• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPA

Ilmu pada awalnya hanya terdiri dari dua cabang, yaitu filsafat alam yang kemudian berkembang menjadi ilmu alam (natural science) dan filsafat sosial yang kemudian berkembang menjadi ilmu sosial (social scence).Natural science, dalam Bahasa Indonesia menjadi sains atau yang lebih kita kenal dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terdiri atas ilmu fisik (physical science) contohnya adalah fisika; kimia; astronomi dan geofisika, dan ilmu biologi (life science).

IPA menurut H.W Fowler adalah pengetahuan yang sistematis yang dirumuskan, dan berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan atas pengamatan dan induksi.Jadi, menurut Fowler, IPA adalah semua fenomena yang terjadi oleh benda yang dapat diamati dan dinalar.Senada dengan Fowler, James B. Conant mengemukakan bahwa IPA adalah suatu rangkaian konsep-konsep yang saling berkaitan dan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai hasil eksperimen dan observasi selanjutnya.Sedangkan menurut Subiyanto (1998: 2), IPA adalah body knowledge, yaitu cabang pengetahuan yang mengangkat fakta-fakta yang tersusun secara sistematis dan menunjukkan berlakunya hukum-hukum umum.IPA merupakan pengetahuan yang didapat dengan jalan studi dan praktik.IPA juga dapat diartikan sebagai suatu cabang studi yang bersangkut paut dengan observasi dan klasifikasi fakta-fakta terutama dengan disusunnya hukum umum dengan induksi dan hipotesis.Dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang kejadian-kejadian di alam semesta dengan menggunakan proses dan pembuktian secara sistematis dan logis.

Ada 3 hakikat IPA, yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai pemupukan sikap. IPA sebagai produk adalah pada hakikatnya IPA adalah sekumpulan pengetahuan dan konsep-konsep yang merupakan hasil suatu proses. IPA

(2)

sebagai proses adalah bagaimana pengetahuan, konsep-konsep IPA tersebut didapatkan dengan pembuktian berupa pengamatan dan eksperimen. Menurut Einstein yang dikutip oleh John G. Kemeny menegaskan bahwa IPA berangkat dari fakta dan berakhir dengan fakta. Kemeny menjelaskan tiga tahap dalam proses IPA yaitu: (1) induktif (khusus menuju umum), artinya fakta-fakta hasil eksperimen dan observasi menuju ke pengambilan kesimpulan; (2) deduktif (umum menuju ke khusus), artinya teori atau kesimpulan yang bersifat umum, dan telah dianggap benar, dapat diramalkan atau diprediksi fakta-fakta yang bersifat khsusus; (3) verifikasi adalah tahapan ditemukannya dugaan baru yang akan mendorong dilakukannya observasi dan eksperimen selanjutnya untuk menguji dugaan tersebut. IPA sebagai pemupukan sikap adalah sikap alamiah terhadap alam sekitar.

Ada Sembilan aspek sikap alamiah yang harus dikembangkan siswa SD/MI, yaitu: sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerjasama, sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggungjawab, sikap berfikir bebas, dan sikap kedisiplinan diri. Menurut Sri Sulistyorini (2007:9-10), sikap tersebut dapat dikembangkan ketika siswa melakukan percobaan, diskusi, simulasi, dan kegiatan di lapangan.

Indikator pencapaian tujuan pembelajaran IPA secara terstandar dalam kurikulum 2013 diberikan melalui Kompetensi Inti (KI) dan kompetensi dasar (KD).Tingkat kompetensi tersebut dikembangkan berdasarkan kriteria; (1) Tingkat perkembangan peserta didik, (2) Kualifikasi kompetensi Indonesia, (3) Penguasaan kompetensi yang berjenjang.Kompetensi Dasar ini disusun berdasarkan Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA kelas 5 semester 2 secara rinci disajikan melalui tabel 2.1 berikut

(3)

Tabel 2.1

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas 5 Semester 2

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

3. Memahami pengetahuan factual dan konseptual dengan cara mengamati dan mencoba (melihat, mendengar, membaca) serta menanya berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan, dan kegiatannya,dan benda-benda yang dijumpainya dai rumah, sekolah, dan tempat bermain

