• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini - BAB II YULIANA INTAN TOYIBAH PAUD'18

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini - BAB II YULIANA INTAN TOYIBAH PAUD'18"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini

(2)

1. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Menurut Yusuf (2011: 15) Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri

individu dari mulai lahir sampai mati” (The progressive and continous change

in the organism from birth to death). Pengertian lain dari perkembangan

adalah “perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah). Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya.

(3)

berbicara dengan dirinya sendiri apabila berkhayal, pada saat merencanakan menyelesaikan masalah, dan menyerasikan gerakan mereka.

Anak-anak secara bertahap berubah dari melakukan ekspresi suara saja lalu berekspresi dengan berkomunikasi, dan dari hanya berkomunikasi dengan menggunakan gerakan dan isyarat untuk menunjukan kemauannya, berkembang menjadi komunikasi melalui ujaran yang tepat dan jelas. Hal-hal di sekitar anak akan mempunyai arti apabila anak mengenal nama diri, pengalaman-pengalaman dan situasi yang dihadapi anak akan mempunyai arti pula apabila anak mampu menggunakan kata-kata untuk menjelaskannya. Dengan menggunakan kata-kata untuk menyebut benda-benda atau mejelaskan peristiwa, akan membantu anak untuk membentuk gagasan yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. melalui bahasa, pendengar/ penerima berita akan mampu memahami apa yang dimaksudkan oleh pengirim berita. Anak-anak dapat mengguanakan bahasa dengan ungkapan yang lain, misalnya bermain peran, isyarat yang ekspresif, dan melalui bentuk seni (misalnya menggambar). Ungkapan tersebut dapat merupakan petunjuk bagaimana anak memandang dunia dalam kaitannya dengan orang lain.

(4)

anak dalam memasuki lingkungan yang baru. Wiguna dan Noorhana, (dalam Izzaty, 2005). Dengan kata lain, bahasa sangat berperan dalam perkembangan anak. Bahasa dapat memfasilitasi komunikasi interpersonal, membantu mengorganisasikan pikiran, dan membantu dalam mempelajari sesuatu. Perkembangan dari kemampuan berkomunikasi merupakan sesuatu hal yang penting dalam rangka pembelajaran bahasa.

Perkembangan bahasa anak juga terlihat ketika anak juga mulai dapat merespon pada pertanyaan mengenai kuantitas. Adanya kemampuan berbahasa, maka anak dapat meningkatkan rasa percaya diri dalam berkomunikasi dengan sepermainan menunjukkan peningkatan pesat kemampuannya bersosialisasi dan melatih mereka untuk mengasah kemampuan atau keterampilan bahasa mereka.

Menurut Santrock (2007:353) Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi-entah itu lisan, tertulis atau isyarat yang berdasarkan pada suatu sistem dari simbol-simbol. Bahasa terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh masyarakat beserta aturan-aturan untuk menyusun berbagai variasi dan mengkombinasikannya. Semua bahasa manusia memiliki beberapa karakteristik umum. Hal ini termasuk generatifis tak terbatas dan aturan-aturan organisasi. Generativitas tak terbatas adalah kemampuan menghasilkan sejumlah kalimat bermakna tanpa batas dengan menggunakan aturan-aturan dan kata-kata yang terbatas.

(5)

dalam penggunaan bahasa yang berkenaan dengan situasi sosial yang dihadapinya. Anak-anak harus dapat mengirim pesan yang ingin disampaikannya kepada orang lain supaya ia mengerti pembicaraan orang lain. Anak-anak mengembangkan kemampuan bahasa dengan melalui petunjuk khusus dan melalui observasi dan mengenal orang lain berbicara. Anak-anak tumbuh dan berkembang tidak hanya belajar bagaimana berfikir dan berperasaan yang tepat melalui pemilihan kata-kata yang sopan, namun mereka juga belajar bagaimana mengekspresikan emosi seperti marah yang tepat, sehingga tidak memberikan respon penolakan dari lingkungan. Anak mampu menerima dan mengekspresikan bahasa dengan berbagai cara.

Menurut Yusuf (dalam Rahmawati & Kurniati, 2012) menyatakan bahwa bahasa merupakan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat bilangan, lukisan, dan mimik muka.

