• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Adinda Dwi Beauty Fatimah BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Adinda Dwi Beauty Fatimah BAB II"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Medis

1. Kehamilan

a. Pengertian

Periode antepatum adalah periode kehamilan yang dihitung

sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya

persalinan sejati, yang menandai awal periode antepartum.

Sebaliknya, periode prenatal adalah kurun waktu terhitung sejak

hari pertama haid terakhir hingga kelahiran bayi yang menandai

awal periode pascanatal. (Varney, 2007 h. 492)

b. Fisiologi Kehamilan

1) Fertilisasi

Pembuahan/fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan

antara sel mani dengan sel telur di tuba fallopi, umumnya

terjadi di ampula tuba, pada hari ke sebelas sampai empat

belas dalam siklus menstruasi. (Siwi Walyani, 2015 h. 46)

2) Hasil Pembuahan

Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulai terjadi

pembelahan zigot selama tiga hari (mulai 2 sel, 4 sel, 8 sel,

dan 16 sel/blastomer). Setelah 3 hari sel-sel tersebut akan

(2)

(4hari). Saat morulla memasuki rongga rahim, cairan mulai

menembus zona pellusida masuk ke dalam ruang antar sel

yang ada di massa sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar

sel menyatu dan akhirnya terbentuklah sebuah rongga atau

blastokel sehingga disebut blastokista (4,5-5 hari). Sel yang

ada dibagian dalam disebut embriblas dan sel diluar disebut

trofoblas. Zona pellusida akhirnya menghilang sehingga bisa

memasuki dinding rahim (endometrium) dan siap

berimplantasi (5,5-6 hari) dalam bentuk blastokista tingkat

lanjut. (Kuswanti, 2014 h. 62)

3) Implantasi

Implantasi atau nidasi adalah peristiwa tertanamnya atau

bersarangnya sel telur yang telah dibuahi ke dalam

endometrium. (Kuswanti, 2014 h. 63) Pada akhir minggu

pertama (hari ke 5 sampai hari ke 7) zigot mencapai cavum

uteri. Pada saat ini, uterus sedang berada dalam fase

sekresi lendir dibawah pengaruh progesteron dari korpus

luteum yang masih aktif, sehingga lapisan endometrium

dinding rahim menjadi kaya pembuluh darah dan banyak

muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif

(Wagiyo dan Putrono, 2016 h. 55).

4) Pembentukan Plasenta, Tali pusat dan Cairan Amnion

(3)

Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin

karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan

bayi serta sebaliknya. Plasenta berbentuk bundar atau

agak bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal

kurang lebih 2,5 cm, beratnya rata-rata 500 gram.

Umumnya plasenta berbentuk lengkap pada kehamilan

lebih kurang 16 minggu dengan ruang amnion telah

mengisi seluruh kavum uteri. (Kuswanti, 2014 h. 70)

Fungsi plasenta menurut Kuswanti (2014), yaitu

sebagai nutrisasi (alat pemberi makan pada janin),

respirasi (alat penyalur zat asam dan pembuang CO2),

ekskresi (alat pengeluaran sampah metabolisme),

produksi (alat yang menghasilkan hormon-hormon,

imunisasi (alat penyalur bermacam-macam antibodi ke

janin), dan pertahanan (alat yang menyaring

obat-obatan dan kuman-kuman yang bisa melewati uri.

b) Tali Pusat

Merupakan penghubung antara plasenta dengan

janin. Terdapat 2 pembuluh darah arteri dan vena

umbilicalis yang terbungkus jelly wharton dengan

panjang 30-100 cm, insersi normal di tengah plasenta.

(Siwi Walyani, 2015 h. 52)

(4)

Amnion adalah selaput yang membatasi rongga

amnion yang berisi cairan jenih seperti air yang sebagian

dihasilkan oleh sel-sel amnion. Volume air ketuban pada

kehamilan cukup bulan 1000-1500 cc, warna putih keruh,

bau amis, berasa manis, reaksi agak alkali. Komposisi

terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam urik,

kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks caseosa

dan garam organik (Siwi Walyani, 2015; h. 52)

c. Tanda-tanda Kehamilan

1) Tanda Tidak Pasti Kehamilan

a) Amenorhoe

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi

ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya

amenorea dapat diinformasikan dengan memastikan hari

pertama haid terakhir (HPHT), dan digunakan untuk

memperkirakan usia kehamilan dan tafsiran persalinan.

(Siwi Walyani, 2015 h. 70). Untuk menghitung tafsiran

persalinan dapat menggunakan rumus Naegele sebagai

berikut, tanggal HPHT ditambahkan dengan 7 dan

bulannya dikurang 3 dan tahunnya ditambah 1 atau

tetap. (Yuli Aspiani, 2017 h. 42)

b) Mual dengan atau tanpa muntah

Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi

(5)

menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada

pagi hari yang disebut morning sickness. Dalam batas

tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampau

sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang

disebut dengan hiperemesis gravidarum. (Siwi Walyani,

2015 h. 70)

c) Sering miksi

Biasanya terjadi pada trimester pertama yang

disebabkan oleh penekanan kandung kencing oleh

pembesaran uterus. Gejala ini akan berkurang sampai

hilang pada trimester kedua dan muncul kembali pada

akhir kehamilan yang disebabkan penekanan kandung

kemih oleh penurunan bagian terendah janin (kepala

atau bokong). (Yuli Aspiani, 2017 h. 43)

d) Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik

usus sehingga kesulitan BAB. (Siwi Walyani, 2015 h. 71).

Menurut Yuli Aspiani (2017), hal ini disebabkan karena

menurunnya tonus otot khusus oleh pengaruh hormone

steroid.

e) Payudara Tegang

Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri, yang

disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang

(6)

montgomery terlihat lebih membesar. (Kuswanti, 2014 h.

101)

f) Pigmentasi Kulit

Terjadi penumpukan melanin pada kulit dibagian

tubuh tertentu terutama di bagian pipi dan dahi yang

disebut dengan cloasma gravidarum. Garis middle

abdomen juga mengalami perubahan warna menjadi

lebih gelap yang disebut dengan linea nigra. (Yuli

Aspiani, 2017 h. 43).

2) Tanda Kemungkinan Hamil

Beberapa tanda kemungkinan hamil menurut Siwi

Walyani (2015) :

a) Pembesaran Perut

Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada

bulan keempat kehamilan

b) Tanda Hegar

Adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthimus uteri.

c) Tanda Goodel

Adalah pelunakan serviks. Pada wanita tidak hamil

serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita

hamil melunak seperti bibir.

d) Tanda Chadwick

Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan

(7)

e) Tanda Piscaseck

Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris.

Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat

dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang

lebuh dahulu.

f) Teraba Ballotement

Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan

janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat

dirasakan oleh tangan pemeriksa.

g) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif

Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya

human chorionic gonadotropin (hCG) yang di produksi

oleh sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon

ini dapat mulai di deteksi pada 26 hari setelah konsepsi

dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60.

3) Tanda pasti hamil

Menurut Yuli Aspiani (2017), tanda pasti hamil

diantaranya :

a) Denyut Jantung Janin, dengan stetoskop pada usia

kehamilan 17-19 mnggu, dengan dopler pada usia

kehamilan 10 minggu, dengan elektrokardiografi dapat

mendeteksi sejak 48 hari setelah HPHT terakhir.

b) Persepsi Gerakan Janin, terdeteksi oleh pemeriksa

(8)

c) Deteksi Kehamilan Secara Ultrasonografi

Setelah 6 minggu, denyut jantung janin sudah

terdeteksi. Kantung gestasi mulai dapat dilihat sejak

usia kehamilan 4-5 minggu sejak menstruasi terakhir.

