• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan terhadap masyarakat yang memiliki potensi gagal bayar cukup besar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan terhadap masyarakat yang memiliki potensi gagal bayar cukup besar"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Microfinance merupakan kegiatan penting yang memberikan kesempatan bagi masyarakat kecil untuk dapat melakukan ekspansi usaha dan meningkatkan kesejahteraan. Namun disisi lain, terdapat risiko yang tinggi dalam melakukan pembiayaan terhadap masyarakat yang memiliki potensi gagal bayar cukup besar yang melekat pada golongan masyarakat miskin. Risiko pembiayaan merupakan risiko utama bagi keberlangsungan lembaga keuangan (Mushtaq et al., 2015). Banyak lembaga keuangan mikro yang tidak bisa memprediksi risiko lebih dini sehingga collapse (Rozzani et al., 2017; Mago et al., 2013). Padahal Microfinance memiliki peran dalam perkembangan ekonomi secara makro. Jika dapat dikelola dengan baik, microfinance dapat menggerakkan ekonomi rakyat yang berimplikasi positif terhadap perekonomian nasional (makro). Keberlangsungan microfinance sangat dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi (Manan dan Shafiai, 2015).

Microfinance merupakan sektor keuangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Lembaga yang menangani sektor keuangan mikro merangkul masyarakat miskin dan memberikan layanan layaknya bank seperti simpanan dan kredit mikro (Idowu et al., 2013). Lembaga Keuangan Mikro menurut prinsip operasionalnya ada dua, yaitu Lembaga Keuangan Mikro konvensional (LKM) dan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) adalah lembaga keuangan mikro yang

(2)

menggunakan prinsip syariah dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Salah satu LKMS di Indonesia adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). BPRS merupakan LKM yang berbadan hukum perbankan. LKM yang terdaftar sebagai bank dinilai lebih dewasa dan memiliki kinerja yang lebih baik dalam memberikan pembiayaan, menilai risiko, dan dalam hal kebijakan (Allet dan Hudon, 2015).

Isu mengenai keuangan mikro mulai muncul sejak seorang ahli teori bernama Lysander Spooner menulis tentang manfaat dari mikro kredit bagi para pengusaha kecil dan petani dengan tujuan membebaskan mereka dari belengu kemiskinan pada pertengahan abad ke-18. Kemudian lahir ‘Grameen Bank’ di Bangladesh yang dipelopori oleh Muhammad Yunus pada tahun 1970an, yang memberikan kredit mikro kepada orang-orang miskin (Idowu et al., 2013).

LKM dipercaya dapat menyelesaikan masalah kemiskinan. Beberapa penelitian menjelaskan mengenai peran keuangan mikro dalam menyelesaikan masalah kemiskinan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Kamel dan Jaleel (2016) yang menunjukkan bahwa negara dengan jumlah LKM lebih tinggi, memiliki angka rasio kemiskinan yang lebih rendah. Selain itu, pinjaman yang diberikan LKM berpengaruh negatif terhadap kesenjangan kemiskinan. LKM juga telah meningkatkan pendapatan keluarga di Malaysia, jika dibandingkan dengan pendapatan masyarakat yang belum mendapatkan pelayanan microfinance (Samer, 2015).

Pentingnya lembaga keuangan mikro di tengah masyarakat, membuat LKM harus memiliki kesehatan yang baik untuk dapat bertahan. Rasio kecukupan modal (CAR) merupakan salah satu indikator kesehatan bank menurut Bank

(3)

Indonesia (PBI, 2011). Lembaga keuangan senantiasa harus menjaga kecukupan modalnya sesuai dengan berbagai jenis risiko yang berhubungan dengannya (Srihono, 2006). CAR berfungsi untuk menunjukkan kemampuan suatu lembaga keuangan dalam menyerap risiko dengan modal yang dimiliki.

CAR merupakan kebijakan internasional yang mewajibkan bagi setiap lembaga keuangan untuk menyediakan modal minimum (KPMM). KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) BPRS di Indonesia adalah sebesar 8% dari ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko). Awalnya CAR merupakan ketentuan dari BIS (Bank for International Setlement) yaitu sebesar 8%. Awal ketentuan yang dibuat oleh BIS ini tidak mengikat, tetapi hampir seluruh Bank Sentral di dunia mengadopsi ketentuan BIS tak terkecuali di Indonesia, dengan menerapkan ketentuan ini melalui BI dalam PBI nomor 8/22/PBI/2006 tentang KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum). Namun OJK (Otoritas Jasa Keuangan) berencana untuk mengeluarkan surat edaran yang berisikan kenaikan jumlah minimum Capital Adequacy Ratio pada BPRS yaitu sebesar 12%.

Penelitian ini ingin melihat pengaruh kualitas aset, likuiditas, profitabilitas, deposit, efisiensi, dan makroekonomi terhadap perubahan CAR. Kualitas aset diproksikan dengan NPF, likuiditas diukur dengan FDR dan FAR, ROA dan ROE sebagai indikator profitabilitas, deposit dengan rasio DPK terhadap total aset, dan efisiensi dengan rasio BOPO. Selain itu, makroekonomi yang dipertimbangkan adalah inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat suku bunga Bank Indonesia. Kualitas aset produktif dan likuiditas yang baik menunjukkan manajemen risiko yang baik. CAR dapat menyerap semua risiko yang terjadi

(4)

selama periode tertentu, sehingga lembaga keuangan stabil dalam menghadapi risiko yang mungkin terjadi kapan saja. Karena CAR merupakan salah satu indikator stabilitas lembaga keuangan (Paudel, 2016). Lembaga keuangan dengan stabilitas yang baik menunjukkan ketahanan lembaga keuangan. Karena stabilitas dan ketahanan keuangan memiliki hubungan yang signifikan (Swamy, 2013)

Sebelumnya Mili et al. (2016) juga meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi capital adequacy, namun objeknya adalah perbankan multinasional. Penelitian yang sama juga dilakukan pada objek perbankan nasional (Ansari dan Hafez, 2015; Polat dan Khalaf, 2014; Bateni et al., 2014). Daher et al. (2015) meneliti tentang capital buffer, yang merupakan kebijakan basel III yaitu cadangan modal di luar ketetapan modal minimum. Capital buffer memiliki tujuan yang sama dengan CAR, yaitu agar dapat menyerap risiko lebih terutama risiko sistemik. Namun objek penelitian ini adalah perbankan syariah. Sedangkan penelitian tentang capital adequady pada microfinance pernah dilakukan oleh Paudel (2016) dengan menggunakan data panel koperasi di negara Nepal. Namun penelitian ini tidak menggunakan variabel kontrol dalam model penelitiannya. Selain itu, penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi capital buffer pada microfinance dilakukan oleh Tchuigoua (2016) dengan objek antar negara, termasuk Indonesia. Padahal Indonesia belum menerapkan kebijakan tersebut. Beberapa penelitian di atas menunjukkan hasil yang berbeda-beda, sehingga peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Penelitian ini ingin mengisi ruang kosong penelitian mengenai capital adequacy pada lembaga keuangan mikro khususnya syariah, dengan menggunakan

(5)

data panel seluruh BPRS di Indonesia. Penelitian yang sama sudah banyak dilakukan namun dengan objek perbankan. Penelitian ini ingin melihat apakah kebijakan penyediaan modal minimum pada BPRS dapat menyerap risiko-risiko di lembaga keuangan mikro syariah atau tidak. Sehingga dapat memberikan kontribusi literature mengenai permasalahan di keuangan mikro, khususnya di negara berkembang, karena LKM dinilai sangat cocok diterapkan di negara berkembang (Idowu et al., 2013). Donou dan Sylwester (2016) membuktikan bahwa pembiayaan mikro dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Penelitian ini melibatkan 85 negara berkembang di dunia, salah satunya Indonesia. Di sisi lain, masih sangat sedikit ditemukan penelitian mengenai keuangan mikro, padahal sektor ini berperan penting dalam merangkul masyarakat pedesaan untuk mendapatkan layanan keuangan.

Beberapa uraian di atas menunjukkan betapa pentingnya kecukupan modal lembaga keuangan sebagai upaya mitigasi risiko. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan CAR di BPR Syariah. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Capital Adequacy Ratio (CAR) di Lembaga Keuangan Mikro: Studi pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a.Apakah karakteristik BPRS berupa kualitas aset, likuiditas, profitabilitas, deposit, ukuran BPRS, dan efisiensi berpengaruh terhadap CAR BPR Syariah?

(6)

b.Apakah variabel-variabel makroekonomi berupa inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan suku bunga BI berpengaruh terhadap CAR BPR Syariah?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengukur pengaruh karakteristik keuangan BPRS berupa kualitas aset, likuiditas, profitabilitas, deposit, ukuran BPRS, dan efisiensi terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio) BPR Syariah.

b. Untuk mengukur pengaruh variabel makroekonomi berupa inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan suku bunga BI terhadap CAR pada BPRS.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi pemerintah dan otoritas moneter, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan moneter, khususnya dalam mengembangkan keuangan mikro di Indonesia.

b. Bagi para praktisi lembaga keuangan mikro, hasil penelitian ini dapat digunakan dalam menyusun strategi untuk mengembangkan perusahaan dan dapat menjaga ketahanan sistem keuangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. c. Bagi para akademisi, diharapkan dapat memberikan kontribusi literasi mengenai

(7)

1.5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN:

Berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA:

Penjabaran teori-teori yang digunakan terkait model penelitian dan memberi ulasan singkat mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang sesuai dengan tema yang diangkat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN:

Penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan, desain penelitian, sumber data, teknik analisis data, model regresi dan mendefinisikan variabel-variabel yang digunakan.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN:

Berisikan hasil uji signifikansi variabel-variabel dependen dan independen, dan penjabaran analisis hasil ujinya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN:

Berisikan uraian singkat mengenai hasil penelitian yang ditemukan, implikasi, kelemahan penelitian, dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

(3) bukti memilikiilmu pengetahuan dinilai dari keterampilannya, bukan dari sert ifikatnya, (4) biasanya tidak terlalu terikat dengan ketentuan yang ketat, (5) isi, staf

Pencon bagian depan dari kuningan, bagian bahu dari besi dicat dengan Brom warna kuning emas, rancakan diberi list dengan brom warna kuning emas Pencon bagian depan dari

Modalitas epistemik ’keharusan’ dalam bahasa Minangkabau dialek Pariaman dinyatakan dengan keterangan menjelaskan verba, atau inti dari predikat, seperti kata aruih

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi