• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021 KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021 KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

4.1

GambaranGeografisdanAdministratif Wilayah

Kota Bima merupakan salah satu dari dua kota administratif yang ada di provinsi Nusa Tengara Barat (NTB) yang berada di bagian timur Pulau Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan posisi geografis terletak antara 118°41’ – 118°48’ Bujur Timur dan 8°30’ – 8°20’ Lintang Selatan dan batas wilayahnya terdiri dari :

• Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima • Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Wawo Kabupaten Bima

• Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima • Sebelah Barat : Berbatasan dengan Teluk Bima

Kota Bima memiliki luas wilayah perairan sebesar 188,02 km2 dan luas daratan sebesar 222,25 km2 yang terdiri dari lahan sawah lebih kurang 8,53 persen (18,96 km2), sedangkan sisanya 91,47 persen (203,29 km2) merupakan lahan bukan sawah.

Secara administratif wilayah Kota Bima sebelum dilakukan pemekaran wilayah terbagi dalam 3 (tiga) wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Rasanae Barat, Kecamatan Rasanae Timur, dan Kecamatan Asakota dengan jumlah kelurahan sebanyak 25 (dua puluh lima) kelurahan dengan rincian sebagaimana terlihat pada tabel 4.1.

Menjelang berakhirnya Tahun Anggaran 2007, dilakukan pemekaran wilayah sehingga secara administratif wilayah Kota Bima terbagi menjadi 5 (lima) wilayah Kecamatan, yaitu Kecamatan Rasanae Barat, Kecamatan Mpunda, Kecamatan Raba, Kecamatan Rasanae Timur, dan Kecamatan Asakota, yang terbagi lagi menjadi 38 (tiga puluh delapan) kelurahan dengan rincian sebagaimana terlihat pada tabel 4.2. dan peta 4.1. Persentase perbandingan luas wilayah masing-masing kecamatan setelah adanya pemekaran wilayah dapat dilihat pada grafik 4.1.

Tabel 4.1. Pembagian wilayah administratif Kota Bima sebelum pemekaran

No. Kecamatan Kelurahan / Desa Luas Wilayah(Km2)

I. Kecamatan Rasanae Barat 1. Kel. Tanjung 2. Kel. Paruga

II. Kecamatan Asakota 1. Kel. Melayu 2. Kel. Jatiwangi

III. Kecamatan Rasanae Timur 1. Kel. Penatoi 2. Kel. Penaraga

(3)

No. Kecamatan Kelurahan / Desa Luas Wilayah(Km2)

Sumber Data : Bagian Pemerintahan Setda Kota Bima

Tabel 4.2. Pembagian wilayah administratif Kota Bima setelah pemekaran

No. Kecamatan Kelurahan / Desa Luas Wilayah (Km2)

I. Kecamatan Rasanae Barat 1. Kel. Tanjung 2. Kel. Paruga

II. Kecamatan Mpunda 1. Kel. Sambinae 2. Kel. Panggi

III. Kecamatan Raba 1. Kel. Penaraga 2. Kel. Penanae

IV. Kecamatan Asakota 1. Kel. Melayu 2. Kel. Jatiwangi

V. Kecamatan Rasanae Timur 1. Kel. Kumbe 2. Kel. Lampe

(4)

4.2

Gambaran Demografi

Wilayah Kota Bima sebagian besar tanahnya berada pada kemiringan 0 – 2% yaitu dengan kemiringan sebesar 18,33% dari luas wilayah, untuk kemiringan tanah antara 2 – 15% mempunyai luas 24,28% dari luas wilayah. Sedangkan lahan dengan kemiringan 15 – 40% seluas 23,76% dan lahan dengan kemiringan lebih dari 40% sebesar 33,63%. Kondisi topografi Kota Bima secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3

Kemiringan Lahan pada tiap Kecamatan di Kota Bima

No Kecamatan Kelompok Kemiringan Jumlah

0-2% 2-15% 15-40% >40%

1 Rasanae Barat 395,00 294,00 180,00 145,00 1.014,00

2 Mpunda 688,00 287,00 257,00 296,00 1.528,00

3 Rasanae Timur 794,00 1.533,00 1.500,00 2.455,00 6.282,00

4 Raba 806,00 1.170,00 1.500,00 2.772,00 6.248,00

5 Asakota 1.300,00 1.991,00 1.725,00 1.639,00 6.655,00

Jumlah 3.983,00 5.275,00 5.162,00 7.307,00 21.727,00

% 18.33 24.28 23.76 33.63 100

Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kota Bima dalam Kota Bima DA Tahun 2016

Bila ditinjau berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut, Kecamatan RasanaE Barat memiliki ketinggian dengan kisaran antara 1-4 meter diatas permukaan laut, dengan wilayah tertinggi berada di kelurahan Sarae dan terendah berada di Kelurahan Dara dan Tanjung. Kelurahan RasanaE Timur memiliki ketinggian antara 5 sampai 200 meter (dpl), dengan wilayah tertinggi terdapat di Kelurahan Oi Fo’o dan Lelamese (170-200 meter) dan wilayah terendah adalah Kelurahan Kumbe yang merupakan Ibu Kota Kecamatan RasanaE Timur.

Berikutnya Kecamatan Raba memiliki ketinggian wilayah dengan kisaran antara 6 – 200 meter dpl, dengan wilayah tertinggi di Kelurahan Nitu dan terendah di Kelurahan Rite dan Penaraga dengan ketinggian 6 – 8 meter. Kemudian Kecamatan Mpunda memiliki ketinggian dengan kisaran antara 10 – 23 meter dpl, untuk wilayah tertinggi terdapat di Kelurahan Sambinae dan Panggi, wilayah terendah terdapat di Kelurahan Penatoi dan Lewirato. Berikutnya adalah Kecamatan Asakota, dengan ketinggian wilayah antara 2-6 meter dpl, dan wilayah terendah sebagian besar di Kelurahan Melayu. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.4.

(5)

Tabel 4.4

Tinggi Ibukota Kelurahan dari Permukaan Air Laut Di Kecamatan Rasanae Barat

No Kelurahan Ibu Kota Kelurahan Ketinggian Diatas Permukaan Laut (Meter)

4 Rabangodu Utara Rabangodu Utara 15

5 Rabangodu Selatan Rabangodu Selatan 15

6 Rabadompu Timur Rabadompu Timur 10

7 Rabadompu Barat Rabadompu Barat 10

8 Rontu Rontu 20

1 Kel. Melayu Kel. Melayu 2

2 Kel. Jatiwangi Kel. Jatiwangi 5

3 Kel. Jatibaru Kel. Jatibaru 6

4 Kel. Kolo Kel. Kolo 5

Sumber : Kota Bima dalam Angka 2016

4.3

Kondisi Iklim

(6)

Tabel 4.5

Curah Hujan rata-rata dan Hari Hujan Per Kecamatan di Kota Bima

No Kecamatan 2013 2014 2015 Rata - Rata

CH HH CH HH CH HH CH HH

1 Rasanae Barat 117 9 117 9 67 8 131 11

2 Mpunda 117 9 117 9 67 8 131 11

3 Rasanae Timur 119 13 119 13 134 8 149 14

4 Raba 119 13 119 13 50 6 128 13

5 Asakota 124 10 124 10 121 8 149 12

Rata – rata 119 11 119 11 88 8 172 15

Sumber : Kota Bima dalam Angka 2016

4.4

Karakteristik Tanah

Berdasarkan kelasnya, tekstur tanah di wilayah Kota Bima dibedakan menjadi tekstur tanah halus sampai dengan tekstur tanah kasar. Tekstur tanah halus mencakup hampir 65,90% dari seluruh wilayah sedangkan tekstur tanah kasar mencakup 3,09% dari seluruh wilayah Kota Bima. pada umumnya jenis tanah yang ada termasuk dalam jenis tanah alluvial yang mempunyai kadar mineral yang cukup tinggi. Wilayah Kota Bima memiliki kedalaman efektif antara 30-60 cm, yakni sebesar 61,77 Ha, dengan sebaran terbesar di Kecamatan RasanaE Timur, Asakota dan Raba. Sedangkan kedalaman efektif antara 0-30 cm seluas 4.227,16 Ha atau 19,46% merupakan daerah lembah dan pinggiran pantai yang tersebar di Kecamatan Asakota sebesar 1.262,23 Ha, RasanaE Barat 84,80 Ha, Mpunda 296,68 Ha, Kecamatan Raba dengan luas 1.772,45 Ha dan Kecamatan RasanaE Timur dengan luas 811,00 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6

Kedalaman Efektif Tanah di Kota Bima

No Kecamatan Kedalaman Efektif (Ha) Jumlah

>90 cm 60-90 cm 30-60 cm 0-30 cm

1 Asakota 315,54 979,91 4.097,32 1.262,23 6.665

2 Rasanae Barat 104,71 280,30 544,19 84,80 1.014

3 Mpunda 256,90 424,46 549,96 296,68 1.528

4 Raba 429,46 344,40 3.701,69 1.772,45 6.248

5 Rasanae Timur 754,23 189,73 4.527,04 811,00 6.282

Jumlah 1.860,84 2.218,80 13.420,20 4.227,16 21.727

% 8,56 10,21 61,77 19,46 100

Sumber : BPN Kota Bima dalam Dokumen RTRW Kota BimaTahun 2011-2031

(7)

4.5

Kondisi Hidrologi

Kota Bima dilalui oleh 7 (tujuh) sungai, 3 (tiga) diantaranya merupakan sungai besar, yaitu: Sungai Padolo, Sungai Romo, Sungai Jatiwangi/Melayu. Untuk itu dapat dikatakan bahwa Kota Bima memiliki potensi air permukaan yang cukup baik untuk kegiatan rumah tangga maupun untuk irigasi. Hampir keseluruhan sungai yang ada mengaliri daerah irigasi dengan luas total 1.054 Ha.

Adapun sungai yang mengairi daerah irigasi sebagai ditunjukan dalam tabel 4.7.

Tabel 4.7

Sungai – Sungai Yang Mengairi Daerah Irigasi Di Kota BimaTahun2016

No Nama Sungai

Panjang Sungai

(Km)

Lebar Sungai (m)

Daerah Irigasi

Kecamatan Luas

Baku (Ha)

Hulu Hilir

1 Sungai Lampe

(Padolo) 25 30 Rontu

Rasanae Timur

Rasanae

Barat 260

2 Sungai Dodu 12 20 Dodu Rasanae

Timur

Rasanae

Timur 130

3 Sungai Nungga 22 20 Nungga Rasanae

Timur Mpunda 241

4 Sungai Kendo 15 15 Sangga Raba Rasanae

Barat 50

5 Sungai Ntobo 12 20 Keci Ntobo Raba RasanaeBarat 147

6 Sungai Jatiwangi

(Melayu) 16 15 Rabaponda Asakota Asakota 225

7 Sungai Romo 2 13 - Asakota Asakota

-Sumber : Kota Bima Dalam Angka 2016

(8)

Sumber air bersih di Kota Bima dikelola oleh PDAM dengan sumber air dari Sori Nungga yang terletak di Kelurahan Nungga, lebih kurang 7,5 km dari Kota Raba – Bima dengan kapasitas debit sebesar 40 liter/detik. Selain sumber air yang diperoleh dari Sori Nungga, sumber air lainnya adalah sumber Oi Si’i yang terletak di Selatan Kelurahan Rontu, lebih kurang 5 km dari Kota Bima dengan kapasitas debit air sebesar 2,5 liter/detik. Sedangkan sumur bor terletak di Jatiwangi dengan kapasitas 10 liter/detik, Penaraga dengan kapasitas 10 liter /detik dan Sadia dengan kapasitas 10 liter/detik. Untuk lebih jelasnya tentang kondisi hidrologi di Kota Bima dapat dilihat pada peta 4.3.

Peta. 4.3 Kondisi Hidrologi kota Bima

4.6

Kondisi Geologi

Kota Bima memili kondisi dan struktur geologi terdiri dari jenis tanah alluviual seluas 3.179,16 Ha, batu gamping 3.154,96 Ha, batuan gunung api tua 154,97 Ha, dan batuan hasil gunung api tua seluas 14.400,90 Ha. Dengan kondisi geologi yang demikian, Kota Bima memiliki tingkat kestabilan lereng dan pondasi yang tinggi, tingkat erosi rendah, dan resapan air tanah dangkal relatif besar sehingga memiliki daya dukung lahan yang baik terhadap beban kegiatan yang ada diatasnya.

(9)

4.7

Kondisi Geomorfologi

Secara fisiografi wilayah Kota Bima dan sekitarnya termasuk dalam Busur Gunungapi Nusa Tenggara yang merupakan bagian dari Busur Sunda sebelah Timur dan Busur Banda sebelah Barat. Busur tersebut terbentang mulai dari Pulau Jawa ke Nusa Tenggara yang selanjutnya melengkung mengitari Samudra Indonesia (Sembiring, dkk, 1993). Wilayah Bima dan sekitarnya secara geomorfologi berdasarkan morfometri dan morfogenesa, dapat dibedakan menjadi 4 satuan geomorfologi, yaitu:

1. Satuan geomorfologi dataran fluvial

Di daerah Kota Bima ini terhampar diantara perbukitan disekitarnya dan Teluk Bima yang terletak di tengah-tengah daerah Kota Bima memanjang dari Barat ke Timur melalui celah antara Dora Pokah dengan Doro Kolo. Satuan geomorfologi ini menempati ± 20% dari daerah Kota Bima, yang terhampar luas pada bagian utara dan bagian selatan lokasi Kota Bima. Satuan geomorfologi dataran fluvial, meliputi: daerah Jatibaru, Sadia, Sambinae, Monggonao, Paruga, Nae, Santi, Penatoi, Penaraga, Raba Ngodu, Raba Dompu, Kumbe, Sadia, Kendo, Tato, Lampe, dan sekitarnya. Satuan geomorfologi dataran fluvial ini memiliki nilai beda tinggi rata – rata 3 meter dan kemiringan lereng rata – rata sebesar 2%. Litologi penyusun dari satuan geomorfologi ini adalah pasir dan lempung. Tata guna lahan umumnya dimanfaatkan sebagai: daerah pemukiman, dan pertanian.

2. Satuan Geomorfologi Dataran Endapan Pantai

Satuan geomorfologi ini menempati ± 10% dari daerah Kota Bima, yang terhampar luas pada bagian barat Kota Bima. Satuan geomorfologi dataran endapan pantai, meliputi: daerah Tanjung, Melayu dan sekitarnya. Satuan geomorfologi dataran endapan pantai ini memiliki nilai beda tinggi rata – rata 2 meter dan kemiringan lereng rata – rata sebesar 2%. Litologi penyusun dari satuan geomorfologi ini adalah pasir. Tata guna lahan umumnya dimanfaatkan sebagai: daerah pemukiman.

3. Satuan geomorfologi bergelombang lemah denudasional

Disusun oleh batuan hasil gunungapi tua, batuan sedimen dan setempat-setempat oleh batugamping koral. Satuan geomorfologi ini menempati ± 30% dari daerah Kota Bima, yang terhampar luas pada bagian tengah lokasi Kota Bima. Satuan geomorfologi bergelombang lemah denudasional, meliputi: daerah Doro Oi’ombo, Doro Oi’si,i, Doro Jati Oi’ifoo, Nitu dan sekitarnya. memiliki nilai beda tinggi rata – rata 42 meter dan kemiringan lereng rata – rata sebesar 6 %. Litologi penyusun dari satuan geomorfologi ini adalah batugamping dan batupasir. Tata guna lahan umumnya dimanfaatkan sebagai: lahan perkebunan.

4. Satuan geomorfologi bergelombang lemah–kuat vulkanik

Disusun oleh batuan hasil gunungapi tua berupa breksi, lava, tuf dan batuan beku terobosan. Satuan geomorfologi ini menempati ± 40% dari daerah Kota Bima, yang terhampar luas pada bagian tengah dan bagian selatan lokasi Kota Bima. satuan geomorfologi bergelombang lemah–kuat vulkanik, meliputi: daerah Doro Kolo, Doro Lewamori, Doro Lalepa, Doro Londa dan sekitarnya. Memiliki nilai beda tinggi rata – rata 75 meter dan kemiringan lereng rata – rata sebesar 13 %. Litologi penyusun dari satuan geomorfologi ini adalah andesit dan tuf. Tata guna lahan umumnya dimanfaatkan sebagai: lahan perkebunan.

(10)

Peta. 4.5. Geomorfologi Kota Bima

4.8

Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin dan struktur umur

Struktur umur penduduk di suatu daerah akan dapat menentukan tingkat produktifitas penduduk pada daerah tersebut. Hal ini dikarenakan analisis struktur umur penduduk akan berkaitan dengan banyaknya penduduk di usia produktif di suatu daerah. Penduduk usia produktif artinya penduduk yang masih memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaannya dan tidak tergantung kepada orang lain. Penduduk usia produktif berkisar antara usia 15 - 64 tahun. Analisis struktur usia penduduk juga akan terkait dengan penyediaan angkatan kerja pada suatu daerah.

Berdasarkan kelompok umur, penduduk Kota Bima yang berada pada usia produktif (15-64 tahun) berjumlah 106 635 jiwa atau 66,32 %. Dari jumlah tersebut, proporsi perempuan lebih tinggi dari laki-laki, yaitu 51 729 jiwa (51,61%) berbanding 54 896 jiwa (48,39%). Kelompok usia muda (0-14 tahun) berjumlah 45 530 jiwa atau 29,09 % dan kelompok usia non produktif (65 tahun ke atas) berjumlah 7 581 jiwa atau 4,59 %

Tabel 4.8. Jumlah Penduduk Kota Bima Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2016

Kelompok Umur Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan

0-4 8 087 7 703 15 790

5-9 7 768 7 495 15 263

10-14 7 346 7 131 14 477

15-19 8 201 8 376 16 577

20-24 8 776 8 967 17 743

25-29 6 602 6 707 13 309

30-34 5 998 6 645 12 643

35-39 5 343 5 643 10 986

40-44 4 938 5 610 10 548

45-49 4 153 4 460 8 613

50-54 3 355 3 567 6 922

55-59 2 665 2 966 5 631

60-64 1 698 1 955 3 653

65-69 1 383 1 496 2 879

70-74 903 1 068 1 972

75+ 1 177 1 553 2 730

TOTAL 78 394 81 342 159 736

(11)

Dari data komposisi penduduk menurut kelompok umur ini diketahuai rasio ketergantungan total adalah sebesar 50,78 persen, artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggungan sebanyak 50 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Rasio sebesar 50,78 persen ini disumbangkan oleh rasio ketergantungan penduduk muda (perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 - 64 tahun) sebesar 43,86 persen, dan rasio ketergantungan penduduk tua (perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun) sebesar 6,92 persen.

Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2011, penduduk usia kerja di Kota Bima masih dibebani tanggung jawab akan penduduk muda yang proporsinya lebih banyak dibandingkan tanggung jawab terhadap penduduk tua.

Grafik 4.2. Piramida Penduduk Kota Bima Tahun 2016

4.9

Laju pertambahan penduduk

Jumlah penduduk Kota Bima hingga tahun 2014 tercatat sebesar 159 736 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 2,21% per tahun yang dihitung dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Tingkat kepadatan tertinggi berada pada Kecamatan Rasanae Barat yaitu sebesar 3.439 jiwa/Km2. Penyebaran penduduk Kota Bima kurang merata dimana konsentrasi penduduk berada di pusat- pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Raba sebesar 39 038 jiwa, kemudian Kecamatan Mpunda sebesar 36.409 jiwa, kecamatan RasanaE Barat sebesar 34.871 jiwa, Kecamatan Asakota sebesar 31.263 jiwa dan Kecamatan RasanaE Timur sebesar 18.155 jiwa. Jumlah penduduk Kota Bima Tahun 2011 - 2015 secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Dalam Kota Bima Tahun 2011 – 2015

No Wilayah

Perencanaan

Jumlah Penduduk (jiwa) Rata- rata

Pertumbuhan

2011 2012 2013 2014 2015

1 RasanaE Barat 31,440 31.626 32,447 34.143 34 871 2,21%

2 Mpunda 32,826 33.526 33,825 35.648 36 409 2,21%

3 RasanaE Timur 16,369 16.869 16.908 17.776 18 155 2,21%

4 Raba 35,196 35.626 36.391 38.223 39 038 2,21%

5 Asakota 28,187 28.661 29.074 30.610 31 263 2,21%

Total 144,018 146.308 153.101 156.400 159 736 2,21%

Sumber : Kota Bima Dalam Angka Tahun 2016

(12)

Terlihat dari gambar diatas bahwa perkembangan penduduk Kota Bima menunjukkan pertumbuhan yang cukup pesat. Tingginya angka pertumbuhan penduduk Kota Bima salah satunya disebabkan oleh banyaknya penduduk yang melakukan urbanisasi ke Kota Bima, karena sebagai kota berkembang, Kota Bima merupakan pusat kegiatan pemerintahan, pendidikan, perdagangan, jasa, perindustrian dan kegiatan lainnya.

4.10 Struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, dilihat dari tingkat pendidikan terakhir, Penduduk Kota Bima pada tahun 2015 didominasi oleh lulusan SLTA/sederajat yaitu mencapai 28,88 %. Dari data juga diketahui bahwa jumlah penduduk yang menyelesaikan pendidikan tinggi baru mencapai 6,99 %, sangat kecil dibandingkan penduduk yang menempuh pendidikan sampai tingkat sekolah menengah.

Tabel 4.11. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Bima Tahun 2015

Tingkat Pendidikan

SLTA/ Sederajat 9 524 8 355 4365 10 821 6 753 39 818

Diploma I/II 284 373 147 421 179 1 404

Akademi/ Diploma III/ SarMuda 426 539 170 591 247 1 973

Diploma IV/ Strata I 2 052 3 093 536 2 825 1 128 9 634

Strata II 86 169 8 120 55 438

Strata III 2 2 0 5 2 11

Jumlah 28 850 27 358 16 979 36 067 28 598 137 852

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bima, 2016

Grafik 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Bima Tahun 2015

4.11

Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian/tingkat kesejahteraan

Sesuai undang - undang ketenagakerjaan, yang termasuk dalam kategori tenaga kerja adalah penduduk yang telah berusia diatas 15 tahun ke atas. Sedangkan menurut ILO yang termasuk dalam katagori

6.99% 0.32% 0.01% Tidak/ Belum Sekolah

Tidak Tamat SD/ Sederajat

Tamat SD/ Sederajat

SLTP/ Sederajat

SLTA/ Sederajat

(13)

diklasifikasikan pada komponen Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Yang dimaksud dengan Angkatan Kerja adalah Penduduk usia kerja 15 tahun atau lebih yang bekerja atau punya pekerjaan tetapi sifatnya sementara, tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk Bukan Angkatan Kerja adalah Penduduk Usia Kerja 15 tahun ke atas yang kegiatan utamanya seperti sekolah, mengurus rumah tangga dan lansia (penerima pensiun).

Jumlah angkatan kerja di Kota Bima pada tahun 2015 mencapai 67,02%, dimana dari jumlah tersebut 60,22% dalam kondisi bekerja dan 6,80% menganggur. Sementara jumlah bukan angkatan kerja sebesar 32,98 % dengan kegiatan utama yang terbesar adalah mengurus rumah tangga yaitu 19,6810 %, sekolah 10,12% dan kegiatan lainnya 3,18%.

Tabel 4.12 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama Tahun 2015

Kegiatan Utama Laki-laki Perempuan Jumlah

I. Angkatan Kerja 43 735 33 132 76 867

- Bekerja 38 261 30 802 69 063

- Menganggur 5 474 2 330 7 804

II. Bukan Angkatan Kerja 11 706 26 115 37 821

- Sekolah 5 293 6 316 11 609

- Mengurus Rumah Tangga 3 970 18 596 22 566

- Lainnya 2 443 1 203 3 646

Sumber : BPS Kota Bima, 2016

Komposisi penduduk menurut lapangan pekerjaan di Kota Bima pada tahun 2015 didominasi oleh 5 (lima) sektor lapangan pekerjaan. Penduduk yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan adalah yang paling besar yaitu 32,33 %. Posisi kedua pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 17,86%. Sektor lain yang juga besar adalah industri pertanian sebesar 15,61%. Sementara penduduk yang bekerja di sektor lainnya masih cukup besar dengan prosentase 28,07%.

Tabel 4.13. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Selama Seminggu Yang Lalu dan Jenis Kelamin Tahun 2015

Lapangan Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan 15,61 10,58 13,37

2. Industri Pengolahan 6,12 17,77 11,32

3. Perdagangan,Rumah Makan,dan Hotel 17,86 39,27 27,41

4. Jasa Kemasyarakatan,Sosial, dan perorangan 32,33 30,80 31,65

5. Lainnya 28,07 1,58 16,26

J u m l a h 100 100 100

Sumber : BPS Kota Bima, 2016

Tabel 4.14. Perkembangan Persentase Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Berdasarkan Sektor di Kota Bima Tahun 2011 - 2015

No Sektor 2011 2013 2015

1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan 13,71 11,90 13,37

2 Pertambangan dan Penggalian 2,32 - 1,11

3 Industri Pengolahan 14,65 15,07 11,32

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,00 - 0,23

5 B a n g u n a n 4,67 - 6,24

(14)

7 Pengangkutan, Penggudangan dan Komunikasi 7,72 - 5,71

8 Keuangan, Asuransi, Persewaan Bangunan dan

Jasa Perusahaan 2,33 - 2,96

9 Jasa Kemasyarakatan 32,35 32,35 31,65

Sumber : BPS Kota Bima,

Dilihat dari perkembangan selama tahun 2011 – 2015, ada 4 (empat) sektor yang menjadi mata pencaharian penduduk terbesar yaitu Jasa Kemasyarakatan 31,65%, Perdagangan, Hotel dan Restoran 27,41%, Pertanian dan perkebunan 13,37% dan Industri pengolahan 11,32%, meskipun terjadi fluktuasi jumlah penduduk yang bekerja menurut masing-masing sektor.

Tabel 4.15 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera KS I, KS II, KS III, KS III + Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2015

No. Kecamatan Jumlah KK Terdata

Keluarga Pra

Sejahtera KS I KS II KS III

KS

Sumber Data : Kota Bima Dalam Angka Tahun 2016

4.12 Profil Ekonomi

4.12.1 Tinjauan Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Statistik pendapatan merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Dalam hal ini sering dikaburkan istilah pemakaian pendapatan regional dan pendapatan daerah. Untuk memberikan batasan yang jelas, maka secara singkat dapat dilihat perbedaan pengertian jenis pendapatan ini :

- Pendapatan Daerah adalah penerimaan Pemerintah Daerah, baik pusat, Propinsi maupun tingkat

Kota/Kabupaten berupa pajak dan retribusi daerah, serta macam-macam pungutan lainnya.

- Pendapatan Regional adalah pendapatan semua golongan dari lapisan masyarakat pada suatu daerah,

dari segala kegiatan ekonomi yang meliputi sektor-sektor mulai dari sektor pertanian sampai dengan sektor jasa-jasa.

Salah satu kegunaan dari pendapatan regional adalah untuk membandingkan pendapatan atau melihat perkembangan pendapatan produk dari tahun ke tahun. Karena adanya inflasi yang dialami hampir semua negara di dunia. Maka daya beli akan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Oleh karenanya, kenaikan incomeseseorang belum tentu menaikkan daya beli orang. Untuk bisa melihat apakahincome

seseorang baik, maka faktor inflasi ini terlebih dahulu dieliminir.

Setelah faktor inflasi dieliminir, makaincome yang dihasilkan akan merupakanincomeriil, sehingga naik turunnyaincomeseseorang akan mencerminkan naik turunnya daya beli.

(15)

Struktur ekonomi Kota Bima pada tahun 2015 sebagaimana tahun-tahun sebelumnya masih didominasi oleh 5 (lmpat) sektor yaitu sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran, angkutan transfortasi&pergudangan, Administrasi Pemerintahan dan dan jasa-jasa.

Dilihat dari pertumbuhan PDRB, kinerja ekonomi Kota Bima menunjukkan tren yang cukup menggembirakan, karena terjadi pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kota Bima tercatat sebesar 5,12 terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya dan hingga tahun 2015 menjadi 5,50.

Tabel 4.16Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kota Bima Tahun 2011-2015 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010

Kategori

317.118,0 16,24 329.910,4 16,00 335.784,6 15,45 348.209,7 15,16 351.914,49 14,53

B Pertambangan

dan Penggalian 8.864,7 0,45 9.435,5 0,46 8.954,2 0,41 9.541,5 0,42 10.091,48 0,42

C Industri Pengolahan 72.606,0 3,72 76.078,3 3,69 80.008,9 3,68 83.281,6 3,63 86.717,64 3,58

D Pengadaan Listrik

dan Gas 2.863,5 0,15 3.219,5 0,16 4.028,9 0,19 4.961,1 0,22 4.891,55 0,20 Pengadaan Air,

E Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

780,6 0,04 797,7 0,04 812,4 0,04 839,7 0,04 871,52 0,04

F Konstruksi 182.132,7 9,33 193.122,3 9,36 204.246,5 9,40 217.319,2 9,46 233.699,40 9,65

Perdagangan

407.883,2 20,88 442.759,9 21,47 482.727,7 22,21 514.297,9 22,40 546.821,98 22,57

H Transportasi dan

Pergudangan 212.446,2 10,88 222.056,9 10,77 233.239,8 10,73 246.744,2 10,75 264.554,80 10,92

Penyediaan I Akomodasi dan

Makan Minum

47.129,9 2,41 50.255,7 2,44 53.703,7 2,47 56.180,2 2,45 59.082,35 2,44

J Informasi dan

Komunikasi 34.174,8 1,75 36.788,7 1,78 38.284,1 1,76 40.904,0 1,78 44.315,57 1,83

K Jasa Keuangan

dan Asuransi 42.877,8 2,20 46.608,4 2,26 50.156,2 2,31 53.331,0 2,32 57.526,91 2,37

L Real Estate 97.692,4 5,00 102.889,3 4,99 109.062,7 5,02 114.300,1 4,98 122.112,40 5,04

M,N Jasa Peahaan 6.735,5 0,34 7.231,6 0,35 7.585,4 0,35 8.106,9 0,35 8.573,80 0,35

Administrasi Pemerintahan, O Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib

225.509,0 11,55 233.356,6 11,31 241.203,9 11,10 253.082,1 11,02 262.427,53 10,83

P Jasa Pendidikan 154.813,3 7,93 159.813,1 7,75 167.086,9 7,69 177.858,4 7,75 190.791,07 7,88

Jasa Kesehatan Q dan Kegiatan

Sosial

69.179,7 3,54 72.551,7 3,52 75.729,1 3,48 79.558,1 3,46 84.947,61 3,51

R,S,T,U Jasa lainnya 70.348,9 3,60 75.621,7 3,67 81.321,4 3,74 87.701,7 3,82 93.144,34 3,84

PDRB 1.953.159,0 100 2.062497,3 100 2.173.936,5 100 2.296.217,3 100 2.422.484,44 100

Sumber : BPS Kota Bima, 2016

(16)

Tabel 4.17Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kota Bima Menurut Lapangan Usahan (persen) Tahun 2011-2015

Kategori 2011 2012 2013 2014 2015*****

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,75 4,03

1,78 3,70 1,06

B Pertambangan dan Penggalian 5,23 6,44 (5,10) 6,56 5,76

C Industri Pengolahan 2,89 4,78 5,17 4,09 4,13

D Pengadaan Listrik dan Gas 12,80 12,43 25,14 23,14 -1,40

E Pengandaan Air, PEngelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

1,18 2,20

1,84 3,35 3,79

F Konstruksi 6,88 6,03 5,76 6,40 7,54

G Perdagangan Besar dan Eceran Reparasi Motor dan Sepeda Motor

7,12 8,55

9,03 6,54 6,32

H Transportasi dan Pergudangan 4,56 4,52 5,04 5,79 7,22

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,38 6,63

6,86 4,61 5,17

J Informasi dan Komunikasi 7,81 7,65 4,06 6,84 8,34

K Jasa Keuangan dan Asuransi 7,02 8,70 7,61 6,33 7,87

L Real Eastet 5,49 5,32 6,00 4,80 6,83

M,N Jasa Perusahaan 4,52 7,37 4,89 6,87 5,76

O Administrasi Pemerintahan, Pertanahan

dan jaminan Sosial Wajib 3,51 3,48 3,36 4,92 3,69

P Jasa Pendidikan 5,44 3,23 4,55 6,45 7,27

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,92 4,87 4,38 5,06 6,77

R,ST, U

Jasa lainnya 6,80 7,50 7,54 7,85 6,21

PDRB 5,12 5,60 5,40 5,62 5,50

Sumber : BPS Kota Bima, 2016

*) Angka Sememtara ; ****) Angka Sangat Sangat Sementara

Apabila diamati berdasarkan kelompok-kelompok kegiatan ekonomi, maka dapat dijelaskan bahwa perekonomian Kota Bima hingga tahun 2015 masih didominasi oleh kelompok tersier (kelompok sektor jasa) seperti, Sektor jasa-jasa; Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran; Sektor Angkutan dan Komunikasi; dan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan kontribusi pada tahun 2015 sebesar 68,21 persen.

Sementara sektor primer yang terdiri dari Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan & Penggalian mempunyai peranan sebesar 14,27 persen, dan sektor sekunder yang terdiri dari Sektor Industri; Sektor Listrik dan Air Bersih; dan Sektor Konstruksi (Bangunan) pada tahun 2015 hanya berperan sebesar 7,89 persen.

Pertumbuhan ekonomi Kota Bima yang dicerminkan dengan pertumbuhan PDRB selama periode tahun 2013-2015 menunjukkan adanya pertumbuhan yang positif setiap tahun. Hal ini dapat dilihat dari cukup

Primer

(17)

tingginya pertumbuhan ekonomi setiap tahun. Pada Tahun 2015 Laju pertumbuhan ekonomi impilisit mencapai 5,91 persen, ini menunjukan laju pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2009 PDRB tumbuh sebesar 6,38 persen; melambat menjadi 5,77 persen pada tahun 2010; dan pada tahun 2011 sedikit mengalami perlambatan kembali menjadi 5,31 persen. Kondisi tersebut merupakan dampak krisis ekonomi global yang berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan perekonomian nasional secara keselurahan, termasuk perekonomian Kota Bima.

PDRB Per Kapita

PDRB perkapita atas dasar harga berlaku Kota Bima selama periode 2011-2014 tumbuh pada kisaran angka 6-10 persen, sementara pertumbuhan PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2010 dalam periode yang sama tumbuh sebesar 3-6 persen.

Tabel 18. PDRB Perkapita Kota Bima Tahun 2011-2015

Uraian 2011 2012 2013 2014 2015****

Nilai PDRB

Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Juta Rp)

1.953.159,0 2.062.497,3 2.173.936,5 2.296.217,3 2.422.484,4

Nilai PDRB

Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rp)

2.022.521,3 2.192.206,8 2.369.813,1 2.653.586,3 2.982.576,2

Jumlah Penduduk (jiwa) 146.501 149.800 153.101 156.400 155.281

PDRB perkapita Atas Dasar Harga

Konstan (Juta Rp/jiwa/Tahun)

13,33 13,77 14,20 14,68 15,60

PDRB perkapita Atas Dasar Harga

Berlaku (Juta Rp/jiwa/Tahun)

13,81 14,63 15,48 16,97 18,67

Sumber : BPS Kota Bima, 2016

(18)

Laju Inflasi

Angka inflasi Kota Bima periode 5 tahun terakhir trennya cenderung menurun. Hingga tahun 2015 inflasi Kota Bima mencapai 4,07 persen. Angka ini masih sedikit lebih tinggi dibanding inflasi Provinsi NTB yang sebesar 3,37 persen.

Tabel 19. Nilai inflasi rata-rata Tahun 2010-2015 Kota Bima

Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

Provinsi NTB 6,55 3,99 9,51 7,23 3,37

Kota Bima 7,19 3,61 10,42 7,37 4,07

Sumber : BPS Kota Bima, 2016

(19)

GAMBARAN UMUM KOTA BIMA| 4 - 19

4.12.2 Kondisi Fiskal Kota Bima

Kondisi fiskal/keuangan Kota Bima akan dijelaskan melalui kapasitas fiskal Kota Bima. Data kapasitas fiskal yang ditampilkan meliputi data kondisi beberapa tahun terakhir.

Menurut peraturan menteri keuangan dijelaskan bahwa Kapasitas Fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan daerah yang dicerminkan melalui pendapatan daerah, tidak termasuk Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu, dikurangi dengan belanja pegawai serta dikaitkan dengan jumlah penduduk miskin. Sedangkan Peta Kapasitas Fiskal adalah pengelompokan Daerah berdasarkan indeks kapasitas fiskal menjadi empat kelompok yaitu Daerah berkapasitas fiskal sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah.

Perkembangan indeks kapasitas fiskal Kota Bima dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir mengalami penurunan. Dimulai dengan nilai indeks sebesar 1,0375 pada tahun 2007 dan 2008 termasuk dalam kategori tinggi menjadi 0,5758 pada tahun 2009 dan 0,7293 pada tahun 2010 termasuk dalam kategori sedang. Indeks ini kemudian menurun menjadi 0,3646 pada tahun 2011 yang memasukkannya dalam kategori rendah. Dalam peraturan menteri keuangan mengenai peta kapasitas fiskal tersebut tidak disebutkan nilai komponen penyusun perhitungan kapasitas fiskal. Akan tetapi, dapat diperkirakan penurunan nilai indeks kapasitas fiskal ini terjadi karena beberapa kemungkinan yang perlu diteliti lebih lanjut, antara lain:

• Jumlah penduduk miskin yang meningkat.

• Jumlah pendapatan yang tidak meningkat secara signifikan dimana Kota Bima masih sangat bergantung secara fiskal kepada pusat sedangkan pertambahan Dana Alokasi Umum tiap tahunnya terbatas.

• Adanya pergeseran pada proporsi struktur belanja pegawai dibandingkan belanja lainnya dimana proporsi belanja pegawai mengalami peningkatan secara signifikan.

Tabel 4.20

Kapasitas Fiskal Kota Bima Tahun 2007 – 2011

No Tahun Indeks Kapasitas Fiskal Kategori

1 2007 1,0375 Tinggi

2 2008 1,0375 Tinggi

3 2009 0,5758 Sedang

4 2010 0,7293 Sedang

5 2011 0,3646 Rendah

Sumber: Bappeda Kota Bima, Peraturan Menteri Keuangan Tahun 2011.

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan fiskal Kota Bima sangat terbatas untuk melaksanakan investasi dengan nilai yang besar khususnya dibidang infrastruktur. Dengan demikian peran serta pendanaan dari pemerintah pusat dan propinsi serta sektor swasta diharapkan dapat lebih berperan lagi dimasa yang akan datang.

4.13 Profil Sosial Budaya

(20)

GAMBARAN UMUM KOTA BIMA | 4 - 20 pembangunan fisik sering digambarkan cukup besar nilainya, hal ini merupakan salah satu bentuk aplikatif dari karakter sosial budaya masyarakat Bima pada khususnya.

Keheterogenitas suatu masyarakat dalam suatu daerah memiliki keunggulan komperatif serta berkorelasi positif terhadap pembangunan daerah. Keanekaragaman tingkat sosial, pekerjaan, tingkat pendapatan serta agama dan kepercayaan yang dianut masyarakat justru membantu terbentuknya ide dan kreasi baru, serta menjadi nilai tambah yang terakumulasi dalam terciptanya inovasi-inovasi baru dalam dinamika kehidupan masyarakat.

Adat istiadat yang masih sampai sekarang hidup dikalangan masyarakat adalah masih menghormati mereka yang lebih tua darinya, rasa tenggang rasa, masih patuh pada orang yang sangat dihormati dan tidak mudah diprovokasi.

1. Sistem Kemasyarakatan

a. Sistem kekeluargaan dalam masyarakat bersifat patrilineal, mengikuti garis keturunan ayah, sehingga pengaruh orang tua laki-laki sangat besar dalam sebuah keluarga ataupun keluarga besar mereka. Sistem kekeluargaan dalam masyarakat Bima bersifat tinggal dekat, yang dapat digambarkan dalam pola bermukim mereka dimana masih ditemukan dibeberapa wilayah di Kota Bima, kompleks perumahan yang ditempati oleh satu kelompok besar masyarakat yang masing-masing diantara mereka masih mempunyai hubungan kekeluargaan yang dekat. Tata nilai kekeluargaan yang berkembang dalam masyarakat Bima, dapat dilihat dari dua segi yaitu tata nilai yang mengatur hubungan yang sifatnya intern dan tata nilai yang mengatur hubungan yang sifatnya ekstern, dimana hubungan yang sifatnya intern akan mengatur antara orang tua dengan anak, antara orang tua dan yang dituakan dalam keluarga batih mereka dan antara anak dengan yang sebaya dengan mereka, sedangkan hubungan yang sifatnya ekstern lebih kepada hubungan antara masyarakat pada umumnya.

b. Sistem gotong royong dan kebersamaan yang dikembangkan di wilayah Kota Bima pada umumnya bersifat swadaya dan atas dasar kerelaan dari masyarakat, hal ini terkait dengan faktor rasa saling membutuhkan antar masyarakat, artinya masyarakat secara tidak langsung menyadari bahwa mereka tidak dapat hidup sendiri. Akibat adanya pandangan ini, maka sangat wajar ditemukan di Bima secara umum masyarakat akan datang dengan sukarela dalam setiap kegiatan sosial kemasyarakatan, misalnya pembangunan sarana peribadatan ataupun sarana sosial lainnya.

c. Aktivitas Masyarakat Dalam Mengisi Waktu Senggang. Kehidupan masyarakat Bima yang cukup beragam dapat diklasifikasn menjadi dua, pada wilayah perkotaan kehidupan masyarakat didominasi oleh kegiatan jasa dan sektor ikutannya sedangkan pada wilayah perdesaan kegiatannya mengarah pada kegiatan pertanian dan perikanan. Namun demikian, disamping pekerjaan utama tersebut, maka masyarakat Bima masih dapat memanfaatkan waktu senggang mereka untuk berbagai kegiatan. Dibeberapa kelurahan untuk mengisi waktu luang mereka sebagian masyarakat melakukan aktivitas dengan membuat berbagai barang kerajinan, misalnya kerajinan berupa kain tenun, kegiatan industri rumah tangga, seperti pembuatan penganan khas Bima dan lain sejenisnya di samping itu masyarakat mengembangkan kegiatan perikanan, terutama perikanan laut.

2. Tata budaya

a. Istana Raja Bima

(21)

GAMBARAN UMUM KOTA BIMA | 4 - 21

b. Pakaian Adat

Tenun Ikat Bima pernah dikenakan oleh Kepala-Kepala Negara pada Pertemuan APEC di Bali beberapa tahun lalu. Termasuk dikenakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada saat menyampaikan Visi Misinya sebagai Calon Presiden di hadapan Anggota KADIN pada Pemilu Pilpres Tahun 2009. Secara umum busana atau pakaian adat Bima hampir sama dengan Sulawesi Selatan. Hal itu diperkuat dengan ikatan sejarah bahwa Bima dengan Makasar, Gowa, Bone dan Tallo itu memiliki hubungan dan ikatan kekeluargaan serta kekerabatan. Proses pembauran dan asimilasi budaya itu telah berlangsung lama dan mempengaruhi juga cara berbusana dan motif busana yang dikenakan. Meskipun ada beberapa perbedaan antara busana adat Bima dengan Sulawesi Selatan. Warna yang menonjol dalam pakaian adat Bima antara lain hitam, hijau, coklat, merah, biru tua, serta putih. Untuk pakaian harian, wanita memakai kain sarung kotak-kotak yang dikenal dengan sebutan Tembe Lombo dan menutupi kepala dan muka yang dikenal dengan “RIMPU” layaknya jilbab pada masa sekarang. Disamping pakaian sehari-hari pakaian adat juga diatur oleh pihak Kesultanan. Yang diatur oleh Majelis Adat yang disebut KANI SARA. Prosedur dan Tata Cara pemakaiannya pun telah diatur dalam ketetapan Hadat.

c. Rumah Adat

Gambar

Grafik 4.1.Perbandingan Luas Kecamatan di Kota Bima
Tabel 4.2. Pembagian wilayah administratif Kota Bima setelah pemekaran
tabel 4.3.Tabel 4.3
Tabel 4.4Tinggi Ibukota Kelurahan dari Permukaan Air Laut
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Guru memulai pelajaran dengan mengajak siswa mengamati gambar pada buku tema 6 Subtema 4 Pembelajaran 2, atau kalau guru, mempunyai tayangan video tentang sikap pemborosan

19 Dengan kolegial pada waktu pelaksanaan supervisi akan meningkatkan interaksi antara kepala sekolah dan guru karena guru yang lebih berpengalaman juga dilibatkan dalam

Adanya kekurangan- kekurangan tersebut mengindikasikan terjadinya penurunan kinerja karyawan pada perusahaan PT Antar Surya Jaya Surabaya dan tidak sesuai dengan harapan

Sebelum skala dikenakan kepada subjek penelitian. Skala kesesuaian minat memilih jurusan, skala persepsi terhadap jurusan dan skala konsep diri terlebih dahulu

Menurut Umar (2003:51), “kuesioner yaitu penulis memberikan daftar pertanyaan langsung kepada pegawai di Pemeintah Kota Prabumulih, untuk mengetahui dan mendapatkan

Guna mempertahankan operasional perusahaan, diperlukan pemimpini novatif yang mampu melakukan terobosan – terobosan yang mengarah kepada kemajuan bank.Variabel

So, the conclusion was think pair share method can improve the students character based writing skill of the tenth year students of SMAN 1 Jatinom in academic year of

Tetapi tidak signifikan, hal ini dibuktikan dengan nilai (sig. 0,061 > 0,05).Hasil penelitian juga menunjukkan ada pengaruh secara parsialsaluran distribusi