• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN KUBUS DAN BALOK UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII-A SEMESTER GENAP SMPN 4 LINGSAR

TAHUN AJARAN 2015 / 2016

JURNAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan

Oleh YUNI SARAH NIM. E1R112083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM

(2)
(3)

iii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING JURNAL SKRIPSI ... ii

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAK ...iv

I. PENDAHULUAN ... 1

II. METODE PENELITIAN ... 4

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 6

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 8

(4)

iv

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN KUBUS DAN BALOK UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII-A SEMESTER GENAP SMPN 4 LINGSAR

TAHUN AJARAN 2015 / 2016 Oleh

Yuni Sarah, Muh. Turmuzi, Nurul Hikmah Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan dan IPA, FKIP Universitas Mataram Email: yunisarah072@gmail.com

ABSTRAK

Hasil observasi awal yang telah dilakukan di kelas VIII-A SMP Negeri 4 Lingsar bahwa aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa yang diperoleh masih rendah disebabkan oleh siswa masih belum siap dalam menerima pembelajaran yang ditunjukkan dengan perhatian siswa kurang saat kegiatan belajar berlangsung, siswa lebih memilih aktivitas mengobrol dengan teman sebangku, kondisi di dalam kelas menjadi ribut yang menggangu proses pembelajaran. Sekalipun demikian adanya, masih dapat dilihat potensi yang ada pada diri siswa yakni siswa senang jika materi yang diajarkan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, selain itu terdapat beberapa siswa yang memiliki kemampuan akademik cukup baik yang bisa membantu temannya yang lain dalam memahami materi pelajaran. Keaktifan siswa bermain dengan temannya di kelas, senang mengobrol dengan teman sebangkunya dapat diarahkan ke kegiatan yang positif dengan cara menggunakan model pembelajaran yang menyajikan permasalahan-permasalahan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari sehingga ada kedekatan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Model pembelajaran seperti itu yakni model Problem Based Learning yang dipadukan dengan pendekatan kontekstual. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus dilakukan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII-A SMPN 4 Lingsar pada materi kubus dan balok tahun ajaran 2015/2016. Hasil penelitian diperoleh skor aktivitas belajar siswa siklus I 13,01 berkategori aktif dan siklus II 16,66 berkategori sangat aktif. Hasil evaluasi diperoleh ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan siklus II berturut-turut 73,91% dan 86,96%. Melihat hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa pada materi kubus dan balok kelas VIII-A SMPN 4 Lingsar tahun ajaran 2015/2016. Saran bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut diharapkan untuk mencoba menggunakan model Problem Based Learning dengan pendekatan kontekstual pada materi yang lain.

Kata kunci: problem based learning, pendekatan kontekstual, aktivitas belajar siswa, dan prestasi belajar.

(5)

v

APPLYING PROBLEM BASED LEARNING (PBL) METHOD AND CONTEXTUAL APPROACH IN LEARNING CUBE AND BLOCKS TO INCREASE THE ACTIVITY

AND THE LEARNING ACHIEVEMENT OF THE STUDENTS AT VIII-A GRADE SECOND SEMESTER OF SMPN 4 LINGSAR IN

ACADEMIC YEAR 2015/2016 By

Yuni Sarah, Muh. Turmuzi, Nurul Hikmah Study Program of Mathematics Education

Mathematics and Basic Science Education Departement, FKIP Mataram University Email: yunisarah072@gmail.com

ABSTRACT

Based on the first observation at VIII-A grade student of SMPN 4 Lingsar, the activity and the learning achievement of the student are still low. The problem is caused by the students attention that did not already yet to gain the lesson. The students prefer to choose to communicate with their friends beside them. Thus, the atmosphere in the classroom become noisy that can influence the teaching and learning process. Eventhough, the students potential still found where they enjoy their learning if the material to be taught to be keyed to the everyday life. It is seen when the students ask the teacher about the advantage in learning gradien in everyday life. Beside that, there are some students have fairly well knowledge that can help their friends to understand the material being learnt. Being active of the students in playing with their friends in the classroom can be directed to the useful activity by using some methods that present some problems relate to the everyday life. Thus, there is a relevance between the material to be taught and students life. This kind of learning method, problem based learning that is combined with the contextual approach. This classroom action research was conducted in two cycles. There are five stages in each cycle such as planning, implementing, observing, evaluating, and reflecting. The objective of this research is to increase the activity and the learning achievement of the students at VIII-A grade of SMPN 4 Lingsar in academic year 2015/2016. The result of this research is found that the score of the students activity at the first cycle is 13,01. It can be classified as an active category. Beside that, the second cycle is 16,66. It can be classified as a very active category. The result of the evaluation is found that the exhaustiveness of the students in learning at the first and the second cycle resvectively are 73,91% and 86,96%. Based on the result of the research, it can be concluded that the implementation of the problem based learning method with contextual approach can increase the activity and learning achievement of the students in mathematics, specially in learning cube and block at VIII-A grade of SMPN 4 Lingsar in academic year 2015/2016. For the researcher that want to conduct a further research, it is conducted to use problem based learning method with contextual approach in teaching a different material.

Key Terms: Problem based learning, contextual approach, students learning activity and students learning achievement.

(6)

1 I. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk menentukan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik ke arah suatu tujuan yang kita nilai tinggi (Sagala, 2003:11). Dalam pendidikan di sekolah, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan, karena matematika merupakan mata pelajaran yang membekali siswa untuk berfikir logis, analitis, sistematis, dan kritis. Selain itu, banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang erat kaitannya dengan matematika. Seperti siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika. Mereka menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dimengerti karena sifat matematika yang erat kaitannya dengan simbol-simbol, rumus-rumus, dan menggunakan lambang-lambang yang tidak banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga sulit dipahami. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan di bidang matematika. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah aktivitas belajar siswa di dalam kelas.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMPN 4 Lingsar, diketahui bahwa siswa kurang antusias mengikuti pelajaran matematika. Banyak siswa yang tidak memperhatikan saat guru sedang menjelaskan materi, mereka lebih memilih aktivitas mengobrol dengan teman sebangku, menggangu teman, atau mencoret-coret buku. Kondisi di dalam kelas menjadi ribut yang menggangu proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan aktivitas belajar di kelas rendah. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil tes skor aktivitas belajar siswa yang peneliti lakukan ke kelas VIII. Skor aktivitas belajar siswa VIII A sangat kurang aktif diantara kelas yang lain. Hal ini dibuktikan dengan perolehan skor aktivitas sebesar 4,67. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa VIII A sangat kurang aktif. Rendahnya aktivitas belajar kelas VIII A ini ternyata berdampak terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII A. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai kelas VIII A 53,13 dan ketuntasan klasikal 29,2 %, sedangkan ketuntasan klasikal minimal kelas 85%. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar kelas VIII A rendah.

Sekalipun demikian adanya, masih dapat dilihat potensi yang ada pada diri siswa yakni siswa senang jika materi yang diajarkan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari,

(7)

2

hal ini terlihat ketika siswa bertanya kepada guru mengenai manfaat mempelajari gradien dalam kehidupan sehari-hari, selain itu terdapat beberapa siswa yang memiliki kemampuan akademik cukup baik yang bisa membantu temannya yang lain dalam memahami materi pelajaran. Keaktifan siswa bermain dengan temannya di kelas, senang mengobrol dengan teman sebangkunya dapat diarahkan ke kegiatan yang positif, yaitu dengan memberikan permasalahan-permasalahan yang kontekstual atau yang memiliki kedekatan dengan kehidupan sehari-hari sehingga hal ini mampu menarik perhatian siswa untuk aktif dalam belajar. Dalam kondisi ini, sebenarnya guru masih dapat mengarahkan potensi yang ada pada siswa ke arah yang positif dengan cara menggunakan model pembelajaran yang menyajikan permasalahan-permasalahan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari sehingga ada kedekatan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Memperhatikan potensi yang ada, maka kelemahan yang terjadi cenderung ditangani dengan menerapkan sebuah model pembelajaran yaitu model model Problem Based Learning yang dipadukan dengan pendekatan kontekstual. Komalasari (2013:58) mengatakan bahwa Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yag dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Aqib, 2013:1)

Sedangkan Sanjaya (2006:214) menjelaskan bahwa Problem Based Learning (PBL) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah, tidak mengharapkan siswa sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran akan tetapi siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari, mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

(8)

3

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Trianto, 2008:10).

Berdasarkan uraian diatas, dengan menerapkan model Problem based Learning (PBL) dengan pendekatan kontekstual pada pembelajaran matematika bahwa melalui serangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian permasalahan nyata diharapkan siswa akan terampil dalam memecahkan masalah yang disajikan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Selain model dan pendekatan pembelajaran, pemilihan materi yang akan diajarkan merupakan hal penting dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Adapun dalam penelitian ini peneliti memilih materi kubus dan balok. Alasan pertama peneliti menggunakan kubus dan balok karena kedekatannya terhadap aspek kehidupan nyata seperti kubus dan balok banyak ditemukan dikehidupan sehari-hari. Misalnya bangun balok pada akuarium yang ada di rumah-rumah dan bangun kubus pada kotak rubik, dadu, dan kardus, sehingga penerapan model Problem Based Learning dengan pendekatan kontekstual sesuai dengan materi kubus dan balok.

Alasan kedua peneliti yaitu karena materi kubus dan balok memiliki nilai rata-rata terendah dibuktikan dengan nilai rata-rata-rata-rata ulangan harian matematika siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2013/2014, terlihat bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas VIII masih ada yang dibawah nilai KKM. Materi kubus dan balok memiliki nilai rata-rata ulangan harian yang paling rendah. Padahal materi kubus dan balok sangat penting karena banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi tersebut. Menurut guru matematika kelas VIII, hal ini dikarenakan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi tentang geometri salah satunya materi kubus dan balok. Pada materi ini siswa membutuhkan imajinasi yang lebih tinggi dalam membayangkan konsep-konsep yang berkaitan dengan kubus dan balok. Sehingga dengan materi kubus dan balok dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi siswa berdasarkan permasalahan yang ada pada kehidupan sehari-hari, hal ini sesuai dengan konsep model Problem Based Learning dengan Pendekatan Kontekstual.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti terdorong untuk membuat penelitian yang berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Pendekatan

(9)

4

Kontekstual pada Pembelajaran Kubus dan Balok untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII-A Semester Genap SMPN 4 Lingsar Tahun Ajaran 2015 / 2016”.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII-A SMPN 4 Lingsar tahun pelajaran 2015/2016 pada materi kubus dan balok melalui penerapan model Problem Based Learning dengan pendekatan kontekstual.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Lingsar dan subyek penelitiannya adalah siswa kelas VIII A semester Genap tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 24 orang yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini yaitu faktor aktivitas siswa, faktor aktivitas guru, dan prestasi belajar siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan, pertemuan pertama untuk pembelajaran dan pertemuan kedua untuk pembelajaran beserta evaluasi.Pertemuan pertama dilaksanakan selama 2 jam pelajaran dan pertemuan kedua dilaksanakan selama 3 jam pelajaran, dimana 1 jam pelajaran sama dengan 40 menit. Terdapat lima tahap kegiatan yang dilaksanakan dalam tiap siklus yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan kegiatan, tahap observasi , tahap evaluasi, serta tahap refleksi.

Data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan dua instrumen penelitian yaitu lembar observasi yang digunakan untuk memperoleh data aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru saat proses pembelajaran, dan tes evaluasi untuk mengetahui prestasi belajar siswa digunakan instrumen berupa tes individu yang terdiri dari soal essay pada tiap akhir siklus. Sumber data dalam penelitian ini yaitu guru mata pelajaran matematika kelas VIII-A SMP Negeri 4 Lingsar tahun ajaran 2015/2016. Data aktivitas belajar siswa dianalisis dengan rumus

(10)

5 Keterangan:

̅

Selanjutnya presentasi keberhasilan guru dengan rumus berikut:

Keterangan:

G = persentase aktivitas guru

Prestasi belajar yang diperoleh siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan mencari ketuntasan individu, ketuntasan klasikal, dan rata-rata hasil evaluasi. Rata-rata hasil tes tiap siklus dihitung dengan menggunakan rumus

Keterangan:

M : Skor rata-rata kelas

∑ : Jumlah total skor siswa

: Jumlah siswa yang mengikuti tes : Skor siswa ke i=1,2,3,,....,n

Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dianalisis dengan rumus:

(11)

6 Keterangan:

KK : Ketuntasan Klasikal

x : banyaknya siswa yang memperoleh nilai z : banyaknya siswa yang mengikuti tes

Penelitian ini dikatakan berhasil jika aktivitas belajar siswa minimal berkategori aktif dan rata-rata prestasi belajar siswa mencapai nilai ≥ 75 dan ketuntasan belajar secara klasikal ≥ 85% setelah diterapkan model problem based learning dengan pendekatan kontekstual.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Ringkasan hasil penelitian

Siklus

AKTIVITAS BELAJAR PRESTASI BELAJAR

Rata-rata tiap pert.

Rata-rata

tiap siklus Kategori Nilai rata-rata

Ketuntasan klasikal I Pert. 1 11,68

13,01 aktif 76,09 73,91 %

I Pert. 1 14,34

II Pert. 1 15,33 16,66 Sangat aktif 85,07 86,96 % II Pert. 1 17,99

Berdasarkan tabel di atas, analisa data prestasi belajar siswa pada siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa 76,09 dan ketuntasan klasikal 73,91 %. Sementara itu dari hasil observasi kegiatan pembelajaran pada siklus I diperoleh bahwa aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran tergolong aktif.

Terdapat beberapa kekurangan selama pelaksanaan penelitian diantaranya: 1) Guru masih kurang dalam membantu siswa dalam merencanakan dan mempersiapkan hasil yang akan mereka presentasikan di depan kelas; 2) Waktu yang digunakan untuk mendiskusikan LKS agak lama dari waktu yang ditentukan; 3) Guru masih kurang maksimal dalam menarik perhatian siswa untuk fokus dalam proses pembelajaran; 4)

(12)

7

Beberapa siswa tidak memperhatikan petunjuk pengerjaan LKS dengan baik; 5) Beberapa siswa masih kurang aktif bekerjasama dalam mengerjakan LKS bersama teman kelompoknya; 6) Beberapa siswa masih kurang aktif dalam memberikan tanggapan terhadap pemaparan kelompok yang sedang presentasi.

Atas sejumlah kekurangan yang ditemukan pada siklus I, peneliti melakukan refleksi dan perbaikan dengan beberapa masukan dari observer dan guru pamong. Adapun perbaikan yang dilakukan pada siklus II yaitu: 1) Guru memberitahu siswa tentang apa saja yang akan dipresentasikan di depan kelas; 2) Mengingatkan batasan waktu untuk mengerjakan LKS sehingga semua yang direncanakan dalam rencana pembelajaran dapat terlaksana dengan baik; 3) Guru lebih berusaha dalam menarik perhatian siswa yang kurang fokus dengan menunjuk beberapa siswa untuk menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari temannya; 4) Guru memberikan penjelasan lebih detail mengenai apa saja yang harus dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran serta menghimbau siswa untuk membaca cara kerja pada LKS dengan seksama; 5) Guru memberikan penjelasan tentang apa saja yang harus dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran serta menghimbau siswa untuk membaca cara kerja pada LKS dengan seksama; 6) Guru menegur siswa yang tidak memperhatikan, dan lebih tegas dalam mengamati jalannya presentasi kemudian diakhir presentasi guru menambahkan atau memperbaiki penjelasan siswa yang masih kurang. Dengan sejumlah perbaikan tersebut prestasi belajar siswa meingkat pada siklus II yaitu nilai rata-rata siswa 85,07 dan ketuntasan klasikal 86,96% dengan kategori aktivitas belajar siswa tergolong sangat aktif. Hal ini menunjukan bahwa aktivitas dan prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Menurut Suryobroto (2005:85), secara kelompok, ketuntasan belajar dinyatakan telah tercapai jika sekurang-kurangnya 85% dari siswa dalam kelompok yangg bersangkutan telah memenuhi kriteria ketuntasan secara perorangan. Ketuntasan prestasi belajar siswa pada penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran melalui penerapan model Problem Based Learing dengan pendekatan kontekstual dapat digunakan sebagai salah satu model utuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.

Dari uraian diatas terlihat bahwa pembelajaran menggunakan Problem Based Learnig dengan pendekatan kontekstual pada materi kubus dan balok sangat membantu

(13)

8

siswa dalam memperoleh hasil yang maksimal sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif. Dalam pembelajaran menggunakan Problem Based Learning dengan pendekatan kontekstual, siswa menjadi lebih aktif dalam kelompok-kelompok kecil, saling bekerjasama, dan berdiskusi. Dalam kondisi seperti ini siswa mampu memperlihatkan kemampuan individu dan kemampuan dalam kelompok. Dalam pembelajaran ini yang berperan aktif adalah siswa bukan guru, guru sebagai motivator siswa dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner yang megatakan bahwa siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah dan guru berfungsi sebagai motivator bagi siswa dalam mendapatkan pengalaman yang memungkinkan mereka menemukan dan memecahkan masalah (Aisyah, dkk., 2007:13).

Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka penerapan model Problem Based Learing dengan pendekatan kontekstual secara optimal pada materi kubus dan balok dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII A SMPN 4 Lingsar tahun ajaran 2015/2016.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model Problem Based Learning (PBL) dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII A SMPN 4 Lingsar tahun ajaran 2015/2016 pada materi kubus dan balok. Hal ini terlihat dari hasil observasi awal aktivitas siswa pada kelas VIII A yaitu sebesar 4, 67 dengan kategori sangat kurang aktif dan mengalami peningkatan skor rata-rata aktivitas siswa ketika melakukan penelitian. Pada siklus I yaitu 13,01 dengan kategori aktif dan meningkat pada siklus II menjadi 16,66 dengan kategori sangat aktif.

2. Penerapan model Problem Based Learning (PBL) dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas VIII A SMPN 4 Lingsar tahun ajaran 2015/2016 pada materi kubus dan balok. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata Ulangan Harian matematika siswa kelas VIII A SMPN 4 Lingsar Semester I tahun pelajaran 2014/2015 sebesar 53,13 dengan ketuntaasan klasikal sebesar 29,2 % dan ketika melakukan penelitian mengalami peningkatan nilai rata-rata dan ketuntasan

(14)

9

klasikal pada masing-masing siklus. Siklus I diperoleh rata-rata nilai siswa sebesar 76,09 dengan ketuntasan klasikal 73,91 % dan meningkat pada siklus II dengan rata-rata nilai siswa sebesar 85,07 dengan ketuntasan klasikal 86,96 %.

3. Penerapan model Problem Based Learnig (PBL) dengan pendekatan kontekstual dengan menerapkan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Orientasi siswa pada masalah, tahap Constructivism dan Questioning; b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar, tahap Modeling;

c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok, tahap Inquiry dan Learning Community;

d. Mengembangkan dan memprsentasikan hasil karya serta pameran, tahap Questioning;

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, tahap Reflection dan Authentic Assessment.

Adapun saran-saran yang disampaikan oleh penulis adalah:

1. Bagi siswa diharapkan lebih aktif lagi dalam pemeblajaran terutama dalam kegiatan diskusi dan pembagia tugas di dalam kelompok agar kegiatan diskusi menjadi lebih bermakna.

2. Bagi guru matematika diharapkan dapat dijadikan bahan masukan positif dalam memilih metode atau model yang tepat dalam proses pembelajaran salah satunya dengan menerapka model Problem Based Learning dengan pedekatan kontekstual sehingga dapat menigkatkan aktivitas siswa yang pada akhirnya prestasi belajar siswa juga dapat meningkat.

3. Bagi sekolah diharapkan model Problem Based Learning dengan pendekatan kontekstual ini bisa menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru-guru mata pelajaran lainnya dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.

4. Bagi peneliti yang selanjutnya ingin meneliti lebih lanjut diharapkan untuk mencoba menggunakan model Problem Based Learning dengan pendekatan kontekstual pada materi yang lain.

(15)

10

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, N., S. Hawa, Somakim, Purwoko, Y. Hartono, Masrinawatie. (2007).

Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Aqib, Z. (2013). Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Komalasari, K. (2013). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana Prenadamedia Group.

Suryobroto. (2005). Tata Laksana Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto. (2008). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas. Surabaya: Cerdas Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik simpulan bahwa hanya ada 1 bank yang masuk kategori keuangan yang sehat dan tidak

Kredit Usaha Rakyat, yang selanjutnya disingkat KUR, adalah kredit/ pembiayaan kepada Usaha Kecil Menengah Koperasi (UKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan

[r]

pencatatannya adalah dengan mencatat kuantitas barang setiap produk jadi akan tetapi nilai rupiah atas barang jadi tersebut dicatat dengan nilai NIHIL. Dengan demikian kita tetap

Dari uraian latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana strategi komunikasi yang diterapkan oleh yayasan rumah yatim arrohman yang berada di kemang utara

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi apakah pelaksanaan Pembangunan proyek gedung ruang bersalin dan instalasi bedah sentral RSUD Ambarawa tahun 2017 sudah sesuai

4. Anggaran Belanja Negara, Penetapan formasi PNS bagi suatu organisasi pada akhirnya sangat ditentukan oleh tersedianya anggaran. Oleh karena itu

Berdasarkan pembacaan Sayyid Fad}lullah pada ayat-ayat pluralistik, tampak ia tidak menyajikan perdebatan panjang atau pun merumitkan makna yang dapat menghalangi cahaya Alquran,