• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN KATAKANA DALAM MEDIA TULISAN TERHADAP PERASAAN PEMBACA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN KATAKANA DALAM MEDIA TULISAN TERHADAP PERASAAN PEMBACA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN

KATAKANA DALAM MEDIA TULISAN

TERHADAP PERASAAN PEMBACA

Nyoman Maheswari Prani Dhana

Universitas Bina Nusantara, Jl. Kemanggisan Ilir III no. 45, (62-21) 5327630, nyomanrr@yahoo.com Dra. Nalti Novianti, M.Si

ABSTRAK

To communicate between one nation to another, people needs language. Language is a tool of communication for human to give an information. Japanese language has three kinds of letter, hiragana, katakana, and kanji. Katakana has many function, whice one is to give emphasis of a word or to use italic in writing communication, such as magazine, newpaper, or communication by using internet. The usage of katakana in writing media has different impact to the readers or not. The writer analyze the impact of katakana to the readers in writing media

Keywords: Japanese letter, katakana writing media, feeling

Dalam berkomunikasi antar satu bangsa dengan yang lainnya, manusia membutuhkan bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia dalam menyampaikan suatu informasi. Bahasa Jepang memiliki tiga bentuk huruf, yaitu hiragana, katakana, dan kanji. Katakana memiliki berbagai fungsi, salah satunya digunakan sebagai penekanan kata atau penggunaan huruf miring (italic) dalam komunikasi secara tertulis, baik majalah, koran, atau komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan internet. Penggunaan katakana yang ada pada media tulis memiliki pengaruh yang berbeda bagi pembaca tidak. Penulis menganalisis pengaruh katakana terhadap perasaan pembaca pada media tulisan.

Kata kunci: Huruf jepang, katakana, media tulisan, perasaan

PENDAHULUAN

Huruf adalah satuan terkecil dalam bahasa. Masyarakat Jepang umumnya menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa utama untuk berkomunikasi. Bahasa Jepang, memiliki tiga macam huruf yang digunakan oleh masyarakatnya untuk berkomunikasi, yaitu huruf hiragana, katakana, dan kanji. Rangkaian dari dua atau lebih huruf hiragana, katakana, atau kanji dapat membentuk sebuah kata, dan rangkaian beberapa kata dalam pola tertentu, membentuk sebuah kalimat yang baik dan benar yang dapat digunakan untuk komunikasi sehari-hari. Komunikasi (Bretz,1983,21) terbagi menjadi dua, yaitu komunikasi face-to-face dan komunikasi media. Komunikasi face-to-face adalah komunikasi tatap muka, yang mana memudahkan kita untuk menangkap pesan dalam sebuah komunikasi melalui ekspressi wajah, tingkah laku, gaya bicara, dan sebagainya. Sebaliknya, komunikasi media lebih terlihat seperti komunikasi yang mampu diekspresikan dengan kelihaian bahasa.

Di dalam media sosial, huruf katakana kini semakin sering digunakan oleh orang Jepang. Sebuah kata yang umumnya ditulis dengan menggunakan huruf kanji seringkali dituliskan dengan huruf katakana. Sebagai contoh, kata kawaii umumnya ditulis dengan menggunakan huruf kanji yaitu 可愛い. Namun dalam media tulisan, masyarakat Jepang menuliskan dengan katakana カワイイ. Masyarakat Jepang yang kini lebih dominan menggunakan katakana dibandingkan kanji dalam media tulisan adalah hal yang akan saya teliti. Apakah penggunaan katakana memiliki pengaruh yang berbeda dibandingkan dengan huruf kanji terhadap orang Jepang sebagai pembaca.

(2)

Penulis memilih tema ini dikarenakan saya melihat semakin banyaknya penulisan kosakata dengan katakana dibandingkan dengan huruf kanji yang digunakan oleh masyarakat Jepang sendiri didalam media baik media massa seperti koran, televisi, majalah ataupun media sosial seperti blog, Twitter dan Facebook. Komunikasi dalam media tulisan hanya mengandalkan penggunaan bahasa untuk mengekspresikan emosinya karena tidak adanya tatap muka atau intonasi suara yang dapat mengekspresikan emosi seseorang (Bretz,1983,110). Pengaruh penggunaan katakana didalam media tulisan akan saya kaitkan dengan perasaan atau emosi pembaca,

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam pembahasan masalah ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang akan dijabarkan secara deskriptif analisis. Menurut Sugiyono, metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber dan data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi (2009, 15). Sudaryanto (1993, 62) mengungkapkan metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan fakta yang ada. Dapat dikatakan bahwa metode deskriptif ditekankan pada memberi gambaran secara objektif tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diselidiki. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuisioner, yang mana kuisioner disebarkan ke 50 orang Jepang.

Pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan kuesioner atau angket. Pengertian kuesioner atau angket menurut Arikunto, angket adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui. Sedangkan menurut Sugiyono (2008: 199), angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Metode kepustakaan adalah metode pengumpulan data yang digunakan penulis dengan mempergunakan buku atau referensi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas (Arikunto, 2002). Kemudian, hasil dari kuesioner akan diolah dan dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN BAHASAN

Dalam bab ini akan dijabarkan analisis jawaban responden, 50 orang jepang asli yang tinggal di Jepang dalam kelompok usia 15-25 tahun, 26-30 tahun, serta 31 tahun keatas

Dihitung dengan metode skala Likert, yang mana tiap-tiap pilihan jawaban diberi poin. Pilihan jawaban 普通 (Biasa saja) dengan bobot 1, 少しインパクトがあります (sedikit ada pengaruhnya) dengan bobot 2, インパクトがあります (ada pengaruhnya) dengan bobot 3, serta 大分インパクトがありま す (ada pengaruh yang besar) dengan bobot 4. Perhitungan jumlah pada setiap pertanyaan dihitung dengan rumus:

Jumlah = {(F1 x 1) + (F2 x 2) + (F3 x 3) + (F4 x 4)} Dimana:

F1 : frekuensi responden yang memilih jawaban A pada masing-masing pertanyaan F2 : frekuensi responden yang memliih jawaban U pada masing-masing pertanyaan F3 : frekuensi responden yang memilih jawaban I pada masing-masing pertanyaan F4 : frekuensi responden yang memilih jawaban E pada masing-masing pertanyaan Hasil dari jumlah setiap pertanyaan, dihitung agar mendapatkan interpretasi dari seluruh pertanyaan dengan perhitungan:

(3)

Jumlah nilai maksimal

Bila menggunakan pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban, maka interpretasi skor dapat dibagi menjadi 4, dengan interpretasi sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Interpretasi Skor

No Kriteria Interpretasi

1 0 % - 25% tidak ada pengaruh

2 26% - 50% ada sedikit pengaruh

3 51 % - 75% ada pengaruh

4 76% - 100% ada pengaruh yang besar

Dalam kelompok usia 15-25 tahun menghasilkan data sebagai berikut

Tabel 3.1.2 Interpretasi Pertanyaan 1-10 Dalam Kelompok Usia 15-25 Tahun Pertanyaan Jumlah Hasil Presentase Interpretasi

1 41 51.25% ada pengaruh

2 50 62.5% ada pengaruh

3 43 53.75% ada pengaruh

4 44 55% ada pengaruh

5 31 38.75% ada sedikit pengaruh

6 53 66.25% ada pengaruh

7 42 52.5% ada pengaruh

8 42 51.25% ada pengaruh

9 49 61.25% ada pengaruh

10 24 30% ada sedikit pengaruh

(4)

Grafik 3.1.3 Grafik Jumlah Seluruh Pertanyaan Pada Kelompok Usia 15-25 Tahun

Pada grafik diatas, dapat dilihat bahwa pertanyaan ke-sepuluh memiliki hasil skor terendah dengan nilai 24 dan pertanyaan ke-enam menghasilkan skor tertinggi dengan skor 53.

Grafik 3.1.4 Jumlah Responden Pada Pertanyaan 10 Pertanyaan 10 bertuliskan: “AさんとBさんが話しています。 A: 今日は何の実験しましょう? B: じゃあ、一つのイスイスイスイスに 5 人座ることが出来るのか? 日本人にとって、「イス」という言葉を平仮名や漢字ではなく、カタカナで書かれている時 はどんな印象を受けますか。

18 responden memilih tidak ada pengaruh terhadap penulisan dengan huruf katakana pada kata isu. Kata isu memiliki kanji yaitu 椅子, yang nyatanya dalam kehidupan sehari-hari jarang digunakan karena penulisan dan pemahaman dengan huruf katakana lebih mudah dibandingkan dengan huruf kanji. Responden merasa penggunaan katakana ini sudah selalu digunakan dalam media tulis sejak dahulu. Maka dari itu, tidak ada pengaruh dalam penulisan kata isu dengan huruf katakana dalam kelompok usia 15-25 tahun.

