• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1536546391BAB VII 2017 fixed

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1536546391BAB VII 2017 fixed"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI I

RENCANA PEMBANGUNAN

I NFRASTRUKTUR CI PTA KARYA

7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

7.1.1 Kondisi Eksisting

7.1.1.1Data Kondisi Kawasan Kumuh

Pendataan kumuh dilakukan melalui identifikasi kondisi permukiman kumuh

perkotaan di Kabupaten Karangasem. Lokasi kumuh yang telah diidentifikasi dan

memenuhi kriteria kumuh ditetapkan sebagai lokasi kumuh dalam Surat Keputusan

Bupati Karangasem Nomor 571/HK/2016 tentang Perubahan Atas Keputusan Bupati

Nomor 474/HK/2014 tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman

Kumuh Kabupaten Karangasem. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati tersebut, lokasi

(2)

Tabel 7.1. Lokasi Kawasan Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kabupaten Karangasem Tahun 2016

No. Nama Lokasi Luas (Ha) Kelurahan/ Desa Kecamatan Kekumuhan

1. Kawasan Dausa 1,17 Padangkerta Karangasem Sedang

2. Kawasan Dangin Sema 1

3,72 Karangasem Karangasem Ringan

3. Kawasan Karanglako 3,14 Karangasem Karangasem Ringan

4. Kawasan Nyuling 1,54 Tegallinggah Karangasem Sedang

5. Kawasan Segara Katon

1,56 Subagan Karangasem Sedang

6. Kawasan Kertasari 16,07 Subagan, Padangkerta

Karangasem Ringan

7. Kawasan Subagan 27,75 Subagan Karangasem Berat

8. Kawasan Kecicang Islam

15,92 Bungaya Kangin

Bebandem Sedang

9. Kawasan Juuk Manis 1,28 Karangasem Karangasem Sedang

TOTAL 72,15

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

7.1.1.2 Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Perdesaan, Nelayan, Rawan Bencana, Perbatasan, dan Pulau Kecil

Kondisi permukiman perdesaan di Kabupaten Karangasem sudah semua

terjangkau jalan poros desa, namun fasilitas sarana dan prasarana persampahan, air

limbah, drainase masih sangat minim. Kondisi permukiman perdesaan di Kabupaten

Karangasem berkembang di pusat desa melalui penataan tanah ayahan desa, sedangkan

perkembangannya tersebar di sekitarnya. Untuk permukiman nelayan tradisional

tersebar di sepanjang pantai.

7.1.1.3 Potensi dan Tantangan Pengembangan Kawasan Permukiman

Potensi pengembangan kawasan permukiman diantaranya:

a. Peruntukan Lahan Permukiman sesuai arahan tata Ruang masih cukup untuk

pengembangan permukiman.

b. Perkembangan jumlah penduduk cukup tinggi, sehingga kebutuhan akan

perumahan juga meningkat

c. Perkembangan alih fungsi lahan menjadi lahan perumahan cukup tinggi.

Tantangan pengembangan permukiman tingkat nasional diantaranya:

a. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga

dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan

infrastruktur yang masih terbatas.

b. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil,

daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

c. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

d. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat

e. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta

Karya sektor Pengembangan Permukiman.

f. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian

Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)

g. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya

khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah

h. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan

infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah

(13)

7.1.1.4 Pemetaan dan Evaluasi Program-Program yang Telah di Laksanakan

Program-Program Pembangunan Kawasan Permukiman di Kabupaten Karangasem

antara lain :

A. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Infrastruktur Kawasan

Permukiman Kumuh.

- Rencana Kegiatan infrastruktur kawasan permukiman kumuh disasar adalah

pada kawasan yang sudah di tetapkan menjadi kawasan kumuh yaitu di

Kecamatan Karangasem,

- Indikator Kinerja tersedianya sarana prasarana dan penataan kawasan.

- Kesiapan Lahan untuk penataan kawasan kumuh memang perlu pendekatan,

tetapi sejauh ini lahan masih tersedia.

- DED siap dianggarkan oleh pemerintah daerah

- Tersedianya Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan sudah tersedia dokumen

SPPIP dan KSK.

- Tersedianya dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) daerah siap

menganggarkan pendanaan untuk DDUB.

- Unit Pelaksana Kegiatan adalah Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman

Kabupaten Karangasem

- Lembaga Pengelola pasca kontruksi nanti di bentuk di masing-masing lokasi

Infrastruktur Permukiman RSH

- Rencana Kegiatan infrastruktur permukiman RSH disasar adalah pada kawasan

di Kecamatan Karangasem. Untuk menunjang fungsi perkotaan Amlapura

- Indikator Kinerja tersedianya sarana prasarana dan penataan kawasan.

- Kesiapan Lahan untuk sejauh ini lahan masih tersedia.

- DED siap dianggarkan oleh pemerintah daerah

- Tersedianya Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan sudah tersedia dokumen

SPPIP dan KSK.

- Tersedianya dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) daerah siap

menganggarkan pendanaan untuk DDUB.

- Unit Pelaksana Kegiatan adalah Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman

Kabupaten Karangasem

(14)

B. Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial yang Meningkat Kualitasnya

- Rencana kegiatan infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial yang

meningkat kualitasnya disasar adalah pada kawasan di Kabupaten Karangasem

yang menjadi prioritas

- Indikator kinerja: tersedianya sarana prasarana dan penataan kawasan.

- Kesiapan lahan untuk sejauh ini lahan masih tersedia.

- DED siap dianggarkan oleh pemerintah daerah

- Ketersediaan dokumen perencanaan berbasis kawasan: sudah tersedia dokumen

SPPIP dan KSK.

- Ketersediaan dana daerah untuk urusan bersama (DDUB): daerah siap

menganggarkan pendanaan untuk DDUB.

- Unit Pelaksana Kegiatan adalah Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman

Kabupaten Karangasem

- Lembaga Pengelola pasca kontruksi nanti di bentuk di masing-masing lokasi

Infrastruktur Kawasan Permukiman Rawan Bencana

- Rencana Kegiatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Rawan Bencana disasar

adalah pada kawasan di Kabupaten Karangasem yang menjadi prioritas

- Indikator Kinerja tersedianya sarana prasarana dan penataan kawasan.

- Kesiapan Lahan untuk sejauh ini lahan masih tersedia.

- DED siap dianggarkan oleh pemerintah daerah

- Tersedianya Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan sudah tersedia dokumen

SPPIP dan KSK.

- Tersedianya dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) daerah siap

menganggarkan pendanaan untuk DDUB.

- Unit Pelaksana Kegiatan adalah Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman

Kabupaten Karangasem

- Lembaga Pengelola pasca kontruksi nanti di bentuk di masing-masing lokasi.

7.1.2 Sasaran Program

Sasaran program sektor pengembangan kawasan permukiman baik yang di

(15)

Tabel 7.2 Matrik Sasaran Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Tahun 2018-2022

No Uraian Sasaran Program

Total Luas Kawasan

Sasaran Penurunan Program (ha)

Ket

Penanganan Kawasan Kumuh menjadi prioritas penanganan kawasan

permukiman yang didanai dari APBN dan APBD Kabupaten. Pada tahun 2017

diprioritaskan penanganan di kawasan Subagan melalui dana APBN dan di kawasan

dause melalui dana APBD Kabupaten, pada tahun 2018 di Kawasan Kertasari melalui

dana APBN dan kawasan dangin seme melalui dana APBD Kabupaten, pada tahun

2019 di Kawasan Kecicang islam melalui dana APBN dan di Kawasan Karanglangko

Bangras melalui dana APBD Kabupaten, pada tahun 2020 di Kawasan Nyuling dan

Segara Katon melalui dana APBD Kabupaten serta tahun 2021 di Kawasan Juuk Manis

melalui dana APBD Kabupaten.

7.1.3 Usulan Kebutuhan Program

Usulan Kebutuhan Program Penanganan Kawasan Kumuh Tahun 2018-2022

dapat dilihat pada Tabel 7.3

7.2 Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1 Kondisi Eksisting

7.2.1.1Perda Bangunan Gedung dan NSPK lainnya

Perda Bangunan Gedung Nomor 3 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung

sudah di tindak lanjuti dengan penyusunan Perda IMB yang di fasilitasi oleh provinsi

namun belum disampaikan hasilnya. Sedangkan untuk pembentukan Tim Ahli

(16)

Tabel 7.3 Matrik Usulan Kebutuhan Program Penanganan Kawasan Kumuh Tahun 2018-2022

No. Kawasan Permukiman Luas Kawasan

(ha)

Rencana Program (Ha)

Ket.

2018 2019 2020 2021 2022

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Kawasan Dausa 1,17 - - - -

2 Kawasan Dangin Sema 1 3,72

-3,72

- - -

3 Kawasan Karanglako 3,14 - 3,14 - - -

4 Kawasan Nyuling 1,54 1,54 - - - -

5 Kawasan Segara Katon 1,56 1,56 - - - -

6 Kawasan Kertasari 16,07 - - - 16,07

7 Kawasan Subagan 27,75 - 17,4 10,35 - -

8 Kawasan Kecicang Islam 15,92 - - - 15,92 -

9 Kawasan Juuk Manis 1,28 - - -

Jumlah 72,15 3,1 24,26 10,35 15,92 16,07

(17)
(18)
(19)

7.2.1.2Kota Pusaka dan Kawasan Strategis Lainnya

Kondisi aset pusaka ragawi yang terdapat di Kabupaten Karangasem dapat di

uraikan sebagai berikut:

1. Taman Tirta Gangga

Didalam RTRW Kabupaten Karangasem Tirta Gangga masuk dalam perlindungan

Cagar Budaya dan ilmu pengetahuan.

Tirta Gangga terletak di Desa Abang, Kecamatan Abang hanya 6 km sebelah

Utara Amlapura. Tirtagangga didirikan pada tahun 1948 oleh Raja Karangasem

terakhir yang digunakan sebagai tempat istirahat keluarga raja. Arsitekturnya

merupakan panduan antara Eropa, Cina dan arsitektur tradisional Bali. Dikelilingi

oleh panorama yang sangat indah membuat Tirtagangga merupakan tujuan yang

sangat penting untuk dikunjungi.

Taman Air Tirta Gangga dibangun Raja Karangasem terakhir, Anak Agung

Agung Anglurah (AAAA) Ketut Karangasem (1808-1941) alias I Gusti Bagus

Jelantik, sekitar tahun 1922. Taman Air Tirta Gangga dibangun bersamaan dengan

dibangunnya Taman Sukasada Ujung. Suasana asri langsung menyergap ketika

kaki melangkah memasuki Taman Air Tirtagangga di desa Ababi, Abang

Karangasem. Ya, inilah taman peninggalan raja terakhir Karangasem, Anak

Agung Anglurah Ketut Karangasem. Tirtagangga terlentang pada daerah 1,2

hektar yang terdiri atas tiga kompleks. Kompleks pertama yakni pada bagian

paling bawah dapat ditemukan dua kolam teratati dan air mancur. Kompleks

kedua adalah bagian tengah dimana dapat ditemukan kolam renang; sementara,

pada bagian ketiga, yakni kompleks ketiga, kita dapat menemukan tempat

(20)

2. Puri Agung Karangasem

Amlapura merupakan Ibu Kota dari Kabuapten Karangasem, terletak 78 Km

sebelah Timur Denpasar. Semenjak kerajaan Karangasem didirikan Amlapura

merupakan pusat kerajaan. Objek wisata yang terletak di Amlapura adalah Puri

Agung dengan perpaduan arsitek Bali, Cina dan Eropa. Puri ini didirikan oleh

Anak Agung Gede Jelantik, raja pertama Karangasem. Di dalam istana kita akan

menemukan koleksi foto dari keluarga para raja serta kostum yang dipakai raja

saat itu.

Puri Agung Karangasem dulunya merupakan pusat pemerintahan Raja

Karangasem yang terletak di Kelurahan Karangasem Kecamatan Karangasem

yaitu di pusat kota Amlapura. Didalam RTRW Kabupaten Karangasem Puri

Agung Karangasem masuk dalam perlindungan Cagar Budaya dan ilmu

pengetahuan.

Arsitektur Puri Agung Karangasem adalah kombinasi antara tiga gaya. Arsitektur

Bali dapat ditemukan pada pahatan patung-patung Hindu dan relief pada dinding

puri. Pengaruh Eropa terlihat pada gaya gedung utama dengan beranda yang

besar, sementara arsitektur Cina tampak pada gaya jendela, pintu, dan ornamen

yang lain.

Puri Agung Karangasem terdiri atas tiga bagian, yakni Bencingah, Jaba Tengah,

(21)

kolam. Di tengah kolam terdapat sebuah bangunan yang disebut “Balai Gili” atau

gedung mengambang. Bagian ketiga adalah Maskerdam, yang diberikan setelah

nama kota Amsterdam, sebuah kota di Belanda. Bangunan ini dibangun pada awal

Raja Karangasem memulai hubungan dengan Pemerintah Belanda. Arsitektur

Bali, bisa kita lihat dari ukiran-ukiran hindu dan relief-relief yang ada di dinding.

Pengaruh Eropa bisa terlihat dari bangunan utama dengan serambi atau beranda

yang luas. Arsitektur China terlihat pada jendela, pintu dan ornamen-ornamen

lainnya.

