• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan informasi yang penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pelayanan, kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya dan paket (standar) pelayanan KIA, gizi, imunisasi, dan tumbuh kembang balita.

Salah satu tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak. Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan dan gangguan gizi yang seringkali berakhir dengan kecacatan atau kematian. Depkes RI dan JICA, (2003) Untuk mewujudkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak maka salah satu upaya program adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga melalui penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA)

Manfaat Buku KIA secara umum adalah ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu hamil sampai anaknya berumur lima tahun sedangkan manfaat buku KIA secara khusus ialah (1) untuk mencatat dan memantau kesehatan ibu dan anak (2) alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan informasi penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat tentang kesehatan, gizi dan

(2)

paket (standar) pelayanan KIA (3) alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak (4) catatan pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannnya (Depkes RI, 2003).

2.1.1. Pemanfaatan Buku KIA

Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan informasi yang penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pelayanan, kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya dan paket (standar) pelayanan KIA, gizi, imunisasi, dan tumbuh kembang balita.

Salah satu tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak. Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan dan gangguan gizi yang seringkali berakhir dengan kecacatan atau kematian (Depkes RI dan JICA, 2003).

Manfaat yang didapatkan dengan penggunaan buku KIA adalah ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu mulai hamil sampai anak berumur lima tahun, dalam hal ini menanggapi kebutuhan maupun keinginan ibu hamil dan balita. Buku KIA juga berfungsi sebagai instrumen pencatatan dan pemantauan, informasi dan komunikasi serta penyuluhan tentang kesehatan, gizi dan standar pelayanan KIA yang lengkap di tingkat keluarga termasuk rujukannya. Penggunaan buku KIA juga dikaitkan dengan deteksi dini gangguan masalah

(3)

kesehatan ibu dan anak. Buku KIA berguna untuk meningkatkan komunikasi antara ibu dan petugas dalam rangka mendidik ibu ataupun keluarga tentang perawatan dan pemeliharaan KIA serta masalah gizi di rumah. Upaya tersebut juga dalam rangka meningkatkan jangkauan pelayanan KIA berkualitas serta memperbaiki sistem kesehatan dalam menerapkan manajemen pelayanan KIA yang lebih efektif (Sistiarini, 2013).

Untuk mewujudkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak maka salah satu upaya program adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga melalui penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA). Manfaat Buku KIA secara umum adalah ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu hamil sampai anaknya berumur lima tahun sedangkan manfaat buku KIA secara khusus ialah (1) untuk mencatat dan memantau kesehatan ibu dan anak (2) alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan informasi penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat tentang kesehatan, gizi dan paket (standar) pelayanan KIA (3) alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak (4) catatan pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannnya (Depkes RI dan JICA, 2003).

Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI), strategi making pregnancy safer dan pengadaan buku KIA. Buku KIA telah diperkenalkan sejak 1994 dengan bantuan Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA). Buku KIA diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

(4)

masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak. Buku KIA selain sebagai catatan kesehatan ibu dan anak, alat monitor kesehatan dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien (Hasanbasri dan Ernoviana, 2007).

Buku KIA dapat diperoleh secara gratis melalui puskesmas, rumah sakit umum, puskesmas pembantu, polindes, dokter dan bidan praktek swasta. Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa selama pemeriksaan antenatal di pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan lengkap di buku KIA, agar ibu dan keluarga lainnya mengetahui dengan pasti kesehatan ibu dan anak (Hasanbasri dan Ernoviana, 2007).

Hasil penelitian Anggraini (2012) yang meneliti pemanfaatan buku KIA mendapatkan sebagian besar responden memanfaatkan buku KIA sebanyak 64,5%, sedangkan yang tidak memanfaatkan sebanyak 35,5% Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan seperti buku KIA dapat menunjang partisipasi dan pemanfaatan ibu hamil dalam melakukan monitoring dan evaluasi kesehatan ibu dan janin selama masa kehamilan.

Buku KIA sebagai sarana informasi pelayanan KIA. Bagi kader sebagai alat penyuluhan kesehatan serta untuk menggerakkan masyarakat agar datang dan menggunakan fasilitas kesehatan. Bagi petugas puskesmas, buku KIA dapat dipakai sebagai standar pelayanan, penyuluhan dan konseling kesehatan, sehingga pelayanan kepada ibu dan anak dapat diberikan secara menyeluruh dan berkesinambungan.

(5)

Pemanfaatan buku KIA oleh petugas dalam melaksanakan pemeriksaan ibu dan anak dapat mencegah terjadinya ibu hamil anemia, BBLR, angka kematian ibu dan bayi, serta mencegah terjadinya balita kurang gizi (Hasanbasri dan Ernoviana, 2007).

Ada beberapa aturan mengenai buku KIA, yaitu:

1. Baca buku KIA Buku KIA ini untuk dibaca oleh ibu, suami dan anggota keluarga karena terdapat informasi yang berguna untuk kesehatan ibu dan anak.

2. Bawa buku KIA Buku KIA ini harus dibawa oleh ibu dan keluarga setiap datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Jaga buku KIA Buku KIA harus disimpan karena berisi informasi dan catatan kesehatan ibu dan anak.

4. Tanya ke petugas kesehatan Ibu dan anggota keluarga dapat bertanya kepada petugas kesehatan jika ada hal-hal yang ingin diketahui tentang masalah kesehatan ibu dan anak (Kemenkes, 2012).

Buku KIA sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal berisikan 13 materi yaitu (1) apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil (2) bagaimana menjaga kesehatan ibu hamil (3) bagaimana makan yang baik selama hamil (4) apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu hamil (5) apa saja persiapan keluarga menghadapi persalinan (6) apa saja tanda-tanda persalinan (7) apa saja yang dilakukan ibu bersalin (8) apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu bersalin (9) apa saja yang dilakukan ibu nifas (10) bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas (11) apa saja tanda-tanda bahaya dan penyakit pada ibu nifas (12) mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut program Keluarga Berencana (KB) (13) apa saja alat kontrasepsi/cara ber-KB (Depkes, 2005).

(6)

Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan satu-satunya buku untuk keluarga yang berisikan informasi dan catatan kesehatan ibu dan anak. Untuk memahami pesan/informasi yang tercantum dalam buku KIA, ibu dan keluarga perlu mendapatkan dukungan dan bimbingan dari petugas kesehatan.Buku KIA sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal berisikan 13 materi yaitu (1) apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil (2) bagaimana menjaga kesehatan ibu hamil (3) bagaimana makan yang baik selama hamil (4) apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu hamil (5) apa saja persiapan keluarga menghadapi persalinan (6) apa saja tanda-tanda persalinan (7) apa saja yang dilakukan ibu bersalin (8) apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu hamil (9) apa saja yang dilakukan ibu nifas (10) bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas (11) apa saja tanda-tanda bahaya dan penyakit pada ibu nifas (12) mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut program Keluarga Berencana (KB) (13) apa saja alat kontrasepsi/cara ber-KB (Depkes, 2005).

2.1.2. Buku KIA sebagai Materi Penyuluhan

Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan satu-satunya buku untuk keluarga yang berisikan informasi dan catatan kesehatan ibu dan anak. Untuk memahami pesan/informasi yang tercantum dalam Buku KIA, ibu dan keluarga perlumendapatkan dukungan dan bimbingan dari petugas kesehatan. Adapun materi penyuluhan sebagai berikut :

1. Apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil

(7)

b. Timbang berat badan setiap kali periksa hamil

c. Minum 1 tablet tambah darah setiap hari selama hamil d. Minta imunisasi Tetanus Toksoid kepada petugas kesehatan

e. Minta nasihat kepada petugas kesehatan tentang makanan bergizi selama hamil

f. Sering mengajak bicara bayi sambil mengelus-elus perut setelah kandungan berumur 4 bulan

2. Bagaimana menjaga kesehatan ibu hamil

a. Mandi pakai sabun setiap hari, pagi dan sore. Gosok gigi dua kali sehari setelah makan pagi dan sebelum tidur

b. Istirahat berbaring sedikitnya 1 jam pada siang hari dan kurangi kerja berat c. Tanyakan kepada bidan atau dokter tentang hubungan suami-istri yang aman

selama hamil

d. Jangan merokok, memakai narkoba, minum jamu atau minum minuman keras.

e. Di daerah malaria, sebaiknya ibu tidur pakai kelambu 3. Bagaimana makan yang baik selama hamil

a. Makan makanan yang bergizi sesuai dengan anjuran petugas kesehatan b. Makan 1 piring lebih banyak dari sebelum hamil

c. Untuk menembah tenaga, makan makanan selingan, pagi dan sore hari seperti kolak, bubur kacang hijau, kue-kue dan lain-lain

(8)

4. Apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu hamil a. Pendarahan

b. Bengkak di kaki, tangan dan wajah, atau sakit kepala kadangkala disertai kejang

c. Demam tinggi

d. Keluar air ketuban sebelum waktunya

e. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak f. Ibu muntah terus dan tidak mau makan

5. Apa saja persiapan keluarga menghadapi persalinan

a. Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ini ditolong oleh bidan atau dokter

b. Suami/keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan c. Siapkan donor darah, jika sewaktu-waktu diperlukan ibu

d. Ibu dan suami menanyakan kebidan/dokter kapan perkiraan tanggal persalinan

e. Suami dan masyarakat menyiapkan kendaraan jika sewaktu-waktu ibu dan bayi perlu segera ke Rumah Sakit

f. Jika bersalin di rumah, suami atau keluarga perlu menyiapkan : 1. Ruangan yang terang, tempat tidur dengan alas kain yang bersih 2. Air bersih dan sabun untuk cuci tangan

(9)

4. Kain dan pakaian ganti yang bersih dan kering bagi ibu setelah melahirkan

6. Apa saja tanda-tanda persalinan

a. Mulas-mulas yang teratur timbul semakin sering dan semakin lama b. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir

c. Keluar cairan ketuban dari jalan lahir akibat pecahnya selaput ketuban 7. Apa saja yang dilakukan ibu bersalin

a. Proses persalinan berlangsung 12 jam sejak terasa mulas. Jadi ibu masih bisa makan, minum, buang air kecil dan jalan-jalan

b. Jika mulas-mulas bertambah, tarik napas panjang melalui hidung dan keluarkan melalui mulut

c. Jika ibu merasa ingin buang air besar berarti bayi akan lahir. Segara beritahu bidan/dokter

d. Ikuti anjuran bidan atau dokter kapan ibu harus mengejan waktu bayi akan lahir

8. Apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu bersalin a. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas b. Pendarahan lewat jalan lahir

c. Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir d. Ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang e. Air ketuban keruh dan berbau

(10)

g. Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang berat 9. Apa saja yang dilakukan ibu nifas

a. Segera meneteki/menyusui bayi dalam 30 menit setelah bersalin untuk mencegah pendarahan dan merangsang ASI cepat keluar

b. Teteki/susui bayi sesering mungkin dan setiap kali bayi menginginkan secara bergantian payudara kiri dan kanan

c. Rawat bayi baru lahir dengan baik

d. Tanyakan ke bidan/dokter cara meneteki secara eksklusif dan merawat bayi baru lahir

10. Bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas

a. Makan makanan bergizi 1 piring lebih banyak dari sebelum hamil b. Istirahat cukup supaya ibu sehat dan ASI keluar banyak

c. Minum 1 kapsul vitamin A dosis tinggi

d. Minum 1 tablet tambah darah setiap hari selama nifas

e. Jaga kebersihan alat kelamin, ganti pembalut setiap kali basah 11. Apa saja tanda-tanda bahaya dan penyakit pada ibu hamil

a. Pendarahan lewat jalan lahir

b. Keluar cairan berbau dari jalan lahir c. Demam lebih dari 2 hari

d. Bengkak di muka,tangan atau kaki, sakit kepala dan kejang-kejang e. Payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit

(11)

12. Mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut program Keluarga berencana (KB) a. Agar ibu punya waktu untuk menyusui dan merawat bayi, esehatan ibu serta

mengurus keluarga

b. Untuk mengatur agar jarak kehamilan tidak terlalu dekat, lebih dari 2 tahun 13. Apa saja alat kontrasepsi/cara ber-KB

a. Alat Kontrasepsi/cara ber-KB bagi suami 1) Kondom

2) Vasektomi

b. Alat Kontrasepsi/cara ber-KB bagi istri 1) Pil

2) Suntik 3) Implant 4) Spiral 5) Tubektomi

2.2. Perubahan Perilaku Individu

Menurut Skinner (dalam Notoatmodjo, 2010), perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Respon ini meliputi respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu dan respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh perangsang tertentu. Menurut Taufik (2007), perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang

(12)

bersangkutan. Jadi pada hakikatnya perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas manusia itu sendiri baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung.

Menurut Green (1980) yang dikutip Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku manusia dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non behaviour cause), selanjutnya menurut Notoatmodjo, Green menjabarkan faktor perilaku menjadi tiga faktor yaitu: a) faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya; b) faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, adanya pelayanan petugas kesehatan, tersedia tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan; c) faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat, sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Dari uraian di atas bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan tradisi dari masyarakat itu sendiri. Di samping itu ketersediaan fasilitas, pelayanan petugas kesehatan, menjadi pendorong atau pemungkin seseorang berperilaku. Dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

(13)

Implisit dari proses perubahan perilaku adalah adanya sesuatu ide atau gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan diharapkan untuk diterima/dipakai oleh individu tersebut (Liliweri, 2007). Menurut Shoemaker (1971) dalam Notoatmodjo, proses adopsi inovasi itu melalui lima tahap, yaitu: 1)mengetahui/menyadari tentang adanya ide baru itu (awareness); 2) menaruh perhatian terhadap ide itu (interest); 3) memberikan penilaian (evaluation); 4) mencoba memakainya (trial); dan kalau menyukainya; 5) menerima ide baru (adoption). Proses adopsi ini tidak berhenti segera setelah suatu inovasi diterima/ditolak. Situasi ini kelak dapat berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh lingkungannya.

Proses pembuatan keputusan tentang inovasi ini menjadi empat tahap: 1) Individu menerima informasi dan pengetahuan berkaitan dengan suatu ide baru

(tahap knowledge). Pengetahuan ini menimbulkan minatnya untuk mengenal lebih jauh tentang objek tersebut, dan kemudian petugas kesehatan mulai membujuk atau meningkatkan motivasinya guna bersedia menerima objek/topik yang dianjurkan; 2) tahap Persuasion (pendekatan), yaitu tahap dimana individu membentuk suatu sikap kurang baik atau yang baik terhadap inovasi; 3) tahap decision, yaitu tahap dimana individu mengambil keputusan untuk menerima konsep baru yang ditawarkan petugas kesehatan; 4) tahap implementation, yaitu tahap penggunaan, yaitu individu menempatkan inovasi tersebut untuk dimanfaatkan atau diadopsi; 5) tahap confirmation, yaitu tahap penguatan, dimana individu meminta dukungan dari lingkungannya atas keputusan yang diambilnya.

(14)

Hosland et.al. (1953) dalam Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:

1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif memengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungannya, maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari pada individu tersebut (perubahan perilaku).

2.2.1. Teori Karakteristik Perilaku

Suatu pendekatan konseptual yang banyak digunakan dalam suvei pemanfaatan pelayanan dalam hal ini dimaksud dengan manfaat dari buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah model perilaku yang dikembangkan oleh R. Andersen (1968), dimana menggambarkan suatu sekuensi determinan individu terhadap

(15)

pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga, dan menyatakan bahwa hal ini tergantung pada ; (1) predisposisi keluarga untuk menggunakan jasa pelayanan kesehatan, (2) kemampuan mereka untuk melaksanakannya, dan (3) kebutuhan mereka terhadap jasa pelayanan tersebut.

Komponen ”predisposisi” keluarga dalam model tersebut mencakup karakteristik keluarga sebelum kejadian penyakit, dimana terdapat kecendrungan yang berbeda dalam penggunaan pelayanan kesehatan : yang meliputi variabel demografi (seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan) ; variabel struktural sosial (seperti pendidikan, pekerjaan kepala keluarga, suku bangsa). Variabel-variabel “predisposisi” keluarga ini tidak serta merta berpengaruh langsung terhadap pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, akan tetapi sebagai faktor pendorong untuk menimbulkan hasrat guna memanfaatkan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, suatu formulasi yang telah disempurnakan dari kerangka asli Andersen (1968) dikembangkan dengan mempertimbangkan sistem pelayanan kesehatan dan karakteristik golongan rentan (population at risk), sebagai indikator tersedianya dan dimanfaatkannya fasilitas pelayanan kesehatan oleh sub kelompok populasi yang berbeda (Muzaham, 2007).

2.3. Persepsi

2.3.1. Persepsi terhadap Buku KIA

suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat

(16)

indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera.

Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.

Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen Struktur; memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu.

(17)

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.

1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :

a. Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

b. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.

c. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

d. Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

(18)

e. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.

f. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat di dalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :

a. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.

b. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.

(19)

c. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.

d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

e. Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

2.4. Kerangka Teoritis

Buku KIA adalah instrumen pencatatan dan penyuluhan (edukasi) bagi ibu dan keluarganya, juga alat komunikasi antar tenaga kesehatan dan keluarga. Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang KIA termasuk gizi, yang dapat membantu keluarga khususnya ibu dalam memelihara kesehatan dirinya sejak ibu hamil sampai anaknya berumur 5 tahun, dan komunikasi karena tenaga kesehatan dapat memberikan catatan-catatan penting yang dapat dibaca tenaga kesehatan lain, ibu serta keluarga, misal keluhan, hasil pemeriksaan, catatan persalinan, pelayanan yang diberikan pada ibu/bayi/ balita, hasil pemeriksaan tambahan, rujukan.

Penggunaan Buku KIA merupakan salah satu strategi pemberdayaan masyarakat terutama keluarga untuk memelihara kesehatannya dan mendapatkan

(20)

pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas. Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Pemanfaatan buku KIA merupakan perwujudan dari perilaku individu, faktor manusia memegang peranan penting dalam mempengaruhi pemanfaatan buku KIA, di samping itu ketersediaan fasilitas terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Menurut Andersen dkk, 1975 yang dikutip oleh Muzaham (2007), yang mendasari timbulnya karakteristik dapat dikelompokkan menjadi variabel prediposisi, penggunaan pelayanan kesehatan : meliputi variabel demografi (seperti umur), variabel struktur sosial (seperti pendidikan, pekerjaan). Dalam penelitian ini komponen predisposisi yang akan diteliti yaitu Umur, pendidikan, pekerjaan. Sedangkan komponen pendukung yaitu: gravida dan sumber informasi. Sedangkan Persepsi ibu tentang buku KIA diambil dari teori Mar’at (1981) dalam Indrawijaya (2002), bahwa proses terjadinya persepsi adalah pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognitif.

(21)

Gambar 2.1 Kerangka Teori Model Anderson (Notoatmodjo, 2010)

2.5. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian yang meliputi karakteristik ibu dan persepsi ibu tentang buku KIA terhadap pemanfaatan buku KIA dapat dilihat pada bagian berikut ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Karakteristik Ibu

• Umur • Pendidikan • Pekerjaan • Gravida

• Sumber informasi Pemanfaatan

Buku KIA Persepsi Ibu Karakteristik Pendukung - Gravida - Sumber Informasi Persepsi Perilaku Karakteristik Predisposisi - Umur - Pendidikan - Pekerjaan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori Model Anderson (Notoatmodjo, 2010)

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah cacing yang ditemukan berjumlah 13 dan terdapat 6 jenis cacing berbeda dengan perincian sebagai berikut: 1 cacing termasuk dalam filum Nemathelminthes,

Kemudian untuk proses dalam menjadi karyawan dan anggota baru dalam koperasi ini, kita juga ada ruang khusus bagi mereka untuk memberi informasi serta memberi

Adapun tujuan umum penelitian adalah untuk menganalisa perilaku fisik (densitas dan diameter) dan mekanik (sifat tarik, sifat mampu basah/ wettability, sifat mampu

Perubahan kurikulum 2013 berwujud pada: a) kompetensi lulusan, b) materi, c) proses, dan d) penilaian. Perubahan pada Kompetensi Lulusan adalah: konstruksi holistik,

Hasil penelitian ada hubungan antara jenis kelamin dengan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi, tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan sumber informasi

27 Ongkos pembuatan perkakas bantu termasuk Rp. 950.000 untuk bahan-bahannya, dan memerlukan seorang pembuat perkakas bantu yang akhli. Pembuatan memerlukan waktu 50 jam dan

Fotosintesis berperan penting bagi kehidupan organisme karena menyediakan oksigen yang diperlukan untuk proses pernapasan, mendaur ulang karbon dioksida yang dihasilkan dari

- Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya bahwa keandalan (reliability) mempunyai tidak pengaruh terhadap kepuasan nasabah pada BSM