ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. S DI RUANG CEMPAKA
RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan
Pendidikan Ahli Madya Keperawatan
Disusun Oleh : Nurul Istiqomah
A01301800
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
iv Program D III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Gombong KTI, Agustus 2016
Nurul Istiqomah1, Endah Setianingsih2
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. S DI RUANG CEMPAKA RSUD DR. SOEDIRMAN
KEBUMEN
Latar Belakang: Salah satu gangguan kesehatan yang merupakan penyakit
menular yang menyerang sistem pernapasan yaitu Tuberkulosis. Sehingga
menimbulkan keluhan sesak napas yang dapat mengakibatkan terganggunya kebutuhan oksigenasi.
Tujuan Asuhan Keperwatan: Untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan masalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada klien dengan
Tuberkulosis.
Asuhan Keperawatan: Asuhan keperawatan pada Tn. S dilakukan selama 3 hari mulai tanggal 9 Juni - 11 Juni 2016 diruang Cempaka RSUD Dr. Soedirman Kebumen, saat dikaji didapatkan data keluhan utama klien yaitu klien mengatakan sesak napas, batuk kering, klien mengatakan tangannya gemetaran dan keringatan berlebih semenjak sakit. Sehingga muncul masalah keperawatan gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbanga perfusi-ventilasi. Intervensi dan implementasi yang sudah dilakukan adalah memberikan terapi oksigen. Evaluasi dari tindakan tersebut yaitu sesak napas berkurang dan RR menjadi 28x/menit.
AnalisaTindakan: Untuk penanganan gangguan pertukaran gas inovasi tindakan
keperawatan yang direkomendasikan untuk mengatasi Tuberkulosis dengan cara
memberikan terapi oksigen.
Kata Kunci: sesak napas, terapi oksigen, Tuberkulosis.
1
Mahasiswa Stikes Muhammadiyah Gombong 2
v Diploma III of Nursing Program
Muhammadiyah Health Sciences Institute of Gombong Nursing Care Report, August 2016
Nurul Istiqomah1, Endah Setianingsih 2
ABSTRACT
THE NURSING CARE OF FULLFILING OXYGENATION NEEDS TO MR. S IN CEMPAKA WARD OF DR. SUDIRMAN
REGIONAL HOSPITAL KEBUMEN
Background: One of the health problems which is a contagious disease that attacks the respiratory system Tuberculosis. Causing shortness of breath which may result in disruption of oxygenation needs.
Aim of Nursing Care: To provide an overview of nursing care to meet the needs of oxygenation problems in clients with Tuberculosis.
Nursing Care: Nursing care at Mr. S conducted over three days starting on June 9 to June 11 2016 in Cempaka ward of Dr. Sudirman Regional Hospital Kebumen, when examined complaint data obtained main client is the client says shortness of breath, a dry cough, a client of said hand trembling and excessive sweating since pain. So there is gas exchange disorders nursing problems associated with imbalances perfusion-ventilation. Intervention and implementation has been done is given oxygen therapy. Evaluation of these actions is reduced breathlessness and RR becomes 28x / minute.
Analysis of the action: For handling the gas exchange disorders innovation nursing actions are recommended to address Tuberculosis by providing oxygen therapy.
Keywords: oxygen therapy, shortness of breath, Tuberculosis.
1
Student University of Muhammadiyah Health Sciences Institute of Gombong 2
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr.Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Ujian Komprehensif dengan judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Tn. S di Ruang
Cempaka RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Dr. Soedirman Kebumen”.
Adapun penulis membuat laporan ini adalah untuk melaporkan hasil Ujian
Komprehensif dalam rangka ujian akhir program pendidikan Diploma III
Keperawatan.
Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini penulis menyamapaikan ucapan
terimakasih yang tulus kepada yang terhormat :
1. Kedua orangtua saya Bapak Kurmadi dan Ibu Sutarti yang selalu
mendoakan dan memotivasi dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
2. Bapak M. Madkhan Anis, S. Kep. Ns, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammmadiyah Gombong.
3. Bapak Sawiji, S.Kep.Ns, M.Sc selaku Ketua Prodi Diploma III
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
4. Ibu Endah Setyaningsih, S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing penyusunan
laporan kasus.
5. Klien Tn. S dan keluarga terimakasih atas kerjasamanya
6. Ibu Nurjannah, S. Kep, Ns kepala Ruang Cempaka yang telah memberikan
bimbingan dan kerjasama dalam melaksanakan studi kasus.
7. Segenap perawat dan Staf RSUD Dr. Soedirma Kebumen terutama Ruang
Cempaka
8. Bapak dan Ibu dosen beserta para staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
vii
9. Lia, Arul, Ninis, Mbah Uti dan Aki tercinta yang senantiasa mendoakan
dan memotivasi sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
10. Teman-teman di kelas III B yang telah sama-sama berjuang dalam
menyelesaikan laporan ini khususnya untuk Nesi Nur, Nina Wanda, Novidon, Nur Za’adah, Herlina Kulsum, Leni Oktaviani, Imas Susanti, Ike Pujiastati, Jehan Pristya dan Linda Ristyaningsih.
11. Wijiati Kasari, Maulana Malik, Wisnu Sutopo dan Nur Wahyuningsih
sebagai sahabat terdekat yang selalu memberikan semangat dan motivasi
untuk menyelesaikan laporan ini.
12. Teman-teman kos Wisma Pelangi terutama Ani Rahim, Siwi Raharjati dan
Nurma Gupita yang telah memberikan semangat, motivasi, canda dan
tawa dalam pembuatan laporan ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmatNya, kepada kita semua.
Amin. Penulis sangat mengharapkan partisipasi dari pembaca untuk memberikan
saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan dikemudian hari.
Akhir kata penulis berharap agar apa yang telah tertulis dalam laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikumWr.Wb
Kebumen, Agustus 2016
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii
ABSTRAK ....…. ... iv
ABSTRACT ... . ...v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum ...5
2. Tujuan Khusus...5
C. Manfaat Penulisan a. Manfaat Keilmuan ...6
b. Manfaat Aplikatif ...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Oksigenasi 1. Definisi Oksigenasi ...7
2. Anatomi Sistem Oksigenasi ...8
3. Fisiologi Oksigenasi ...9
4. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi ...12
5. Gangguan Oksigenasi ...14
6. Teknik Mengatasi Masalah Kebutuhan Oksigenasi ...16
B. Konsep Inovasi Tindakan ...22
ix
B. Analisa Data ...25
C. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi...26
BAB IV PEMBAHASAN A. Asuhan Keperawatan...33
B. Analisa Inovasi Tindakan ...44
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...48
B. Saran ...50
DAFTAR PUSTAKA ...51
1 BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Oksigenasi merupakan kebutuhan vital dalam hidup manusia dan
penambahan oksigen kedalam sistem fisika dan kimia tubuh. Oksigen
dibutuhkan untuk proses metabolismee tubuh yang akan menghasilkan
karbondioksida, energi dan air. Jika karbondioksida melebihi batas normal
tubuh akan berdampak pada aktivitas tubuh. Kapasitas udara dalam paru
adalah 4.500-5.000 ml. Udara yang akan diproses dalam paru hanya sekitar
10% atau kurang lebih 500 ml, yaitu udara inspirasi dan udara ekspirasi pada
pernapasan normal. Kekurangan oksigen akan berdampak bagi tubuh yang
terparah adalah kematian. Oleh sebab itu, berbagai upaya perlu dilakukan
agar kebutuhan dasar oksigenasi terpenuhi dengan baik (Mubarok,2007).
Masalah oksigenasi dapat berupa antara lain hipoksia, obstruksi jalan napas
dan perubahan pola napas (Lyndon, 2013). Masalah oksigenasi dapat terjadi
pada penyakit yang menyerang system pernapasan salah satunya yaitu
Tuberkulosis (TBC).
Indonesia adalah urutan ketiga jumlah penderita TBC terbanyak di
dunia setelah India dan China, dengan jumlah pasien sekitar 10% dari jumlah
total penderita di seluruh dunia. Diperkirakan pada tahun 2004 terdapat
sekitar 539.000 kasus baru dan 101.000 meninggal dunia dengan insiden
kasus TB dengan hasil BTA positif adalah 110 dari 100.000 penduduk.
Tahun 2008, berdasarkan laporan dan temuan lapangan, jumlah penderita
TBC di DIY mencapai 1.141orang.Secara umum, kenaikan penderita TBC
dalam tujuh tahun terakhir lebih kurang 15 persen. Angka ini merupakan
jumlah penderita baru, kambuh, dan yang berhasil terdeteksi atau di temukan
petugas kesehatan. Tingginya angka penderita di kota Yogyakarta lebih
menunjukkan keaktifan petugas kesehatan dalam menemukan penderita.
2
Yogyakarta. Sementara, penderita yang berobat ke Kota Yogyakarta
mencapai 771 pasien baik pasien yang positif TBC dan negatif TBC
(Departemen Kesehatan RI, 2008).
Oksigenasi merupakan komponen yang penting dari tubuh, menurut
Maslow (1908-1970), kebutuhan dasar manusia terdiri dari 5 kebutuhan dasar
(five hierarchy of needs) yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman nyaman, kebutuhan cinta dan dicintai, serta kebutuhan aktualisasi diri.
Berdasarkan hierarki Maslow tersebut maka pemenuhan oksigenasi masuk ke
dalam kebutuhan dasar manusia yang pertama yaitu kebutuhan
fisiologis.Kebutuhan fisiologis merupakan prioritas tertinggi dalam hierarki
Maslow, sehingga kebutuhan fisiologis harus mutlak dipenuhi oleh setiap
individu untuk kelangsungan hidup (Mubarok, 2008).
Kebutuhan oksigenasi dapat dipengaruhi berbagai faktor antara lain
ansietas, posisi tubuh, deformitas tulang, deformitas dinding dada, keletihan,
hiperventilasi, sindrom hiperventilasi, gangguan muskulokeletal, kerusakan
neurologis, imaturitas neurologis, disfungsi neuromuskular, nyeri, keletihan
otot pernapasan dan cidera medulla spinalis ( Herdman, 2012). Sedangkan
menurut Tamsuri (2008), oksigenasi dipengaruhi oleh tingkat perkembangan
(usia), lingkungan, gaya hidup, status kesehatan dan obat tertentu.
Pertukaran gas dan kebutuhan oksigenasi saling berkaitan satu sama
lain. Pertukaran gas terjadi di alveolus antara oksigen dan karbondioksida.
Oksigen akan dibawa kejaringan untuk metabolisme sel sedangkan
karbondioksida akan dilepaskan ke udara bebas, maka kebutuhan oksigenasi
akan terpenuhi. Jika pertukaran gas mengalami gangguan maka akan terjadi
gangguan pula pada pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Untuk memenuhi
kebutuhan oksigenasi maka tubuh akan berkompensasi dengan cara bernapas
cepat atau akan merasakan sesak napas sehingga penyerapan oksigen tidak
maksimal dan terjadi penumpukan karbondioksida di paru-paru (Alsagaff dan
3
Kurangnya pasukan oksigen di paru-paru karena adanya gangguan
pertukaran gas di alveolusakan menghambat proses transportasi gas. Proses
transportasi gas itu sendiri melibatkan hemoglobin untuk mengikat oksigen
guna dibawa ke seluruh jaringan tubuh. Hemoglobin merupakan komponen
dalam sel darah merah (eritrosit), jika kadar eritrosit menurun maka akan
mempengaruhi jumlah hemoglobinnya dan mengakibatkan hemoglobin tidak
dapat berikatan dengan oksigen secara maksimal. Kadar oksigen yang
menurun maka hemoglobin juga akan mengikat karbondioksida dan
membawa ke jaringan karena daya ikat hemoglobin lebih kuat daripada daya
ikat hemoglobin dengan oksigen. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan
oksigenasi pada gangguan pertukaran gas seperti pada penderita TBC dapat
dibantu dengan memberikan terapi oksigen. Terapi oksigen dapat diberikan
untuk memberikan oksigen yang adekuat guna memperlancar proses
pertukaran gas dalam alveolus (Tamsuri, 2008).
Gangguan pertukaran gas dapat mempengaruhi perfusi jaringan akibat
transportasi oksigen yang tidak maksimal. Hal tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya sianosi karena kurangannya suplai oksigen ke jaringan. Kurangnya
oksigen ke jaringan juga dapat mengganggu jalannya metabolismee sel tubuh
sehingga terjadilah metabolisme anaerob tanpa oksigen yang menghasilkan
asam laktat. Asam laktat dapat mempengaruhi jalannya impuls ke saraf pusat
yang mengakibatkan kontraksi otot berlawanan secara bergantian yang
sinkron dan irregular menyebabkan gerakan getaran yang infolunter dan
ritmis. Akibat lain yang dapat terjadi pada penderita gangguan pertukaran gas
adalah diaforesis. Diaforesis adalah respon parasimpatis tubuh terhadap
adanya stress berupa keringat berlebih. Diaforesis terjadi akibat adanya
kondisi nyeri, sesak napas dan peningkatan metabolisme (Tamsuri, 2006).
Pada pasien dengan gangguan pertukaran gas dapat dilakukan tindakan
keperawatan sebagai berikut memberikan terapi oksigen, memberikan posisi
untuk memaksimalkan ventilasi (posisi semifowler), dan mendorong klien
untuk napas dalam untuk memberikan suplai oksigen yang adekuat
4
untuk mengatasi gangguan pertukaran gas tersebut adalah dengan
memberikan terapi oksigen karena dengan pemberian terapi oksigen
kebutuhan pasokan oksigen akan terpenuhi dan gangguan pertukan gas akan
teratasi (Tamsuri,2006).
Terapi oksigen diberikan untuk transport oksigen yang adekuat didalam
darah sehingga mengurangi kerja pernapasan dan menurunkan stress pada
otot jantung, mengatasi vasokontriksi pulmoner dan kerja jantung kanan
sehinggaakan memperbaiki kardiak output (Brunner & Suddart, 2007). Terapi
oksigen mampu memperbaiki aliran oksigen ke paru dan meningkatkan
pertahanan paru dan membantu transport mukosilier dan pembersihan mucus
(Bach and other, 2001 dalam Potter dan Perry, 2006). Masalah oksigenasi
disebabkan karena hambatan transport oksigen akibat penurunan fungsi
jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh. Dampaknya antara lain
seperti cepat lelah, napas pendek, perfusi jaringan perifer menurun. Apabila
terapi oksigen diberikan kepada penderita gangguan jantung, maka oksigen
akan berdifusi kedalam pembuluh darah arteri. Masalah utama dari gangguan
jantung adalah pada hambatan transport (gangguan kardiak output atau
denyut jantung) maka pemberian terapi oksigen akan meningkatkan PaO2 dan
saturasi O2. Dengan peningkatan saturasi oksigen, maka hemoglobin mampu
membawa oksigen lebih banyak dibandingkan dengan tidak diberikan
oksigen (Fikri dan Ganda, 2006).
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk untuk membuat karya tulis ilmiah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Tn. S Di Ruang Cempaka RSUD Dr. Soedirman Kebumen “ .
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan
5
RSUD Dr.Soedirman Kebumen dengan menggunakan pendekatan proses
asuhan keperawatan yang disusun secara sistematis dan komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada Tn. S di ruang cempaka RSUD
Dr.Soedirman Kebumen.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn. S di Ruang Cempaka
RSUD Dr.Soedirman Kebumen.
c. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn. S di Ruang Cempaka
RSUD Dr.Soedirman Kebumen.
d. Mampu melaksanakan Implementasi keperawatan pada Klien dalam
pemenuhan kebutuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn. S di Ruang
Cempaka RSUD Dr.Soedirman Kebumen.
e. Mampu melakukan Evaluasi Keperawatan pada Klien dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn. S di Ruang Cempaka
RSUD Dr.Soedirman Kebumen.
f. Mampu memberikan inovasi keperawatan dengan kebutuhan
oksigenasi pada Tn. S di Ruang Cempaka RSUD Dr.Soedirman
Kebumen.
C. Manfaat Penulisanan
1. Manfaat Keilmuan
Sebagai bahan bacaan dan bahan referensi kepustakaan dibidang ilmu
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran. Dapat dijadikan
6
untuk memenuhi target pembelajaran tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan dengan kebutuhan oksigenasi.
2. Manfaat Aplikatif
Dapat menambah wawasan dan mengembangkan pengetahuan Klien dan
Keluarga dalam menangani klien dengan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi dan sebagai bahan bacaan pengetahuan untuk klien, keluarga
51
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff dan Mukty. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Jakarta:
Airlangga University Perss.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Bakhtiar. (2013). Aspek Klinis Dan Tatalaksana Gagal Napas Akut Pada Anak,
Volume 13 Nomer 3, Desember 2013.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulois. Semarang.
Departemen Kesehatan RI. (2006). Standar Pelayanan Keperawatan Medik di ICU. Jakarta : Depkes RI.
Fikri & Ganda. (2006). Transport Oksigen. Jakarta: J Med Nus.
Herdman, H. (2012). NANDA International Diagnosis Keperawatan Definis dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Kusuma, H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC
NOC. Yogyakarta : Mediaction.
Lynda. J, Carpenito. (2006). Buku Saku Diagnostik Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta : EGC.
Lyndon. (2013). Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Tanggerang :
Binarupa Aksara.
Mubarak & Chayatin (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi dalam Praktik . Jakarta : EGC.
Nasimura, Masaji. (2015). High-Flow Nasal Cannula Oxygen Therapy In
Adults.
Papdi, Eimed. (2012). Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in
internal medicine). Jakarta : Interna Publishing.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2006). Fundamental keperawatan. Volume 2. Edisi
4. Jakarta : EGC.Wilkinson, Judith M. & Ahern, Nancy R (2012).
52
Roca et al. (2010). High-Flow Therapy in Acute Respiratory Failure, Volume 55
Nomer 4, April 2010.
Saminan. (2012). Pertukaran Udara O2 Dan CO2 Dalam Pernapasan, Volume
12 Nomer 2, Agustus 2012.
Suciati, N L. (2010). Oxygen Therapy. Karangasem: Nursing Community PPNI
Karangasem.
Tamsuri, Anas. (2008). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Pernapasan.
Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan, Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.
Widiyanto, Budi dan Yamin, L. S. (2014). Terapi Oksigen Terhadap Perubahan
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Tuberkulosis adalah suatu penyakit granulomatosa kronik menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini biasanya
mengenai paru, tetapi mungkin menyerang semua organ atau jaringan
ditubuh (Pendit, 2007).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang aerobik dan tahan asam ini, dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit (Price dan Wilson,
2006).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang utama menyerang parenkim
paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya. Agen
infeksius utama Mycobacterium tuberculosis adalah batang aerobic tahan
asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan
ultraviolet (Smeltzer and Bare, 2006).
B. KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
Menurut Sudoyo (2007), klasifikasi tuberkulosis yang banyak dipakai di
Indonesia adalah berdasarkan kelainan klinis, radiologis, dan
mikrobiologis, meliputi :
a. Tuberkulosis paru
b. Bekas tuberkulosis paru
c. Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam :
1) Tuberkulosisi paru tersangka yang diobati. Disini sputum BTA
negatif tetapi tana-tanda lain positif.
2) Tuberkulosisi paru yang tidak terobati. Disini sputum BTA
negative dan tanda-tanda lain juga meragukan TB tersangka dalam
2-3 bulan sudah harus dipastikan apakah termasuk TB paru (aktif)
bakteriologi, mikroskopik sputum BTA (langsung), biakan sputum
BTA, status radiologis, kelainan yang relevan untuk tuberkulosis
paru, status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan obat anti
tuberkulosis.
C. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacerium tuberkulosis, sejenis kuman
batang dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um, sebagian
besar kuman terdiri atas lemak (lipid), peptidoglikan dan arabinomannan.
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehingga
disebut Bakteri Tahan Asam (BTA), kuman dapat bertahan hidup pada
udara kering maupun dalam keadaan dingin, hal ini karena kuman bersifat
dormant, yaitu kuman dapat aktif kembali dan menjadikan tuberkulosis ini aktif lagi. Sifat lain adalah aerob, yaitu kuman lebih menyenangi jaringan
yang tinggi oksigennya (Sudoyo, 2007).
Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara.
Individu terinfeksi, melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau
bernyanyi, melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100 μ) dan kecil ( 1-
5 μ ). Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil tertahan
di udara dan terhirup oleh individu yang rentan. Mereka yang kontak dekat
dengan seseorang TB aktif, mempunyai resiko untuk tertular tuberkulosis,
hal ini juga tergantung pada banyaknya organisme yang terdapat di udara
(Smeltzer dan Bare, 2006).
D. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau
bahkan banyak pasien ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali
dalam pemeriksaan kesehatan. Menurut Sudoyo (2007) keluhan yang
terbanyak adalah demam, batuk/batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, dan
a. Demam
Biasanya subfebril meyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang
panas badan dapat mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali.
b. Batuk/Batuk darah
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai
dari batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif. Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
e. Malaise
Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu
makan, badan makin kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
malam, dll.
Pada stadium dini penyakit tuberkulosis paru biasanya tidak tampak
adanya tanda atau gejala yang khas. Tuberkulosis paru dapat didiagnosis
hanya dengan tes tuberkulin, pemeriksaan radiogram dan pemeriksaan
bakteriologik.
E. PATOFISIOLOGI
Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi.
Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana mereka
terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal,
imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
(neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit
spesifiktuberkulosis menghancurkan basil-basil dan jaringan normal
sehingga mengakibatkan peumpukan eksudat dalam alveoli menyebabkan
bronkopneumonia (Smeltzer dan Bare, 2006).
Bronkopneumonia ini dapat sumbuh dengan sendirinya, sehingga tidak
meninggalkan sisa atau proses dapat berjalan terus dan menyebabkan
nekrosis yang relatif padat dan seperti keju disebut nekrosis kaseosa.
Jaringan granulomas menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut
kolagenosa yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel. Bagian sentral dari lesi primer paru disebut focus
Ghon. Kebanyakan infeksi TB paru, kompleks ghon yang mengalami
pengapuran ini tidak terlihat secara klinis atau dengan radiografi. Jika
terjadi nekrosis kaseosa yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan
keluar melalui bronkus dan meninggalkan kavitas. Kavitas dapat sembuh
total tanpa meninggalkan bekas atau meluas dan menimbulkan perkijuan
penuh. Keadaan ini dapat membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan
menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit menyebar melalui getah bening
atau pembuluh darah dan menimbulkan lesi pada organ lain, penyebaran
ini disebut limfohematogen yang biasanya sembuh sendiri. Sedangkan
penyebaran hematogen merupakan penyebab TB milier, ini terjadi apabila
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk dan
tersebar ke organ-organ lain (Price dan Wilson, 2006).
F. PATHWAY
Terlampir
G. PENATALAKSANAAN
Menurut Muttaqin (2008) pentalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga
bagian, yaitu pencegahan, pengobatan, dan penemuan penderita (active
case finding).
1) Pemeriksaan kontrak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang
bergaul erat dengan penderita tuberkulosis paru Basil Tahan Asam
(BTA) positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis, dan
radiologi. Bila tes tuberkulin postif, maka pemeriksaan radiologis foto toraks diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih
negatif, diberikan Bacillus Calmette dan Guerin (BCG) vaksinasi.
Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan
diberikan kemoprofilaksi.
2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu .
3) Vaksinasi BCG (Bacillus Calmette dan Guerin)
4) Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH (Isoniazid) 5 %
mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau
mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit. Indikasi
kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi menyusui pada ibu
dengan BTA positif , sedangkan kemoprofilaksis sekunder
diperlukan bagi kelompok berikut:
1. Bayi di bawah 5 tahun dengan basil tes tuberkulin positif
karena resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB.
2. Anak remaja dibawah 20 tahun dengan hasil tuberkulin positif
yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular
3. Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari
negatif menjadi positif
4. Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat
imunosupresif jangka panjang
5. Penderita diabetes melitus.
6. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang tuberculosis
kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun petugas LSM
(misalnya Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Paru
b. Pengobatan Tuberkulosis Paru
Program nasional pemberatasan tuberkulosis paru, WHO menganjurkan
panduan obat sesuai dengan kategori penyakit. Kategori didasarkan
pada urutan kebutuhan pengobatan, sehingga penderita dibagi dalam
empat kategori antara lain, sebagai berikut :
1. Kategori I
Kategori I untuk kasus dengan sputum positif dan penderita dengan
sputum negatif. Dimulai dengan fase 2 HRZS(E) obat diberikan
setiap hari selama dua bulan. Bila setelah 2 bulan sputum menjadi
negatif dilanjutkan dengan fase lanjutan, bila setelah 2 bulan masih
tetap positif maka fase intensif diperpanjang 2-4 minggu, kemudian
dilanjutkan tanpa melihat sputum positif atau negtaif. Fase
lanjutannya adalah 4HR atau 4H3R3 diberikan selama 6-7 bulan
sehingga total penyembuhan 8-9 bulan.
2. Kategori II
Kategori II untuk kasus kambuh atau gagal dengan sputum tetap
positif. Fase intensif dalam bentuk 2HRZES-1HRZE, bila setelah
fase itensif sputum negatif dilanjutkan fase lanjutan. Bila dalam 3
bulan sputum masih positif maka fase intensif diperpanjang 1 bulan
dengan HRZE (Obat sisipan). Setelah 4 bulan sputum masih positif
maka pengobtan dihentikan 2-3 hari. Kemudian periksa biakan dan
uji resisten lalu diteruskan pengobatan fase lanjutan.
3. Kategori III
Kategori III untuk kasus dengan sputum negatif tetapi kelainan
parunya tidak luas dan kasus tuberkulosis luar paru selain yang
disebut dalam kategori I, pengobatan yang diberikan adalah
2HRZ/6 HE, 2HRZ/4 HR, 2HRZ/4 H3R3
4. Kategori IV
Kategori ini untuk tuberkulosis kronis. Prioritas pengobatan rendah
karena kemungkinan pengobatan kecil sekali. Negara kurang
seumur hidup, sedangkan negara maju pengobatan secara individu
dapat dicoba pemberian obat lapis 2 seperti Quinolon, Ethioamide,
Sikloserin, Amikasin, Kanamisin, dan sebagainya.
H. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
Menurut Doenges (2000) dasar data pengkajian pasien tergantung pada
tahap penyakit dan derajat yang terkena. Pada pasien dengan tuberculosis
paru pengkajian pasien meliputi:
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena
kerja , kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari,
menggigil dan/atau berkeringat.
Tanda : Takikardi, takipnea/dispnea pada saat kerja, kelelahan otot,
nyeri, sesak (tahap lanjut).
b. Integritas Ego
Gejala : Adanya faktor stres lama, masalah keuangan, perasaan
tidak berdaya/putus asa.
Tanda : Menyangkal (khususnya pada tahap dini), ansietas,
ketakutan,mudah terangsang.
c. Makanan dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan
berat badan.
Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan
otot/hilang lemak subkutan.
d. Nyeri dan Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
e. Pernafasan
Gejala : Batuk, produktif atau tidak produktif , nafas pendek,
riwayat tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan Penyakit luas atau
fibrosis parenkim paru dan pleura), Pengembangan pernafasan tak
simetris (efusi pleural). Perkusi pekak dan penurunan fremitus
(cairan pleural atau penebalan pleural). Bunyi nafas menurun / tak
ada secara bilateral atau unilateral (efusi pleural/pneumotorak).
Bunyi nafas tubuler dan / atau bisikan pektoral di atas lesi luas.
Krekel tercatat diatas apek pru selama inspirasi cepat setelah batuk
pendek (krekels pasttussic).
f. Keamanan
Gejala: Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker, tes
HIV positif.
Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut.
g. Interaksi Sosial
Gejala : Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas
fisik untuk melaksanakan peran.
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga TB , ketidakmampuan umum/status
kesehatan buruk, gagal untuk membaik/kambuhnya TB, tidak
berpartisipasi dalam terapi.
i. Rencana Pemulangan : Memerlukan bantuan dengan/gangguan
dalam terapi obat dan bantuan perawatan diri dan pemeliharaan /
perawatan rumah
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang perlu dikaji pada pasien tuberkulosis paru
menurut Doenges (2000).
a. Klutur sputum: Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada
b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk
usapan cairan darah): positif untuk basil asam-cepat.
c. Tes kulit (PPD,Mantoux, potongan Vollmer): Reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi
intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya
antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinis sakit berarti bahwa
TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh
mikrovakterium yang berbeda.
d. ELISA/Westren Blot : Dapat menyatakan adanya HIV
e. Foto Torak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru
atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan.
Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area
fibrosa.
f. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine
dan cairan serebrospinal, biopsi kulit) : positif untuk
Mycobacterium tuberculosis.
g. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB,
adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis
h. Elektrosit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya
infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi
air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
i. GDA : Dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa
pada paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan
ruang mati, peningkatan rasio uadar residu dan kapasitas paru total,
dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap inflitrasi
parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural
I. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan
efektif paru, atelektasis, kerusakan membran alveolarkapiler, sekret
kental dan tebal
Tujuan : Tidak ada tanda-tanda dispnea atau penurunan dispnea
Kriteria hasil : Melaporkan tidak adanya penurunan dispnea,
menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
dengan GDA dalam rentang normal, bebas dari gejala distres
pernafasan.
Intervensi
a. Kaji dispnea, takipnea, tidak normal atau menurunnya bunyi nafas,
peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada
dan kelemahan.
Rasional : TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian
kecil bronkopneumonia sampai inflamasi difusi luas nekrosis effusi
pleural untuk fibrosis luas. Efek pernafasan dapat dari ringan
sampai dipsnea berat sampai disstres pernafasan.
b. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan
perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.
Rasional : Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat
mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan.
c. Tunjukkan/dorong bernafas dengan bibir selama endikasi,
khususnya untuk pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
Rasional : Membuat tahanan melawan udara luar untuk mencegah
kolaps atau penyempitan jalan nafas, sehingga membantu
meyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan atau
menurunkan nafas pendek.
d. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas pasien
sesuai keperluan.
Rasional : Penurunan kandungan oksigen/kebutuhan selama
e. Kolaborasi medis dengan mengawasi seri GDA/nadi ksimetri dan
pemberian oksigen tambahan yang sesuai.
Rasional : Penurunan kandungan oksigen (PAO2) dan/atau saturasi
atau peningkatan PaCO2 meunjukkan kebutuhan untuk
intervensi/perubahan program terapi. Alat dalam memperbaiki
hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan
ventilasi/menurunnya permukaan alveolar paru.
2. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan dan inadekuat
oksigen untuk aktivitas
Tujuan : Agar aktivitas kembali efektif
Kriteria hasil : pasien mampu melakukan ADLnya secara mandiri dan
tidak kelelahan setelah beraktivitas
Intervensi
a. Secara bertahap tingkatan aktivitas harian klien sesuai peningkatan
toleransi.
Rasional : Mempertahankan pernafasan lambat,sedang dan latihan
yang diawasi memperbaiki kekuatan aotot asesori dan fungsi
pernafasan.
b. Memberi dukungan emosional dan semangat.
Rasional : Rasa takut terhadap kesulitan bernafas dapat
menghamabat peningkatann aktivitas
c. Setelah aktivitas kaji respon abnormal untuk meningkatkan
aktivitas.
Rasional : Intoleransi aktivitas dapat di kaji dengan mengevaluasi
jantung sirkulasi dan status pernafasan setelah beraktivitas
d. Kaji kemampuan pasien untuk belajar.
Rasional : Belajar tergantung emosi dari kesiapan fisik dan
3. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan yang
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan
penatalaksanaan perawatan rumah.
Tujuan : Pasien mampu melaksanakan apa yang telah diinformasikan.
Kriteria hasil : Pasin terlihat mengalami penurunan potensi menularkan
penyakit yang ditunjukkan oleh kegagalan kontrak pasien
Intervensi
a. Kaji kemampuan pasien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat
kecemasan, kelemahan umum, pengetahuan pasien sebelumnya,
dan suasana yang tepat)
Rasional : Keberhasilanan proses pembelajaran dipengaruhi oleh
kesiapan fisik, emosional dan lingkungan yang kondusif
b. Jelaskan tentang dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang
diharapkan dan alasan mengapa pengobatan TB berlangsung dalam
waktu lama Rasional : Meningkatkan partisipasi pasien dalam
program pengobatan dan mencegah putus obat karena membaiknya
kondisi fisik pasien sebelum jadwal terapi selesai
c. Ajarkan dan nilai kemampuan klien untuk mengidentifikasi gejala
/tanda reaktivitas penyakit
Rasional : Dapat menunjukan pengaktifan ulang proses penyakit
dan efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut.
d. Tekankan pentingnya mempertahankan intake nutrisi yang
mengandung protein dan kalori yang tinggi serta intake cairan yang
cukup setiap hari. Rasional : Diet TKTP dan cairan yang adekuat
DAFTAR PUSTAKA
Ayanti. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Paatofisiologi. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media
Aescupalis.
Price dan Silvia. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzane. C dan Brenda G. Bare. (2004). Buku Ajaran Keperawatan
1
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
PENYAKIT TUBERKULOSIS
Disusun Oleh
Nurul Istiqomah (A01301800)
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2 SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Diagnosa keperawatan :Kurangnya informasi mengenai penyakit tuberkulosis
Pokok Bahasan : Penyakit Tuberkulosis
Sub Pokok Bahasan : Mengetahui pengertian, cara penularan, tahap
pengobatan, alasan pengobatan, efek yang muncul bila
berhenti minum obat
Sasaran : Tn. S dan keluarga
Waktu : 30 Menit
Pertemuan Ke- : 2
Hari/ Tanggal Pelaksanaan : Jum’at, 10 Juni 2016
Tempat : RSUD Dr. Soedirman Kebumen ruang Cempaka
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan tentang Tuberculosis selama 30 menit
diharapkan Tn. S dan keluarga mampu mengetahui pengertian, cara penularan, tahap
pengobatan, alasan pengobatan, efek yang muncul bila berhenti minum obat
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit diharapkan sasaran dapat :
1. Mengetahui tentang pengertian tuberkulosis.
2. Menyebutkan cara penularan tuberkulosisdengan benar tanpa melihat catatan/
leaflet
3. Menyebutkan tahap pengobatan tuberkulosis dengan benar tanpa melihat
catatan/ leaflet
4. Menyebutkan alasan pengobatan tuberkulosis dengan benar tanpa melihat
catatan/ leaflet
5. Menyebutkan efek yang muncul bila berhenti minum obat tuberkulosis dengan
benar tanpa melihat catatan/ leaflet
C. Pokok Materi
1. Pengertian Tuberkulosis
3
3. Tahap pengobatan tuberkulosis
4. Alasan pengobatan tuberkulosis
5. Efek yang muncul bila berhenti minum obat tuberkulosis
D.Metode
1 Mempersiapkan materi,
media, tempat,kontrak
5 menit Ceramah Leaflet Menjawab
salam, men-
dengarkan
dan mem-
4
3. Tahap pengobatan
tuberkulosis
4. Alasan pengobatan
tuberculosis
5. Efek yang muncul
bila berhenti minum
obat tuberkulosis
10 menit Ceramah Leaflet Menyimak
dan
men-dengarkan
4 Evaluasi :
Memberi kesempatan
kepada klien untuk
bertanya dan memberi
kesempatan kepada klien
untuk menjawab
pertanyaan yang
dilontarkan
7 menit Ceramah,tanya
jawab
kasih atas kesematanya
3 menit Ceramah Menjawab
5 G. Evaluasi
Prosedur : Post test
Jenis tes : Pertanyaan secara lisan
Butir soal : 4 soal
1. Evaluasi Struktural
a. Satuan Acara Pembelajaran sudah siap sesuai dengan msalah keperawatan.
b. Kontak waktu sudah tepat dengan pasien dan keluarganya.
c. Media sudah disiapkan yaitu fotocopy materi.
2. Evaluasi Proses
a. Media dapat digunakan dengan baik.
b. Pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan sesuai waktu kontrak.
c. Peserta dapat mengikuti sampai selesai.
3. Evaluasi Hasil
a. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan pengertian tuberkulosis.
b. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan cara penularan tuberkulosis 2 poin
yang sudah dijelaskan.
c. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan tahap pengobatan tuberkulosis 2
poin yang sudah dijelaskan
d. Pasien dan keluarga mampu menyebutkan alasan pengobatan tuberculosis 6
poin yang sudah dijelaskan
e. Pasien dan keluarga mampu menyebutkan efek yang muncul bila berhenti
minum obat tuberkulosis yang sudah dijelaskan
H. Materi dan Media Terlampir
6
DAFTAR PUSTAKA
Ayanti. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Paatofisiologi. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aescupalis.
Price dan Silvia. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, Suzane. C dan Brenda G. Bare. (2004). Buku Ajaran Keperawatan Medikal
Bedah Bruner & Suddarth. Jakarta: EGC.
7 Lampiran Materi
TUBERKULOSIS
A. Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang aerobik dan tahan asam ini, dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit (Price dan Wilson, 2006).
B. Cara penularan tuberculosis
1. Langsung
Bila penderita batuk atau bersin berhadapan dengan orang lain, terhisap kedalam paru orang sehat.
2. Tidak langsung
Bila penderita batuk dan meludah ditempat teduh dan lembab, ludah tersebut akan mongering dan diterbangkan angin kemudian terhisap oleh orang sehat
C. Tahap pengobatan tuberculosis
1. Tahap awal (intensif) : pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan bakteri TB. Bila diberikan secara tepat biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 bulan
2. Tahap lanjutan : pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama. Tahap ini penting untuk membunuh kumna sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
D. Alasan pengobatan tuberculosis
1. Untuk menyembuhkan pasien
2. Mencegah terjadinya penurunan kekebalan
3. Mencegah kematian
4. Memutuskan rantai penularan
5. Mencegah kekambuhan
E. Efek yang muncul bila berhenti minum obat tuberkulosis
1. Munculnya Kuman TB yang kebal terhadap obat TB
2. Kuman menyebarkan melalui udara
NURUL ISTIQOMAH
A01301800
STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
DISUSUN OLEH:
NURUL ISTIQOMAH (A01301800)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
PENGERTIAN TUBERKULOSIS
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis
.
Kuman batang aerobik dan tahan asam ini, dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit (Price dan
Wilson, 2006).
Cara penularan tuberculosis
1.
langsung
Bila penderita batuk atau bersin berhadapan dengan orang lain, terhisap kedalam paru orang sehat.
2. tidak langsung
Tahap pengobatan tuberkulosis
1.
Tahap awal (intensif) : pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan bakteri TB. Bila
diberikan secara tepat biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam
kurun waktu 2 bulan
2.
Tahap lanjutan : pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
Alasan pengobatan tuberculosis
1.
Untuk menyembuhkan pasien
2.
Mencegah terjadinya penurunan kekebalan
3.
Mencegah kematian
4.
Memutuskan rantai penularan
1. MENYEMBUHKAN PASIEN 2. MENCEGAH PENULARAN 3. MENCEGAH KEMATIAN
Efek yang muncul bila berhenti minum obat tuberkulosis
1.
Munculnya Kuman TB yang kebal terhadap obat TB
2.
Kuman menyebarkan melalui udara