3.1 Mendeskripsikan rangka manusia dan fungsinya

3.2 Mengenal bagian tumbuhan serta mendeskripsikan fungsinya

3.3 Mengenal organ tubuh manusia dan hewan serta mendeskripsikan fungsinya 3.4 Mengidentifikasikan perubahan pada alam, hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dan pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan sekitar

3.5 Mengenal rangkaian listrik sederhana dan sifat magnet serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

3.6 Mendeskripsikan siklus air seta dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan makhluk hidup

3.7 Mengenal jenis hewan dari makanannya dan mendeskripsikan rantai makanan pada ekosistem

Dalam kurikulum 2013, Kompetensi Inti (KI) merupakan jalan yang harus dicapai peserta didik untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang satuan pendidikan. Kompetensi inti meningkat sesiring dengan meningkatnya usia peserta didik, yang dinyatakan dalam meningkatnya kelas. Kompetensi inti bukan untuk diajarkan, melainkan untuk dibentuk malalui pelajaran-pelajaran yang relevan.Setiap

(4)

mata pelajaran harus tunduk pada kompetensi inti yang telah ditentukan. Kompetensi Inti ini berfungsi sebagai pengikat atau penghubung antar mata pelajaran.Jadi, Kompetensi Inti tidak terikat dengan mata pelajaran karena tidak mewakili satu mata pelajaran tertentu.Dalam mendukung Kompetensi Inti, capaian mata pelajaran diuraikan dalam kompetensi dasar.Kompetensi dasar diharapkan tidak hanya untuk memastikan capaian pembelajaran dalam pengetahuan saja, tetapi juga dalam keterampilan dan bermuara pada sikap.

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran suuatu materi tertentu dari suatu pelajaran.Ada banyak pendapat dari para ahli tentang definisi hasil belajar.

Menurut Sudjana (2010: 22) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Nasution (2006:36) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar, dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Ini berarti bahwa hasil belajar didapat oleh siswa dari guru dalam proses belajar mengajar.Hasil belajar menurut Hamalik (2002:155) adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.Hal ini berarti bahwa hasil belajar bukan hanya perubahan dalam pengetahuan saja, tetapi juga dalam keterampilan dan sikap. Jadi, hasil belajar adalah hasil yang didapatkan seseorang dalam proses belajar dan diwujudkan dalam nilai yang diberikan guru dan perubahan tingkah laku setelah mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom, hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga ranah, antara lain kognitif, afektif, psikomotor.Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintetis, dan penilaian.Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang, yaitu

(5)

menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai.Ranah psikomotor berkenaan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Hasil belajar didapat dari pengukuran, dengan alat ukur berupa instrument penilaian hasil belajar. Semua cara pengambilan nilai baik individu atau kelompok inilah yang dinamakan asesmen, menurut TGAT yang dikutip dalam Mardapi,D.(2008). Ada dua jenis instrument penilaian, yaitu istrumen tes dan non-tes.

Tes adalah seperangkat tugas atau pertanyaan yang direncanakan untuk memperoleh informasi, yang setiap butir pertanyaan mempunyai jawaban yang dianggap benar (Suryanto Adi,dkk, 2009). Instrument tes adalah salah satu contoh alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual seseorang.Contohnya adalah Tes Tengah Semester (TTS), Ulangan Akhir Semester (UAS), Ulangan Harian, dll.

Teknik non-tes adalah alat ukur untuk memperoleh hasil belajar non-tes, misalnya untuk mengetahui perubahan tingkah laku yang berkenaan dengan ranah afektif dan psikomotor. Dalam instrument non tes, hasil pengukuran berupa angka disebut kuantitatif, sedangkan pengukuran yang bukan angka disebut kualitatif, misalnya: sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sebagainya. Menurut Naniek, Wardani Sulistya dkk (2012: 23-76) ada beberapa macam teknik non-tes, diantaranya adalah: unjuk kerja (Performance) adalah penilaian/ pegukuran yang dilakukan melalui pengamatan aktifitas peserta didik dalam melakukan sesuatu yang berupa tingkah laku; penugasan (proyek) adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung penyelidikan yang harus selesai dalam waktu tertentu; tugas individu adalah penilaian berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik yang dilakukan secara individu; tugas kelompok adalah pemberian tugas kepada peserta didik yang dilakukan secara berkelompok, laporan adalah penilaian yang berbentuk laporan atau tugas yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik, laporan praktikum; responsi atau ujian praktik adalah penilaian yang dipakai untuk

(6)

mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya; dan portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.

