• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - KASTAM BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - KASTAM BAB I"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca adalah fondasi dasar dan cara termudah untuk meningkatkan informasi dan pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar membaca (reading society). Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa mendatang.

Laporan Program for International Student Assesment (PISA) tahun 2000 menilai kemampuan membaca, kamampuan matematika, kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menjadi indikasi sumber daya manusia sebuah negara. Indonesia dalam PISA berada pada urutan 39 dari 65 negara dengan skor kemampuan membaca 402. Posisi Indonesia yang hampir diambang batas bawah sangat memprihatinkan karena kemampuan membaca yang rendah menunjukkan perhatian yang kurang pada perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Cina saat ini bergerak menjadi raksasa ekonomi dunia melalui kemampuan membaca masyarakat dengan skor tertinggi berdasarkan laporan PISA dibandingkan negara lain (Hayat, dkk, 2010 : 134)

(2)

diartikan sebagai kemampuan dasar untuk baca-tulis-hitung. Kini literacy dimaknai sebagai kemampuan esensial yang diperlukan orang dewasa untuk memberdayakan pribadi, memperoleh dan melaksanakan pekerjaan, serta berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik. Paradigma pengertian literasi telah bergeser sehingga usaha memajukan pendidikan Indonesia seharusnya dapat lebih dimaksimalkan tidak hanya mengelola nilai kognitif semata.

Indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau educational for all di Indonesia tahun ini juga mengalami penurunan. Jika tahun 2010 berada pada peringkat 65, tahun 2011 merosot menjadi peringkat 69. Berdasarkan data tahun 2008 Education for All (EFA) Global Monitoring Report yang berjudul “Di Balik Krisis : Konflik Militer dan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO)”, indeks pembangunan pendidikan Indonesia (education development index/EDI) adalah 0,934. Nilai ini menempatkan Indonesia pada posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95. Kategori medium di atas 0,80, sedang kategori rendah di bawah 0,80. Nilai ini menempatkan Indonesia dibawah Brunai (peringkat 34) dan Malaysia (peringkat 65). Penurunan EDI Indonesia cukup tinggi disebabkan oleh rendahnya partisipasi penduduk pada jenjang pendidikan rendah.

(3)

nilai paling rendah dibandingkan bangsa lain setelah Philipina (52,6), Thailand (65,1) dan Hongkong (75,5).

Data Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) menyebutkan selain masalah kualitas buku, dari segi produktifitas selain buku pelajaran sudah menurun drastis sejak lima tahun terakhir. Tahun 1999, pengarang mampu memproduksi 9.000 judul buku, sedangkan saat ini hanya 6.000 judul buku setiap tahun. Indonesia masih tertinggal apabila dibandingkan dengan Malaysia yang memproduksi lebih dari 15.000 judul buku per tahun. Jepang memproduksi 60.000 judul buku, dan Inggris memproduksi 110.155 judul buku setiap tahun.

Jumlah buku yang diterbitkan menjadi indikator produktifitas penulis, karena seorang penulis yang baik dapat dipastikan adalah pembaca yang baik. Untuk dapat menulis buku yang berkualitas, seseorang harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang memadai sehingga karyanya akan memberi nilai tambah bagi pembaca.

(4)

Indonesia masih lebih suka memanjakan telinga dengan musik daripada memberi gisi otak dengan ilmu dan informasi melalui membaca.

Kegiatan pembelajaran sastra di sekolah merupakan upaya untuk membaca dan memahami isi karya-karya yang bermutu. Di beberapa negara, sekolah mewajibkan siswanya untuk membaca sastra. Hal ini dimaksudkan agar terbentuk dan terlatih kebiasaan dan kesenangan membaca buku. Kewajiban membaca di Indonesia dituangkan dalam kurikulum Standar Isi (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006) bahwa siswa harus membaca buku minimal 15 eksemplar untuk siswa SMA dalam tiga tahun, sedangkan untuk untuk SMP sebanyak 9 judul buku dan untuk SD dibawah jumlah tersebut.

Kegiatan membaca perlu ditunjang oleh sumber bacaan yang memadai. Menurut Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana Prasarana, jumlah ideal buku mata pelajaran adalah 1 buku/siswa, buku pengayaan minimal 2000 eksemplar dimana 60% (1200) buku nonfiksi dan 40% (800) buku fiksi, buku referensi 10 judul, dan sumber belajar lain (majalah, koran, beletin, dll) 10 judul. SMP Negeri 3 Kesugihan dengan jumlah siswa sebanyak 669 terdapat buku pelajaran 7122 eksemplar untuk 12 mata pelajaran, buku nonfiksi 170 eksemplar, buku fiksi 479 eksemplar, dan majalah 1 eksemplar. Data tersebut menunjukkan masih terjadi kekurangan mengenai sumber bacaan.

(5)

jumlah tersebut, membaca koran menempati peringkat pertama, disusul membaca majalah, dan membaca lainnya. Umumnya mereka enggan membaca buku pelajaran dikarenakan berbagai alasan, antara lain jenuh, membosankan dan kurang menarik.

Data diperkuat dari daftar kunjungan perpustakaan, dimana dalam enam bulan terakhir (Juli – Desember 2012) jumlah pengunjung perpustakaan SMP Negeri 3 Kesugihan sebanyak 819 siswa, dimana jumlah hari efektif dalam enam bulan tersebut sebanyak 139 hari, sehingga pengunjung rata-rata perhari 16,97 siswa. Kehadiran mereka bukan karena tuntutan untuk membaca melainkan untuk penyelesaian suatu tugas. Dengan kata lain mereka ke perpustakaan bukan karena minat baca yang tinggi melainkan karena tugas.

(6)

informasi aktual merupakan pembelajaran teacher centered, pembelajaran teacher centered hanya mempelajari bahasa Indonesia pada domain kognitif terendah.

Kondisi diatas berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Dari data hasil tes semester I menunjukan bahwa rata-rata hasil tes bahasa Indonesia kelas VII yang berjumlah 219 siswa sebesar 68, dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 52. Nilai tersebut masih dibawah kriteria ketuntasan minimal bahasa Indonesia yang tercantum dalam kurikulum SMP Negeri 3 Kesugihan, yaitu 70. Setelah dilakukan analisis soal oleh guru bahasa Indonesia diketahui bahwa umumnya siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal pemahaman.

Sesuai Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses diamanatkan bahwa dalam kegiatan inti pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis siswa. Dengan demikian guru hendaknya menerapkan metode pembelajaran yang dapat melibatkan aktivitas siswa.

Jauhar (2011: 42) menyatakan bahwa menurut teori belajar kontruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa, artinya siswa harus aktif membangun struktur pengetahuannya. Teori belajar konstruktivisme sesuai dengan karakteristik PAIKEM yaitu pembelajaran berpusat pada siswa (student centered).

(7)

Menurut Jauhar (2011: 36) belajar seharusnya diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkret dalam laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang pengembangannya dijadikan ide dan konsep baru.

Metode Cooperativ Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan lebih luas kepada siswa untuk mengembangkan pola pikir dan argumentasi dalam mengaktualisasi diri khususnya terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Menurut Slavin (dalam Farida, 2008 : 35) metode CIRC dapat membantu siswa belajar membaca pemahaman yang lebih luas dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah.

Selain metode tersebut, metode Survey, Question, Read, Recite, and Review (SQ3R) merupakan salah satu metode yang efektif dalam pembelajaran membaca. Metode ini diyakini dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa dan dapat menyimpan informasi untuk bahan diskusi, kuis dan tes, bahkan motode ini cocok untuk pembelajaran kelas V sampai kelas XII (Syamsi, 2010 : 3).

Kedua metode tersebut dipilih secara bersamaan mengingat peneliti ingin mencari perbandingan tentang efektifitas kedua metode itu dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman khususnya siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kesugihan. Sekalipun secara sendiri-sendiri kedua metode tersebut telah diteliti di beberapa tempat dan terbukti efektif.

(8)

adalah pusat dari pembelajaran. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya pembelajaran. PAIKEM lebih memungkinkan guru dan siswa berbuat kreatif sehingga hasil belajar dapat meningkat (Jauhar, 2011: 152). Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik, diperlukan metode pembelajaran yang tepat.

Oleh karena itu peneliti mencoba menggunakan metode CIRC dan SQ3R untuk dapat menumbuhkan minat baca dan sekaligus kemampuan membaca siswa. Metode ini diyakini dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dan sekaligus mudah dalam pelaksanaan serta lebih ekonomis. Selain itu metode tersebut telah terbukti dapat mengeksplorasi aktifitas dan kretifitas siswa lebih dalam.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Indonesia dalam PISA berada pada urutan 39 dari 65 negara dengan skor kemampuan membaca 402. Posisi Indonesia sangat memprihatinkan karena kemampuan membaca yang rendah menunjukkan perhatian yang kurang pada perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.

(9)

3. Minat baca siswa SMP Negeri 3 Kesugihan dibawah 40 %. Dari 219 siswa kelas VII hanya 84 siswa yang mempunyai kebiasaan membaca secara rutin di rumah dan di sekolah.

4. Data kunjungan perpustakaan SMP Negeri 3 Kesugihan dalam enam bulan terakhir (Juli – Desember 2012) sebanyak 819 siswa, dimana jumlah hari efektif dalam enam bulan tersebut sebanyak 139 hari, sehingga pengunjung rata-rata perhari 16,97 siswa

5. Hasil belajar bahasa Indonesia pada semester I dengan rata-rata nilai sebesar 68 (masih dibawah KKM : 70). Dari hasil analisis diketahui bahwa umumnya anak mengalami kesulitan dalam menjawab soal pemahaman.

6. Sesuai dengan amanat Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses bahwa pendekatan PAIKEM harus dilaksanakan dalam pembelajaran, namun faktanya belum diterapkan secara maksimal.

7. Pembelajaran bahasa Indonesia cenderung disampaikan dengan ceramah. Hal ini kurang sesuai dengan teori belajar kontruktivisme yaitu pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa, artinya siswa harus aktif membangun struktur pengetahuannya.

(10)

C. Pembatasan Masalah

Tidak semua permasalahan dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini membatasi diri pada hal-hal berikut.

1. Pembelajaran bahasa Indonesia kompetensi dasar membaca pemahaman dengan metode CIRC dan SQ3R.

2. Penggunaan metode CIRC dan SQ3R untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.

3. Pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan di SMP Negeri 3 Kesugihan Tahun Pelajaran 2012-2013 semester 2.

4. Pembelajaran diperuntukan bagi siswa kelas VII dengan kelas VII.B sebagai kelas eksperimen metode SQ3R dan VII.E sebagai kelas eksperimen metode CIRC.

D. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan permasalahan yang ada dan untuk lebih memfokuskan penelitian, maka dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Apakah metode CIRC efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kesugihan?

2. Apakah metode SQ3R efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kesugihan?

(11)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini meliputi:

1. Untuk mengetahui efektivitas metode CIRC dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kesugihan.

2. Untuk mengetahui efektivitas metode SQ3R dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kesugihan.

3. Untuk mengetahui mana yang lebih efektif pembelajaran menggunakan metode CIRC atau metode SQ3R dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kesugihan.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Untuk memberikan sumbangan pemikiran baru dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya aspek membaca pemahaman di SMP Negeri 3 Kesugihan, dan secara umum bermanfaat dalam mengembangkan ilmu tentang pembelajaran bahasa bagi siswa SMP. Disamping itu, penelitian ini dapat pula digunakan sebagai bahan pijakan untuk kegiatan penelitian lanjutan maupun sebagai bahan inovasi dalam mengajar dimana penelitian ini dilakukan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

(12)

2) Membantu dalam pembelajaran bahasa Indonesia agar lebih menarik dan menyenangkan.

3) Membantu memperjelas dalam memahami materi yang diajarkan. 4) Meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa.

b. Bagi Guru

1) Menambah wawasan terhadap alternatif metode pembelajaran yang bermanfaat bagi pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia.

2) Menambah wawasan dalam meningkatkan minat dan kemampuan membaca pemahaman siswa.

3) Membantu memudahkan dalam pelaksanaan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

c. Bagi Peneliti

1) Melatih kemampuan menggunakan metode pembelajaran, khususnya metode CIRC dan SQ3R

2) Melatih kemampuan meneliti, khususnya dalam bidang pendidikan. 3) Memberikan inspirasi untuk meneliti lebih lanjut tentang metode

CIRC dan SQ3R serta penerapannya dalam pembelajaran.

G. Definisi Operasional

(13)

1. Metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Compotition (CIRC) adalah metode pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran membaca dengan melibatkan siswa secara penuh. Siswa dibentuk dalam kelompok yang terdiri dari 4 – 5 siswa. Setiap kelompok diberi teks bacaan, siswa saling membacakan dan dilanjutkan dengan diskusi dan membuat ikhtisar serta melaksanakan tugas guru yang berkaitan dengan bacaan.

2. Metode Survey, Question, Read, Recite, and Review (SQ3R) adalah metode pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran membaca yang memperkenalkan pengorganisasian, prediksi, dan pemahaman siswa. Siswa secara berpasangan/ kelompok diberi teks untuk mensurvei, bertanya, membaca, mengatakan dan meninjau kembali isi teks. Selanjutnya siswa secara kelompok melaporkan hasil membaca yang berupa pertanyaan dan jawaban yang telah didiskusikan kepada guru.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Variabel reliability (X 2 ), yang meliputi indikator petugas memberikan pelayanan yang tepat, petugas memberikan pelayanan yang cepat, petugas memberikan pelayanan

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

atau negatif yang signifikan terhadap Terhadap CCR Pada PNPM Mandiri. Perkotaan di

Kebudayaan fisik itu membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang semakin menjauhkan manusia dari lingkungan aslinya sehingga mempengaruhi pula pola-pola