Dan pada minggu ke 8, usia gestasi dapat diperkirakan

secara cukup akurat.

d. Adaptasi Fisiologi Ibu Hamil

1) Sistem Reproduksi

Uterus berisi 5-10 liter, pada akhir kehamilan akan

500-1000 kali lebih besar daripada keadaan tidak hamil. Berat

kehamian aterm 1100 gram, tidak hamil 70 gram. Dinding

lebih tipis. Serviks akan menjadi lebih lunak, perubahan

warna kebiruan karena peningkatan vaskularisasi dan

edema pada seluruh serviks, hipertrofi dan hiperplasi

kelenjar serviks. (Wagiyo dan Putrono, 2016 h. 68)

Vagina terdapat bercak keunguan (Chadwick Sign) pada

minggu ke 8 disebabkan oleh meningkatnya vaskularisasi

sebagai leucorrhea dan meningkatkan rangsangan seksual.

(Yuli Aspiani, 2017 h. 36)

Ovarium tidak akan mengalami ovulasi selama kehamilan

terjadi, maturasi folikel tidak tertunda dan payudara akan

terasa nyeri karena hipertrofi alveoli mammae serta

hiperpigmentasi areola. (Wagiyo dan Putrono, 2016 h. 68)

(9)

Volume darah meningkat 30%-50%, tetapi tekanan darah

tidak berubah. Pembentukan sel-sel darah merah meningkat

tetapi terjadi hemodilusi, maka berkembang pseudoanemia

yaitu penekanan pada vena cava menyebabkan gejalan

sindrom supine hipotensi, statis vena, dan fibrin meningkat

membuat wanita lebih mudah mengalami trombosis. (Yuli

Aspiani, 2017 h. 37)

3) Sistem Pernafasan

a) Paru-paru dan pernafasan : letak diafragma berubah

karena pertumbuhan janin, tidal volume meningkat,

meningkatkan O2 dalam darah.

b) Membran mukosa : pembengkakan umum terjadi,

menyebabkan hidung tersumbat, sesak, dispnea dan

seterusnya.

(Yuli Aspiani, 2017 h. 37)

4) Sistem Gastrointestinal

Tonus dan gerakan traktus gastrointestinal berkurang

karena perpanjangan waktu pengosongan lambung dan

memperlambat perjalanan dalam intestinum, terjadi

hemoroid karen konstipasi dan peningkatan tekanan vena

sekunder terhadap pembesaran uterus. (Wagiyo dan

Putrono, 2016 h. 69)

(10)

Sering berkemih pada awal masa kehamilan disebabkan

karena penekanan uterus pada kandung kemih (Yuli Aspiani,

2017 h. 37).

6) Sistem Endokrin

a) Ovarium dan plasenta : corpus luteum membentuk

estrogen dan progesteron. Plasenta juga membentuk

HCG (Human Chorionic Gonadotropin), HPL (Human

Placental Laktogen) dan HCT (Hematocrit).

b) Kelenjar tiroid : membesar selama kehamilan, tetapi

jumlah tiroksin tetap konstan.

c) Kelenjar paratiroid : ukuran meningkat pada minggu ke

15-35, ketika kebutuhan janin meningkat.

d) Pankreas : pembentukan insulin meningkat selama

kehamilan, tetapi penyimpanan glikogen menjadi

terbatas.

e) Kelenjar hipoise : FSH (Follicle Stimulating Hormone),

ditekan oleh HCG (Human Chorionic Gonadotropin)

yang dijadikan plasenta. Prolactin meningkat selama

kehamilan dan laktasi, oksitosin meningkat dan

menstimulasi kontraksi otot uterus.

f) Kelenjar adrenal : korlin meningkat tetapi epinefrin tetap

konstan.

(Yuli Aspiani, 2017 h. 36-37)

(11)

Penambahan berat badan yang diharapkan selama

kehamilan bervariasi antara ibu yang satu dengan lainnya.

Kenaikan BB selama hamil berdasarkan usia kehamilan :

10 mgg = 650 gram

20 mgg = 4000 gram

30 mgg = 8500 gram

40 mgg = 12500 gram

(Wagiyo dan Putrono, 2016 h. 73)

e. Adaptasi Psikologis Ibu Hamil

1) Trimester I

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode

penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap

kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan

kenyataan ini dan arti semua ini bagi dirinya merupakan

tugas psikologis yang paling penting pada trimester pertama

kehamilan. Sebagian besar wanita merasa sedih dan

ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih

80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan,

kecemasan, depresi, dan kesedihan. (Siwi Walyani, 2015 h.

64)

2) Trimester II

Tubuh wanita telah terbiasa dengan perubahan tingkat

hormon yang tinggi, morning sickness telah hilang, ia telah

(12)

yang konstruktif. Saat kehamilan memasuki trimester II,

masalah baru muncul, yaitu gambaran penampilan tubuhnya

selama hamil. Sebagian besar bumil memiliki citra tubuh

yang negatif, yang akan semakin terasa seiring semakin

besarnya kehamilan. (Wagiyo dan Putrono, 2016 h. 75)

3) Trimester III

Trimester III sering disebut periode penantuan dengan

penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai

menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah

sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang

bayi. Ibu menjadi lebih protektif terhadap bayi, mulai

menghindari keramaian atau seseorang atau apapun yang

ia anggap berbahaya. Wanita mungkin merasa cemas

dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri, seperti :

apakah nanti bayinya akan lahir abnormal, terkait persalinan

dan pelahiran, apakah ia akan menyadari bahwa ia akan

bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya

sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan

mengalami cidera akibat tendangan bayi. (Siwi Walyani,

2015 h. 67)

f. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

1) Kebutuhan Fisik

a) Nutrisi

(13)

Di Indonesia, kebutuhan kalori untuk orang tidak

hamil adalah 2000 Kkal, sedang untuk ibu hamil dan

menyusui masing-masing adalah 2300 dan 2800

kkal. Kalori dipergunakan untuk produksi energi. Bla

kurang energi akan diambil dari pembakaran protein

yang mestinya dipakai untuk pertumbuhan.

(2) Protein

Protein sangat dibutuhkan untuk perkembangan

buah kehamilan yaitu untuk pertumbuhan janin,

uterus, dan plasenta. Bila wanita tidak hamil,

konsumsi protein yang ideal adalah 0,9

gram/kgBB/hari tetapi selama kehamilan dibutuhkan

tambahan protein hingga 30 gram/hari.

(3) Mineral

Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi

dengan makan makanan sehari-hari yaitu

buah-buahan, sayur-sayuran, dan susu. Hanya besi yang

tidak bisa terpenuhi dengan makan sehari-hari.

Kebutuhan akan besi pada pertengahan kedua

kehamilan kira-kira 17mg/hari. Untuk memenuhi

kebutuhan ini dibutuhkan suplemen besi 30 mg/hari

dan pada kehamilan kembar atau wanita yang

anemia dibuthkan 60-100mg/hari. Kebutuhan

(14)

(4) Vitamin

Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan

makan sayur dan buah-buahan, tetapi dapat pula

diberikan ekstra vitamin, pemberian asam folat

terbukti mencegah kecacatan pada janin.

