• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, KESEJAHTERAAN KARYAWAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, KESEJAHTERAAN KARYAWAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

    SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

   

    Oleh:

Eka Trisnawati Pandiangan NIM: 062214035

     

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

    SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

   

    Oleh:

Eka Trisnawati Pandiangan NIM: 062214035

     

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

“Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya,

dan Ia akan bertindak”

(Mazmur 37:5)

“Tak ada yang mustahil bagi yang mau berusaha dan percaya

kepada Yesus”

(Amsal 1:7a)

Skripsi ini dipersembahkan kepada

(7)
(8)

Studi Kasus pada Karyawan Pabrik Gula Gondang Baru Klaten

Eka Trisnawati Pandiangan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

(9)

A Case Study on employees of Gondang Baru Sugar Factory, Klaten

Eka Trisnawati Pandiangan University of Sanata Dharma

Yogyakarta, 2010

(10)
(11)

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Dr. H. Herry Maridjo, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.

4. Bapak Drs. A.Triwanggono, M.S., selaku dosen pembimbing II, yang juga telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.

5. Bapak Moh. Suryo Edi Santoso, salaku pembimbing penulis selama penelitian dan seluruh karyawan di PG. Gondang Baru Klaten.

(12)

8. Semua teman-tamanku, anak-anak kost Stembayo: Emi, Exna, Andin, Trisna dan teman seperjuangan: Sumanti, Emma, Dwi, Yanti, Tata, Shinta kecil dan Jayne makasih buat dorongan spiritnya.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan bagi rekan-rekan dalam menyusun skripsi.

Yogyakarta, 28 September 2010

(13)

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PG. GONDANG BARU ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... vi

HALAMAN ABSTRAK ... vii

HALAMAN ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ix

HALAMAN KATA PENGANTAR ... x

HALAMAN DAFTAR ISI ... xii

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiv

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xv

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Landasan Teori ... 8

B. Penelitian Sebelumnya ... 28

C. Desain Penelitian ... 30

(14)

D. Variabel Penelitian ... 34

E. Populasi dan Sampel Penelitian... 41

F. Jenis Data ... 42

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 43

H. Teknik Pengumpulan Data ... 44

I. Teknik Pengujian Instrumen ... 44

J. Teknik Analisis Data ... 47

K. Uji Asumsi Klasik ... 48

L. Uji F ... 50

M. Uji t ... 52

BAB IV GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN ... 54

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Deskripsi Data dan Analisis ... 65

B. Hasil Uji Statistik dan Pembahasan ... 69

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(15)

V.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

V.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 66

V.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 67

V.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 67

V.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Karyawan Bagian ... 68

V.6 Hasil Uji Validitas ... 70

V.7 Hasil Uji Validitas ... 72

V.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 74

V.9 Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda ... 76

(16)
(17)

Lampiran 1 Surat izin penelitian dari PTP. Nusantara IX (Persero) ... 97

Lampiran 2 Kuesioner penelitian ... 98

Lampiran 3 Hasil Rekapitulasi data hasil jawaban karyawan ... 104

Lampiran 4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 116

Lampiran 5 Uji Frequency Table ... 121

Lampiran 6 Asumsi Klasik ... 122

Lampiran 7 Analisis Regresi Linier Berganda ... 124

Lampiran 8 Tabel Distribusi F ... 125

Lampiran 9 Tabel Distribusi t ... 126

(18)

A. Latar Belakang Masalah

Mengingat ketatnya persaingan dalam dunia bisnis dan kondisi

perekonomian yang semakin sulit memaksa hampir semua perusahaan untuk

selalu berusaha dengan giat agar setiap perusahaan dapat terus berdiri dan

dapat memaksimalkan laba sehingga dapat membantu perkembangan

usahanya. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, suatu perusahaan tentunya

membutuhkan berbagai sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

Perusahaan juga membutuhkan sumber daya manusia (SDM), yaitu para

karyawan. Karyawan merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan,

karena memiliki bakat, tenaga dan kreativitas yang sangat dibutuhkan oleh

perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Hampir semua penulis manajemen SDM bersepakat bahwa kunci

menuju keunggulan kompetitif bagi perusahaan, pada dasarnya bersandar

pada penggunaan optimal SDMnya dan pemeliharaan kerjasama antara

pengguna jasa (employer) dan orang yang dipekerjakan (employees) dalam

usaha mencapai tujuan-tujuan perusahaan Singh, 1997 (dalam Alwi,

Syafarudin, 2008:43). SDM merupakan aset penting bagi perusahaan dalam

menentukan kelangsungan hidup suatu perusahaan yang harus dapat dijaga

(19)

Berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya

tergantung oleh keberhasilannya dari pada individu karyawan perusahaan itu

sendiri dalam menjalankan tugas mereka. Berbagai macam hambatan pasti

akan ditemui oleh para individu karyawan perusahaan untuk bisa bekerja

dengan baik sehingga kinerja mereka dapat diterima dengan baik oleh

perusahaan dan masyarakat yang memerlukan. Banyak faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja, antara lain: kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan

karyawan, lingkungan kerja dan masih banyak yang lainnya.

Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain untuk

memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas

itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu

dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama (Yukl, 2005:8). Kepemimpinan

merupakan faktor penting dalam memberikan pengarahan kepada

karyawannya. Kepemimpinan yang bisa menumbuhkan motivasi kerja

karyawan adalah kepemimpinan yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri

kepada para karyawan dalam menjalankan tugasnya masing-masing.

Selain kepemimpinan, motivasi juga merupakan salah satu faktor

kunci untuk bekerja dan mencapai kinerja yang tinggi. Motivasi diartikan

juga sebagai suatu kekuatan sumber daya yang menggerakkan dan

mengendalikan perilaku manusia. Kegiatan memotivasi berkaitan dengan

sejauh mana komitmen seseorang terhadap pekerjaannya dalam rangka

(20)

Kesejahteraan karyawan juga merupakan hal yang sangat penting

dalam peningkatan kinerja karyawannya. Di dalam perusahaan seorang atasan

harus menanggapi kebutuhan dan keinginan karyawan sehingga di dalam

perusahaan tercipta kondisi dimana kesejahteraan karyawan terjamin.

Lingkungan kerja di perusahaan juga mempengaruhi kinerja yang

dilaksanakan oleh karyawan. Perusahaan harus dapat menciptakan

lingkungan kerja yang segar, nyaman, dan memenuhi standart kebutuhan

layak akan memberikan kontribusi terhadap kenyamanan karyawan dalam

melakukan tugasnya.

Selain dari pada itu jika dilihat dari segi keuntungan perusahaan

dengan adanya kinerja karyawan yang baik, maka dapat meningkatkan

keuntungan perusahaan tersebut. Untuk meningkatkan produksi perlu

ditingkatkan kinerja para karyawan sehingga prestasi kerja karyawan ini

dapat meningkat.

Bertitik tolak dari uraian di atas penulis memilih judul “Pengaruh

(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut maka dapat

dikemukakan rumusan masalah adalah:

1. Apakah kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan karyawan dan lingkungan

kerja secara simultan berpengaruh terhadap kinerja karyawan?

2. Apakah kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan karyawan dan lingkungan

kerja secara parsial berpengaruh terhadap kinerja karyawan?

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar tidak meluasnya permasalahan

yang ada. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Responden yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah karyawan

bawahan yang sama sekali tidak memiliki suatu jabatan dalam

pekerjaannya dan merupakan karyawan tetap.

2. Kepemimpinan yang diteliti dalam penelitian ini yaitu kejelasan pimpinan

langsung dalam memberi perintah, ketegasan dalam pemberian

penghargaan, teguran maupun pujian, menciptakan disiplin diri dan

disiplin kelompok.

3. Motivasi yang diteliti dalam penelitian ini yaitu penghargaan atas prestasi,

sikap karyawan dalam melaksanakan kerja.

4. Kesejahteraan karyawan yang diteliti dalam penelitian ini yaitu keamanan,

(22)

5. Lingkungan kerja yang diteliti dalam penelitian ini yaitu penerangan,

keamanan kerja, hubungan kerjasama antar rekan kerja dan atasan.

6. Kinerja karyawan yang diteliti dalam penelitian ini yaitu sikap kerja, kerja

sama, kualitas kerja dan dan hasil kerja yang diinginkan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui pengaruh secara simultan kepemimpinan, motivasi,

kesejahteraan karyawan dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.

2. Mengetahui pengaruh secara parsial kepemimpinan, motivasi,

kesejahteraan karyawan dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Memberikan masukan dan gambaran kepada Pabrik Gula Gondang Baru

agar memberikan perhatian yang lebih baik terhadap kepemimpinan,

motivasi, kesejahteraan karyawan dan lingkungan kerja karena keempat

faktor tersebut mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan.

2. Bagi Universitas

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

referensi tambahan untuk penelitian lebih lanjut dan sumbangan ke

(23)

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian merupakan tambahan pengetahuan dalam menerapkan

ilmu teoritas yang didapat diperkuliahan dalam bentuk praktek khusus

dibidang sumber daya manusia.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan tentang teori-teori yang mendukung

penulisan skripsi ini yang meliputi uraian secara teoritis

terhadap masalah penelitian. Beberapa pokok bahasan

diantaranya adalah tentang kepemimpinan, motivasi,

kesejahteraan karyawan, lingkungan kerja dan kinerja

karyawan, penelitian sebelumnya dan kerangka berfikir dan

hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, subjek dan objek

penelitian, waktu dan lokasi penelitian, variabel penelitian,

(24)

sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengujian instrumen

dan teknik analisis data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

Bab ini berisi tentang sejarah perusahaan, letak pabrik, stuktur

organisasi dan personalia.

BAB V : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang deskripsi data dan analisis, hasil uji

statistik dan pembahasan.

BAB VI : KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN

(25)

A. Landasan Teori

1. Kepemimpinan

a. Ada beberapa pengertian kepemimpinan diantaranya adalah sebagai

berikut:

1) Kepemimpinan adalah merupakan intisari dari manajemen organisasi,

sumber daya pokok, dan titik sentral dari setiap aktivitas yang terjadi

dalam suatu organisasi (Ardana, Mujiati dan Sriathi, 2008:89).

2) Menurut Gibson (dalam Suwarto, 1999:179), kepemimpinan adalah

suatu upaya penggunaan jenis pengaruh bukan paksaan (concoersive)

untuk memotivasi orang-orang melalui komunikasi guna mencapai

tujuan tertentu.

3) Menurut Robbins (dalam Suwarto, 1999:179), kepemimpinan adalah

kemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapaian tujuan.

b. Menurut Djanaid, 1996 (dalam Ardana dkk., 2008:90) ada 3 teori tentang

lahirnya pemimpin yaitu sebagai berikut:

1) Teori keturunan, bahwa pemimpin itu muncul karena sifat yang

dibawanya sejak lahir. Ini berarti seseorang akan menjadi pemimpin

(26)

2) Teori pengaruh lingkungan, menurut teori ini pemimpin itu dibentuk

karena lingkungan hidupnya bukan karena keturunan. Ini berarti setiap

orang mampu menjadi pemimpin apabila diberi kesempatan.

3) Teori kelompok campuran, menurut teori ini pemimpin itu memiliki

bakat yang dibawa sejak lahir kemudian berkembang melalui

pendidikan dan pengalaman terutama dalam berinteraksi dengan orang

lain.

c. Teori-teori kepemimpinan

1) Teori sifat adalah teori-teori yang mempertimbangkan berbagai sifat dan

karakteristik pribadi yang membedakan para pemimpin dari mereka

yang bukan pemimpin (Robbin dan Judge, 2008:49). Teori sifat,

menurut Ralph Stogdill dalam Nimran, 1999 (dalam Ardana dkk.,

2008:90) mengindentifikasi enam klasifikasi sifat kepemimpinan yaitu:

a) karakteristik fisik (umur, penampilan, tinggi, berat badan dan

lain-lain),

b) latar belakang sosial (pendidikan, status sosial, mobilitas),

c) inteligensia,

d) kepribadian (waspada, percaya diri, integritas pribadi),

e) karakteristik hubungan tugas (kebutuhan prestasi tinggi, inisiatif,

orientasi tugas), dan

(27)

2) Teori perilaku, dari aspek ini ada dua dimensi yang menonjol pada

persepsi seorang pemimpin yaitu:

a) inisiatifnya dalam menentukan dan mengorganisasikan struktur tugas

yang harus dilaksanakan oleh anak buah (gaya kepemimpinan

berorientasi pada tugas).

b) tingkat atensi, apresiasi, dukungannya terhadap kesejahteraan anak

buah (gaya kepemimpinan berorientasi karyawan).

3) Teori berdasarkan onse-ciri, menurut Djatmiko, 2002 (dalam Ardana

dkk., 2008:91) ciri-ciri teori ini antara lain adalah: pengetahuan yang

luas, kemampuan bertumbuh dan berkembang, sifat yang inkuistif,

kemampuan analitik, daya ingat yang kuat, keterampilan berkomunikasi,

keterampilan mendidik, rasionalitas, keteladanan, kesediaan menjadi

pendengar, adaptabilitas, ketegasan dan orientasi masa depan.

4) Teori kontingensi model Fiedler menurut Robbins dan Coulter, 2004

(dalam Ardana dkk., 2008:94) kinerja kelompok yang efektif tergantung

pada perpaduan yang memadai antara gaya interaksi pemimpin dengan

anak buah dan derajat sejauh mana situasi memberi kendali dan

pengaruh kepada pemimpin itu. Ada tiga pilihan dalam situasi kerja

yang akan membantu menentukan gaya kepemimpinan yang paling

(28)

a) hubungan pemimpin dengan anak buah

b) struktur tugas

c) kewibawaan posisi pemimpin

5) Teori alur-tujuan, menurut Robbins dan Coulter, 2004 (dalam Ardana

dkk., 2004:95) bahwa tingkah laku seorang pemimpin itu dapat diterima

bawahan sejauh mana mereka menganggapnya sebagai sumber

kepuasan, entah kepuasan langsung atau kepuasan masa depan. Maka

menurut model ini perilaku/gaya kepemimpinan ada empat, yaitu:

a) direktif (mengarahkan, memberi bimbingan),

b) suportif (mendukung, bersikap bersahabat, perhatian terhadap

kebutuhan anak buah),

c) partisipatif (berunding dan memakai saran-saran bawahan),

d) berorientasi prestasi (mematok tujuan-tujuan yang menantang dan

berharap bawahan untuk berkarja keras).

6) Teori atribusi kepemimpinan, menurut Robbin dan Coulter, 2004 (dalam

Ardana dkk., 2008:95) bahwa kepemimpinan itu sekedar sebuah

keterangan yang dibuat orang mengenai individu-individu lain.

Pemimpin yang efektif menurut teori ini adalah orangnya konsisten,

(29)

d. Gaya Kepemimpinan

Tiga gaya kepemimpinan yang dikembangkan oleh Lewin, Lippit, dan

White (Abidin, 2009) yaitu:

1) Gaya Kepemimpinan Otokratik

Gaya kepemimpinan otokratik adalah kemampuan mempengaruhi

orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan

semata-mata diputuskan oleh pimpinan. Pemimpin secara sepihak menentukan

peran serta apa, bagaimana, kapan, dan bilamana berbagai tugas harus

dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah pemberian perintah.

Pemimpin otokratik adalah seseorang yang memerintah dan

menghendaki kepatuhan. Ia memerintah berdasarkan kemampuannya

untuk memberikan hadiah serta menjatuhkan hukuman.

Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada

diri pemimpin atau gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat

banyaknya petunjuk yang datangnya dari pemimpin dan sangat

terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak buah

dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.

Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratik adalah sebagai

berikut:

a) wewenang mutlak terpusat pada pemimpin,

(30)

c) kebijakan selalu dibuat oleh pemimpin,

d) komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan,

e) pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan

para bawahannya dilakukan secara ketat,

f) tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran

pertimbangan atau pendapat,

g) tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif,

h) lebih banyak kritik dari pada pujian, menuntut prestasi dan kesetiaan

sempurna dari bawahan tanpa syarat, dan cenderung adanya paksaan,

ancaman, dan hukuman.

2) Gaya Kepemimpinan Demokratik

Gaya kepemimpinan demokratik adalah kemampuan

mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan

dilakukan, ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.

Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan yang

terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan kesederajatan,

kepemimpinan konsultatif atau partisipatif. Pemimpin berkonsultasi

(31)

Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratik adalah sebagai

berikut:

a) wewenang pemimpin tidak mutlak,

b) pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada

bawahan,

c) keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan

bawahan,

d) komunikasi berlangsung secara timbal balik, baik yang terjadi antara

pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan,

e) pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan

para bawahan dilakukan secara wajar,

f) prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan,

g) banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran,

pertimbangan atau pendapat,

h) tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat

permintaan dari pada intruksi,

i) pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak, adanya

(32)

3) Gaya Kepemimpinan Laissez-faire

Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil

inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol yang dilakukan oleh pemimpin,

sehingga gaya ini hanya bisa berjalan apabila bawahan memperlihatkan

tingkat kompetensi dan keyakinan akan mengejar tujuan dan sasaran

cukup tinggi. Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali

menggunakan kekuasaannya atau sama sekali membiarkan anak

buahnya untuk berbuat sesuka hatinya.

Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan Laissez Faire adalah sebagai

berikut:

a) bawahan diberikan kelonggaran atau fleksibel dalam melaksanakan

tugas-tugas, tetapi dengan hati-hati diberi batasan serta berbagai

produser,

b) bawahan yang telah berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya diberikan

hadiah atau penghargaan, disamping adanya sanksi-sanksi bagi

mereka yang kurang berhasil, sebagai dorongan,

c) hubungan antara atasan dan bawahan dalam suasana yang baik secara

umum manajer bertindak cukup baik,

d) manajer menyampaikan berbagai peraturan yang berkaitan dengan

tugas-tugas atau perintah, dan sebaliknya para bawahan diberikan

(33)

2. Motivasi

a. Ada beberapa pengertian motivasi diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Menurut Gitosudarmo dan Sutida, 1997 (dalam Ardana dkk., 2008:30),

motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang

menggerakkan, mengarahkan perilakunya untuk memenuhi tugas

tertentu.

2) Menurut Robbins dan Coulter, 2004 (dalam Ardana dkk., 2008:30),

motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang

tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan

upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individu tertentu.

b. Banyak pakar yang telah menulis tentang berbagai faktor yang

mempengaruhi motivasi seseorang yaitu:

1) Karakteristik individu

a) minat,

b) sikap terhadap diri sendiri, perkerjaan, dan situasi pekerjaan,

c) kebutuhan individual,

d) kemampuan atau kompetensi,

e) pengetahuan tentang pekerjaan,

(34)

2) Faktor-faktor pekerjaan

a) Faktor lingkungan pekerjaan antara lain: gaji, kebijakan-kebijakan

perusahaan, supervisi, hubungan antar manusia, kondisi pekerjaan

seperti jam kerja, dan budaya organisasi.

b) Faktor dalam pekerjaan antara lain: sifat pekerjaan, rancangan tugas/

pekerjaan, pemberian pengakuan terhadap prestasi, tingkat/besarnya

tanggungjawab yang diberikan, adanya perkembangan dan kemajuan

dalam perkerjaan, dan adanya kepuasan dari perkerjaan.

c. Menurut Robbins, 2001 (dalam Ardana dkk., 2008:32) membagi teori

motivasi menjadi dua bagian yakni teori-teori dini/awal tentang motivasi

dan teori kontemporer tentang motivasi.

1) Teori-teori dini/awal tentang motivasi

a) Teori Hirarki kebutuhan dari Abaraham Maslow menghipotesiskan

bahwa pada diri manusia ada lima jenjang kebutuhan, yaitu sebagai

berikut:

(1) kebutuhan fisiologis (sandang, pangan, papan, seks dan lain-lain

kebutuhan pokok ragawi lainnya),

(2) kebutuhan rasa aman (keselamatan dan perlindungan),

(3) kebutuhan sosial (berkumpul dan berkawan),

(4) kebutuhan aktualisasi diri (pengembangan potensi secara

(35)

b) Teori X dan Teori Y, Douglas Mc. Gregor mengemukakan dua

pandangan yang berbeda tentang manusia yaitu negatif (X),

sementara yang lainnya adalah positif (Y).

(1) menurut teori X, manajer mengandaikan karyawan/manusia itu

negatif, seperti: tidak suka pekerjaan, malas, tidak suka tanggung

jawab, mengedepankan keamanan di atas semua faktor lain.

Maka karyawan dipaksa agar berprestasi.

(2) menurut teori Y, karyawan/manusia cenderung positif, seperti:

suka pekerjaan, kreatif, bertanggung jawab, dan inovatif.

c) Teori motivasi – higiene atau teori dua faktor, Frederick Herzberg

mengembangkan suatu teori yang disebut teori dua faktor, yang

terdiri atas:

(1) faktor higiene, yaitu faktor-faktor yang dapat menyebabkan

ataupun mencegah ketidakpuasan yang pada hakekatnya terdiri

atas faktor ektrinsik dari pekerjaan.

(2) faktor motivator, yaitu faktor-faktor yang betul-betul membawa

pada pengembangan sikap positif dan pendorong pribadi

(36)

2) Teori kontemporer tentang motivasi, diantaranya yaitu:

a) Teori ERG oleh Clayton Aldefer merupakan modifikasi dan

pengurangan dari lima jenjang kebutuhannya Maslow menjadi tiga

kelompok kebutuhan inti yaitu:

(1) eksistensi, yang oleh Maslow meliputi kebutuhan faali dan rasa

aman.

(2) hubungan sama dengan kebutuhan sosialnya Maslow.

(3) pertumbuhan, mencakup kebutuhan penghargaan serta

aktualisasi diri dari Maslow.

b) Teori kebutuhan David McClallend mempunyai tiga kebutuhan yaitu:

(1) kebutuhan akan prestasi adalah keinginan untuk melakukan

sesuatu dengan lebih baik, lebih efisien, dan lebih unggul.

(2) kebutuhan akan kekuasaan adalah keinginan untuk mengawasi

atau mengendalikan orang lain, mempengaruhi perilaku mereka,

atau bertanggungjawab atas orang lain.

(3) kebutuhan akan afiliasi yaitu keinginan untuk membangun dan

memelihara hubungan yang bersahabat dan hangat dengan orang

lain.

c) Teori penetapan tujuan

Edwin Locke sekitar tahun 1960-an mengatakan bahwa

maksud-maksud untuk bekerja ke arah suatu tujuan merupakan

(37)

antara tujuan dengan prestasi kerja. Konsepnya adalah bahwa

karyawan yang memahami tujuan organisasi dapat berpengaruh

terhadap perilaku kerjanya.

d) Teori penguatan

Bahwa perilaku adalah fungsi dari konsekuensi yang mengarah

kepada konsekuensi yang positif dan menghindari konsekuensi yang

tidak menyenangkan. Ada tiga jenis penguatan yang dapat

dipergunakan manajer untuk memodifikasi motivasi anak buah yaitu

sebagai berikut:

(1) penguatan positif: memberikan penghargaan plus kenaikan

imbalan atas prestasi bagus karyawan.

(2) penguatan negatif/penghindaran, yaitu mencegah,

menghilangkan akibat yang tidak menyenangkan. Karyawan

bekerja keras karena menghindari hal-hal yang bisa membuatnya

tidak menyenangkan.

(3) hukuman, menghidari pengulangan perilaku yang tidak

diinginkan. Misalnya terhadap karyawan yang datang terlambat

(38)

3. Kesejahteraan Karyawan

Setiap orang yang hidup selalu menginginkan kesejahteraan hidup sebab

dengan sejahtera hidupnya akan menjadi tenang dan tentram. WJS

Poerwodarminto (dalam Novia, 2009:6), kesejahteraan adalah suatu kondisi

aman sentosa dan makmur terhindar dari berbagai ancaman dan kesulitan

yang dirasakan seseorang yang telah melakukan suatu pekerjaan di suatu

tempat atau perusahaan. Jenis-jenis tunjangan dan peningkatan kesejahteraan

yaitu:

a. Menurut T. Hani Handoko (dalam Hariandja, 2005:280)

mengklasifikasikannya dengan:

1) time-off benefit yang meliputi hari-hari sakit, liburan, cuti, dan

alasan-alasan lainnya,

2) jaminan terhadap risiko ekonomi,

3) program-program pelayanan yang meliputi program rekreasi, kriteria,

perumahan, beasiswa pendidikan, fasilitas pembelian, conseling

financial dan legal, dan lain-lainnya,

4) tunjangan-tunjangan yang diharuskan oleh undang-undang.

b. Gary Desler (dalam Hariandja, 2005:282) mengklasifikasikan dengan:

1) upah untuk waktu tidak bekerja, asuransi pengangguran, cuti dan

liburan, cuti sakit, dan uang pesangon,

2) tunjangan asuransi yang meliputi kompensasi karyawan, asuransi jiwa,

(39)

3) tunjangan pensiun,

4) tunjangan dinas karyawan yang meliputi tunjangan jasa personal,

5) program tunjangan fleksibel yang meliputi preferensi karyawan atas

aneka macam tunjangan dan pendekatan kafetaria.

Bila dilihat dari berbagai pendapat di atas, program tunjangan dan

peningkatan kesejahteraan dapat dikatagorikan menjadi lima, yaitu:

pembayaran upah tidak bekerja dengan alasan tertentu, jaminan terhadap

risiko kerja, program peningkatan kesehatan dan kesejahteraan, program yang

berkaitan dengan pengembangan diri karyawan, dan tunjangan yang

diharuskan oleh undang-undang.

Dari uraian tentang teori kesejahteraan karyawan di atas, maka dalam

peneliti ini, kesejahteraan karyawan yang dimaksud adalah:

a) Keamanan, meliputi rasa aman terhadap suasana kerja, pemberian jaminan

asuransi dan pelayanan usaha kesehatan.

b) Kesenangan, meliputi pemberian waktu rekreasi bersama, pemberian cuti

dan sebagainya.

c) Kemakmuran, meliputi pemberian gaji yang sesuai, pemberian tunjangan

kepada karyawan, atau kantin bagi karyawan, pemberian seragam kerja

(40)

4. Lingkungan Kerja

a. Ada beberapa pengertian lingkungan kerja diantaranya adalah sebagai

berikut:

1) Menurut Alex S Nitisemito, 2000 (dalam Intanghina, 2008), lingkungan

kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat

mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang

diembankan.

2) Menurut Sedarmayati, 2001 (dalam Intanghina, 2008), lingkungan kerja

adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan

sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta

pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai

kelompok.

b. Jenis lingkungan kerja

Sedarmayanti, 2001 (dalam Intanghina, 2008) menyatakan bahwa

secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni:

lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik.

1) Lingkungan kerja fisik

a) Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang

terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan

baik secara langsung maupun scara tidak langsung.

b) Lingkungan kerja fisik dimana karyawan mempengaruhi kinerja,

(41)

2006:515). Penerangan, kebisingan, getaran, suhu, kelembaban, dan

kualitas udara merupakan faktor-faktor lingkungan kerja yang berada

dalam pengendalian organisasi dan manajer operasi. Manajer harus

memandang sejumlah faktor ini sebagai sesuatu yang dapat

dikendalikan.

2) Lingkungan kerja non fisik

Menurut Sadarmayanti, 2001 (dalam Intanghina, 2008), lingkungan

kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan

dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun

hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan.

c. Ada beberapa macam faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja

yaitu:

1) Menurut Sedarmayanti, 2001 (dalam Intanghina, 2008) manusia akan

mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga dicapai suatu

hasil yang optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi

lingkungan yang sesuai. Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau

sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal,

sehat, aman, dan nyaman. Berikut beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja diantaranya

adalah: penerangan/cahaya di tempat kerja, temperatur/suhu udara,

kelembaban, sirkulasi udara, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak

(42)

2) Menurut Heizer dan Render (2006:515) diantaranya adalah: penerangan,

kebisingan, getaran, suhu, kelembaban, dan kualitas udara merupakan

faktor-faktor lingkungan kerja yang berada dalam pengendalian

organisasi dan manajer operasi. Manajer harus memandang sejumlah

faktor ini sebagai sesuatu yang dapat dikendalikan.

5. Kinerja Karyawan

a. Ada beberapa pengertian kinerja karyawan diantaranya adalah sebagai

berikut:

1) Kinerja adalah hasil kerja dan kemajuan yang telah dicapai seorang

dalam bidang tugasnya (Usman, 2008:456). Kinerja artinya sama

dengan prestasi atau dalam bahasa Inggrisnya disebut performance.

2) Menurut Hikman, 1990 (dalam Usman, 2008:456), kinerja merupakan

tanda keberhasilan suatu organisasi dan orang-orang yang ada dalam

organisasi tersebut.

3) Stoner dan Freeman, 1994 (dalam Usman, 2008:456) mengemukakan

bahwa kinerja adalah kunci yang harus berfungsi secara efektif agar

organisasi secara keseluruhan dapat berhasil.

4) Kotter dan Hesket, 1998 (dalam Usman, 2008:456) mengartikan kinerja

sebagai hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang pegawai dalam satuan

waktu tertentu. Pandangan itu menunjukkan bahwa kinerja merupakan

hasil karya nyata dari seseorang atau perusahaan yang dapat dilihat,

(43)

b. Ada beberapa pengertian penilaian kinerja diantaranya adalah sebagai

berikut:

1) Penilaian kinerja (Performance appraisal) adalah proses yang dipakai

oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu

karyawan (Simamora, 2004:338). Dalam penilaian kinerja dinilai

kontribusi karyawan kepada organisasi selama periode waktu tertentu.

2) Penilaian kinerja adalah kegiatan pengukuran sebagai usaha menetapkan

keputusan tentang sukses atau gagal dalam melakukan pekerjaan oleh

seorang pekerja (Nawawi, 2005:237).

c. Tujuan penilaian kinerja

Ada beberapa tujuan penting dari program penilaian kinerja yaitu:

1) perbaikan hasil kerja,

2) memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil

tindakan-tindakan perbaikan untuk meningkatkan melalui feedbeck yang

diberikan oleh organisasi,

3) penyesuaian gaji,

4) keputusan untuk penempatan sesuai dengan keahliannya,

5) pelatihan dan pengembangan,

6) perencanaan karier dan mengindentifikasi kelemahan-kelemahan dalam

(44)

d. Hambatan penilaian kinerja

Penilaian yang dilakukan dengan baik sesuai dengan fungsinya

akan sangat menguntungkan organisasi, yaitu akan dapat meningkatkan

kinerja. Akan tetapi, dalam proses melakukan penilaian hasil kerja yang

baik ini terdapat beberapa tantangan (Hariandja, 2005:201), yaitu:

kesalahan penilaian, ketidaksiapan penilaian, ketidakefektifan praktek dan

kebijakan organisasi, dan formulir penilaian yang tidak baik.

e. Kesalahan Penilaian

Para ahli mengemukakan beberapa kecenderungan kesalahan

penilaian yang harus diperhatikan (Hariandja, 2005:201), yaitu:

1) Hallo Effect, yaitu penyimpangan yang terjadi karena pendapat

pribadi/subjektif penilaian mempengaruhi penilaian hasil kerja.

2) The error of central tendency, yaitu penilai tidak senang memberikan

penilaian jelek atau baik kepada pegawai, sehingga cenderung menilai

secara rata-rata.

3) The leniency and strictness biases, yaitu penilai terlalu lunak atau keras.

Terlalu lunak mengakibatkan penilai cenderung meberikan nilai terlalu

tinggi, dan terlalu keras mengakibatkan penilai memberikan nilai terlalu

rendah sehingga tidak mencerminkan pelaksanaan unjuk kerja yang

sesungguhnya.

4) Personal prejudice, yaitu penilaian didasarkan atau dipengaruhi oleh

(45)

masyarakat, misalnya suku atau jenis kelamin dari kelompok mana

pegawai berasal.

5) The recency effect, yaitu penilai mendasarkan penilaiannya pada

perilaku-perilaku kerja yang paling akhir terjadi.

B. Penelitian Sebelumnya

Di Indonesia penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan banyak dilakukan. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1. Novia, Irma. 2009. Analisis pengaruh kesejahteraan karyawan terhadap

kinerja karyawan (studi empiris di PT AIR MANCUR Palur). Tujuan

penelitian adalah untuk mengetahui kesejahteraan karyawan di PT AIR

MANCUR Palur, untuk mengetahui tentang kinerja karyawan di PT AIR

MANCUR Palur dan untuk mengetahui pengaruh kesejahteraan karyawan

terhadap kinerja karyawan di PT AIR MANCUR Palur air. Populasi penelitian

ini adalah seluruh karyawan dengan jumlah sampel 88 karyawan dengan

menggunakan teknik Conviniance sampling dan menggunakan regresi

sederhana. Dalam penelitian ini penulis menyatakan hasil penelitiannya

bahwa hasil analisis regresi diperoleh koefisien regresi variabel tunjangan

kesejahteraan positif, Hasil uji t menunjukkan bahwa meliputi variabel

tunjangan kesejahteraan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

Hasil perhitungan untuk nilai R2 dengan bantuan program SPSS 10.0, dalam

(46)

sebesar 0,343. Hal ini berarti 34,3% variasi perubahan kinerja karyawan

dijelaskan oleh variasi perubahan tunjangan kesejahteraan. Sementara sisanya

sebesar 65,7% diterangkan oleh faktor lain yang tidak ikut terobservasi.

2. Parlinda, Vera and Wahyuddin, Muhammad. 2004. Pengaruh kepemimpinan,

motivasi, pelatihan, dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan pada

perusahaan daerah air minum kota Surakarta. Tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan, motivasi, pelatihan, dan

lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan di Perusahaan Daerah Air Minum

Kota Surakarta. Populasi penelitian ini adalah semua pegawai di dinas PDAM

Surakarta yang berjumlah 360 orang dan jumlah sampel dalam penelitian ini

diambil 78 responden dengan menggunakan teknik quota sampling dan

menggunakan teknik analisis data regresi berganda. Dalam penelitian ini

penulis menyatakan hasil penelitiannya bahwa variabel pelatihan dan

lingkungan kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan pada perusahaan daerah air minum Surakarta. Variabel

kepemimpinan dan motivasi menurut analisa data di muka ternyata tidak

signifikan sehingga tidak berpengaruh pada kinerja karyawan perusahaan

daerah air minum Surakarta. Nilai F-hitung sebesar 29,809. Artinya bahwa

secara bersama-sama faktor kepemimpinan, motivasi, pelatihan, dan

lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan perusahaan daerah

(47)

ini berarti variabel independen (kepemimpinan, motivasi, pelatihan, dan

lingkungan kerja) mampu menjelaskan 62% terhadap variabel dependennya

(kinerja karyawan), sedangkan sisanya sebesar 38% dijelaskan oleh variabel

lain.

C. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Simultan

Parsial

Gambar II.1 Kerangka Pemikiran

Kinerja karyawan (Y) Motivasi (X2)

Kepemimpinan (X1)

Kesejahteraan karyawan (X3)

(48)

D. Hipotesis

Hipotesis adalah peryataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap

suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga harus diuji

secara empiris, hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti di bawah dan thesa

yang berarti kebenaran (Hasan, 2004:31).

Kepemimpinan merupakan indikator bagi perkembangan perusahaan.

Seorang pemimpin harus dapat menjadi motor atau penggerak bagi karyawan

(bawahannya). Seorang pemimpin harus dapat memotivasi karyawan, dengan

begitu akan mempengaruhi bagaimana kinerja karyawan tersebut. Dengan kata

lain, karyawan akan mampu meningkatkan kinerja dan mampu bekerjasama satu

sama lainnya.

Motivasi sangat dibutuhkan oleh setiap orang, tidak terkecuali dengan

karyawan. Mereka membutuhkan suatu motivasi yang dapat membantu untuk

meningkatkan kinerja mereka. Motivasi dapat dilakukan dengan memberikan

insentif dan berupa perlindungan-perlindungan lainnya. Apabila karyawan diberi

motivasi baik dari perusahaan maupun pemimpinnya maka akan mempengaruhi

kinerja mereka. Untuk itu antara perusahaan atau pemimpin harus dapat mengerti

dan mengetahui bagaimana cara untuk meningkatkan kinerja mereka.

Setiap orang yang hidup selalu menginginkan kesejahteraan hidup sebab

dengan sejahtera hidupnya akan menjadi tenang dan tentram. Kesejahteraan

adalah suatu kondisi aman sentosa dan makmur terhindar dari berbagai ancaman

(49)

suatu tempat atau perusahaan. Seperti yang dirasakan oleh karyawan, apabila

perusahaan memperhatikan kesjahteraan karyawan maka akan berpengaruh positif

bagi kinerja mereka nantinya.

Lingkungan kerja sangat berperan penting bagi karyawan dalam

melaksanakan tugasnya. Dengan lingkungan yang nyaman baik dari suasana

tempat kerja dan hubungan antar karyawan yang terjalin dengan baik akan

mempengaruhi kinerja karyawan. Lingkungan kerja dapat memberikan kesan

menyenangkan, aman, tentram, perasaan betah bagi seorang karyawan.

Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka dalam penelitian ini penulis

mengajukan hipotesis yaitu:

H1: Kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan karyawan dan lingkungan kerja

secara simultan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

H2: Kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan karyawan dan lingkungan kerja

(50)

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

survei. Penelitian dengan pengamatan langsung pada responden untuk

memperoleh tanggapan atau opini dari subjek yang diteliti melalui kuesioner.

Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta

dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual

(Hasan, 2004:8).

B. Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian adalah seluruh karyawan pabrik gula Gondang Baru

Klaten dan objek penelitian adalah kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan

karyawan, lingkungan kerja dan kinerja karyawan.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu pada 20 Mei sampai 20 Juni

(51)

D. Variabel Penelitian

1. Identifikasi variabel

a. Variabel Independen (X)

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau yang

mempengaruhi variabel yang lain (Umar, 2003:62). Variabel independen

dalam penelitian ini terdiri dari kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan

karyawan dan lingkungan kerja.

b. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen (tergantung) merupakan variabel yang dijelaskan atau

yang dipengaruhi oleh variabel independen (Umar, 2003:62). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah kinerja karyawan..

2. Definisi operasional variabel

a. Kepemimpinan (X1)

Kepemimpinan adalah serangkaian upaya dari pemimpin langsung dalam

mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya sedemikian rupa sehingga

para bawahannya dapat bekerja dengan baik, bersemangat tinggi, dan

mempunyai disiplin serta tanggung jawab yang tinggi pula terhadap atasan.

Indikatornya adalah

1) kejelasan pimpinan dalam memberi perintah,

2) pemberian penghargaan,

3) pemberian teguran maupun pujian,

(52)

b. Motivasi (X2)

Motivasi adalah keinginan bekerja untuk mencapai suatu tujuan, dimana

keinginan tersebut dapat merangsang dan membuat seseorang mau

melakukan pekerjaan atau apa yang mengakibatkan timbulnya motivasi

kerja. Indikatornya adalah

1) adanya sikap yang mencerminkan kebutuhan karyawan akan prestasi,

2) adanya motivasi untuk mencapai hasil kerja yang baik,

3) menunjukkan sikap sabar, jujur dalam menghadapi masalah yang terjadi

dalam pekerjaannya,

4) menunjukkan sikap pantang menyerah dan ulet jika mengalami

kegagalan.

c. Kesejahteraan karyawan (X3)

Kesejahteraan adalah suatu kondisi aman sentosa dan makmur terhindar

dari berbagai ancaman dan kesulitan yang dirasakan seseorang yang telah

melakukan suatu pekerjaan di suatu tempat atau perusahaan. Program

kesejahteraan karyawan menjadi nilai tambah yang diberikan perusahaan

bagi karyawannya. Perhatian terhadap program ini menjadi stimulus untuk

memacu etos karyawan agar lebih produktif berprestasi. Indikatornya

adalah:

1) keamanan

2) kesenangan

(53)

d. Lingkungan kerja (X4)

Lingkungan kerja adalah keadaan dimana tempat kerja yang baik meliputi

fisik dan nonfisik yang dapat memberikan kesan menyenangkan, aman,

tentram, perasaan betah/kerasan, dan lain sebagainya. Indikatornya adalah:

1) penerangan,

2) keamanan kerja,

3) hubungan kerjasama antar rekan kerja dan atasan.

e. Kinerja karyawan

Kinerja karyawan adalah hasil kerja yang telah dicapai seseorang dalam

bidang tugasnya. Indikatornya adalah sikap kerja, kerja sama, kualitas

kerja dan hasil kerja yang diinginkan.

3. Pengukuran variabel

Penulis memperoleh langsung data-data yang dibutuhkan berdasarkan

dari keterangan dan informasi yang diberikan kepada responden melalui

kuesioner yang telah disebarkan dengan metode skor. Pemberian skor ini

digunakan sistem skala Likert yaitu:

a. Sangat setuju (SS) diberi skor 5

a. Setuju (S) diberi skor 4

b. Netral (N) diberi skor 3

c. Tidak setuju (TS) diberi skor 2

(54)

Untuk mendapatkan skor dari setiap jawaban responden, setiap

pernyataan mempunyai 5 (lima) alternatif jawaban berurutan dan berjenjang

dari jawaban dengan kategori baik hingga buruk.

1) Pernyataan tentang kepemimpinan ada 6 (enam) item.

a) Sangat setuju (SS) = 5 x 6 item = 30

b) Setuju (S) = 4 x 6 item = 24

c) Netral (N) = 3 x 6 item = 18

d) Tidak setuju (TS) = 2 x 6 item = 12

e) Sangat tidak setuju (STS) = 1 x 6 item = 6

Dengan demikian nilai terendah dalam kuesioner pernyataan

tentang kepemimpinan adalah 6 dan nilai tertinggi adalah 30. Maka dicari

interval dari kepemimpinan tersebut dengan rumus Sturges dalam

Nugroho, 1993 (dalam Andika, 2005:34).

k Range Ci =

Keterangan:

Ci = interval kelas

Range = selisis batas atas dan bawah

(55)

Interval kelasnya:

k Range

Ci = =

3 6 30−

= 8. Dengan demikian skala

kepemimpinan sebagai berikut:

Skor 6 - 14 adalah gaya kepemimpinan Otokratik

Skor 15 - 23 adalah gaya kepemimpinan Demokratik

Skor 24 - 32 adalah gaya kepemimpinan Laissez Faire

2) Pernyataan tentang motivasi ada 5 (lima) item.

a) Sangat setuju (SS) = 5 x 5 item = 25

b) Setuju (S) = 4 x 5 item = 20

c) Netral (N) = 3 x 5 item = 15

d) Tidak setuju (TS) = 2 x 5 item = 10

e) Sangat tidak setuju (STS) = 1 x 5 item = 5

Dengan demikian nilai terendah dalam kuesioner pernyataan

tentang motivasi adalah 5 dan nilai tertinggi adalah 25.

Interval kelasnya:

k Range

Ci = =

3 5 25−

= 6,6. Dengan demikian skala

motivasi sebagai berikut:

Skor 5 - 11,6 adalah motivasi rendah

Skor 11,7 - 18,3 adalah motivasi sedang

(56)

3) Pernyataan tentang kesejahteraan karyawan ada 8 (delapan) item.

a) Sangat setuju (SS) = 5 x 8 item = 40

b) Setuju (S) = 4 x 8 item = 32

c) Netral (N) = 3 x 8 item = 24

d) Tidak setuju (TS) = 2 x 8 item = 16

e) Sangat tidak setuju (STS) = 1 x 8 item = 8

Dengan demikian nilai terendah dalam kuesioner pernyataan

tentang kesejahteraan karyawan adalah 7 dan nilai tertinggi adalah 35.

Interval kelasnya:

k Range

Ci = =

3 8 40−

= 10,6. Dengan demikian skala

kesejahteraan karyawan sebagai berikut:

Skor 8 - 18,6 adalah kesejahteraan karyawan rendah

Skor 18,7 - 29,3 adalah kesejahteraan karyawan sedang

Skor 29,4 - 40 adalah kesejahteraan karyawan tinggi

4) Pernyataan tentang lingkungan kerja ada 5 (lima) item.

a) Sangat setuju (SS) = 5 x 5 item = 25

b) Setuju (S) = 4 x 5 item = 20

c) Netral (N) = 3 x 5 item = 15

d) Tidak setuju (TS) = 2 x 5 item = 10

e) Sangat tidak setuju (STS) = 1 x 5 item = 5

Dengan demikian nilai terendah dalam kuesioner pernyataan

(57)

Interval kelasnya:

k Range

Ci = =

3 5 25−

= 6,6. Dengan demikian skala

lingkungan kerja sebagai berikut:

Skor 5 - 11,6 adalah lingkungan kerja tidak kondusif

Skor 11,7 - 18,3 adalah lingkungan kerja sedang

Skor 18,4 - 25 adalah lingkungan kerja kondusif

5) Pernyataan tentang kinerja karyawan ada 5 (lima) item.

a) Sangat setuju (SS) = 5 x 8 item = 40

b) Setuju (S) = 4 x 8 item = 32

c) Netral (N) = 3 x 8 item = 24

d) Tidak setuju (TS) = 2 x 8 item = 16

e) Sangat tidak setuju (STS) = 1 x 8 item = 8

Dengan demikian nilai terendah dalam kuesioner pernyataan

tentang kinerja karyawan adalah 8 dan nilai tertinggi adalah 40.

Interval kelasnya:

k Range

Ci = =

3 8 40−

= 10,6. Dengan demikian skala

kinerja karyawan sebagai berikut:

Skor 8 - 18,6 adalah kinerja karyawan rendah

Skor 18,7 - 29,3 adalah kinerja karyawan sedang

(58)

E. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:61).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan bawahan yang sama

sekali tidak memiliki suatu jabatan dalam pekerjaannya di pabrik gula Gondang

Baru Klaten yaitu sebanyak 186 karyawan, yaitu teridiri dari bagian:

1. Tanaman = 30 karyawan

2. AKU = 38 karyawan

3. Instalasi = 112 karyawan

4. Pengolahan = 6 karyawan +

Jumlah = 186 karyawan

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Arikunto, 1996 (dalam Riduwan, 2009:218) mengemukakan bahwa

untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik

diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25%

atau lebih.

Surakhmad, 1994 (dalam Riduwan, 2009:218) berpendapat apabila

ukuran populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel

sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi sama

(59)

dari ukuran populasi. Dalam penelitian ini jumlah populasi sebanyak 186

karyawan. Menurut pada pendapat di atas maka penentuan jumlah sampel dapat

dirumuskan sebagai berikut:

%) 15 % 50 .( 100 1000 1000 % 15 − − − + = n S Keterangan:

S = Jumlah sampel yang diambil

n = Jumlah anggota populasi

Adapun perhitungannya: %) 15 % 50 .( 100 1000 186 1000 % 15 − − − + = S %) 35 .( 900 814 % 15 + = %) 35 .( 904 , 0 % 15 + = % 65 , 31 % 15 + = % 65 , 46 =

Jadi, jumlah sampel sebesar 186 x 46,65% = 86,76 ≈ 87 karyawan.

F. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer

adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang

yang melakukan penelitian atau orang yang bersangkutan yang memerlukannya.

(60)

Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan metode survei dengan

menyebarkan kuesioner yang diberikan langsung kepada responden. Data

sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang

melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2004:19). Data

ini diperoleh dari pabrik gula Gondang Baru Klaten.

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Sampling Insidental.

Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,

yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu

cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2009:67).

Berdasarkan jumlah sampel sebanyak 87 karyawan yang telah

dikemukakan di muka, maka didistribusikan antar bagian dengan memakai

rumusan alokasi proposional dari Sugiyono, 1999 (dalam Riduwan, 2009:67)

yaitu:

n N N

n i

i = .

Keterangan:

ni = Jumlah sampel menurut stratum.

n = Jumlah sampel seluruhnya.

N1 = Jumlah populasi menurut stratum.

(61)

Adapun perhitungannya:

1. Tanaman = 30 : 186 x 87 = 14,03 ≈ 14 karyawan

2. AKU = 38 : 186 x 87 = 17,77 ≈ 18 karyawan

3. Instalasi = 112 : 186 x 87 = 52,38 ≈ 52 karyawan

4. Pengolahan = 6 : 186 x 87 = 2,80 ≈ 3 karyawan +

Jumlah = 87 karyawan

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan kuesioner yaitu dengan cara meminta kepada karyawan untuk

menjawab atas pertanyaan peneliti yang termuat dalam kuesioner. Data yang

didapat berupa data mengenai pengaruh kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan

karyawan dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.

I. Teknik Pengujian Instrumen

Teknik pengujian instrumen pada penelitian ini yaitu:

1. Uji Validitas

Uji Validitas dimaksudkan untuk mengukur kualitas alat ukur. Suatu tes

atau alat pengukur perlu diketahui sejauhmana ketepatannya dan

kecermatannya. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui instrumen peneliti

dalam mengukur apa yang ingin diukur, sehingga instrumen tersebut dapat

(62)

dicari harga kolerasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan

dengan cara mengkolerasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang

merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Moment

(Riduwan, 2009:110).

(

) (

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

− = 2 2 2 2 . . . Y Y n X X n Y X XY n rhitung Keterangan:

r hitung = Koefisien korelasi Product Moment (r hitung)

∑X = Jumlah skor item

∑Y = Jumlah skor total (seluruh item)

n = Jumlah responden

Distribusi (table r) untuk α = 5 % dan derajad kebebasan (dk = n – 2)

Kaedah keputusan: jika r hitung ≥ r tabel berarti valid sebaliknya

r hitung < r tabel berarti tidak valid

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah ukuran konsisten instrumen penelitian. Instrumen

dikatakan reliabel jika alat tersebut menunjukkan hasil yang konsisten,

sehingga instrumen ini dapat digunakan dengan aman karena dapat bekerja

(63)

(

) (

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

− = 2 2 2 2 . . . Y Y n X X n Y X XY n rhitung Keterangan:

r hitung = Koefisien korelasi Product Moment (r hitung)

∑X = Jumlah skor item

∑Y = Jumlah skor total (seluruh item)

n = Jumlah responden

Setelah mencari reliabilitas, maka perlu di uji. Untuk menguji reabilitas

dengan menggunakan rumus Spearman Brown (Riduwan, 2009:113) sebagai

berikut : b b r r r + = 1 . 2 11 Keterangan:

r

11 = Koefisien Reliabilitas

r

b = Koefisien Product Moment

Distribusi (table r) untuk α = 5 % dan derajad kebebasan (dk = n – 2)

Kaedah keputusan: jika

r

11 ≥ r tabel berarti reliabel
(64)

J. Teknik Analisis Data

Pengujian dalam analisis data ini menggunakan metode non parametrik.

Alasan penulis memilih metode non parametrik karena jumlah sampel yang

diteliti adalah 87 karyawan. Untuk menjawab rumusan masalah pengaruh

kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan karyawan dan lingkungan kerja terhadap

kinerja karyawan, penulis menggunakan alat bantu analisis regresi linier

berganda, karena data yang diteliti memperhatikan satu variabel dipengaruhi oleh

banyak variabel. Persamaan regresi linier berganda dengan empat variabel

independen dengan model sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Keterangan:

a = konstanta

b1, b2, b3, b4 = koefisien regresi

Y = kinerja karyawan

X1 = kepemimpinan

X2 = motivasi

X3 = kesejahteraan karyawan

X4 = lingkungan kerja

e = Suatu kesalahan berdistribusi normal dengan rata-rata 0,

(65)

K. Uji Asumsi Klasik

Secara teoretis, model yang digunakan dalam penelitian ini akan

menghasilkan nilai parameter model praduga yang sahih bila dipenuhi asumsi

klasik regresi. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji multikolonieritas, uji

autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas.

1. Uji Multikolonieritas

Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya kolerasi antara variabel bebas/independen (Ghozali,

2007:91). Multikolinieritas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya

dan (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap

variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi

variabel dependen dan diregres terhadap variabel independen lainnya.

Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih tidak

dijelaskan oleh variablel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah

sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ tolerance). Nilai cutoff yang

umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai

tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus

menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai nilai

(66)

2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi

yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Ghozali,

2007:95). Menurut Makridakis dkk., 1995 (dalam Sujianto, 2009:80) salah

satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji

Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

a. 1,65 < DW < 2,35 maka tidak ada autokorelas.

b. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW 2,79 maka tidak dapat disimpulkan.

c. DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi autokorelasi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual dari suatu

pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varian dan residual dari suatu

pengamatan kepengamatan yang lain, maka disebut homoskedastisitas dan

jika varian berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2007:105). Untuk

mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas pada suatu model dapat

dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Tidak terdapat

heteroskedastisitas jika: (1) penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak

(67)

0 dan (3) titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja

(dalam Sujianto, 2009:79).

4. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebuah model

regresi, variabel independen dan variabel dependen normal atau tidak. Normal

disini dalam arti mempunyai distribusi data normal. Keduanya digunakan uji

Kolmongorov-Smirnov dengan signifikan (α) = 5% dan untuk pengambilan

keputusan dengan pedoman sebagai berikut (dalam Sujianto, 2009:83):

a. Nilai signifikan (α) atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi data adalah

tidak normal.

b. Nilai signifikan (α) atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi data adalah

normal.

L. Uji F

Untuk menguji hipotesis pertama, dilihat dari signifikan F hasil uji regresi

tersebut. Uji F dimaksudkan untuk menguji model regresi atas pengaruh

kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan karyawan dan lingkungan kerja secara

simultan terhadap variabel dependen yaitu kinerja karyawan. Tahap-tahap untuk

(68)

1. Menentukan formulasi hipotesis

H0 : b1 ; b2 ; b3 ; b4 = 0artinya variabel kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan karyawan dan lingkungan kerja secara simultan tidak berpengaruh terhadap

kinerja karyawan.

H1 : b1 ; b2 ; b3 ; b4 minimal salah satu ≠ 0 artinya variabel kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan karyawan dan lingkungan kerja secara simultan

berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

2. Menentukan tingkat signifikansi (α)

Tingkat signifikansi α = 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran yang

standar yang sering digunakan dalam penelitian).

3. Menentukan F hitung dengan menggunakan SPSS atau rumus F hitung (Hasan,

2004:107):

(

)

(

2

)

2 1 1 R k k n R F − − − = Keterangan:

R2 = koefisien determinasi

k = banyaknya variabel independen

n = jumlah anggota sampel

4. Menentukan F table

df 1= m – 1 dan df 2 = n – m

(69)

5. Kriteria pengujian

H0 ditolak (H1diterima) apabila F hitung > F tabel pada α 0,05. Artinya variabel kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan karyawan dan lingkungan kerja secara

simultan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

H0 diterima (H1 ditolak) apabila F hitung ≤ F tabel pada α 0,05. Artinya variabel kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan karyawan dan lingkungan kerja secara

simultan tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

M. Uji t

Sedangkan untuk menguji hipotesis kedua, dilihat dari signifikan t hasil

uji regresi tersebut. Uji t digunakan untuk menguji regresi secara parsial. Uji t ini

digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel independen (kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan

karyawan dan lingkungan kerja) terhadap variabel dependen (kinerja karyawan).

Tahap-tahap melakukan uji t adalah sebagai berikut:

1. Menentukan formulasi hipotesis

H0 : b1 ; b2 ; b3 ; b4 = 0artinya variabel kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan karyawan dan lingkungan kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap

kinerja karyawan.

H1 : b1 ; b2 ; b3 ; b4 ≠ 0 artinya variabel kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan karyawan dan lingkungan kerja secara parsial berpengaruh terhadap kinerja

(70)

2. Menentukan tingkat signifikansi (α)

Tingkat signifikansi α = 5%.

3. Menentukan t hitung dengan menggunakan SPSS atau rumus t hitung (Hasan,

2004:103):

bi i i

S B b t0 = −

Keterangan:

bi = nilai koefisien regresi

Bi = nilai koefisien regresi untuk populasi

Sbi = simpangan baku koefisien regresi bi

4. Menentukan t tabel

Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat

kebebasan (df) = n – 2

5. Kriteria pengujian

H0 ditolak (H1 diterima) apabila t hitung > tα/2. Artinya variabel kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan karyawan dan lingkungan kerja secara parsial

berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

H0 diterima (H1 ditolak) apabila t hitung ≤ tα/2. Artinya variabel kepemimpinan, motivasi, kesejahteraan karyawan dan lingkungan kerja secara parsial tidak

(71)

A. Sejarah Perusahaan

Pabrik Gula Gondang Baru semula bernama Pabrik Gula Gondang

Winangun, didirikan pada tahun 1860 oleh NV Klatensche Cultur Maatscahapij

yang berkedudukan di Amsterdam, Netherland. Pabrik ini dikelola oleh NV

Mirandolle Vaute dan Co yang berkedudukan di Semarang. Pada tahun

1930-1935, karena adanya krisis ekonomi, pabrik tidak beroperasi. Pada tahun

1935-1942 pabrik beroperasi lagi di bawah kendali Beerman dan MFH Breemers,

warga negara Belanda.

Pada tahun 1942-1945, Jepang menduduki Indonesia. Pabrik Gula

Gondang Winangun dikuasai orang Jepang yang bernama Niskio dan Inogaki,

dengan dibantu MFH Breemers.

Pada tahun 1945, setelah revolusi kemerdekaan Indonesia, pabrik

dikuasai oleh bangsa Indonesia dan dikelola oleh Badan Penyelenggara

Perusahaan Gula Negara (BPPGN). Pimpinan beralih kepada bangsa Indonesia

dan dipegang oleh Bapak Doekoet dari tahun 1945-1948.

Pada tahun 1948, ketika terjadi clash ke-2, pabrik tidak beroperasi. Pada

tahun 1950 pabrik mulai beroperasi kembali. Pada bulan Desember 1957, Pabrik

Gula Gondang Winangun diserahkan kepada PPN Unit Semarang, yang dipimpin

(72)

Baru. Dengan adanya peraturan pemerintah No. 164 tanggal 1 Juli 1964, Pabrik

Gula Gondang Baru dimasukkan pada PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) V,

Solo, Jawa Tengah, dan berganti nama menjadi PG. Gondang Baru. Dengan

adanya peraturan pemerintah No.14 tahun 1968 tanggal 13 April 1968, PPN XVI

yang berkedudukan di Surakarta dan PG. Baru masuk dalam lingkungan PPN

XVI.

Akhirnya dengan peraturan pemerintah No. 11 tanggal 11 April 1981

PPN XVI dibubarkan dan dilebur dalam PTP XV-XVI Persero yang

berkedudukan di Solo. Dalam perkembangannya masih terjadi peleburan PTP,

hingga pada akhirnya pada tahun 1996 PG. Gondang Baru masuk dalam PTP

Nusantara IX (Persero) hingga sekarang.

B. Letak Pabrik

Pabrik PG. Gondang Baru terletak kurang lebih 5 km dari kota Klaten,

tepatnya berada di Desa Plawikan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.

Adapun faktor-faktor yang menjadi dasar pemilihan lokasi pabrik tersebut

adalah:

1. Bahan baku

Bahan baku mudah diperoleh dari daerah Klaten, Wonosari, Semarang dan

(73)

2. Sumber air

Dalam unit pemrosesan di pabrik gula sangat membutuhkan cukup banyak air,

hal ini dapat dipenuhi karena lokasi pabrik dekat dengan sungai.

3. Tenaga kerja

Sumber daya manusia merupakan faktor yang penting untuk berlangsungnya

proses produksi. PG. Gondang Baru mudah memperoleh tenaga kerja

mengingat Kabupaten Klaten mempunyai penduduk yang cukup padat.

4. Transportasi

Karena terletak di tepi jalan dan juga adanya sarana transportasi yang

menunjang, seperti jalan raya dan rel kereta api, maka dapat menunjang

kelancaran proses produksi pabrik dalam mengangkut bahan baku maupun

(74)

C. Struktur Organisasi PG. Gondang Baru

(75)

PG. Gondang Baru adalah pabrik yang bernaung pada PTP Nusantara IX

yang dipimpin oleh seorang Administratur dan didalam pelaksanaan tugasnya

dibantu oleh Kepala Tanaman, Kepala Administrasi Keuangan dan Umum

(AKU), Kepala Instalasi, dan Kepala Pengolahan, yang mempunyai tugas antara

lain:

1. Administratur

adalah pimpinan pabrik yang bertanggung jawab langsung kepada Direksi

terhadap semua persoalan yang timbul dalam perusahaan. Adapun tugas dan

tanggung jawabnya adalah:

a. Melaksanakan kebijaksanaan perusahaan yang telah ditentukan oleh

Direksi.

Gambar

Tabel Judul
Gambar II.1
Tabel IV. 1
Tabel V.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara suhu udara dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Wonokusumo.. Rata-rata suhu optimum untuk

Kiprah pembaharuan pemikiran Islam sebagaimana dilakukan Harun Nasution oleh Muhaimin (2003) dimasukkan sebagai salah satu model Islamisasi pengetahuan yang bisa

Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mujair diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk

Suryani (2008) menyatakan bahwa jumlah dan panjang akar perpengaruh terhadap tinggi dan jumlah daun pada tanaman dimana dengan banyak dan panjangnya akar maka

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai keanggotaan anggota MWA yang mewakili unsur masyarakat, Dosen, dan Tenaga Kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, huruf h,

Data selisih skor plak yang diperoleh kemudian diuji menggunakan Independent t test dan menunjukkan p=0,002 (p&lt;0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan

beberapa faktor dengan luaran (outcome) pada anak yang terinfeksi HIV, dilakukan analisis multivariat, ternyata faktor stadium klinis saat diagnosis ditegakkan

Termometer klinis digunakan untuk mengukur suhu tubuh manusia. Ada dua macam termometer klinis, yaitu termometer klinis analag dan termometer klinis digital.. pengukuran