44
A. Gambaran Umum
Penelitian ini mengambil data dari perusahaan-perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia dengan subsektor indusri manufaktur dari tahun 2008 sampai dengan 2011. Data yang diambil untuk penelitian ini berdasarkan annual report yang telah diaudit dan diterbikan kemuka umum. Kriteria khusus yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan yang memiliki free cash flow, profitabilitas, nilai perusahaan, kebijakan dividen dan kebijakan utang.
Dibawah ini adalah summary data perusahaan dengan subsektor industri manufaktur sesuai dengan klasifikasi bidang usahanya:
Tabel 4.1
DAFTAR DATA PERUSAHAAN SUBSEKTOR INDUSTRI
MANUFAKTUR TAHUN 2008 - 2011
No Bidang Usaha Jumlah
Perusahaan
1 Alas Kaki 2
2 Alat Rumah Tangga 3
3 Elektronik 1 4 Farmasi 9 5 Kabel 6 6 Kaca 6 7 Kayu 2 8 Kemasan 11 9 Kimia 10
10 Kosmetik 4 11 Logam 15 12 Makanan 15 13 Otomotif 12 14 Pakan Ternak 4 15 Pulp Kertas 7 16 Rokok 3 17 Semen 3 18 Tekstil 16 Grand Total 129
Sumber: Data diolah sendiri
Dari data diatas menunjukkan ada 18 bidang usaha yang dimiliki oleh perusahaan dengan subsektor industri manufaktur dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Dari tabel 4.1 diatas juga menunjukkan bahwa paling banyak bidang usaha yang dilakukan adalah perusahaan dibidang Logam dan Makanan yaitu sebanyak 15 perusahaan, dan paling kecil bidang usaha yang dilakukan adalah elektronik yang sebanyak 1 perusahaan.
B. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini akan menunjukkan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, seperti halnya free cash flow, profitabilitas, nilai perusahaan, kebijakan dividend dan kebijakan utang. Secara statistik data mengenai variabel tersebut akan diungkapkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.2
DESKRIPTIF VARIABEL PENELITIAN
Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N DER 1.0799 1.97020 108 ROA -5.4073 1.66637 108 FCF .7981 2.03972 108 PBV -1.2558 2.15499 108 DPR 2.0168 1.60998 108
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2014.
Data pada tabel 4.2 diatas menggambarkan variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang menunjukkan Mean (rata-rata), Standar Deviasi dan N. Mean (rata-rata) ini merupakan hasil penjumlahan dari seluruh data yang dibagi dengan banyaknya data yang digunakan. Kemudian deviasi standar merupakan akar atas kuadrat dari selisih nilai data yang dibagi dengan banyaknya data yang digunakan. Adapun deskriptif dari tabel 4.1 diatas adalah sebagai berikut:
1. DER yang merupakan rasio dari kebijakan utang menggunakan jumlah data sebanyak 108 dengan Mean 1.0799 dan Standar Deviasi sebesar 1.97020
2. ROA yang merupakan rasio dari Profitabilitas menggunakan jumlah data sebanyak 108 dengan Mean -5.4073 dan standar deviasi sebesar 1.66637 3. FCF yang merupakan rasio dari Free Cash Flow menggunakan jumlah
data sebanyak 108 dengan Mean 0.7981 dan Standar Devias sebesar 2.03972
4. PBV yang merupakan rasio dari nilai perusahaan menggunakan jumlah data sebanyak 108 dengan Mean -1.25588 dan standar deviasi sebesar 2.15499
5. DPR yang merupakan rasio dari kebijakan dividen menggunakan jumlah data sebanyak 108 dengan Mean 2.0168 dan standar deviasi sebesar 1.60998
C. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan persyaratan untuk bisa melakukan analisa regresi berganda. Dalam penelitian ini, uji asumsi klasik yang akan dilakukan yaitu dengan melakukan uji Normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedatisitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi yang baik atau tidak. Untuk mengetahuinya dalam uji normalitas ini telah digunakan metode grafik dengan melihat normal probability plot atas proses yang dilakukan dalam program IBM SPSS 21 for Windows.
Gambar 4.1
GRAFIK HISTOGRAM
Gambar 4.2
Dari uji normalitas pada gambar 4.1 telah menunjukkan bahwa data terdistribusi mendekati normal. Dalam gambar 4.2 juga menunjukkan distribusi data yang mendekati normal, karena titik-titik menyebar disekitaran garis diagonal.
