• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Payudara - ISNAENI NOVISKA SYANDI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Payudara - ISNAENI NOVISKA SYANDI BAB II"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Payudara

Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara laki laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram (Sarwono, 2009).

a. Anatomi payudara

(2)

musculus pectoralis mayor dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium. Dengan masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau axilla. Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar dari pada payudara yang lain (Eka puspita, 2009).

Gambar 2.1 Anatomi Payudara Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu: 1) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.

(3)

duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

2) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.

Areola, Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya lebih gelap. Selama kehamilan warna akan menjadi lebih gelap dan wama ini akan menetap untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi seperti warna asli semula. Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu.

(4)
(5)

b. Struktur mikroskopis payudara

Payudara tersusun atas jaringan kelenjar yang mengandung sejumlah jaringan lemak dan di tutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini di bagi kira-kira menjadi 18 lobus yang di pisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringan febrosa. Struktur didalamnya menyerupai buah anggur atau jeruk yang di belah. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang berisi dan tersusun oleh:

1) Alveoli

Alveoli mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu, disebut sel acini, yang mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang-kadang disebut sel keranjang (Basket cell). Apabila sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin anak berkontraksi sehingga mengalirkan air susu kedalam ductus lactifer.

2) Tubulus Lactiferus

Tubulus Lactiferus adalah saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli sebagai pengalir air susu menuju ductus lactiferus. 3) Ductus Lactiferus

(6)

4) Ampulla atau Sinus Lactiferus

Ampulla merupakan bagian dari duktus latifer yang terletak di bawah areola yang melebar, yang merupakan tempat menyimpan air susu atau gudang ASI dimana ketika ada rangsangan maka air susu akan keluar melalui puting. Ampula terletak dibawah Aerola.

5) Vaskularisasi

Vaskularisasi merupakan proses suplai darah ke payudara dari arteria mammaria iterna, eksterna, dan arteria-arteria intercostalis superior. Saluran dalam pembuluh vena melalui pembuluh-pembuluh yang sesuai, dan akan masuk ke dalam vena mammaria interna dan vena axillaris.

6) Drainase Limfatik

Drainase lkkimfatik terutama kedalam kelenjar axillaris, dan sebagian akan dialirkan kedalam fissura portae hepar dan kelenjar mediastium. Pembuluh limfatik dari masing-masing payudara berhubungan satu sama lain.

7) Persyarafan

(7)

c. Fisiologi payudara selama Hamil dan Laktasi

Payudara adalah organ endrokrin yang sangat luar biasa , yang mengalami perkembangan dan deferensiasi. Payudara berfungsi penuh dalam proses laktasi sejak kehamilan enam belas minggu keatas. Produksi air susu dibawah kontrol endrokrin dan berubah menjadi kontrol otokrin selama laktogenesis II (Novita, 2011).

Adapun tahap-tahap perubahan payudara selama hamil sampai menyusui menurut Novita (2011) adalah:

1) Mamogenesis (Perkembangan payudara)

Pada awal trimester 1, sel epitel mamae berproliferasi, mulai bertunas dan bercabang pada duktus-duktusnya yang dipengaruhi oleh hormon estrogen. Selain itu juga terjadi pembentukan lobular yang dipengaruhi oleh hormon glukokorticoid. Duktus berproliferasi sampai ke lapisan lemak dan ujung kuncup duktus berdeferensi menjai alveoli. Selama trimester terakhir, sel-sel sekretori terisi dengan tetesan lemak dan alveoli dipenuhi kolostrum yang dipengaruhi oleh hormon prolaktin. Kolostrum ditekan untuk tidak keluar oleh hormon progesteron.

2) Laktogenesis 1

(8)

kolostrum dimana sudah tersedia untuk bayi pada saat lahir tanpa harus menunggu sampai air susu keluar banyak.

3) Laktogenesis II

Laktogenensis II adalah mulai dikeluarnya ASI yang banyak antara 30-72 jam setelah dilahirnya plasenta. Pada awalnya, dibawah pengaruh hormon endokrin dan setelah plasenta lahir dibawah hormon otokrin. Kelahiran bayi dan diikuti dengan lepasnya plasenta mempercepat turunya secara tiba-tiba dari kadar human plasenta lactogen, estrogen dan progesteron. Turunya kadar progesteron berperan dalam hadirnya hormon-hormon laktogenik, seperti prolaktin dan glukokortikoid. Menyusui yang sering diawal laktasi dapat merangsang berkembangnya tempat reseptor prolaktin dalam kelenjar susu. Hormon prolaktin diperlukan untuk menghasilkan air susu dimana jumlah dari hormon ini tidak secara langsung berhubungan dengan volume air susu yang dihasilkan. Prolaktin dapat menjadi permisif atau melemah dalam fungsinya apabila air susu tidak dikeluarkan. Pelepasan prolaktin juga terjadi sebagai respon terhadap stimulasi langsung pada puting susu atau daerah aerola, yaitu hormon otokrin dalam laktogenesis III.

Faktor-faktor penghambat lactogenesis II yaitu; a) Usia ibu

(9)

berpotensi mengalami kegagalan menyusui karena terhambatnya pembentukan lactogenesis II.

b) Sisa jaringan plasenta

Jaringan plasenta yang masih tertinggal mempengaruhi kadar progesteron yang masih tinggi menyebabkan lactogenesis II terlambat pembentukannya.

c) Wanita pekerja

Wanita yang tidak berkerja akan cenderung menyusui secara ekslusif dibandingkan dengan wanita yang bekerja, sehingga kelangsungan menyusui dapat dipertahankan.

d) Wanita dengan obesitas dan kelebihan berat badan

Wanita yang memiliki kelebihan berat badan selama kehamilan bertendensi tidak menyusui, karena kadar prolaktin yang rendah untuk menyusui, disamping itu ASI menjadi lebih sedikit dari pada wanita tidak obesitas. Wanita dengan kelebihan berat badan dan obesitas akan menghambat lactogenensis II. e) Karakteristik bayi

(10)

f) Paritas

Paritas sanagat mempengaruhi lactogenesis II. Pada peimipara terjadi peningkatan jumlah ASI secara lambat dibandingkan multipara.

g) Jenis persalinan

Wanita yang mengalami sectio sesaria yang tidak direncanakan pada hari kedua postpartum memiliki jumlah oksitosin dan prolaktin yang rendah dibandingkan dengan persalinan pervagina.

h) IMD

Bayi yang mengalami inisiasi menyusui dini, delapan kali lebih berhasil menyusui secara ekslusif, dan dapat merangsang produksi ASI pada laktogenesis II.

i) Durasi menyusui

Durasi menyususi sangat dipengaruhi oleh jumlah dari ASI yang diterima bayi dam hisapan bayi.

j) Frekuensi menyusui

(11)

k) Fisik payudara ibu

Keadaan puting datar, puting lecet dan ketidaknyamanan pada payudara merupakan faktor yang berdistribusi terhadap kegagalan menyusui.

l) Psikologis ibu

Pengalaman ibu pada waktu pertama tidak berhasil menyusui, maka akan mempengaruhi untuk menyusui selanjutnya. Kepercayaan diri ibu untuk menyusui sangat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui pada periode postpartum. Wanita yang mengalami cemas dan depresi akan mengalami hambatan menyusui, dengan mendeteksi dini menggunakan (Edinburgh Postnatal Depression Sscale) EPDS pada minggu pertama postpartum dapat mengurangi resiko ibu menyusui menjadi depresi yang lebh berat.

4) Laktogenesis III

(12)

karena akumulasi air susu pada alveoli payudara. Hal ini akan mengurangi peningkatan prolaktin pada reseptor membran alveoli (Novita, 2011).

2. ASI

a. Definisi ASI

Air susu ibu (ASI) Adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garang organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mammae pada manusia. ASI merupakan salah satu-satunya makanan alami berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bagi bayi sejak lahir hingga berusia 2 tahun atau lebih.

ASI adalah satu jenis makanan yang mencangkupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutri, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alaergi, serta anti Inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencangkup hampir 200 unsur zat makanan (Purwanti, 2007 ).

(13)

pemberian ASI ekslusif tidak berlangsung secara optimal (Yuliarti, 2010).

Pemberian ASI bagi bayi juga memberikan keuntungan jangka panjang pada anak, seperti terhindar dari penyakit alergi ,asma, obesitas, dan bahkan beberapa jenis kanker. Penelitian juga telah membuktikan bahwa ASI tidak hanya membuat bayi anda sehat tetapi juga membuat mereka lebih cerdas. Bagi ibu yang menyusui juga memberikan banyak manfaat. Hormon yang dihasilkan saat menyusui akan mengurangi pendarahan yang mungkin terjadi pasca persalinan dan membantu rahim mengecil kembali keukuran semula. Menyusui juga dapat mengurangi resiko terjadinya beberapa penyakit pada ibu, seperti kanker payudara. Ibu yang menyusui anaknya akan hidup lebih bersih dan teratur serta lebih memperhatikan kesehatan tubuh lingkungan agar si kecil tetap sehat. (Purwanti, 2007).

b. Proses Produksi ASI

(14)

dinding rahim saat terjadi kontraksi menjelang persalinan. Payudara terdiri atas kumpulan kelenjar dan jaringan lemak yang terletak di antara kulit dan tulang dada bagian dalam payudara terdiri dari jaringan lemak dan jaringan berserat yang saling berhubungan, yang mengikat payudara dan mempengaruhi bentuk serta ukuran payudara. Terdapat juga pembuluh darah dan kelenjar getah bening. Kelenjar di dalam payudara yang dikenal sebagai kelenjar lobule membentuk lobe atau kantung penghasil susu yang akan menghasilkan susu setelah seorang perempuan melahirkan. Terdapat sekitar 15-20 kantung penghasil susu pada setiap payudara, yang dihubungkan dengan saluran susu yang terkumpul di dalam puting (Sugeng, 2010).

(15)

ASI diproduksi setiap saat sebelum, selama, dan sesudah bayi menyusu. ASI yang telah diproduksi disimpan dalam payudara ibu. Volume ASI yang disimpan dipayudara akan lebih banyak jika masa jeda waktu menyusu berikutnya lebih lama. Volume ASI yang disimpan dalam payudara relatif bervariasi pada tiap ibu dan tidak ditentukan dari ukuran payudara. ASI tidak akan pernah habis 100% meskipun bayi telah menyusu payudara setiap saat. Penelitian lakasi membuktikan, bayi tidak akan menghabiskan semua stok ASI pada payudara. Makin banyak dan sering bayi minum ASI, makin cepat ASI diproduksi. Jangan berfikir menyusui, memompa, atau memerah ASI seperti meminum air di dalam gelas dengan sedotan, begitu diminum akan berkurang (Sugeng, 2010).

Pada beberapa hari pasca melahirkan, ASI mulai diproduksi oleh organ penghasil ASI. Pada hari pertama produksi ASI tidak ditentukan dari beberapa banyak ASI akan dikeluarkan. Tetapi, setelah beberapa hari kemudian produksi ASI sangat ditentukan dari berapa banyak ASI yang dikeluarkan, baik dengan cara disusui atau dipompa. Seterusnya organ produksi ASI akan mulai mengurangi produksi ASI hingga jumlahnya sesuai dengan kebutuhan bayi.

(16)

berlangsung lama. Pada masa tersebut organ produksi ASI ibu sedang dalam proses penyesuaian terhadap jumlah ASI yang dibutuhkan bayi.

Sekitar minggu keenam hingga bulan ketiga kadar prolaktin akan mulai berkurang secara berahap hingga akhir masa menyusui. Pada masa tersebut payudara mulai terasa tidak penuh, rembesan ASI berkurang dan refleks aliran ASI mulai tidak terasa. Kandungan ASI yang diproduksi ibu selalu berubah dari waktu ke waktu. Di menit-menit awal menyusui, ASI kaya akan protein, rendah lemak dan cenderung lebih encer seperti susu formula yang kebanyakan air. ASI yang dinamakan susu awal atau foremilk ini berfungsi untuk mengenyangkan saat menyusui, ibu tidak dapat membedakan secara pasti antara foremilk dan hindmilk karena perubahannya berlangsung secara perlahan (Sugeng, 2010)

c. Volume produksi ASI.

(17)

Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan. Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan atau penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit.

Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli pada beberapa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.

Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI.

(18)

memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi, kadang-kadang terjadinya keadaan dimana peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi ASI-nya. Produksi dari ibu yang kekurangan gizi sering kali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda (Purwanti, 2007).

3. Menyusui

a. Definisi Menyusui

(19)

selanjutnya pemberian ASI sampai 2 tahun dengan pemberian makanan pendamping ASI yang benar. Sehingga diperlukan usaha-usaha atau pengelolaan yang benar. Agar setiap ibu dapat menyusui sendiri bayinya.

Menyusui adalah ketrampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi. Menyusui adalah proses pemberian susu pada anak bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu (Rukiyah, 2011).

b. Mekanisme menyusui

Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi (Rooting reflex). Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam mulut. Isapan bayi (sucking reflex) akan merangsang ujung saraf di daerah puting susu dan di bawah daerah yang berwarna kecoklatan. Rangsangan ini akan mengirimkan sinyal kebagian depan kelenjar hipofisa di otak untuk mnengeluarkan hormon proklatin. Proklatin ini akan merangsang sel-sel di kelenjar susu untuk membuat ASI.

(20)

baik. Selain itu, isapan bayi juga akan merangsang bagian belakang kelenjar hipofisa untuk membuat hormon oksitosin . hormon ini akan menyebabkan sel-sel otot mengelilingi kelenjar susu mengerut atau berkontraksi sehingga ASI tetdorong keluar dari kelenjar susu dan mengalir melalui saluran susu kedalam sinus lactiferus yang terdapat di bawah daerah yang berwarna coklat.

(21)

4. Enggorgemen atau Pembengkakan Payudara a. Definisi Enggorgemen

Gambar 2.2 Pembengkakan payudara

Enggorgement atau pembengkakan payudara adalah

pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu. Pembengkakan payudara diartikan peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari saluran laktasi, sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan.

(22)

b. Patofisiologi pembengkakan payudara

Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar payudara terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi

sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar. Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, maka dapat terjadi pembendungan air susu.

(23)

c. Etiologi pembengkakan payudara

Pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan cairan yang berada didalamnya masuk ke dalam ruang interstitial sehingga terjadi edema ,yang akan menekan aliran air susu. Proses terjadinya pembengkakan payudara merupakan sebuah siklus dimana terjadi pelebaran pembuluh darah-edema-aliran yang terhambat-pelebaran pembuluh darah yang akan terjadi lagi dengan mudah. Terjadinya tekanan dan pelebaran pembuluh darah menyebabkan pengaliran lympathic juga terlambat, sehingga racun dan bakteri yang ada dapat menyebabkan payudara menjadi terinfeksi atau mengalami mastitis (Novita VT, 2011).

(24)

baik, atau mungkin kurang seringnya ASI dikeluarkan (Bopak, 2004).

Penyebab terjadinya pembengkakan payudara menurut Bobak adalah:

1) Posisi menyusui yang tidak benar 2) Pengosongan payudara yang tidak baik 3) Pemakaian BH yang terlalu ketat 4) Tekanan jari ibu pada waktu menyusui

5) Kurangnya pengetahuan cara perawatan payudara dan cara pencegahan pembengkakan payudara (bendungan ASI).

(25)

d. Tanda dan gejala pembengkakan payudara

Gambar 2.3 Tanda dan Gejala Pembengkakan Payudara Payudara bengkak ditandai dengan nyeri sekitar payudara, edema,tegang, dan mengkilat, tampak kemerahan, ASI tidak mengalir, dapat ditemui demam selama 24 jam dengan suhu kurang dari 38 derajat Celcius (WHO, 2006). Tanda lain yang ditemukan adalah bayi tidak dapat menyusui, puting lecet, mastitis, ketidaknyamanan pada aksila, puting datar, nyeri tekan pada payudara (Henning, 2006).

e. Perawatan pada payudara

Menurut Bahiyatun (2009), penatalaksanaan pembengkakan payudara adalah sebagai berikut:

1) Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui. 2) Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan rasa nyeri. Dapat dilakukan secara bergantian dengan kompres hangat untuk melancarkan pembuluh darah pada payudara.

(26)

Menurut Suradi (2004), penanganan pembengkakan payudara adalah:

1) Kompres payudara dengan air hangat, lalu masase ke arah puting payudara agar terasa lebih lemas dan ASI dapat dikeluarkan melalui puting.

2) Susukan bayi tanpa terjadwal sampai payudara terasa kosong

3) Urutlah payudara mulai dari tengah, lalu kedua telapak tangan ke samping, ke bawah, dengan sedikit ditekan ke atas dan lepaskan tiba-tiba.

4) Keluarkan ASI sedikit dengan tangan agar puting susu menonjol keluar.

5) Menyususui bayi lebih sering. 6) Ibu harus rileks.

7) Pijat leher dan punggung belakang (sejajar dengan payudara). 8) Stimulasi payudara dan puting.

9) Kompres payudara dengan air dingin setelah menyusui, untuk mengurangi oedem.

10) Memakai BH atau bra yang sesuai.

11) Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik. 5. Metode Reserve Pressure Softening (RPS)

(27)

hari. Rasa gembira setelah melahirkan disertai dengan kesiapan ibu untuk merawat sang buah hati. Menyusui merupakan suatu ungkapan kasih sayang ibu serta memberikan nutrisi sehingga bayi dapat berkembang secara optimal. Tetapi ada kalanya ibu mengalami kesulitan dalam menyusui, seperti bengkak, panas, puting yang lecet dan semakin menurunkan keinginan ibu untuk menyusui bayinya.

Bayi tidak mampu melakukan perlekatan dini untuk menyusu disebabkan karena payudara yang bengkak dan edema pada subaerola. Penekanan pada aerola dapat menurunkan tegangan pada aerola dan merangsang milk ejection reflek sehingga bayi dapat menyusu dengan benar dan ASI dapat ditransfer. Pengosongan ASI dapat menambah produksi ASI.

(28)

Reserve Pressure Softening (RPS) dapat dilakukan oleh ibu ataupun

(29)

B. Kerangka Teori Penelitian

Kerangka teori dalam penelitian ini penulis paparkan sebagaimana berikut:

Gambar 2.5 Kerangka Teori Penelitian

Keterangan : Variabel yang di cetak tebal dan miring adalah variabel yang akan diteliti.

Sumber : WHO (2003), Bopak (2004), Cottermann (2004), Suradi (2004), Henning (2006),WHO (2006), Mannel (2008), Bahiyatun ( 2009), Novita VT (2011).

Penyebab pembengkakan payuadara pada ibu post partum:

1. ASI banyak (hiperlactation) 2. Terlambat memulai menyusui 3. Perlekatan kurang baik. 4. Pengosongan ASI tidak sering 5. Durasi menyusui yang pendek. 6. Kesalahan posisi menyusui. 7. Ukuran payudara yang kecil Faktor penghambat produksi

ASI :

1. Usia ibu

2. Sisa jaringan plasenta 3. Wanita pekerja 4. Wanita obesitas 5. Karakteristik bayi 6. Paritas

7. Jenis persalinan

8. Inisiasi Menyusui dini (IMD)

9. Fisik payudara ibu

10. Psikologis ibu Menyebabkan Aliran vena dan

limfrik tersumbat, aliran susu terhambat tekanan pada saluran ASI dan aleoveri meningkat Perawatan payudara bengkak :

1. Pijat payudara 2. Kompres dingin 3. Kompres hangat

4. Metode reserve pressure softening ( RPS)

5. Meningkatkan frekuensi menyusui

Enggorgement atau

pembengkakan payudara

(30)

C. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian ini penulis paparkan sebagaimana berikut:

Variable independen

Variable Pengganggu Gambar 2.6 Kerangka Konsep

Konsep Penelitian Efektifitas Metode Reserve Preesure Softening Terhadap Enggorgement pada ibu post partum.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Terdapat Efektifitas Metode Reserve Pressure Softening Terhadap Enggorgement pada ibu post partum.

Ha : Tidak terdapat Keefektifitan Metode Reserve Pressure Softening terhadap Enggorgement pada ibu post partum.

1. Usia ibu

2. Sisa jaringan plasenta 3. Wanita pekerja 4. Wanita obesitas 5. Karakteristik bayi 6. Paritas

7. Jenis persalinan 8. Inisiasi Menyusui dini

(IMD)

9. Fisik payudara ibu 10. Psikologis ibu

Enggorgement Reserve Pressure

Softening.

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi Payudara
Gambar 2.2 Pembengkakan payudara
Gambar 2.3 Tanda dan Gejala Pembengkakan Payudara
Gambar 2.4 Metode Reserve Pressure Softening
+3

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dalam hal Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada Pasal 50 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP yang

Voltmeter untuk mengukur tegangan antara dua titik, dalam hal ini adalah tegangan pada lampu 3, voltmeter harus dipasang secara paralel dengan beban yang hendak diukur, posisi

Project : Embankment Rehabilitation and Dredging Work of West Banjir Canal and Upper Sunter Floodway of Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (JUFMP/JEDI) – ICB Package

Sedangkan penelitian ini menggunakan variabel dependen manajemen laba dan variabel independen asimetri informasi serta sampel yang digunakan perusahaan perbankan

Untuk tujuan ini, baik Fakultas maupun Sekolah menyediakan sumber daya akademik maupuan sumber daya pendukung akademik (laboratorium, studio, perpustakaan), bukan

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Kedudukan Dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Perumusan Isu Strategis Analisis lingkungan internal Analisis lingkungan eksternal Perumusan Tujuan, Sasaran, Strategi,