(Kuswanti, 2014 h. 118-119)

b) Personal Hygiene

Personal hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan

yang dilakukan oleh ibu hamil untuk mengurangi

kemungkinan infeksi, karena badan yang kotor yag

banyak mengandung kuman-kuman. (Siwi walyani, 2015

h. 98)

c) Eliminasi

(1) BAK

Trimester I : frekuensi BAK meningkat karena

kandung kencing tertekan oleh pembesaran uterus.

Trimester II : frekuensi BAK normal kembali karena

uterus telah keluar dari rongga panggul

Trimester III : frekuensi BAK meningkat karena

penurunan kepala ke PAP.

(2) BAB

Defekasi menjadi tidak teratur karena :

(a) Pengaruh relaksasi otot polos oleh estrogen

(15)

(c) Pada kehamilan lanjut karena pengaruh

tekanan kepala yang telah masuk panggul.

d) Istirahat

Posisi tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah

miring ke kiri, kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk

dan diganjal dengan bantal, dan untuk mengurangi rasa

nyeri pada perut, ganja dengan bantal pada perut bawah

sebelah kiri. (Kuswanti, 2014 h. 123)

2) Kebutuhan Psikologis

a) Support Keluarga

Dukungan selama masa kehamilan sangat

dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang hamil,

terutama dari orang terdekat apalagi ibu yang baru

pertama kali hamil. Seorang wanita akan merasa tenang

dan nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian

dari orang-orang terdekat.

b) Support Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan harus mampu mengenali tantang

keadaan yang ada disekitar ibu hamil atau pasca

bersalin.

g. Antenatal Care (Pemeriksaan Ibu Hamil)

Asuhan antenatal care adalah suatu program yang terencana

berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu

(16)

persiapan persalinan yang aman dan memuaskan. (Mufdillah,

2009 dalam Siwi Walyani, 2015).

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa

mengancam nyawanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil

memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode

antenatal :

1) Satu kali kunjungan selama trimester I (sebelum 14 minggu)

2) Satu kali kunjungan selama trimester II (antara mingu 14-28)

3) Dua kali kunjungan selama trimester III (antara minggu

28-40 minggu)

(Yuli Aspiani, 2017 h. 46)

Menurut Siwi Walyani (2015), pelayanan ANC minimal 5T,

meningkat menjadi 7T, dan sekarang menjadi 12T, sedangkan

untuk daerah gondok dan endemik malaria menjadi 14T, yakni

1) Timbang berat badan tinggi badan

Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila

hasil pengukuran < 145 cm. Berat badan ditimbang setiap ibu

datang atau berkunjung untuk mengetahui kenaikan BB dan

penurunan BB.Kenaikan BB ibu hamil normal rata – rataantara 6,5 kg sampai 16 kg.

2) Tekanan darah

Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung. Deteksi

(17)

normal kita pikirkan kearah anemia. Tekanan darah normal

berkisar sistole/diastole : 110/80 – 120/80 mmHg. 3) Pengukuran tinggi fundus uteri

Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nol pada tepi

atas sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus

tidak boleh ditekan)

4) Pemberian tablet tambah darah (Tablet Fe)

Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil

dan nifas, karena masa kehamilan kebutuhan meningkat

seiring dengan pertumbuhan janin.

5) Pemberian imunisasi TT

Untuk melindungi dari tetanus neonatorum. Efek samping

TT yaitu nyeri, kemerah – kemerahan dan bengkak untuk 1 – 2 hari pada tempat penyuntikan.

6) Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil

yang pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan.

Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi

anemia pada ibu hamil.

7) Pemeriksaan protein urine

Untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil.

Protein urine ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah

preeklamsi.

(18)

Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratoty

(VDRL) untuk mengetahui adanya treponema

pallidum/penyakit menular seksual, antara lain syphilish.

9) Pemeriksaan urine reduksi

Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu

dengan ibu dengan indikasi penyakit gula/DM atau riwayat

penyakit gula pada keluarga ibu dan suami.

10) Perawatan payudara

Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat

tekan payudara yang ditunjukkan kepada ibu hamil. Manfaat

perawatan payudara adalah :

a) Menjaga kebersihan payudara, terutama putting susu

b) Mengencangkan serta memperbaiki bentuk puting susu

(pada putting susu terbenam)

c) Merangsang kelenjar – kelenjar susu sehingga produksi ASI lancar

d) Mempersiapkan ibu dalam laktasi

Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum

mandi dan mulai pada kehamilan 6 bulan.

11) Senam ibu hamil

Bermanfaat membantu ibu dalam persalinan dan

mempercepat pemulihan setelah melahirkan serta

mencagah sembelit.

(19)

Pemberian obat malaria diberikan khusus untuk pada ibu

hamil didaerah endemik malaria atau kepada ibu dengan

gejala khas malaria yaitu panas tinggi disertai menggigil.

13) Pemberian kapsul minyak beryodium

Kekurangan yodium dipengaruhi oleh faktor – faktor lingkungan dimana tanah dan air tidak mengandung unsur

yodium. Akibat kekurangan yodium dapat mengakibatkan

gondok dan kretin yang ditandai dengan :

a) Gangguan fungsi mental

b) Gangguan fungsi pendengaran

c) Gangguan pertumbuhan

d) Gangguan kadar hormon yang rend

14) Temu Wicara

Adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk

menolong orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik

mengenai dirinya dalam usahanya untuk memahami dan

mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya.

Jadwal pemeriksaan ANC :

1) Pemeriksaan Pertama

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah

diketahui terlambat haid.

2) Pemeriksaan Ulang

a) Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7 bulan

(20)

c) Setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai

terjadi persalinan.

h. Kehamilan dengan Penyulit

1) Anemia pada Kehamilan

Menurut Varney (2007; h. 623), anemia didefinisikan

sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan

kadar haemoglobin didalam sirkulasi darah. Untuk wanita

tidak hamil disebut anemia apabila kadar Hb kurang dari

12,0 gram per 100 mililiter. Sedangkan untuk wanita hamil,

nilai normal Hb yaitu 10,0 gram per 100 mililiter. Tanda

gejala anemia antara lain letih, sering mengantuk, pusing,

lemah, nyeri kepala, dan kulit pucat.

Perubahan fisiologis alami yang terjadi selama kehamilan

akan memengaruhi jumlah sel darah normal pada

kehamilan. Terdapat peningkatan jumlah sel darah merah

didalam sirkulasi, namun jumlahnya tidak seimbang dengan

peningkatan volume plasma. Ketidakseimbangan ini akan

menyebabkan penurunan kadar haemoglobin. Peningkatan

kadar eritrosit juga merupakan salah satu penyebab

peningkatan kebutuhan akan zat besi selama kehamilan

sekaligus untuk janin (Varney, 2007; h. 623).

Pemberian konseling tentang pengaturan diet sangat

penting diberkan karena zat besi lebih mudah diserap dari

(21)

terkandung dalam sayuran hijau, daging merah, kuning telur,

hati, tiram, dan beberapa sereal (Varney, 2007; h. 624)

2) Letak Lintang

Adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam

uterus dengan kepala pada sisi yang satu, sedangkan

bokong pada sisi yang lain. (Sarwono, 2005 dalam Yuli

Aspiani 2017 h. 302)

Etiologi letak lintang menurut Mochtar (1998) dalam Yuli

Aspiani (2017) :

a) Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit,

hidrosefalus, anensepalus, plasenta previa, dan

tumor-tumor pelvis.

b) Gemelli (kehamilan ganda)

c) Kelainan uterus

d) Lumbal scoliosis

e) Janin sudah bergerak pada hidramnion, multi paritas,

anak kecil, atau sudah mati

f) Kandung kemih serta rektum penuh

Penatalaksaan letak lintang menurut Yuli Aspiani (2017),

yaitu :

a) Pada kehamilan

Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28

(22)

multigravida umur kehamilan kurang dari 30 minggu

posisi lutut dada, kalau gagal posisi lutut dada sampai

persalinan.

b) Pada Persalinan

Jika pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida

dengan janin hidup dilakukan sectio caesaria, jika janin

mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian dilakukan

embriotomi. Pada multigravida dengan janin hidup dan

riwayat obstetri baik dilakukan versi ekstraksi, jika

riwayat obstetri jelek lakukan SC. Jika janin mati lakukan

embriotomi.

Beberapa literatur menyebutkan salah satu

penanganan dari letak lintang yaitu versi luar atau ECV

(Eksternal Cephalic Version). Versi adalah memutar

janin menjadi presentasi kepala dengan manipulasi

eksternal. Versi luar adalah manipulasi sepenuhnya

dilakukan melalui dinding abdomen. Adapun komplikasi

dari tindakan versi luar diantaranya solusio plasenta,

ruptur uteri, emboli air ketuban, hemorrhagia

fetomaternal, persalinan preterm, fraktur femur janin,

lilitan tali pusat, ketuban pecah, gawat janin, hingga

IUFD.

(23)

2. Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar

kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa

bantuan. (Manuaba, 1998 dalam Shofa Ilmiah, 2015)

b. Etiologi Persalinan

Beberapa teori timbulnya persalinan menurut Mochtar (1998)

dalam Yuli Aspiani (2017), yaitu :

1) Teori Penurunan Hormon

Satu sampai dua minggu sebelum partus mulai terjadi

penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.

Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim

dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah

sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.

2) Teori Plasenta menjadi Tua

Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan

progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh

darah. Hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.

3) Teori Distensi Rahim

Rahim yang menjadi besar dan merenggang

menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga

(24)

Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus

franskenhouser). Bila ganglion ini digeser dan tekanan,

misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.

c. Tanda dan Gejala dimulainya Proses Persalinan

Menurut Wagiyo dan Putrono (2016), terdapat 2 macam

tanda dan gejala dimulainya persalinan, yaitu :

1) Tanda-tanda palsu

His dengan interval tidak teratur, frekuensi semakin lama

tidak mengalami peningkatan, rasa nyeri saat kontraksi

hanya bagian depan, tidak keluar lendir dan darah, tidak ada

perubahan serviks uteri, dan bagian presentasi janin tidak

mengalami penurunan.

2) Tanda-tanda pasti

His dengan interval teratur, frekuensi semakin lama

semakin meningkat baik durasi maupun intensitasnya, rasa

nyeri menjalar mulai dari bagian belakang ke bagian depan,

keluar lendir dn darah, serviks uteri mengalami perubahan

dari melunak, menipis, dan berdilatasi, dan bagian

presentasi janin mengalami penurunan.

d. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

1) Power/Tenaga

Power utama pada persalinan adalah tenaga/kekuatan

yang dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.

(25)

terjadi sementara waktu disebut kontraksi. Kontraksi ini

terjadi diluar sadar sedangkan retraksi mengejan adalah

tenaga kedua (otot-otot perut dan diafragma) digunakan

dalam kala II persalinan. Tenaga dipakai untuk mendorong

bayi keluar dan merupakan kekuatan ekspulsi yang

dihasilkan oleh otot-otot volunter ibu. (Yuli Aspiani, 2017 h.

209)

Menurut Shofa Ilmiah (2015), kontraksi uterus atau his

yang normal mempunyai sifat simetris, fundus dominan,

relaksasi, involuntir atau terjadi diluar kehendak, intermitten

(terjadi secara berkala), terasa sakit, dan terkoordinasi.

2) Passage (Jalan Lahir)

Janin harus berjalan lewat rongga panggul atau serviks

dan vagina sebelum dilahirkan untuk dapat dilahirkan, janin

harus mengatasi pula tahanan atau resisten yang

ditimbulkan oleh struktur dasar panggul dan sekitarnya. (Yuli

Aspiani, 2017 h. 209)

Menurut Shofa Ilmiah (2015), passage terdiri dari :

a) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul) :

(1) Os. Coxae (Os. Illium, Os. Ischium, dan Os. Pubis)

(2) Os. Sacrum = promontorium

(3) Os. Coccygis

b) Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen

(26)

(1) Pintu Atas Panggul (PAP) = disebut inlet dibatasi

oleh promontorium, linea inominata dan pinggir atas

symphisis.

(2) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina

ischiadica disebut middlet.

(3) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan

arkus pubis disebut outlet.

(4) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity)

berada antara inlet dan outlet.

Adapun bidang-bidang hodge menurut Kuswanti (2014),

yaitu :

a) Hodge I yaitu bidang yang dibentuk pada lingkaran pintu

atas panggul (PAP) dengan bagian atas symphisis dan

promontorium.

b) Hodge II yaitu sejajar dengan hodge I, terletak setinggi

bagian bawah symphysis.

c) Hodge III yaitu sejajar dengan hodge I dan II, terletak

setinggi spina ischiadica kanan dan kiri.

d) Hodge IV yaitu sejajar dengan hodge I, II, III, terletak

setinggi os coccygis.

3) Passanger

Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin dan

(27)

itu disertai dengan plasenta selaput dan cairan ketuban atau

amnion. (Yuli Aspiani, 2017 h. 209)

4) Psikologis

Dalam persalinan terdapat kebutuhan emosional jika

kebutuhan tidak terpenuhi paling tidak sama seperti

kebutuhan jasmaninya. Prognosis keseluruhan wanita

tersebut yang berkenan dengan kehadiran anaknya terkena

akibat yang merugikan. (Yuli Aspiani, 2017 h. 209)

Menurut Shofa Ilmiah (2015), psikologis meliputi :

a) Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan persiapan

intelektual

b) Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya

c) Kebiasaan adat

d) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu

5) Penolong

Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan

adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang

mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari

kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi

proses persalinan. (Shofa Ilmiah, 2015 h. 30)

e. Tahapan Persalinan

1) Kala I

Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan

(28)

dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan

lendir yang bersemu darah (bloody show) yang berasal dari

lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka dan

mendatar. (Shofa Ilmiah, 2015 h. 4)

Menurut Yuli Aspiani (2017), kala I dibagi menjadi 2 fase,

yaitu :

a) Fase Laten

Dimulainya sejak awal kontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.

Pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan biasanya

berlangsung dibawah 8 jam.

b) Fase Aktif

Dapat dibedaan menjadi 3 fase :

(1) Akselerasi : pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm yang

membutuhkan waktu 2 jam

(2) Dilatasi maksimal : pembukaan dari 4 cm menjadi 9

cm dalam waktu 2 jam

(3) Deselarasi : pembukaan menjadi lambat, dari 9

menjadi 10 cm dalam waktu 2 jam.

2) Kala II

Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks

sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Kala dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran. (Yuli

(29)

Menurut Yuli Aspiani (2017), tanda gejala kala II yaitu :

a) Ibu merasakan keinginan meneran bersamaan dengan

terjadinya kontraksi.

b) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada

rektum dan atau vaginanya.

c) Perineum terlihat menonjol

d) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka

e) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

3) Kala III

Setelah bayi lahir, uterus keras dengan fundus uteriagak

diatas pusat. Beberapa menit kemudian, uterus berkontraksi

lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya (6 hingga 15

menit) setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan

sedikit tekanan pada bagian fundus uteri. Lepasnya plasenta

dan keluarnya dari dalam uterus biasanya disertai dengan

pengeluaran darah. (Wagiyo dan Putrono, 2016 h. 202)

4) Kala IV

Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat dengan

amplitude 60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak

diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi

kesempatan membentuk thrombus. Melalui kontraksi yang

kuat dan pembentukan thrombus terjadi penghentian

pengeluaran darah post partum. Kekuatan his dapat

(30)

oksitosin oleh kelenjar hipofise posterior. Pada kala IV

dilakukan observasi kesadaran ibu, pemeriksaan TTV,

kontraksi uterus, perdarahan, tinggi fundus uteri, dan

kandung kemih. (Yuli Aspiani, 2017 h. 212)

f. Asuhan Persalinan Normal

Dalam buku Asuhan Persalinan Normal oleh Widia Shofa

Ilmiah (2015), langkah-langkah pertolongan persalinan normal,

adalah sebagai berikut :

1) Mendengar dan melihat tanda gejala kala II :

a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran (doran)

b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada

rektum dan vagina (teknus)

c) Perineum tampak menonjol (perjol)

d) Vulva dan sfingter ani membuka (vulka)

2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan

esensial untuk mneolong persalinan dan menatalaksana

komplikasi ibu daan BBL

(Untuk asfiksia sediakan tempat datar dan keras, 2 kain dan

1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt (dengan

jarak 60 cm dari tubuh bayi), menggelar kain diatas perut ibu

dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi, siapkan

oksitosin 10 unit dan spuit steril sekali pakai didalam partus

set).

(31)

4) Mencuci tangan dan keringkan dengan tissue/handuk

5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang digunakan

untuk PD

6) Masukkan oksitosin ke dalam spuit (gunkan tangan yang

memakai sarung tangan DTT/steril, pastikan tidak terjadi

kontaminasi pada spuit).

7) Membersihkan vulva dan perineum, mengusapnya dengan

hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan

kapan DTT

8) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan

lengkap (bila selaput kektuban belum pecah dan pembukaan

sudah lengkap, lakukan amniotomi)

9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit

10) Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

(120-160x/menit)

11) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik dan bantu ibu dalam menemukanposisi yang

nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila

(32)

bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang

diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)

13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada

dorongan kuat untuk meneran

a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan

efektif

b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan

perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai

c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

plihannya, kecuali posisi terlentang dalam waktu lama,

anjurkan ibu istirahat diantara kontranksi.

d) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat

untuk ibu, berikan asupan cairan peroral yang cukup.

14) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai, segera rujuk bayi

jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120

menit meneran (primigravida) atau 60 menit meneran

(multigravida).

15) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil

posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan

untuk meneran dalam 60 menit.

16) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut

ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter

(33)

17) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong

ibu.

18) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan

alat dan bahan

19) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

20) Setelah tampak kepala bayi denga diameter 5-6 cm

membuka vulva, maka lindungi perineum dengan satu

tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan

yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi

defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk

meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.

21) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil

tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan

proses kelahiran bayi.

22) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

23) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang

secara biparietal. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah

bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus

pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk

melahirkan bahu belakang

24) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah

(34)

sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang lengan dan siku sebelah atas.

25) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas

berlanjut ke punggung, bokong, tungkai, dan kaki serta

pegang masing-masing kaki dengan ibu jari dan jari-jari

lainnya.

26) Lakukan penilaian selintas

27) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa

kesulitan?

28) Apakah bayi bergerak aktif?

Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap

lakukan langkah resusitasi

29) Keringkan tubuh bayi

30) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

dalam uterus (hamil tunggal)

31) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi dengan baik

32) Dalam wakt 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10

unit IM 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi

sebelum menyuntikkan oksitosin)

33) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan

klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong tali pusat ke

arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal

(35)

34) Pemotongan dan pengikatan tali pusat

a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit

(lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali

pusat diantara 2 klem tersebut.

b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi

kembudian melingkarkan kembali benang tersebut dan

mengikatnya dengan simpul kunci dengan sisi lainnya.

c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah

disediakan

35) Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke bayi, letakkan bayi

tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi

menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada

diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari

putting payudara ibu.

36) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi

dikepala bayi

37) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari

vulva

38) Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas

simfisis, untuk mendeteksi. Tanan lain menegangkan tali

pusat.

39) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah

(36)

belakang-atas (dorso kranial) secara hati-hati (untuk

mencegah inversio uteri).

a) Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan

penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul

kontraksi berikutnyadan ulangi prosedur diatas.

b) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami

atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting

susu.

c) Lakukan penegangan tali pusat dan dorongan dorso

kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran

sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar

lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti proses jalan

lahir (tetap lakukan tekanan dorso kranial)

d) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem

hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan

plasenta.

e) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan

tali pusat :

(1) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM

(2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih

penuh

(3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

(37)

(5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi

lahir atau bila terjadi perdarahan segera lakukan

plasenta manual.

40) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta

dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan

plasenta pada wadah yang telah disediakan.

41) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus, letakkan talapak tangan di fundus dan

lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)

42) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan

pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan

plasenta ke dalam kantung plastik dan tempat khusus.

43) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera

lakukan penjahitan.

44) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak erjadi

perdarahan pervaginam

45) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit dada ibu

paling sedikit 1 jam

(a) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi

(38)

(b) Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15

menit.

(c) Setelah satu jam, lakukan penimbangan atau

pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis

dan vitamin K, 1 mg IM di paha kiri anterolateral.

(d) Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berian suntikan

imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral.

46) Lanjutkan pemantauan pemantauan kontraksi dan

mencegah perdarahan pervaginam.

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

b) Setiap 15 menit pertama pada 1 jam pertama pasca

persalinan

c) Setiap 20-30 menit pasca persalinan

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan

asuhan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia

uteri.

47) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15

menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30

menit selama jam kedua pasca persalinan.

50) Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi

(39)

51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan

klorin 0,5% untuk dekontaminasi.

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat yang

sesuai

53) Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa

cairan ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai

pakaian yang bersih dan kering.

54) Pastikan ibu merasa aman dan nyaman. Bantu ibu memberi

ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan

makanan yang diinginkan.

55) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

56) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

balik bagian dalam ke luar dan redam dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit.

57) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

58) Lengkapi partograf, periksa tanda-tanda vital dan asuhan

kala IV.

g. Partograf (Wagiyo dan Putrono, 2016; h. 270)

Partograf adalah alat pencatatan persalinan untuk menilai

keadaan ibu, janin dan seluruh proses persalinan. Partograf

digunakan untuk mendeteksi jika ada penyimpangan dari

persalinan, sehingga untuk menjadi partus abnormal dan

memerlukan tindakan bantuan lain untuk menyelesaikan

(40)

berbagai grafik dan kode yang menggambarkan berbagai

parameter untuk menilai kemajuan persalinan. Gambaran

partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal)

terhadap garis perjalanan waktu (horizontal).

