• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Dwi BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Dwi BAB I"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin bertambahnya angka pertumbuhan penduduk dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi, tuntutan kebutuhan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan akan meningkat baik dalam aspek mutu

maupun keterjangkauan serta cakupan pelayanan. Hal ini disebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan serta meningkatnya

kompleksitas masalah kesehatan masyarakat. Dalam menghadapi tuntutan kebutuhan masyarakat ini, khususnya dalam bidang keperawatan harus melakukan perubahan dalam berbagai aspek termasuk pendidikan

keperawatan (Kusnanto, 2003). Gartiah (2008) menambahkan bahwa dalam menghadapi tuntutan kebutuhan masyarakat salah satu langkah konkrit yang

harus dilakukan adalah pengelolaan sistem pendidikan keperawatan.

Pendidikan keperawatan merupakan unsur pertama yang harus dilakukan penataan karena melalui pendidikan perkembangan profesi keperawatan akan terarah dan berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu dan

teknologi sehingga dapat menghasilkan tenaga keperawatan yang berkualitas (Murwani, 2008). Menurut Nurhidayah (2009) bahwa untuk menghasilkan

seorang perawat profesional harus melewati dua tahap pendidikan yaitu tahap

(2)

Berdasarkan Undang-Undang Keperawatan Tahun 2014 Pasal 53

menyebutkan bahwa pengembangan Praktik Keperawatan dilakukan melalui pendidikan formal dan pendidikan nonformal atau pendidikan berkelanjutan. Pengembangan praktik keperawatan bertujuan untuk mempertahankan atau

meningkatkan keprofesionalan Perawat. Pendidikan nonformal atau pendidikan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempuh

setelah menyelesaikan pendidikan Keperawatan. Dalam hal meningkatkan keprofesionalan Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan dalam memenuhi kebutuhan pelayanan, pemilik atau pengelola fasilitas pelayanan

kesehatan harus memfasilitasi Perawat untuk mengikuti pendidikan berkelanjutan.

Program pendidikan profesi Ners menghasilkan perawat ilmuwan

(Sarjana Keperawatan) dan “Profesional”(Ners = “First Profesional Degree”) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan profesional, serta akuntabel untuk melaksanakan asuhan keperawatan atau praktik keperawatan dasar

secara mandiri. Program Pendidikan Ners memiliki landasan keilmuan yang kokoh, dan landasan keprofesian yang mantap sesuai dengan sifatnya sebagi

pendidikan profesi (Rakmawati dan Widodo, 2012).

Melanjutkan pendidikan profesi ners dapat menambah pengetahuan, ketrampilan serta wawasan lebih bagi para mahasiswa, sehingga nantinya

(3)

motivasi yang tinggi. Hal ini karena motivasi dalam diri seseorang dapat

mendorong untuk melakukan sesuatu.

Motivasi yang dimiliki seorang mahasiswa keperawatan memegang peranan penting dalam pencapaian prestasi mereka. Salah satu bentuk nyata peran motivasi terhadap pencapaian prestasi adalah tercermin pada diri

seorang mahasiswa dalam menempuh pendidikan. Seorang mahasiswa dalam menempuh jenjang pendidikan tentunya memiliki dorongan untuk mencapai

prestasi yang setinggi-tingginya dalam belajar. Motivasi yang ada dalam diri kita akan memunculkan keinginan, menggerakan, dan mengarahkan tingkah laku. Semakin tinggi motivasi seseorang, semakin tinggi intensitas

perilakunya (Poerwodarminto, 2006).

Menurut Nursalam dan Efendi (2008) bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melanjutkan pendidikan keperawatan ada dua

faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi motivasi adalah cita-cita, kemampuan individu, kondisi

individu, harapan, persepsi dan kepuasan sedangkan faktor eksternal seperti dukungan sosial, penghargaan, kondisi ekonomi dan persaingan.

Persepsi dapat dipahami dengan melihatnya sebagai suatu proses seseorang mengorganisasikan serta menginterpretasikan kesan-kesan

sensorinya dalam usahanya memaknai lingkungannya (Siagian, 2004). Syabani (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa persepsi yang

(4)

praktik klinis di Rumah Sakit, maka akan membatasi keinginan mahasiswa

untuk mengembangkan kemampuan klinik mereka. Terlebih lagi jika mahasiswa yang akan melanjutkan pendidikan profesi keperawatan, namun memiliki persepsi yang negatif maka kemungkinan motivasi mahasiswa

tergolong rendah untuk melanjutkan pendidikan profesi.

Pada pelaksanaannya, pendidikan profesi memunculkan berbagai keluhan dari mahasiswa yang sedang menjalaninya. Ada mahasiswa yang

mengeluhkan merasa malas saat berangkat sift karena sebelumnya ada bimbingan di Rumah Sakit, ada yang mengeluhkan merasa tertekan karena tugas pendidikan profesi yang cukup banyak ditambah harus berangkat sift.

Selain itu ada beberapa mahasiswa merasa ragu-ragu untuk melanjutkan pendidikan profesi dan bahkan berpikir tidak akan memilih lingkup pekerjaan

klinis. Hal ini karena mereka berpersepsi bahwa gaji seorang tidak seimbang dengan pekerjaannya.

Persepsi mahasiswa tersebut juga diperkuat oleh dukungan sosial

seperti perawat rumah sakit dan teman-teman mereka yang sudah bekerja di rumah sakit. Rokhimah (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa memberikan dukungan sosial yang bermakna kepada sesorang diharapkan

dapat menumbuhkan semangat serta motivasi seseorang terhadap suatu hal yang diinginkan, sehingga menjadikan seseorang untuk lebih berminat.

(5)

untuk mencapai keinginannya. Apabila orang tua memberikan dukungan

terhadap anaknya maka ia akan memberikan motivasi dan informasi kepada anaknya terhadap pentingnya melanjutkan pendidikan profesi keperawatan.

Wafak (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dukungan yang diberikan oleh keluarga akan memotivasi seorang mahasiswa untuk

melanjutkan pendidikan keperawatan. Sumarto (2006) menambahkan bahwa hubungan orang tua dan anak yang penuh pengertian yang disertai dengan

bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman akan memajukan motivasi belajar dan sikap anak dalam mengambil suatu keputusan, termasuk dalam meneruskan pendidikan ke Profesi Ners. Dukungan sosial yang diberikan dari

keluarga akan memberikan mahasiswa lebih terarah dalam memutuskan untuk melanjutkan pendidikan profesi, secara tidak langsung mahasiswa juga

akan memiliki motivasi untuk melajutkan pendidikan profesi. Hal ini karena keluarga khususnya orang tua merupakan pemberi dukungan material atau yang memberikan biaya untuk perkuliahan mereka.

Suryani (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa agar dapat melanjutkan sekolah pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dibutuhkan adanya sarana dan kelengkapan yang memadai. Masalah ketersediaan dana

untuk melanjutkan pendidikan berkaitan erat dengan kondisi sosial dan kondisi ekonomi orang tua. Kondisi sosial dan kondisi ekonomi orang tua

(6)

keluarga yang kemampuan ekonominya tinggi cenderung lebih mudah untuk

memenuhi kebutuhan pendidikan, orang tua akan berusaha untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Semakin banyak kepemilikan harta yang bernilai ekonomi dimiliki orang tua, maka orang tua

akan memiliki kesempatan yang lebih tinggi untuk menyekolahkan anak sampai jenjang pendidikan tinggi.

Saimah (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa status sosial

ekonomi keluarga memiliki pengaruh terhadap motivasi untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Hurlock (2004) yang menyatakan bahwa status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat dan

motivasi mereka untuk mencakup hal yang semula belum mereka laksanakan, sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung

jawab keluarga, usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat serta motivasi mereka. Apabila kondisi sosial ekonomi keluarga tidak mencukupi, kemungkinan mahasiswa keperawatan yang

sebelumnya memiliki motivasi tinggi ingin melanjutkan pendidikan profesi maka motivasi tersebut akan menurun. Hal ini karena mereka tidak ingin

memberikan beban atau permasalahan bagi keluarga mereka.

Berdasarakan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh penelti di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto diperoleh

(7)

VIII dan diperoleh data bahwa 4 orang yang orangtuanya tidak memiliki

biaya, 3 orang yang berpersepsi bahwa praktek profesi keperawatan sangatlah membosankan, 2 orang yang teman-temannya dan orangtua mereka menyarankan untuk langsung mencari pekerjaan terlebih dahulu.

Dari latar belakang diatas, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Persepsi, Dukungan Sosial dan Status Sosial Ekonomi Dengan Motivasi Mahasiswa Untuk Melanjutkan Profesi Ners Di

Universitas Muhammadiyah Purwokerto”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan persepsi, dukungan sosial dan status sosial ekonomi dengan motivasi mahasiswa untuk melanjutkan profesi ners?”.

C. Tujuan Penelititan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan persepsi, dukungan sosial dan status sosial

ekonomi dengan motivasi mahasiswa untuk melanjutkan profesi ners.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden

b. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

c. Untuk mengetahui dukungan sosial mahasiswa di Program Studi Ilmu

(8)

d. Untuk mengetahui status sosial ekonomi mahasiswa di Program Studi

Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

e. Untuk mengetahui motivasi mahasiswa untuk melanjutkan profesi ners di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Purwokerto.

f. Untuk mengetahui hubungan persepsi dengan motivasi mahasiswa untuk melanjutkan profesi ners di Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

g. Untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan motivasi mahasiswa untuk melanjutkan profesi ners di Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

h. Untuk mengetahui hubungan status sosial ekonomi dengan motivasi mahasiswa untuk melanjutkan profesi ners di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian

1) Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini dapat memperoleh pengetahuan tentang

hubungan persepsi, dukungan sosial dan status sosial ekonomi dengan motivasi mahasiswa untuk melanjutkan profesi ners.

2) Bagi Perawat

(9)

3) Bagi Instansi Terkait

Manfaat bagi instansi terkait adalah sebagai sumber informasi sehingga pihak fakultas ilmu kesehatan program studi keperawatan bisa lebih meningkatkan motivasi mahasiswa semester VIII mencapai 100% untuk

melanjutkan program profesi ners.

4) Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menjadi acuan dan menambah pustaka atau bahan bacaan bagi

peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama seperti penelitian ini.

E. Penelitian Terkait

1. Sya’bani dkk. (2012)

Sya’bani melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Persepsi Mahasiswa Yang Mengikuti CCSA Tentang Praktik Klinis Dengan

Motivasi Untuk Melanjutkan Pendidikan Profesi Ners di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran”. Metode penlitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatn

kuantitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan tentang hubungan antara variabel yang diteliti. Peneliti

menggunakan metode yang sama yaitu cross sectional, dan lebih memfokuskan pada pengaruh dan motivasi mahasiwa. Analisa data yang

(10)

Purwokerto, perbedaan lainnya yaitu jumlah sampel penelitian, variabel

bebas yang digunakan peneliti menggunakan variabel bebas dukungan sosial dan status ekonomi, desain yang digunakan yaitu deskriptif analitik.

2. Marziati (2009)

Marziati melakukan penelitian tentang “Motivasi Mahasiswa Akademi

Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk Melanjutkan Pendidikan ke Tingkat Sarjana Keperawatan”. Penelitian ini dilakukan di

Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan, selama bulan November 2009 dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Cara pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 87 orang. Pengumpulan

data dilakukan dengan menggunakan kuisioner dan pengolahan data

dilakukan dengan komputerisasi yang ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Persamaan penelitian ini sampel yang digunakan adalah mahasiswa keperawatan, pengambilan data menggunakan

kuesioner dan variabel yang diteliti yaitu motivasi mahasiswa, sedangkan perbedaan dalam penelitian ini yaitu teknik pengambilan sampel yaitu

total sampling, jumlah sampel, tempat penelitiandan metode yang

digunakan adalah dekriptif analitik.

3. Ramdhany (2007)

(11)

Samarinda, Kalimantan Timur”. Adapun peneliti meneliti di Universitas

Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian ini menekankan pada hubungan antara minat dan motivasi mengikuti pembelajaran klinik dengan pencapaian target kertampilan klinik, sedangkan peneliti hanya pada

motivasi mahasiswa melanjutkan profesi ners. Metode penelitiannya adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cros sectional. Analisa

data dengan spearman rank. Pengambilan sampel dengan total sampling. Peneliti menggunakan metode penelitian yang sama yaitu cros sectional, sedangkan perbedaan lainnya dalam penelitian ini yaitu jumlah sampel

analisis data dengan deskriptif analititk pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dan analisis data dengan

Referensi

Dokumen terkait

300 jutaan dengan pricelist terbaru dapat dilihat disini : Segera hubungi marketing K2 Park apartment dibawah ini untuk membeli unit apartemen terbaru, mewah dan murah di

informasi tentang jenis dan berbagai motif batik store nusantara, dapat melakukan pemesanan batik secara online dengan mendaftarkan data diri pelanggan dan mengisi form

Terlaksananya Pelaporan Keuangan Semesteran SKPD Kecamatan Binong Bobot Kelompok Indikator Kinerja = 30 Tingkat Keterbukaan Informasi Publik Bobot Kelompok Indikator Kinerja =

Penulisan hukum ini membahas tentang apakah pengajuan kasasi penuntut umum terhadap putusan bebas perkara perkosaan dengan alasan adanya kesalahan penerapan hukum

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

Dengan adanya media sosial ini diharapkan bagi para da’i lebih berfikir cerdas agar media ini tidak dimanfaatkan pada hal yang negatif, namun dapat menjadi sebuah

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI