• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KARAKTER FISIOLOGI DAN ANATOMI SAMBUNG NYAWA (Gyanura procumbens (L) Merr.) YANG DIPAPAR DENGAN SINAR UV-B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KARAKTER FISIOLOGI DAN ANATOMI SAMBUNG NYAWA (Gyanura procumbens (L) Merr.) YANG DIPAPAR DENGAN SINAR UV-B"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

YANG DIPAPAR DENGAN SINAR UV-B

OLEH

BHASKORO DWI WIDHIANTO A24052444

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

   

YANG DIPAPAR DENGAN SINAR UV-B

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Oleh

Bhaskoro Dwi Widhianto A24052444

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(3)

RINGKASAN

BHASKORO DWI WIDHIANTO. Studi Karakter Fisiologi Dan Anatomi Sambung Nyawa (Gyanura procumbens (L) Merr.) yang Dipapar Dengan Sinar UV-B. (Dibimbing oleh ANI KURNIAWATI.)

Perkembangan tekhnologi yang sangat pesat saat ini telah memberikan dampak positif dan negatif bagi bumi dan segala isinya. Dampak negatif yang sangat terlihat saat ini adalah pemanasan global. Pemanasan global terjadi akibat dari penumpukan gas – gas rumah kaca yang mempengaruhi penipisan lapisan ozon di atmosfir. Akibat dari penipisan ini adalah semakin tingginya tingkat radiasi UV-B yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup. Tanaman memiliki dua jenis strategi untuk melindungi dirinya dari paparan UV-B. Pertama dengan memperbaiki DNA yang rusak akibat paparan UV-B. Kedua dengan membentuk lapisan pada lapisan mesofil yang berfungsi untuk menyerap UV-B. Salah satu tanaman yang memiliki lapisan senyawa penyerap UV-B ini adalah sambung nyawa (Gyanura procumbens (L.) Merr.).

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh paparan sinar UV-B terhadap karakter fisioligi dan anatomi tanaman sambung nyawa (Gyanura

procumbens (L.) Merr). Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru

dan Laboratorium RGCI Insititut Pertanian Bogor pada bulan Juni – September 2009.

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor perlakuan UV-B dan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari tiga taraf yaitu Sinar UV-B (P1), Non-UV (P2) dan UV-Ambient (P3). Sehingga diperoleh 9 satuan percobaan.

Bahan tanaman yang diamati adalah tanaman sambung nyawa (Gyanura

procumbens (L.) Merr.) asal stek batang yang berumur 1.5 bulan. Tanaman

ditanam pada polybag 35 cm x 35 cm. Radiasi UV-B diperoleh melalui penyinaran lampu UV-B (Powersun UV, 100W) dalam bangunan dengan tinggi 2.7 m yang sisinya ditutup dengan polykarbonat selama 24 hari. Intensitas cahaya diatur sehingga diperoleh intensitas 124 µW/cm2.

(4)

    Peubah yang diamati adalah luas daun, kadar flavonoid, aktifitas

Phenylalanine ammonia lyase (PAL), kandungan klorofil a, kandungan klorofil b,

kadar antosianin, kerapatan stomata, kerapatan trikoma, dan ketebalan daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan UV-B tidak memberikan pengaruh yang nyata pada kerapatan stomata bagian atas, kerapatan stomata bagian bawah, rasio kerapatan stomata, kerapatan trikoma bagian atas, kerapatan trikoma bagian bawah, rasio kerapatan trikoma, ketebalan daun, kandungan klorofil a, kandungan klorofil b, kandungan antosianin, aktifitas PAL, maupun biosintesis flavonoid daun sambung nyawa (Gyanura procumbens (L.) Merr).

(5)

Judul :STUDI KARAKTER FISIOLOGI DAN ANATOMI SAMBUNG NYAWA (Gyanura procumbens (L) Merr.) YANG DIPAPAR DENGAN SINAR UV-B

Nama : Bhaskoro Dwi Widhianto NRP : A24052444

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ani Kurniawati, SP., MSi. NIP 196911131 99403 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP 19611101 198703 1 003

(6)

    RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 16 November 1987. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Rusdianto dan Ibu Wiendyati Setyaningsih.

Penulis lulus dari TK Kristen Gergaji Semarang pada tahun 1993 yang dilanjutkan dengan melanjutkan studi pada SD Kristen Gergaji Semarang. Setelah lulus pada tahun 1999, penulis melanjutkan studi pada SLTP Budi Luhur Tangerang yang diselesaikan pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi pada SMA 78 Jakarta yang kemudian lulus pada tahun 2005.

Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2006 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Tahun 2005, penulis menjadi anggota dari Paduan Suara Mahasiswa IPB Agria Swara. Kemudian pada tahun 2007/2008 penulis terpilih sebagai presidium Paduan Suara Mahasiswa IPB Agria Swara. Pada tahun 2007 penulis terpilih sebagai anggota tim paduan suara dan Koordinator Logistik dan Transportasi dari

The 2nd International Mission of Art and Culture dalam “11th International Choir

Competition and Festival” di Budapest, Hongaria. Pada Tahun 2008 penulis

terpilih sebagai ketua panitia sekaligus anggota tim paduan suara Agria Swara

Goes to Bandung dalam Festival Paduan Suara ITB XX, Bandung. Pada tahun

2009 penulis kembali terpilih sebagai anggota tim paduan suara The 3rd

International Mission of Art and Culture dalam “The Rimini International Choral

Competition” di Rimini, Italia. Selain itu penulis juga aktif sebagai asisten Mata

Kuliah Pembiakan Tanaman (2008/2009) dan Mata Kuliah Tanaman Obat dan Aromatik (2009/2010).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penyusunan skripsi yang berjudul “Studi Karakter Fisiologi dan Anatomi Sambung Nyawa (Gyanura procumbens (L.) Merr.) yang Dipapar Dengan Sinar UV-B” ini dilaksanakan atas dorongan untuk mengetahui pengaruh pemanasan global terhadap pertumbuhan dan produksi senyawa metabolit sekunder pada tanaman sambung nyawa. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ani Kurniawati, SP. MSi. atas bimbingan, arahan dan masukan selama proses penelitian dan penulisan karya ilmiah ini, serta bahan – bahan kimia yang digunakan penulis selama pelaksanaan penelitian.

Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Mei 2010

(8)

    UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih juga penulis berikan kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya skripsi ini, yaitu :

1. Bapak, Ibu, serta Mas O dan Ade yang telah memberikan doa, bimbingan, motivasi, semangat dan kasih sayang yang tak ternilai pada penulis.

2. Pak Bambang dan Pak Joko atas bimbingannya selama di laboratorium.

3. Apz, Candra, Rifki, Ubay, dan Irvan atas kebersamaan dan dukungannya selama ini.

4. Teman – teman seperjuangan AGH 42 atas kerjasama, bantuan, masukan, dan semangat yang telah diberikan.

5. Rekan – rekan PSM IPB Agria Swara atas kebersamaan, bantuan, semangat dan pengalaman yang tak ternilai harganya.

6. Indah Nurlita yang telah menemani dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas

bantuannya selama penulisan skripsi.

Semoga segala dukungan dan bantuan baik moril maupun materiil dapat dibalas oleh Allah SWT.

(9)

DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 3 Hipotesis ... 3   TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sambung Nyawa ... 4

Kandungan Kimia ... 4

Radiasi Sinar Matahari ... 5

Flavonoids ... 7

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 9

Bahan ... 9

Metode ... 9

Pelaksanaan ... 10

Pengamatan ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum ... 14

Rekapitulasi Sidik Ragam ... 14

Stomata... 16

Trikoma ... 18

Tebal Daun ... 19

Kandungan Pigmen Daun ... 21

Biosintesis Flavonoid ... 23

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 26

Saran... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

(10)

    DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Radiasi UV Terhadap Peubah

Yang Diamati ... 15 

2. Kerapatan Stomata Bagian Atas dan Bawah Tanaman Sambung Nyawa Yang Terpapar UV-B ... 17 

3. Rasio Kerapatan Stomata Bagian Atas dan Bawah Daun Sambung Nyawa Yang Terpapar UV-B ... 17 

4. Pengaruh Paparan UV-B Terhadap Trikoma Bagian Atas dan Bawah ... 19 

5. Pengaruh paparan UV-B Terhadap Rasio Trikoma Bagian Atas dan Bawah ... 19 

6. Pengaruh Paparan UV-B Terhadap Tebal Daun ... 20 

7. Pengaruh Paparan UV-B Terhadap Klorofil a dan b ... 21 

8. Pengaruh Paparan UV-B Terhadap Klorofil Total ... 22 

9. Pengaruh Paparan UV-B Terhadap Kandungan Antosianin ... 23 

10.Pengaruh Paparan UV-B Terhadap Kandungan protein ... 24 

11.Pengaruh Paparan UV-B Terhadap Kandungan Cinnamic acid dan Cinnamic acid per crude protein ... 24 

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Susunan spektrum sinar UV ... 6 

2. Rangka flavonoid ... 7 

3. Biosintesis flavonoid ... 8 

4. Bibit Tanaman ... 10 

5. Bangunan Penelitian Perlakuan UV ... 11 

6. Pengamatan Stomata Bagian Bawah Pada Hari ke-24 Dengan Perbesaran 400X ... 18 

7. Pengamatan Trikoma Bagian Bawah Pada Hari ke-24 Dengan Perbesaran 100X ... 19 

(12)

    DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Sidik Ragam Kandungan Klorofil Total Tanaman Sambung Nyawa

(Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B ... 32 

2. Sidik Ragam Kandungan Klorofil a Tanaman Sambung Nyawa (Gyanura

procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B ... 33 

3. Sidik Ragam Kandungan Klorofil b Tanaman Sambung Nyawa (Gyanura

procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B ... 34 

4. Sidik Ragam Kandungan Antosianin Tanaman Sambung Nyawa (Gyanura

procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B ... 35 

5. Sidik Ragam Kandungan Cinnamic acid Tanaman Sambung Nyawa

(Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B ... 36 

6. Sidik Ragam Cinnamic acid per crude protein Tanaman Sambung Nyawa

(Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B ... 37 

7. Sidik Ragam Flavonoid Tanaman Sambung Nyawa (Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B ... 38  8. Sidik Ragam Protein Tanaman Sambung Nyawa (Gyanura procumbens L.

(Merr.)) yang Dipapar UV-B ... 39  9. Sidik Ragam Kerapatan Stomata Daun Bagian Atas Tanaman Sambung

Nyawa (Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B ... 40  10.Sidik Ragam Kerapatan Stomata Bagian Bawah Tanaman Sambung

Nyawa (Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B ... 41  11.Sidik Ragam Rasio Stomata Tanaman Sambung Nyawa (Gyanura

procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B ... 42 

12.Sidik Ragam Kerapatan Trikoma Bag. Atas Tanaman Sambung Nyawa

(Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B ... 43 

13.Sidik Ragam Kerapatan Trikoma Bag. Bawah Tanaman Sambung Nyawa

(Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B ... 44 

14.Sidik Ragam Ratio Kerapatan Trikoma Daun Bag. Atas dan Bawah Tanaman Sambung Nyawa (Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang

Dipapar UV-B ... 45  15.Sidik Ragam Ketebalan Daun Tanaman Sambung Nyawa (Gyanura

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dunia saat ini telah dihadapkan pada situasi yang sulit. Efek dari perilaku manusia menyebabkan berbagai perubahan yang berakibat fatal bagi makhluk hidup pada umumnya. Salah satu dampak yang muncul adalah pemanasan global. Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi (Zalia dan Oliver, 2008). Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), suatu badan PBB yang terdiri dari 1.300 ilmuwan dari seluruh dunia menyimpulkan bahwa sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8, namun masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut (Wikipedia, 2008).

Laporan IPCC terbaru, Fourth Assessment Report, terungkap bahwa 90% aktivitas manusia selama 250 tahun terakhir inilah yang membuat planet kita semakin panas. Sejak revolusi industri, tingkat karbon dioksida beranjak naik mulai dari 280 ppm menjadi 379 ppm dalam 150 tahun terakhir. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya. (Limpo, 2007)

Pemanasan global meningkatkan suhu atmosfir yang disadari sejak para ahli dan peneliti dari Inggris yang mendeteksi penipisan lapisan ozon di atas Hally Bay, Antartika pada pertengahan tahun 1974 (Ngera, 2007). Tahun 1985 para peneliti lingkungan hidup menemukan bahwa lapisan ozon telah berlubang karena terlalu banyaknya gas chlorofluorocarbons di udara (Marmotji, 2008). Bulan September 2003, lubang ozon di Antartika mencapai rekor sebesar 29 km2 (Ngera,2007).

(14)

    Ozon merupakan lapisan di atmosfir yang disebut Earth’s natural

sunscreen atau pelindung matahari bumi yang berfungsi sebagai pelindung dari

sinar UV yang berbahaya. (Baird, 2005). Sinar UV adalah pancaran radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih pendek dari cahaya tampak, tetapi lebih panjang dari sinar-X. (Wikipedia,2008). Sinar UV dapat digolongkan menjadi 3 jenis berdasarkan panjang gelombangnya. Yaitu UV-A (320 – 390 nm), UV-B (280-320 nm), dan UV-C (Kurang dari 280 nm) (SUN Zeng-ling, 2000). Lapisan ozon yang terdapat pada lapisan stratosfer dapat menyerap seluruh sinar UV pada selang gelombang 220 – 320nm (Baird, 2005).

Pemanasan global ini berdampak pada peningkatan lubang pada lapisan ozon. Dengan semakin meningkatnya lubang pada lapisan ozon permukaan bumi akan menyebabkan peningkatan radiasi UV ke permukaan bumi, terutama UV-B yang berada pada selang gelombang 280 – 320 nm. Radiasi UV yang berlebihan pada manusia dapat mengakibatkan katarak mata, kanker kulit, kulit mudah alergi dan berdampak pada penurunan sistem kekebalan tubuh, terutama pada sel-sel kulit, bahkan dapat mengakibatkan perubahan gen. (Arika, 2007; Arsyad, 2008). Radiasi UV, terlebih UV-B pada tumbuhan dapat mengakibatkan perlambatan pertumbuhan dan beberapa bahkan menjadi kerdil, rusaknya membrane sel, DNA, dan berbagai struktur sel lain serta proses dalam sel tersebut (Rozema, 2000), namun tumbuhan memiliki respon alamiah untuk mengurangi kerusakan akibat dari UV-B. Salah satunya dengan menghasilkan senyawa flavonoid (Dinelli, 2007).

Tanaman memiliki dua jenis strategi untuk melindungi dirinya dari UV-B. Pertama dengan memperbaiki DNA yang rusak akibat dari paparan UV-B. Kedua dengan membentuk lapisan pada lapisan mesofil yang terdiri dari senyawa penyerap UV-B (Burchard, 2000). Salah satu jenis senyawa yang dapat menyerap energi berlebih dari UV-B adalah flavonoid.

Indonesia merupakan negara tropis dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Potensi tumbuhan yang saat ini sedang dikembangkan adalah tumbuhan dengan kandungan flavonoid. Salah satu tanaman dengan kandungan flavonoid yang tinggi adalah sambung nyawa (Gynura procumbens). Oleh masyarakat Indonesia sambung nyawa telah digunakan untuk anti bakteri, obat jantung,

(15)

radang tenggorokan, batuk, sinusitis, polip, amandel, anti hipertensi, penurun kolesterol (Listyani, 2004; Riana, 2006). Tanaman sambung nyawa merupakan tanaman herba pemanjat yang hidup pada perbatasan hutan di sekitar Asia Tenggara (Nada, 2008).

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh penyinaran UV-B terhadap karakter fisiologis dan anatomi dari tanaman sambung nyawa (Gynura

procumbens (L) Merr.).

Hipotesis

Terdapat pengaruh dari penyinaran UV-B terhadap karakter fisiologi dan anatomi tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens (L) Merr.).

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Sambung Nyawa

Sambung nyawa (Gyanura procumbens (L.) Merr.) merupakan tanaman obat yang telah dikenal luas oleh dunia tanaman obat herbal. Nama tanaman ini sering disalah artikan dengan tanaman lain yang masih satu famili, yaitu daun dewa (Gyanura pseudochina) (Winarto, 2003)

Tanaman Gyanura procumbens (L) Merr. Berbentuk perdu tegak bila masih muda dan dapat merambat setelah cukup tua. Bila daunnya diremas bau aromatis. Batangnya segi empat beruas-ruas, panjang ruas dari pangkal sampai ke ujung semakin pendek, ruas berwarna hijau dengan bercak ungu. Daun tunggal bentuk elips memanjang atau bulat telur terbalik tersebar, tepi daun bertoreh dan berambut halus. Tangkai daun panjang 0.5-3.5 cm, helaian daun panjang 3.5-12.5 cm, lebar 1- 5.5 cm. Helaian daun bagian atas berwarna hijau dan bagian bawah berwarna hijau muda dan mengkilat dengan kedua permukaan daun berambut pendek. Tulang daun menyirip dan menonjol pada permukaan daun bagian bawah. Pada tiap pangkal ruas terdapat tunas kecil berwarna hijau kekuningan. Sambung nyawa mempunyai bunga bongkol, di dalam bongkol terdapat bunga tabung berwarna kuning oranye coklat kemerahan panjang 1-1.5 cm, berbau tidak enak. Tiap tangkai daun dan helai daunnya mempunyai banyak sel kelenjar minyak (IPTEKnet, 2005).

Kandungan Kimia

Winarto (2003) menjelaskan daun sambung nyawa (Gyanura procumbens) pada sejumlah penelitian mengandung sejumlah bahan aktif. Antara lain flavonoid (7,3,4 trihidroksiflavon), glikosida keursetin, asam fenolet (terdiri dari asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksi benzoate, asam vanilat, triterpenoid, saponin, steroid, dan minyak atsiri. IPTEKnet (2005) menyatakan bahwa daun mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid (triterpenoid). Metabolit yang terdapat dalam ekstrak yang larut dalam etanol 95% antara lain asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam p-kumarat, asam p-hidroksi benzoat. Hasil analisis kualitatif dengan metode kromatografi lapisan tipis dapat dideteksi

(17)

keberadaan sterol, triterpen, senyawa fenolik (antara lain flavonoid), polifenol, dan minyak atsiri.

Komponen minyak atsiri paling sedikit terdiri dari 6 senyawa monoterpen, 4 senyawa seskuiterpen, 2 macam senyawa dengan ikatan rangkap, 2 senyawa dengan gugus aldehida dan keton. Hasil penelitian dalam upaya isolasi flavonoid dilaporkan keberadaan 2 macam senyawa flavonoid yaitu bercak 1 terdiri dari 2 buah senyawa flavonol dan auron; sedangkan pada bercak 11 diduga kaemferol (suatu flavonol).

Senyawa yang terkandung dalam etanol daun antara lain flavon / flavonol (3-hidroksi flavon) dengan gugus hidroksil pada posisi 4',7 dan 6 atau 8 dengan substitusi gugus 5-hidroksi. Bila senyawa tersebut suatu flavonol, maka gugus hidroksil pada posisi 3 dalam keadaan tersubstitusi. Di samping itu diduga keberadaan isoflavon dengan gugus hidroksil pada posisi 6 atau 7,8 (cincin A) tanpa gugus hidroksil pada cincin B.

Aplikasinya di dunia kesehatan manusia, daun sambung nyawa memiliki berbagai khasiat. Antara lain mengendalikan tekanan darah (Listyani, 2004), menghambat pertumbuhan sel kanker T47D dengan efek yang bergantung pada dosis (Jenie dan Meiyanto, 2007), dan menurunkan kadar gula dan lemak dalam darah (Nada, 2008).

Radiasi Sinar Matahari

Sinar matahari pada kulit manusia dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit, kanker kulit, dan penyebab perubahan pada kulit. Paparan sinar UV, UV-A ataupun UV-B, dari sinar matahari menjadi penyebabkan 90% penuaan dini pada kulit. Banyak perubahan kulit menjadi tanda dari penuaan dini, seperti kulit yang bersisik, merupakan akibat dari penyinaran radiasi UV yang berlebihan (Brannon, 2006).

Sinar matahari tersusun dari beberapa spektrum elektromagnetik yang dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan panjang gelombangnya, yaitu sinar UV, cahaya tampak, dan inframerah. Sinar UV merupakan spektrum elektromagnetik yang berada antara 100 – 400 nm (Soehenge, et. al., 1997). Sinar UV dapat digolongkan menjadi 3 jenis berdasarkan panjang gelombangnya. Yaitu

(18)

    UV-A (320 – 390 nm), UV-B (280 - 320 nm), dan UV-C (Kurang dari 280 nm) (SUN Zeng-ling, 2000). Sebagian besar dari radiasi UV-A (90%) dan 10% radiasi UV-B akan menembus atmosfer dan mencapai permukaan bumi (WHO, 2003). Sedangkan UV-C bersifat karsinogenik yang sebagian besar diserap oleh lapisan ozon dan tidak pernah mencapai permukaan bumi (Dresbach, 2007).

Gambar 1. Susunan spektrum sinar UV

Lapisan ozon yang terdapat pada lapisan stratosfer tengah dan bawah bumi dapat menyerap secara keseluruhan sinar UV pada gelombang 220 – 320 nm, namun penyerapan sinar UV-B yang memiliki panjang gelombang 280 – 320 nm tidak terjadi secara efektif. Hal ini dikarenakan tingkat penyerapan dari ozon bergerak secara eksponensial dan pada panjang gelombang sinar UV-B tingkat penyerapan UV sangat rendah (Baird, 2005). Kemampuan menyaring ini tergantung pada ketinggian tempat, latitude, dan tingkat penutupan awan (Higenkamp, 2006).

Sinar UV yang masuk ke permukaan yang paling berbahaya adalah UV-B karena berpengaruh buruk pada tanaman, organisme laut, kulit manusia, dan DNA (Higenkamp, 2006). Pengaruh dari peningkatan UV-B pada tanaman terlihat pada peningkatan konsentrasi senyawa penyerap UV-B seperti flavonoid, yang memiliki fungsi untuk melindungi tanaman dari pengaruh buruk UV-B. Sebagai contoh, akumulasi flavonoid pada epidermis gandum melindungi daun dari fotosintesis yang tertekan. Peningkatan UV-B juga menyebabkan perubahan konsentrasi dari komponen minor seperti alkaloid dan kaumarin (Kondratyev, 2000).

(19)

Radiasi UV-B pada tingkatan 0.63 Wm-2 pada tanaman kacang polong menurunkan tingkat pembukaan stomata pada bagian atas dan bawah daun hingga 80%. Pertumbuhan pada paparan UV-B 0.3 Wm-2 menyebabkan penurunan pembukaan stomata bagian atas hingga 23% namun tidak memberikan pengaruh pada pembukaan stomata bagian bawah (Nogués, 1999).

Penelitian yang berbeda pada tanaman kapas menunjukkan bahwa daun yang terpapar sinar UV-B mengalami klorosis dan nekrosis yang tingkatannya dipengaruhi oleh intensitas dan lama paparan sinar. Bersamaan dengan perubahan morfologi yang tampak, fotosintesis mengalami penurunan akibat dari hilangnya pigmen – pigmen fotosintesis, akan tetapi tidak memberikan pengaruh pada waktu panen, waktu pembungaan, dan rasio penambahan daun pada batang utama (Reddy, 2003).

Flavonoids

Flavonoid merupakan senyawa fenol alami terbesar. Penyebarannya di alam, kegunaannya dalam kehidupan menjadikan flavonoid adalah senyawa kimia organik yang penting. Senyawa flavonoid adalah senyawa C15 yang terbentuk 2

senyawa fenol yang terhubung dengan 3 unit karbon. Karakteristik dari siklik A adalah pola dari phloroglucinol atau resorcinol hydroxylation dan siklik B biasanya 4-, 3.4-, atau 3,4,5-hydroxylated. (Geissman, 1969)

Gambar 2. Rangka flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu senyawa aromatik dalam tanaman yang proses biosintesisnya merupakan gabungan dari jalur asam sikimat dan jalur asam asetat malonat. Jalur asam sikimat akan membentuk fenilalanin yang merupakan salah satu asam amino aromatik yang dapat menghasilkan p-asam kumarat. Jalur asam malonat akan menghasilkan asetil-CoA yang menghasilkan malonil-CoA setelah mengikat satu molekul CO2. Flavonoid pertama dihasilkan segera setelah

(20)

    kedua jalur tersebut bertemu. Flavonoid yang dianggap pertama kali terbentuk pada biosintesis adalah khalkon (Hahlbrock dalam Markham, 1988). Oleh karena itu, semua varian flavonoid saling berkaitan karena alur biosintesisnya sama

Gambar 3. Biosintesis flavonoid

Berbagai pembahasan tentang bermacam – macam kegunaan dari flavonoid pada tanaman telah banyak diketahui. Sebagian besar fungsi flavonoid berperan penting bagi tanaman untuk bertahan hidup, seperti penarik bagi serangga untuk membantu polinasi dan penyebaran benih, perangsang bakteri

Rhizobium untuk memfiksasi nitrogen, dan resorpsi zat hara untuk pembentukan

daun. Selain itu flavonoid berperan dalam membantu tanaman bertahan hidup dalam kondisi suboptimal (Gould, 2006).

(21)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di kebun percobaan Babakan Sawah pada bulan Juni - September 2009. Untuk analisis kandungan flavonoid dan pigmen dilakukan di laboratorium RGCI, Institut Pertanian Bogor. Untuk analisis stomata dan trikoma dilakukan pada Laboratorium Ekofisiologi, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah tanaman sambung nyawa berumur 1.5 bulan yang berasal dari stek batang, pupuk urea, KCl, dan SP-18 dengan media yang digunakan campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1.

Alat yang digunakan antara lain peralatan budidaya, polybag, bambu, lampu UV-B 100 W, polycarbonat, spektrofotometer, dan keperluan untuk analisis flavonoid dan klorofil

Metode

Penelitian akan dilakukan dengan rancangan acak lengkap 1 faktor dengan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan radiasi UV dengan 3 taraf yaitu UV-B (P1), Non-UV (P2), dan UV-Ambient (P3).

Analisis statistika yang digunakan adalah sidik ragam dengan model rancangan sebagai berikut :

Yij = µ + αi + εij dimana :

Yij : respon pengamatan perlakuan µ : rataan umum

αi : pengaruh dari penyinaran UV-B taraf ke-i ε(ij)k : galat percobaan

i : 1.2, dan 3

Setiap percobaan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 9 satuan percobaan yang masing – masing satuan percobaan terdiri dari 3 polybag tanaman sambung nyawa, maka total polybag yang digunakan sebanyak 27 polybag.

(22)

    Apabila hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf 5%, maka uji statistik dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan.

Pelaksanaan

Penyemaian sambung nyawa dilakukan di dalam polybag dengan ukuran 35 cm x 35 cm sebanyak 200 polybag dengan tanah yang telah dicampur pupuk kandang sebagai media tanam. Penanaman dilakukan dengan menggunakan stek batang sepanjang 2 ruas (Gambar 4). Untuk menunjang pertumbuhan ditambahan pupuk urea dengan dosis 2 g/liter yang diberikan dengan disiram.

 

Gambar 4. Bibit Tanaman

Kamar untuk perlakuan terbuat dari bambu berukuran 2 m x 1 m x 3 m yang beratap polykarbonat (Gambar 5). Kemudian dipasang lampu di dalamnya pada ketinggian 2.7 m sehingga diperoleh luas paparan 80.78 m2. Lalu dengan

lama penyinaran 3 jam dan lampu dengan kekuatan 100 watt, maka intensitas yang diberikan sebesar

di mana :

W = kekuatan lampu (Watt) t = lama penyinaran (detik) A = luas paparan (m2)

Dengan demikian intensitas sinar UV-B sebesar 13.37 kj.m-2 atau setara dengan 124 µW.cm-2.

Pemberian perlakuan UV-B dilaksanakan selama 24 hari setelah tanaman berumur 1.5 bulan. Penyinaran dilakukan selama 3 jam mulai dari 08.00 – 11.00. Perlakuan Non-UV diberikan dengan memberikan naungan dengan polykarbonat

(23)

untuk menahan pancaran UV. Perlakuan UV-Ambient, tanaman diletakkan pada lapangan terbuka untuk mendapatkan cahaya matahari alami.

   

Gambar 5. Bangunan Penelitian Perlakuan UV

Pengambilan contoh daun dilakukan satu minggu sekali. Daun yang diambil adalah daun ke-3 – 5 dari pucuk. Penentuan kadar flavonoid dan klorofil menggunakan spektroskopi serapan UV.

Pengamatan 1. Luas daun

Luas daun dihitung pada akhir perlakuan dengan menggunakan metode gravimetrik dengan rumus :

LD = B J B D K L K 2. Kadar flavonoid

Daun yang diambil adalah daun ke 3 – 4. Daun kemudian ditimbang dan digerus, lalu tambahkan 10 ml campuran methanol dan HCl dengan perbandingan 99 : 1 (v/v). Selanjutnya hasil gerusan tersebut disaring dan dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 300 nm. (Markham, 1988)

3. Kandungan klorofil dan antosianin

Satu disk daun segar ditambah dengan ACETRIS 2 ml, lalu digerus dan dimasukkan dalam mikrotube 2 ml, kemudian larutan disentrifuse 14.000 rpm selama 10 menit. Larutan yang sudah disentrifuse tersebut diambil 1 ml dan ditambahkan 3 ml ACETRIS, lalu dibaca dengan spektrofotometer

(24)

    pada panjang gelombang 647 nm, 663 nm, dan 537 nm. (Lichtenthaler, 1987)

Kandungan klorofil dapat dihitung dengan rumus :

Klorofil a : (0.01373 x λ663) – (0.000897 x λ537) – (0.003046 x λ647) Klorofil b : (0.02405 x λ647) – (0.004305 x λ537) – (0.005507 x λ663) Antosianin : (0.08173 x λ537) – (0.00697 x λ647) – (0.002228 x λ663) 4. Pengamatan stomata dan trikoma

Pengamatan stomata dan trikoma dilakukan di Laboratorium Ekofisiologi, Institut Pertanian Bogor. Pengamatan ini dilakukan dengan mengambil sampel stomata dan trikoma dengan menggunakan cat kuku (kuteks) bening. Stomata diamati dengan perbesaran 400 x sedangkan trikoma diamati dengan menggunakan perbesaran 100 x. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel daun dengan masing – masing diamati sebanyak 2 bidang pandang.

5. Ketebalan daun

Untuk pengamatan ketebalan daun dilakukan dengan mengiris daun segar setipis mungkin sehingga dapat diperoleh penampang melintang daun. Kemudian sampel diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 400 x yang menggunakan okuler mikrometer untuk menghitung tebal daun. 6. Analisis aktivitas Phenylalanine ammonia lyase (PAL) menurut Zucker

(1965)

4 lembar daun + 4 ml buffer A(0.1M Borate buffer pH 8.8) Masukan dalam mikrotube 2ml

Sentrifuge 14.000 rpm 15’ FILTRAT

Ambil 2 µL enzyme ekstrak + 1800 µL Buffer B Inkubasi pada suhu 30°C selama 15 menit

+0.1 ml 5M HCl

(25)

7. Analisis kandungan protein

Untuk analisis kandungan protein digunakan metode lowry. 1 ml filtrate + 2 ml pereaksi C

Inkubasi 10 menit pada suhu ruang

+ 0.2 ml pereaksi D

Inkubasi 30 menit pada suhu ruang

Spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm

Ket :

Larutan A : 50 ml natrium karbonat 2% + 50 ml NaOH 0.1M

Larutan B : 10 ml CuSO4 .5 H2O 1.56 % + 10 ml garam rochele 2.37 %

Larutan C : Campuran larutan A dan larutan B yang dibuat segar dengan perbandingan 50:1

Larutan D : Pereaksi folin ciocalteu, larutkan dalam air dengan perbandingan 1:1

(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian dilakukan pada bulan Juni hingga September 2009 yang dimulai dengan penanaman bibit tanaman sambung nyawa (Gyanura procumbens (L)

Merr.). Bibit ditanam dengan menggunakan stek 2 ruas dari bagian pucuk

tanaman sambung nyawa. Satu minggu setelah penanaman kondisi tanaman masih cukup baik dengan munculnya bakal tunas dari bagian ketiak daun. Perlakuan dilakukan setelah tanaman memiliki daun yang terbuka sempurna lebih dari 4.

Kondisi tanaman pada awal penelitian cukup baik. Pada 1 minggu setelah perlakuan, tanaman tidak menunjukkan perubahan secara fisik yang berarti. Kondisi daun tetap hijau segar dengan pertumbuhan batang yang baik. Tidak terlihat adanya perubahan bentuk maupun warna dari daun.

Permasalahan yang muncul tanaman terserang belalang yang ditandai dengan bekas gigitan pada pinggir daun. Gulma yang mengganggu adalah jenis semanggi, dan teki. Kedua jenis gulma ini dikendalikan secara manual.

Rekapitulasi Sidik Ragam

Hasil sidik ragam dengan uji-F ini menunjukkan bagaimana pengaruh paparan sinar UV-B terhadap kandungan flavonoids, kandungan klorofil a, klorofil b dan antosianin, kandungan cinnamic acid, cinnamic acid per crude

protein, kerapatan stomata dan trikoma pada daun bagian atas dan bawah dan

ketebalan daun.

Pada percobaan ini terlihat bahwa pemaparan sinar UV-B pada tanaman sambung nyawa tidak memberikan pengaruh pada fisiologi tanaman sambung nyawa (Gyanura procumbens). Hasil pengujian-F menunjukkan bahwa pada klorofil a, klorofil b, antosianin dan klorofil total tidak menunjukkan pengaruh (Lampiran 1, 2, 3 dan 4). Demikian pula dengan flavonoids, protein, cinnamic

acid, maupun cinnamic acid per crude protein juga tidak menunjukkan pengaruh

(27)

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Radiasi UV Terhadap Peubah Yang Diamati

Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf 10 % ; ** = sangat nyata pada taraf 5 %

Anatomi daun juga tidak menunjukkan pengaruh dari perlakuan. Pada kerapatan stomata bagian atas daun menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada taraf 5 % pada hari ke-12 dan ke-24 (Lampiran 9). Untuk ketebalan daun, kerapatan stomata bagian bawah, rasio kerapatan stomata atas dan bawah, kerapatan trikoma daun bagian atas, kerapatan trikoma daun bagian bawah, maupun rasio kerapatan trikoma daun bagian atas dan bawah tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (Lampiran 10, 11, 12, 13, 14 dan 15). Rekapitulasi hasil sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 1.

UV Hari ke-

6 Kk 12 Kk 18 kk 24 Kk % % % % Anatomi

Kerapatan stomata daun bagian atas tn 23.4 ** 16.7 tn 22.16 ** 19.63

Kerapatan stomata daun bagian bawah tn 20.66 tn 21.69 tn 14.14 tn 18.34

Rasio kerapatan stomata atas dan

bawah tn 5.59 tn 7.43 tn 4.03 tn 6.28

Kerapatan trikoma daun bagian atas tn 11.88 * 7.35 tn 20.02 tn 11.69

Kerapatan trikoma daun bagian bawah * 8.42 tn 10.31 tn 17.39 tn 6.43

Rasio kerapatan trikoma atas dan

bawah tn 7.41 tn 8.76 tn 8.48 tn 4.6 Ketebalan daun tn 22.4 tn 15.27 tn 12.18 tn 12.04 Fisiologi Klorofil a tn 4.22 tn 4.81 tn 9.22 tn 5.59 Klorofil b tn 2.81 tn 2.99 tn 5.74 tn 3.68 Klorofil total tn 5.48 tn 5.93 tn 11.51 tn 6.6 Antosianin tn 3.58 tn 3.15 tn 6.64 tn 10.18 Flavonoids tn 43.02 tn 21.49 tn 36.99 tn 17.57 Kandungan protein tn 46.07 tn 28.59 tn 29.34 tn 23.58

Kandungan cinnamic acid tn 29.35 tn 48.75 tn 24.55 tn 14.53

Kandungan cinnamic acid per crude

protein

(28)

    Stomata

Stomata berasal dari bahasa Yunani yaitu stoma yang berarti lubang atau porus, jadi stomata adalah lubang-lubang kecil berbentuk lonjong yang dikelilingi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel penutup (Guard Cell), dimana sel penutup tersebut adalah sel-sel epidermis yang telah mengalami perubahan bentuk dan fungsi yang dapat mengatur besarnya lubang-lubang yang ada diantaranya (Kartasaputra, 1988).

Stomata pada umumnya terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna hijau, terutama sekali pada daun-daun tanaman. Pada submerged

aquatic plant atau tumbuhan yang hidup dibawah permukaan air terdapat alat-alat

yang strukturnya mirip dengan stomata, namun alat-alat tersebut bukanlah stomata. Pada daun-daun yang berwarna hijau stomata terdapat pada satu permukaannya saja (Kartasaputra, 1988).

Proses pembukaan stomata terjadi akibat dari perubahan potensial osmotik pada sel penjaga menjadi lebih negatif. Perubahan potensial osmotik ini mengakibatkan peningkatan tekanan turgor pada sel penjaga. Proses ini mengakibatkan pergerakan air menuju sel penjaga sehingga sel menjadi memanjang terutama pada dinding luarnya, sehingga sel mengembang ke luar. Dinding bagian dalam akan ikut tertarik ke arah luar sehingga stomata membuka. Perubahan potensial osmotik ini terjadi akibat dari perpindahan sukrosa hasil fotosintesis dari kloroplas di sekitar sel penjaga ke dalam sel penjaga.

Penelitian ini menunjukkan perlakuan tidak memberikan pengaruh pada kerapatan stomata bagian atas maupun bagian bawah daun (Tabel 2). Perlakuan juga tidak memberikan pengaruh pada rasio kerapatan bagian atas dan bawah (Tabel 3). Keadaan ini berbeda dengan hasil percobaan sebelumnya yang dilakukan oleh Nogués (1999). Percobaan tersebut menjelaskan paparan UV-B pada tingkat 0.63 Wm-2 menunjukkan penurunan pembukaan stomata bagian atas sebesar 80% dan bagian bawah sebesar 40%. Pada paparan UV-B 0.30 Wm-2

menyebabkan penurunan pembukaan stomata bagian atas hingga 23% namun tidak memberikan pengaruh pada pembukaan stomata bagian bawah.

(29)

Tabel 2. Kerapatan Stomata Bagian Atas dan Bawah Tanaman Sambung Nyawa Yang Terpapar UV-B

Kerapatan Stomata Atas

Hari ke- Kerapatan Stomata Bawah Hari ke-

Perlakuan 6 12 18 24 6 12 18 24

---- /mm2 ---- ---- /mm2 ----

UV-B 13.3 59.39a 9.65 10.0ab 49.71 53.74 35 32.67 UV- Ambient 12.09 37.47b 11.24 12.3a 44.69 45.25 35.29 37.15 Non-UV 13.15 50.27ab 9.23 9.02b 43.98 50.49 40.73 38.29

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak bebreda nyata menurut uji Duncan pada taraf 10 %

Tabel 3. Rasio Kerapatan Stomata Bagian Atas dan Bawah Daun Sambung Nyawa Yang Terpapar UV-B

Hari Ke- Perlakuan 6 12 18 24 ---- /mm2 ---- UV-B 0.267 1.126 0.276 0.401 UV-Ambient 0.275 0.829 0.324 0.433 Non-UV 0.314 0.766 0.229 0.241

Hal ini mungkin diakibatkan oleh tingginya intensitas radiasi UV-B yang dipancarkan oleh sinar matahari. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ball (1995) menyebutkan bahwa sinar matahari yang dipancarkan secara alami di katulistiwa pada kemiringan <25° di bawah langit yang cerah dapat memancarkan radiasi UV-B sekitar 250 µW/cm2, sehingga tanaman yang diberi perlakuan telah

memiliki teradaptasi dalam kondisi intensitas UV-B yang lebih tinggi dari perlakuan yang diberikan.

(30)

     

Gambar 6. Pengamatan Stomata Bagian Bawah Pada Hari ke-24 Dengan Perbesaran 400X

Trikoma

Trikoma merupakan salah satu bentuk modifikasi dari epidermis tanaman yang berfungsi sebagai pelindung. Bentuk modifikasi yang lain dapat berbentuk lapisan lilin maupun lapisan tebal pada permukaan daun. Namun tidak semua tanaman memiliki trikoma. Sambung nyawa (Gyanura procumbens) merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki trikoma sebagai pelindung daun.

Trikoma merupakan salah satu hasil modifikasi epidermis yang berfungsi sebagai perlindungan tanaman dari kekeringan. Pada ini tidak terlihat adanya pengaruh pada kerapatan trikoma bagian atas dan bawah daun yang terpapar UV-B (Tabel 4). Rasio kerapatan trikoma bagian atas dan bawah juga tidak menunjukkan adanya pengaruh (Tabel 5). Pada penelitian Ekana’ul (2009), trikoma tanaman sambung nyawa yang terpapar UV-C mengalami penurunan dibandingkan dengan tanaman yang terpapar UV-ambient. Pada penelitian ini tidak terlihat adanya perbedaan pada jumlah trikoma tanaman yang terpapar UV-B. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh intensitas radiasi UV-B alami yang melebihi intensitas pada perlakuan. Ball (1995) pada penelitiannya menyebutkan bahwa di area ekuator radiasi UV-B mencapai 250 µW/cm2 sedangkan perlakuan yang diberikan sebesar 124 µW/cm2 sehingga tanaman yang diteliti telah teradaptasi dalam dalam kondisi intensitas radiasi UV-B yang lebih tinggi.

(31)

Tabel 4. Pengaruh Paparan UV-B Terhadap Trikoma Bagian Atas dan Bawah

Trikoma Bagian Atas

Hari ke- Trikoma Hari ke- Bagian Bawah

Perlakuan 6 12 18 24 6 12 18 24

---- /mm2 ---- ---- /mm2 ----

UV-B 13.49 2.97a 12.46 8,88 12.67b 6.68 14.94 11.74 UV-Ambient 16.09 2.4ab 10.03 9.66 14.9ab 10.11 10.02 11.01 Non-UV 18.54 2,12b 10.08 10.18 18.61a 9.12 11.45 12.31

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak bebreda nyata menurut uji Duncan pada taraf 10 %

Tabel 5. Pengaruh paparan UV-B Terhadap Rasio Trikoma Bagian Atas dan Bawah Hari ke- Perlakuan 6 12 18 24 ---- /mm2 ---- UV-B 1.08 0.5 0.85 0.75 UV-Ambient 1.06 0.24 0.99 0.87 Non-UV 1.01 0.24 0.89 0.82  

Gambar 7. Pengamatan Trikoma Bagian Bawah Pada Hari ke-24 Dengan Perbesaran 100X

Tebal Daun

Pada sejumlah tanaman ditemukan bahwa salah satu bentuk perlindungan tanaman dari efek sinar UV adalah dengan menebalkan daun (Anonim, 2006).

(32)

    Penelitian menyebutkan bahwa paparan UV-B menyebabkan penurunan tinggi tanaman, bobot segar daun, dan juga luas area daun (Zuk-Golaszewska, 2003). Penelitian yang dilakukan pada tanaman Populus trichocarpa menunjukkan pemberian UV-B mengakibatkan perubahan ketebalan palisade pada parenkim. Ketebalan palisade tanaman yang dipapar UV-B meningkat hingga 17 % dibandingkan dengan tanaman yang tidak dipapar UV-B (Schumaker et al, 1997)

Tabel 6. Pengaruh Paparan UV-B Terhadap Tebal Daun

Hari ke- Perlakuan 6 12 18 24 ---- mm ---- UV-B 0.113 0.1 0.115 0.1 UV-Ambient 0.109 0.127 0.135 0.125 Non-UV 0.109 0.101 0.127 0.105

Pada penelitian ini pemberian perlakuan paparan UV-B tidak berpengaruh nyata pada ketebalan daun. Terlihat adanya penurunan ketebalan daun setelah hari ke-6 setelah perlakuan. Pada hari ke-12 terjadi penurunan 2.7%, pada hari ke-18 terjadi penurunan ketebalan daun 2%, sedangkan pada hari ke-24 terjadi peningkatan 2.5%. Hal tersebut mungkin diakibatkan oleh intensitas paparan UV alami telah mencapai 250 µW/cm2 (Ball, 1995), sehingga perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

 

(33)

Kandungan Pigmen Daun

Tanaman pada memiliki berbagai jenis pigmen, antara lain klorofil dan antosianin. Klorofil merupakan senyawa kimia yang terdapat pada tanaman yang berfungsi sebagai aparatus fotosintesa (menyerap dan menggunan energi sinar matahari untuk mensintesa oksigen dan karbohidrat dari CO2 dan air) pada tumbuh-tumbuhan. Klorofil berasal dari kata khloros (hijau kekuningan) dan phullon (daun). Klorofil yang dikenal oleh masyarakat secara umum adalah klorofil a dan klorofil b. Klorofil a memiliki nomor molekul C55H72O5N4Mg,

sedangkan klorofil b memiliki nomor molekul C55H70O6N4Mg (Stiles, 1968).

Perlakuan pada penelitian ini tidak menunjukkan pengaruh pada jumlah klorofil a dan b (Tabel 7). Hal yang berbeda ditemukan oleh Gartia et al (2003), menyebutkan pada Cyamopsis tetragonolaba, radiasi UV-B menyebabkan penurunan kandungan klorofil dan karotenoid. Prasad et al (2005) menyebutkan bahwa pada kedelai pemberian UV-B (0.4 W/m2) dan nikel (Ni 0.01, 0.10, dan

1.00 mM) memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan penurunan jumlah klorofil. Zhou (2009) menyebutkan bahwa UV-B menyebabkan peningkatan kandungan flavonoid namun menurunkan jumlah klorofil dan tingkat fotosintesis pada mikroalga.

Tabel 7. Pengaruh Paparan UV-B Terhadap Klorofil a dan b

Klorofil a

Hari ke- Klorofil Hari ke- b

Perlakuan 6 12 18 24 6 12 18 24

---- /gr daun ---- ---- /gr daun ----

UV-B 0.233 0.381 0.275 0.493 0.121 0.189 0.135 0.241 UV-Ambient 0.307 0.404 0.511 0.408 0.142 0.183 0.251 0.192 Non-UV 0.335 0.321 0.491 0.556 0.163 0.163 0.232 0.289

Jumlah klorofil yang terdapat pada tanaman sambung nyawa yang terpapar UV-B tidak menunjukkan pengaruh (Tabel 8). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Antonelli (1997). Pada penelitiannya dijelaskan bahwa tanaman yang tumbuh pada kondisi alami menjadi tidak sensitif dengan radiasi UV-B daripada tanaman yang dibudidayakan pada lingkungan buatan. Ball

(34)

    (1995) menyebutkan bahwa pada kondisi cuaca yang cerah, sinar matahari alami akan meradiasikan UV-B hingga intensitas 250 µW/cm2 di kawasan ekuator, sehingga tanaman pada kawasan ekuator sudah beradaptasi dengan kondisi paparan UV-B tinggi.

Tabel 8. Pengaruh Paparan UV-B Terhadap Klorofil Total

Hari ke- Perlakuan 6 12 18 24 ---- /gr daun ---- UV-B 0.356 0.571 0.410 0.734 UV-Ambient 0.449 0.588 0.761 0.600 Non-UV 0.498 0.484 0.723 0.848

Antosianin merupakan salah satu pigmen pada tanaman yang memberikan warna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasamannya (Wikipedia, 2009). Antosianin termasuk komponen flavonoid, yaitu turunan polifenol pada tumbuhan yang mempunyai kemampuan antioksidan dan antikanker. Dalam jumlah sedikit saja, senyawa tersebut cukup efektif mencegah produksi lemak jahat (low density

lipoprotein) sehingga dapat memperkecil risiko stroke dan serangan jantung

(Indrasari, 2006).

Perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada kandungan antosianin yang terdeteksi (Tabel 9). Hal tersebut dapat diakibatkan oleh paparan UV-B yang dipancarkan oleh sinar matahari alami pada hari yang cerah mencapai 250 µW/cm2 (Ball, 1995) sehingga tanaman yang diberi perlakuan telah

teradaptasi pada kondisi pancaran UV-B tinggi. Kemungkinan lain tanaman memiliki respon perlindungan dari pancaran UV-B yang berbeda, sehingga untuk melindungi DNA dari paparan UV-B tidak dibentuk antosianin, namun senyawa penyerap UV lainnya.

(35)

Tabel 9. Pengaruh Paparan UV-B Terhadap Kandungan Antosianin Hari ke- Perlakuan 6 12 18 24 ---- /gram daun ---- UV-B 0.145 0.23 0.16 0.247 UV-Ambient 0.179 0.184 0.262 0.208 Non-UV 0.166 0.175 0.214 0.362 Biosintesis Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa yang terbentuk melalui metanolisme asam amino (protein) di mana asam amino phenylalanine digunakan untuk memproduksi 4-coumaroyl-KoA. Asam amino phenylalanine mengalami deaminasi dengan bantuan enzim phenylalanine ammonia lyase (PAL) menjadi

cinnamic acid yang kemudian dengan bantuan enzim C4H dan 4Cl diubah

menjadi 4-coumaroly-KoA. Hal ini dapat dikombinasikan dengan malonyl-KoA untuk menghasilkan tulang punggung sejati flavonoid, sekelompok senyawa yang disebut chalcones. Terlihat aktivitas terbentuknya PAL mempengaruhi aktifitas terbentuknya flavonoids. Aktifitas PAL terlihat dari rasio cinnamic acid per crude protein yang terbentuk.

Aktifitas PAL yang terlihat pada penelitian ini tidak menunjukkan peningkatan, meskipun pada Tabel 11 terlihat hari ke-6 dan ke-12 aktivitas PAL tanaman yang terpapar UV-B terlihat lebih tinggi dibandingkan UV-ambient namun secara statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan. Hal ini dapat diakibatkan oleh radiasi UV-B yang dipancarkan oleh matahari pada wilayah ekuator di hari yang cerah telah mencapai 250 µW/cm2 (Ball, 1995), tanaman

yang telah beradaptasi pada lingkungan alami memiliki sensitifitas yang lebih rendah terhadap UV-B dibandingkan dengan tanaman yang dibudidayakan pada lingkungan buatan (Antonelli, 1997). Hal tersebut diakibatkan tanaman telah teradaptasi pada kondisi paparan UV-B yang tinggi.

(36)

Tabel 10. Pengaruh Paparan UV-B Terhadap Kandungan protein Hari ke- Perlakuan 6 12 18 24 ---- mg/g daun ---- UV-B 817.19 1146.73 711.02 684.14 UV-Ambient 1347.66 1461.31 1191.57 428.93 Non-UV 789.3 1395.1 1323.8 714.4

Tabel 11. Pengaruh Paparan UV-B Terhadap Kandungan Cinnamic acid dan Cinnamic acid per crude protein

Perlakuan 6 12 18 24 Cinnamic acid Cinnamic acid /Protein Cinnamic acid Cinnamic acid /Protein Cinnamic acid Cinnamic acid /Protein Cinnamic acid Cinnamic acid /Protein mg/g daun mg CA/ mg Protein/g daun mg/g daun mg CA/ mg Protein/g daun mg/g daun mg CA/ mg Protein/g daun mg/g daun mg CA/ mg Protein/g daun UV-B 40.06 0.144 21.76 0.078 25.13 0.091 15.46 0.056 UV-Ambient 34.56 0.125 61.94 0.152 31.7 0.111 9.87 0.036 Non-UV 51.77 0.187 39.80 0.143 36.16 0.130 14.46 0.052

(37)

Tabel 12. Pengaruh Paparan UV-B Terhadap Kandungan Flavonoid Flavonoid Hari Ke- 6 12 18 24 ---- /gram daun ---- UV-B 54.754 10.294 5.132 7.1 UV-Ambient 18.135 7.185 6.357 9.554 Non-UV 31.16 14.732 3.719 8.468

Kandungan flavonoid yang tidak berbeda nyata pada penelitian ini. Kondisi yang berbeda dilaporkan oleh Burchard, et. al (2000), bahwa pemberian UV-B pada Secale cereal L. cv. Krusto memberikan pengaruh pada peningkatan flavonoid seiring dengan peningkatan intensitas UV-B. Tebelberg, et. al. (2004) menjelaskan pemberian UV-B pada tanaman Betula pendula memberikan pengaruh pada peningkatan flavonoid dan quercetin 3-galactose.

Antonelli et al (1997) juga menjelaskan pada tanaman kacang hijau yang dipapar UV-B pada wilayah mediterrania tidak menunjukkan perbedaan kandungan flavonoid antar tanaman yang diberi perlakuan. Hashiba et al (2006) menyebutkan pada tanaman Campanula punctata, akumulasi flavonoid mengalami penurunan dengan peningkatan tingkat radiasi UV-B pada wilayah pantai.

Kandungan flavonoid yang tidak menunjukkan perbedaan nyata dapat disebabkan oleh kondisi alam Indonesia yang berada pada wilayah ekuator. Ball (1995) menjelaskan bahwa pada wilayah ekuator pancaran UV-B dari sinar matahari alami telah mencapai 250 µW/cm2. Tanaman yang berada pada wilayah

ekuator telah beradaptasi dengan kondisi intensitas radiasi UV-B yang tinggi. Selain itu tanaman mungkin memiliki mekanisme perlindungan terhadap UV-B yang berbeda sehingga produksi flavonoid tidak mengalami peningkatan.

(38)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

  Pemberian perlakuan UV-B dengan intensitas 124 µW/cm2 tidak memberikan pengaruh pada kerapatan stomata bagian atas, stomata bagian bawah, rasio stomata bagian atas dan bawah, kerapatan trikoma bagian atas, trikoma bagian bawah, dan rasio trikoma bagian atas dan bawah, ketebalan daun, pembentukan klorofil, aktifitas Phenylalanine ammonia lyase (PAL) maupun pada pembentukan flavonoid pada tanaman sambung nyawa (Gyanura

procombens (L.) Merr.). Respon tersebut mungkin diakibatkan oleh tanaman telah

teradaptasi pada kondisi paparan UV-B intensitas 124 µW/cm2.

Saran

Respon tanaman pada paparan UV-B mungkin disebabkan oleh belum optimalnya intensitas UV-B buatan yang diberikan, karenanya perlu adanya penelitian lebih lanjut pada intensitas paparan UV-B yang lebih tinggi untuk melihat respon tanaman. Pengamatan untuk pembukaan stomata perlu dilakukan untuk melihat pengaruh sinar UV-B pada stomata.

(39)

DAFTAR PUSTAKA  

Anonim. 2006. Perisai Tanaman Anti Radiasi. http://indobic.biotrop.org. [19 Januari 2010].

Anonim. 2008. Pemanasan global. http://id.wikipedia.org/wiki/. [9 Februari 2009] Anonim. 2009. Daun. Http://www.wikipedia.com. [19 januari 2010].

Anonim. 2009. Mengapa kita perlu melindungi lapisan ozon ? http://rullysyumanda.org/. [18 Februari 2009]

Antonelli, F., D. Grifoni, F. Sabatini, and G. Zipoli. 1997. Morphological and physiological responses of bean plants to supplemental UV radiation in a Medittanean climate. Plant Ecology 128:127-136.

Arika, Y. 2007. Mari kita jaga bumi tetap berseri. Kompas. 15 September 2007. Arsyad, M. 2008. Lapisan ozon semakin mengkhawatirkan.

http://bugishq.blogspot.com/. [18 Februari 2009]

Baird, C. and M. Cann. 2005. Environmental Chemistry. W. H. Freeman and Co.: New York.

Ball, J. 1995. A Comparison of the UV-B Irradiance of low-intensity, full-spectrum lamps with natural sunlight. Bulletin of the Chicago Herpetological Society, 30(4):69-71.

Beverley, D. 2004. Practical Gardening. Parragon: UK.

Brannon,H. 2006. UV-B radiation. http://dermatology.about.com/. [18 Februari 2009]

Burchard, P., W. Bilger, and G. Weissenböck. 2000. Contribution of hydroxycinnamates and flavonoids to epidermal shielding of UV-A and UV-B radiation in developing rye primary leaves as assessed by ultraviolet-induced chlorophyll flouresence measurements. Plant, Cell, and Environment 23:1373-1380.

Dinelli, G., I. Marotti, A. Bonetti, S. Bosi, S. Busi, P. Catizone. 2007. Effect Of Uv-B Radiation On Chalcone Syntase (Chs), Isoflavone Synthase (Ifs) Expression And Flavonoid Synthesis In Common Beans (Phaseolus Vulgaris L.).

Dresbach, S. H. 2007. Ultraviolet Radiation. http://ohioline.osu.edu. [06 Agustus 2008].

(40)

    Ekana’ul, N.. 2009. Respon Tanaman Sambung Nyawa (Gyanura procumbens

(L.) Merr.) Terhadap Radiasi Ultraviolet dan Pemupukan. Skripsi. IPB: Bogor.

Gaedner, F. P., R. B. Pearce and R. L. Mitchell. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Herawati S. (Penerjemah). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants.

Gartia, S, M.K. Pradhan, P.N. Joshi, U.C. Biswal, and B. Biswal. 2003. UV-A irradiation guards the photosynthetic apparatus against UV-B-induced damage. Photosynthetica 41 (4): 545-549.

Geissman, T.A. and D.H.G. Crout. 1969. Organic Chemistry of Secondary Plant Metabolism. Freeman, Cooper & Co.:California.

Gould, K. S. and C. Lister. 2006. Flavonoid function in plants in Ǿyvind M. Andersen and Kenneth R. Markham (eds.). Flavonoids:Chemistry, Biochemistry, and Application. Taylor & Francis:London.

Hashiba, Keiko, Tsukasa Iwashina, and Sadamu Matsumoto. 2006. Variation in the quality and quantity of flavonoids in the leaves of coastal and inland

Campunala punctata. Biochemical Systemics and Ecology 34:854-861.

Higenkamp, K. 2006. Environmental Health : Ecological Perspective. Jones and Bartlett Publisher, Inc.: UK.

Hopkins, W. G. and N. P. A. Hüner. 2004. Introduction to Plant Physiology. John Wiley & Sons, Inc.: USA.

Indrasari, S. D. 2006. Padi aek sibundong:pangan fungsional. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28 (6):1-3

IPTEKnet. 2005. Tanaman obat Indonesia, sambung nyawa. http://www.iptek.net.id/ . [18 Februari 2009]

Jenie, R. I. dan E. Sulistyorini S.P. 2008. Sambung nyawa. http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/. [18 Februari 2009]

Kartasaputra, A.,G., 1988, Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Bina Aksara:Jakarta.

Kondratyev, K. Ya. And C. Varostos. 2000. Atmospheric Ozone Variability. Praxis Publishing: UK.

Listyani, W. S. 2004. Daun sambung nyawa, tanaman alternatif untuk hipertensi. Kompas. 6 Agustus 2004.

Litchtenthaler, H. K. 1987. Chlorophylls and carotenoids: pigment and photosynthethic biomembranes p 350-382. In: S. P. Colowick and N. O. Kaplar (Eds.). Methods in Enzymology. Academic Press. New York.

(41)

Markham, K. R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Kosasih P. (Penerjemah). Penerbit ITB. Bandung. Terjemahan dari: Technique of

Flavonoid Identification.

Marmotji. 2008. Menipisnya Lapisan Ozon, Ancaman bagi Umat Manusia. http://www.lumajang.net. [23 Februari 2008].

Nada, H. 2008. Gynura procumbens (Lour.), Sambung nyawa. http://nileherb.blogspot.com/ [9 Februari 2009]

Ngera, R. 2007. Bencana Lubang Ozon (1): Memusnahkan Kehidupan di Bumi. http://www.indomedia.com. [23 Februari 2008].

Nogués, S., D. J. Allen, J. I.L. Morison, and Neil R. Baker. 1999. Characterization of stomatal closure caused by ultraviolet-B radiation. Plant Physiology Vol. 121:489-121.

Prasad, S.M., R. Dwivedi, and M. Zeeshan. 2005. Growth, photosynthetic electron transport, and antioxidant responses of young soybean seedlings to simultaneous exposure of nickel and UV-B stress. Photosynthetica 43 (2): 177-185.

Reddy, K. Raja, V.G. Kakani, D. Zhao, A.R. Mohammed, and Wei Gao. 2003. Cotton respons to ultraviolet-B radiation:experimentation and algorithm development. Agricultural and Forest Meteorology 120:249-265.

Rozema, J. 2000. Effect of solar UV-B radiation on terrestrial biota in R. E. Hester and R. M. Harrison (eds.). Causes and Environmental Implication of Increased UV-B Radiation. Royal Society of Chemistry: Cambridge. Schumaker, M.A., J. H. Bassman, R.Robberecht and G. K. Radamaker. 1997.

Growth, leaf anatomy, and physiology of Populus clones in response to solar ultraviolet-B radiation. Tree Physiology 17 :617-626.

Sigit, G. M.. 2003. Penipisan ozon siapa peduli ? http://www.persi.or.id/. [9 Februari 2009]

Stiles, W. and E.C. Cocking. 1968. Introduction To The Principle of Plant Physiology. Methuen:London.

Sun Zeng-ling, Peng Chang-liang, dan Shen Yi-zhu. 2000. Response of plants to enhanced UV-B radiation and SO2. Journal of Tropical and Subtropical

Botany 8(4): 353-360.

Tegelberg, R., R. Julkunen-tiitto and P.J. Aphalo. 2004. Red:far-red light ratio and UV-B radiation:their effects on leaf phenolic and growth of silver birch seedlings. Plant, Cell, and Environment 27:1005-1013.

(42)

    Winarto, W.P. 2003. Sambung Nyawa:Budidaya dan Pemanfaatan untuk Obat.

Penebar Swadaya:Jakarta.

Zalia and Olivier E,. 2008. Pemanasan global. http://www.astronomes.com/ [9 Februari 2009]

Zhou Wenli, Tang Xuexi, Xiao Hui, Wang You, and Wang Renjun. 2009. Response of marine microalgae, heterotrophic bacteria and their relationship to enhanced UV-B radiation. Journal of Ocean Univ. of China 8 (1):35-38.

Zucker, M. 1965. Induction of phenylalanine deaminase by light and its relation to chlorogenic acid synthesis in potato tuber tissue. Plant Physiology 40(5):779-784.

Zuk-Golaszewska, K., M.K. Upadhyaya, and J. Golaszewski. 2003. The Effect of UV-B radiation on plant growth and development. Plant Soil Environment 49(3) : 135-140.

(43)
(44)

    Lampiran 1. Sidik Ragam Kandungan Klorofil Total Tanaman Sambung Nyawa

(Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Pr > F KK -- 6 HSPa -- Perlakuan 2 0.008 0.004 0.28tn 5.47 % Galat Percobaan 6 0.017 0.002 Umum 8 0.025 -- 12 HSPa --Perlakuan 2 0.0044 0.0022 0.58tn 5.93 % Galat Percobaan 6 0.022 0.0037 Umum 8 0.0264 -- 18 HSPa --Perlakuan 2 0.059 0.029 0.21tn 11.51 % Galat Percobaan 6 0.089 0.015 Umum 8 0.148 -- 24 HSPa --Perlakuan 2 0.019 0.0094 0.25tn 6.6 % Galat Percobaan 6 0.032 0.0053 Umum 8 0.051

Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf 10 % ; ** = sangat nyata pada taraf 5 % a = hasil transformasi (X+0.5)1/2

(45)

Lampiran 2. Sidik Ragam Kandungan Klorofil a Tanaman Sambung Nyawa

(Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Pr > F KK -- 6 HSPa -- Perlakuan 2 0.0051 0.0026 0.24tn 4.22 % Galat Percobaan 6 0.0085 0.0014 Umum 8 0.0136 -- 12 HSPa -- Perlakuan 2 0.0032 0.0016 0.49tn 4.81 % Galat Percobaan 6 0.012 0.002 Umum 8 0.0152 -- 18 HSPa -- Perlakuan 2 0.032 0.016 0.21tn 9.22 % Galat Percobaan 6 0.047 0.0078 Umum 8 0.079 -- 24 HSPa -- Perlakuan 2 0.0086 0.0043 0.32tn 5.59 % Galat Percobaan 6 0.0184 0.0031 Umum 8 0.027

Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf 10 % ; ** = sangat nyata pada taraf 5 % a = hasil transformasi (X+0.5)1/2

(46)

    Lampiran 3 Sidik Ragam Kandungan Klorofil b Tanaman Sambung Nyawa

(Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Pr > F KK -- 6 HSPa --Perlakuan 2 0.0011 0.00053 0.41n 2.81 % Galat Percobaan 6 0.003 0.00051 Umum 8 0.0041 -- 12 HSPa --Perlakuan 2 0.00039 0.00019 0.73tn 2.93% Galat Percobaan 6 0.0036 0.00061 Umum 8 0.00399 -- 18 HSPa --Perlakuan 2 0.0088 0.0044 0.23tn 5.74 % Galat Percobaan 6 0.014 0.0023 Umum 8 0.0228 -- 24 HSPa --Perlakuan 2 0.0048 0.0024 0.17tn 3.68 % Galat Percobaan 6 0.006 0.001 Umum 8 0.0108

Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf 10 % ; ** = sangat nyata pada taraf 5 % a = hasil transformasi (X+0.5)1/2

(47)

Lampiran 4 Sidik Ragam Kandungan Antosianin Tanaman Sambung Nyawa

(Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Pr > F KK -- 6 HSPa -- Perlakuan 2 0.00071 0.00036 0.68tn 3. 58 % Galat Percobaan 6 0.00511 0.00085 Umum 8 0.00581 -- 12 HSPa -- Perlakuan 2 0.0018 0.00092 0.33tn 3.15 % Galat Percobaan 6 0.0041 0.00069 Umum 8 0.0059 -- 18 HSPa -- Perlakuan 2 0.0057 0.0029 0.45tn 6.64 % Galat Percobaan 6 0.0187 0.0031 Umum 8 0.0244 -- 24 HSPa -- Perlakuan 2 0.011 0.0057 0.53tn 10.18 % Galat Percobaan 6 0.048 0.0079 Umum 8 0.059

Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf 10 % ; ** = sangat nyata pada taraf 5 % a = hasil transformasi (X+0.5)1/2

(48)

    Lampiran 5. Sidik Ragam Kandungan Cinnamic acid Tanaman Sambung Nyawa

(Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Pr > F KK -- 6 HSPa -- Perlakuan 2 3.86 1.93 0.598tn 29.34 % Galat Percobaan 6 20.63 3.44 Umum 8 24.49 -- 12 HSPa -- Perlakuan 2 4.18 2.09 0.76tn 48.75 % Galat Percobaan 6 42.64 7.11 Umum 8 46.82 -- 18 HSPa -- Perlakuan 2 1.49 0.75 0.68tn 24.55 % Galat Percobaan 6 10.78 1.79 Umum 8 12.27 -- 24 HSPa -- Perlakuan 2 1.18 0.59 0.21tn 14.53 % Galat Percobaan 6 1.71 0.28 Umum 8 2.89

Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf 10 % ; ** = sangat nyata pada taraf 5 % a = hasil transformasi (X+0.5)1/2

(49)

Lampiran 6. Sidik Ragam Cinnamic acid per crude protein Tanaman Sambung Nyawa (Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Pr > F KK -- 6 HSPa -- Perlakuan 2 0.002 0.001 0.63tn 6.05 % Galat Percobaan 6 0.014 0.002 Umum 8 0.016 -- 12 HSPa -- Perlakuan 2 0.004 0.002 0.67tn 8.31 % Galat Percobaan 6 0.026 0.004 Umum 8 0.03 -- 18 HSPa -- Perlakuan 2 0.001 0.0005 0.65tn 4.17 % Galat Percobaan 6 0.006 0.001 Umum 8 0.007 -- 24 HSPa -- Perlakuan 2 0.0003 0.0002 0.21tn 1.19 % Galat Percobaan 6 0.0005 0.0001 Umum 8 0.0008

Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf 10 % ; ** = sangat nyata pada taraf 5 % a = hasil transformasi (X+0.5)1/2

(50)

    Lampiran 7. Sidik Ragam Flavonoid Tanaman Sambung Nyawa (Gyanura

procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Pr > F KK -- 6 HSPa -- Perlakuan 2 12.74 6.37 0.38tn 43.02 % Galat Percobaan 6 33.39 5.56 Umum 8 46.13 -- 12 HSPa -- Perlakuan 2 1.93 0.97 0.24tn 21.49 % Galat Percobaan 5 2.48 0.49 Umum 7 4.41 -- 18 HSPa -- Perlakuan 2 0.21 0.11 0.86tn 36.99 % Galat Percobaan 6 4.17 0.69 Umum 8 4.39 -- 24 HSPa -- Perlakuan 2 0.18 0.09 0.72tn 17.57 % Galat Percobaan 6 1.61 0.27 Umum 8 1.8

Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf 10 % ; ** = sangat nyata pada taraf 5 % a = hasil transformasi (X+0.5)1/2

(51)

Lampiran 8. Sidik Ragam Protein Tanaman Sambung Nyawa (Gyanura

procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Pr > F KK -- 6 HSPa -- Perlakuan 2 71.52 35.76 0.83tn 46.07 % Galat Percobaan 6 1098.19 183.03 Umum 8 1169.71 -- 12 HSPa -- Perlakuan 2 19.19 9.59 0.91tn 28.59 % Galat Percobaan 6 619.87 103.31 Umum 8 639.06 -- 18 HSPa -- Perlakuan 2 138.47 69.24 0.49tn 29.34 % Galat Percobaan 6 528,8 88.13 Umum 8 667.27 -- 24 HSPa -- Perlakuan 2 63.9 31.95 0.43tn 23,58 % Galat Percobaan 6 197.6 32.93 Umum 8 261.51

Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf 10 % ; ** = sangat nyata pada taraf 5 % a = hasil transformasi (X+0.5)1/2

(52)

    Lampiran 9. Sidik Ragam Kerapatan Stomata Daun Bagian Atas Tanaman

Sambung Nyawa (Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Pr > F KK -- 6 HSP -- Perlakuan 2 2.59 1.29 0.87tn 23.39 % Galat Percobaan 6 54.2 9.03 Umum 8 56.79 -- 12 HSP -- Perlakuan 2 727.44 363.72 0.045** 16.7 % Galat Percobaan 6 402.65 67.11 Umum 8 1130.08 -- 18 HSP -- Perlakuan 2 6.77 3.39 0.54tn 22.16 % Galat Percobaan 6 29.7 4.95 Umum 8 36.47 -- 24 HSP -- Perlakuan 2 67.93 33.97 0.042** 19.63 % Galat Percobaan 6 36.09 6.02 Umum 8 104.02

(53)

Lampiran 10. Sidik Ragam Kerapatan Stomata Bagian Bawah Tanaman Sambung Nyawa (Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Pr > F KK -- 6 HSP -- Perlakuan 2 58.5 29.25 0.74tn 20.66 % Galat Percobaan 6 544.71 90.79 Umum 8 603.22 -- 12 HSP -- Perlakuan 2 109.95 54.97 0.65tn 21.69 % Galat Percobaan 6 700.99 116.83 Umum 8 810.94 -- 18 HSP -- Perlakuan 2 62.52 31.26 0.38tn 14.15 % Galat Percobaan 6 164.42 27.4 Umum 8 226.94 -- 24 HSP -- Perlakuan 2 53.04 26.52 0.58tn 18.34 % Galat Percobaan 6 262.17 43.69 Umum 8 315.21

(54)

    Lampiran 11. Sidik Ragam Rasio Stomata Tanaman Sambung Nyawa (Gyanura

procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Pr > F KK -- 6 HSPa -- Perlakuan 2 0.001 0.00051 0.82tn 5.59 % Galat Percobaan 6 0.015 0.0024 Umum 8 0.016 -- 12 HSPa -- Perlakuan 2 0.038 0.019 0.16tn 7.43 % Galat Percobaan 6 0.046 0.0077 Umum 8 0.084 -- 18 HSPa -- Perlakuan 2 0.0043 0.0021 0.26tn 4.03 % Galat Percobaan 6 0.0076 0.0013 Umum 8 0.0199 -- 24 HSPa -- Perlakuan 2 0.019 0.0094 0.14tn 6.28 % Galat Percobaan 6 0.02 0.0034 Umum 8 0.039

Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf 10 % ; ** = sangat nyata pada taraf 5 % a = hasil transformasi (X+0.5)1/2

(55)

Lampiran 12. Sidik Ragam Kerapatan Trikoma Bag. Atas Tanaman Sambung Nyawa (Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Pr > F KK -- 6 HSPa -- Perlakuan 2 1.97 0.98 0.32tn 11.88 % Galat Percobaan 6 4.25 0.71 Umum 8 6.22 -- 12 HSPa -- Perlakuan 2 0.32 0.16 0.094* 7.35 % Galat Percobaan 6 0.27 0.045 Umum 8 0.59 -- 18 HSPa -- Perlakuan 2 0.95 0.47 0.72tn 20.02 % Galat Percobaan 6 8.05 1.35 Umum 8 9.04 -- 24 HSPa -- Perlakuan 2 0.019 0.097 0.79tn 11.69 % Galat Percobaan 6 2.49 0.41 Umum 8 2.68

Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf 10 % ; ** = sangat nyata pada taraf 5 % a = hasil transformasi (X+0.5)1/2

(56)

    Lampiran 13. Sidik Ragam Kerapatan Trikoma Bag. Bawah Tanaman Sambung

Nyawa (Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Pr > F KK -- 6 HSPa -- Perlakuan 2 2.64 1.32 0.084* 8.42 % Galat Percobaan 6 2.06 0.34 Umum 8 4.7 -- 12 HSPa -- Perlakuan 2 1.87 0.93 0.11tn 10.31 % Galat Percobaan 6 1.74 0.29 Umum 8 3.61 -- 18 HSPa -- Perlakuan 2 2.45 1.22 0.39tn 17.39 % Galat Percobaan 6 6.82 1.14 Umum 8 9.27 -- 24 HSPa -- Perlakuan 2 0.17 0.09 0.59tn 6.43 % Galat Percobaan 6 0.92 0.15 Umum 8 1.09

Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf 10 % ; ** = sangat nyata pada taraf 5 % a = hasil transformasi (X+0.5)1/2

(57)

Lampiran 14. Sidik Ragam Ratio Kerapatan Trikoma Daun Bag. Atas dan Bawah Tanaman Sambung Nyawa (Gyanura procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Pr > F KK -- 6 HSPa -- Perlakuan 2 0.00082 0.0004 0.95tn 7.41 % Galat Percobaan 6 0.051 0.0085 Umum 8 0.052 -- 12 HSPa -- Perlakuan 2 0.035 0.017 0.14tn 8.76 % Galat Percobaan 6 0.038 0.0063 Umum 8 0.073 -- 18 HSPa -- Perlakuan 2 0.0055 0.0028 0.77tn 8.48 % Galat Percobaan 6 0.061 0.01 Umum 8 0.066 -- 24 HSPa -- Perlakuan 2 0.0035 0.0018 0.56tn 4.6 % Galat Percobaan 6 0.017 0.0028 Umum 8 0.0205

Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf 10 % ; ** = sangat nyata pada taraf 5 % a = hasil transformasi (X+0.5)1/2

(58)

    Lampiran 15. Sidik Ragam Ketebalan Daun Tanaman Sambung Nyawa (Gyanura

procumbens L. (Merr.)) yang Dipapar UV-B

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Pr > F KK -- 6 HSP -- Perlakuan 2 0.19 0.095 0.98tn 22.24 % Galat Percobaan 6 23.74 3.96 Umum 8 23.93 -- 12 HSP -- Perlakuan 2 8.91 4.46 0.16tn 15.27 % Galat Percobaan 6 10.74 1.79 Umum 8 19.65 -- 18 HSP -- Perlakuan 2 3.64 1.82 0.36tn 12.18 % Galat Percobaan 6 9.07 1.51 Umum 8 12.71 -- 24 HSP -- Perlakuan 2 6.49 3.24 0.13tn 12.04 % Galat Percobaan 6 6.79 1.13 Umum 8 13.28

Gambar

Gambar 1. Susunan spektrum sinar UV
Gambar 2. Rangka flavonoid
Gambar 3. Biosintesis flavonoid
Gambar 4. Bibit Tanaman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan peta masalah tersebut, fokus penelitian ini meliputi persamaan atau perbedaan antara bentuk kata Sansker- ta dalam bahasa Indonesia dan bahasa Thai; persamaan

sebagai spesies tertinggi merusak tanaman jarak pagar dibandingkan spesies lain (Microtermes sp., Schedorhinotermes sp., Coptotermes sp.). Diduga beberapa faktor yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stres kerja dan konflik kerja terhadap kinerja pegawai asuransi jiwa bersama bumi putera jayapura papua.Rumusan masalah

Conditioning tingkat tinggi (higher order conditioning), yaitu conditioning yang sangat tinggi dimana CS dipasangkan dengan CS lain sudah menimbulkan respon yang

SMKN 12 Surabaya Jurusan Animasi sendiri adalah sekolahan yang merujuk pada bentuk teknologi untuk membuat karya 2D maupun 3D, maka dari itu konsep yang di gunakan adalah

Menurut Oemar Hamalik dalam Parendrati (2009:46), hasil belajar tampak sebagai perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk

Tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah adalah mendorong pengembangan sektor dan kegiatan ekonomi yang menyerap tenaga kerja relatif tinggi seperti pertanian

Delik fitnah dalam Pasal 311 ayat (1) KUHPidana merupakan delik kelanjutan dari delik pencemaran/pencemaran, di mana mekanisme pemeriksaan di persidangan terhadap