Di Puri Agung Karangasem, wisatawan asing tertarik melihat peninggalan

Raja-raja Karangasem. Keunikan arsitektur dalam bangunan peninggalan itu, karena

kekhasannya di mana arsitektur Bali dipadukan dengan arsitektur Cina bahkan

Belanda. Barang antik perabotan rumah tangga atau perlengkapan kerajaan tempo

dulu, juga masih terpelihara dengan baik dan menjadi salah satu daya tarik bagi

wisatawan.

Seperti telah diuraikan diatas bahwa di lingkungan Puri Agung ini ada bangunan

yang dinamai Maskerdam, mirip dengan nama ibu kota Kerajaan Belanda,

Amsterdam. Biasanya raja-raja Karangasem zaman dulu menggunkan bangunan

ini untuk menerima tamu-tamu pentingnya. Di sisi selatan juga ada balai gili

(pulau kecil), yakni sebuah bangunan yang dikelilingi kolam dengan tumbuhan

bunga tunjungnya.

Oleh karena Puri Agung Karangasem berada di pusat kota maka Deliniasi wilayah

pusaka Puri Agung Karangasem mengikuti peraturan Daerah No 17 tahun 2006

tentang RDTR Kota Amlapura dan RTBL yang telah disusun.

3. Puri Gede Karangasem

I Gusti Anglurah Made Karangasem Sakti, sang ‘atapa rare’ , dewata di Bulatari,

membangun komplek puri di sebelah utara Amlaraja dinamakan Puri Kaleran

(sekitar tahun 1700M). Puri Kaleran kemudian disebut Puri Ageng, karena disana

tinggal mereka yang memegang tampuk kerajaan. Sedangkan Puri Amlaraja

kemudian menjadi karang kepatihan dan bernama puri kelodan sampai sekarang

karena letaknya di selatan Puri Ageng.

Lebih lanjut Agung (1991) mengatakan bahwa sejak generasi XI yang datang dari

(22)

singasari pada tahun 1838, Puri Kaleran atau Puri Ageng ditempati oleh Tiga

Bersaudara (Tri Tunggal III terakhir) yang menjadi raja, yakni Anak Agung Gde

Putu, Anak Agung Gde Oka, dan Anak Agung Gde Jlantik, masing-masing

menempati palebahan puri di tengah-tengah dulu bernama Pasaren Anyar, dengan

Gedung yang bernama Rangki , palebahan Puri di bagian utara yang disebut

Kertasura , dan palebahan puri di bagian selatan yang bernama Kawyasunia. Sejak

itu Puri ini tidak lagi disebut Puri Kaleran, melainkan Puri Ageng.

4. Taman Soekasada Ujung

Taman Ujung didirikan tahun 1919 oleh Raja Karangasem terakhir, terletak di

Desa Tumbu, yang waktu itu digunakan sebagai tempat perisitirahatan Raja

Karangasem. Karena keindahannya Taman Ujung di sebut sebagai "Istana Air".

Konstruksi arsitektur Taman Ujung memiliki kemiripan dengan Taman Air

Tirtagangga dan Puri Agung Karangasem.

Taman Soekasada Oejoeng lebih dikenal dengan sebutan Taman Ujung. Pada

abad ke 16 Bali yang berada dibawah kekuasaan kerajaan Gelgel dengan

kepeminpinan Raja Agung ke 4 Dalem Batu Renggong kehidupan beragama dan

seni yang berhubungan dengan keagamaan berkembang di Bali. Saat itu kalender

Hindu Bali dan Hindu Jawa bergabung menjadi satu kalender, ini mencerminkan

ketaatan umat hindu dan saat ini dalam menjalankan ritual keagamaan yang

kompleks.

Berdasarkan hasil-hasil penyelidikan arkeologis-historis dapat diketahui bahwa

taman ini adalah sebuah contoh hasil akulturasi budaya yang serasi antara

(23)

Tengah. Arsitektur Bali terlihat jelas pada motif dekorasinya berupa cerita-cerita

wayang serta motif patra lainnya, arsitektur Belanda terlihat pada bentuk

bangunannya yang memiliki gaya indis, dan arsitektur Cina terlihat pada

pembuatan gapura masuk, kolam segidelapan, dan Bale Bundar (bale bengong).

Ragam arsitektur bertebaran di Taman Gili. "Campursari" itu terlihat jelas pada

bagian pilar- pilar Pilar itu sangat khas Portugis," Pengaruh Eropa lainnya terlihat

pada kubah bentuk setengah lingkaran yang memperlihatkan konsep dome meski

dalam skala kecil. Kubah ini berbentuk delapan sudut. "Padahal atap bangunan di

Bali biasanya terlihat berbentuk empat sudut Selain pengaruh Eropa, sentuhan

oriental Cina bisa dilihat pada bentuk jembatan dan puncak angkul-angkul

sepanjang jembatan. Bentuknya yang meruncing di ujung dan mirip mahkota

diadaptasi dari model struktur bangunan di Cina. Sedangkan atap yang dibangun

lebih mirip masjid. "Bisa jadi saat itu beliau memang terpengaruh Timur Tengah,"

Sang pendiri taman, dengan kemampuan teknis- arsitektural, estetik dan kasat

mata menggunakan konsepsi kosmologi masyarakat Bali sebagai landasan

ideologis, telah berhasil memanfaatkan bentang alam dan lingkungan di

sekitarnya yang berteras-teras dengan gunung-gunung sebagai latar belakang

(24)

Relief-relief Taman Sukasada Ujung, yang ada pada dinding bangunan, pada

Pilar, itu menceritakan epos Ramayana dan Mahabharata, seperti kesukaan

Djelantik pada sastra," kata Anak Agung. Sistem pertukangan yang digunakan

sudah modern, yakni pengecoran serta penggunaaan cetakan untuk membuat relief

di dinding bangunan. Ketika itu, cara semacam itu baru dan langka.

5. Pura Tamansari Budakeling

Lokasi Pura Taman Sari Budakeling terletak di Desa Budakeling di Kecamatan

Bebandem. Lokasinya tepat di tengah Desa Budakeling. (X: 343257, Y:

9068809).

Pura Dang Kahyangan Taman Sari memiliki nuansa yang berbeda dari Dang

Kahyangan lainnya, Dang Kahyangan Taman Sari kental dengan nuansa

bangunan Budha. Salah satu bagian dari pura yang memiliki nuansa tersebut

adalah Palinggih Padma Tiga. Menurut kepercayaan, palinggih ini merupakan

manifestasi penyatuan Tritunggal dalam Sang Hyang Buddha. Selain Palinggih

Padma Tiga, terdapat juga Bale Paselang. Bale ini stana Sang Hyang

Ardhanaraswari simbol konsep Rwabhineda, pengejawantahan simbol penyatuan

Siwa-Budha

Dikisahkan, pada suatu malam, saat Dang Hyang Asthapaka yang beragama

Buddha duduk di sebuah bukit bernama Batu Penyu, Ia melihat seberkas sinar

yang turun dari langit. Saat menatap sinar itu, ia mendengar bisikan, “Hei, dia

yang taat melaksanakan dharma, yang terlihat olehmu, menjadi pertanda

tempatmu yang akan pulang ke peristirahatan halus”. Semakin mendekat, semakin

mereduplah cahaya tersebut. Lalu Ia beristirahat di sebuah tempat dengan

menancapkan tongkat yang terbuat dari sebatang kayu Tanjung.

Di tempat Ia menancapkan tongkat itu, Ia mendirikan pasraman (rumah) sebagai

tempat menyebarkan ajaran darma. Sedangkan tongkat yang ia tancapkan tumbuh

menjadi sebuah pohon yang masih berdiri hingga saat ini. Sementara di tempat

cahaya itu jatuh dari langit dibangun Pura yang disebut Pamrajan (Pura) Taman

Sari, tempat Dang Hyang Asthapaka melaksanakan yoga Samadhi,

(25)

6. Pura Silayukti

Pura Silayukti terletak di sebuah bukit bagian timur Desa Padangbai, Kecamatan

Manggis. Pura itu didirikan di atas tanah datar pada ketinggian 50 m dpl dan

menjorok ke laut, menghadap ke selatan. (X: 336353, Y: 9056619).

Menurut berbagai sumber, Pura Silayukti dibangun oleh Mpu Kuturan sebagai

wisma dan tempat bertapa begitu sampai Bali dari Jawa. Mpu Kuturan sendiri

adalah perwakilan Raja Airlangga yang sangat berjasa dalam menata kehidupan

sosial religius masyarakat Bali sekitar abad ke-11 Masehi. Di dalam lontar

Calonarang ada disebutkan bahwa Mpu Kuturan datang ke Bali dari Jawa Timur

diperkirakan sekitar tahun 1039 M yaitu pada masa pemerintahan Airlangga di

Jawa Timur. Bisa disimpukan bahwa Pura Silayukti dibangun pada abad ke-11.

Nama Pura Silayukti diduga berasal dari kata dasar ‘’sila’’ diartikan dasar dan

‘’yukti’’ diartikan benar atau kebenaran.

Deskripsi Kompleks Pura Silayukti terdiri dari empat buah pura yaitu :

• Pura Silayukti, merupakan salah satu Pura Dang Kahyangan di Bali. Pura ini dipercaya sebagai parahyangan Ida Batara Mpu Kuturan

• Pura Telaga Mas, diduga sebagai pasraman (tempat tinggal) Mpu Kuturan.

• Pura/Goa Payogan, diduga sebagai tempat Mpu Kuturan melakukan yoga semadi pada masanya.

• Pura Tanjung Sari, dipercaya sebagai parahyangan Mpu Baradah, adik Mpu Kuturan yang juga dikenal sebagai seorang tokoh sosial religius di Jawa

Timur.

7. Pura Andakasa

Pura Luhur Andakasa merupakan salah satu Pura Kahyangan Jagat di Bali. Pura

ini terletak di ketinggian 200 meter dpl di banjar Pekel, desa Gegelang,

Kecamatan Manggis. (X: 332436, Y: 9057483).

Yang menjadi menarik, dalam konsepsi padmabhuwana, Pura Luhur Andakasa

terletak di arah selatan. Adapun yang dipuja di sini adalah Dewa Brahma sebagai

manifestasi Tuhan sebagai pencipta (utpatti). Masyarakat sekitarnya kerap

menyebut dengan nama Hyang Tugu. Ada tiga status yang sekaligus dimiliki Pura

Luhur Andakasa yakni kahyangan jagat (nawadhikpala), pura tri kahyangan

(26)

Nama Pura Andakasa diambil dari konsepsi andabhuwana (telur semesta).

Konsepsi inilah yang memberi gambaran pemahaman berkesadaran ilmiah para

tetua Bali bahwa bumi ini berbentuk bulat layaknya telur.

Lontar Kusumadewa menyebutkan Pura Andakasa bersama kahyangan jagat

lainnya di seantero Bali dibangun semasa Mpu Kuturan atau Mpu Raja Kerta.

Sebagaimana diungkap dalam sumber-sumber sejarah, Mpu Kuturan diperkirakan

hidup sekitar abad ke-11. Andai apa yang disuratkan lontar itu benar, dapat diduga

Pura Luhur Andakasa sudah ada sejak abad ke-10 silam.

Selain itu, ditemukan juga sejumlah tinggalan arkeologis di areal pura seperti

arca-arca kuno. Penelitian yang dilakukan Dinas Kebudayaan menyebutkan

bahwa arca-arca itu menunjukkan langgam abad ke-17-18. Karenanya,

diperkirakan, Pura Luhur Andakasa mengalami pengembangan dan perbaikan

pada sekitar abad ke-17-18.

Melihat posisi pura yang berada di puncak bukit diduga kuat Pura Luhur

Andakasa awalnya merupakan tempat pemujaan dari tradisi megalitik. Pada masa

megalitik, tempat-tempat tinggi memang menjadi pusat orientasi pemujaan,

khususnya untuk memuja leluhur.

8. Pura Besakih

Besakih terletak di Kecamatan Rendang. Besakih menawarkan panorama dengan

backdrop Gunung Agung yang memiliki ketinggian 3142 meter. Pada bagian

lereng Gunung Agung terletak sebuag Pura dengan nama Pura Besakih yang di

nela sebagai Pura terbesar di Bali sebagi temput suci bagi umat Hindu.

Besakih didalam RTRWP Bali maupun di Dalam RTRW Kabuaten Karangasem

ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Propinsi yaitu Kawasan Suci Besakih. Pura

Besakih sebagai pokal point adalah sebuah komplek pura yang terletak di Desa

(27)

Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih)

dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Di Pura

Basukian, di areal inilah pertama kalinya tempat diterimanya wahyu Tuhan oleh

Hyang Rsi Markendya, cikal bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali,

sebagai pusatnya. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang

ada di Bali. Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura

Besakih, Pura Penataran Agung adalah pura yang terbesar, terbanyak

bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan

semua pura yang ada di komplek Pura Besakih. Di Pura Penataran Agung terdapat

3 arca atau candi utama simbol stana dari sifat Tuhan Tri Murti, yaitu Dewa

Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa yang merupakan perlambang Dewa

Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur/Reinkarnasi. Pura Besakih masuk

dalam daftar pengusulan Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1995.

Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekedar menjadi tempat

bersemayamnya Tuhan, menurut kepercayaan Agama Hindu Dharma, yang

terbesar di pulau Bali, namun di dalamnya memiliki keterkaitan latar belakang

dengan makna Gunung Agung. Sebuah gunung tertinggi di pulau Bali yang

(28)

menjadi utusan Tuhan untuk wilayah pulau Bali dan sekitar. Sehingga tepatlah

kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan untuk kesucian umat

manusia, Pura Besakih yang bermakna filosofis.

Makna filosofis yang terkadung di Pura Besakih dalam perkembangannya

mengandung unsur-unsur kebudayaan yang meliputi:

1) Sistem pengetahuan,

2) Peralatan hidup dan teknologi,

3) Organisasi sosial kemasyarakatan,

4) Mata pencaharian hidup,

5) Sistem bahasa,

6) Religi dan upacara, dan

7) Kesenian.

Ketujuh unsur kebudayaan itu diwujudkan dalam wujud budaya ide, wujud

budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Hal ini sudah muncul baik pada

masa pra-Hindu maupun masa Hindu yang sudah mengalami perkembangan

melalui tahap mitis, tahap ontologi dan tahap fungsional.

Berdasar sebuah penelitian, bangunan fisik Pura Besakih telah mengalami

perkembangan dari kebudayaan pra-hindu dengan bukti peninggalan menhir,

punden berundak-undak, arca, yang berkembang menjadi bangunan berupa meru,

pelinggih, gedong, maupun padmasana sebagai hasil kebudayaan masa Hindu.

Latar belakang keberadaan bangunan fisik Pura Besakih di lereng Gunung Agung

adalah sebagai tempat ibadah untuk menyembah Dewa yang dikonsepsikan

gunung tersebut sebagai istana Dewa tertinggi. Pada tahapan fungsional manusia

(29)

budaya yang bersifat sosial religius, bahwa kebudayaan yang menyangkut

aktivitas kegiatan selalu dihubungkan dengan ajaran Agama Hindu.

Dalam budaya masyarakat Hindu Bali, ternyata makna Pura Besakih diidentifikasi

sebagai bagian dari perkembangan budaya sosial masyarakat Bali dari mulai

pra-Hindu yang banyak dipengaruhi oleh perubahan unsur-unsur budaya yang

berkembang, sehingga memengaruhi perubahan wujud budaya ide, wujud budaya

aktivitas, dan wujud budaya material. Perubahan tersebut berkaitan dengan ajaran

Tattwa yang menyangkut tentang konsep ketuhanan, ajaran Tata-susila yang

mengatur bagaimana umat Hindu dalam bertingka laku, dan ajaran Upacara

merupakan pengaturan dalam melakukan aktivitas ritual persembahan dari umat

kepada TuhanNya, sehingga ketiga ajaran tersebut merupakan satu kesatuan

dalam ajaran Agama Hindu Dharma di Bali. Deliniasi Pusaka Kawasan Suci

Besakih yaitu dengan titik tengahnya Pura Besakih sejauh 5 Km.

7.2.1.3Potensi dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Potensi Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Karangasem antara lain :

• Sudah adanya Perda Bangunan Gedung Nomor 3 Tahun 2012 yang pada saat ini

(Tahun 2017) sedang dilakukan review.

• Pengurusan ijin mendirikan bangunan mudah dan cepat.

• Kondisi RTH di Kabupaten Karangasem masih memenuhi syarat 30% RTH

Beberapa tantangan yang dihadapi dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan

antara lain:

Penataan Lingkungan Permukiman:

• Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;

• Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk

lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur

guna pengembangan lingkungan permukiman;

• Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi

utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;

• Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah

(30)

• Lemahnya penegakan hukum dalam penyelenggaraan pengaturan

pengembangan lingkungan permukiman;

Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:

• Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan

dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan

dan kemudahan);

• Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan

Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;

• Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian;

• Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan

keselamatan, keamanan dan kenyamanan;

• Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan

efisien;

• Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:

• Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka,

sarana olah raga;

• Masih minimnya bantuan teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Kapasitas Kelembagaan Daerah:

• Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan

penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;

• Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;

• Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di

daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

7.2.1.4Data lain yang Terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penataan Bangunan dan Lingkungan bagaimanapun juga berkaitan dan harus

bersinergi dengan Penataan Ruang Wilayah. Beberapa aturan terkait penataan ruang dan

penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Karangasem dapat dilihat pada tabel

(31)

Tabel 7.5 Peraturan/Pedoman Penataan Ruang Terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan

No. No. Peraturan Tahun Tentang

1 Perda No. 17 2012 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karangasem

2 Perda No. 8 2003 Rencana Detail tata Ruangn (RDTR) Kawasan Pariwisata Candidasa

3 Perda No. 7 2003 Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Pariwisata Ujung

4 Perda No. 17 2006 Rencana Detail tata Ruangn (RDTR) Kawasan Perkotaan Amlapura

5 Perda No. 5 2012 Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan

Sumber: BKPRD, 2017

Dokumen perencanaan RTBL juga sudah disusun di Kabupaten Karangasem

antara lain RTBL Kawasan Kota Amlapura, RTBL Kawasan Stadion, dan RTBL

Kawasan Susuan-Padangkerta, dan pada tahun 2017 ini, sedang dalam tahap

penyusunan Peraturan Bupati terkait masing-masing RTBL tersebut. Selain itu, pada

tahun 2017 ini sedang disusun RTBL Kawasan Pesagi.

7.2.2 Sasaran Program

Sasaran program sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan baik yang di

tangani Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten dapat dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 7.6 Matrik Sasaran Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

(32)

Sasaran Program sector penataan bangunan dna lingkungan untuk program

penataan bangunan dan lingkungna strategis disasar sesuai dengan dokumen RTBL

yang sudah disusun yaitu RTBL Kawasan Kota Amlapura dan RTBL Kawasan Stadion

dengan luasan total sebesar 145,18 Ha dan penanganannya di lakukan bertahap setiap

tahun untuk 1 (satu) RTBL dan tahun berikutnya merupakan penanganan lanjutan

RTBL sebelumnya. Program revitalisasi Kawasan Tematik Perkotaan Kabupaten

Karangasem sudah dibantu penyusunannya yaitu Revitalisasi Kota Amlapura dan

Revitalisasi Kawasan Tulamben. Untuk penanganan RTH dilakukan setiap tahun

minimal yang mampu tertangani sebanyak 200 m2 melalui pendanaan APBN maupun

APBD Kabupaten. Untuk Kawasan Kota Pusaka, Kabupaten Karangasem terdapat 8

kawasan yang masuk kawasan pusaka sasaran program di harapkan dapat tertangani 1

kawasan setiap tahunnya.

7.2.3 Usulan Kebutuhan Program

Usulan Kebutuhan Pembiayaan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

Tahun 2018-2022 dapat dilihat pada Tabel7.7

7.3 Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

7.3.1 Kondisi Eksisting

7.3.1.1Data Pelayanan Air Minum, Baik Perpipaan maupun Non Perpipaan

Pelayanan air minum di Kabupaten Karangasem terdiri atas Jaringan Perpipaan

dan Bukan Jaringan Perpipaan. Jaringan perpipaan dikelola oleh PDAM dan PAMDES.

SPAM yang dikelola oleh PDAM dibagi menjadi Jaringan Perpipaan (JP) Ibukota

Kabupaten, JP Ibukota Kecamatan (IKK). Di Kabupaten Karangasem terdapat beberapa

sistem yang dikelola oleh PDAM, yaitu SPAM Unit Kota Karangasem, SPAM Unit

Rendang, SPAM Unit Manggis, SPAM Unit Selat, SPAM Unit Sidemen, SPAM Unit

Bebandem, SPAM Unit Abang, SPAM Unit Abang, dan SPAM Unit Kubu.

A. Pelayanan Air Minum Perpipaan (PDAM)

Daerah layanan meliputi 8 (delapan) kecamatan yaitu Kecamatan Abang,

Karangasem, Sidemen, Kubu, Bebandem, Selat, Manggis, dan Sidemen. Sumber air

baku yang digunakan oleh PDAM Kabupaten Karangsem berupa sumur bor dan mata

air. SPAM PDAM Kabupaten Karangasem, berdasarkan RISPAM 2014-2034, secara

(33)
(34)
(35)

• Wilayah Kabupaten Karangasem Bagian Utara; Kecamatan Kubu yang terletak

di bagian utara Kabupaten Karangasem memiliki sumber air yang sangat

terbatas, dengan kondisi topografi yang berbukit. Berdasarkan hasil survei

penduduk di wilayah Kecamatan Kubu seperti Desa Kubu, Tianyar, Ban,

Dukuh, Sukadana, Tulamben dll, diketahui bahwa sekitar 65% penduduknya

harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk membeli air melalui mobil

tanki, dan dengan kondisi dimana 47,36% penduduknya masih tergolong

keluarga miskin.

• Wilayah Kabupaten Karangasem Bagian Timur; Untuk wilayah Kabupaten

Karangasem Bagian Timur (Kecamatan Karangasem dan Bebandem) memiliki

sumber air yang cukup, akan tetapi terbatasnya prasarana penyediaan air bersih

dan konflik pemanfaatan air untuk irigasi menyebabkan tingkat pelayanan dari

PDAM masih dibawah 50%. Beberapa desa juga mengalami kesulitan air

bersih terutama di Desa Seraya Tengah, Seraya Timur, Jungutan, Bungaya dan

Budakeling.

• Wilayah Kabupaten Karangasem Bagian Selatan; Wilayah Bagian Selatan meliputi Kecamatan Sidemen, Selat, Rendang dan Manggis memiliki sumber

air yang cukup besar baik mata air, air permukaan dan curah hujan. Akan tetapi

beberapa permasalahan seperti kondisi topografi, keterbatasan prasarana

penyediaan air bersih, dan adanya pemanfaatan air untuk irigasi

B. Pelayanan Air Minum Perpipaan (PAMDES)

Penyediaan air minum pedesaan yang dikelola oleh kelompok masyarakat

jangkauan pelayanannya sangat terbatas. Hal ini disebabkan kapasitas sumber air baku

dan sistem penyediaan air minum yang terbatas. Pelayanan PAMDES di Kabupaten

Karangasem masih sangat kecil, berada di kisaran 9%.

C. Pelayanan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)

Sumber air yang digunakan dalam pemenuhan kebutuhan air minum dengan

sistem non perpipaan adalah air bawah tanah. Pengumpulan dan pengambilan air bawah

tanah dilakukan dengan pembuatan sumur. Macam-macam sumur yaitu sumur gali

(SGL), sumur pompa, dan mata air. Masyarakat di Kabupaten Karangasem masih ada

yang menggunakan sumur sebagai sumber air minumnya terutama di daerah yang dekat

(36)

7.3.1.2Luas Cakupan Pelayanan Per Kecamatan

Berdasarkan Database SPAM Kabupaten Karangasem Tahun 2016, data

cakupan pelayanan air minum pada tahun 2015, baik jaringan perpipaan maupun bukan

jaringan perpipaan dapat dilihat pada Tabel 7.8

Tabel 7.8 Cakupan Pelayanan Air Minum di Kabupaten Karangasem Tahun 2015

No. Kecamatan Jumlah

Bukan Jaringan Perpipaan

1. Abang 23.042 2.438 11

(37)

Berdasarkan data PDAM, data cakupan pelayanan perpipaan yang dikelola

oleh PDAM per Oktober tahun 2017 adalah sebesar 45,86%.

7.3.1.3Lokasi dan Kapasitas Air Baku

Lokasi dan kapasitas sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Kabupaten

Karangasem dapat dilihat pada Tabel 7.cc berikut.

Tabel 7.9 Sumber Air Baku di Kabupaten Karangasem

No. Uraian Kapasitas (lt/dt)

Terpasang Produksi Idle

I Unit Kecamatan Karangasem

1 MAG Tauka I 35 30 5

II Unit Kecamatan Rendang

1 MAP CF I Besakih 10 5 5

2 MAP CF I Menanga 15 15 0

3 MAP SS I Menanga 15 15 0

Jumlah 40 35 5

III Unit Kecamatan Kubu

1 SBP Rubaya 5 4 1

IV Unit Kecamatan Manggis

(38)

7 MAG Embukan 17 16 1

VII Unit Kecamatan Bebandem

1 MAP Linggasana 5 4 1

2 MAP Dukuh Moding 6 4 2

3 SBP Tihingan 4 4 0

Jumlah 15 12 3

VIII Unit Kecamatan Sidemen

1 MAP Sangkan Gunung 7 6 1

2 MAP Tirta Sari/Kikian 10 5 5

Jumlah 17 11 6

Total 425.50 348.50 77

Sumber: Database SPAM, 2016

7.3.1.4Kinerja PDAM

Evaluasi kinerja PDAM merupakan kegiatan penilaian dan pengukuran

tiap-tiap aspek penilaian kinerja sehingga dapat diketahui kualitas dan capaian kinerja

PDAM. Adapun evaluasi kinerja PDAM Kabupaten Karangasem dapat dilihat pada

Gambar 7.1

7.3.1.5Potensi dan Tantangan Pengembangan SPAM

Beberapa potensi dan tantangan dalam pengembangan SPAM yang cukup besar ke

depan, agar dapat digambarkan, misalnya :

(39)

a) Tantangan dalam peningkatan cakupan kualitas air minum saat ini adalah

mempertimbangkan masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki akses

air minum yang aman yang tercermin pada tingginya angka prevalensi penyakit

yang berkaitan dengan air. Tantangan lainnya dalam pengembangan SPAM

adalah adanya tuntutan PP 16/2005 untuk memenuhi kualitas air minum sesuai

kriteria yang telah disyaratkan.

(40)

b) Banyak potensi dalam hal pendanaan pengembangan SPAM yang belum

dioptimalkan. Sedangkan adanya tuntutan penerapan tarif dengan prinsip full

cost recovery merupakan tantangan besar dalam pengembangan SPAM.

c) Adanya tuntutan untuk penyelenggaraan SPAM yang profesional merupakan

tantangan dalam pengembangan SPAM di masa depan.

d) Adanya tuntutan penjaminan pemenuhan standar pelayanan minimal

sebagaimana disebutkan dalam PP No. 16/2005 serta tuntutan kualitas air baku

untuk memenuhi standar yang diperlukan.

e) Adanya potensi masyarakat dan swasta dalam pengembangan SPAM yang

belum diberdayakan.

f) Kondisi topografi wilayah yang berbukit.

g) Sumber air cenderung berada di wilayah bagian bawah.

h) Tidak meratanya sumber air sehingga beberapa wilayah merupakan daerah

rawan air.

i) Diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan PDAM dan PAMDES

j) Belum maksimalnya peran serta aktif masyarakat dan LSM dalam

pembangunan sanitasi

2) Tantangan Eksternal

a) Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan dengan pilar pembangunan

ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.

b) Tuntutan penerapan Good Governance melalui demokratisasi yang menuntut

pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan.

c) Komitmen terhadap kesepakatan Millennium Development Goals (MDGs) 2015

dan Protocol Kyoto dan Habitat, dimana pembangunan perkotaan harus

berimbang dengan pembangunan perdesaan.

d) Tuntutan peningkatan ekonomi dengan pemberdayaan potensi lokal dan

masyarakat, serta peningkatan peran serta dunia usaha, swasta

e) Kondisi keamanan dan hukum nasional yang belum mendukung iklim investasi

(41)

7.3.1.6Data-data Lain, Baik Kuantitatif Maupun Kualitatif Perencanaan Penyediaan SPAM

Pemerintah Kabupaten Karangasem a. Kebutuhan dan Ketersediaan Air Baku

SPAM Yang Memanfaatkan

Jenis SPAM

1 Air Permukaan a. Sungai b. Embung

- SERAYA 100.000,00 M3 Jaringan Perpipaan

- PASAR AGUNG 4.432,00 M3 Jaringan Perpipaan

- NANGKA 6.231,00 M3 Jaringan Perpipaan

- YEH KORI 5.133,00 M3 Jaringan Perpipaan

- BAN 6.408,00 M3 Jaringan Perpipaan

- PURAGAE 14.000,00 M3 Jaringan Perpipaan

- KEDAMPAL 16.250,00 M3 Jaringan Perpipaan

- BATURINGGIT 14.048,00 M3 Jaringan Perpipaan

- BATUDAWA 8.064,00 M3 Jaringan Perpipaan

- TUKAD MANTRI 400,00 M3 Jaringan Perpipaan

- BESAKIH 16.750,00 M3 Jaringan Perpipaan

- TUKAD BUAH 20.566,00 M3 Jaringan Perpipaan

- MUNTIG 26.125,00 M3 Jaringan Perpipaan

- BADEG DUKUH 10.983,00 M3 Jaringan Perpipaan

- TELUN BUANA 20.750,00 M3 Jaringan Perpipaan

- DATAH II 18.875,00 M3 Jaringan Perpipaan

- TANAH ARON 13.125,00 M3 Jaringan Perpipaan

- EMBUNG JUNTAL 8.125,00 M3 Jaringan Perpipaan

- EMBUNG DUKUH 8.250,00 M3 Jaringan Perpipaan

- EMBUNG BUKIT 12.500,00 M3 Jaringan Perpipaan

- EMBUNG BATUDAWA II 13.750,00 M3 Jaringan Perpipaan

- EMBUNG UNTALAN 7.406,00 M3 Jaringan Perpipaan

c. Mata Air

- M.A, Arca 800 Ltr/dtk Jaringan Perpipaan

- M.A. Pucuk 80 Ltr/dtk Jaringan Perpipaan

- M.A. Kayu Putih 195 Ltr/dtk Jaringan Perpipaan

- M.A. Surya 64 Ltr/dtk Jaringan Perpipaan

- M.A. Petung 150 Ltr/dtk Jaringan Perpipaan

- M.A. Babak 350 Ltr/dtk Jaringan Perpipaan

- M.A. Gambih 32 Ltr/dtk Jaringan Perpipaan

- M.A. Jung Sri 70 Ltr/dtk Jaringan Perpipaan

- M.A. Tirtagangga 197 Ltr/dtk Jaringan Perpipaan

- M.A. Embukan 150 Ltr/dtk Jaringan Perpipaan

- M.A. Ababi/gehe 208 Ltr/dtk Jaringan Perpipaan

- M.A. Taman Sari 150 Ltr/dtk Jaringan Perpipaan

- M.A. Dukuh 30 Ltr/dtk Jaringan Perpipaan

No

No Sumber

(42)

7.3.2 Sasaran Program

Sasaran Program SPAM dapat dijelaskan dalam matriks analisis kebutuhan

sektor pengembangan SPAM sebagai berikut:

Tabel 7.11 Matriks Analisis Kebutuhan Sektor Pengembangan SPAM

NO URAIAN SASARAN PROGRAM

KONDISI

Sistem perpipaan

Kebocoran (%) 23,42% 22,57% 21,72% 20,87% 20,02% 19,17%

Cakupan Pelayanan Penduduk (%) 53,25% 58,25% 63,25% 68,25% 73,25% 78,25% Kapasitas Terpasang 363,5 l/dtk 402 l/dtk 397 l/dtk 414 l/dtk 421 l/dtk 423 l/dtk Idle Capacity 48 ltr/dtk 58 ltr/dtk 62 ltr/dtk 48 l/dtk 34 l/dtk 29 l/dtk

2 Sistem Bukan Perpipaan

Cakupan pelayanan penduduk (%) 15,24% 20,24% 25,24% 30,24% 35,24% 40,24%

Aspek keuangan (skor penilaian

BPPSPAM) 0,92

Aspek pelayanan (skor penilaian

BPPSPAM) 0,6

Aspek operasional (skor penilaian

BPPSPAM) 1,405

Aspek SDM (skor penilaian

BPPSPAM) 0,47

7.3.3 Usulan Kebutuhan Program

Usulan Kebutuhan Pembiayaan Sektor Pengembangan SPAM Tahun

(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)

7.4 Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)

7.4.1 Kondisi Eksisting

7.4.1.1Data Terkait Pengelolaan Air Limbah Eksisting (Terpusat maupun

Setempat)

Tabel 7.13 Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik

No Jenis Satuan Jumlah/

Sumber : Perhitungan Pokja Sanitasi Kabupaten Karangasem Tahun 2015

7.4.1.2Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Di Kabupaten/Kota (TPA dan

3R)

(50)

- Truk Sampah Unit 3 3

5 TPA/TPA Regional Konstruksi : Lahan Urug Saniter / Lahan urug terkendali / Penimbunan Terbuka Operasional : Lahan urug saniter / Lahan Urug