Nilai diperoleh dari data belajar siswa baik yang tes maupun non tes, kemudian data tersebut dikumpulkan dan diolah untuk mendapatkan nilai.Siswa dikatakan berhasil apabila telah memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM ini berfungsi sebagai: (1) Formatif: berfungsi untuk memperbaiki hasil atau program kegiatan, (2) Sumatif: berfungsi untuk menentukan tingkat keberhasilan pada akhir program, (3) Penempatan: berfungsi untuk menmengelompokkan seseorang berdasarkan kriteria tertentu dan menempatkan pada kategori program yang sesuai dengan kriteria, (4) Diagnostik: berfungsi untuk mendeteksi kelemahan-kelemahan yang biasanya bersifat psikologis atau mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didikyang terkait dengan pembuatan program remediasi (Hopkins & Antes, 1990).Jadi, hasil belajar adalah pengukuran atau besarnya skor peserta didik yang diperoleh dari nilai tes dan non-tes.

2.1.3 Pendekatan Scientific dengan Model Group Investigation

Pendekatan Scientific (scientific approach) dalam bahasa Indonesia berarti pendekatan ilmiah. Menurut Kemendikbud tahun 2013, menyatakan bahwa pendekatan Scientific adalah pendekatan dalam pembelajaran yang di dalamnya mencakup komponen mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta yang diharapkan dapat dimunculkan dalam setiap praktik pembelajaran. Menurut Litlle John dalam bukunya “Theories of Human Communication”, pendekatan scientific adalah pendekatan pada objektifitas yang menekankan prinsip standarisasi observasi. Ciri utama lainnya dari kelompok pendekatan ini adalah adanya pemisahan yang tegas antara known (objek atau hal yg ingin diketahui dan diteliti) dan knower (subjek pelaku/pencari pengetahuan atau pengamat).Jadi, pendekatan scientific adalah pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik yang di dalamnya harus ada langkah-langkah ilmiah, yaitu mengamati,

(7)

menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta.Pendekatan ini harus menyentuh ketiga ranah peserta didik, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekaatan scientific ada tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Dalam tahap perencanaan hal yang dilakukan adalah: menetapkan tujuan eksperimen, mempersiapkan alat atau bahan, mempersiapkan tempat eksperimen yang sesuai, mempertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan, memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik. dalam tahap pelakasanaan, yang harus dilakukan adalah: guru ikut membimbing dan mengamati proses percobaan, guru harus memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membant mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran. Pada tahap tindak lanjut, kegiatan yang dilakukan adalah: peserta didik mengumpulkan hasil eksperimen kepada guru, guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik, guru memberikan umpan balik kepada peserta didik, serta guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi saat melakukan eksperimen.

Langkah-langkah pendekatan Scienntific menurut Wardani Naniek Sulistya adalah: (1) mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), dan membangun jejaring (networking).

Model pembelajaran group investigation (GI) dianggap model pembelajaran yang paling kompleks. Karena model ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok belajar kooperatif. Menurut Anwar (Aisyah, 2006:14) secara harfiah investigasi diartikan sebagai penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta-fakta, melakukan peninjauan dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang suatu peristiwa atau sifat.

Menurut Budimansyah (2007: 7) GI adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Pembelajaran ini menuntut siswa

(8)

untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual.Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group investigation adalah strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik.Jadi, group investigation (GI) adalah model pembelajaran dengan cara siswa melakukan penyelidikan atau peninjauan terhadap suatu masalah untuk memperoleh suatu jawaban secara berkelompok.

Slavin (1995) mengemukakan langkah-langkah Group Investigation, adalah: (1) mengatur murid ke dalam kelompok, (2) merencanakan tugas yang akan dipelajari, (3) investigasi, (4) menyiapkan laporan akhir, (5) mempresentasikan laporan akhir, (6) evaluasi.

Hampir sama dengan Slavin, Siti Maesaroh (2005:29-30) juga mengemukakakn enam tahapan dalam GI, yaitu: (1) mengidentifikasi topik, (2) merencanakan tugas, (3) membuat penyelidikan, (4) mempersiapkan tugas akhir, (5) mempresentasikan tugas akhir, (6) evaluasi.

Menurut Kiranawati (2007), langkah-langkah GI dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Seleksi topik: Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik; (2) Merencanakan kerjasama: Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas; (3) Implementasi: Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah 2. pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan

(9)

mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. Ini artinya, siswa melakukan penyelidikan untuk memperoleh pemecahan masalah; (4) Analisis dan sintesis: Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas; (5) Penyajian hasil akhir: Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru; (6) Evaluasi: Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

Pendapat para ahli mengenai langkah-langkah Group Investigation beragam. Jadi, langkah-langkah pembelajaran dengan modegroup investigation adalah: (1) siswa mengidentifikasi topik permasalahan, (2) siswa membentuk kelompok, (3) siswa melakukan investigasi, (4) siswa menganalisis informasi dan menyiapkan laporan, (5) mempresentasikan laporan, (6) evaluasi.

Langkah-langkah pembelajaran melalui pendekatan Scientific dengan model Group Investigation adalah: (1) siswa membentuk kelompok, (2) siswa mengamati, (3) siswa mengidentifikasi permasalahan, (3) siswa menalar, (4) investigasi, (5) mengolah data, (6) membuat kesimpulan, (7) mempresentasikan, (8) evaluasi.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Group Investigation Kelas V SDN Rejosari 3 Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun 2011/2012” oleh Sugiyanto (2012) hasilnya sebelum siklus, ketuntasan belajar adalah 39%. Sedangkan yang tidak tuntas adalah 61%. Pada siklus I angka ketuntasan adalah 71% , pada

(10)

siklus II angka ketuntasan mencapai 92%. Kelebihan dari penelitian ini adalah angka ketuntasan meningkat menjadi 92% pada akhir siklus II.Kekurangannya adalah guru masih menemui beberapa kendala, diantaranya adalah pembelajaran yang masih berpusat pada guru, dan pembentukan kelompok siswa yang kurang efektif karena siswa memilih teman kelompok sendiri sehingga kelas menjadi ramai.Solusinya adalah guru tidak terlalu dominan dalam pembelajaran, dan agar siswa tidak ramai ketika membentuk kelompok, guru mengelompokkan siswa secara heterogen sebelum pembelajaran menggunakan Group Investigation dimulai.

Penelitian yang berjudul “Upaya Menikatkan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Group Investigation Siswa Kelas V SDN Gejayan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2011/2012” oleh Sutanto (2012) menunjukkan bahwa angka ketuntasan pada saat pra siklus adalah 33%. Pada siklus I meningkat menjadi 66,7%, dan pada siklus II angka ketuntasan belajar menjadi 95%. Kekurangannya adalah masih ditemui kendala, yaitu ada satu anak yang sering tidak masuk kelas, dan sering tertidur di kelas. Solusinya adalah menegur menasehati anak tersebut agar berkonsentrasi saat melakukan pelajaran

Penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil belajar IPA pokok bahasan energi melalui model pembelajaran tipe group investigation pada kelas IV SDN Madyogondo Kecamatan Ngablak Magelang semester 2 tahun 2011.2014” oleh Untari (2012), menyatakan bahwa angka ketuntasan pra siklus adalah 63,89%. Pada siklus I meningkat menjadi 72,22%, pada siklus II meningkat menjadi 94,44%. Kekurangannya adalah guru belum menggunakan model group investigation dengan maksimal, kaarena pembelajaran masih didominasi guru, dan belum seluruh siswa aktif dalam pembelajaran, solusinya adalah guru lebih mengurangi peran terhadap siswa, dan menyemangati siswa agar semua aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2.3 Kerangka Berpikir

Hasil belajar adalah besarnya nilai yang diperoleh dari penilaian kognitif, afektif dan psikomotor.Sementara itu, dalam pembelajaran yang dilakukan hanya

(11)

mengukur dari kemampuan kognitif saja sehingga penilaian tidak memenuhi ketiga aspek tersebut, sehingga hasil belajar siswa masih di bawah KKM. Perlu adanya perbaikan model pembelajaran menggunakan Group Investigation .Group Investigation memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk mendapatkan jawaban sendiri, dan bekerjasama dengan teman mereka, sehingga kegiatan tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari proses pembelajaran tersebut diharapkan ada kerjasama antar siswa dengan temannya dalam kelompok. Dengan adanya kerjasama yang efektif diharapkan akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi, dan mengaktifkan siswa, sehingga berdapak pada hasil belajar siswa. Kegiatan pembelajaran dapat berhasil karena dipengaruhi oleh salah satu pendekatan dan model pembelajaran yang tepat, yaitu Group Investigation. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan scientific dengan model pembelajaran Group Investigation mata pelajaran IPA pada materi Bumi dan Alam Semesta adalah: (1) Siswa membentuk kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 4-5 orang, (2) kemudian, siswa menyimak masalah yang disajikan guru tentang proses terjadinya tanah yang terjadi karena pelapukan batuan, jenis-jenis batuan, dan lapisan tanah, (3) Siswa memilih masalah yang akan dibahas, yaitu tentang proses terjadinya tanah karena pelapukan batuan, jenis-jenis batuan, dan lapisan tanah, (4) Siswa berdiskusi dengan teman kelompok tentang proses terjadinya tanah karena pelapukan batuan, jenis-jenis batuan, dan lapisan tanah, (5) Siswa mencatat hasil diskusi, (6) Kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka, (7) Kelompok lain menanggapi hasil diskusi, (8) Guru dan siswa bersama-sama menarik kesimpulan tentang proses terjadinya tanah karena pelapukan batuan, jenis-jenis batuan, dan lapisan tanah.

Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan scientific dengan model pembelajaran Group Investigation dapat dilihat dalam skema seperti berikut:

(12)

Gambar 2.1 skema hasil peningkatan pennggunaan group investigation

Model pembelajaran konvensional

Pembelajaran dengan pendekatan scientific model pembelajaran Group Investigation

Hasil belajar ≤ KKM 90 KD: Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan

Mengamati jenis-jenis batuan dan batuan yang telah lapuk

Menalar terjadinya tanah

Melakukan investigasi perbedaan batuan yang telah lapuk dan yang belum lapuk

Mengolah data tentang batuan lapuk dan yang tidak lapuk

Membuat kesimpulan ciri-ciri batuan yang lapuk dan yang tidak lapuk

Mempresentasikan hasil investigasi batuan yang lapuk dan yang tidak lapuk

Tes formatif Unjuk kerja Unjuk kerja Unjuk kerja Unjuk kerja Unjuk kerja Unjuk kerja

Skor unjuk kerja

(13)

2.4 Hipotesis Tindakan

Diduga penggunaan pendekatan Scientific dengan model pembelajaranGroup Investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA Kelas 5 SDN Tingkir Tengah 01 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014.

Gambar

Gambar 2.1 skema hasil peningkatan pennggunaan group investigation

Referensi

Dokumen terkait

Terimakasih kepada seluruh karyawan Radio Kalimaya Bhaskara dan Kompas TV Malang yang menjadi rekan kerja sekaligus menjadi objek penelitian dan berjasa mendukung

KORELASI DAN REGRESI JARAK DARI SUMBER PENCEMAR DAN KANDUNGAN MERKURI PADA SEDIMEN SUNGAI ... KORELASI DAN REGRESI JARAK DARI SUMBER PENCEMAR DAN KANDUNGAN MERKURI PADA AIR TANAH

pada pemeriksaan uterus tidak membesar, tanda – tanda kehamilan lain dan reaksi kehamilan negative. b) Mioma uteri, perut dan rahim membesar, tetapi pada.. perabaan,

Sedangkan dua anggota yang memiliki konsep diri negative memiliki pemahaman tentang diri mereka sebagai penggemar yang cukup dalam sampai tahap mencintai idolanya dan

Pewarna merupakan bahan yang ditambahkan dalam suatu produk yang bertujuan untuk memberikan warna yang menarik pada produk.. Sabun

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin. Terdiri dari pra siklus, siklus I, dan siklus II, dan

Yang kemudian menjelaskan untuk mencapai syariah compliance maka pengelolaan bank syariah yang akan berdampak pada penyusunan laporan keuangan dalam hal ini konsep

Rancangan Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial Berdasarkan Profil Percaya Diri Siswa Sebelum Validasi ... Rancangan Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial