksi dalam hal ini diabaikan. Hal ini juga dikarenakan teori neoklasik memakai produk sebagai dasar unit analisis dalam mengukur biaya.

Literatur ekonomi memberikan definisi yang beragam tentang biaya transaksi. Pada awalnya diidentifikasi oleh Coase sebagai biaya mengorganisasi transaksi hingga akhirnya banyak menimbulkan beberapa definisi. Secara ringkasnya, biaya transaksi adalah ongkos untuk melakukan negosiasi, mengukur, dan memaksakan pertukaran (exchange). Menurut Mburu (2002:42), biaya transaksi dapat juga diartikan untuk memasukkan tiga kategori yang lebih luas, yaitu (1) biaya pencarian informasi, (2) biaya negosiasi dan keputusan atau mengeksekusi kontrak, dan (3) biaya pengawasan, pemaksaan, dan pemenuhan/pelaksanaan (Yustika, 2013). Transaksi mencakup baik pertukaran – pertukaran maupun kontrak-kontrak jika transaksi dipandang dari suatu hubungan kontraktual, dengan unsur-unsur penelitian, keputusan, pelaksanaan dan pengendalian, maka biaya transaksi akan terdiri atas biaya penelitian, informasi, keputusan, tawar menawar, monitoring dan pelaksanaan kontrak (Williamson, 1985 dalam Yustika, 2013). Transaksi terjadi ketika suatu produk atau jasa ditransfer ke dalam ikatan yang dapat dipisahkan secara teknologi, satu tahap kegiatan diakhiri dan tahapan lainnya dimulai. Biaya transaksi mencakup (Williamson, 1985 dalam Yustika, 2013) :

1. Biaya Langsung ( Direct Cost ) dari menjaga hubungan atau sering disebut biaya transaksi yang belum terjadi ( ex-ante transaction cost ).

2. Biaya Alternatif ( Opportunity Cost ) dari terbuatnya keputusan yang inferior, disebut juga biaya transaksi yang telah terjadi ( ex-post transaction cost).

Menurut Bickenbach, et. al. (1999:2-3), dua kondisi penting dalam transaksi yang menyebabkan kontrak beresiko adalah kurangnya/keterbatas informasi dan spesifisitas aset. Keterbatasan informasi adalah suatu kondisi informasi tidak simetris (asymmetry information), salah satu pelaku yang melakukan kontrak mempunyai pengetahuan yang lebih banyak ketimbang pelaku yang lain. Dalam hal ini faktor ketidakpastian, perilaku oportunitis, dan rasionalitas terbatas termasuk didalamnya (Williamson, 1975:31 dalam Yustika, 2013). Sehingga jika kondisi ini di minimalkan kemungkinan biaya transaksi akan menurun dan tercapai efisiensi ekonomi.

Menurut Petrovic dan Krstic (2011) tingginya tingkat biaya transaksi tidak hanya dibuktikan dengan fungsi pasar yang tidak sempurna, tetapi akibat tidak adanya lembaga. Maka dari itu biaya

(6)

transaksi sangat penting bagi kehadiran sebuah lembaga. Semakin tinggi biaya transaksi menyiratkan permintaan yang lebih besar terhadap lembaga yang lebih efisien dalam sebuah perekonomian dan masyarakat. Jadi suatu lembaga dianggap sebagai struktur yang meminimalkan biaya transaksi dan dievaluasi oleh kriteria ini. Sebuah lembaga bisa dikatakan efisien yang maksimal ketika biaya transaksi sama dengan nol.

Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini dapat dibuat suatu kerangka pemikiran yang dapat asxzmenjadi landasan dalam penulisan ini yang pada akhirnya dapat diketahui variabel biaya transaksi perdagangan online

atau perdagangan offline yang paling berpengaruh dalam pencapaian efisiensi ekonomi dalam UMKM. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya transaksi yang terdiri dari ex-ante dan ex-post. Biaya transaksi ex-ante diantaranya biaya pengelolaan iklan, negosiasi dan administrasi yang dikeluarkan UMKM di Kota Malang sedangkan untuk biaya transaksi ex-post

diantaranya biaya kesalahan adaptasi dan pengiriman yang variabel tersebut dihitung berdasarkan strategi perdagangan online maupun offline. Penelitian ini mencoba menganalisis dan membandingkan seberapa besar biaya transaksi yang dikeluarkan ketika perdagangan online

maupun offline pada UMKM di Kota Malang. Kerangka pikiran ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir

Sumber : Berbagai Sumber Diolah (2015)

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif, sehingga penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.Analisis data yang bersifat kuantitatif dilakukan dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012). Sebelum uji statistik diterapkan terlebih dahulu dilakukan

Biaya Transaksi

Ex-Ante Cost Ex-Post Cost

Biaya Negosiasi (X1) Biaya Pengelolaan Iklan (X2) Biaya Administrasi (X3) Biaya Salah Adaptasi (X4) Biaya Pengiriman (X5) Perdagangan Online Perdagangan Offline Efisiensi Ekonomi

(7)

uji validitas dan uji realibilitas. Apabila data lolos uji validitas dan uji reliabilitas atau bisa pengukuran instrumen dikatakan valid, maka dilakukan uji statistik parametrik yaitu uji beda t-test dengan menggunakan Independent sample t-test.

Independent sample t-test adalah salah satu pengujian hipotesis dari statistik komparatif.

Independent sample t-test adalah metode yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan mean antara dua kelompok yang bersifat independen. Independen berarti adalah sampel yang satu tidak dipengaruhi atau tidak berhubungan dengan sampel lainya. Independent samples t-test pada dasarnya menguji dua sampel, tujuannya untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata (mean) antara dua populasi dengan melihat rata-rata dua sampelnya. Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, dilakukan uji beda secara bertahap agar perbedaan variabel biaya transaksi secara parsial dan simultan dapat diketahui.

Responden dalam penelitian ini merupakan usaha mikro, kecil dan menengah sesaui dengan kriteria yang telah diatur undang-undang. Adapun kriteria lain yang diharuskan yaitu seluruh responden dalam hal ini UMKM memiliki toko offline dan toko online. Toko offline diartikan sebagai tempat penjualan langsung yang pada umumnya terletak di rumahan, ruko dan mall. Toko

online diartikan sebagai tempat untuk penjualan secara jarak jauh dengan media teknologi internet, dimana transaksi tanpa bertatap muka dengan konsumen. Lokasi penentuan penelitian dilakukan Jawa Timur lebih tepatnya di Kota Malang. Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sample dalam suatu kelompok UMKM di Kota Malang. Pengambilan sample di Kota Malang ini karena beberapa alasan salah satunya berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Timur 2012, dimana Kota Malang memiliki pertumbuhan ekonomi dengan tren yang terus meningkat, dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sebesar 7,57% di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur yang sebesar 7,27%, hal ini menunjukan perkembangan ekonomi di Kota Malang sangat baik. Salah satu alasan berkembangnya ekonomi Kota Malang karena kontribusi dari industri-industri mikro, kecil, menengah dan besar yang ada di Kota Malang, terbukti dari pencapaian yang tertinggi setelah perdagangan, hotel dan restauran dalam PDRB tahun 2012 berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku Kota Malang tahun 2012.

Fokus sampel penelitian ini adalah UMKM di Kota Malang karena usaha inilah yang mempunyai kontibusi cukup besar dalam melakukan kombinasi strategi perdagangan online dan offline jika kita bandingankan dengan industri jasa dan kuliner. Waktu penelitian dilakukan dengan menyesuaikan waktu pengumpulan data selama dua bulan sampai data tercukupi. Metode sampling yang digunakan adalahpurposive sampling yaitu peneliti menggunakan pertimbangan sendiri secarasengaja dalam memilih anggota populasi yang dianggap dapat memberikan informasi yang diperlukan atau unit sampel yang sesuai dengan kriteria tertentu yang diinginkan peneliti. Teknik pengambilan data dengan menggunakan wawancara dan kuesioner.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini mempertimbangkan acuan dari penelitian eksperimental dan penelitian komparatif dengan analisis parametrik dengan jumlah sampel tidak diketahui jelas jumlahnya (Sekaran, 2003 dalam Wijaya, 2013). Namun, Berdasarkan hasil pengujian statistik, Voorhis dan Morgan (2007) memberikan saran minimal sampel untuk pengujian perbedaan membutuhkan 30 sampel per kelompok untuk kekuatan 80%, dan mungkin dapat dikurangi setidaknya dengan batasan 7 sampel per kelompok. Cohen (1998) membagi tingkatan kekuatan efek ukuran sampel yaitu 20% (kecil), 50% (sedang) dan 80% (besar). Sehingga penelitian ini membutuhkan 25 sampel untuk diteliti agar dapat menjawab rumusan masalah penelitian ini.

D. PEMBAHASAN

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan SPSS, dimana setiap outputnya memiliki hipotesis statistik. Hipotesis untuk perbedaan varians populasi dengan H0 dan H1, H0 menyatakan kedua varians populasi adalah sama (homogen) dan H1 menyatakan kedua varians populasi adalah tidak sama (tidak homogen) dengan pengambilan keputusan jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak. Pengujian untuk melihat ada tidaknya perbedaan rata-rata pada populasi, pengambilan keputusan dalam analisis Uji t dapat dilakukan dengan dua cara yakni berdasarkan perbandingan antara t hitung dengan t tabel, dan berdasarkan perbandingan nilai probabilitas atau nilai signifikansi. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah H0 kedua rata populasi adalah identik atau sama. Sedangkan H1 adalah kedua rata-rata populasi adalah tidak indentik atau sama. Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima, sedangkan bila probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak. Setelah itu,

(8)

Hasil Uji Beda Ex-Ante Cost

Biaya transaksi yang diuji beda pertama kelompok variabel ex-ante cost diantaranya biaya negosiasi, biaya pengelolaan iklan, dan biaya administrasi. Hasil independent sample t-test untuk strategi online mempunyai rata-rata biaya transaksi ex-ante cost sebesar 26,44 dan untuk strategi

offline mempunyai rata-rata biaya transaksi ex-ante cost sebesar 25,44. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata biaya transaksi strategi online lebih tinggi dari rata-rata biaya transaksi strategi offline. Untuk menjawab secara signifikan (jelas dan nyata) perbedaan antara strategi online dan strategi

offline, analisis dilanjutkan pada hasil output F hitung dari biaya transaksi ex-ante cost yaitu sebesar 0,37 dengan probabilitas 0,848. Oleh karena nilai probabilitas 0,848 > 0,05, maka H0 diterima atau kedua varians populasi adalah sama (homogen). T hitung untuk biaya transaksi ex-ante cost dengan

Equal variance not assumed adalah 0,525 dengan probabilitas 0,602. Oleh karena probabilitas 0,602 > 0,05, maka Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata biaya transaksi ex-ante cost

antara perdagangan online dan perdagangan offline adalah sama.

Rata-rata biaya transaksi ex-ante cost antara perdagangan online dan offline dinyatakan sama atau identik dalam hasil uji beda, hal ini berarti tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam biaya transaksi diantara keduanya. Jika dilihat secara parsial, biaya negosiasi online relatif lebih tinggi dibandingkan dengan offline dengan nilai rata-rata variabel biaya negosiasi online sebesar 3,55 dan biaya negosiasi offline sebesar 2,89. Kemudian biaya pengelolaan online relatif lebih rendah dari

offline dengan nilai rata-rata variabel biaya pengelolaan iklan online sebesar 2,40 dan biaya pengelolaan iklan offline sebesar 2,76. Terakhir biaya administrasi online sama dengan offline

dengan nilai rata-rata yang sangat tipis yang dapat diartikan sama, yaitu variabel biaya administrasi

online sebesar 2,87 dan biaya administrasi offline sebesar 2,85. Hasil ini mengartikan bahwa dari dua variabel relaitf lebih tinggi online dan satu variabel sama antara online dan offline. Hasil deskriptif ini mendukung hasil uji beda dimana tidak adanya perbedaan antara perdagangan online

dan offline karena rata-rata yang tidak terlalu jauh dan tinggi rendahnya biaya transaksi yang bervariasi.

Biaya Negosiasi

Secara lebih spesifik hasil dari kuesioner dan wawancara seluruh responden mengatakan bahwa biaya komunikasi untuk bernegosiasi di online lebih tinggi dari offline. Hal ini dikarenakan jarak dengan konsumen yang bervariasi dan sebagian besar berada di luar kota sehingga waktu yang dihabiskan dari negosiasi hingga follow up konsumen lebih banyak, berbeda hal nya offline yang bernegosiasi secara langsung sehingga biaya komunikasi tidak lebih untuk follow up konsumen yang sudah mencapai kesepakatan.

Tingkat kegagalan dalam mencapai kesepakatan dalam perdagangan online juga lebih tinggi daripada offline, beberapa responden mengatakan tidak sedikit konsumen yang tidak serius untuk membeli produk dan hanya sekedar bertanya bahkan berusaha untuk menipu, sementara jika di

offline hal ini jarang terjadi karena niat konsumen dalam membeli memang lebih tinggi dan terhindar dari usaha penipuan. Sebagian besar responden menanggapi konsumen yang tidak serius atau ingin menipu hanya dibiarkan saja jika tidak dirugikan secara finansial, namun sebenarnya perusahaan sudah dirugikan dalam hal waktu dan biaya komunikasi.

Biaya Pengelolaan Iklan

Hasil dari kuesioner dan wawancara seluruh responden mengatakan pengeluaran untuk iklan secara offline lebih tinggi dari online dikarenakan biaya untuk periklanan online lebih sederhana dengan hanya membayar domain atau paket internet saja berbeda dengan offline yang membutuhkan proses percetakan dan terdapat pajak yang harus dibayarkan jika pemasangan iklan di tempat umum. Selain itu beberapa responden mengatakan pengeluaran iklan offline tidak hanya sebatas media cetak namun lebih bervariasi seperti adanya gathering, peaching dan sponsorship untuk kegiatan yang dapat menguntungkan perusahaan.

Seluruh responden menyatakan target perluasan pemasaran yang dicapai iklan secara online

lebih tinggi jika dibandingkan offline, hal ini dikarenakan media offline hanya berpengaruh signifikan terhadap penjualan dalam kota pada umumnya dengan pengeluaran iklan yang lebih tinggi juga, sehingga dapat dikatakan bahwa biaya transaksi dalam mencapai target perluasan pemasaran

offline lebih tinggi dari online.

Biaya Administrasi

Seluruh responden menyatakan bahwa biaya packaging produk dan pengeluaran perlengkapan administrasi pada online lebih tinggi dibandingkan dengan offline. Hal ini diikarenakan pada studi lapangan masing-masing perusahaan menunjukan packaging untuk produk yang diperjualbelikan secara online harus memiliki keamanan yang lebih agar tidak merusak produk ketika sampai pada

(9)

tujuan, berbeda halnya dengan packaging produk yang diperjualbelikan secara offline hanya menggunakan kemasan standar. Berbuhungan dengan packaging online lebih tinggi membuat pengeluaran perlengkapan administrasi lebih tinggi. Pembayaran yang dilakukan seluruh konsumen

online adalah dengan menggunakan via bank, hal ini membuat proses yang semakin panjang karena

pengecekan transfer yang harus teliti agar tidak terjadi penipuan.

Hasil Uji Beda Ex-Post Cost

Untuk strategi online mempunyai rata-rata biaya transaksi sebesar 15,08 dan untuk strategi

offline mempunyai rata-rata biaya transaksi sebesar 12,36. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata biaya transaksi ex-post cost strategi online relatif lebih tinggi dari rata-rata biaya transaksi ex-post cost

strategi offline. Untuk menjawab secara signifikan (jelas dan nyata) perbedaan ex-post cost antara strategi online dan strategi offline, analisis dilanjutkan pada hasil output F hitung dari biaya transaksi

ex-post cost yaitu sebesar 0,174 dengan probabilitas 0,678. Oleh karena nilai probabilitas 0,678 > 0,05, maka H0 diterima atau kedua varians populasi adalah sama (homogen). T hitung untuk biaya transaksi ex-post cost dengan Equal variance not assumed adalah 2,48 dengan probabilitas 0,018. Oleh karena probabilitas 0,018 > 0,05, maka Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata biaya transaksi ex-post cost antara perdagangan online dan perdagangan offline adalah tidak sama.

Rata-rata biaya transaksi ex-post cost antara perdagangan online dan offline dinyatakan tidak sama dalam hasil uji beda, hal ini berarti adanya perbedaan yang signifikan dalam biaya transaksi diantara keduanya. Jika dilihat secara parsial, biaya salah adaptasi online relatif lebih tinggi dibandingkan dengan offline dengan nilai rata-rata variabel biaya salah adaptasi online sebesar 2,12 dan biaya salah adaptasi offline sebesar 1,55. Kemudian biaya pengiriman online relatif lebih tinggi dibandingkan dengan offline dengan bahwa nilai rata-rata variabel biaya pengiriman online sebesar 2,91 dan biaya pengiriman offline sebesar 2,57. Hasil ini mengartikan bahwa seluruh variabel biaya transaksi yang dinilai secara online relatif lebih tinggi secara signifikan terhadap offline.

Biaya Salah Adaptasi

Seluruh responden menyatakan bahwa retur produk atau pengembalian produk yang dilakukan oleh konsumen online karena produk yang cacat atau rusak lebih tinggi dari konsumen offline. Selain itu, konsumen yang kecewa dan melakukan pembatalan pembelian setelah membayar tunai ataupun dengan uang muka secara online lebih tinggi daripada secara offline, namun masih dalam kategori rendah untuk keduanya. Hal ini dikarenakan terkadang pengiriman barang membuat produk sedikit rusak dan terkadang ketidak cocokan produk yang dilihat konsumen secara online dengan kenyataanya. Berebeda hal tentu dengan offline karena konsumen secara langsung melihat kejelasan produk dan membawa produk yang dibelinya sendiri. Dalam hal ini untuk menanggapi konsumen yang kecewa karena produk yang rusak beberapa perusahaan melakukan kosultasi dan pendekatan persuasif yang bertujuan menjaga nama baik perusahaan, namun hal ini membuat biaya transaksi menjadi tinggi.

Biaya Pengiriman

Dari hasil yang didapatkan, seluruh responden menyatakan bahwa pengeluaran bensin atau bahan bakar untuk operasional pengiriman produk dan pengeluaran jasa pengiriman yang ditanggung perusahaan dari transaksi secara offline lebih tinggi dari online. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden menyatakan jika pemesanan dalam skala besar atau produk yang memang membutuhkan transportasi untuk pengirimannya, akan menjadi tanggungan dari perusahaan. Jika pengiriman dalam kota menggunakan jasa pengiriman akan lebih tinggi biayanya sehingga pengiriman dilakukan oleh kurir dari perusahaan.

Berbeda dengan online yang pengirimannya menggunakan jasa pengiriman, biaya pengiriman tersebut ditanggung oleh konsumen untuk sebagian perusahaan, ditambah dengan seluruh responden sudah memiliki kerjasama terhadap jasa pengiriman sehingga biaya transaksi dinilai lebih rendah. Namun dilihat dari intensitasnya pengiriman online lebih sering terjadi, walaupun biaya transaksi rendah untuk online tetapi hal ini membuat biaya transaksi yang dikeluarkan menjadi rutin dan semakin membesar. Oleh karena itu jika di kumulatifkan akan terlihat biaya transaksi pengiriman

online lebih tinggi dibandingkan dengan offline dengan nilai yang sangat tipis.

Hasil Uji Beda Total Biaya Transaksi

Pengujian perbedaan yang terakhir dengan menggunakan seluruh variabel biaya transaksi atau secara keseluruhan diantaranya biaya negosiasi, biaya pengolahan iklan, biaya administrasi, biaya salah adaptasi dan biaya pengiriman. Untuk strategi online mempunyai rata-rata biaya transaksi sebesar 41,52 dan untuk strategi offline mempunyai rata-rata biaya transaksi sebesar 37,80. Hal ini

(10)

menunjukan bahwa rata-rata biaya transaksi strategi online secara keseluruhan relatif lebih tinggi dari rata-rata biaya transaksi strategi offline. F hitung dari seluruh biaya transaksi adalah 0,000 dengan probabilitas 0,990. Oleh karena nilai probabilitas 0,990 > 0,05, maka H0 diterima atau kedua varians populasi adalah sama (homogen). T hitung untuk seluruh biaya transaksi dengan Equal variance not assumed adalah 1,309 dengan probabilitas 0,197. Oleh karena probabilitas 0,197 > 0,05, maka Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata dari seluruh biaya transaksi antara perdagangan online dan perdagangan offline adalah sama. Hasil yang didapatkan secara keseluruhan dengan uji beda adalah tidak adanya perbedaan yang signifikan antara biaya transaksi perdagangan

online dan offline.

Hasil dari pengujian secara menyeluruh, variabel yang memilki persamaan rata-rata lebih dominan sehingga keseluruhan biaya transaksi antara online dan offline terlihat sama. Namun jika dilihat secara parsial, kesimpulan hasil pengujian dari variabel biaya transaksi ex-ante cost, perdagangan offline lebih efisien dari perdagangan online, begitu juga dengan variabel biaya transaksi ex-post cost pada perdagangan offline lebih efisien dari perdanganan online dengan biaya transaksi yang lebih rendah. Hasil statistik ini membutuhkan analisis untuk mengetahui kenapa

offline lebih efisien dari online, karerna itu pernyataan dan persepi dari responden sangat dibutuhkan. Pernyataan akhir dari semua responden dalam menilai keuntungan pada perdagangan

online ataukah offline, dari 25 responden hanya 3 responden yang menjawab lebih menguntungkan

online, 11 responden menjawab offline dan 11 responden berikutnya menjawab keduanya. Dari sebaran pernyataan setiap responden dalam menjawab antara online dan offline memiliki persepsi berbeda.

Persepsi Responden

Masing-masing responden memiliki persepsi yang berbeda, responden yang menjawab offline

lebih menguntungkan cenderung adalah perusahaan yang mempertimbangkan keamanan bertransaksi, ketidak pastian konsumen dalam membeli membuat perusahaan mengalami kerugian waktu untuk bernegosiasi dengan konsumen lainya. Beberapa permasalahan yang sering kali timbul adalah ketika perusahaan menghadapi konsumen “nakal” dalam hal ini konsumen yang kabur dari pesanan hingga konsumen yang melakukan penipuan seperti memalsukan bukti transfer. Walaupun perusahaan sudah memiliki cara untuk memperkecil kemungkinan terjadimya hal-hal tersebut namun tetap tidak dapat diprediksi secara pasti. Berbeda halnya dengan offline, penipuan dan konsumen kabur dari pesanan jarang sekali terjadi. Semua konsumen yang langsung datang ke toko walaupun tidak membeli produk, perusahaan tidak dirugikan karena tidak menggunakan alat komunikasi atau tidak menyita waktu yang banyak dalam bernegosiasi karena informasi cepat diterima konsumen secara langsung daripada secara online. Jika dilihat dari sisi pengelolaan iklan, seluruh responden mengatakan memang lebih tinggi offline daripada online karena tidak hanya media cetak namun iklan melalui radio, sponsor kegiatan hingga ikut serta dalam pameran merupakan biaya iklan yang bahkan lebih tinggi. Namun offline tetap dipilih dengan persepsi responden ini adalah iklan melalui offline lebih efektif dibandingkan online karena mencakup semua kalangan dan dapat memperluas pemasaran dari mulut ke mulut serta memberikan respon nama baik perusahaan secara langsung terhadap konsumen.

Sementara responden yang menjawab online lebih menguntungkan daripada offline diantaranya responden yang menganggap bahwa perdagangan online adalah minimum budget maximal income. Responden ini cenderung tidak memikirkan resiko keamanan karena menganggap jika terjadi kegagalan karena konsumen kabur dari pesanan atau terjadinya penipuan tidak akan merugikan finansial namun hanya waktu saja. Kemudahan dalam bertransaksi online menjadi faktor utama dalam memilih perdagangan online. Responden menyatakan perdagangan dapat dilakukan 24 jam dan perusahaan dapat mengerjakan hal lain disaat bersamaan. Biaya pengiriman sebagian besar ditanggungkan kepada konsumen, karena itu biaya dalam pengiriman tidak terlalu tinggi. Responden yang menjawab keduanya menguntungkan dan saling berhubungan adalah perusahaan yang cenderung fundamental perusahaannya baik dalam hal manajemen dan memiliki tenaga kerja yang terpisah antara online dan offline sehingga dapat memperkecil kemungkinan terjadi masalah. Responden ini menganggap online dan offline saling mendukung, ketika perusahaan memiliki toko membuat konsumen online lebih percaya terhadap perusahaan dan jika perusahaan memiliki online

dapat memudahkan konsumen offline memilih terlebih dahulu sebelum datang ke toko dan mendapat informasi produk terbaru dari perusahaan.

(11)

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji beda dan anaisis data yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan dari ketiga uji beda tersebut, yaitu:

1. Hasil yang didapatkan dari keseluruhan biaya transaksi dengan uji beda adalah tidak adanya perbedaan yang signifikan antara biaya transaksi perdagangan online dan offline atau dapat dikatakan sama, hal ini mengartikan bahwa biaya transaksi antara online dan offline memiliki besaran yang hampir sama.

2. Persepsi dalam memilih perdagangan online dan offline masih sangat beragam. Responden menganggap bahwa perdagangan online adalah minimum budget maximal income, namun masih sangat beresiko. Perbedaan penilaian ini berhubungan dengan seberapa berani perusahaan mengambil resiko dan cara masing-masing perusahaan dalam menangani resiko tersebut. Sebagian besar perusahaan masih belum berani mengambil resiko, karena itu lebih memfokuskan penjualan dari offline sehingga penjualan di online kurang maksimal.

3. Biaya komunikasi untuk bernegosiasi di online lebih tinggi dari offline dengan kategori perdagangan online agak tinggi dan offline agak rendah. Hal ini dikarenakan jarak dengan konsumen yang bervariasi dan sebagian besar berada di luar kota sehingga waktu yang dihabiskan dari negosiasi hingga follow up konsumen lebih banyak, tingkat kegagalan dalam mencapai kesepakatan dalam perdagangan online juga lebih tinggi daripada offline karena tidak sedikit konsumen yang tidak serius untuk membeli produk dan hanya sekedar bertanya bahkan berusaha untuk menipu.

4. Pengeluaran untuk iklan secara offline lebih tinggi dari online dikarenakan biaya untuk periklanan online dengan kategori perdagangan online rendah dan offline agak rendah, lebih sederhana dengan hanya membayar domain atau paket internet saja pada umumnya, berbeda dengan offline yang membutuhkan proses percetakan dan terdapat pajak yang harus dibayarkan jika pemasangan iklan di tempat umum atau pameran. Pengeluaran iklan offline tidak hanya sebatas media cetak namun lebih bervariasi seperti adanya gathering, peaching, sponsorship dan kegiatan lain yang dapat menguntungkan perusahaan.

5. Pengiriman barang membuat produk sedikit rusak dan terkadang ketidak cocokan produk yang dilihat konsumen secara online dengan kenyataanya. Berebeda hal tentu dengan offline karena konsumen secara langsung melihat kejelasan produk dan membawa produk yang dibelinya sendiri. Dalam hal ini untuk menanggapi konsumen yang kecewa karena produk yang rusak beberapa perusahaan melakukan kosultasi dan pendekatan persuasif yang bertujuan menjaga nama baik perusahaan, namun hal ini menambah biaya transaksi lainya menjadi tinggi.

6. Untuk melihat lebih efisien manakah antara perdagangan online dan offline secara keseluruhan tidak dimungkinkan karena keduanya memiliki besaran yang sama, karena dari itu harus dilihat dari setiap variabelnya. Dilihat dari biaya negosiasi, biaya administrasi, biaya salah adaptasi dan biaya pengiriman perdagangan offline lebih efisien dibandingkan dengan online. Dilihat dari biaya pengelolaan iklan, perdagangan online lebih efisien dibandingkan dengan offline. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perdagangan offline lebih efisien dari perdagangan online

jika dilihat dari keseluruhan biaya transaksi.

Saran

1. Keamanan merupakan pertimbangan yang sangat diperhatikan oleh UMKM dalam memulai perdagangan online, terdapat saran untuk pemerintah berkaitan akan hal ini diantaranya regulasi dan peraturan yang mengatur hak dan kewajiban produsen-konsumen harus dipertegas serta lebih di perhatikan karena semakin meningkatnya pengguna online dalam berbisnis semakin tingginya kesempatan penipuan, tidak hanya perusahaan namun konsumen juga rentan akan terkena penipuan. Pemberdayaan dan pelatihan UMKM lebih intensif tidak hanya dalam berbisnis offline namun dalam berbisnis online juga di setiap daerah agar terhindar dari permasalahan dan dapat bersaing dengan perusahaan asing. Adanya lembaga dari pemerintahan yang berfokus menangani tindak pidana dan perdata dari bisnis online agar para pengusaha

online lebih merasa aman.

2. Berkaitan hasil penelitian terdapat saran untuk UMKM, diantaranya untuk memilih strategi bisnis onlline atau offline harus mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam hal finansial dan sumber daya manusia. Dalam berbisnis online dibutuhkan tenaga kerja yang dikhususkan dalam pengelolaan online dan mahir dalam internet agar kesalahan informasi antara prosuden

(12)

dan konsumen dapat dicegah. Untuk mencegah tingginya biaya transaksi dari hasil penelitian ini disarankan menganalisis setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan perusahaan terutama dalam negosiasi, administrasi, kesalahan adaptasi dan pengiriman produk. Dan yang terakhir pihak perusahaan disarankan untuk memberikan informasi dengan jelas dalam online dan offline

misalnya dari harga dan kualitas karena hal ini yang membuat biaya transaksi semakin tinggi.

Keterbatasan

1. Penelitian ini masih mengandung beberapa keterbatasan, terutama berkaitan dengan sampel. Sampel penelitian ini kurang dari yang ditargetkan sebanyak 30. Kekurangan sampel ini dikarenakan tidak diketahuinya jumlah populasi dengan jelas, banyak sekali perusahaan yang menutup diri dan ada beberapa responden yang memberikan jawaban yang tidak valid. Selain itu keterbatasan penelitian ini juga terbatasnya penelitian terdahulu yang serupa.

2. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data hasil wawancara dan kuesioner dari perusahaan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini dari kuesioner yang disusun masih kurang menjelaskan biaya transaksi yang terjadi di lapangan. Untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut masih perlu adanya masukkan variabel lainnya yang akan mempunyai pengaruh lebih bervariasi terhadap penelitian ini. Saran dan kritik yang membangun senantiasa diterima peneliti untuk mengembangkan penelitian ini agar lebih baik lagi.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2012. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur dan Kota

Malang Tahun 2010-2012. http://jatim.bps.go.id/ diakses pada 4 November 2014.

Badan Pusat Statistik Kota Malang. 2012. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Usaha Tahun 2008-2012. http://malangkota.bps.go.id/ diakses pada 4 November 2014.

Brousseau, Erick dan Jean-Michel Glachant. 2008. New Institutional Economics, a guide book.

London: Cambride University Press.

Carina-Elena, Stegăroiu. 2013. The Electronic Market Liberalization In A Knowledge Based Economy. Lecturer Phd, “Constantin Brancusi” University Of Targu Jiu, Faculty Of

Economics And Business Administration.

Diana, Anastasia dan Fandy T. 2007. E-Business. Yogyakarta : Penerbit Andi

Hendro. 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan, panduan bagi mahasiswa untuk mengenal, memahami, dan memasuki dunia bisnis. Jakarta : Erlangga.

Kuncoro, Mudrajad.2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi : Bagaimana meneliti & menulis tesis?. Jakarta : Erlangg

Listiyanto, Eko dan Asfi Manzilati. 2007. Analisis biaya transaksi pada industri bank umum di Indonesia, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Journal of Indonesian Applied Economics.

Ollie. 2008. Membuat Toko Online Dengan Multiply, cara mudah menjaring uang lewat blog gratisan. Penerbit Mediakita.

Petrovic, Dragan dan Milos Krstic. 2011. Transaction Cost and Efficiency of Institution. FACTA

UNIVERSITATIS Series: Economics and Organization, Vol. 8, No. 4, 2011, pp. 379-387.

Subandi. 2011. Ekonomi Pembangunan. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Tambunan, T.H. 2005. Development of Small and Medium Enterprises in Indonesia. Faculty of Economic, University Trisakti Indonesia. Working Paper.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Jakarta: Diperbanyak oleh www.djlpe.esdm.go.id/ diakses pada 31 Oktober 2014.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah. Jakarta: Diperbanyak oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), diakses pada

31 Oktober 2014.

Wijaya, Tony. 2013. Metode Penelitian, Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Yustika, Ahmad Erani. 2013. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, & Kebijakan. Jakarta : Erlangga.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Domain Indonesia
Gambar 1. Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Panitia pengadan Barang / Jasa pada Bappeda Kabupaten Sidoarjo akan melaksanakan Prakualifikasi untuk paket pekerjaan Jasa konsultasi dengan sumber dana APBD Kabupaten Sidoarjo

Pada hari ini Jum'at tanggal enam belas bulan September Tahun Dua Ribu Enam Belas, bertempat Di Sekretariat ULP Kota Gorontalo, yang bertanda tangan dibawah ini Pokja POKJA PADA

Panitia pengadan Barang / Jasa pada Bappeda Kabupaten Sidoarjo akan melaksanakan Prakualifikasi untuk paket pekerjaan Jasa konsultasi dengan sumber dana APBD Kabupaten Sidoarjo

Analisa teknikal memfokuskan dalam melihat arah pergerakan dengan mempertimbangkan indikator-indikator pasar yang berbeda dengan analisa fundamental, sehingga rekomendasi yang

The action SQL takes for any UPDATE or DELETE operation that attempts to update or delete a candidate key value in the parent table that has some matching rows in the child table

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak maksimal yang dapat dicapai bluetooth dari smartphone android untuk dapat saling berkomunikasi dengan modul bluetooth RN-42

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa masih rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap upaya pencegahan DBD, yang akhirnya berpengaruh pada sikap dan perilaku

Berdasarkan uraian tersebut dalam makalah ini akan dibahas mengenai “ Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah DangkalmDi TPA ( Tempat.. Pembuangan Akhir