Daerah sebelah kiri garis waspada merupakan garis

observasi. Daerah diantara garis waspada dan garis bertindak

merupakan daerah perlu pertimbangan untuk merujuk atau

mengambil tindakan sedangkan daerah disebelah kanan garis

tindakan adalah daerah harus segera bertindak.

h. Persalinan dengan Penyulit

1) CPD (Chephalopelvic Disproportion)

Abnormalitas panggul dimana sering terjadi ketika kepala

fetus terlalu besar untuk melalui rongga pelvis. Ini dapat

terjadi bila kepala terlalu besar. Panggul kecil dapat

disebabkan oleh karena penyakit rakhitis yang terjadi pada

masa anak-anak, menyebabkan kelainan bentuk pada pelvis

(Yuli Aspiani, 2017; h. 261). Bentuk panggul wanita yang

paling ideal untuk persalinan adalah bentuk gynekoid.

Kelainan bentuk atau ukuran panggul dapat diketahui dari

anamnesa dan pemeriksaan yang baik. Anamnesis perlu

ditanyakan riwayat penyakit dahulu, ada/tidaknya penyakit

rachitis, patah tulang panggul, coxitis dan sebagainya. Pada

(41)

2500 gram akan sulit dilahirkan (Wagiyo dan Putrono, 2016;

h. 352)

2) Partus Lama

Partus lama adalah suatu persalinan yang berlangsung

lebih dari 24 jam dimana kala 1 berlangsung lebih dari 20

jam dan kala 2 lebih dari 2 jam. (Depkes RI, 2005 dalam

Yulia Aspiani, 201 h. 241)

Menurut Yuli Aspiani (2017), partus lama jika tidak segera

diakhiri akan menimbulkan :

a) Kelelahan pada ibu karena mengejan terus-menerus

sedangkan intake kalori biasanya berkurang.

b) Dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam

basa/elektrolit karena intake cairan yang kurang.

c) Gawat janin sampai kematian karena asfiksia dalam

jalan lahir.

d) Infeksi rahim, timbul karena ketuban pecah lama

sehingga terjadi infeksi rahim yang dipermudah karena

adanya manipulasi penolong yang kurang steril.

e) Perlukaan jalan lahir, timbulkan persalinan yang

traumatik.

Menurut Wiknjosastro (1999) dalam Yuli Aspiani (2017),

penatalaksanaan pada klien dengan partus lama :

(42)

(1) Pantau keadaan umum ibu dan janin (termasuk TTV

dan tingkat dehidrasinya)

(2) Perbaiki keadaan umum. Tetap memperhatikan

asupan gizi ibu terutama asupan cairan

(3) Atur posisi ibu (sesuai degan penanganan persalinan

normal)

(4) Periksa benda keton dalam urin dan berikan cairan

baik oral maupun pararental dan upayakan buang air

kecil (pasang kateter kalau perlu)

(5) Berikan analgesik : tramadol atau petidin 25 mg IM

(maximum 1 mg/kgBB) atau morin jika pasien

merasakan nyeri

(6) Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien

berada dalam persalinan.

(7) Pemantauan his dan mengontrol DJJ setiap setelah

his

(8) Beri oksigen bila terjadi tanda-tanda gawat janin

(9) Pemberian antibiotika : penisilin prokain : 1 juta IU IM

atau streptomisin : 1 gr IM

(10) Infus cairan (larutan garam fisiologis/Nacl, larutan

glukosa 5-10% pada jam pertama)

b) Penatalaksanaan Khusus

(43)

(a) Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada

tanda-tanda kemajuan, lakukan penilaian ulang

terhadap serviks.

(b) Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau

pembukaan serviks dan tidak ada gawat janin,

mungkin pasien belum inpartu.

(c) Jika ada kemajuan dalam pendataran atau

pembukaan serviks lakukan amniotomi dan

induksi persalinan dengan oksitosin atau

prostaglandin

(d) Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam

(e) Jika pasien tidak mask fase aktif setelah

dilakukan pemberian oksitosin selama 8 jam,

lakukan SC

(f) Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam,

cairan berbau) :

(i) Lakukan akselerasi persalinan dengan

oksitosin

(ii) Berikan antibiotika kombinasi sampai

persalinan : ampisilin 2 g IV setiap 6 jam,

ditambah gentaisin 5 mg/kgBB IV setiap 24

jam.

(iii) Jika terjadi persalinan pervaginam stop

(44)

(g) Jika dilakukan SC, lanjutkan pemberian

antibiotika ditambah metronidazole 500 mg IV

setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama 48

jam.

(2) Fase aktif memanjang

(a) Jika tidak ada tanda-tanda Cepalo Pelvic

Disproportion atau obstruksi dan ketuban masih

utuh, pecahkan ketuban

(b) Nilai his

Jika his adekuat pertimbangkan disproporsi,

obstruksi, malposisi/mal presentasi. Lakukan

penanganan umum untuk memperbaiki his dan

mempercepat kemajuan persalinan

3) Induksi Persalinan

Menurut Williams (2013; h. 522), induksi adalah stimulasi

kontraksi sebelum awitan persalinan spontan, dengan atau

tanpa ruptur membran. Indikasi dilakukannya induksi

diantaranya ruptur membran disertai korioamnionitis,

preeklamsia berat, hipertensi gestasional, status janin

meresahkan, kehamilan lebih bulan, dan berbagai kondisi

medis ibu seperti hipertensi kronis dan diabetes.

Kontraindikasi dilakukannya induksi diantaranya

(45)

panggul sempit, plasentasi abnormal, dan kondisi seperti

infeksi herpes genital aktif atau kanker serviks.

Macam-macam farmakologis induksi :

a) Prostaglandin E2

Pemberian prostaglandin E2 lokal (dinoprostone)

sering digunakan untuk mematangkan serviks. Bentuk

gel nya, prepidil, tersedia dalam suntikan 2,5 mL untuk

pemberian intraserviks berisi 0,5 mg dinoprostone.

Dengan ibu dalam posisi telentang, ujung suntikan yang

belum diisi diletakkan dalam serviks, dan gel dimasukkan

tepat dibawah os serviks interna. Setelah pemberian, ibu

tetap berbaring selama setidaknya 30 menit. Dosis dapat

diulang setiap 6 jam, dengan maksimum tiga dosis yang

direkomendasikan dalam 24 jam (Wiliams, 2013; h. 524).

b) Prostaglandin E1

Misoprostol atau cytotec adalah prostaglandin E1

sintetik, diakui sebagai tablet 100 atau 200 µg untuk

pencegahan ulkus peptikum. Pemberian misoprostol

dapat melalui pervagina atau per oral. Dosis misoprostol

intravaginal 50µg telah dikaitkan dengan peningkatan

signifikan terjadi takisistol uterus, pasase mekonium, dan

aspirasi mekonium dibandingkan dengan gel

prostaglandin E2. Tablet prostaglandin E1 juga efektif

(46)

yang serupa dengan pemberian intravagina untuk

mematangkan serviks. Dosis pemberian oral yaitu 100µg

sama efektifnya dengan dosis intravagina 25µg (Wiliams,

2013; h. 525)

c) Oksitosin

Tujuan induksi atau augmentasi adalah untuk

menghasilkan aktivitas uterus yang cukup untuk

menghasilkan perubahan serviks dan penurunan janin,

sembari menghindari berkembangnya status janin yang

meresahkan. Dosis untuk pemberian oksitosin yaitu satu

ampul 1 mL yang mengandung 10 unit dilarutkan

kedalam 1000mL larutan kristaloid dan diberikan melalui

pompa infus. Terdapat banyak sumber mengenai jumlah

regimen (tetesan infus) induksi oksitosin. Namun,

menurut data dari Parkland Hospital, Satin dkk (1992)

diantara 1112 perempuan yang menjalani induksi

dengan tetesan infus 6 tetes/menit menghasilkan

rata-rata waktu masuk persalinan lebih singkat, lebih sedikit

induksi yang gagal, dan tidak ada kasus sepsis

neonatus. Sedangkan interval untuk meningkatkan dosis

oksitosin bervariasi dari 15 sampai 40 menit dengan

tambahan 2mU/menit (Williams, 2013; h. 528)

(47)

Adalah perdarahan dalam keadaan dimana plasenta

telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan

bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan

lahir.

Terdapat 4 derajat robekan yang bisa terjadi saat

pelahiran menurut Yuli Aspiani (2017), diantaranya :

a) Tingkat I : robekan hanya pada selaput lendir vagina dan

jaringan ikat

b) Tingkat II : robekan mengenai mukosa vagina, jaringan

ikat, dan otot di bawahnya tetapi tidak mengenai sfingter

ani

c) Tingkat III : robekan mengenai transeksi lengkap dan

otot sfingter ani

d) Tingkat IV : robekan sampai mukosa rectum

3. Bayi Baru Lahir (BBL)

a. Definisi

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500

gram sampai 4000 gram. (Departemen Kesehatan, 2005 dalam

Wagiyo dan Putrono, 2016 h. 411)

Bayi Baru Lahir adalah bayi yang lahir dan umur kelahiran 37

minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2.500 gram (Shofa

Ilmiah, 2015 h. 244)

(48)

Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus,

adalah :

1) Penyesuaian sistem pernapasan

Penyesuaian yang paling kritis dan segera terjadi yang

dialami bayi baru lahir adalah sistem pernapasan. Udara

harus diganti oleh cairan yang mengisi saluran pernapasan

sampai alveoli. (Shofa Ilmiah, 2015 h. 244)

2) Penyesuaian sistem kardiovaskuler

Sistem sirkulasi jantung mulai berdenyut pada minggu

ketiga kehamilan. Selama kehidupan janin, jantung

mendistribusikan oksigen dan zat nutrisi yang disuplai

melalui plasenta. (Shofa Ilmiah, 2015 h. 244)

Setelah bayi lahir, sistem kardiovaskular mengalami

perubahan yang mencolok, dimana voramen ovale, duktus

arterious, dan duktus venosus menutup. Arteri umbilikalis,

vena umbilikalis, dan arteri hepatika ligamen. Nafas pertama

yang dilakukan bayi baru lahir membuat paru-paru

berkembang dan menurunkan resistensi vaskular pulmoner,

sehingga darah paru mengalir. (Wagiyo dan Putrono, 2016

h. 412)

3) Penyesuaian Suhu Tubuh

Segera setelah bayi lahir, bayi akan berada ditempat

yang suhu lingkungannya lebih rendah dari lingkungan

(49)

36,5˚C sampai 37˚C. Bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar (25˚C) maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi

(penguapan), konveksi dan radiasi sebanyak 200

kalori/kg/BB/menit, sedangkan bentuk panas yang dapat di

produksi hanya per sepuluh dari jumlah kehilangan panas

diatas, dalam waktu yang bersamaan. (Bonak dan Jensen,

2004 : 376 dalam Wagiyo dan Putrono, 2016 h. 415)

4) Penyesuaian Gastro intestinal

Sebelum lahir, janin cukup menghisap dan menelan air

ketuban. Refleks gumoh dan batuk yang matang sudah

terbentuk dengan baik pada saat lahir. (Shofa Ilmiah, 2015

h. 245)

Pada saat bayi lahir, didalam saluran cernanya tidak

terdapat bakteri. Setelah lahir, orifisum oral dan orifisum anal

memungkinkan bakteri dan udara sehingga bising usus

dapat kita dengakan satu jam setelah lahir. Kapasitas

lambung bayi bervariasi dari 30-90 ml sangat tergantung

pada ukuran bayi. (Wagiyo dan Putrono, 2016 g. 416)

5) Penyesuaian Sistem Kekebalan Tubuh

Pada masa awal kehidupan janin, sel-sel yang menyuplai

imunitas sudah mulai berkembang. Namun sel-sel ini tidak

aktif selama beberapa bulan. Bayi baru lahir dilindungi oleh

(50)

sangat rentan terhadap mikroorganisme, oleh karena itu bayi

rentan terkena infeksi. (Shofa Ilmiah, 2015 h. 245)

6) Sistem Hematopoiesis

Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80-110

mg/kg. Nilai rata-rata hemoglobin dan sel darah merah lebih

tinggi dari nilai normal orang dewasa. Hemoglobin bayi baru

lahir berkisar antara 14,5-22,5 gr/dl, hematokrit bervariasi

dari 44% sampai 72% dan SDM berkisar antara 5-7,5

juta/mm3. Leukosit janin dengan nilai hitung sel berkisar

antara 18.000/mm3. (Bobak dan Jensen, 2004 : 365 dalam

Wagiyo dan Putrono, 2016 h. 414)

7) Traktus Urinarius

Pada bulan ke-4 kehidupan janin, ginjal terbentuk

didalam rahim, urine sudah terbentuk dan diekskresikan ke

dalamcairan amnion. Pada kehamilan cukup bulan, ginjal

menempati sebagian besar dinding abdomen posterior,

fungsi ginjal sudah sama dengan fungsi ginjal pada orang

dewasa sehingga pada saat lahir didalam kandung kemih

bayi terisi sedikit urine sehingga kemungkinan bayi baru lahir

tidak akan iksi sampai dalam waktu 12 jam sampai 24 jam.

(Bobak dan Jensen, 2004 dalam Wagiyo dan Putrono, 2016

h. 417)

(51)

Saat lahir ovarium bayi wanita berisi beribu-ribu sel

germinal primitif yang akan berkurang sekitar 90% sejak bayi

baru lahir sampai dewasa. Genetalia eksterna biasanya

edematosa disertai hiperpigmentasi. Pada bayi prematur,

klitoris menonjol, dan labia mayora kecil dan terbuka.

Testis turun kedalam skrotum pada 90% bayi baru lahir

laki-laki. Prepisium yang ketat sering kali dijumpai pada bayi

baru lahir. Muara uretra dapat tertutup prepusium dan tidak

dapat ditarik kebelakang selama 3-4 tahun.

c. Asuhan Segera Bayi Baru Lahir

Adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama

satu jam pertama setelah kelahiran. (Shofa Ilmiah, 2015 h. 245)

Asuhan segera bayi baru lahir menurut Shofa Ilmiah (2015),

yaitu :

1) Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur suhu

tetap suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari

luar untuk membuatnya tetap hangat.

2) Membersihkan jalan nafas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir.

Apabila tidak langsung menangis, penolong segera

melakukan resusitasi

(52)

Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa tali

pusat telah di klem dengan baik untuk mencegah terjadinya

perdarahan. Alat pengikat tali pusat atau klem dan gunting

steril harus selalu siap tersedia di ambulans, di kamar

bersalin, ruang penerima bayi, dan ruang perawatan bayi.

Tali pusat dipotong 3 cm dari dinding perut bayi. Luka tali at

dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari atau

setiap tali basah atau kotor.

4) Memberi Vitamin K

Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada

bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar antara

0,25-0,5%. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut,

diberi vitamin K parental dengan dosis 0,5-1 mg secara IM

5) Memberi obat tetes atau salep mata

Didaerah di mana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi

baru lahir perlu diberi alep mata sesudah lima jam bayi lahir.

Pemberian obat mata chloramphenicol 0,5% dianjurkan

untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit

menular seksual)

6) Pemantauan Bayi Lahir

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk

mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi

(53)

perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak

lanjut petugas kesehatan.

d. Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir

Adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa

tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil

pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. (Wagiyo dan

Putrono, 2016 h. 427)

Tujuan dari pemeriksaan fisik menurut Wagiyodan Putrono

(2016), adalah :

1) Menentukan status kesehatan

2) Mengidentifikasi masalah

3) Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan

4) Untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu

mendapat tindakan segera

5) Untuk menentukan data objektif dari riwayat keperawatan

klien.

Prosedur pelaksanaan pemeriksaan fisik menurut Wagiyo

dan Putrono (2016), adalah :

1) Tanda-tanda vital

Suhu axila 36,5 C-37 C, suhu stabil setelah 8-10 jam

kelahiran, frekuensi jantung 120-140 denyut/menit,

pernafasa bayi baru lahir rata-rata 30-60 kali/menit dengan

(54)

Berat badan lahir 2500-4000 gram, panjang badan dari

kepala sampai tumit 45-55 cm, lingkar kepala diukur pada

bagian yang terbesar yaitu oksipito-frontalis 33-35 cm,

lingkar dada mengukur pada garis buah dada, sekitar 30-33

cm, lingkar abdomen mengukur di bawah umbilikalis, ukuran

sama dengan lingkaran dada.

3) Dilanjutkan pemeriksaan secara head to toe dari kepala,

wajah,mata,hidung, mulut, telinga, leher, dada, paru,

jantung, abdomen, ekstermitas atas,ekstermitas bawah,

spinal, genetalia, anus dan rektum, kulit.

4) Refleks

a) Refleks mencari puting (rooting)

b) Refleks menghisap (sucking)

c) Refleks menggenggam

d) Refleks moro

e) Refleks leher asimetrik tonik

f) Refleks melangkah

e. Kunjungan Neonatus

Dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak pelaksanaan

kesehatan bayi baru lahir oleh bidan dilaksanakan minimal 3

kali, yaitu :

(55)

Menurut jurnal penelitian Diah (2012), kunjungan neonatus

bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap

pelayanan kesehatan dasar, mengetahui bila terdapat kelainan

pada bayi atau bayi mengalami masalah kesehatan.

Berdasarkan PMK no. 53 tahun 2014 tentang Pelayanan

Kesehatan Neonatal Esensial, dalam setiap kunjungan

neonatus, hal yang harus dilakukan petugas kesehatan :

1) Menanyakan kepada ibu masalah yang dihadapi oleh

bayinya

2) Apabila menemukan bayi sakit, harus mampu

mengklasifikasikan penyakit bayi untuk :

a) Kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri

b) Diare

c) Ikterus

d) Kemungkinan berat badan rendah

3) Menangani masalah pemberian ASI

4) Menentukan status imunisasi

5) Menentukan masalah atau keluhan lain

6) Menentukan tindakan dan memberikan pengobatan bila

diperlukan

7) Bila perlu, merujuk bayi muda dan memberi tindakan pra

rujukan

(56)

4. Nifas

a. Pengertian

Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam

setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari)

setelah itu. (Hadijono, 2008 dalam Yuli Aspiani, 2017 h. 459)

Puerperium/nifas adalah masa sesudah persalinan simulai

setelah kelahiran plasenta san berakhirnya ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas

berlangsung selama kurang lebih 6 minggu. (Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002 dalam Yuli Aspiani,

2017 h. 459)

b. Tahap Masa Nifas

Masa nifas ibagi menjai 3 tahap menurut Yuli Aspiani, yaitu :

1) Puerperium Dini

Merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu

telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam

agama Islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah

40 hari.

2) Puerperium Intermedial

Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan

menyeluruh alat-alat genetalia, yang lamanya sekitar

6-8 minggu.

(57)

Merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna, terutama bila selaa hamil atau waktu

persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat

sempurna apat berlangsung selama berminggu-minggu,

bulanan, bahkan tahunan.

c. Perubahan Masa Nifas (Yuli Aspiani, 2017)

1) Perubahan Fisik

a) Tanda-tanda Vital

Suhu tubuh alam 24 jam pertama >38˚C. Jika 1-2 hari pada hari ke 10 >38˚C hati-hati terhadap adanya infeksi puerperalis, infeksi saluran kemih, endometris, mastitis,

dan infeksi lain.

b) Involusio

Adalah perubahan yang merupakan proses

kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir

setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan eperti

sebelum hamil. Menurut Varney (2007; h. 959), tinggi

fundus uteri segera saat pascapartum 2 jari dibawah

pusat, saat hari pelahiran dan hari pertama 1 jari

dibawah pusat, hari kedua 1-2 jari dibawah pusat, hari

ketiga 2 jari dibawah pusat, hari keempat 3 jari dibawah

pusat, hari kelima 2 jari diatas simpisis pubis, hari

(58)

setinggi simpisis pubis, dan mulai tidak teraba setelah

hari ke 10.

c) Dinding Perut dan Peritonium

Setelah persalinan dinding perut longgar karena

diregang begitu lama, biasanya akan pulih dalam 6

minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang

meregang pada waktu partus setelah bayi lahir

berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.

d) Sistem Kardiovaskuler

(1) Tekanan darah stabil

(2) Bradikardi (50-70x/menit) normal jika tidak ada

keluhan

(3) Takhicardi akibat pesalinan lama dan perdarahan

hebat

(4) Diaforesis dan menggigil yang disebabkan instability

vasomotor. Keadaan ini normal jika tidak disertai

demam.

(5) Komponen darah trombosit lebih aktif

e) Sistem Urinaria

Aktivitas ginjal bertambah pada masa nifas karena

reduksi dari volume darah dan ekskresi produk sampah

dari autolysis. Puncak dari aktivitas ini terjadi pada hari

pertama post partum.

Gambar

Tabel 2.1 Daftar Tilik Penapisan Klien, Metode Nonoperatif
Tabel 2.2 Daftar Tilik Penapisan Klien, Metode Operasi (Tubektomi)
Tabel 2.3 Daftar Tilik Penapisan Klien, Metode Operasi (Vasektomi)

Referensi

Dokumen terkait

(forward linkage) dalam suatu sistem agribisnis. Keterkaitan ke belakang berlangsung karena subsistem usahatani memerlukan input produksi yang dapat diperoleh dengan

muqaddamun ‘ala jalbi al-mashâlih (mencegah kerusakan itu didahulukan dari pada mendapatkan kemaslahatan). 145 Abdul Hamîd Hakîm di dalam kitab as-sullam menjelaskan mengenai

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Skripsi berjudul Hubungan Penyakit Gondok dengan Tingkat Intelegensia Pada Siswa Sekolah Dasar di (SDN) Darsono 2 Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember telah diuji

[r]

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Plastik şekil değiştirme tekrar kristalleşme sıcaklığının üstünde bir sıcaklıkta yapılırsa, işleme &#34;sıcak plastik şekil değiştirme&#34; adı verilir.

Pada penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dari proses dan hasil yang didapatkan yaitu dengan adanya sistem ini dapat Mempermudah pekerjaan pemilik usaha Toko Kiky