• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi Daftar Bahan Makanan Untuk Pasien Rawat Jalan dan Keluarga Menggunakan Algoritme Genetika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Optimasi Daftar Bahan Makanan Untuk Pasien Rawat Jalan dan Keluarga Menggunakan Algoritme Genetika"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya

342

Optimasi Daftar Bahan Makanan Untuk Pasien Rawat Jalan dan Keluarga

Menggunakan Algoritme Genetika

Istiana Rachmi1, Imam Cholissodin2, Marji3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1istianarachmi@gmail.com, 2imamcs@ub.ac.id, 3marji@ub.ac.id

Abstrak

Pola konsumsi masyarakat Indonesia cenderung kurang sehat yang mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit. Penyakit kolesterol tinggi dan hipertensi memiliki tingkat proporsi yang tinggi. Perawatan kedua penyakit tersebut dapat dilakukan dengan rawat inap dan rawat jalan. Rawat jalan membutuhkan biaya lebih murah dibandingkan rawat inap. Namun untuk mengatur pola konsumsi makanan pasien masih dirasa sulit karena kurangnya pengetahuan. Teknik yang dapat digunakan untuk mengatur susunan bahan makanan pasien rawat jalan serta keluarga dengan menggunakan algoritme genetika. Data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 137 bahan makanan yang dikelompokkan menjadi sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran, buah-buahan, lemak, susu dan gula. Pada proses algoritme genetika menggunakan representasi permutasi integer berbasis indeks bahan makanan dengan panjang kromosom 168, metode crossover dengan extended intermediate, metode mutasi dengan exchange mutation, serta metode seleksi dengan elitism selection. Setelah melakukan pengujian, parameter optimal yang dihasilkan yaitu ukuran populasi sebesar 80 individu, nilai cr=0,3 dan mr=0,7 serta generasi 100. Hasil akhir berupa bahan makanan untuk makan pagi, siang, dan malam selama tujuh hari dengan kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan gizi seluruh anggota keluarga, variasi bahan makanan yang beragam dan biaya yang sesuai dengan anggaran.

Kata kunci: kolesterol tinggi, hipertensi, susunan makanan, algoritme genetika

Abstract

The consumption of Indonesian society tend to be less healthy which resulted in various diseases. High cholesterol disease and hypertension have a high proportion rate. Both of diseases can be treat with hospitalization and outpatient. Outpatient costs are cheaper than hospitalization. But to regulate the consumption patterns of the patient's food is still difficult because of lack of knowledge. Techniques that can be used to by using genetic algorithms. The data used in this case were 137 foodstuffs grouped into sources of carbohydrates, animal protein, vegetable protein, vegetables, fruits, grease, milk and sugar. In the process of genetic algorithm using representation of integer permutation based on food index with chromosome length 168, crossover method with extended intermediate, mutation method with exchange mutation, and selection method with elitism selection. After conducting the test, the optimum parameters produced are the population size of 80 individuals, the value of cr = 0.3 and mr = 0.7 and generation 100. The final result is food for breakfast, lunch and night for seven days with nutritional content Which suits the nutritional needs of all family members, varied foodstuffs and budget-appropriate costs.

Keywords: high cholesterol, hyprtension, food ingredient, genetic algorithms

1. PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan bagian dari

organisasi sosial dan kesehatan yang

memberikan layanan kesehatan berupa

penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Selain itu, Rumah sakit merupakan institusi

yang menyediakan beberapa pelayanan seperti pelayanan gawat darurat, rawat inap dan rawat

jalan (UU No. 44, 2009). Rawat

jalan merupakan salah satu pelayanan medis dengan biaya perawatan yang minimal karena proses pemulihan kesehatan pasien dapat dilakukan di rumah. Maka dari itu, kontrol

(2)

perkembangan kesehatan pasien rawat jalan dilakukan oleh keluarga namun secara berkala tetap melakukan kontrol ke rumah sakit.

Sehingga untuk mempercepat proses

penyembuhan pasien rawat jalan dibutuhkan kontrol yang baik dari keluarga terhadap konsumsi obat, aktivitas serta makanannya.

Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013), salah satu penyakit yang memiliki tingkat proporsi cukup tinggi di Indonesia adalah kolesterol tinggi. Total penduduk yang memiliki kadar kolesterol di atas normal adalah sebesar 35,9%. Selain kolesterol, penyakit hipertensi juga memiliki tingkat proporsi yang cukup tinggi. Hal tersebut terbukti pada Hasil Riset Kesehatan Dasar (2007), hipertensi berada pada urutan ketiga penyakit yang menimbulkan kematian terbanyak di Indonesia. Sedangkan pada tahun 2013 menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar terjadi peningkatan jumlah penderita hipertensi sebesar 1.9 % dari tahun 2007. Tingginya tingkat penderita kolesterol dan hipertensi di Indonesia merupakan akibat dari kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor penyebab kedua penyakit tersebut. Salah satu faktor penyebab tingginya penderita kolesterol dan hipertensi adalah pola konsumsi makanan yang tidak sehat.

Makanan adalah sumber energi terbesar bagi tubuh manusia. Dalam semua jenis bahan makanan terdapat kandungan zat gizi. Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh terdiri atas karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air (Almatsier, 2001). Pemenuhan gizi yang baik bertujuan untuk mengurangi tingkat resiko terkena penyakit yang dapat diakibatkan oleh kekurangan atau kelebihan gizi. Selain itu, pemenuhan gizi yang baik dapat mempercepat proses pemulihan kesehatan pasien. Sedangkan pada pemulihan kesehatan pasien rawat jalan saat ini masih kurang ditunjang dengan pemenuhan gizi secara spesifik. Pasien rawat jalan cenderung hanya diberikan rekomendasi obat dan bahan makanan yang tidak boleh dikonsumsi.

Menurut hasil Riset Dasar (2013),

penduduk Indonesia masih memiliki pola konsumsi makanan yang jauh dari harapan. Sekitar 40% penduduk Indonesia cenderung memilih bahan makanan dengan kandungan tinggi lemak dan kolesterol, serta tingginya pola konsumsi bumbu penyedap dan mie instan (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Selain itu, konsumsi makanan seperti buah dan sayur tergolong sangat rendah (Riset Kesehatan

Dasar, 2013). Berdasarkan survey di atas terbukti bahwa makanan yang di konsumsi kurang bervariasi. Penyebab dari kurangnya variasi bahan makanan di Indonesia adalah

kecenderungan penduduk yang lebih

mengutamakan cita rasa serta kurangnya tingkat pengetahuan mengenai pemenuhan gizi yang sesuai dengan bahan makanan. Hal tersebut mengakibatkan variasi bahan makanan di Indonesia tidak dapat dikonsumsi secara maksimal.

Banyaknya kebutuhan bahan makanan untuk pemenuhan gizi tubuh sehari-hari menimbulkan masalah pada pola konsumsi makanan dengan gizi seimbang. Selain itu, penyusunan variasi bahan makanan juga penting dilakuakan. Sedangkan harga sumber makanan utama dan sumber makanan lainnya sering mengalami fluktuasi. Sehingga, perlu dilakukan pergantian atau rekombinasi bahan makanan dalam penyusunan makanan sehari-hari agar biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran namun kebutuhan gizi dapat tetap terpenuhi.

Penyusunan bahan makanan secara optimal untuk pemenuhan gizi pasien rawat jalan dan keluarga sangat diperlukan. Cara manual untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan namun tidak efektif. Cara manual untuk melakukan perhitungan kebutuhan gizi dapat dilakukan namun, untuk memperoleh daftar bahan makanan yang bervariasi dengan biaya yang sesuai anggaran sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah sistem untuk mengatasi masalah tersebut. Banyak metode yang dapat diimplementasikan kedalam system, salah satunya yaitu algoritme genetika. Algoritme genetika dapat diterapkan dalam pemecahan masalah yang kompleks. Oleh karena itu algoritme genetika baik untuk

diaplikasikan pada permasalahan yang

membutuhkan strategi dalam pemecahannya. Dalam penelitian sebelumnya algoritme genetika digunakan pada optimasi komposisi bahan makanan untuk penderita kolesterol. Penelitian tersebut memberikan rekomendasi bahan makanan untuk penderita kolesterol (Wahid & Mahmudy, 2015). Selain itu penelitian sejenis dilakukan oleh Rianawati (2015) yaitu penyelesaian optimasi komposisi

bahan makanan dalam pemenuhan gizi

penderita diabetes melitus. Hasil penelitian tersebut yaitu rekomendasi bahan makanan untuk makan pagi, siang dan malam hari yang memiliki kandungan gizi sesuai bagi penderita

(3)

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

diabetes namun dengan biaya yang minimal. Kedua penelitian tersebut menyimpulkan bahwa algoritme genetika cenderung menghasilkan solusi yang optimal dalam optimasi komposisi bahan makanan.

Berdasarkan sumber penelitian yang telah dipaparkan, algoritme genetika dapat digunakan pada berbagai permasalahan kompleks terutama

permasalahan optimasi pada komposisi

makanan. Pada skripsi ini, algoritme genetika

digunakan untuk menyelesaikan masalah

optimasi daftar bahan makanan untuk pasien rawat jalan dan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kombinasi daftar bahan makanan seimbang dengan biaya yang sesuai anggaran serta memiliki tingkat variasi makanan yang beragam selama satu minggu.

2. DASAR TEORI

2.1

Kolesterol Tinggi

Kolesterol merupakan lemak yang terdapat pada aliran darah sebagai pembentuk dinding sel dan sebagai bahan baku beberapa hormon (Kingham, 2009). Kolesterol dapat terbentuk

secara alami oleh hati yang sebagian

dipengaruhi oleh faktor genetis (Kingham, 2009). Kadar kolesterol dalam jumlah yang normal sangat berguna bagi tubuh, namun apabila kadar kolesterol dalam jumlah yang tinggi dapat membahayakan tubuh serta dapat menyebabkan penumpukan lemak dalam darah. Menurut Kingham (2009), hal yang dapat dilakukan untuk mencapai kolesterol darah yang rendah adalah dengan memperbaiki gaya hidup dan mengatur pola makan dengan baik.

2.2

Hipertensi

Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah pada tubuh melebihi batas normal. Kondisi ini dapat mengakibatkan berbagai jenis penyakit salah satunya yaitu penyakit jantung. Menurut Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menyatakan bahwa penderita hipertensi dengan usia di atas 18 tahun sebesar 25,8 persen dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia. Hal tersebut membuat penyakit hipertensi dijuluki sebagai pembunuh diam-diam (silent killer) karena gejala yang dialami penderita tidak begitu terlihat.

2.3

Perhitungan Kebutuhan Gizi

Menurut WHO kebutuhan energi

merupakan konsumsi energi bersumber dari makanan sesuai dengan kebutuhan dalam

melakukan aktivitas. Kebutuhan energi

tergantung pada jumlah energi yang

dikeluarkan tubuh, jenis aktivitas serta ukuran tubuh. Kebutuhan energi yang digunakan pada setiap orang berbeda. Misalnya anak-anak

menggunakan energi untuk pembentukan

jaringan, ibu menyusui menggunakan energi sebagai sekresi ASI sedangkan untuk orang dewasa kebutuhan energi digunakan untuk melakukan proses metabolisme basal, aktivitas fisik serta pengaruh dinamik khusus (Specific Dynamic Action / SDA). Almatsier (2001) menyatakan bahwa kebutuhan energi terbesar adalah pada proses metabolisme basal.

Menurut Hartono (2006), persamaan untuk menghitung kebutuhan energi akan ditunjukkan pada persamaan 1 berikut ini :

𝑇𝐸𝐸 = 𝐵𝑀𝑅 ∗ 𝑃𝐴 (1) Keterangan :

TEE = Total Energi Expenditure (Total Kebutuhan Energi Sehari)

BMR = Body Metabolism Rate (Metabolisme Basal)

PA = Physical Activity (Aktivitas Fisik)

Kebutuhan energi minimal yang diperlukan oleh tubuh disebut Angka Metabolisme Basal (AMB). Satuan dari AMB adalah kilokalori (kkal). AMB dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah ukuran tubuh yang dimiliki oleh seseorang, jenis kelamin, umur, lama seseorang tidur, suhu tubuh serta status gizi (Almatsier, 2001).

Perhitungan AMB dapat menggunakan Rumus Harris Benedict (1999) yang dijelaskan pada persamaan 2 dan persamaan 3 berikut ini:

 Laki-laki 𝐴𝑀𝐵 = 66 + (13,7 ∗ 𝐵𝐵) + (5 ∗ 𝑇𝐵) − (6,8 ∗ 𝑈) (2)  Perempuan 𝐴𝑀𝐵 = 655 + (9,6 ∗ 𝐵𝐵) + (1,8 ∗ 𝑇𝐵) − (4,7 ∗ 𝑈) (3) Keterangan :

AMB = Angka Metabolisme Basal

BB = Berat Badan

TB = Tinggi Badan

U = Umur

Selain AMB, aktifitas fisik juga

mempengaruhi nilai kebutuhan energi yang

dimiliki oleh seseorang karena dalam

melakukan aktivitas fisik otot digunakan sebagai penunjang gerakan pada tubuh. Lama serta berat aktivitas juga mempengaruhi kebutuhan energi pada seseorang ( Almatsier, 2001).

(4)

Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang terdiri dari berbagai senyawa yang cenderung berasal dari tumbuh-tumbuhan. Menurut Hartono (2006), persamaan yang

digunakan dalam menghitung kebutuhan

karbohidrat ditunjukkan pada persamaan 4 berikut ini:

KK = 𝑟𝑖 ∗ 𝑇𝐸𝐸

4 (4)

Keterangan :

KK = Kebutuhan Karbohidrat

TEE = Total Energi Expenditure (Total Kebutuhan Energi Sehari)

𝑟 = Prosentase Kebutuhan Karbohidrat

𝑖 = Status Kesehatan

Untuk menyeimbangkan kebutuhan protein dapat menggunakan persamaan rumus Harris Bennedict untuk melakukan proses perhitungan

jumlah protein yang ditunjukkan oleh

Persamaan 5 berikut ini:

𝐾𝑃 = 𝑟𝑖 ∗ 𝑇𝐸𝐸

4 (5)

Keterangan :

KP = Kebutuhan Protein

TEE = total energy

𝑟 = Prosentase Kebutuhan Protein

𝑖 = Status Kesehatan

Menurut WHO prosentase kebutuhan lemak tubuh antara 15% sampai 30% dari total kebutuhan energi dengan rincian 10% berasal dari lemak jenuh dan 3% - 7% berasal dari lemak tidak jenuh (Almatsier, 2001). Menurut rumus Harris Benedict dalam menentukan kebutuhan lemak seseorang dapat menggunakan Persamaan 6 berikut ini :

𝐾𝐿 = 𝑟𝑖 ∗ 𝑇𝐸𝐸

9 (6)

Keterangan :

KL = Kebutuhan Lemak

TEE = Total Energi Expenditure (Total kebutuhan energi sehari)

𝑟 = Prosentase Kebutuhan Lemak

𝑖 = Status Kesehatan

3. ALGORITME GENETIKA

Algoritme genetika (Genetic Algorithms, GAs) merupakan salah satu cabang dari algoritme evolusi yang paling popular yang dapat mengatasi berbagai masalah misalnya penjadwalan, optimasi dan lain-lain. Algoritme genetika bersumber dari ilmu genetika yang dapat diterapkan pada banyak bidang misalnya pada bidang ekonomi, biologi, fisika dan lain-lain dengan model matematika yang rumit

bahkan susah untuk di bangun (Mahmudy, 2015).

Dalam algoritme genetika representasi solusi dari suatu permasalahan digambarkan

dalam bentuk Chromosome. Chromosome

tersusun dari beberapa gen berupa variabel keputusan yang akan dihasilkan sebagai solusi. Untuk menilai seberapa bagus chromosome dari algoritme genetika menggunakan nilai fitness.

Langkah-langkah sistem menggunakan

algoritme genetika ditunjukkan oleh Gambar 1.

Gambar 1. Langkah-langkah sistem menggunakan algoritme genetika

3.1 Representasi Kromosom dan Inisialisasi Populasi Awal

Representasi kromosom merupakan

pengkodean suatu permasalahan. Sebuah

permasalahan yang telah menghasilkan solusi akan dilakukan sebuah pemetaan (encoding) mejadi string kromosom yang tersusun atas beberapa gen berisi variabel dalam memperoleh keputusan dari suatu solusi (Mahmudy, 2015). Menurut Mahmudy terdapat beberapa jenis representasi kromosom misalnya representasi integer, real, biner dan permutasi (Mahmudy,

2015). Setiap permasalahan yang akan

dipecahkan memiliki representasi kromosom yang berbeda-beda. Dalam beberapa kasus representasi kromosom berpengaruh terhadap hasil dari kualitas solusi (Mahmudy, 2015).

Representasi kromosom pada penelitian ini dengan representasi permutasi. Representasi kromosom berisi nilai integer sesuai dengan

inisialisasi panjang kromosom. Contoh

(5)

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Gambar 2.

Gambar 2 Representasi Permutasi

Inisialisasi merupakan pembentukan

himpunan solusi baru yang terdiri dari beberapa kromosom yang ditampung dalam sebuah populasi. Pada tahap inisialisasi awal ditentukan ukuran populasi (popsize). Nilai tersebut menunjukkan banyaknya kromosom yang ada dalam satu populasi (Mahmudy, 2015).

3.2 Reproduksi

Reproduksi merupakan tahapan dari

algoritme evolusi untuk menghasilkan individu baru (offspring) di dalam populasi. Dua jenis operator yang dapat menghasilkan individu baru yaitu proses tukar silang (crossover) dan mutasi (mutation). Kedua jenis operator tersebut harus ditentukan nilai dari crossover rate (Cr) dan mutation rate (Mr) untuk menentukan jumlah individu baru yang akan terbentuk.

a. Crossover

Crossover merupakan tukar silang antara

dua induk (parent) sehingga dapat

menghasilkan individu baru (offspring). Pemilihan induk dalam proses crossover dipilih secara acak dari populasi yang ada. Metode crossover yang digunakan dengan extended intermediate.

b. Mutasi

Terdapat dua metode mutasi yang biasa

digunakan yaitu exchange mutation dan

insertion mutation. Metode mutasi yang digunakan dengan exchange mutation. Cara

kerja metode exchange mutation adalah

menukar nilai yang ada pada dua posisi berbeda seara random sehingga menghasilkan offspring (Mahmudy, 2015).

3.3 Evaluasi

Evaluasi merupakan dasar yang pada tahap seleksi. Terdapat 2 proses yang terdapat pada evaluasi kromosom. Pertama adalah evaluasi fungsi tujuan dan kedua adalah konversi fungsi tujuan ke dalam fungsi fitness. Nilai fitness menyatakan nilai dari kebaikan solusi yang dihasilkan oleh tiap individu dalam satu populasi. Menurut Mahmudy (2015) dua

persamaan untuk melakukan perhitungan

fitness, yaitu fitness untuk maksimasi dan untuk minimasi.

3.4 Seleksi

Pada tahap ini digunakan untuk memilih individu dari kumpulan populasi dan offspring yang lolos sebagai parent pada generasi berikutnya. Untuk memperoleh generasi yang lebih baik dari generasi sebelumnya dilihat dari seberapa besar nilai fitness yang dimiliki oleh kromosom. Semakin tinggi nilai fitness akan memperbesar peluang untuk lolos pada generasi berikutnya. Menurut Mahmudy (2015) metode seleksi yang sering digunakan adalah roulette wheel, binary tournament dan elitism. Metode

seleksi yang digunakan dengan elitism

selection. Metode ini memilih popsize individu terbaik dari beberapa individu yang ada di populasi parent dan offspring. Individu dengan fitness yang rendah tidak diberikan kesempatan untuk terpilih dan melanjutkan pada generasi selanjutnya (Mahmudy, 2015).

4. METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi dalam penelitian akan

memaparkan beberapa metode dan sumber data yang akan digunakan untuk membuat sistem optimasi pemenuhan gizi pasien rawat jalan dan keluarga menggunakan algoritme genetika. Alur dari metodologi penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.

(6)

4.1 Studi Pustaka

Studi pustaka yang dilakukan yaitu berupa pengumpulan beberapa acuan terkait penelitian yang akan dilakukan, diantaranya yaitu penyakit kolesterol tinggi, penyakit hipertensi, makanan sehat, gizi, dan algoritme genetika

Referensi yang telah disebutkan dapat berasal dari beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini misalnya, jurnal nasional, jurnal internasional, buku, serta artikel online yang dapat diakses 4.2 Analisis Kebutuhan

Pada tahap ini ditentukan beberapa kebutuhan yang diperlukan dalam membangun sistem optimasi daftar bahan makanan sehat untuk pemenuhan gizi pasien rawat jalan dan keluarga menggunakan algoritme genetika. 4.3 Perancangan Sistem

Tujuannya untuk mempermudah proses implementasi dan pengujian. Dalam penelitian ini, perancangan sistem yang dilakukan adalah perancangan antarmuka serta perancangan pengujian dalam siklus penyelesaian masalah menggunakan algoritme genetika.

4.4 Implementasi Sistem

Merupakan tahapan dalam mengaplikasikan metode algoritme genetika sebagai penyelesaian masalah yang dikemas pada perangkat lunak berdasarkan dengan perancangan yang dibuat sebelumnya. Dua jenis implementasi yang digunakan yaitu implementasi antarmuka dan implementasi algoritme genetika menggunakan database MySQL dengan bahasa pemrograman PHP.

4.5 Pengujian Sistem

Pengujian sistem dilakukan untuk

mengetahui kinerja sistem berdasarkan hasil dari sistem yang telah di implementasikan.

Tahapan pengujian dan analisis sistem

bertujuan mengecek kualitas parameter yang dipakai untuk optimasi daftar bahan makanan untuk pasien rawat jalan dan keluarga menggunakan algoritme genetika.

4.6 Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan setelah semua tahapan diatas selesai dilakukan. Penarikan kesimpulan bertujuan menemukan jawaban sub-bab dari rumusan masalah. Dalam kesimpulan cenderung disertakan saran dari peneliti yang bertujuan untuk memberikan

saran pada pengembangan penelitian

selanjutnya supaya menghasilkan penelitian yang lebih baik.

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil dan Analisis Pengujian Jumlah Populasi

Pengujian jumlah populasi digunakan untuk mengetahui pengaruh jumlah populasi terhadap nilai fitness yang dihasilkan. Jumlah populasi yang optimal adalah yang memiliki nilai fitness tertinggi. Jumlah populasi yang diuji adalah 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, dan 100. Hasil pengujian jumlah populasi ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Hasil Pengujian jumlah populasi

Berdasarkan Gambar 4 rata-rata nilai fitness terbesar yaitu 207,50 yang dihasilkan oleh jumlah populasi 80. Sedangkan rata-rata nilai fitness terkecil dihasilkan dari jumlah populasi 10 dengan rata-rata nilai fitness 189,71. Pada umumnya, semakin banyak jumlah populasi akan meningkatkan nilai fitness. Namun, pada penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan jumlah populasi tidak menjamin kenaikan terhadap rata-rata nilai fitness. Jumlah populasi berpengaruh pada pembangkitan populasi awal serta jumlah individu baru. Semakin besar jumlah populasi menyebabkan individu baru yang beragam melalui proses crossover dan mutasi. Populasi yang semakin besar akan menghasilkan jumlah individu baru yang semakin beragam. Hal ini berdampak pada variasi nilai fitness yang dihasilkan (Nurvenus, 2015). Jumlah populasi yang terlalu besar atau terlalu kecil tidak akan menghasilkan solusi yang optimal. Jumlah populasi yang terlalu besar akan memperluas area pencaian solusi yang mengakibatkan kemungkinan terjadi konvergensi, yaitu individu baru menghasilkan nilai fitness yang tidak jauh berbeda dari

induknya (Mahmudy, 2015). Sedangkan,

jumlah populasi yang terlalu kecil akan

mempersempit ruang eksplorasi, yang

189,711 195,629 197,999 205,8 205,089 204,911 203,546 207,509 207,214 205,73 180 185 190 195 200 205 210 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 hasil pengujian jumlah populasi

n il a i fi tn es s jumlah populasi

(7)

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

mengakibatkan peluang menemukan solusi terbaik terlalu kecil. Pada pengujian jumlah populasi ini, didapatkan bahwa jumlah populsi terbaik adalah 80.

5.2 Hasil dan Analisis Pengujian Cr dan Mr

Pengujian nilai Cr dan Mr digunakan untuk mengetahui pengaruh nilai Cr dan Mr terhadap nilai fitness. pengujian dilakukan sebanyak 10 kali percobaan. Hasil pengujian nilai Cr dan Mr ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Hasil pengujian Cr dan Mr

Berdasarkan Gambar 5 rata-rata nilai fitness terbesar yaitu 208.326 dihasilkan oleh nilai Cr dan Mr0,3 dan 0,7 Sedangkan rata-rata fitness terkecil dihasilkan dari nilai Cr dan Mr 1 dan 0 dengan rata-rata nilai fitness 189.313. Nilai Cr dan Mr akan mempengaruhi jumlah offspring yang dihasilkan pada masing-masing tahapan reproduksi yang dilakukan. Nilai Cr akan

mempengaruhi jumlah offspring yang

dihasilkan proses crossover dan nilai Mr akan

mempengaruhi jumlah offspring yang

dihasilkan proses mutasi. Nilai Cr dan Mr yang terlalu besar atau terlalu kecil cenderung menghasilkan nilai fitness yang cenderung rendah. Nilai Cr yang terlalu kecil dan Mr yang

terlalu besar mengakibatkan kemampuan

algoritme genetika belajar ke generasi

selanjutnya menurun dan tidak mampu

mengeksplorasi daerah optimum local

(Mahmudy, 2015). Sebaliknya, nilai Cr yang terlalu besar dan nilai Mr yang terlalu kecil

mengakibatkan konvergensi dini, yaitu

kecenderungan individu baru yang tidak jauh berbeda dengan induknya (Mahmudy, Marian dan Luong, 2015). Pada pengujian nilai Cr dan Mr ini, didapatkan bahwa nilai Cr dan Mr terbaik adalah 0,3 dan 0,7

5.3 Hasil dan Analisis Pengujian Metode Crossover

Metode crossover digunakan untuk

mengetahui pengaruh metode crossover yang digunakan dalam penelitian terhadap nilai fitness. Metode crossover digunakan untuk menentukan jumlah offspring yang dihasilkan pada proses crossover. Pengujian metode crossover dilakukan sebanyak 10 kali percobaan. Hasil pengujian metode crossover ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Hasil pengujian crossover Hasil pengujian crossover menunjukkan bahwa metode crossover yang digunakan dapat mempengaruhi rata-rata nilai fitness terbaik. Berdasarkan Tabel 6.4 dan Gambar 6.3 metode yang cenderung menghasilkan nilai fitness terbaik adalah metode crossover menggunakan Extended Intermediate. Hal ini dikarenakan pada proses extended intermediate terdapat konsep random nilai alfa yang dilakukan pada setiap proses crossover. Sedangkan pada one cut point konsep random hanya dilakukan penentuan posisi onecut yang akan ditukar pada proses crossover. Pada pengujian metode crossover ini, didapatkan bahwa metode yang cenderung menghasilkan fitness terbaik yaitu

metode crossover menggunakan Extended

Intermediate.

5.4 Hasil dan Analisis Pengujian Angka Permutasi

Pengujian angka permutasi digunakan untuk mengetahui pengaruh angka permutasi terhadap nilai fitness. Angka permutasi digunakan untuk menentukan index bahan makanan yang akan di hasilkan oleh sistem.

Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali

percobaan. Hasil pengujian angka permutasi ditunjukkan pada Gambar 7.

189,313 200,787 204,652 203,64 203,85 206,851 206,226208,326 204,797 205,372 203,6154 175 180 185 190 195 200 205 210

hasil pengujian Cr dan Mr

N il a i fi tn es s Cr dan Mr 195,85 201,3 190,71193,88 198,97200,58 194,73197,07196,97 201,62 208,4211,88 196,65 212,08 215,56 211,71213,67 203,79 202,12 207,4 175 180 185 190 195 200 205 210 215 220 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

One cut Extended hasil pengujian metode crossover

(8)

Gambar 7. Hasil pengujian angka permutasi

Berdasarkan Gambar 7 rata-rata nilai fitness tertinggi menggunakan angka permutasi 1-75 dengan rata-rata nilai fitness 208.65. Sedangkan rata-rata nilai fitness terendah sebesar 204,40 dengan menggunakan angka permutasi 1-125.

Angka permutasi digunakan pada saat

melakukan konversi indeks. Pada umumnya semakin rendah interval angka permutasi maka fitness yang dihasilkan semakin tinggi, namun setelah dilakukan pengujian ternyata tidak demikian. Perbedaan rata-rata nilai fitness disebabkan oleh rumus konversi gen ke indeks bahan makanan dimana bahan makanan yang paling banyak adalah 50 sehingga apabila perhitungan lebih dari itu maka akan dilakukan

pembulatan hasil konversi indeks yang

kemungkinan menyebabkan variasi bahan makanan menjadi rendah. Pada pengujian angka permutasi didapatkan angka permutasi terbaik adalah 1-75.

5.5 Hasil dan Analisis Pengujian Jumlah Generasi

Pengujian jumlah generasi digunakan untuk mengetahui pengaruh jumlah generasi terhadap nilai fitness. jumlah generasi digunakan untuk menentukan banyak iterasi yang cenderung optimal. Pengujian dilakukan pada jumlah generasi 20 hingga 200 dan dilakukan sebanyak 10 kali percobaan. Hasil pengujian jumlah generasi ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Hasil pengujian jumlah generasi

Hasil pengujian jumlah generasi

menunjukkan bahwa jumlah generasi

mempengaruhi rata-rata nilai fitness terbaik. Berdasarkan Gambar 8 rata-rata nilai fitness tertinggi pada generasi 100 dengan rata-rata nilai fitness 236.07 sedangkan rata-rata nilai fitness terendah sebesar 191.151 dengan banyak generasi 10. Rata-rata nilai fitness mengalami peningkatan dengan bertambahnya jumlah generasi. Hal ini dikarenakan semakin besar

jumlah generasi maka eksplorasi ruang

pencarian cenderung semakin besar juga. Nilai fitness diatas generasi 100 masih memiliki potensi semakin meningkat namun memiliki waktu komputasi yang semakin lama. Pada Gambar 9 ditunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk komputasi sistem.

Gambar 9. Hasil pengujian waktu komputasi

Pada Gambar 9 terlihat bahwa pada setiap generasi cenderung terjadi peningkatan yang signifikan terhadap waktu yang dibutuhkan untuk eksekusi sistem. Waktu komputasi menjadi pertimbangan untuk menentukan jumlah generasi yang optimal. Berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh sistem dalam melakukan eksekusi sistem dan nilai fitness

yang dihasilkan, maka diperoleh hasil

pengujian optimal pada generasi 100. 5.6 Analisis Global Hasil Pengujian

Analisis hasil pengujian bertujuan untuk

menunjukkan perpandingan hasil yang

diperoleh dari perameter terbaik yang

dihasilkan pada tahap pengujian dengan kasus nyata yang ada. Parameter-parameter algoritme genetika yang terbaik adalah:

Jumlah populasi : 80

Nilai Cr dan Mr : 0,3 dan 0,7

Jumlah generasi : 100

Angka Permutasi : 1-85

Data keluarga yang digunakan merupakan data 2 keluarga yang didapatkan dari pengisian kuisoner Data keluarga yang digunakan untuk

208,326 207,411 208,655 204,916 206,829 205,04 206,162 204,406 205,94 205,368 200 202 204 206 208 210

hasil pengujian angka permutasi

n il a i fi tn es s angka permutasi 191,151 213,482 215,804 218,34 223,845 232,071 232,139 233,021 235,092 236,077 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 hasil pengujian jumlah generasi

n il a i fi tn es s jumlah generasi 5,018,06 12,5616,24 21,3326,91 30,736,61 40,57 43,15 0 10 20 30 40 50 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 hasil pengujian waktu komputasi generasi

w a k tu (m en it) jumlah generasi

(9)

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

analisis global hasil pengujian ditunjukkan pada Table 1 dan Table 2.

Table 1. Data Keluarga Untuk pengujian

No Nama JK U (thn) BB (kg) TB (cm) Aktv Status 1 Ayah L 54 63 165 B Kolesterol Tinggi Ibu P 52 59 159 S Sehat Anak1 P 20 50 155 R Sehat Anak2 P 15 40 142 SR Sehat Table 2. Data Keluarga untuk Pengujian

No Nama JK U (thn) BB (kg) TB (cm) Aktv Status 2 Kakek L 71 68 160 B Sehat Nenek P 68 47 139 S Hipertensi Ayah L 33 60 148 B Sehat Ibu P 37 50 152 R Sehat

Pada Tabel 3 menunjukkan hasil

rekomendasi daftar bahan makanan oleh sistem untuk pemenuhan gizi keluarga 1 dan keluarga 2 selama satu minggu

Table 3. Hasil Rekomendasi Sistem Keluarga Ke- PenaltyGizi Var Harga (Rp) Karbo (gram) Protein (gram) Lemak (gram) Kalori (kal) 1 20.85 39.44 1.54 300.24 69 718162 2 23.80 27 30.80 195.95 64 772553

Berdasarkan hasil rekomendasi sitem yang ditunjukkan pada Tabel 3 dan nilai penalty gizi pada Table 3 maka untuk keluarga 1, kebutuhan gizi karbohidrat, protein, lemak dan kalori yang terpenuhi hasil rekomendasi sistem yaitu sebesar 96,54%, 98,33%, 88,48%, dan 99,40%. Hal tersebut dapat dikatakan memenuhi karena menurut pakar batas maksimum selisih antara kandungan gizi makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan energi adalah 10%. Banyak variasi yang dihasilkan sebanyak 69 jenis bahan makanan selama satu minggu. Artinya setiap hari keluarga akan mengkonsumsi jenis bahan

makanan yang cukup beragam. Pada

rekomendasi sistem menghasilkan harga

sebesar Rp.718.162 dimana harga rata-rata konsumsi setiap harinya sebesar Rp. 102.594.

Pada keluarga 2,kebutuhan gizi karbohidrat, protein, lemak dan kalori yang terpenuhi hasil rekomendasi sistem yaitu sebesar 97,86%, 98,17%, 92,16%, dan 89,26%. Hal tersebut

dapat dikatakan memenuhi karena menurut

pakar batas maksimum selisih antara

kandungan energi makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan energi adalah 10%. Banyak variasi yang dihasilkan sebanyak 64 jenis bahan makanan selama satu minggu. Artinya setiap hari keluarga akan mengkonsumsi bahan makanan yang beragam. Pada rekomendasi sistem menghasilkan harga sebesar Rp. 772.553 dimana harga rata-rata konsumsi setiap harinya sebesar Rp. 110.364.

Pada Tabel 4 menunjukkan hasil

rekomendasi daftar bahan makanan oleh pakar untuk pemenuhan gizi keluarga 1 dan keluarga 2 selama satu minggu.

Table 4. Hasil Rekomendasi Pakar

Keluarga Ke- PenaltyGizi Var Harga (Rp) Karbo (gram) Protein (gram) Lemak (gram) Kalori (kal) 1 38,43 52,08 40,25 361,14 45 691288,5 2 1,46 36 93,09 24,06 50 781305

Selain itu perbandingan dari rekomendasi sistem dan rekomendasi dari, maka untuk keluarga 1, sistem mampu melakukan optimasi penalty gizi antara sistem dan pakar sebesar 5%

dan selisih harga 26874 lebih tinggi

dibandingkan hasil rekomendasi pakar. Namun mendapatkan bahan makanan yang lebih bervariasi. Sedangkan pada keluarga 2, sistem mampu melakukan optimasi penalty gizi antara sistem dan pakar sebesar 5% dan selisih harga 8752 lebih murah dari hasil rekomendasi pakar serta mendapatkan bahan makanan yang lebih bervariasi.

Karena hasil dari rekomendasi sistem dapat menghasilkan nilai penalty gizi yang lebih baik dari rekomendasi pakar, maka dapat dikatakan bahwa sistem mampu melakukan optimasi daftar bahan makanan dengan hasil yang optimal. Namun hal itu menjadi tidak pasti karena sifat random pada Algoritme Genetika yang menyebabkan hasil rekomendasi sistem menjadi tidak pasti.

6. KESIMPULAN

Algoritme Genetika dapat diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan optimasi daftar bahan makanan sehat untuk pasien rawat jalan dan keluarga dengan memberikan solusi variasi bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi keluarga dalam satu minggu dengan biaya yang minimal. Dalam penelitian yang telah

(10)

dilakukan representasi kromosom untuk tahap inisialisasi populasi awal yang digunakan adalah representasi permutasi. Kemudian tahap

selanjutnya yaitu reprosuksi dengan

menggunakan extended intermediate crossover dan exchange mutation. Tahap terakhir pada Algoritme Genetika adalah melakukan proses seleksi menggunkanan metode elitism selection. Pengukuran kualitas terbaik pada penelitian

yang telah dilakukan adalah dengan

menggunakan nilai fitness tertinggi yang akan menjadi solusi terbaik dan mendapatkan hasil yang cenderung optimal dengan biaya yang minimal, variasi bahan makanan yang beragam, dan penalty gizi yang minimal. Pada hasil pengujian, jumlah populasi terbaik sebanyak 80 dengan rata-rata fitness 207,50, nilai Cr dan Mr 0,3 dan 0,7 dengan rata-rata fitness 208,32, metode crossover yang digunakan adalah metode extended intermediate crossover, rentang angka permutasi terbaik antara 1 sampai 75 dengan rata-rata nilai fitness 208,65 dan jumlah generasi terbaik adalah 100 dengan rata-rata nilai fitness 236.07. Dalam hasil pengujian analisisis global diperoleh hasil rekomendasi sistem mampu menghasilkan penalty gizi yang lebih baik dari rekomendasi pakar memenuhi kebutuhan gizi keluarga hingga 5% dengan harga yang minimal serta variasi bahan makanan yang lebih beragam.

7. DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Balitbang Kemenkes RI. 2007. Riset Kesehatan

Dasar. Jakarta.

Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.

Hartono, A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit (2nd ed.). Jakarta: Buku Kedokteran

EGC.

Kingham,K. 2009. Kolesterol Tinggi. Jakarta: Erlangga.

Mahmudy, W.F. 2015. Algoritme Evolusi. Fakultas Ilmu Komputer: Universitas Brawijaya.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta.

Rianawati, A., & Mahmudy, W. F. 2015. Implementasi algoritme genetika untuk

optimasi komposisi makanan bagi penderita diabetes melitus. DORO: Repository Jurnal Mahasiswa PTIIK Universitas Brawijaya, vol. 5, no. 14. Wahid, N., & Mahmudy, W.F. 2015. Optimasi

komposisi makanan untuk penderita kolesterol menggunakan algoritme genetika. DORO: Repository Jurnal Mahasiswa PTIIK Universitas Brawijaya, vol. 5, no. 15.

Gambar

Gambar 1. Langkah-langkah sistem menggunakan  algoritme genetika
Gambar 4. Hasil Pengujian jumlah populasi  Berdasarkan Gambar 4 rata-rata nilai fitness  terbesar  yaitu  207,50  yang  dihasilkan  oleh  jumlah  populasi  80
Gambar 6. Hasil pengujian crossover  Hasil  pengujian  crossover  menunjukkan  bahwa metode crossover yang digunakan dapat  mempengaruhi  rata-rata  nilai  fitness  terbaik
Gambar 7. Hasil pengujian angka permutasi  Berdasarkan Gambar 7 rata-rata nilai fitness  tertinggi  menggunakan  angka  permutasi  1-75  dengan rata-rata nilai fitness 208.65

Referensi

Dokumen terkait

Namun, manusia (muslim) wajib berikthiar memperkecil risiko yang timbul. Salah satunya caranya adalah menabung. Tetapi upaya tersebut seringkali tidak memadai, karena

It’s difficult for me to recapture how I truly felt about things then; how I went about my normal routine of working, the evening meal with my parents, going to the

Ridley grimaced, as though unwilling to explain himself, but then tried anyway. He doesn't farm it, he doesn't plant it, he doesn't even graze it. He just owns it and stares at it.

9 Siklus penjualan juga akan berkomunikasi dengan siklus buku besar dan pelaporan keuangan agar seluruh rincian penjualan dan pendapatan yang terkait telah

Ada Dalam transaksi penjualan kredit, bagian ini memiliki tanggung jawab untuk menerima order dari pelanggan, mengedit order dari pelanggan, memberi otorisasi kredit dan

Abby had never seen a wizard before, nor did she know anyone who had, except for her mother, and her mother never spoke of them except to caution that where wizards were concerned,

Bentuk pelaksanaan bimbingan dan konseling bagi anak down syndrom dalam penelitian ini adalah bimbingan konseling Islam menggunakan terapi bermain lompat jingkat

1) Majelis Permusyawaratan Rakyat mendapat kekuasaan secara atributif dari (MPR) yang memeganag kekuasa- UUD 1945 untuk menjalankan negara.. pengawasan kepada para