• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

K A J I A N

F I S K A L

R E G I O N A L

TRIWULAN II

2019

Penyusun:

(2)

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi kinerja perekonomian suatu wilayah. Adanya panen raya, hari raya Idul Fitri dan proses rekonstruksi rumah penduduk pasca gempa memberikan stimulan untuk perekonomian NTB di triwulan II-2019 hingga pertumbuhannya bisa mencapai 3,14 persen. Sementara, pertumbuhan ekonomi tanpa tambang bijih logam sebesar 5,35 persen. Dibandingkan dengan kondisi triwulan 2017 maupun triwulan II-2018 yang mengalami kontraksi, maka pertumbuhan triwulan II-2019 dikatakan jauh lebih baik.

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan II-2019 atas dasar harga berlaku bernilai Rp33,42 triliun, sedikit lebih tinggi dari PDRB triwulan I-2019 yang bernilai Rp31,24 triliun. Adapun atas dasar harga konstan, PDRB triwulan II-2019 sebesar Rp23,67 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2019 sebesar Rp22,40 triliun.

Provinsi NTB masih bertumpu pada kategori pertanian dengan andilnya yang mencapai 24,65 persen di triwulan II-2019. Kategori pertambangan selalu mendominasi pertumbuhan ekonomi NTB selama bertahun-tahun. Namun dalam beberapa triwulan terakhir, dominasi pertambangan semakin melemah. Setelah pada triwulan I tersalip oleh kategori perdagangan, pada triwulan II-2019 kembali tergeser posisinya oleh kategori konstruksi.

Laju inflasi di Provinsi NTB akhir triwulan II-2019 yaitu Bulan Juni 2019 terjadi inflasi sebesar 0,54 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 136,30. Tiga komponen terbesar penyumbang inflasi tersebut yaitu karena adanya kenaikan harga pada Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 0,94 persen; Kelompok Sandang sebesar 0,62 persen; dan Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,59 persen. Jika dibandingkan dengan kondisi Juni 2018 (0,76), maka inflasi yang terjadi di Juni 2019 relatif lebih rendah dimana inflasi di NTB dihitung di dua kota yaitu Kota Mataram dan Kota Bima.

Dari sisi kesejahteraan, terdapat peningkatan kesejahteraan masyarakat NTB yang tercermin dari menurunnya persentase penduduk miskin menjadi 14,56 persen pada periode Maret 2019 dari sebelumnya 14,75 persen (Maret 2018). Kesenjangan pendapatan penduduk sempat melebar pada September 2018, namun pada Maret 2019 berkurang menjadi 0,379. Kontinuitas dari penurunan angka kemiskinan perlu dipertahankan dengan menjaga stabilitas harga dan garis kemiskinan.

Pembangunan manusia berbasis gender di Provinsi NTB cenderung mengalami perbaikan walau lambat pergerakannya, dimana Indeks Pembangunan Gender (IPG) pada tahun 2018 mencapai 90,37 sementara di tahun 2010 tercatat sebesar 86,53.

Perkembangan dan Analisis APBN di Tingkat Regional

Apabila dibandingkan pelaksanaan APBN di Provinsi NTB periode triwulan II-2018, pada triwulan II-2019 terjadi penurunan persentase realisasi pendapatan terhadap pagu dari 46,37 persen (Rp1,55 triliun) menjadi 39,63 persen (Rp1,45 triliun). Penurunan pendapatan negara ini sebagai akibat dari penurunan penerimaan perpajakan sebesar 7,30 persen dan penurunan penerimaan negara bukan pajak sebesar 1,6 persen. Realisasi pendapatan Negara sampai dengan triwulan II-2019 terdiri dari penerimaan pajak (Rp1,23 triliun) dan penerimaan bukan pajak (Rp218,61 miliar)

Untuk tingkat penyerapan belanja negara, terjadi sedikit peningkatan dari 45,28 persen (Rp10,67 triliun) pada triwulan II-2018 menjadi 45,4 persen (Rp11,33 triliun) pada triwulan II-2019. Belanja Negara terdiri dari belanja pemerintah pusat dengan realisasi Rp3,32 triliun dan TKDD sebesar Rp8,01 triliun.

(3)

Total pagu belanja Pemerintah Pusat tahun 2019 di Provinsi NTB sebesar Rp8,48 triliun. Kenaikan alokasi pagu belanja negara tersebut berasal dari belanja modal yang meningkat dari Rp1,94 triliun menjadiRp2,33 triliun di tahun 2019. Kenaikan alokasi pagu belanja modal yang cukup signifikan ini (Rp385,33 miliar) sejalan dengan upaya pemerintah untuk pemulihan dan rekonstruksi atas bencana gempa tahun 2018. Sampai dengan triwulan II-2019 realisasi belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp3,32 triliun yang terdiri dari belanja barang sebesar 43,3 persen, belanja pegawai sebesar 41,6 persen, belanja modal sebesar 15 persen dan bantuan sosial hanya 0,1 persen. Persentase realisasi anggaran terhadap pagu mengalami sedikit peningkatan dari 45,3 persen pada triwulan II-2018 menjadi 45,4 persen pada triwulan II-2019

Alokasi pagu TKDD Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2019 sebesar Rp16,45 triliun terdiri dari alokasi pagu Transfer ke Daerah sebesar Rp15,27 triliun dan Dana Desa sebesar Rp1,18 triliun. Dibandingkan dengan tahun 2018, alokasi pagu TKDD tahun 2019 ini meningkat sebesar 7,2 persen. Realisasi TKDD triwulan II-2019 mencapai Rp8,01 triliun atau 48,7 persen dari pagu. Kontribusi terbesar terhadap realisasi TKDD adalah realisasi DAU sebesar Rp5,17 triliun (64,6 persen) diikuti realisasi DAK sebesar Rp1,58 triliun (19,7 persen), Dana Insentif Daerah sebesar Rp221,46 miliar (2,8 persen).

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Provinsi NTB sampai dengan triwulan II-2019 adalah sebesar Rp1,34 triliun yang diberikan kepada 44.195 debitur (berdasarkan data Sistem Informasi Kredit Program). Jumlah penyaluran KUR terbesar di Provinsi NTB terdapat di Kabupaten Lombok Timur sebanyak Rp285,78 miliar (21,2 persen) dengan jumlah debitur terbanyak yaitu 10.328 debitur (23,4 persen).

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

Target Pendapatan APBD tahun 2019 adalah sebesar Rp21,31 triliun. Peningkatan tersebut disebabkan kenaikan alokasi Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Sementara itu pagu belanja APBD tahun 2019 sebesar Rp21,80 triliun, meningkat sebesar 3,71 persen dari tahun sebelumnya yang antara lain disebabkan karena terdapat peningkatan pagu belanja hibah sebesar Rp295,01 miliar.

Sampai dengan triwulan II-2019, pendapatan pemda Provinsi NTB sebesar Rp9,94 triliun atau 46,63 persen. Realisasi PAD Pemda se Provinsi NTB sampai dengan triwulan II-2019 sebesar Rp1,46 triliun atau 41,75 persen dari targetyang mengalami pertumbuhan 0,85 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018. Sedangkan realisasi Pendapatan Transfer secara agregat di Provinsi NTB sampai dengan triwulan II-2019 mencapai Rp7,09 triliun atau 47,16 persen.. Realisasi Pendapatan Transfer terbesar adalah Dana Alokasi Umum (DAU) yaitu sebesar Rp5,17 triliun atau 72,87 persen dari total pendapatan transfer dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp1,56 triliun atau 22,01 persen. Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah di Provinsi NTB sampai dengan triwulan II-2019 mencapai Rp1,38 triliun atau 49,84 persen.

Realisasi Belanja Daerah di lingkup Provinsi NTB sampai dengan triwulan II-2019 adalah sebesar Rp7,15 triliun (32,81 persen dari total alokasi pagu Belanja). Kontribusi belanja operasi sebesar Rp6,17 triliun terdiri dari realisasi belanja pegawai sebesar Rp3,5 triliun, belanja barang Rp1,39 triliun, belanja bunga sebesar Rp1,06 triliun, belanja subsidi sebesar Rp1,5 triliun, belanja hibah sebesar Rp720,38 triliun, belanja bantuan sosial sebesar Rp38,1 miliar dan belanja bantuan keuangan sebesar Rp511,06 miliar. Sementara realisasi belanja modal sebesar Rp494,03 miliar atau 11,49 persen, jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 23,77 persen.

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian(APBN dan APBD)

Sampai dengan triwulan II-2019, Pendapatan Negara Konsolidasian mengalami kenaikan sebesar 9,22 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (Rp3,02 triliun

(4)

menjadi Rp3,29 triliun). Demikian juga dengan Belanja Negara Konsolidasian yang naik sebesar 3,38 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yaitu dari Rp10,33 triliun menjadi Rp10,68 triliun.

Proporsi pendapatan Negara konsolidasian terdiri dari 43,94 persen Pemerintah Pusat dan 56,06 persen Pemerintah Daerah. Pendapatan Negara konsolidasian terdiri dari penerimaan perpajakan konsolidasian di Provinsi NTB yang mencapai Rp2,07 triliun turun sebesar 2,31 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya penurunan jumlah penerimaan pajak perdagangan internasional sebesar 64,7 persen meskipun penerimaan pajak dalam negeri naik 8,6 persen. Kemudian PNBP konsolidasian sebesar Rp1,05 triliun, Hibah konsolidasian sebesar Rp152,87 miliar dan transfer konsolidasian sebesar Rp28,77 miliar.

Sampai dengan triwulan II-2019 di Provinsi NTB total Belanja Pemerintah Daerah lebih besar dari total Belanja Pemerintah Pusat. Realisasi Belanja dan Transfer Konsolidasian mencapai Rp10,68 triliun, yang terdiri dari 63,8 persen bersumber dari anggaran pemerintah daerah dan sisanya sebesar 36,2 persen dari anggaran pemerintah pusat. Realisasi Belanja Pemerintah Konsolidasian triwulan II-2019 sebesar Rp9,47 triliun yang terdiri dari Belanja Pegawai sebesar 51,5 persen, Belanja Barang sebesar 29,9 persen, Belanja Modal sebesar 10,5 persen, Belanja Hibah sebesar 7,6 persen, Belanja Bantuan Sosial sebesar 0,4 persen.

Berita/ Isu Fiskal Regional Terpilih

Diversifikasi ekonomi diharapkan bisa menjadi solusi atas kondisi perekonomian NTB yang masih bergantung pada sektor tambang. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan Setidaknya ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk melakukan diversifikasi ekonomi di wilayah NTB. Pertama dengan melakukan hilirisasi tambang dan mulai mengurangi ketergantungan terhadap sektor tersebut. Kedua Pariwisata sebagai quick win yang dapat digunakan NTB untuk menghasilkan devisa dan pemacu ekonomi daerah. Hal tersebut tentunya juga harus ditunjang dengan percepatan akselerasi infrastruktur pariwisata yang menunjang. Ketiga penguatan peternakan.

Sedangkan, terkait penyaluran Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik di wilayah NTB, pada periode triwulan II tahun 2019 data sampai 31 Mei 2019 baru terserap sebesar 4,8 persen. Dari alokasi pagu DAK Fisik Tahun 2019 untuk lingkup NTB sebesar Rp2,56 triliun, baru terealisasi sebesar Rp123,01 miliar. Rendahnya penyerapan DAK Fisik antara lain disebabkan dari sejumlah bidang DAK Fisik masih dalam proses pengadaan dan lelang, serta adanya kebijakan baru di tahun 2019 yaitu adanya reviu oleh Inspektorat Daerah atas penyerapan dan capaian output DAK Fisik di tahun sebelumnya.

Selain itu, khusus di wilayah terdampak bencana gempa bumi, telah diterbitkan kebijakan khusus dalam rangka mendukung percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana gempa bumi dimana untuk penyampaian dokumen persyaratan tahap I disampaikan ke KPPN paling lambat tanggal 21 Agustus. Untuk wilayah NTB terdapat 8 (delapan) wilayah yang terdampak, yaitu Provinsi NTB, Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat. Sementara, untuk 3 (tiga) wilayah lainnya (Kabupaten Bima, Kota Bima dan Kabupaten Dompu) batas penyampaian adalah tanggal 21 Juli.

Berbagai upaya dilakukan oleh Kanwil DJPb Provinsi NTB, antara lain dengan menyelenggarakan Rapat Koordinasi Percepatan Penyaluran DAK Fisik bersama seluruh pemda. Selain itu, Kepala Kanwil DJPb Provinsi NTB terus melakukan koordinasi secara langsung dan intens dengan kepala daerah dalam rangka mendorong percepatan penyaluran DAK Fisik serta menggali informasi atas kendala dan hambatan dalam penyaluran DAK Fisik.

(5)

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga laporan Kajian Fiskal Regional Triwulan II -2019 Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat diselesaikan. Kajian ini disusun sebagai bagian dari tanggung jawab Kantor Wilayah selaku penyelenggara fungsi representasi Kementerian Keuangan sebagai Pengelola Fiskal di wilayah NTB, sesuai amanat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.01/2016.

Data pokok yang disajikan dalam Kajian Fiskal Regional ini merupakan data terkait implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Triwulan II-2019 di wilayah NTB, baik yang berada dalam pengelolaan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah serta data statistik ekonomi yang melaporkan perkembangan kegiatan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat selama Triwulan II-2019. Data diolah dan disajikan dengan memperhatikan maksud Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-61/PB/2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional.

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak mitra kerja yang telah turut andil. Kami menyadari bahwa penyusunan kajian ini masih memiliki kekurangan dan kemungkinan kesalahan. Atas kesadaran tersebut, kami mengharapkan masukan dan kritik yang membangun sehingga kami dapat meningkatkan kualitas Kajian di masa mendatang. Semoga laporan hasil Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2019 ini dapat bermanfaat dan informatif.

Demikian kiranya maklum, atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih. Selamat Membaca dan Mempelajari hasil kajian ini. Semoga Bermakna.

Wassalaamualaikum wr.wb.

Mataram, 12 Agustus 2019 Kepala Kantor Wilayah,

Syarwan

Kata Pengantar

(6)

BAB I

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL Produk Domestik Regional Bruto 1

Inflasi 3 Kemiskinan dan Gini Rasio 4 Ketenagakerjaan 5 Pembangunan Gender 6

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

Pendapatan Negara 8 Belanja Negara 9 Prognosis Realisasi APBN Sampai Dengan Akhir Tahun 2019 11

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBD

Pendapatan Daerah 14 Belanja Daerah 17 Prognosis Realisasi APBD 18

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian 19 Pendapatan Konsolidasian 19 Belanja Konsolidasian 21 Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam PDRB 23

BAB V BERITA/ ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH

Hilirsasi Industri 24 Penyaluran DAK Fisik 25

(7)

Tabel 1.1. Inflasi Juni 2019 Wilayah Bali Nusra

4 Tabel 1.2. Produktivitas Tenaga Kerja NTB Tahun 2015-2018 6 Tabel 2.1. Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan

II-2018 dan Triwulan II-2019 7 Tabel 2.2. Penyaluran KUR/UMI per Skema Provinsi NTB s.d. Triwulan II-2019 11

Tabel 2.3. Penyaluran KUR per Sektor di Provinsi NTB s.d. Triwulan II-2019 11 Tabel 2.4. Penyaluran KUR per Penyalur di Provinsi NTB s.d. Triwulan II-2019 11 Tabel 2.5. Prognosis Realisasi APBN Provinsi NTB s.d. Triwulan IV-2019 12 Tabel 3.1. Realisasi APBD Lingkup Provinsi NTB s.d. Triwulan 2019 dan Triwulan

II-2019 13 Tabel 3.2. Rasio PAD Triwulan II-2019 14 Tabel 3.3. Penerimaan HKYD s.d. Triwulan II-2019 16 Tabel 3.4. Rasio Belanja Modal Triwulan II-2019 18 Tabel 3.5. Prognosis APBD s.d Triwulan II-2019 18 Tabel 4.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi

NTBTriwulan II-2019 19 Tabel 4.2. Tabel Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pempus dan Pemda di Wilayah

Provinsi NTB Triwulan II-2018 dan Triwulan II-2019 21 Tabel 4.3. Investasi Provinsi NTB Triwulan I-II 2019 23 Tabel 4.4. Kontribusi Pemerintah Dalam PDRB Provinsi NTB 23

(8)

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (y on y) Provinsi NTB 2015-2019 1 Grafik 1.2. Andil dan Laju Pertumbuhan Komponen PDRB Menurut Pengeluaran

Triwulan II-2019

2

Grafik 1.3. Inflasi Provinsi NTB Periode Juni 2018 – Juni 2019 3

Grafik 1.4. Inflasi Bulanan Kota Mataram, Kota Bima dan Gabungan Tahun 2019 3 Grafik 1.5. Persentase Penduduk Miskin dan Gini Rasio Provinsi NTB 2015-2019 4 Grafik 1.6. Garis Kemiskinan Provinsi NTB 2015-2019 5 Grafik 1.7. Indeks Pembangunan Gender Provinsi NTB 2010-2018 6 Grafik 2.1. Penerimaan Perpajakan Triwulan II-2018 dan Triwulan II-2019 8 Grafik 2.2. Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat triwulan II-2019 9 Grafik 2.3. Pagu dan Realisasi TKDD Triwulan II-2019Provinsi NTB 10 Grafik 2.4. Penyaluran KUR per Kabupaten/Kota s.d Triwulan II-2019 10 Grafik 3.1. Total Target dan Realisasi PAD Agregat s.d. Triwulan II-2018 dan

Triwulan II-2019 14 Grafik 3.2. Laju Pertumbuhan PAD Triwulan II-2019 15 Grafik 3.3. Penerimaan Pajak Daerah s.d. Triwulan II-2019 15 Grafik 3.4. Penerimaan Retribusi Daerah s.d. Triwulan II-2019 16 Grafik 3.5. Pendapatan Transfer s.d Triwulan II-2019 16 Grafik 3.6. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah s.d. Triwulan II-2019 17 Grafik 3.7. Realisasi Belanja Daerah Lingkup Provinsi Daerah s.d. Triwulan II-2019 18 Grafik 4.1. LKPK Kanwil DJPB Provinsi NTBTriwulan II 2018 dan Triwulan II-2019 19

Grafik 4.2. Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah Terhadap Penerimaan Konsolidasian Provinsi NTB Triwulan II-2019

20 Grafik 4.3. Perbandingan Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat dan Daerah

Terhadap Penerimaan Konsolidasian Provinsi NTB Triwulan II-2019 20 Grafik 4.4. Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah Terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pada Provinsi NTB

Triwulan II-2019 22

Grafik 4.5. Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi NTB Triwulan II-2019 22 Grafik 4.6. Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi NTB Triwulan II-2018 22

(9)

Gambar 1.1. Top 5 Kontribusi Lapangan Usaha Provinsi NTB Triwulan I-II Tahun

2019 2

Daftar Gambar

(10)
(11)

Kondisi perekonomian regional memberi sinyal pembangunan apakah sesuai dengan target yang ditentukan. Melalui indikator ekonomi dapat dilihat perilaku pasar, stabilitas harga, dan aspek lainnya yang berpengaruh tidak hanya pada dunia perekonomian, namun juga dapat terkait dengan sisi kehidupan sosial dan bahkan tak jarang dapat mempengaruhi dunia politik. Indikator perekonomian regional akan memberikan gambaran perkembangan suatu daerah dan dampaknya pada kesejahteraan masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi indikator kinerja perekonomian suatu wilayah. Adanya pertambangan bijih logam di Kabupaten Sumbawa Barat, mampu melambungkan pertumbuhan ekonomi NTB ke titik tertinggi di triwulan III-2015 dan juga menurunkan-nya seperti yang terjadi di triwulan

III-2018. Namun demikian Provinsi NTB terus berbenah dan berusaha mengurangi dominasi dari pertambangan dengan berusaha mengoptimalkan kinerja lapangan usaha lain yang potensial.

Adanya panen raya, hari raya Idul Fitri dan proses rekonstruksi rumah penduduk pasca gempa memberikan stimulan untuk perekonomian NTB di triwulan II-2019 hingga pertumbuhannya bisa mencapai 3,14 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi tanpa tambang bernilai 5,35 persen. Dibandingkan dengan kondisi triwulan II-2017 maupun triwulan II-2018, maka pertumbuhan triwulan II-2019 dapat dikatakan jauh lebih baik sebab pada triwulan II-2017 maupun 2018 mengalami kontraksi.

Hingga akhir tahun 2018, PDRB atas dasar harga berlaku telah mencapai level Rp123,87 triliun dan atas dasar harga konstan mencapai Rp90,32 triliun. Pada triwulan II-2019 PDRB atas dasar harga berlaku bernilai Rp33,42 triliun, sedikit lebih tinggi dari PDRB pada triwulan I-2019 yang bernilai Rp31,24 triliun. Adapun atas dasar harga konstan, PDRB triwulan II-2019 bernilai Rp23,67 triliun sedangkan pada triwulan I-2019 hanya mencapai Rp22,40 triliun.

20,62 21,15 34,08 12,05 8,29 8,40 3,223,76 -3,25-1,53 4,25 0,610,06 -1,26 -14,12 -1,432,20 3,14

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

A

Sumber: BPS Provinsi NTB

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (y on y) Provinsi NTB, 2015-2019 (persen)

(12)

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI NTB TRIWULAN II 2019

2

A.1 PDRB Lapangan Usaha

Provinsi NTB masih bertumpu pada kategori pertanian dengan andilnya yang mencapai 24,65 persen pada triwulan II-2019. Kategori pertambangan selalu mendominasi pertumbuhan ekonomi NTB selama bertahun-tahun. Namun dalam beberapa triwulan terakhir, dominasi pertambangan semakin melemah. Setelah tersalip oleh kategori perdagangan, pada triwulan II-2019 pertambangan kembali tergeser posisinya oleh kategori konstruksi.

Menjadi kategori dengan pertumbuhan tertinggi di triwulan II-2019 yaitu sebesar 11,13 persen, kategori konstruksi meng-geser posisi kategori pertambangan. Kontribusi kategori pertanian, perdagangan dan transportasi

dalam membentuk PDRB Provinsi NTB juga semakin menguat di triwulan II-2019 ini.

A.2. PDRB Pengeluaran

Puncak pesta demokrasi Indonesia yang juga dirasakan NTB pada April 2019 telah meningkatkan laju pertumbuhan komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (PKLNPRT). Banyaknya Non Goverment

Organization (NGO) yang bergerak dalam proses pemulihan gempa di NTB juga ikut

menstimulan pertumbuhan PKLNPRT (tumbuh 10,08 persen) sekaligus Investasi yang dicerminkan oleh PMTB (tumbuh 7,48

persen). Pengeluaran Konsumsi Pemerintah menyusul dengan pertumbuhan sebesar 7,14 persen. Kuatnya pertumbuhan 3 komponen ini disertai dengan andilnya yang cukup besar dalam membentuk PDRB menurut pengeluaran telah menyelamatkan perekonomian NTB dari kontraksi yang diakibatkan oleh melemahnya ekspor.

Triwulan I-2019 23,45% 14,88% 14,37% 9,93% 7,30% Triwulan II-2019 24,65% 15,54% 11,10% 10,89% 8,05% 62,90 1,70 15,86 38,20 0,60 4,24 2,66 -20,84 3,45 10,08 7,14 7,48 -5,68 -54,73 -38,38 -8,11 Andil Pertumbuhan Sumber: BPS Provinsi NTB

Gambar 1.1 Top 5 Kontribusi Lapangan Usaha Provinsi NTB Triwulan I dan II 2019 (persen)

Sumber: BPS Provinsi NTB

Grafik 1.2 Andil dan Laju Pertumbuhan Komponen PDRB Menurut Pengeluaran

(13)

Adanya inflasi ternyata bisa menjadi katalis agar perekonomian bisa tumbuh, dengan catatan inflasi tersebut terkontrol. Laju inflasi di Provinsi NTB di akhir triwulan II-2019 yaitu Juni II-2019 terjadi inflasi sebesar 0,54 persen dengan IHK sebesar 136,30. Dengan angka inflasi tersebut, maka laju inflasi Nusa Tenggara Barat tahun kalender (Desember 2018–Juni 2019) mencapai 1,72 persen dan laju inflasi ’tahun ke tahun’ (Juni 2018–Juni 2019) mencapai 3,39 persen.

Inflasi Nusa Tenggara Barat bulan Juni 2019 sebesar 0,54 persen terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan dengan kenaikan indeks pada Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar sebesar 0,94 persen; Kelompok Sandang sebesar 0,62 persen;

Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,59 persen; Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan sebesar 0,32 persen; Kelompok Kesehatan sebesar 0,26 persen; Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 0,25 persen; Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah raga sebesar 0,00 persen. Yang menjadi menarik adalah bahwa kenaikan harga batu bata/batu memegang peran besar dalam pembentukan inflasi di Bulan Juni 2019. Adanya kegiatan konstruksi pembangunan kembali rumah warga yang rusak akibat gempa di triwulan II-2019 telah mengakibatkan harga batu bata merangkak naik dan bahkan sempat mengalami kelangkaan di lapangan.

Jika dibandingkan dengan kondisi Juni 2018, maka inflasi yang terjadi di Juni 2019 relatif lebih rendah. Inflasi di Provinsi NTB dihitung di dua kota yaitu Kota Mataram dan Kota Bima. Kondisi Juni 2018, Inflasi Kota Mataram mencapai 0,63 persen sedangkan Kota Bima lebih rendah hanya sebesar 0,16 persen. Tingginya inflasi di Kota Mataram telah menarik Inflasi di Provinsi NTB ke level 0,54 persen.

0,76 0,64 -0,10 -0,28 0,40 0,340,62 0,51 -0,33-0,22 0,400,82 0,54 Juni

'18 Juli Agu Sept Okt Nov Des Jan'19 Feb Mar Apr Mei Juni

0,44 0,63 0,76 0,16 0,51 0,54

Jan Feb Mar Apr Mei Juni

Mataram Bima NTB

INFLASI

B

Sumber: BPS Provinsi NTB

Grafik 1.3 Inflasi Provinsi NTB Periode Juni

2018 – Juni 2019 (persen)

Sumber: BPS Provinsi NTB

Grafik 1.4 Inflasi Bulanan Kota Mataram, Kota Bima dan Gabungan Januari-Juni

(14)

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI NTB TRIWULAN II 2019

4

Dalam skala Nasional, inflasi yang dialami oleh NTB pada Bulan Juni 2019 sedikit lebih rendah dibanding inflasi nasional yang bernilai 0,55 persen. Ibukota Provinsi NTT yaitu Kupang justru mengalami deflasi pada Juni 2019 sebesar 0,31 persen , sedangkan ibukota Bali yaitu Denpasar mengalami inflasi tipis sebesar 0,04 persen saja. Mayoritas penduduk di kedua provinsi tetangga kita ini

memiliki latar belakang agama yang berbeda sehingga pola musiman yang diakibatkan oleh hari raya Idul Fitri maupun ramadhan yang terjadi di triwulan II-2019 tidak tampak banyak mempengaruhi inflasi di sepanjang triwulan II mereka.

Kemiskinan dan ketimpangan adalah masalah sosial yang selalu menjadi sorotan, sekaligus menjadi penilaian kinerja pemerintah. Setiap kebijakan yang diambil baik itu kebijakan ekonomi maupun sosial harus memiliki efek positif terhadap penurunan kemiskinan dan berkurangnya kesenjangan antar penduduk. Sejatinya tidak kemiskinan dan ketimpangan akan selalu ada dimanapun, namun bagaimana diperlukan langkah pengendaliannya agar tidak menghambat pembangunan.

Persentase penduduk miskin di Provinsi NTB semakin berkurang setiap tahunnya, namun kesenjangan penduduk yang tergambar dari Gini Rasio nampak berfluktuatif. Adanya bencana gempa yang melanda Provinsi NTB sempat dikhawatirkan akan

mening-katkan persentase penduduk miskin dan menambah kesenjangan penduduk. Namun dengan cepatnya proses tanggap bencana dan pemulihanya, persentase penduduk miskin Maret 2019 dapat dapat berkurang walau hanya sebesar 0,07 persen saja. Kesenjangan penduduk sempat melebar pada September 2018, namun pada Maret 2019 berkurang menjadi 0,379. Kontinuitas dari penurunan angka kemiskinan perlu

0,37 0,36 0,36 0,37 0,37 0,38 0,37 0,39 0,38 17,10 16,54 16,48 16,02 16,07 15,05 14,75 14,63 14,56 1 2 3 4 5 6 7 8 9 ,34000 ,35000 ,36000 ,37000 ,38000 ,39000 ,4000 13,000 13,5000 14,000 14,5000 15,000 15,5000 16,000 16,5000 17,000 17,5000

Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18 Sep-18 Mar-19

Gini Ratio Kemiskinan

Sumber: BPS Provinsi NTB

Tabel 1.1 Inflasi Juni 2019 Wilayah Bali-Nusa Tenggara (persen)

KEMISKINAN DAN GINI RATIO

C

Sumber: BPS Provinsi NTB

Grafik 1.5 Persentase Penduduk Miskin dan Gini Rasio Provinsi NTB 2015-2019

(15)

dipertahankan. Untuk itu menjaga stabilitas harga dan garis kemiskinan menjadi agenda penting yang perlu dilakukan.

Pada posisi Maret 2015 garis kemiskinan masih bernilai Rp 314.238 per kapita per bulan. Seiring dengan berkembangnya harga, hingga Maret 2019 garis kemiskinan telah meningkat menjadi Rp 384.880 per kapita per bulan. Dengan rata-rata anggota rumah tangga di Provinsi NTB

sebanyak 4 orang (family size), maka pada Maret 2019 rumah tangga dengan pengeluaran kurang dari Rp1,54 juta akan jatuh sebagai rumah tangga miskin. Upah Minimum Provinsi NTB di tahun 2019 telah mencapai Rp2.012.610. Dengan nilai UMP yang telah jauh melampaui garis kemiskinan 2019, seharusnya mampu mengangkat penghasilan penduduk dan mengeluarkannya dari kemiskinan. Sayangnya kebijakan UMP ini masih banyak yang belum diterapkan oleh para pengusaha di Provinsi NTB. Setidaknya kebijakan yang telah dituangkan pemerintah ini dapat menjadi salah satu jaring pengaman untuk mengurangi angka kemiskinan sekaligus menurunkan kesenjangan antar penduduk di Provinsi NTB.

Tenaga kerja merupakan modal dasar bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, asalkan tenaga kerja tersebut sebagai sumber daya ekonomi dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Peningkatan produksi dan produktivitas kerja sangat ditentukan oleh kemampuan pekerja, baik di tingkat bawah maupun di level pimpinan yang mampu menjadi penggerak tenaga kerja yang ada dibawahnya untuk bekerja secara produktif. Salah satu cara untuk mengukur produktivitas pekerja adalah membuat rasio antara PDRB atas Dasar Harga Konstan dengan jumlah penduduk yang bekerja.

Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi NTB pada Februari 2019 telah mencapai 3,27 persen setelah pada Agustus 2018 bernilai 3,72 persen. Pada tahun 2018 produktivitas pekerja di Provinsi NTB mencapai Rp41,93 juta per orang per tahun.

314.238 322.689 333.996 336.573 345.341 352.690 365.901 373.566 384.880

Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18 Sep-18 Mar-19

Sumber: BPS Provinsi NTB

Grafik 1.6 Garis Kemiskinan Provinsi NTB 2015-2019 (Rp/kapita/bulan)

KETENAGAKERJAAN

D

(16)

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI NTB TRIWULAN II 2019

6

Produktivitas ini hampir menandingi produktivitas yang dicapai pada tahun 2015 yang mencapai Rp41,99 juta per orang per tahun. Tingginya produktivitas di tahun 2015 tidaklah mengherankan sebab pada tahun tersebut pertumbuhan ekonomi NTB menembus nilai tertinggi sebesar 21,76 persen. Yang menjadi menarik adalah bahwa produktivitas tenaga kerja pada tahun 2018 mampu menandinginya padahal di tahun itu pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTB mengalami

kontraksi sebesar 4,56 persen. Fenomena ini terjadi tidak lepas dari andil lapangan usaha pertambangan yang pada tahun 2015 mulai kembali melakukan ekspor biji logam, dan di tahun 2015 mengalami penurunan nilai ekspor. Diharapkan dengan telah bergesernya kategori pertambangan dari dominasi perekonomian NTB, produktivitas tenaga kerja di NTB akan semakin meningkat sehingga semakin menggerakkan roda perekonomian.

Pembangunan manusia berbasis gender di Provinsi NTB cenderung mengalami perbaikan walau lambat pergerakannya. Hal ini tercermin dari Indeks Pembangunan Gender (IPG) yang mencapai 90,37 di tahun 2018 sementara pada tahun 2010 hanya mencapai 86,53.

Lonjakan perbaikan pembangunan berbasis gender di Provinsi NTB nampak jelas tergambar dari grafik 1.7. Walau mengalami peningkatan tajam, nilai IPG yang belum mencapai 100 menggambarkan bahwa masih ada ketimpangan pembangunan manusia antara laki – laki dan perempuan. IPG dapat berfluktuasi, sebagaimana pada tahun 2016 yang sempat mengalami penurunan. Untuk itu pemerintah

perlu terus mengevaluasi pembangunan berbasis gender agar terus mengalami peningkatan.

PEMBANGUNAN GENDER

E

Sumber: BPS Provinsi NTB

Grafik 1.7 Indeks Pembangunan Gender Provinsi NTB 2010-2018 86,53 87,60 88,85 89,44 90,02 90,23 90,0590,36 90,37 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 Tahun PDRB Adh Konstan (Juta Rp) Penduduk Bekerja (orang) Produktivitas Pekerja (Juta Rp /Orang/tahun) (1) (2) (3) (4) 2015 89.337.986 2.127.503 41,99 2016 94.524.290 2.367.310 39,93 2017 94.639.544 2.316.720 40,85 2018 90.323.420 2.154.120 41,93 Sumber: BPS Provinsi NTB

(17)
(18)

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI NTB TRIWULAN II 2019 7 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrumen yang mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan serta prioritas pembangunan secara umum. Apabila dibandingkan pelaksanaan APBN di Provinsi Nusa Tenggara Barat periode triwulan II-2019 dengan triwulan II-2018 terjadi penurunan persentase realisasi pendapatan terhadap pagu dari 46,4 persen menjadi 39,6 persen.

Realisasi pendapatan juga mengalami penurunan dari semula Rp1,55 triliun pada triwulan II-2018 menjadi Rp1,45 triliun pada triwulan II-2019. Penurunan pendapatan negara ini akibat dari penurunan penerimaan perpajakan sebesar 7,3 persen dan penurunan penerimaan negara bukan pajak sebesar 1,6 persen. Penurunan realisasi pendapatan ini kontradiksi dengan meningkatnya target pendapatan dari Rp3,36 triliun di tahun 2018 menjadi Rp3,65 triliun di tahun 2019. Penurunan pendapatan di sektor perpajakan dan bukan pajak ini didasarkan pada asumsi bahwa wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat masih pada tahap pemulihan kondisi perekonomian setelah peristiwa gempa bumi pada pertengahan tahun 2018 sampai dengan awal tahun 2019.

Untuk belanja negara, persentase realisasi anggaran terhadap pagu mengalami sedikit peningkatan dari 45,3 persen pada triwulan II-2018 menjadi 45,4 persen pada triwulan II-2019. Sedangkan alokasi pagu belanja meningkat dari Rp23,57 triliun pada tahun 2018 menjadi Rp24,94 triliun pada tahun 2019. Kontribusi terbesar kenaikan alokasi pagu belanja negara tersebut berasal dari belanja modal yang meningkat dari Rp1,94 triliun menjadiRp2,33 triliun di tahun 2019. Kenaikan alokasi pagu belanja modal

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

A. Pendapatan dan Hibah 3.362,74 1.559,25 46,37% 3.658,53 1.449,90 39,63% I. Penerimaan Dalam Negeri 3.362,74 1.559,25 46,37% 3.658,53 1.449,90 39,63% 1. Penerimaan Perpajakan 3.113,18 1.359,31 43,66% 3.380,16 1.231,28 36,43% 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 249,56 199,94 80,12% 278,37 218,62 78,53%

II. Hibah 0,00 0,00 - 0,00 0,00

-B. Belanja Negara 23.571,34 10.672,57 45,28% 24.942,50 11.331,47 45,43% I. Belanja Pemerintah Pusat 8.215,99 2.819,87 34,32% 8.486,30 3.321,78 39,14%

1. Belanja Pegawai 2.799,92 1.260,12 45,01% 2.723,04 1.380,59 50,70%

2. Belanja Barang 3.452,90 1.207,59 34,97% 3.414,18 1.437,55 42,11%

3. Belanja Modal 1.945,01 345,98 17,79% 2.330,34 499,85 21,45%

8. Bantuan Sosial 18,16 6,19 34,08% 18,74 3,80 20,25%

II. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 15.355,36 7.852,70 51,14% 16.456,20 8.009,68 48,67% 1. Transfer ke Daerah 14.374,55 7.264,61 50,54% 15.274,87 7.300,89 47,80% a. Dana Perimbangan 14.069,30 7.111,99 50,55% 15.028,35 7.079,42 47,11% 1. Dana Alokasi Umum 8.564,17 4.994,13 58,31% 8.875,18 5.172,81 58,28% 2. Dana Bagi Hasil 1.113,48 402,14 36,12% 953,44 325,36 34,12% 3. Dana Alokasi Khusus 4.391,65 1.715,72 39,07% 5.199,73 1.581,26 30,41% b. Dana Otonomi Khusus & DID 305,25 152,63 50,00% 246,52 221,46 89,83%

2. Dana Desa 980,81 588,09 59,96% 1.181,33 708,80 60,00%

C. Surplus/Defisit Anggaran -20.208,60 -9.113,32 45,10% -21.283,97 -9.881,57 46,43%

Sumber: OM SPAN (diolah)

Tabel 2.1

Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan II Tahun 2018 & Triwulan II Tahun 2019

(Miliar Rupiah)

(19)

yang cukup signifikan ini (Rp385,33 miliar) sejalan dengan upaya pemerintah untuk pemulihan dan rekonstruksi atas bencana gempa.

Alokasi pagu Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2019 sebesar Rp16,45 triliun, angka ini meningkat secara signifikan dibanding alokasi pagu tahun sebelumnya yang jumlahnya sebesar Rp15,35 triliun. Pada triwulan II-2019 terjadi defisit anggaran sebesar Rp9,88 triliun. Hal ini dikarenakan masih rendahnya realisasi pendapatan APBN di triwulan II-2019 yaitu sebesar Rp1,44 triliun atau 39,6 persen dari pagu pendapatan. Sedangkan belanja Negara mencapai Rp11,33 triliun atau 45,4 persen dari pagu belanja. Apabila dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya defisit triwulan II-2019 bertambah sebesar 8,43 persen.

A.1 Penerimaan Perpajakan Realisasi Penerimaan Perpajakan di Provinsi NTB pada triwulan II-2019 sebesar Rp1,23 triliun, lebih kecil dibanding peneri-maan pada periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar Rp1,35 triliun. Penyumbang terbesar penerimaan pajak dalam

negeri adalah pajak penghasilan yaitu sebesar Rp732,17 miliar (65,8 persen). Pajak Pertambahan Nilai menyumbang Rp339,75 miliar atau 30,5 persen dan pajak lainnya menyumbang Rp32,45 miliar atau 2,9 persen. Kontribusi penerimaan pajak internasional (bea masuk dan bea keluar) sampai dengan triwulan II-2019 sebesar Rp117,94 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2018 (Rp334,32 miliar).

Apabila dibandingkan dengan triwulan II-2018, penerimaan perpajakan dari pajak penghasilan pada triwulan II-2019 meningkat 6 persen. Sedangkan pajak pertambahan nilai meningkat 15 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Peningkatan paling besar diperoleh bea masuk yaitu 37 persen dibanding penerimaan triwulan II-2018. PPh PPN PBB Cukai Pajak Lainnya Bea Masuk Bea Keluar 694 294 1 8 28 44 290 732 340 1 8 32 60 58 Triw II 2018 Triw II 2019 PENDAPATAN NEGARA

A

Sumber: OM SPAN (diolah)

Grafik 2.1 Penerimaan Perpajakan Triwulan II 2018 dan Triwulan II 2019 (Miliar Rupiah)

(20)

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI NTB TRIWULAN II 2019 9

A.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Penerimaan Negara Bukan Pajak merupakan seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. PNBP memiliki arti penting untuk menunjang pembangunan nasional disamping penerimaan perpajakan. Di Provinsi NTB target PNBP pada APBN tahun 2019 sebesar Rp278,37 miliar meningkat Rp28,80 miliar dibanding target tahun 2018. Sedangkan realisasi penerimaan sampai dengan triwulan II-2019 sebesar Rp218,61 miliar atau 78,5 persen dari target penerimaan. Realisasi PNBP pada triwulan II-2019 turun sebesar 1,6 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Pemberi kontribusi PNBP terbesar di Provinsi NTB pada triwulan II-2019 adalah Pendapatan Badan Layanan Umum yaitu sebesar Rp87,73 miliar, yang terdiri dari RS Bhayangkara sebesar Rp6,48 miliar, UIN Mataram sebesar Rp15,70 miliar dan Universitas Mataram sebesar Rp65,17 miliar. Penerimaan kembali belanja barang tahun anggaran yang lalu menyumbang PNBP sebesar Rp34,96 miliar. Sedangkan pendapatan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) menyumbang Rp14 miliar.

Struktur Belanja Negara pada APBN terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa. Laju pertumbuhan perekonomian di daerah distimulasi oleh belanja negara baik oleh kementerian/lembaga maupun non kementerian/lembaga. Belanja pemerintah ini menjadi penggerak roda perekonomian di daerah sehingga kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat bisa meningkat.

B.1 Belanja Pemerintah Pusat Total pagu belanja Pemerintah Pusat tahun 2019 di Provinsi NTB sebesar Rp8,48 triliun mengalami peningkatan 4,16 persen dari tahun sebelumnya (Rp8,15 triliun). Alokasi tertinggi adalah belanja barang mencapai Rp3,41 triliun

(40,23 persen dari total pagu) dan belanja pegawai sebesar Rp2,72 triliun (32,09 persen). Sampai dengan triwulan II-2019 realisasi belanja Pemerintah Pusat sebesar

2.723 3.414 2.330 19 1.381 1.438 500 4 51% 42% 21% 20% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% ,0 1000,0 2000,0 3000,0 4000,0 Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Bantuan Sosial Pagu Realisasi Persentase

Sumber: OM SPAN (diolah)

Grafik 2.2 Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Triwulan II 2019 (Miliar Rupiah)

BELANJA NEGARA

B

(21)

Rp3,32 triliun dengan penyerapan tertinggi yaitu belanja pegawai sebesar 50,7 persen dan belanja barang sebesar 42,11 persen. Sedangkan, penyerapan belanja modal baru mencapai 21,45 persen dan bantuan sosial sebesar 20,25 persen.

B.2 Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Alokasi pagu TKDD untuk seluruh pemda di Provinsi NTB tahun 2019 sebesar Rp16,46 triliun mengalami pening-katan sebesar 7,17 persen dibandingkan tahun 2018. Alokasi pagu terbesar TKDD adalah Dana Alokasi Umum (DAU) mencapai Rp8,87 triliun (53,9 persen) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp5,19 triliun (34,0 persen).

Sementara alokasi Dana Desa (DD) sebesar Rp1,18 triliun meningkat 20,49 persen dari tahun sebelumnya. Realisasi TKDD sampai dengan triwulan II-2019 mencapai Rp8,01 triliun atau 48,67 persen dari pagu. Tingkat penyerapan TKDD tertinggi adalah Dana Insentif Daerah yang telah mencapai 89,83 persen dan Dana Desa yang telah disalurkan dalam dua tahap dari RKUN ke RKUD yaitu sebesar 60 persen. Sedangkan, penyerapan terendah adalah DAK yang baru mencapai 30,41 persen.

B.3. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat

Sampai dengan triwulan II tahun 2019 penyaluran KUR telah mencapai Rp1,34 triliun yang diberikan kepada 44.195 debitur. Jumlah penyaluran KUR terbesar di Provinsi NTB terdapat di Kabupaten Lombok Timur sebesar Rp285,78 miliar (21,2 persen) dengan jumlah debitur terbanyak yaitu 10.328

debitur (23,4 persen), hal ini menunjukkan korelasi positif dengan jumlah penduduk Kabupaten Lombok Timur yang terbesar di Provinsi NTB (23,9 persen dari total jumlah penduduk NTB). 168 80 156 224 286 22 181 37 37 156

Sumber: OM SPAN (diolah)

Grafik 2.3 Pagu & Realisasi TKDD triwulan II 2019 Provinsi NTB (Miliar Rupiah)

Sumber: SIKP (diolah)

Grafik 2.4 Penyaluran KUR per Kab/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat s.d. triwulan II 2019 (Miliar Rupiah)

(22)

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI NTB TRIWULAN II 2019 11 Penyaluran KUR per skema sampai dengan

triwulan II-2019 terbanyak adalah KUR mikro dengan jumlah penyaluran Rp789,22 miliar (58,6 persen) dengan jumlah debitur sebanyak 39.373 nasabah. Sedangkan untuk skema kecil sebanyak

Rp540,18 miliar (40,1 persen) dengan jumlah debitur sebanyak 3.589 nasabah.

Penyaluran KUR per sektor terbesar ada di Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan jumlah Rp810,97 miliar dengan debitur sebanyak 22.832 nasabah. Untuk Sektor Pertanian, Kehutanan jumlah penyaluran KUR sebesar Rp307,10 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 14.265 nasabah. Sedangkan untuk Sektor Industri dan Pengolahan jumlah penyaluran KUR sebesar Rp85,04 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 2.627 nasabah.

Penyalur KUR terbesar dan jumlah debitur terbanyak sampai dengan triwulan II-2019 adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan jumlah Rp835,83 miliar dan jumlah debitur sebanyak 37.388 nasabah. Bank Mandiri menyalurkan KUR sebanyak Rp185,79 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 2.936 nasabah. Sedangkan BNI

menyalurkan KUR sebesar Rp261,34 miliar dengan debitur sebanyak 2.275 nasabah.

Untuk mencapai realisasi anggaran yang optimal sampai akhir tahun anggaran 2019 di Provinsi Nusa Tenggara Barat beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Menjaga iklim usaha berjalan dengan baik, sehingga potensi penerimaan baik dari

pajak maupun bukan pajak dapat dioptimalkan. No Na ma Sektor Juml a h

Debi tur Juml a h Penya l ura n Juml a h Outs tandi ng 1 Indus tri Pengol a ha n 2,627 85,048,400,000 56,289,125,595

2

Ja s a Ma s ya ra ka t, Sos i a l Buda ya ,

Hi bura n da n Perora nga n La i nnya 2,646 64,710,042,988 47,259,998,874 3

Ja s a Kes eha tan da n Kegi a tan

Sos i a l 48 1,586,530,000 756,152,867 4 Ja s a Pendi di ka n 13 283,600,000 235,695,997 5 Kons truks i 8 775,000,000 79,444,227 6

Peneri ma Kredi t Buka n

La pa nga n Us a ha 41 687,235,400 676,986,158

7

Penyedi a a n Akomoda s i da n

Penyedi a a n Ma ka n Mi num 256 28,043,000,000 17,778,548,191 8 Perda ga nga n Bes a r da n Ecera n 22,832 810,975,518,595 568,405,527,689 9 Peri ka na n 585 17,884,000,000 12,653,834,121 10 Pertamba nga n da n Pengga l i a n 5 205,000,000 197,302,903 11

Pertani a n, Perburua n da n

Kehutana n 14,265 307,108,861,000 222,475,384,820

12

Rea l Es tate, Us a ha Pers ewa a n

da n Ja s a Perus a ha a n 556 14,135,990,000 7,025,359,219

13

Tra ns portas i , Perguda nga n da n

Komuni ka s i 313 15,153,400,000 11,572,845,734

Sumber : SIKP tahun 2019

Ta bel 2.3

Penya l ura n KUR per Sektor di Provi ns i Nus a Tengga ra Ba ra t s .d. tri wul a n II tahun 2019

No Penyalur Jumlah Akad Jumlah Outstanding

Jumlah Debitur

Jumlah Rata-rata per Debitur 1 BPD Bali 8,400,000,000 7,799,096,626 44 190,909,091 2 BPD Nusa Tenggara Barat 20,000,000 19,166,667 1 20,000,000 3 BRI Syariah 43,816,200,000 28,376,133,333 867 50,537,716 4

Bank Artha Graha

Internasional 17,684,000 5,963,369 1 17,684,000 5 Bank Central Asia 125,000,000 112,368,120 5 25,000,000 6 Bank Mandiri 185,796,763,800 172,508,422,192 2,936 63,282,276 7 Bank Negara Indonesia 261,341,909,643 91,187,063,600 2,275 114,875,565 8 Bank Rakyat Indonesia 835,839,395,140 637,944,124,565 37,388 22,355,820 9 Bank Tabungan Negara 3,055,000,000 2,871,354,717 16 190,937,500 10 CTBC Bank 687,235,400 676,986,158 41 16,761,839

11

Internusa Tribuana Citra

Multifinance 6,993,090,000 3,895,527,048 460 15,202,370 12 SIKP UMi 504,300,000 10,000,000 161 3,132,298

1,346,596,577,983 945,406,206,395 44,195 30,469,433 Jumlah

Tabel 2.4

Penyaluran KUR per Penyalur di Provinsi Nusa Tenggara Barat s.d. triwulan II tahun 2019

Sumber: SIKP tahun 2019

PROGNOSIS REALISASI APBN SAMPAI DENGAN AKHIR TAHUN 2019

C

No Nama Skema Jumlah

Debitur Jumlah Akad Jumlah Outstanding 1 Kecil 3,589 540,183,244,595 341,608,205,376 2 Mikro 39,373 789,229,535,000 593,927,169,900 3 TKI 1,072 16,679,498,388 9,860,831,119 4 Umi 161 504,300,000 10,000,000 Sumber : SIKP Tahun 2019

Tabel 2.2

Penyaluran KUR/Umi per Skema Provinsi Nusa Tenggara Barat s.d. Triwulan II tahun 2019

(23)

2. Kualitas SDM pengelola keuangan yang perlu terus-menerus ditingkatkan antara lain melalui pembinaan dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan maupun KPPN terhadap para satuan kerja.

3. Mensosialisasikan peraturan-peraturan terbaru yang berkaitan dengan pelaksanaan anggaran kepada para stakeholder terutama persiapan menghadapi akhir tahun anggaran.

Pendapatan negara yang melebihi target ini diasumsikan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif terutama dari kategori konstruksi di Provinsi NTB serta perkiraan ekspor luar negeri dan investasi yang tumbuh menguat. Sedangkan belanja Negara, dengan melihat tren pada tahun sebelumnya dan kinerja penyerapan sampai dengan triwulan II-2019 yang cukup baik, maka perkiraan realisasi sampai dengan triwulan IV-2019 sebesar 96,38 persen dari pagu atau sebesar Rp8,18 triliun dengan defisit diperkirakan sebesar Rp3,77 triliun.

Rp % Realisasi Terhadap Pagu Rp % Realisasi Terhadap Pagu Pendapatan Negara 3.658,53 1.449,90 39,6% 4.406,59 120,45% Belanja Negara 8.486,30 3.321,78 39,1% 8.179,13 96,38% Surplus/Defisit -1.871,88 -3.772,54

Realisasi s.d. Triwulan II 2019 Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV 2019

Uraian Pagu

s.d. triwulan IV tahun 2019

(Miliar Rupiah) Tabel 2.5 Prognosis Realisasi APBN Provinsi Nusa Tenggara Barat

Boks 2.1

PEMBIAYAAN KREDIT ULTRA MIKRO (UMi)

Pembiayaan Kredit Ultra Mikro (UMi) merupakan program tahap lanjutan dari Program Bantuan Sosial (Bansos) menjadi kemandirian usaha yang menyasar usaha mikro yang berada di lapisan terbawah, yang belum bisa difasilitasi perbankan (bankable) melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Seiring dengan program yang gencar didengungkan di Kementerian Keuangan yaitu pengarusutamaan gender, pembiayaan UMi juga membidik kaum wanita atau ibu-ibu di pelosok tanah air agar lebih tangguh secara ekonomi. Sebagian besar debitur pembiayaan UMi di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah perempuan. Tahun 2017 debitur perempuan sebanyak 74 persen, tahun 2018 sebanyak 70 persen dan tahun 2019 sebanyak 100 persen. Pekerjaan debitur UMi di Provinsi Nusa Tenggara Barat rata-rata adalah pedagang, wirausaha dan petani.

Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) penyalur UMi Di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah Permodalan Nasional Madani (PNM), Pegadaian, Koperasi Mitra Dhuafa. Tahun 2017 pembiayaan Umi yang disalurkan ke masyarakat Nusa Tenggara Barat sebesar Rp5,54 miliar (1.217 debitur), tahun 2018 yang berhasil disalurkan sebesar Rp16,64 miliar (3.323 debitur). Sedangkan sampai dengan triwulan II tahun 2019 kredit Umi yang disalurkan baru sebesar Rp503,3 juta (161 debitur), dimana PNM Cabang mataram belum menyalurkan UMi dikarenakan adanya transisi perubahan bentuk pemberian pembiayaan berbentuk syariah.

Dengan memperhatikan tren realisasi APBN pada tahun 2017 dan 2018 serta realisasi sampai dengan triwulan I-2019, diperkirakan pendapatan negara sampai dengan triwulan IV- 2019 adalah sebesar 120,45 persen (rata-rata penerimaan tahun 2017 dan 2018) dari target yang ditetapkan atau sebesar Rp4,41 triliun.

(24)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

BAB III

Pendapatan

Daerah

Belanja

Daerah

Prognosis

Realisasi APBD

Realisasi Pendapatan Daerah Pemda se Provinsi NTB sampai dengan

triwulan II tahun 2019 sebesar

Rp9,94 triliun

atau

dari target. Capaian tersebut

46,63 persen

meningkat dibandingkan dengan periode

yang sama tahun 2018.

tw II-2018 tw II-2019

46,57%

46,63%

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial

44,30%

28,89%

11,49%

13,78%

Realisasi Belanja Daerah di

lingkup Provinsi NTB sampai

dengan triwulan II tahun 2019

adalah sebesar

Rp7,15 triliun

atau

32,81 persen

dari total

alokasi pagu belanja.

Dengan melihat tren tahun 2017 dan 2018, maka prognosis

perkiraan untuk pendapatan daerah sampai dengan

triwulan IV 2019 sebesar

97,93 persen

. Sementara

realisasi belanja daerah sebesar

91,93 persen

.

(25)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai salah satu instrumen yang digunakan sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi daerah juga berperan sebagai pendorong dan penentu tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah dalam upaya menurunkan angka kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan ekonomi masyarakat.

Secara agregat, target pendapatan maupun pagu belanja APBD tahun 2019 seluruh pemerintah daerah di NTB mengalami kenaikan. Dari tabel di atas, menunjukkan target Pendapatan APBD tahun 2019 sebesar Rp21,31 triliun atau meningkat sebesar

PAGU REALISASI PAGU REALISASI

20.389,62 9.494,43 21.314,90 9.938,27

3.567,17 1.444,33 3.488,42 1.456,54

Pajak Daerah 1.867,47 761,63 1.990,81 840,59

Retribusi Daerah 255,49 87,98 207,59 71,37

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 237,14 13,17 165,82 10,98

Lain-lain PAD Yang Sah 1.207,07 581,56 1.124,20 533,60

15.841,59 7.866,05 15.052,47 7.099,11

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 14.257,18 7.090,10 15.016,13 7.062,76

Dana Bagi Hasil Pajak 692,45 237,99 490,32 151,95

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 608,90 164,20 450,90 175,41

Dana Alokasi Umum 8.564,17 4.991,88 8.875,18 5.172,81

Dana Alokasi Khusus 4.391,65 1.696,03 5.199,73 1.562,60

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 867,51 495,00 768,33 482,63

Dana Otonomi Khusus 52,51 31,51 0,00 0,00

Dana Penyesuaian 815,00 463,49 768,33 482,63

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 980,85 184,04 2.774,00 1.382,62

Hibah 679,49 16,80 707,02 152,87

Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak Dari Provinsi dan

Pemda Lainnya 0,00 0,00 616,14 331,29

Dana Alokasi Desa dari Pemerintah 0,00 0,00 144,05 86,43

Dana Insentif Desa 53,00 26,50 23,42 23,42

Bantuan Keuangan Dari Provinsi Atau Pemda Lainnya 0,00 0,00 177,91 115,66

Pendapatan Lainnya 248,37 140,74 313,07 190,42

20.389,62 9.494,43 21.314,90 9.938,27

21.021,90 7.429,39 21.801,65 7.152,18

Belanja Pegawai 7.945,72 3.289,48 7.905,26 3.502,30

Belanja Barang dan Jasa 4.849,97 1.404,21 4.827,06 1.394,43

Belanja Bunga 5,79 2,19 6,79 1,06

Belanja Subsidi 2,50 0,00 1,50 1,50

Belanja Hibah 1.558,99 805,26 1.854,00 720,38

Belanja Bantuan Sosial 275,51 17,81 276,55 38,10

Belanja Bantuan Keuangan Kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemdes 594,88 318,53 1.480,61 511,07

Belanja Modal 3.995,44 949,68 4.301,51 494,03

Belanja Tidak Terduga 35,87 6,14 30,76 3,27

TRANSFER/BAGI HASIL KE DAERAH 1.757,22 636,10 1.117,61 486,04

Transfer Bagi Hasil Ke KAB/KOTA/DESA 56,34 15,99 995,01 448,49

Bagi Hasil Pajak 50,88 15,99 655,78 340,86

Bagi Hasil Retribusi 0,00 0,00 7,25 0,00

Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 5,45 0,00 331,98 107,64

Transfer Bantuan Keuangan 1.700,88 620,11 122,60 37,54

Transfer Bantuan Keuangan ke Pemda Lainnya 357,90 116,33 0,00 0,00

Transfer Bantuan Keuangan ke Desa 1.336,65 503,26 122,18 37,48

Transfer Bantuan Keuangan Lainnya 6,33 0,51 0,42 0,06

JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER 21.021,90 7.429,39 21.801,65 7.152,18

SURPLUS/DEFISIT (632,28) 2.065,03 (486,75) 2.786,09

Sumber: LRA APBD (diolah)

(Dalam Miliar Rupiah)

JUMLAH PENDAPATAN BELANJA DAERAH PENDAPATAN DAERAH

PAD

PENDAPATAN TRANSFER

URAIAN TAHUN 2018 TAHUN 2019

(26)

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI NTB TRIWULAN II 2019

14

4,54 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut disebabkan kenaikan alokasi Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Sementara itu pagu belanja APBD tahun 2019 sebesar Rp21,80 triliun, meningkat sebesar 3,71 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan pagu tersebut antara lain disebabkan terdapat peningkatan pagu belanja hibah sebesar Rp295,01 miliar.

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sampai dengan triwulan II tahun 2019, total realisasi pendapatan APBD secara agregat mencapai Rp9,94 triliun atau sebesar 46,63 persen dari target. Sementara, realisasi belanja APBD secara agregat mencapai Rp7,15 triliun atau sebesar 32,81 persen dari pagu belanja.

Sampai dengan triwulan II-2019, pendapatan pemerintah daerah di Provinsi NTB sebesar Rp9,94 triliun atau 46,63 persen. Capaian tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar 46,57 persen.

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Besaran PAD dalam postur APBD merupakan indikator kemandirian daerah. Realisasi PAD Pemda se Provinsi NTB sampai dengan triwulan II-2019 sebesar Rp1,46 triliun atau 41,75 persen dari target.

Capaian tersebut mengalami pertumbuhan 0,85 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018.

Secara umum kemandirian fiskal merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari otonomi daerah, dimana kemandirian fiskal suatu daerah menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan PAD. Dari tabel 3.2 menunjukkan, dari sebelas pemda di NTB, hanya dua pemda dengan rasio PAD di atas 20 persen, yaitu Pemda Kota Mataram dan Pemda Provinsi NTB.

Sedangkan, dilihat dari laju pertumbuhan PAD, tercatat lima pemda

No Rasio (%) Jumlah Pemda

1 0 - 10 8 2 11 - 20 1 3 21 - 50 2 4 51 - 70 0 5 > 70 0 11 Tabel 3.2 Rasio PAD Triwulan II 2019

Sumber: LRA APBD (diolah) TOTAL 3.567 3.488 1.444 1.457 2018 2019 Target Realisasi s.d. TW II PENDAPATAN DAERAH

A

Grafik 3.1 Total Target dan Realisasi PAD Agregat s.d. TW II Tahun 2018 dan 2019

(Miliar Rupiah) Sumber: LRA APBD (diolah)

(27)

-47% -41% -40% -33% -3% 13% 14%

16% 30% 54%

477%

mengalami pertumbuhan minus dengan Pemda Kabupaten Lombok Utara paling rendah yaitu sebesar -46,74 persen. Gempa yang melanda sebagian besar wilayah Lombok Utara sangat mempengaruhi penerimaan PAD khususnya dari penerimaan pajak hotel dan restoran. Sementara, pada Kabupaten Dompu tercatat laju

pertumbuhan tertinggi sebesar 477,18 persen dengan kontribusi terbesar berasal dari pendapatan jasa layanan umum BLUD dan pendapatan lain-lain.

a) Penerimaan Pajak Daerah

Penerimaan pajak daerah secara agregat sampai dengan triwulan II-2019 mencapai Rp840,59 miliar atau 42,22 persen dari target yang telah ditetapkan. Capaian penerimaan pajak daerah tersebut mengalami pertumbuh an sebesar 10,37 persen dibandingkan dengan periode

yang sama Tahun 2018. Pemda Provinsi NTB memberikan kontribusi terbesar capaian Pajak Daerah yaitu sebesar Rp611,77 miliar atau 72,78 persen dari agregat penerimaan Pajak Daerah se-Provinsi NTB. Sementara, berdasarkan tingkat persentase capaian, Pemda Provinsi NTB tercatat paling tinggi yaitu sebesar 45,63 persen, sedangkan Pemda Kabupaten Dompu terendah yaitu sebesar 9,95 persen.

46% 43% 29% 39% 25% 41% 39% 42% 10% 39% 40% 0% 10% 20% 30% 40% 50% ,0 500,0 1000,0 1500,0

PAGU REALISASI PERSEN

Pemerintah Kabupaten Lombok Utara, masih berjuang keras memulihkan 456 potensi pajak yang terdampak gempa bumi pada 2018 agar realisasi pendapatan daerah bisa kembali tinggi. Bupati Lombok Utara, H. Najmul Akhyar, menyebutkan dari 1.216 potensi pajak meliputi hotel, restoran, hiburan dan parker, terdapat 456 potensi pajak yang tutup sejak Agustus 2018. Berkurangnya PAD pasca gempa, kata dia, sudah dimaklumi semua pihak, khususnya anggota DPRD Kabupaten Lombok Utara. (Sumber: ANTARA News.com)

Dikatakan Wakil Bupati KSB dalam sambutannya membuka kelas pajak, pendapatan negara dan daerah terbesar berasal dari pajak. Salah satu objek pajak adalah dana desa. Namun kenyataannya sejumlah desa di KSB menunggak membayar pajak bahkan ada yang menunggak tahun 2017 lalu. Diharapkan melalui kelas pajak dan asistensi ini, jika memang ada yang belum paham, atau ada bendahara baru atau kepala desa baru, dapat memahami dan tetap membayar pajak.

‘’Pahami aturan tentang desa dan aturan lainnya. Pemerintah desa harus terbuka dengan penyelenggaraan

pemerintahannya termasuk pengelolaan keuangan, koordinasi dengan inspektorat dan kantor pajak, jangan diam,” kata

Wabup. (Sumber: Berita Lima.com)

Grafik 3.2 Laju Pertumbuhan PAD TW II 2019

Sumber: LRA data diolah

Grafik 3.3 Penerimaan Pajak Daerah s.d. TW II 2019 (Miliar Rupiah)

(28)

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI NTB TRIWULAN II 2019

16

b) Penerimaan Retribusi Daerah

Penerimaan Retribusi Daerah secara agregat sampai dengan triwulan II-2019 mencapai Rp71,37 miliar atau 34,38 persen dari target. Capaian tersebut mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar 34,44 persen. Pemda Kabupaten Lombok Timur memberikan kontribusi terbesar yaitu mencapai

Rp16,39 miliar, sedangkan Kabupaten Lombok Utara baru merealisasikan penerimaan retribusi daerah sebesar Rp1,30 miliar atau hanya 1,83 persen dari total penerimaan retribusi daerah. Persentase tertinggi penerimaan retribusi daerah oleh Kabupaten Sumbawa Barat mencapai 24,26 persen dari target yang telah ditetapkan.

c) Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan secara agregat sampai dengan triwulan II-2019 sebesar Rp10,98 miliar atau 6,62 persen. Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang mencapai 5,55 persen. Realisasi Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan terbesar pada Pemda Kabupaten Lombok Timur yang mencapai Rp5,66 miliar, kemudian Kabupaten Lombok Barat sebesar Rp3,52 miliar, dan Kabupaten Sumbawa Barat sebesar Rp1,54 miliar. Sementara itu, masih terdapat empat pemda lainnya yang belum terdapat realisasi.

2. Pendapatan Transfer

Realisasi Pendapatan Transfer secara agregat sampai dengan triwulan II-2019 mencapai Rp7,09 triliun atau 47,16 persen, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2018 sebesar 49,65 persen.

DAERAH PAGU REALISASI PERSEN

Prov. NTB 65.452.614.200,00 210.000.000,00 0,32% Mataram 8.193.095.359,00 0,00 0,00% Lobar 16.276.680.354,00 3.521.683.492,00 21,64% Loteng 12.376.596.000,00 18.606.767,38 0,15% KLU 4.508.732.049,44 0,00 0,00% Lotim 22.436.841.912,00 5.659.462.538,00 25,22% KSB 5.500.000.000,00 1.536.325.724,85 27,93% Sumbawa 13.761.697.121,00 0,00 0,00% Dompu 10.504.855.601,00 0,00 0,00% Bima 5.157.996.544,00 19.993.748,00 0,39% Kobi 1.650.003.101,20 18.606.767,38 1,13% Jumlah 165.819.112.241,64 10.984.679.037,61 6,62%

Tabel 3.3 Penerimaan HKYD s.d. TW II 2019

Sumber : LRA APBD (diolah)

36%39%30% 27% 13% 33% 46% 69% 58% 29% 32% 0% 20% 40% 60% 80% 0 10 20 30 40 50 60

PAGU REALISASI PERSEN

Grafik 3.4 Penerimaan Retribusi Daerah s.d. TW II 2019 (Miliar Rupiah)

Sumber: LRA data diolah

Sumber: LRA APBD (diolah)

Grafik 3.5 Pendapatan Transfer s.d. TW II 2019 (Miliar Rupiah) 49% 51% 47% 48% 40% 50% 41% 43% 44% 47%50% 30% 35% 40% 45% 50% 55% ,0 1000,0 2000,0 3000,0 4000,0 PAGU REALISASI

(29)

Realisasi Pendapatan Transfer terbesar adalah Dana Alokasi Umum (DAU) yaitu sebesar Rp5,17 triliun atau 72,87 persen dari total pendapatan transfer dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp1,56 triliun atau 22,01 persen. Dilihat dari tingkat penyerapan, Pemda Kota Mataram mencatatkan realisasi terbesar yaitu 50,57 persen. Sementara penyerapan terendah pada Pemda Kabupaten Lombok Utara sebesar 40,49 persen.

3. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Penerimaan Lain-lain Penda-patan Daerah Yang Sah sampai dengan triwulan II-2019 mencapai Rp1,38 triliun atau 49,84 persen. Capaian tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar 18,76 persen. Kontribusi Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah tertinggi dicapai Kabupaten Lombok Timur sebesar

Rp243,41 miliar dan Kabupaten Lombok Tengah, sebesar Rp219,70 miliar. Komponen terbesar penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak dari Provinsi atau Pemda lainnya yaitu berupa bagi hasil pajak kendaraan bermotor dan Penerimaan Hibah berupa dana bantuan BOS. Untuk hibah mencatatkan realisasi sebesar Rp152,87 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp16,80 miliar.

Belanja daerah yang berkualitas diharapkan menjadi stimulus bagi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat daerah. Realisasi Belanja Daerah di lingkup Provinsi NTB sampai dengan triwulan II-2019 adalah sebesar Rp7,15 triliun atau 32,81 persen dari total alokasi pagu Belanja sebesar Rp21,80 triliun. Capaian tersebut 2,54 persen lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar 35,34 persen. Kontribusi belanja operasi sebesar Rp6,17 triliun terdiri dari realisasi belanja pegawai sebesar Rp3,5 triliun, belanja barang Rp1,39 triliun, belanja bunga sebesar Rp1,06 triliun, belanja subsidi sebesar Rp1,5 triliun, belanja hibah sebesar Rp720,38

8% 62% 55% 57% 49% 45% 51% 49% 40% 54% 39% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% ,0 100,0 200,0 300,0 400,0 500,0 600,0 PAGU REALISASI

Sumber: LRA APBD (diolah)

Grafik 3.6 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah s.d. TW II 2019 (Miliar Rupiah)

BELANJA DAERAH

B

(30)

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI NTB TRIWULAN II 2019

18

triliun, belanja bantuan sosial sebesar Rp38,1 miliar dan belanja bantuan keuangan sebesar Rp511,06 miliar. Realisasi belanja modal sebesar Rp494,03 miliar atau 11,49 persen, jauh lebih rendah dibandingkan periode sama tahun sebelumnya mencapai 23,77 persen.

Rasio belanja modal untuk mengukur porsi pagu belanja modal yang terhadap total alokasi belanja daerah. Semakin tinggi rasionya, semakin baik pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dari tabel di samping menunjukkan bahwa dari sebelas pemda lingkup Provinsi NTB, masih terdapat empat pemda dengan rasio di bawah 20 persen, yaitu Provinsi NTB, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Bima. Sedangkan, pemda dengan rasio belanja modal terbesar yaitu Pemda Kabupaten Lombok Utara sebesar 30,52 persen.

Kondisi perekonomian daerah tidak lepas dari kondisi perekonomian nasional, Sejalan dengan prognosis realisasi pendapatan dan

belanja APBN, dalam memperkirakan realisasi APBD juga menggunakan asumsi ekonomi makro dan kondisi perekonomian Indonesia. Selain itu, kebijakan pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Provinsi NTB diarahkan untuk meningkatkan penerimaan daerah agar ketergantungan pada Pemerintah Pusat dapat diminimalisir. Dengan melihat tren tahun 2017 dan 2018 baik dari sisi pendapatan daerah maupun realisasi belanja daerah, maka prognosis perkiraan untuk pendapatan daerah sampai dengan triwulan IV-2019 sebesar Rp20,87 triliun atau 97,93 persen. Sementara, realisasi belanja daerah sebesar Rp20,04 triliun atau 91,93 persen dengan surplus Rp831,48 miliar.

44% 29% 11% 14% 0% 10% 20% 30% 40% 50% ,0 2000,0 4000,0 6000,0 8000,0 10000,0 Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial PAGU REALISASI PERSENTASE

Rp % Rp %

Pendapatan Daerah 21.314,90 9.938,27 46,63% 20.874,58 97,93% Belanja Daerah 21.801,65 7.152,18 32,81% 20.043,10 91,93% Surplus/Defisit -486,75 2.786,09 831,48

Tabel 3.5 Prognosis APBD s.d. Semester II 2019

(dalam miliar Rupiah)

Uraian Pagu Realisasi s.d Triwulan II

Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV

Grafik 3.7 Realisasi Belanja Daerah Lingkup Provinsi NTB s.d. TW II 2019 (Miliar

Rupiah) Sumber: LRA APBD (diolah)

PROGNOSIS REALISASI APBD

C

A

No Rasio (%) Jumlah Pemda

1 ≤ 10 0 2 11-20 4 3 21-40 7 4 41-60 0 5 > 60 0 11

Sumber: LRA APBD (diolah)

Total

(31)

Gambar

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (y on y)  Provinsi NTB, 2015-2019 (persen)
Gambar 1.1 Top 5 Kontribusi Lapangan Usaha Provinsi NTB  Triwulan I dan II 2019 (persen)
Grafik 1.3 Inflasi Provinsi NTB Periode Juni  2018 – Juni 2019 (persen)
Tabel 1.1 Inflasi Juni 2019 Wilayah Bali-Nusa  Tenggara (persen)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dan ketentuan ini tidak hanya berlaku pada SS dimana terdapat peserta sesuai dengan Kelas / Group yang berhenti atau tidak menjalani SS dan masih diperhitungkan waktunya

kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan

Data hubungan makanan pokok dengan lama hari rawat pada Tabel 4 tersebut dapat diketahui responden dengan sisa makanan pokok >20% dengan lama rawat > 9 hari

Pada proses Open-Hearth ( dapur Siemens Martin ) digunakan campuran besi mentah (pig iron) padat atau cair dengan baja bekas (steel scrap) sebagai bahan isian (charge).. Pada

Melakukan pembayaran melalui Uang Persediaan atas persetujuan Pejabat Yang Melakukan Tindakan yang Mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja Satker untuk Belanja Barang,

Pada kompleks hutan lindung ini, tampak terdapat perbedaan dalam hal komposisi jenis penyusun antara sub-komunitas hutan yang tumbuh di sebelah utara areal hutan

Dari penelusuran dan penelitian hingga penulisan artikel ini, penulis menemukan identitas Islam yang dipengaruhi kawasan-kawasan tertentu di Indonesia: Islam Nusantara,