(5)

Grafik 3.1.5 Jumlah Responden Pada Pertanyaan 6

Pertanyaan 6 berbentuk percakapan, yaitu:

Aさんがポストしました。

A: 仕事オワタオワタオワターー!!! オワタ B: おつかれさまっす!

日本人にとって、「オワタ」という言葉を平仮名や漢字ではなく、カタカナで書かれている 時はどんな印象を受けますか。

Berdasarkan grafik diatas, menunjukkan bahwa 7 responden memilih penggunaan katakana pada kata owata berpengaruh terhadap pembaca. Sejumlah 5 responden bahkan memilih bahwa kata tersebut memiliki pengaruh yang besar ketika membacanya. Katakana tersebut merupakan penulisan dari kanji 終 わった yang berarti selesai. Penulisan katakana menunjukkan fungsi katakana sebagai penekanan bahasa. Penekanan bahasa ini besar dirasakan oleh responden karena dalam percakapan yang ditulis di dalam angket menunjukkan bahwa A sebagai orang yang menuliskan kata owata merasa sangat lelah sekaligus sangat senang pekerjaannya telah berakhir. Responden merasakan apa yang penulis rasakan agar adanya hubungan atau koneksi antara penulis dengan pembaca. Pada kelompok usia 15-25 tahun penulisan katakana seperti ini sangat menarik bagi mereka karena remaja dapat lebih merasakan makna dari kata tersebut tanpa harus membaca kanji dan memahami makna kanji tersebut.

Dengan menggunakan cara penghitungan yang sama, maka didapat hasil pada responden dalam kelompok usia 26-30 tahun sebagai berikut:

(6)

Tabel 3.2.1 Interpretasi Pertanyaan 1-10 Dalam Kelompok Usia 26-30 Tahun Pertanyaan Jumlah Hasil Presentase Interpretasi

1 40 66.67% ada pengaruh

2 34 56.67% ada pengaruh

3 26 43.33% ada sedikit pengaruh

4 28 46.67% ada sedikit pengaruh

5 29 58.33% ada pengaruh

6 31 51.67% ada pengaruh

7 32 53.33% ada pengaruh

8 25 41.67% ada sedikit pengaruh

9 38 63.33% ada pengaruh

10 28 46.67% ada sedikit pengaruh

Rata-rata 52.83% ada pengaruh

Grafik 3.2.2 Jumlah Skor Pada Tiap Pertanyaan

Pada grafik diatas, dapat dilihat bahwa pertanyaan ke-sepuluh memiliki hasil skor terendah dengan nilai 28 dan pertanyaan ke-sembilan menghasilkan skor tertinggi dengan skor 42.

(7)

Grafik 3.2.3 Jumlah Jawaban Responden Pada Pertanyaan 10

Pertanyaan 10 bertuliskan: “AさんとBさんが話しています。 A: 今日は何の実験しましょう? B: じゃあ、一つのイスイスイスイスに 5 人座ることが出来るのか? 日本人にとって、「イス」という言葉を平仮名や漢字ではなく、カタカナで書かれている時 はどんな印象を受けますか。

Sejumlah 7 responden memilih bahwa penggunaan katakana pada kata isu tidak berpengaruh apa-apa. Hal ini dikarenakan penulisan kata isu dengan huruf katakana seringkali digunakan oleh orang Jepang dibandingkan dengan menggunakan kanji,karena kanji nya dirasa sulit untuk ditulis dan dibaca. Maka dalam media tulis, penulisan isu dengan katakana sudah menjadi hal yang umum bagi masyarakat Jepang.

Grafik 3.2.10 Jumlah Jawaban Responden Pada Pertanyaan 9

Pertanyaan sembilan adalah:

雑誌に広告があります。

「熊野三山の旅。ココロココロココロココロもカラダも浄化する」

日本人にとって、「ココロ」という言葉を平仮名や漢字ではなく、カタカナで書かれている 時はどんな印象を受けますか

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa responden memilih adanya pengaruh terhadap penulisan dengan katakana pada kata kokoro. Sebanyak 7 responden memilih pengaruh akan penggunaan katakana dirasakan ketika membacanya. Dilihat dari situasi yang ada di dalam angket, dimana adanya iklan yang

(8)

menawarkan tour yang dapat menenangkan hati dan tubuh. Secara keseluruhan dalam situasi semacam itu, mampu mempengaruhi perasaan responden yang mana dalam kelompok usia ini adalah usia orang dewasa.

Hasil yang telah didapat dari pengumpulan jawaban responden dalam kelompok usia 31 tahun keatas yang dihitung dengan metode Likert adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3.1 Interpretasi Pertanyaan 1-10 Dalam Kelompok Usia 31 Tahun Keatas Pertanyaan Jumlah Hasil Presentase Interpretasi

1 27 42.19% ada sedikit pengaruh

2 31 48.44% ada sedikit pengaruh

3 27 42.19% ada sedikit pengaruh

4 31 48.44% ada sedikit pengaruh

5 19 29.69% ada sedikit pengaruh

6 44 68.75% ada pengaruh

7 28 43.75% ada sedikit pengaruh

8 32 50% ada sedikit pengaruh

9 35 35% ada sedikit pengaruh

10 20 31.25% ada sedikit pengaruh

Rata-rata 43.97% Ada sedikit pengaruh

27 31 27 31 19 44 28 32 35 20 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Grafik 3.3.12 Jumlah Skor Pada Masing-Masing Pertanyaan

(9)

Pada grafik diatas, dapat dilihat bahwa pertanyaan ke-sepuluh memiliki hasil skor terendah dengan nilai 20 dan pertanyaan ke-enam menghasilkan skor tertinggi dengan skor 44.

Grafik 3.3.11 Jawaban Responden Pada Pertanyaan 10

Grafik di atas menunjukkan adanya 11 responden menjawab tidak ada pengaruh apa-apa terhadap perasaan responden ketika membaca isu yang ditulis dengan huruf katakana. Menurut Narita (2004,54) bagi kosakata yang mana kanjinya sulit untuk ditulis, bisa dituliskan dengan menggunakan katakana atau bisa juga dengan hiragana. Kata isu, seringkali dituliskan dengan katakana karena kanji nya yang cukup rumit. Kelompok usia ini tidak merasakan pengaruh apa-apa karena penggunaan katakana seperti yang ada pada pertanyaan 10 sering digunakan dalam situasi yang lainnya.

Grafik 3.3.7 Jawaban Responden Pada Pertanyaan 6

Tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 5 responden memilih adanya pengaruh yang besar terhadap penggunaan katakana pada penulisan kata owata. Penulisan katakana seperti ini bukan hal yang biasa dilakukan oleh manusia dalam usia paruh baya. Penulisan kata 終わった ditulis dengan katakana seperti yang tertulis di dalam angket adalah penulisan katakana secara modern seperti biasa yang ditulis oleh remaja-remaja masa kini. Penulisan katakana dengan cara yang modern seperti ini nyatanya dirasakan banyak pengaruhnya terhadap responden.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil analisis yang telah dilakukan kepada 50 responden orang jepang dan menyesuaikan dengan tujuan dari penelitian ini, telah didapat kesimpulan bahwa secara umum, ketiga kelompok usia yang telah diteliti yaitu 15-25 tahun, 26-30 tahun, serta 31 tahun keatas, seluruhnya memiliki pengaruh dari penggunaan katakana dalam media tulisan. Kesepuluh penggunaan katakana yang ada di dalam angket berdasarkan konteksnya dalam bentuk percakapan atau tulisan yang ditemukan pada majalah atau blog, seluruhnya memiliki pengaruh terhadap perasaan pembaca yang ada dalam ketiga kelompok usia yang telah diteliti. Pada angket, kataオワター yang ditulis dengan katakana memiliki pengaruh paling

(10)

banyak dibandingkan dengan penggunaan katakana lainnya. Hal ini dikarenakan penggunaan katakana tersebut sangat jarang digunakan, sehinggan adanya perbedaan perasaan ketika membacanya bila dibandingkan dengan penulisan menggunakan kanji. Kata ファイト yang tertulis dalam angket pada pertanyaan ke-lima paling sedikit berpengaruh terhadap perasaan responden. Penggunaan kata serapan dalam media tulisan sudah sangat umum digunakan sehingga tidak adanya pengaruh yang signifikan ketika membaca kata serapan tersebut. Saran dari penulis adalah Saran saya adalah agar kita mengetahui bagaimana perasaan orang Jepang bila membaca kata yang dituliskan dengan katakana adalah, pertama-tama kita harus mengetahui apa sajakah fungsi katakana dalam bahasa Jepang, serta konteks penggunaan tiap-tiap fungsi katakana. Fungsi katakana dapat digunakan sesuai dengan situasi yang ada, serta mengapa penggunaan katakana lebih dipilih dalam komunikasi media tulisan dibandingkan dengan hiragana atau kanji. Lalu kita juga harus mengetahui karakteristik emosi seperti apa yang ada pada kelompok-kelompok usia, karena dengan berbedanya karakteristik mereka, berbeda pula pengaruh dan pemahaman perasaannya, maka akan berbeda pula cara mereka menanggapi suatu hal selanjutnya. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna serta masih banyak kekurangannya, namun penulis belajar memulai untuk meneliti sesuatu yang baru dan berharap akan ada penelitian-penelitian berikutnya yang berkaitan dengan katakana serta perasaan atau emosi, agar tercipta penelitian-penelitian yang semakin baik kedepannya.

REFERENSI

Boyd, Danah M. Social Network Sites: Definition, History, and Scholarship. International Communication Association, USA. 2008

Crawford, Clifford James. Adaptipn and Transmission in Japanese Loanword Phonology. Cornell University, New York. 2009

Daulton, Frank E. Loanwords in the Media. (2003)

<repo.lib.ryukoku.ac.jp/jspui/bitstream/10519/.../1/KJ00000695971.pdf>

E.Stets, Jan. H. Turner, Jonathan. Handbook of Sociology of Emotions. Springer, New York. 2007 Igarashi, Yuko. The Changing Role of Katakana in the Japanese Writing System: Processing and

Pedagogical Dimensions for Native Speakers and Foreign Learners (2008) <dspace.library.uvic.ca:8080/bitstream/handle/1828/189/PhD?sequence=1>

RIWAYAT PENULIS

Nyoman Maheswari Prani Dhana lahir di kota Jakarta pada 13 Agustus 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Bina Nusantara University dalam bidang sastra Jepang pada 2013.

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria Interpretasi Skor
Grafik 3.1.3 Grafik Jumlah Seluruh Pertanyaan Pada Kelompok Usia 15-25 Tahun
Grafik 3.1.5 Jumlah Responden Pada Pertanyaan 6
Tabel 3.2.1 Interpretasi Pertanyaan 1-10 Dalam Kelompok Usia 26-30 Tahun  Pertanyaan  Jumlah  Hasil Presentase  Interpretasi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kecenderungan lebih banyaknya frase eksosentris direktif yang berfungsi sebagai penanda nomina lokatif di dalam novel ini berkaitan dengan data struktur dan makna

LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat) adalah sebuah unit kegiatan yang berfungsi mengelola semua kegiatan penelitian dan pengabdian kepada

47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dapat menjadi dasar kebijaksanaan dalam upaya menjaga pemanfaatan dan pengelolaan danau dan waduk yang tetap

Sasaran Rencana Strategis Balai Besar KSDA Jawa Barat tahun 2010 -2014 adalah tercapainya penurunan konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi (CA, SM, TWA)

Selain dari staff, kami juga meminta bantuan dari para pengajar LTC untuk menjadi pembawa acara sekaligus juga ada yang menjadi pembuka dalam berdoa dan juga ada

Untuk mendapatkan model terbaik yang dapat diterakan pada kasus jumlah kematian ibu dan jumlah kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah dilakukan dengan melakukan

Simposium lahan gambut internasional ini dimaksudkan untuk memperkuat momentum dan menjadikannya menjadi aksi untuk mentransformasi restorasi lahan gambut dari fase