Sumber : DKP Kabupaten Karangasem Tahun 2015

7.4.1.3Kondisi Eksisting Drainase Permukiman

Tabel. 7.15 Kondisi Eksisting Drainase Permukiman

No Lokasi Genangan

Wilayah Genangan Infrastruktur

Luas Ketinggian Lama Frekuensi

Penyebab

jenis keterangan

(51)

3 Keluran Subagan 0.2 8

Volume saluran

kurang memadai Pasangan

4 Desa Bugbug 0.25 5

Sampah yang

menyumbat saluran Pasangan

5 Desa Tumbu 0.25 6

menyumbat saluran Pasangan

9 Desa Antiga 0.3 4

Sampah yang

menyumbat saluran Pasangan 10 Desa Antiga Kelod 0.3 3 Belum ada saluran Pasangan

menyumbat saluran Pasangan

16 Desa Rendang 0.15 3

Sampah yang

menyumbat saluran Pasangan

17 Desa Nongan 0.2 3

Sampah yang

menyumbat saluran Pasangan

18 Desa Pesaban 0.25 3

Sampah yang

menyumbat saluran Pasangan

19 Desa Besakih 0.15 3

Sampah yang

menyumbat saluran Pasangan

20 Desa Kayu Putih 0.2 5

Volume saluran

kurang memadai Pasangan

21 Desa Kastala 0.15 5

ada endapan dan

kontruksi tiidak bagus Pasangan

22 Desa Bebandem 0.2 6

Sumber : Memorandum Program Kabupaten Karangasem Tahun 2015

7.4.1.4Tantangan dan Permasalahan Pengembangan Penyehatan Lingkungan

Permukiman

Permasalahan yang di hadapai Kabupaten Karangasem dalam menangani

sektor sanitasi baik itu air limbah, persampahan dan drainase dapat dirinci sesuai

dengan tabel di bawah ini:

Tabel. 7.16 Permasalahan Mendesak Air Limbah

No Permasalahan Mendesak

1

(52)

BABs 41,36 % (50.238 KK)

Akses terhadap jamban masyarakat masih menggunakan cubluk Jumlah Truk tinja 1 Unit

Kondisi IPLT Linggasana dalam pembangunan Optimalisasi

2

Aspek Non Teknis : Pendanaan, Kelembagaan, Peraturan dan Perundang-undangan, peran serta masyarakat, dan dunia usaha/swasta, komunikasi Masih rendahnya pendanaan sektor air limbah

Penanganan air limbah masih tarik ulur antara DPU dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Belum ada peraturan daerah mengenai pengelolaan air limbah Belum memiliki Masterplan Pengelolaan Air Limbah

Peran swasta masih rendah

Sumber : Analisis Pokja Sanitasi Kabupaten Karangasem Tahun 2015

Tabel. 7.17 Permasalahan Mendesak Persampahan

No Permasalahan Mendesak

1

Aspek Teknis : Pengembangan sarana dan prasarana

(userinterface-pengolahan awal-pengangkutan-(userinterface-pengolahan akhir-pembuangan akhir) serta dokumen perencanaan teknis

TPA sudah Over Load

Masyarakat masih membuang sampah di Lahan Kosong, Sungai dan got. Kondisi alat angkut sebagian besar sudah rusak

kondisi bak sampah sebagian besar rusak berat

2

Aspek Non Teknis : Pendanaan, Kelembagaan, Peraturan dan Perundang-undangan, peran serta masyarakat, dan dunia usaha/swasta, komunikasi masih dalam proses pembentukan UPTD

Perubahan Pola Prilaku Masyarakat yang masih buang sampah sembarangan

Peran swasta masih rendah

Belum memilikii Masterplan Persampahan

Sumber : Analisis Pokja Sanitasi Kabupaten Karangasem Tahun 2015

Tabel. 7.18 Permasalahan Mendesak Drainase

No Permasalahan Mendesak

1

Aspek Teknis : Pengembangan sarana dan prasarana

(userinterface-pengolahan awal-pengangkutan-(userinterface-pengolahan akhir-pembuangan akhir) serta dokumen perencanaan teknis

(53)

2

Aspek Non Teknis : Pendanaan, Kelembagaan, Peraturan dan Perundang-undangan, peran serta masyarakat, dan dunia usaha/swasta, komunikasi

Masih rendahnya pendanaan sektor drainase

Rancunya fungsi saluran drainase dengan saluran irigasi

Perubahan Pola Prilaku Masyarakat untuk memelihara saluran drainase Belum memilikii Masterplan Drainase

Sumber : Analisis Pokja Sanitasi Kabupaten Karangasem Tahun 2015

7.4.2 Sasaran Program

Tabel 7.19 Sasaran Program Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Tahun 2018-2022

NO URAIAN SASARAN PROGRAM

Jumlah sampah yang diolah

dari sumber (3R)

Jumlah sampah diolah di akhir

(TPA) 10.000 M3

3 Drainase Permukiman

Luas Genangan dipermukiman Ha

7.4.3 Usulan Kebutuhan Program

Usulan Kebutuhan Pembiayaan Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan

Gambar

Tabel 7.1. Lokasi Kawasan Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Tabel 7.2 Matrik Sasaran Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
Tabel 7.3 Matrik Usulan Kebutuhan Program Penanganan Kawasan Kumuh Tahun 2018-2022
Tabel 7.5 Peraturan/Pedoman Penataan Ruang Terkait  Penataan Bangunan dan Lingkungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah yang akan difokuskan pada Supervisi Akademik dan Manajerial. Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan Penelitian

Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/Bangunan Sarana dan 1.553.860.000,00 Prasarana Gedung Lainnya.. Penyertaan Modal

Pada perlakuan pembelajaran makna kata benda menggunakan metode langsung (direct method) pada anak autis kelas 2 di SLB Autis Mutiara Hati Mojokerto, peneliti

Hasil identifikasi tersebut dibahas bersama-sama (antar kelompok dan mahasiswa dengan dosen). Pada diskusi tersebut muncul beberapa pendapat yang masing-masing tetap

4) Memiliki akses ke ruang dan sarana praktek sesuai dengan program studi yang ditawarkan. 5) Memiliki ruang sekretariat dan minimal satu ruang kelas untuk tutorial. 6)

Beliau akan berbicara mengenai “Enteprise Risk Management dan Governance” dari perspektif Asia dan relevansinya bagi dunia bisnis di Indonesia, terutama dalam berbagi

Sebagai Economist mencatat, respon perusahaan memiliki komponen yang saling bertentangan: view Diundangkan Alibaba bahwa tindakan korektif yang menunjukkan komitmennya

1. Bacalah petunjuk pengisian formulir ! 2. Perhatikan formulir KLUB SAHABAT PENA SISWA-SISWI NEGARA ASEAN