(6)

penting. Kesempatan untuk percakapan lebih sering, baik didalam kelompok kecil maupun berpasangan satu-satu, harus ada setiap harinya. Guru perlu untuk merespons upaya anak untuk berkomunikasi dengan cepat dan langsung.

Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek dari pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang dapat digunakan untuk berfikir, mengekspresikan perasaan dan melalui bahasa dapat menerima pikiran dan perasaan orang lain. Perkembangan bahasa anak usia dini bertujuan supaya anak-anak mampu berkomunikasi dengan lingkungannya.

2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Menurut Hurlock (1978: 186-187) ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak usia dini, yaitu:

a. Kesehatan

Anak yang sehat, lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang tidak sehat, karena motivasinya lebih lebih kuat untuk menjadi anggota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut. b. Kecerdasan

(7)

c. Keadaan Sosial Ekonomi

Anak dari kelompok yang keadaan sosial ekonominya tinggi lebih mudah belajar berbicara, mengungkapkan dirinya lebih baik, dan lebih banyak berbicara ketimbang anak dari kelompok yang keadaan sosial ekonominya lebih rendah. Penyebab utamanya adalah bahwa anak dari kelompok yang lebih tinggi, lebih banyak didorong unutk berbicara dan lebih banyak dibimbing melakukannya.

d. Jenis Kelamin

Di bandingkan dengan anak perempuan, anak laki-laki tertinggal dalam belajar berbicara. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak lelaki lebih pendek dan kurang betul tata bahasanya, kosakata yang diucapkan lebih sedikit, dan pengungkapannya kurang tepat ketimbang anak perempuan. e. Keinginan Berkomunikasi

Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan untuk belajar.

f. Dorongan

(8)

g. Ukuran Keluarga

Anak tinggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara lebih awal dan lebih baik ketimbang anak dari keluarga besar, karena orangtua dapat menyisihkan waktu yang lebih banyak untuk mengajar anaknya berbicara. h. Urutan Kelahiran

Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul ketimbang anak yang lahir kemudian. Karena orangtua dapat menyisihkan waktunya yang lebih banyak untuk mengajar dan mendorong anak yang lahir pertama dalam belajar bebicara ketimbang untuk anak yang lahir kemudian.

i. Metode Pelatihan Anak

Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa “anak harus dilihat dan bukan di dengar” merupakan hambatan belajar,

sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasaan dan demokratis akan mendorong anak untuk belajar.

j. Kelahiran Kembar

(9)

k. Hubungan Dengan Teman Sebaya

Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya dan semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota kelompok sebaya, akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar berbicara.

l. Kepribadian

Anak yang dapat menyesuaiakan diri dengan baik cenderung kemampuan bicaranya lebih baik, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, ketimbang anak yang penyesuaian dirinya jelek. Kenyataanya bicara sering kali dipandang sebagai salah satu petunjuk anak yang sehat mental. Menurut Yusuf (2011: 121-122) Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh faktor-faktor kesehatan, intelegensi, status sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.

a. Faktor kesehatan

(10)

b. Inteligensi

Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat intelegensinya. Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai intelegnsi normal atau diatas normal. Namun begitu, tidak semua anak yang mengalami kelambatan perkembangan bahasanya pada usia awal, dikategorikan sebagai anak yang bodoh

c. Status sosial ekonomi keluarga

Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik.

d. Jenis kelamin

Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antara pria dengan wanita. Namun mulai usia dua tahun, anak wanita menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak pria

e. Hubungan keluarga

(11)

mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan bahasanya. Hubungan yang tidak sehat itu bisa berupa sikap orangtua yang keras/ kasar, kurang kasih sayang, atau kurang perhatian untuk memberikan latihan dan contoh dalam berbahasa yang baik kepada anak, maka perkambangan bahasa anak akan cenderung akan mengalami stagnasi atau kelainan seperti: gagap dalam berbicara, tidak jelas, dalam mengungkapkan kata-kata, merasa takut untuk menggunakan pendapat dan berkata yang kasar atau tidak sopan.

Menurut Laila (2013), mengemukakan bahwa Lingkungan merupakan tempat dimana seorang anak tumbuh dan berkembang, sehingga lingkungan banyak berperan dalam membentuk kepribadian dan karakter seseorang. Bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak, setelah itu sekolah dan kemudian masyarakat. Keluarga dipandang sebagai lingkungan dini yang dibangun oleh orangtua dan orang-orang terdekat. Keluarga bagi seorang anak merupakan lembaga pendidikan non formal pertama, di mana mereka hidup, berkembang, dan matang. Dalam sebuah keluarga, seorang anak pertama kali diajarkan pada pendidikan. Melalui pendidikan dalam keluarga tersebut anak mendapatkan pengalaman, kebiasaan, ketrampilan berbagai sikap dan bermacam-macam ilmu pengetahuan.

(12)

salah satu aspek dari beberapa tahapan perkembangan anak yang seharusnya menjadi perhatian orang tua di rumah dan guru di sekolah.

3. Pentingnya Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini

Menurut Otto (2015: 23) Kemampuan bahasa anak berkembang baik dalam bentuk reseptif maupun ekspresif. Mendengarkan merupakan kemampuan bahasa reseptif yang penting, karena mendengarkan diperlukan dalam “menerima bahasa”. Mendengarkan bukanlah suatu kegiatan yang pasif

tetapi agar menjadi lebih efektif, dan menjadi suatu kegiatan yang aktif penuh tujuan. Di sekolah, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktunya untuk mendengarkan gurunya dan teman sekelasnya. Kemampuan mereka untuk mendengarkan dan memahami arahan serta instruksi gurunya dan kontribusi teman sekelasnya memengaruhi apa dan seberapa banyak yang sudah dipelajari.

Rahmawati & Kurniati (2005: 400) Masa awal kanak-kanak sangat diwarnai dengan aktivitas banyak bertanya. Misalnya ketika anak-anak diajak untuk belajar dilingkungan sekitar maka anak akan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan, seperti:

Anak : “Apa ini Bu?”

Guru : “Kodok”

Anak : “Kodok apa?”

Guru : “Kodok sawah”

Anak : “Sawah apa?

(13)

Anak : “Tempat menanam padi? Yang mana ? dimana ?” dan seterusnya.

Jadi seperti itu, maka dapat dilihat betapa antusisanya anak dalam mengenali suatu obyek, ia akan bertanya tanpa lelah, tanpa malu, tanpa takut, tanpa henti. Ada masanya kebiasaan ini muncul dalam tahap perkembangan anak, dan ada masanya pula berhenti dengan sendirinya. Ditaman kanak-kanak, guru bisa mengharapkan anak untuk menunjukkan kemampuan bahasanya dalam cakupan yang lebih luas. Cakupan ini menunjukkan tidak hanya pola-pola perkembangan yang khas tetapi juga cakupan pengalaman yang diperoleh dirumah dan pendidikan pra sekolah yang memengaruhi perkembangan bahasa.

Menurut Otto (2015 : 315) pada taman kanak-kanak, kegiatan bertanya ini semakin sering digunakan untuk mendiskusikan fenomena yang lebih kompleks dan yang tidak ada di depan mereka saat diskusi itu berlangsung. Guru harus menggunakan strategi yang bisa “meluaskan kemampuan anak

(14)

Berdasarkan uraian diatas maka kemampuan bahasa anak usia dini sangatlah penting, karena dengan bahasa anak dapat mengkomunikasikan apa apa yang ia peroleh, mereka memiliki kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya melalui bahasanya yang mungkin orang lain tidak mengetahui ucapannya tetapi setidaknya anak sudah bisa berbahasa degan sesuai.

Suyadi (2010:108) Adapun indikator yang dapat mengukur kemampuan bahasa anak usia dini adalah; Mampu mengenal masing-masing bunyi huruf, Senang dibacakan cerita, Mampu diajak berdialog sederhana, Mampu membuat kalimat bersajak. Sedangkan menurut Dimyati (2015) dalam buku Pembelajaran Terpadu. Ada beberapa indikator aspek perkembangan anak usia dini yang akan digunakan untuk penelitian diantaranya adalah pekembangan bahasa yang berjumlah 20 yaitu:

4. Indikator Hasil Belajar Siswa

Tabel 2.1 Indikator Hasil Belajar Siswa

1. Menyebutkan berbagai bunyi suara tertentu 2. Menirukan kembali 3-4 urutan kata

3. Menyebutkan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama. Misal; kaki-kali

4. Melakukan 2-3 perintah secara sederhana

5. Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana 6. Menyebutkan nama sendiri, nama orang tua, jenis kelamin, alamat rumah

secara sederhana

7. Menceritakan pengalaman kejadian secara sederhana

8. Menjawab pertanyaan tentang keterangan/ informasi secara sederhana 9. Bercerita menggunakan kata ganti aku, saya

10.Menunjukkan gerakan-gerakan

11.Menyebutkan posisi/ keterangan tempat. 12.Menyebutkan waktu.

13.Membuat berbagai macam coretan

(15)

dibuatnya

15.Bercerita tentang gambar yang disediakan atau yang dibuat sendiri 16.Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri sederhana (3-4 gambar) 17.Menghubungkan gambar/ benda dengan kata

18.Membaca gambar yang memiliki kata/ kalimat sederhana

19.Menceritakan isi buku walaupun tidak samatulisan dengan yang diungkapkan

20.Menghubungkan tulisan sederhana dengan symbol yang melambangkannya.

Dalam penelitian ini peneliti mengadopsi dan mengembangkan indikator yang bersumber dari indikator perkembangan bahasa pada anak kelompok A berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004. Jumlah indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 indikator dari 20 indikator yang ada. Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.2 Indikator Hasil Belajar yang di pilih

No item

Indikator yang Diterapkan Meningkatkan Perkembangan Bahasa dengan Kegiatan Berkebun

1. Menirukan kembali 3-4 urutan kata 2. Melakukan 2-3 perintah secara sederhana

3. Menyebutkan nama sendiri, nama orang tua, jenis kelamin, jenis kelamin, alamat rumah secara sederhana

4. Menceritakan pengalaman/ kejadian secara sederhana 5. Bercerita menggunakan kata ganti aku, saya

6. Menunjukan gerakan-gerakan. Misal: duduk, jongkok, berlari, makan, melompat, menangis, senang, sedih, dan lain-lain

7. Menyebutkan posisi/ keterangan tempat. Misal; di luar, di dalam, di atas, di bawah, di depan, di belakang, dan lain-lain

8. Menyebutkan waktu, misal: pagi, siang, malam

(16)

5. Pedoman Penilaian Perkembangan Bahasa Anak yang Digunakan dalam

Penelitian

Adapun penelitian ini menggunakan bentuk penilaian rating scale. Menurut Sugiyono (2010: 141) instrumen dengan rating scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap aitem instrumen. Dalam proses pengamatan berlangsung peneliti memilih salah satu skor yang sesuai dengan perkembangan konsep bilangan pada peserta didik dengan cara memberi tanda () pada skor yang sesuai

dengan perkembangan bahasa anak. Adapun skor yang digunakan sebagai berikut:

a. Sangat Tidak Baik = 1 b. Tidak Baik = 2

c. Baik = 3

d. Sangat Baik = 4 Arti skor diatas adalah :

1 : Artinya perkembangan anak sangat tidak baik 2 : Artinya perkembangan anak tidak baik

(17)

Keterangan rubrik penilaian perkembangan bahasa: 1. Menirukan kembali 3-4 urutan kata

a. STB (1) : anak belum mampu sama sekali dalam menirukan kembali 3-4 urutan kata

b. TB (2) : anak sudah mulai mampu dalam menirukan kembali 3-4 urutan kata tetapi masih di bantu

c. B (3) : anak mampu dalam menirukan 3-4 urutan kata

d. SB (4) : anak mampu menirukan lebih dari 4 urutan kata tanpa di bantu 2. Melakukan 2-3 perintah secara sederhana

a. STB (1) : anak belum mampu sama sekali dalam melakukan perintah secara sederhana

b. TB (2) : anak sudah mulai mampu dalam melakukan 2-3 perintah secara sederhana tetapi masih dalam bantuan

c. B (3) : anak mampu melakukan 2-3 perintah secara sederhana d. SB (4) : anak mampu melakukan lebih dari 3 perintah sederhana

3. Meyebutkan nama sendiri, nama orangtua, jenis kelamin, alamat rumah secara sederhana

a. STB (1) : anak belum mampu sama sekali dalam menyebutkan nama sendiri, nama orang tua, dan lain-lain

b. TB (2) : anak sudah mulai mampu dalam menyebutkan nama sendiri, nama orangtua, dan lain-lain tetapi masih di bantu

c. B (3) : anak mampu menyebutkan nama sendiri, nama orangtua, dan lain-lain

d. SB (4) : anak mampu menyebutkan nama sendiri, nama orangtua dan lain-lain dengan jelas

4. Menceritakan pengalaman/ kejadian secara sederhana

(18)

b. TB (2) : anak sudah mulai mampu dalam menceritakan pengalaman/ kejadian secara sederhana

c. B (3) : anak mampu menceritakan pengalaman/ kejadian secara sederhana d. SB (4) : anak mampu menceritakan pengalaman/ kejadian secara sederhana

dan berani menceritakan di depan kelas 5. Bercerita menggunakan kata ganti aku, saya

a. STB (1) : anak belum mampu sama sekali dalam bercerita menggunakan kata ganti aku, saya

b. TB (2) : anak sudah mulai mampu dalam bercerita menggunakan kata ganti aku, saya

c. B (3) : anak mampu bercerita menggunakan kata ganti aku, saya

d. SB (4) : anak mampu bercerita menggunakan kata ganti aku, saya lebih ekspresif

6. Menunjukkan gerakan-gerakan.

a. STB (1) : anak belum mampu sama sekali dalam menunjukkan gerakan-gerakan

b. TB (2) : anak sudah mulai mampu menunjukkan gerakan-gerakan c. B (3) : anak mampu menunjukkan gerakan-gerakan

d. SB (4) : anak mampu menunjukkan gerakan-gerakan seperti duduk, jongkok, berlsri, makan, melompat, menangis, senang, sedih lebih aktif dan ekspresif

7. Menyebutkan posisi/ keterangan tempat.

a. STB (1) : anak belum mampu sama sekali dalam meyebutkan posisi/ keterangan

b. TB (2) : anak sudah mulai mampu dalam menyebutkan posisi/ keterangan c. B (3) : anak mampu menyebutkan posisi/ keterangan

(19)

8. Menyebutkan waktu

a. STB (1) : anak belum mampu sama sekali dalam menyebutkan waktu b. TB (2) : anak sudah mulai mampu dalam menyebutkan waktu

c. B (3) : anak mampu menyebutkan waktu

d. SB (4) : anak mampu menyebutkann waktu misal pagi, siang, dan malam 9. Bercerita tentang gambar yang disediakan atau yang dibuat sendiri

a. STB (1) : anak belum mampu sama sekali untuk bercerita tentang gambar yang di sediakan atau yang dibuat sendiri

b. TB (2) : anak sudah mulai mampu bercerita tentang gambar yang disediakan atau yang dibuat sendiri

c. B (3) : anak mampu bercerita tentang gambar yang di sediakan atau yang di buat sendiri

d. SB (4) : anak mampu bercerita tentang gambar atau yang di sediakan dan bercerita sesuai dengan pengalaman anak

10.Menghubungkan gambar/ benda dengan kata

a. STB (1) : anak belum mampu sama sekali dalam menghubungkan gambar dengan kata

b. TB (2) : anak sudah mulai mampu menghubungkan gambar dengan kata c. B (3) : anak mampu menghubungkan gambar dengan kata

(20)

B. Kegiatan Berkebun

Menurut Sutrisno& Harjono (2005: 118) Kegiatan yang dilakukan di Taman Kanak-kanak yaitu kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, situasi dan sumber-sumber belajar yang tersedia. Pada kegiatan pembelajaran di sekolah salah satunya bisa dengan melakukan kegiatan berkebun.

Menurut Herdianing & Syarief (2014) Berkebun merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak, dengan berkebun anak akan mengenal hal baru secara tidak langsung diajarkan mengenai kejaiban ilmu seperti siklus hidup tanaman dan bagaimana intervensi manusia dapat mematahkan atau membuat lingkungan. Anak-anak akan mendapat pengalaman bagi dirinya sendiri tentang keajaiban hidup melalui benih, dan bagaimana dirinya turut berperan di dalamnya. Kegiatan berkebun memberi kesempatan pada anak untuk melatih perkembangan bahasanya. Setiap masa pertumbuhan anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda, hal ini mempengaruhi penyesuaian kegiatan dan peralatan berkebun sesuai dengan kebutuhan anak. berbeda dengan kebutuhan berkebun orang dewasa, berkebun dengan anak harus dibuat menyenangkan mungkin dengan alternatif kegiatan yang tidak membuatnya cepat jenuh dan bosan.

(21)

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan pemahamannya tentang alam sekitar. Berdasarkan pengetahuan dan pemahamannya ini anak dapat melakukan kegiatan belajar secara menyenangkan. Dalam kegiatan berkebun anak dapat meneritakan pengalamannya berkebun dan dapat juga diberi kesempatan untuk bercakap-cakap tentang kebun. Jadi kegiatan berkebun ini dapat mengembangkan perkembanagan bahasa anak.

Menurut Otto (2015: 319) kegiatan eksplorasi menyediakan kesempatan bagi anak taman kanak-kanak untuk terlibat dalam pembelajaran informal dengan ukuran kemampuan dan motivasinya sendiri. Kegiatan ini secara umum melibatkan partisipasi aktif dengan praktik dan eksperiensal. Kegiatan eksploratori di kelas taman kanak-kanak meliputi kegiatan pusat pembelajaran, kegiatan di luar kelas, dan meja pasir/ air. Pusat kegiatan di tingkat taman kanak-kanak mungkin mengakomodasi lebih dari satu anak karena sebagian besar anak bisa berhasil berinteraksi dengan satu atau dua anak lainnya. Pusat pembelajaran ini harus diatur untuk mendorong terjadinya percakapan.

(22)

Menurut Otto (2015: 325-326), ada kegiatan yang dapat memperluas dalam perkembangan bahasa di taman kanak-kanak yaitu kegiatan eksploratori, pada kegiatan eksploratori ini mencakup beberapa kegiatan lainnya lagi seperti kegiatan di luar kelas. Anak taman kanak-kanak memerlukan untuk olahraga yang bersemangat untuk memperkuat perkembangan fisiknya, namun demikian kegiatan di luar kelas juga menyediakan kesempatan-kesempatan untuk perkembangan bahasa. Bahasa reseptif dan ekspresif di dorong dalam kegiatan sederhana dengan sedikit aturan dan juga aturan dalam menggunakan peralatan dan saling bergantian, misalnya dengan berkebun karena dengan seperti itu maka akan banyak sekali percakapan-percakapan anak yang diutarakan. Kegiatan ini juga memberikan kesempatan untuk percakapan yang lebih lama antara anak dan guru, dan mendorong anak untuk mengamati kondisi cuaca seperti bentuk awan dan angin yang berhembus, juga pepohonan, bunga, burung dan elemen alam lain di sekitar ataupun berkebun pun juga membatu membantu anak menggunakan bahasa untuk menggambarkan apa yang mereka amati.

(23)

berharga untuk dieksplorasi atau dijelajahi, kemudian ikuti apa yang dilakukan anak dan guru hanya mengawasi serta mendampingi saja, selanjutnya guru dapat menunujukkan cara bereksplorasi agar anak lebih termotivasi.

(24)

Kegiatan eksplorasi akan memberikan kesempatan pada anak untuk memahami dan memanfaatkan olah jelajahnya berupa:

a. Wawasan informasi yang lebih luas dan lebih nyata

b. Menumbuhkan rasa keingintahuan anak tentang sesuatu telah ataupun baru diketahuinya

c. Memperjelas konsep dan keterampilan yang telah dimilikinya

d. Memperoleh pemahaman penuh tentang kehidupan manusia dengan berbagai situasi dan kondisi yang ada

e. Memperoleh pengetahuan tentang bagaimana memahami lingkungan yang ada disekitar serta bagaimana memanfaatkannya

Menurut Herdianing & Syarief (2014) Hal itu didukung dengan penelitian bahwa kegiatan berkebun dapat dijadikan sarana untuk bermain yang dapat mengembangkan kecerdasan naturalistik serta memupuk rasa tanggung jawab dan melatih kesabaran anak.

Kegiatan berkebun dapat dilakukan dengan menanam tumbuhan, hal ini bisa dilakukan dengan cara individu maupun kelompok, misalnya anak bekerja sama dengan temannya maka dengan kegiatan tersebut pasti anak akan banyak berbicara atau banyak percakapan yang mereka lakukan.

(25)

C. Penelitian yang Relevan

Menurut Tiara Ratnasari dalam karya ilmiahnya yang berjudul Pengaruh Penerapan Kegiatan Berkebun Terhadap Perkembangan Fisik Motorik Anak. Sumber Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juli 2016. Menjelaskan bahwa Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan kegiatan berkebun terhadap fisik motorik anak. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif quasi eksperimen dengan desain time series, sampel penelitian ini adalah 29 anak usia 5-6 tahun di TK Bhakti 03 Karangpandan. Validitas instrumen menggunakan content validity. Teknik pengumpulan data melalui tes untuk mengukur perkembangan fisik motorik anak. Uji normalitas dan homogenitas menggunakan Shapiro Wilk dan levene texe for equity of variance. Analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik parametrik setelah data dinyatakan normal dan homogen dengan taraf signifikansi > 0,00. Uji hipotesis menggunakan paired simple t-test dengan SPSS 15 for windows.

(26)

D. Ringkasan dan Kerangka Berpikir

Bahasa merupakan salah satu aspek dari pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang dapat digunakan untuk berfikir, mengekspresikan perasaan dan melalui bahasa dapat menerima pikiran dan perasaan orang lain. Perkembangan bahasa anak usia dini bertujuan supaya anak-anak mampu berkomunikasi dengan lingkungannya.

Bahasa merupakan alat yang penting dalam berkomunikasi. Melalui bahasa seseorang dapat mengembangkan kemampuan sosialnya, begitu juga dengan anak, ketika anak dapat mengembangkan bahasanya ia dapat mengungkapkan perasaannya sehingga pikirannya dapat ditangkap oleh orang lain.

(27)

untuk bercakap-cakap tentang kebun. Jadi kegiatan berkebun ini dapat mengembangkan perkembanagan bahasa anak.

Dalam hal di atas, peneliti mengambil media berupa kegiatan berkebun sebagai kegiatan pembelajaran dalam perkembangan bahasa anak. Peneliti membuat bagan kerangka berfikir dalam penelitian ini :

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir

Kondisi awal peserta didik kelompok A TK Darul Quran Al

Karim

1. Pelaksanaan pretest

2. Melakukan treatment dengan kegiatan berkebun

3. Pelaksanaan postest

Kondisi akhir Adanya keefektifan terhadap

kegiatan berkebun dalam perkembangan bahasa anak kelas

(28)

E. HIPOTESIS

Dalam penulisan ini, penulis mencoba membuat suatu kesimpulan sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya, maka penulis membuat hipotesisnya sebagai berikut:

Ha : Adanya efektivitas kegiatan berkebun terhadap perkembangan bahasa anak usia dini

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Hasil Belajar Siswa
Tabel 2.2 Indikator Hasil Belajar yang di pilih
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian di atas, kami berharap dengan adanya penyuluhan mengenai khasiat daun kersen dan dengan adanya pelatihan pembuatan kripik daun kersen dari KKN

Pengukuran fluks neutron pada RSG-GAS di daerah intermediate menggunakan kanal dc logaritmis ( logaritmic dc channel ), karena dalam sistem pengukuran ini instrumen yang

Sub-departemen ini bertugas dalam melakukan penjadwalan dan rencana pembelian bahan baku dan bahan packing yang diperlukan dan juga terhadap jadwal pelaksanaan produksi untuk dapat

Faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir (Suripin, 2004). Pemilihan harga C yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi

Adapun Hal yang menjadi catatan peneliti dari pemahaman yang diungkapkan oleh masyarakan yaitu, bahwa masyarakat dalam memahami wakalah wali bukan berdasarkan pengetahuannya

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugrah-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul

Berdasarkan hasil analisis data dengan bantuan program SPSS 16.0, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: hasil analisis regresi diperoleh koefisien regresi

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian analitik deskriptif. Kulit batang kayu manis didestilasi dengan destilasi uap dan air