Dalam uji normlitas ini dapat juga ditunjukkan dengan tabel statistik Kolmogrov-Smirnov (KS) seperti tabel dibawah ini:
Tabel 4.3
HASIL UJI STATISTIK KOLMOGROV-SMIRNOV (KS)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ROA FCF PBV DPR DER
N 108 108 108 108 108
Normal Parametersa,b
Mean -5.4073 .7981 -1.2558 2.0168 1.0799 Std. Deviation 1.66637 2.03972 2.15499 1.60998 1.97020 Most Extreme Differences Absolute .155 .152 .077 .107 .089 Positive .155 .131 .041 .107 .037 Negative -.069 -.152 -.077 -.046 -.089 Kolmogorov-Smirnov Z 1.614 1.575 .804 1.112 .925
Asymp. Sig. (2-tailed) .011 .014 .538 .169 .359
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014.
Dari tabel 4.3 diatas dapat menujukkan distribusi data secara normal sebagai berikut:
a. ROA yang merupakan rasio dari Profitabilitas menunjukkan nilai sig 0.11 yang lebih besar dari 0.05 yang artinya data terdistribusi secara normal.
b. FCF yang merupakan rasio dari free cash flow menunjukkan nilai sig 0.14 yang lebih besar dari 0.05 yang artinya data terdistribusi secara normal.
c. PBV yang merupakan rasio dari nilai perusahaan menunjukkan nilai sig 0.538 yang lebih besar dari 0.05 yang artinya data terdistribusi secara normal.
d. DPR yang merupakan rasio dari kebijakan dividen menunjukkan nilai sig 0.169 yang lebih besar dari 0.05 yang artinya data terdistribusi secara normal.
e. DER yang merupakan rasio dari kebijakan utang menunjukkan nilai sig 0.359 yang lebih besar dari 0.05 yang artinya data terdistribusi secara normal.
2. Uji Multikolinieritas
Dalam penelitian ini, uji multikolinieritas akan menunjukkan ada atau tidaknya korelasi antar variabel bebas. Pengujian multikolinieritas dapa dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 4.4
HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS
Coefficientsa
Model Correlations Collinearity Statistics
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant) ROA -.218 -.549 -.514 .576 1.736 FCF .012 -.100 -.079 .977 1.024 PBV .241 .588 .569 .528 1.894 DPR -.164 -.360 -.302 .879 1.137
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
Tabel 4.4 diatas menunjukkan informasi sebagai berikut:
a. ROA sebagai rasio dari profitabilitas dengan nilai tolerance 0.576 diatas 0.10 dan nilai VIF 1.736 dibawah nilai 10 maka ROA dikatakan bebas multikolinieritas.
b. FCF sebagai rasio dari free cash flow dengan nilai tolerance 0.977 diatas 0.10 dan nilai VIF 1.024 dibawah nilai 10 maka FCF dikatakan bebas multikolinieritas.
c. PBV sebagai rasio dari nilai perusahaan dengan nilai tolerance 0.528 diatas 0.10 dan nilai VIF 1.893 dibawah nilai 10 maka PBV dikatakan bebas multikolinieritas.
d. DPR sebagai rasio dari kebijakan dividen dengan nilai tolerance 0.879 diatas 0.10 dan nilai VIF 1.137 dibawah nilai 10 maka DPR dikatakan bebas multikolinieritas.
Kesimpulan dari keterangan diatas bahwa antar variabel tidak terjadi multikolinieritas.
3. Uji Autokorelasi
Sebagaimana ketentuan dalam analisis regresi berganda, maka disyaratkan untuk melakukan uji Autokorelasi dimana penelitian ini harus terbebas dari autokorelasi. Dalam penelitian ini terlebih dahulu uji autokorelasi akan ditunjukkan statistik dari Durbin Watson sebagaimana dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.5
MODEL STATISTIK DURBIN-WATSON
Model Summaryb
Model Change Statistics Durbin-Watson
df2 Sig. F Change
1 103a .000 1.997
Sumber: data sekunder yang diolah dengan SPSS, 2014.
Dari tabel 4.5 diatas maka dapat dilihat nilai Durbin Watson sebesar 1.997. Kemudian untuk uji autokorelasi dilakukan cek dengan tabel Durbin Watson dimana dapat diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.6
HASIL UJI DURBIN WATSON
dU DW 4-dU Keterangan
1.75274 < 1.997 < 2.24726 = Tidak ada Autokorelasi
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
Dari tabel 4.6 diatas dapat diambil informasi bahwa nilai dU sebesar 1.75274 lebih kecil dan nilai DW 1.997, dan nilai DW tersebut juga lebih kecil dari 4-dU 2.24726. sehingga sebagaimana dalam Ghozali,(2006) nilai tersebut diatas dinyatakan tidak ada autokorelasi.
4. Uji Heteroskedatisitas
Untuk melakukan uji heteroskedatisitas, maka dalam penelitian ini menggunakan grafik scatterplot antara DEPENDEN dan ZPRED yang menunjukkan pola gambar sebagai berikut:
Gambar 4.3
Dari gambar 4.3 diatas dapat diperoleh informasi bahwa titik-titik menyebar diatas maupun dibawah 0 pada sumbu Y dan tidak mengelompok disatu tempat saja (menyebar keseluruh area), yang artinya bahwa tidak ada heteroskedatisitas pada data yang digunakan dalam penelitian ini.
D. Pengujian Hipotesis
1. Uji Simultan (Uji F)
Salah satu pengujian hipotesis adalah dengan melakukan uji simultan (uji F), untuk mengetahui pengaruh secara simultan terhadap variabel terkait. Uji sumultan ini dapat dilihat dengan tabel dibawah ini:
Tabel 4.7
HASIL UJI SIMULTAN (UJI F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 161.280 4 40.320 16.340 .000b
Residual 254.161 103 2.468
Total 415.441 107
Sumber: data sekunder yang diolah sendiri, 2014.
Uji ANNOVA pada tabel 4.7 diatas menunjukkan bawha nilai F hitung sebesara 16.340 dengan nilai probabitlitas signifikan 0.000 lebih kecil dari a = 0.05 yang artinya bahwa secara simultan variabel free cash flow, profitabilitas, nilai perusahaan, kebijakan dividen mempengaruhi kebijakan dividen.
2. Uji Statistik (Ujit t)
Untuk melakukan uji statistik (uji t) dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 4.8
HASIL UJI STATISTIK (UJI T)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -1.497 .623 -2.401 .018 ROA -.801 .120 -.678 -6.674 .000 FCF -.077 .075 -.080 -1.021 .310 PBV .715 .097 .782 7.380 .000 DPR -.394 .101 -.322 -3.921 .000
Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2014. Dari tabel 4.8 daitas dapat memberikan informasi sebagai berikut:
a. Rasio Profitabilitas dengan nilai t hitung sebesar -6.674 dan nilai probabilitas signifikan 0.000 lebih kecil dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel, artinya H1 (Hipotesis 1) diterima. b. Rasio free cash flow dengan nilai t hitung sebesar -1.021 dan nilai
probabilitas signifikan 0.310 jauh diatas 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, artinya H2 (Hipotesis 2) ditolak.
c. Nilai perusahaan dengan nilai t hitung sebesar 7.380 dan nilai probabilitas signifikan 0.000 lebih kecil dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel, artinya H3 (Hipotesis 3) diterima.
d. Rasio kebiajakan dividen dengan nilai t hitung sebesar -3.921 dan nilai probabilitas signifikan 0.000 lebih kecil dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel, artinya H4 (Hipotesis 4) diterima.
3. Uji Koefisien Determinasi
Dalam penelitian ini uji koefisien determinasi (R2) diigunakan untuk menilai seberapa besar kemampuan variabel Independen dalam menerangkan variabel dependen. Uji koefisien ini ditunjukkan dalam bentuk tabel dibawah ini:
Tabel 4.9
HASIL KOEFISIEN DETERMINASI
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics DW R Square Change F Change df1 1 .623a .388 .364 1.57085 .388 16.340 4 1.997
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
Tabel 4.9 diatas memberikan gambaran bahwa nilai Adjusted R Square
dalam penelitian ini sebesar 0.364 sama halnya dengan 36,4% kebijakan utang yang kategorinya sebagai variabel dependen dipengaruhi oleh free cash flow, profitabilitas, nilai perusahaan dan kebijakan dividen yang kategorinya sebagai variabel independen. Kemudian nilai sebesar 63,6% (100%-36,4%)
dari kebijakan utang dipengaruhi oleh faktor luar selain dari pada variabel independen.
E. Pembahasan
Pembahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang
Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini telah dibuktikan pada tabel 4.8 dan dapat ditunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan utang dengan koefisien sebesar -0.801. Dengan adanya hasil ini maka dapat juga ditunjukkan bahwa semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka hal ini akan menurunkan minat perusahaan dalam melakukan kebijakan utang. Akan tetapi nilai probabilitas yang ditunjukkan dalam tabel 4.8 adalah 0.000 sehingga dapat disimpulkan bahwa profitabilitas perusahaan mempengaruhi kebijakan utang.
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil, karena tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan internal, Christin (2012). Dalam hal ini profitabilitas dengan menggunakan statistik t hitung telah dinyatakan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan dan kemudian hal ini diartikan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba menjadi pertimbangan khusus dalam setiap kebijakan perusahaan. Karena pada dasarnya laba yang dihasilkan perusahaan akan masuk kedalam retained earning. Sedangkan dengan retained
earning yang tinggi, maka perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebelum memutuskan untuk menggunakan utang (Christin 2012).
Temuan ini mendukung penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Yeniati dan Nicken (2010), Andhika (2012) dan Rona (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas mempengaruhi kebijakan utang. Penelitian ini juga konsisten dengan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Faisal (2000), Hanjanti dan Tendalilin(2007) dan Christian (2012).
2. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Utang
Kemudian intepretasi dari hipotesis kedua menyebutkan bahwa uji free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan utang. Setelah dilakukan pengujian, bahwa telah diungkapkan hasil uji hipotesis dengan nilai t hitung sebesar -1.023 dan nilai probabilitas signifikan 0.309 jauh diatas α = 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel. Kesimpulannya adalah
free cash flow perusahaan tidak mempengaruhi kebijakan utang perusahaan. Menurut uji statistik free cash flow memberikan gambaran pengaruh negatif terhadap kebijakan utang, yaitu sebesar -0.77. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi free cash flow yang dimiliki perusahaan, maka suatu perusahaan akan lebih sedikit memberikan kesempatan pada perusahaan dalam mengambil kebijakan utang. Akan tetapi nilai signifikan yang dimiliki free cash flow perusahaan terhadap kebijakan utang perusahaan adalah sebesar 0.309, maka hal ini menunjukkan bahwa free cash flow perusahaan tidak dapat memberikan pengaruh positif terhadap kebijakan utang.
Hipotesis yang kedua memiliki nilai mean (rata-rata) untuk free cash flow sebesar 0.7981 dan menunjukkan bahwa dalam struktur perusahaan free cash flow memiliki nilai yang cukup besar. Seperti yang telah diungkap oleh Jensen (1986) dengan adanya free cash flow ini maka akan dapat terjadi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Hal ini dapat memberikan gambaran bahwa free cash flow akan dapat mempengaruhi kebijakan utang perusahaan.
Temuan ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rona (2012) yang menunjukkan bahwa free cash flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang, akan tetapi hal ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Essa dan Reffina (2013) yang menunjukkan bahwa free cash flow mempengaruhi dalam kebijakan utang.
3. Pengaruh Nilai Perusahaan Terhadap Kebijakan Utang
Kemudian dalam hipotesis yang ke tiga untuk menguji apakah nilai perusahaan dapat mempengaruhi kebijkan utang. Dalam tabel 4.8 dapat ditunjukkan bahwa nilai koefisien menunjukkan angka 0.715. Artinya semakin tinggi nilai perusahaan maka akan menjadikan nilai dari kebijakan utang perusahaan juga semakin tinggi. Dengan probabilitas signifikan sebesar 0.000 maka hal ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan utang.
Marantika (2012) mengungkapkan bahwa penggunaan utang yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan karena penggunaan utang dapat menghemat pajak dan ini artinya terjadi korelasi antara kebijakan utang dengan
nilai perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini telah dibuktikan bahwa nilai perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan utang, sehingga dapat dimaksudkan bahwa nilai perusahaan juga mempunyai korelasi yang baik terhadap kebijakan utang.
4. Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Utang
Dalam hipotesis untuk menguji apakah kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan utang. Pada tabel 4.8 telah didapat informasi bahwa nitai koefisien sebesar -0.394 dan hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan maka akan menjadikan kebijakan utang perusahaan semkain rendah, akan tetapi nilai probabilitas yang ditunjukkan pada tabel 4.8 dalah 0.000. Nilai probabilitas yang ditunjukkan lebih rendah dari 0.05 yang artinya bahwa kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan utang.
Penelitian ini mendukung peelitian yang dilakukan oleh Murni dan Andriaa (2007), Larasati (2011), Susanto (2011), Dennyes dan Deasy (2012) yang menyatakan bahwa kebijakan diividen berpengaruh terhadap kebijakan utang. Akan teapi penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Yeniati dan Destriana (2011), Indah dan Handayani (2009), Djabid (2007), Soestio (2008) menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaru terhadap kebijakan utang.
Houston (2013) mengungkapkan bahwa kebijakan dividen yang optimal harus menghasilkan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa depan yang memaksimalkan harga saham. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk menciptakan pertumbuhan dimasa depan diperlukan dana yang baik bagi perusahaan. Jika dana internal perusahaan digunakan untuk membagikan dividen perusahaan, maka dana yang yang digunakan untuk pertumbuhan akan berkurang dan ini akan menyebabkan terjadinya kebijakan utang perusahaan.
Dari semua hipotesis yang diajukan terdapat satu variabel ditotak dan tiga variabel diterima. Satu hipotesis yang ditolak adalah adanya pengaruh free cash flow terhadap kebijakan utang. Sedangkan tiga hipotesis yang diterima dalam penelitian ini adalah pengaruh profitabilitas, nilai perusahaan dan kebijakan dividen yang dapat mempengaruhi kebijkan utang perusahaan.