• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL WILAYAH KOTA SURAKARTA - DOCRPIJM 15041867572. BAB II Profil Kota Surakarta Laporan Akhir (rev)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PROFIL WILAYAH KOTA SURAKARTA - DOCRPIJM 15041867572. BAB II Profil Kota Surakarta Laporan Akhir (rev)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-1

BAB II

PROFIL WILAYAH KOTA SURAKARTA

2.1. WILAYAH ADMINISTRASI

Kota Surakarta merupakan wilayah otonom dengan status kota di Provinsi Jawa Tengah, dengan letak secara geografis berada antara 110º45’15” - 110º45’35” BT dan 7º36’00” - 7º56’00” LS dengan luas wilayah 44,04 km². Dan secara administrasi batas wilayah Kota Surakarta adalah sebagai berikut:

 Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali  Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo

 Batas Timur : Kabupaten Karanganyar

 Batas Barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali

Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan, 51 kelurahan, 604 RW dengan jumlah RT sebanyak

2.714 dan jumlah KK sebanyak 169.772 jiwa pada tahun 2015. Jumlah RW terbesar terdapat di

Kecamatan Banjarsari yaitu sebanyak 176 dengan jumlah RT sebanyak 877. Jumlah RW dan RT yang

paling kecil adalah Kecamatan Serengan yaitu hanya sebesar 72 dan 312.

Tabel 2.1. Data Kecamatan di Kota Surakarta tahun 2015

No Kecamatan Luas Wilayah (km2)

Jumlah Kelurahan

Jumlah RW Jumlah RT

1 Laweyan 8,64 11 105 457

2 Serengan 3,19 7 72 312

3 Pasar Kliwon 4,82 9 100 422

4 Jebres 12,58 11 151 646

5 Banjarsari 14,81 13 176 877

Jumlah 44,04 51 604 2.714

(2)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-2 Gambar 2.1. Peta Kedudukan Kota Surakarta di Wilayah Jawa Tengah

2.2. POTENSI WILAYAH KOTA SURAKARTA

Kota Surakarta dalam hal potensi wilayah untuk kontribusi sektor tersier dan sekunder lebih

dominan dibandingkan dengan kontribusi dari sektor primer. Struktur perekonomian Kota Surakarta

ditopang oleh sektor jasa perdagangan/retail, jasa wisata (hotel, restoran, budaya, dan hiburan), dan jasa

pendidikan. Struktur perekonomian ini dapat dilihat dari indikator kontribusi sektoral dari Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta. Kuatnya sektor tersier dalam struktur PDRB, tidak lepas dari

sumber daya Kota Surakarta yang diuntungkan dari aspek lokasi sebagai sumber daya strategis Kota

Surakarta. Secara umum sektor unggulan yang ada di Kota Surakarta, dengan masing-masing clusternya

per kecamatan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kecamatan Laweyan, sektor unggulannya berupa batik, tekstil, garmen, mebel, kaca ukir,

sangkar burung dan shuttlecock dengan jasa pendukung adalah pendidikan, biro travel, tempat

wisata, kesenian daerah dan perhotelan.

2. Kecamatan Serengan, sektor unggulannya berupa industri makanan dan minuman, pakaian

tradisional, batik dan tekstil serta aksesoris antik dengan jasa pendukungnya adalah berupa

rumah penginapan dan kerajinan pembuatan letter.

3. Kecamatan Pasar Kliwon, sektor unggulannya berupa kerajinan dan batik kayu, pakaian (sandal

dan sepatu), makanan dan minuman dengan jasa pendukung berupa travel biro, kesenian

tradisional dan jasa sablon.

4. Kecamatan Jebres, sektor unggulannya berupa meubel, batik tekstil dan garmen, produk hiasan

berupa mosaik bulu ayam. Dan jasa pendukung berupa hotel, jasa kursus, internet dan gedung

(3)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-3

5. Kecamatan Banjarsari, sektor unggulannya berupa minuman tradisional (jamu, meubel, sangkar

burung, batik tekstil serta makanan dan minuman. Dan jasa pendukungnya adalah berupa travel

biro dan penginapan/hotel.

2.2.1. Potensi Perdagangan dan Jasa

Di Sektor perdagangan, hotel dan restoran Kota Surakarta sudah lama dikenal sebagai kota perdagangan. Letak geografisnya sebagai kota transit yang dilalui lalu lintas Jakarta-Surabaya sangat berpengaruh dalam perkembangan perdagangan. Produk yang diperdagangkan erat kaitannya dengan sektor industri dan pertanian. Perdagangan yang berorientasi ekspor dilakukan oleh perusahaan dengan skala produksi yang besar. Produk yang diperdagangkan antara lain produk tekstil dan hasil kerajinan. Sedangkan perkembangan sub sektor hotel dan restoran merupakan faktor pendukung bagi perkembangan sektor perdagangan dan wisata. Banyak orang yang datang ke kota Surakarta dengan maksud keperluan bisnis ataupun hanya sekedar berlibur, sehingga fungsi hotel dan restauran sangat mendukung dan diharapkan para pengunjung.

2.2.2. Potensi Industri

Sektor industri diharapkan dapat memberikan kontribusi besar bagi pendapatan daerah kota Surakarta yang memegang peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian, dikarenakan sifat industri itu sendiri bertujuan menciptakan nilai tambah hasil produksi sektor lain sehingga memiliki nilai ahkir yang lebih tinggi. Perkembangan sektor industri di Kota Surakarta, dimasa yang akan datang dititikberatkan pada industri rumah tangga dan industri kreatif. Sampai dengan tahun 2001 jumlah industri kecil di Surakarta mencapai 3.821 industri, sedang industri besar dan menengah ada 56 industri dengan tenaga kerja yang terserap berjumlah 38.765 orang. Dari beberapa jenis industri yang ada di kota Surakarta terdapat produk unggulan yaitu; usaha konveksi, yang terdiri dari usaha pembatikan dan pakaian jadi.

2.2.3. Potensi Wisata

Potensi lain yang dimiliki oleh Kota Surakarta adalah potensi wisata, potensi wisata yang ada di

Kota Surakarta berupa wisata budaya yang lebih mendominasi karena wilayah Kota Surakarta masih

terdapat sebuah kerajaan dan terdapat beberapa peninggalan sejarah. Wisata budaya itu sendiri

merupakan salah satu jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan kebudayaan sebagai objeknya. Dan

berikut merupakan gambaran mengenai potensi wisata yang ada di wilayah Kota Surakarta.

1. Taman Balekambang

Taman Balekambang adalah taman yang dibangun oleh KGPAA Mangkunegara VII untuk

Partinah. Oleh karena itu, dua patung dari putri ini juga diletakkan di dalam taman. Selain itu,

(4)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-4

yang merupakan semacam hutan kota, dan

Partini Tuin, yang merupakan kolam air. Taman

ini terletak di Jl. Ahmad Yani, Surakarta dengan

area seluas 9,8 Ha.

Dalam sejarahnya Taman Balekambang pada

awalnya bernama Partini Tuin dan Partinah

Bosch yang dibangun oleh KGPAA

Mangkunegara VII pada tanggal 26 Oktober

1921. Karena rasa sayang pada kedua putrinya, GRAy Partini Husein Djayaningrat dan GRAy

Partinah Sukanta, maka dibuatlah sebuah taman dengan mengabadikan nama keduanya. Taman

Balekambang memadukan konsep Eropa dan Jawa.

Taman ini terdiri atas dua area. Area yang pertama dinamakan Partini Tuin atau Taman Air

Partini. Area yang kedua bernama Partinah Bosch artinya Hutan Partinah yang ditanami

tumbuhan langka seperti kenari, beringin putih, beringin sungsang, dan apel coklat. Fungsi dari

taman kota ini adalah sebagai resapan dan paru-paru kota.

2. Taman Sriwedari

Taman Sriwedari adalah sebuah

kompleks taman di Kecamatan

Laweyan, Kota Surakarta. Sejak

era Pakubuwana X, Taman Sriwedari

menjadi tempat diselenggarakannya

tradisi hiburan Malam Selikuran. Sriwedari

juga pernah menjadi lokasi penyelenggaraan PON I pada tahun 1948. Saat ini kepemilikan

Taman Sriwedari menjadi sengketa antara Pemerintah Kota Surakarta dengan ahli waris

keluarga KRMH Wirjodiningrat.

3. Taman Vastenburg

Benteng Vastenburg adalah benteng peninggalan Belanda yang terletak di kawasan

Gladak, Surakarta. Benteng ini dibangun tahun 1745 atas perintah Gubernur Jenderal Baron Van

Imhoff. Sebagai bagian dari pengawasan Belanda terhadap penguasa Surakarta, khususnya

terhadap keraton Surakarta, benteng ini dibangun sekaligus sebagai pusat garnisun. Di

seberangnya terletak kediaman gubernur Belanda (sekarang kantor Balaikota Surakarta) di

(5)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-5

Bentuk tembok benteng berupa bujur sangkar yang ujung-ujungnya terdapat penonjolan ruang

yang disebut seleka (bastion). Di sekeliling tembok benteng terdapat parit yang berfungsi sebagai

perlindungan dengan jembatan di pintu depan dan belakang.

4. Monumen Pers Nasional

Monumen Pers Nasional adalah

monumen dan museum khusus pers

nasional Indonesia yang terletak

di Surakarta, Jawa Tengah. Museum

ini didirikan pada tahun 1978, lebih

dari 20 tahun setelah diusulkan dan

dioperasikan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia. Kompleks monumen

terdiri atas gedung societeit lama, yang dibangun pada tahun 1918 dan digunakan untuk

pertemuan pertama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) serta beberapa gedung yang

ditambahkan pada tahun 1970an. Monumen ini terdaftar sebagai Cagar Budaya Indonesia.

5. Keraton Kasunan Surakarta

Keraton Kasunan Surakarta terletak di pusat kota

Solo, Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar

Kliwon, Kota Surakarta. Pembangunan keraton

dilakukan dari tahun 1743 hingga 1745. Konstruksi

bangunan keraton menggunakan bahan kayu jati

yang diperoleh dari Alas Kethu di dekat kota

Wonogiri.

Arsitek keraton ini adalah Pangeran Mangkubumi,

kerabat Susuhunan (raja Solo) yang kelak memberontak dan berhasil mendirikan kesultanan

Yogyakarta dengan gelar Sultan Hamengku Buwana I. Jadi tidak mengherankan jika bangunan

(6)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-6

diberi nama Keraton Surakarta Hadiningrat tersebut resmi digunakan oleh raja pada tanggal 17

Februari 1745.

2.3. DEMOGRAFI DAN URBANISASI

2.3.1. Kependudukan dan KK

Kondisi kependudukan pada suatu wilayah perlu dibahas dalam kegiatan pengkajian suatu

wilayah. Substansi kependudukan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan perencanaan meliputi

jumlah penduduk dan kepala keluarga (KK), jumlah penduduk miskin dan persebarannya, proyeksi

pertumbuhan penduduk, serta jumlah penduduk perkotaan dan proyeksi urbanisasi.

Jumlah penduduk Kota Surakarta akhir tahun 2015 sebanyak 512.226 jiwa dengan komposisi

jumlah penduduk laki-laki dan penduduk perempuan hampir seimbang yaitu 48,63% dan 51,37%. Jumlah

penduduk terbanyak berada di Kecamatan Banjarsari yaitu sebesar 31,50%, sedangkan Kecamatan

Serengan adalah kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil yaitu sebesar 9,68%. Jumlah penduduk

tersebut terbagi dalam 145.142 KK, jumlah tersebut meningkat 0,56% jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang hanya berjumlah 143.690 KK maka dalam 3

tahun kenaikkan jumlah Rumah Tangga di Kota Surakarta mencapai 1,01 %, ini berarti rata-rata

pertahunnya 0,53%. Sedangkan untuk pertumbuhan penduduk di Kota Surakarta pada tahun 2015

mengalami pertumbuhan sebesar 0,42%. Dan untuk kepadatan penduduk di Kota Surakarta pada tahun

2015 mencapai 11.631 jiwa/km2, dimana Kecamatan Pasar Kliwon merupakan wilayah kecamatan di

Kota Surakarta yang memiliki kepadatan tertinggi yaitu sebesar 15.806 jiwa/km2 sedangkan wilayah

dengan kepadatan terendah di Kota Surakarta ada pada wilayah Kecamatan Jebres dengan kepadatan

penduduk sebesar 10.896 jiwa/km2. Dan berikut merupakan data demografi pada Kota Surakarta di tahun

2015.

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kota Surakarta tahun 2015

(7)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-7 2.3.2. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Dalam bahasan kependudukan erat kaitannya dengan laju pertumbuhan penduduk, laju

pertumbuhan penduduk itu sendiri merupakan perubahan jumlah penduduk pada suatu wilayah pada

kurun waktu tertentu. Dan berikut merupakan data laju pertumbuhan penduduk di Kota Surakarta tahun

2010, 2014 dan 2015, berdasarkan data Surakarta Dalam Angka.

Tabel 2.3. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk per Kecamatan di Kota

Surakarta Tahun 2015

No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan

Penduduk per Tahun (%)

Berdasarkan data laju pertumbuhan penduduk di Kota Surakarta pada tahun 2010-2015 dalam

kurun waktu 5 tahun sebesar 0,476% sedangkan pada tahun 2014-2015 dalam kurun waktu 1 tahun laju

pertumbuhan sebesar 0,416%. Dan berikut merupakan proyeksi penduduk untuk wilayah Kota Surakarta

dalam kurun waktu 5 tahun kedepan.

Tabel 2.4. Proyeksi Penduduk Kota Surakarta 2016-2020

No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa)

2.4. ISU STRATEGIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN BERDASARKAN RPJMD DAN

RTRW KOTA SURAKARTA

2.4.1. Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

Perkembangan pembangunan yang ada di suatu daerah dapat terlihat dari pertumbuhan

(8)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-8

perekonomian suatu daerah pada periode waktu tertentu terhadap periode waktu sebelumnya.

Perubahan kondisi yang terjadi dalam skala nasional sangat berpengaruh terhadap perkembangan

ekonomi di daerah. Salah satu indikator ekonomi makro adalah PDRB. Perkembangan PDRB Kota

Surakarta selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Perkembangan PDRB Kota Surakarta Tahun 2012 – 2015

Tahun PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga Konstan Jutaan Rupiah Pertumbuhan (%) Jutaan

Rupiah

Pertumbuhan (%)

2012 26.425.273,02 10,5 24.123.781,59 5,58

2013 29.081.312,47 10,1 25.631.681,32 6,25

2014 32.059.446,90 10,2 26.984.358,61 5,28

2015 34.982.374,09 9,1 28.453.493,87 5,44

Sumber: Kota Surakarta Dalam Angka tahun 2016

Nilai PDRB per Kapita Kota Surkarta pada tahun 2015 berdasarkan harga berlaku sebesar

34.982.374,09 (dalam juta rupiah). Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, PDRB ADHB per

Kapita tersebut bertambah kurang lebih sebesar 2.922.927,19 (dalam juta rupiah). Hal tersebut

merupakan peningkatan yang cukup signifikan yang dapat mengindikasikan peningkatan ekonomi dan

aktivitas perekonomian di Kota Surkarta. Sementara itu, nilai PDRB ADHK 2010 per kapita Kota

Surakarta tahun 2015 sebesar 28.453.493,87 (dalam juta rupiah) dengan tingkat pertumbuhan sebesar

5,44% dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada tahun 2015, sektor lapangan usaha yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB

Kota Surakarta adalah sektor konstruksi dengan nilai mencapai 9.410.744,97 juta rupiah atau kurang

lebih mencapai 26,9 % dari total keseluruhan PDRB ADHB, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan

besar dan eceran, reparasi dan perawatan, mobil dan sepeda motor 22,56 %. Sedangkan untuk sektor

dengan nilai kontribusi terkecil berada pada sektor pertambangan dan penggalian yang bernilai 770,26

juta rupiah atau hanya sekitar 0,002 % kontribusinya terhadap PDRB ADHB Kota Surakarta.

Tabel 2.6. PDRB ADHB Menurut Lapangan Usaha Kota Surakarta Tahun 2015

(9)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-9

9 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

2.015.814,83 5,76

10 J Informasi dan Komunikasi 3.715.658,93 10,62

11 K Jasa Keuangan dan

Asuransi

1.326.074,81 3,79

12 L Real Estate 1.436.443,80 4,11

13 M N Jasa Perusahaan 272.952,59 0,78

15 O Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan

Sumber: Diolah dari Kota Surakarta Dalam Angka tahun 2016

Selain memahami perkembangan PDRB dan Struktur Perekonomian Kota Surakarta, hal lain

yang perlu diperhatikan dari sisi sosial ekonomi adalah indeks harga implisit. Indeks harga implisit

merupakan suatu indeks yang menunjukkan tingkat perkembangan harga di tingkat produsen. Indeks ini

bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan harga barang dan jasa secara keseluruhan atau yang

lebih dikenal dengan tingkat inflasi. Perkembangan tingkat inflasi Kota Surakarta dalam kurun waktu lima

tahun terakhir terlihat terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan terbesar terjadi diantara tahun

(10)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-10 Gambar 2.2. Perkembangan IHI Kota Surakarta Tahun 2012 – 2015

Sumber: Diolah dari Kota Surakarta Dalam Angka tahun 2016

Angka inflasi di Kota Surakarta selama lima tahun terakhir (2010-2014) fluktuatif dengan tren

meningkat. Pada tahun 2010 inflasi di Kota Surakarta 6,65%, meningkat cukup drastis menjadi 8,01%

pada tahun 2014. Angka tersebut disumbang oleh kelompok bahan makanan sebesar 12,49%; kelompok

makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 3,62%; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan

bakar 8,91%; kelompok sandang 2,74%; kelompok kesehatan 4,93%; kelompok pendidikan, rekreasi, dan

olahraga 4,53%; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan memberikan sumbangan inflasi

12,17%. Perkembangan tingkat inflasi Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 2.7:

Tabel 2.7. Perkembangan Tingkat Inflasi Kota Surakarta Tahun 2011 - 2015

No. Tahun Tingkat Inflasi (%)

1 2011 1,93

2 2012 2,87

3 2013 8,32

4 2014 8,01

5 2015 2,56

Sumber: BPS Kota Surakarta, 2016

Kota Surakarta merupakan kota dengan urutan inflasi nomor 5 di Provinsi Jawa Tengah pada

Desember 2014. Angka inflasi pada tahun 2015 Kota Surakarta lebih rendah dari pada inflasi Provinsi

Jawa Tengah sebesar 2,73%. Pengendalian laju inflasi yang dilakukan oleh TPID mempunyai peran

(11)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-11 2.4.2. Pendapatan Per Kapita dan Proporsi Penduduk Miskin

Isu strategis sosial ekonomi lainnya yang perlu diperhatikan adalah isu yang terkait dengan

kesejahteraan masyarakat. Meskipun nilai pendapatan per kapita Kota Surakarta pada tahun 2015 (Rp.

55,61 juta/tahun) mengalami peningkatan dari tahun 2014 (Rp. 52,96 juta/tahun) sebesar (Rp. 2,65

juta/tahun), tingkat kesejahteraan masyarakat dan jumlah penduduk miskin di Kota Surakarta masih

tergolong tinggi. Menurut RPJMD Kota Surakarta tahun 2016-2021 terdapat beberapa isu strategis terkait

dengan kesejahteraan masyarakat diantaranya adalah:  Masih tingginya tingkat kemiskinan

Meskipun jumlah terus menurun setiap tahunnya, tingkat kemiskinan di Kota Surakarta masih

tergolong tinggi. Jumlah Penduduk miskin terbanyak di Kota Surakarta menurut PBDT berada di

Kecamatan Banjarsari dengan jumlah penduduk miskin sebesar 45.604 jiwa. Untuk lebih

jelasnya, proporsi jumlah penduduk miskin di Kota Surakarta dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Komposisi Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan (Jiwa)di Kota Surakarta

Tahun 2015

Sumber : PBDT, 2015

 Kesenjangan pendapatan penduduk miskin terhadap garis kemiskinan  Kesenjangan pendapatan di antara penduduk miskin

2.4.3. Kondisi Lingkungan Strategis

Kondisi lingkungan Kota Surakarta digambarkan melalui kondisi fisik lingkungan strategis seperti

geologi, topografi dan klimatologi serta risiko bencana alam.

45.604

36.405 19.193

25.595

12.678

(12)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-12 A. Geologi dan Jenis Tanah

Berdasarkan Peta Geologi dari Geohidrologi Map Surakarta terlihat bahwa batuan di Kota

Surakarta terdiri dari :

1. Aluvium (AL).

Satuan batuan ini terdapat di Kota Surakarta bagian tengah hingga ke selatan yaitu di sebelah

timur Jalan Jenderal Ahmad Yani, ke utara hingga Kali Pepe, ke timur hingga Stasiun Balapan

dan sebagian sampai Bengawan Solo. Batuan aluvium berada pada posisi 477144 – 484568

mU dan 9160481 – 9165815 mU. Luas satuan batuan ini adalah 2.033,63 ha. Ketebalannya

berkisar beberapa centimeter hingga beberapa meter. Terdiri dari lempung, lumpur, lanau,

pasir, kerikil, kerakal dan berangkal.

2. Formasi Notopuro (NP)

Formasi Notopuro terdapat di bagian timur laut Kota Surakarta yaitu di sebelah utara Stasiun

Jebres, ke barat hingga Stasiun Balapan, ke utara hingga Kantor Lurah Mojosongo dan ke timur

hingga Bengawan Solo. Formasi batuan ini berada pada posisi 478718 – 485318 mT dan

9163239 – 9167290 mU. Luas satuan batuan ini adalah 1574 ha. Batuan ini terdiri dari

konglomerat, batupasir, lanau dan lempung. Kedudukannya menindih tidak selaras dengan

batuan yang lebih tua dan terindih tak selaras dengan aluvium. Satuan ini merupakan endapan undak sungai. Pada Formasi Notopuro ditemukan struktur silang-siur, “toreh dan isi” dan perlapisan bersusun. Secara setempat ditemukan fosil Bibos sp. dan Cervus Sp yang diduga

berumur plistosen.

3. Formasi Kabuh (KB)

Formasi Kabuh terdapat di bagian utara Kota Surakarta, tepatnya di utara Kantor Lurah Mojosongo hingga Kali Kebo. Formasi batuan ini berada pada posisi 481136 – 484385 mT dan 9166244 – 9167790 mU. Luas Satuan batuan ini adalah 240,43 ha. Batuan ini umumnya terdiri dari breksi vulkanik, tuff sandstone dan konglomerat.

4. Batuan Vulkanik Muda (YV)

Satuan batuan ini terdapat di bagian barat dan utara Kota Surakarta. Di bagian barat Kota

Surakarta tepatnya di sebelah barat Jalan Jenderal Ahmad Yani, sedangkan di bagian utara

(13)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-13

umumnya terdiri dari lava andesit, breksi, lahar, tufa hingga basalt. Fosil tidak ditemukan.

Aktivitas diduga dimulai sejak plistosen akhir.

Gambar 2.4. Ilustrasi Profil Penampang Geologi Bawah Permukaan Kota Surakarta

Sementara itu persebaran tanah di Kota Surakarta ditunjukkan oleh Peta Tanah Tinjau skala 1 :

250.000 yang disusun oleh Supraptoharjo dkk (1966) dalam Baiquni (1988 : 32). Berdasarkan Peta

Tanah Tinjau tersebut, macam tanah di wilayah ini meliputi:

1. Assosiasi Grumusol Kelabu Tua dan Mediteran Coklat Kemerahan

Tanah ini merupakan kombinasi campuran antara tanah grumusol kelabu tua dan mediteran

coklat kemerahan. Bahan induknya adalah tuf vulkan alkali basis dengan fisiografi vulkan. Di

Kota Surakarta jenis tanah ini berada di bagian utara kota, yaitu pada posisi 477907 – 484882 mT dan 9160810 – 9168388 mU. Luas tanah ini di Kota Surakarta adalah 2.085,74 ha.

2. Mediteran Coklat Tua

Tanah ini berada di bagian timur laut Kota Surakarta yaitu pada posisi 481512 – 485500 mT

dan 9164415 – 9167416 mU. Luas tanah ini di Kota Surakarta adalah 688,34 ha. Bahan

induknya adalah tuf vulkan intermediair dan berada pada fisiografi vulkan dan bukit lipatan.

3. Aluvial Coklat Kekelabuan

Tanah ini berada di tepi Bengawan Solo, yaitu pada posisi 479806 – 481866 mT dan 9160442 –

9162399 mU. Luas tanah ini di Kota Surakarta adalah 138,36 ha. Bahan induknya adalah

endapan liat yang menempati fisiografi dataran. Tanah ini termasuk jenis tanah aluvial yang

salah satu sifatnya tergantung dari asal tanah itu diendapkan sehingga kesuburannya

(14)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-14 4. Regosol Kelabu

Tanah ini berada di bagian barat dan selatan Kota Surakarta, yaitu pada posisi 474435 –

481174 mU dan 9160751 – 9166784 mU. Luas tanah ini di Kota Surakarta adalah 138,36 ha.

Bahan induknya tanah ini adalah abu/pasir vulkanintermidi air yang menempati fisiografi vulkan.

B. Topografi

Uraian karakteristik topografi Kota Surakarta dapat dikemukakan sebagai berikut.

 Kota Surakarta terletak pada ketinggian antara 80 – 120 meter di atas permukaan laut (mdpl), dengan kemiringan lahan angtara 0 % sampai 15 %.

 Kota Surakarta terletak di antara 2 gunung berapi yaitu Gunung Lawu (Kabupaten Karanganyar) di sebelah timur dan Gunung Merapi serta Merbabu sebelah barat. Dengan

posisi demikian maka Kota Surakarta termasuk sebagai wilayah cekungan air.

 Kemiringan Lahan pada tiap kecamatan di Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 2.8. Tabel 2.8. Kemiringan Lahan Tiap Kecamatan Di Kota Surakarta

Kecamatan Tinggi Tempat (meter) di Atas Permukaan Laut

Kemiringan Tanah

Laweyan 90-100 0-2%

Serengan 80-100 0-2%

Pasar Kliwon 80-95 0-2%

Jebres 90-120 2-15%

Banjarsari 85-100 0-2%

Kota Surakarta 80-120 0-15%

(15)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-15

(16)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-16

(17)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-17 C. Penggunaan Lahan

Pemanfaatan lahan atau penggunaan lahan di wilayah Kota Surakarta sebagian besar

untuk pemukiman, luasnya mencapai kurang lebih 65% dari total luas lahan, sedangkan

sisanya dimanfaatkan untuk kegiatan perekonomian dan fasilitas umum. Pemanfaatan

ruang di Kota Surakarta sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011-2031 terbagi atas

pengembangan kawasan lindung dan pengembangan kawasan budidaya. Kawasan

lindung terdiri atas kawasan perlindungan setempat; Ruang Terbuka Hijau (RTH);

kawasan cagar budaya; dan kawasan rawan bencana alam. Sedangkan kawasan yang

termasuk dalam kawasan budidaya, yaitu kawasan peruntukan industri; kawasan

peruntukan pariwisata; peruntukan permukiman; kawasan peruntukan perdagangan dan

jasa; kawasan peruntukan perkantoran; kawasan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH);

kawasan peruntukan kegiatan sektor informal; dan kawasan peruntukan lain (pertanian;

perikanan; pelayanan umum yang meliputi pendidikan, kesehatan dan peribadatan; dan

pertahanan dan keamanan).

Untuk lebih jelasnya, komposisi penggunaan lahan yang ada di Kota Surakarta dapat

dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Komposisi Penggunaan Lahan Kota Surakarta Tahun 2014

(18)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-18

(19)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-19 D. Klimatologi

Gambaran kondisi iklim di Kota Surakarta dapat dideskripsikan sebagaimana penjelasan

berikut:

 Kota Surakarta memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata 26,55°C sampai 29,10°C pada tahun 2015 ;

 Kelembaban udara berkisar antara 65-88% ;

 Penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan Agustus atau September dengan radiasi matahari antara 80 – 84%, sementara penyinaran terendah terjadi pada bulan Desember atau Januari dengan radiasi matahari sekitar 48 – 50%.

 Tekanan udara antara 1.007-1011 atmosfir, rata-rata sebesar 1.010 atmosfir;

 Pada tahun 2015, hari hujan terbanyak terjadi pada bulan April dengan jumlah hari hujan sebanyak 25 hari, sedangkan rata-rata curah hujan saat hari hujan terbesar

jatuh pada bulan Januari dengan intensitas curah hujan sebesar 22 mm/hari hujan.  Banyaknya hari hujan mencapai 163 hari.

 Penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan Agustus atau September dengan radiasi matahari 84%, sementara penyinaran terendah terjadi pada bulan Desember

atau Januari

 Kecepatan angin tertinggi 8 knot terjadi pada bulan September dan bulan Oktober.  Tekanan udara tertinggi 1011,3 atmosfir pada bulan September, rata-rata sebesar

1.008,8 atmosfi.

2.4.4. Resiko Bencana Alam

Berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia yang diterbitkan Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2011 menyebutkan bahwa Kota Surakarta

rawan terhadap berbagai bencana. Dalam indeks tersebut Kota Surakarta berada pada

ranking 207 nasional dengan tingkat kerawanan tinggi. Bencana yang rawan terjadi di

Kota Surakarta adalah bencana banjir dengan tingkat kerawanan tinggi, bencana

kebakaran permukiman dengan tingkat kerawanan tinggi dan ranking 26 nasional,

bencana angin topan dengan tingkat kerawanan tinggi dan ranking ke 68 nasional,

bencana banjir dan tanah longsor dengan tingkat kerawanan tinggi dan ranking ke 96

nasional, dan bencana kecelakaan transportasi dengan tingkat kerawanan tinggi dan

(20)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-20  Bencana Banjir

Berdasarkan kajian yang pernah dilakukan terhadap tingkat kerawanan banjir Kota

Surakarta, terdapat beberapa klasifikasi daerah rawan banjir yaitu:

 Kerawanan rendah terdapat pada Kelurahan Jebres, Kelurahan Kadipiro, Kelurahan Nusukan, Kelurahan Kerten, Kelurahan Gilingan, Kelurahan Pajang,

Kelurahan Laweyan, Kelurahan Bumi.

 Kerawanan sedang yaitu pada Kelurahan Pucangsawit, Kelurahan Jagalan,

Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Serengan, Kelurahan

Danukusuman, Kelurahan Kedung Lumbu, Kelurahan Serengan, Kelurahan

Sudiroprajan, Kelurahan Banyuanyar, Kelurahan Sumber, Kelurahan Jebres,

Kelurahan Kadipiro.

 Kerawanan tinggi yaitu Kelurahan Jebres, Kelurahan Pucangsawit, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Joyosuran, Kelurahan Pasar Kliwondan Kelurahan Joyotakan  Kerawanan sangat tinggi yaitu Kelurahan Sewu, Kelurahan Sangkrah, Kelurahan

(21)
(22)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-22 2.4.5. Isu Strategis Pembangunan Infrastruktur

Isu strategis pembanguan infrastruktur memberikan gambaran atas permasalahan dan

potensi yang menjadi isu strategis dalam pengembangan dan pembangunan infrastruktur bidang

keciptakaryaan.

A. Pembangunan Permukiman

Menurut UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,

permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih

dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta

mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan

perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan

terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas

permukiman kumuh. Dalam pelaksanaannya, baik pemerintah maupun pemerintah

daerah memiliki tugas dan wewenangnya masing-masing. Salah satu tugas dan

wewenang pemerintah daerah dalam pengembangan permukiman adalah menyusun dan

merencanakan pembangunan serta pengembangan perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat kota. Penyusunan rencana pengembangan tersebut tidak

terlepas dari proses identifikasi potensi masalah serta isu-isu strategis yang menjadi

perhatian utama dari sektor permukiman di daerahnya.

Isu strategis dalam pengembangan kawasan permukiman skala kota di Kota Surakarta

dijelaskan pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota Surakarta

No. Isu Strategis Keterangan 1 Keterbatasan

lahan untuk pengembangan permukiman

 Tingginya tingkat pemanfaatan lahan di Kota Surakarta membuat terbatasnya pengembangan lahan permukiman untuk menampung jumlah penduduk yang terus meningkat.

(23)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-23 No. Isu Strategis Keterangan

penyediaannya, pembangunannya harus secara vertikal (RP3KP Kota Surakarta, 2013). tinggal pada rumah tidak layak huni.

 Kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi, dengan keterbatasan sarana prasarana pendukung, terutama pemenuhan kebutuhan sanitasi dan air bersih

 Adanya program dan kebijakan peningkatan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dari Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah, Kantor Menpera maupun dari UN Habitat, menjadikan salah satu potensi dalam menanggulangi permasalahan permukiman kota

 Rencana pembangunan Kota Surakarta bebas kumuh, merupakan salah satu prioritas pembangunan permukiman

 Kawasan Kampung Etnik Arab (Pasar Kliwon)  Kampung Semanggi

4 Terdapat hunian yang tidak sesuai dengan

peruntukkannya

 Tumbuhnya kawasan permukiman ilegal (squatter) yang cenderung kumuh, terutama di kawasan bantaran sungai, rel KA maupun pada tanah milik negara

B. Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan

sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk

mewujudkan lingkungan binaan di perkotaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung

dan lingkungannya. Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang

baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:  Kegiatan penataan lingkungan permukiman

(24)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-24  Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

 Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman

kumuh dan nelayan;

 Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.

 Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

 Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;

 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;  Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;  Pelatihan teknis

 Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

 Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;  Paket dan Replikasi.

Sementara itu, hal-hal yang menjadi isu strategis dalam penataan bangunan dan

lingkungan di Kota Surakarta diantaranya adalah sebagai berikut:

 Kepadatan penduduk dan bangunan yang ada di Kota Surakarta termasuk dalam

kategori sangat padat, bahkan dibeberapa bagian Kota Surakarta menjadi kurang

tertata dengan baik, sehingga terkesan menjadi kawasan kumuh terutama yang

berdekatan dengan pasar tradisional dan bantaran sungai serta rel kereta api  Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan

bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal  Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan

Minimal

 Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan

C. Isu Strategis Sistem Penyediaan Air Minum

Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan

konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi

(25)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-25 SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/badan usaha milik daerah (BUMD),

koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan

penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan

SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa

pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi

dalam penyelenggaraan SPAM. Berikut ini adalah isu-isu strategis yang ada di Kota

Surakarta dalam bidang pengembangan SPAM:  Peningkatan Akses Aman Air Minum  Pengembangan Pendanaan

 Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

 Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan  Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum

 Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat

 Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi

D. Isu Strategis Penyehatan Lingkungan Permukiman

Air Limbah

Isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman adalah:

 Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman

 Masih kurangnya peran serta masyarakat dalam mendukung pengelolaan air limbah di wilayahnya

 Kurang optimalnya kapasitas kelembagaan pengelolaan air limbah karena terbatasnya kapasitas jumlah SDM. Hal ini dikarenakan pengelolaan air limbah

masih ditangani oleh PDAM yang notabene juga memiliki peran penting dalam

memberikan pelayanan penyediaan air bersih.

 Terbatasnya anggaran pemerintah dalam meningkatkan pengembangan infrastruktur yang mampu meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat terkait

pengelolaan air limbahnya.

Persampahan

Isu-isu strategis dalam pengelolaan persampahan di Kota Surakarta diantaranya

(26)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-26  Pertambahan penduduk Kota Surakarta yang semakin hari semakin bertambah

membuat timbulan sampah yang dihasilkan juga semakin bertambah.

 Keterbatasan lahan yang dapat dijadikan sebagai lahan untuk Tempat Pembuangan

Akhir Sampah, sehingga membuat timbulan sampah yang ada di TPA menjadi

sangat banyak.

 Perilaku masyarakat Kota Surakarta yang kurang peduli terhadap kesehatan lingkungan, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya masyarakat yang membuang

sampah di sungai dan saluran air lainnya, sehingga berdampak terhadap kondisi

ekosistem sungai dan menyebabkan penyumbatan sungai.

 Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas dan

kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.

 Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas

penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan

retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban

APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya

kualitas penanganan sampah

 Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan

sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta

berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat

pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.

Drainase

Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di Kota Surakarta

antara lain:

 Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase. Saluran drainase yang ada masih menjadi satu dengan saluran pembuangan limbah cair yang berasal dari rumah

tangga, sehingga saluran drainase yang ada menjadi sangat kotor.

 Saluran drainase di Kota Surakarta merupakan sistem drainase yang sudah ada sejak jaman Belanda atau sebelum kemerdekaan, yang mamanfaatkan beberapa

sungai alam yang ada yaitu Bengawan Solo (sebagai aliran akhir), Kali Anyar, Kali

(27)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-27 Solo. Sehingga kondisi sekarang banyak terjadi endapan sedimen di saluran

drainase yang ada.

 Banyaknya bangunan yang berada di sepanjang sisi saluran drainase, sehingga membuat saluran drainase yang ada menjadi sempit. Kurangnya kesadaran dan

pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan saluran drainase terlihat dari masih

banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran drainase,

kurang peduli dalam perawatan saluran, maupun penutupan saluran drainase dan

pengalihan fungsi saluran drainase sebagai bangunan.  Belum optimalnya upaya pengendalian debit puncak.

 Perawatan saluran drainase baik dari pemerintah maupun dari masyarakat saat ini

sangatlah kurang, sehingga banyak saluran drainase yang menjadi sempit dan

dangkal. Hal ini berpotensi menjadi penyebab banjir atau luapan air ketika terjadi

hujan dengan debit yang tinggi.

Gambar

Gambar 2.1. Peta Kedudukan Kota Surakarta di Wilayah Jawa Tengah
Tabel 2.4. Proyeksi Penduduk Kota Surakarta 2016-2020
Tabel 2.6. PDRB ADHB Menurut Lapangan Usaha Kota Surakarta Tahun 2015
Tabel 2.7. Perkembangan Tingkat Inflasi Kota Surakarta Tahun 2011 - 2015
+4

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa sifat penting lain dari Asam Humat dan Asam Fulvat yang berhubungan dengan perannya dalam memperbaiki kondisi tanah dan pertumbuhan tanaman adalah

dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Total Assets Turn Over (TATO) dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap

Untuk itu, melalui game sebagai media hiburan yang dirancang dengan konten yang dapat memberikan penyadaran pentingnya komunikasi orang tua dan anak, diharapkan

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, salawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW serta

Rumusan masalah penelitian ini adalah metode yang digunakan dalam menganalisis akuntansi forensik dan audit investigatif diterapkan dalam pelaksanaan prosedur audit dan

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai Kepemimpinan Transformasional lebih kecil nilainya dari nilai ttabel artinya variabel Kepemimpinan Transformasional

Berdasarkan pengamatan dan analisa yang dilakukan, hasil belajar dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

Karya Kita Bandung, diperoleh informasi bahwa motivasi kerja karyawan pada saat ini cenderung menurun hal ini disebabkan oleh kurangnya penghargaan diri dan pengakuan akan