• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi telah banyak membawa dampak positif bagi dunia pendidikan dewasa ini. Perkembangan teknologi komputer dan internet memberikan banyak tawaran dan pilihan dalam menunjang proses penyampaian materi kepada para peserta didik. Keunggulan yang ditawarkan bukan saja terletak pada faktor kemudahan dan kecepatan untuk mendapatkan informasi, namun juga ragam fasilitas multimedia yang dapat membuat antarmuka belajar menjadi lebih atraktif dan interaktif. Pada sistem konvensional, pembelajaran dilakukan dengan cara tatap muka secara langsung antara pendidik dan peserta didik di tempat yang sama di waktu yang bersamaan pula, akan tetapi dengan kemajuan teknologi proses pembelajaran sudah bisa dilakukan tanpa harus bertatap muka secara langsung di lokasi yang sama dalam waktu sama juga. E-learning adalah suatu bentuk layanan elektronis yang memungkinkan hal tersebut terwujud. UNESCO menyatakan bahwa pada tahun 2008 lebih dari 455 juta penduduk di seluruh penjuru dunia menerima pendidikan dan pelatihan melalui Internet [1]. Pentingnya pemanfaatan teknologi e-learning dalam meningkatkan kualitas pendidikan telah secara luas disepakati [2].

Di sisi yang lain, kemajuan teknologi menyebabkan semakin terasanya kesenjangan digital antara wilayah perkotaan dan wilayah yang terpelosok. Dalam sudut pandang pembangunan nasional, bagaimana menjembatani kesenjangan digital menjadi isu yang sangat penting. Oleh karena itu, adalah krusial bagi pemerintah untuk memimpin pembangunan lingkungan e-learning yang murah, efektif, dan mudah digunakan, terutama di wilayah terpencil yang relatif sulit aksesnya [3].

Kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan menyebabkan terdapat banyaknya daerah rural yang jauh dari jangkauan

(2)

2

kemudahan teknologi. Hal ini berimbas pada sulitnya mencapai dan mempertahankan kesamaan kualitas fasilitas pendidikan dan kualitas pendidik antar daerah. Pemanfaatan layanan e-learning terintegrasi merupakan salah satu cara yang dipercaya dapat memecahkan masalah tersebut [4].

Seiring dengan perkembangan ini, pada tanggal 9 November 2006, dalam rangka peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan di Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta, telah dibuat kesepakatan bersama antara Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) dengan Pemerintah Daerah DIY melalui Kementerian Kominfo RI berupa pemberian bantuan pembiayaan dan bantuan teknis penyelenggaraan Information and Communication Technology Utilization for Educational Quality Enhancement Program (ICT EQEP) atau Program Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Peningkatan dan Pemerataan Mutu Pendidikan.

Sejak disepakati pada bulan November 2006, sampai dengan awal tahun 2014, infrastruktur yang digelar adalah 1 unit Internet Data Center (IDC) di BTKP DIY sebagai pusat layanan e-learning, yang dinamakan e-learning

Jogjabelajar, dan 500 laboratorium komputer di 500 sekolah tingkat SD dan SMP di DIY beserta interkoneksinya ke IDC. Infrastruktur ini digelar sebagai sarana distribusi layanan e-learning ke sekolah-sekolah sasaran program ICT EQEP,

yang kemudian untuk selanjutnya dalam penelitian ini akan disebut sebagai e-learning ICT EQEP. Server-server intranet di sekolah terhubung dengan server e-learning Jogjabelajar di IDC. Server-server intranet ini memiliki Learning Management System (LMS) yang sama dengan LMS di server e-learning

Jogjabelajar, sementara konten media pembelajaran di dalamnya sebagian adalah salinan dari server e-learning Jogjabelajar, ditambah dengan media pembelajaran hasil karya para guru di masing-masing sekolah tersebut. LMS adalah sebuah sistem perangkat lunak yang dirancang untuk mengelola aktivitas-aktivitas pembelajaran para peserta didik [5]. Gambar 1.1. berikut memberikan gambaran bagaimana topologi infrastruktur jaringan inter/intranet yang digelar dalam Program ICT EQEP.

(3)

3 INTERNET INTRANET 300 SD 200 SMP IDC BTKP DIY

Gambar 1.1. Topologi Jaringan ICT EQEP

Program ICT-EQEP merupakan pengembangan dari Program One School One Lab (OSOL) milik Pemerintah Daerah DIY. Program OSOL adalah pengadaan infrastruktur laboratorium komputer di sekolah-sekolah, sedangkan Program ICT-EQEP lebih luas yaitu meliputi penyediaan perangkat TIK, konten pembelajaran, konektitivas jaringan inter/intranet, dan pelatihan. Pada tahun 2011 dan tahun 2012 secara berurutan telah dilaksanakan serah terima operasional dari Kementerian Kominfo RI kepada Dinas Dikpora DIY terhadap 110 sekolah tahap 1 dan 240 sekolah tahap 2 [6, 7].

Salah satu bentuk kegiatan dalam program ICT EQEP adalah pengembangan layanan pembelajaran elektronis atau e-learning, yang diberi nama Jogjabelajar, dengan alamat laman portal di http://jogjabelajar.jogjaprov.go.id

atau dapat juga di akses melalui URL http://jogjabelajar.org

(4)

4

Gambar 1.2. di atas adalah skema laman Jogjabelajar, sementara Gambar 1.3. berikut merupakan tampilan homepage Jogjabelajar.

Gambar 1.3. Tampilan homepage Jogjabelajar Terdapat lima fitur layanan e-learning Jogjabelajar, yaitu: 1. Learning Management System (LMS)

URL: http://lms.jogjabelajar.jogjaprov.go.id. Berisi konten media pembelajaran berbasis web yang disusun berdasarkan jenjang pendidikan dan kategori kelas serta mata pelajarannya.

2. Video Streaming

URL: http://jbtube.jogjabelajar.org. Merupakan sarana bagi para

stakeholders berbagi video-video pembelajaran yang berkaitan dengan dunia pendidikan.

3. Radio Streaming

URL: http://jbradio.jogjabelajar.org. Adalah sarana distribusi media-media pembelajaran berbasis audio. Di dalamnya meliputi materi mengenai tembang macapat, dialog tentang budaya jawa, dialog mengenai kearifan lokal, dan dialog-dialog lain yang berkaitan dengan dunia pendidikan.

4. Budaya

URL: http://jbbudaya.jogjabelajar.org. Dirancang sebagai media distribusi materi-materi yang berkaitan dengan budaya jawa.

(5)

5 5. Virtual Classs

URL: http://jbclass.jogjabelajar.org. Adalah fitur kelas maya di mana peserta didik dapat mendaftar untuk mengikuti sebuah kelas maya yang dikelola oleh BTKP DIY.

Fitur Learning Management System (LMS) merupakan layanan yang didesain dan dikembangkan dalam program ICT EQEP oleh konsultan proyek. Sementara keempat fitur lainnya dikembangkan oleh BTKP DIY. Fitur LMS inilah yang sistem dan kontennya disalin oleh server-server intranet sekolah untuk kemudian dimanfaatkan sebagai sarana program ICT EQEP mendistribusikan konten media pembelajaran berbasis web. Tampilan laman LMS ini dapat dilihat pada Gambar 1.4. di bawah ini.

(6)

6

Gambar 1.4. Tampilan homepage LMS Jogjabelajar

LMS berbasis Moodle dalam Program ICT EQEP beserta konten pembelajaran yang ada di dalamnya dikembangkan oleh Kementerian Kominfo RI yang dibantu oleh para konsultan dan pengembang sistem yang berkompeten di bidangnya. Sebelum LMS dan materi pelajaran didistribusikan ke sekolah-sekolah, terlebih dahulu dilakukan pengkajian materi dan media terhadapnya, sehingga pada saat layanan diimplementasikan seluruh fitur dan konten yang ada telah memenuhi standar publikasi dan layak digunakan.

Dalam rangka optimalisasi penyelenggaraan layanan e-learning ICT EQEP di sekolah-sekolah, telah dilaksanakan berbagai kegiatan sosialisasi,

(7)

7

workshop, serta pendidikan dan pelatihan kepada seluruh kepala sekolah, guru, dan staf laboratorium komputer masing-masing sekolah sasaran program ICT EQEP. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya adalah:

1. Sosialisasi program-program ICT EQEP.

2. Sosialisasi/seminar pemanfaatan TIK untuk pendidikan. 3. Pelatihan pengelolaan laboratorium komputer ICT EQEP. 4. Workshop penyusunan media ajar interaktif.

Dengan kegiatan-kegiatan di atas, diharapkan setiap sekolah mampu menyusun perencanaan, strategi, roadmap, dan kebijakan-kebijakan pemanfaatan TIK untuk pendidikan secara baik, khususnya dalam penyelenggaraan layanan e-learning.

Sejak diluncurkan penggunaannya pada tahun 2011, belum pernah dilaksanakan evaluasi terhadap layanan e-learning ICT EQEP. Padahal dengan semakin pentingnya keberadaan e-learning, maka evaluasi terhadap layanan e-learning adalah hal esensial yang harus dilaksanakan dalam penjaminan kualitas

e-learning [1]. Yang dimaksud dengan terjamin kualitasnya adalah bahwa layanan

e-learning harus memenuhi standar kualitas tertentu yang secara ilmiah telah diakui dan telah banyak digunakan sebagai acuan. Saat ini telah banyak

guidelines, standards, benchmarks, dan checklists yang disusun oleh para peneliti dan berbagai organisasi sebagai respon atas kebutuhan akan acuan instrumen evaluasi kualitas e-learning [3]. Layanan e-learning yang berkualitas tidak hanya bergantung pada aspek pedagogis saja, namun juga memerlukan perubahan dari perspektif organisasi [8]. Di Indonesia saat ini belum ada standar implementasi e-learning yang resmi dari pemerintah, dan hal ini menjadi penghambat kurangnya kualitas sistem e-learning di sekolah-sekolah di Indonesia [9]. Panduan baku seperti ini diharapkan dapat meningkatkan kapabilitas sekolah sebagai penyelenggara layanan, sehingga terwujud suatu layanan e-learning yang berkualitas dan mampu berkembang secara berkelanjutan.

(8)

8 1.2. Perumusan Masalah

Dalam menyusun dan menetapkan sebuah standar, evaluasi dan analisis terhadap kondisi di lapangan merupakan proses yang perlu terlebih dahulu dilaksanakan agar standar yang ditetapkan menjadi standar yang efektif. Pada konteks Program ICT EQEP, evaluasi penyelenggaraan layanan e-learning belum pernah dilaksanakan sehingga mengakibatkan para penyelenggara layanan e-learning, yaitu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, mengalami kesulitan dalam pengelolaan layanan mengingat belum teridentifikasinya faktor-faktor krusial yang harus diperhatikan agar layanan e-learning memiliki mutu yang baik dan mampu berkembang secara berkelanjutan.

1.3. Keaslian Penelitian

Kualitas layanan e-learning merupakan konsep yang kompleks dan pengukurannya diharapkan dilaksanakan secara multidimensi [10]. Agar sebuah layanan e-learning menjadi suatu sistem yang berkualitas, maka para desainer, evaluator, dan penyelenggaranya perlu mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada dalam berbagai framework evaluasi sistem e-learning sehingga terkumpulkan informasi-informasi penting apakah tujuan pengembangan sistem telah tercapai dan apakah best practice telah diterapkan [11]. Berbagai penelitian terhadap penilaian kualitas sistem e-learning telah dilakukan, selain menggunakan

framework yang telah ada, penelitian-penelitian tersebut juga mengusulkan model-model baru instrumen penilaian kualitas e-learning.

Dalam mengevaluasi suatu sistem e-learning, seperti tingkat kesiapan implementasi, tingkat penggunaan, dan tingkat penerimaannya di kalangan pengguna, para peneliti pada umumnya menggunakan model penelitian evaluasi sistem informasi yang telah ada, misalnya: model kesuksesan Sistem Informasi DeLone & McLean (D&M), Technology Acceptance Model (TAM), Theory of Reasoned Action (TRA), Theory of Planned Behaviour (TPB), Unified Theory of Aceeptance and Use of Technology (UTAUT), User Information Satisfaction

(UIS), Task Technology Fit (TTF), Social Cognitive Theory (SCT), Diffusion of Innovation Theory (DIT), E-Learning Satisfaction (ELS), dan End-user

(9)

9

Computing Satisfaction (EUCS). Dalam penggunaannya, model-model penelitian tersebut dapat digunakan sebagai metode tunggal secara utuh, maupun dengan modifikasi, atau bahkan dengan menggabungkan dua atau lebih model penelitian. Gambar 1.5. dibawah ini menggambarkan jenis model penelitian yang lazim digunakan para peneliti dalam bidang e-learning.

Gambar 1.5. Model Penelitian dalam bidang evaluasi kualitas E-Learning

Selain menggunakan model penelitian yang telah ada dan lazim digunakan, beberapa peneliti juga mengusulkan model penelitian baru yang dikembangkannya sendiri. Pada umumnya, pengembangan model baru ini dilakukan oleh para peneliti yang obyek penelitiannya adalah CSF dalam e-learning. Sebagian besar pengembangan model penelitian baru dalam analisis CSF e-learning dilakukan dengan melaksanakan kajian pustaka terhadap makalah-makalah yang telah dipublikasikan sebelumnya, kemudian mengkaji faktor-faktor yang ada untuk disusun kembali menjadi model baru yang sesuai dengan tujuan penelitian selanjutnya.

Tabel 1.1. berikut mencantumkan beberapa makalah sebagai gambaran penggunaan model-model penelitian dalam bidang e-learning.

Tabel 1.1. Daftar Model Penelitian dalam Bidang E-Learning

No. Peneliti Tahun Topik Basis Model Penelitian

1 Lwoga [12] 2014 Tingkat penerimaan web-based LMS

DeLone & McLean 2 Othman [13] 2013 Faktor penerimaan

e-learning

DeLone & McLean (modifikasi) 3 Raspopovic

[14]

2014 CSF e-learning di negara berkembang

DeLone & McLean (modifikasi)

4 Lin [15] 2012 Faktor keberlanjutan DeLone & McLean +

Variabel Modification E-Learning Research Model

Existing Model

Literature-review-based Model Benchmarking-framework-based Model

Modified Model New/Researcher’s Model

DeLone & McLean, EUCS, DIT, TAM, TPB, TRA, TTF, UTAUT, etc

(10)

10

No. Peneliti Tahun Topik Basis Model Penelitian

penggunaan e-learning TTF 5 Tarigan [16] 2011 Evaluasi tingkat

kepuasan Pengguna

ELS (modifikasi) 6 Wang [17] 2003 Evaluasi tingkat

kepuasan pengguna EUCS + UIS 7 Cheawjindakarn [18] 2012 CSF e-learning di Perguruan Tinggi Kajian Pustaka 8 Ferdousi [19] 2009 Evaluasi faktor

penggunaan e-learning

Kajian Pustaka atas TRA, SCT, TPB, TAM, dan DIT.

9 Selim [20] 2007 CSF tingkat penerimaan e-learning

Model berbasis kajian pustaka

10 Masrom [21] 2008 CSF e-learning dari perspektif mahasiswa

Model berbasis kajian pustaka

11 Sun [22] 2008 CSF tingkat kepuasan pengguna

Model berbasis kajian pustaka

12 Mohamed [23] 2011 Faktor pengaruh task-technology fit

Model berbasis kajian pustaka

13 Bhuasiri [24] 2012 CSF e-learning di negara berkembang

Model berbasis kajian pustaka

14 Laily [25] 2013 CSF implementasi e-learning

Model berbasis kajian pustaka

15 McGill [26] 2014 CSF keberlanjutan inisiatif e-learning

Model berbasis kajian pustaka

16 Roca [27] 2006 Evaluasi tingkat

keberlanjutan pengguna

TAM (modifikasi) 17 Abaidoo [28] 2014 Evaluasi pengaruh

adopsi dan penggunaan e-learning

TAM + DIT + UTAUT

18 Lee [29] 2010 Evaluasi tingkat keberlanjutan penggunaan TAM + TPB 19 Baleghi-Zadeh [30] 2014 Evaluasi tingkat keinginan penggunaan TAM + TTF 20 Hidayanto [31] 2014 CSF Penggunaan E-Class TAM + TTF 21 Siragusa [32] 2009 Evaluasi perilaku

maha-siswa terhadap e-learning

TPB

22 Jebeile [33] 2003 Evaluasi tingkat penerimaan e-learning

DIT + TRA 23 D'Ambra [34] 2013 Evaluasi tingkat

penggunaan e-learning TTF 24 Baleghi-Zadeh [35] 2014 Evaluasi tingkat penggunaan e-learning TTF 25 Sun [36] 2013 Evaluasi tingkat

efektivitas

TTF (modifikasi) 26 Umrani-Khan 2009 Evaluasi tingkat UTAUT (modifikasi)

(11)

11

No. Peneliti Tahun Topik Basis Model Penelitian

[37] penerimaan e-learning

27 Akbar [38] 2013 Evaluasi tingkat penerimaan e-learning

UTAUT (modifikasi)

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan modifikasi model penelitian yang telah ada dan CSF hasil kajian pustaka terdahulu, penelitian ini mengusulkan model penelitian identifikasi CSF yang dikembangkan dengan secara spesifik berdasarkan pada suatu e-learning benchmarking framework.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah melaksanakan evaluasi terhadap kapabilitas sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dalam penyelenggaraan layanan e-learning agar dapat diketahui faktor-faktor kritis apa saja yang sangat berpengaruh dalam mencapai kesuksesan (Critical Success Factors) penyelenggaraan layanan e-learning. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model modifikasi analisis CSF berbasis framework E-Learning Maturity Model (EMM).

1.5. Manfaat Penelitian

Dengan diketahuinya Critical Success Factors (CSF) dalam penyelenggaraan layanan e-learning, dan tersusunnya suatu model analisis CSF

penyelenggaraan layanan e-learning, melalui studi kasus pada layanan e-learning

ICT EQEP, dapat memberikan manfaat bagi:

1. Akademisi, regulator, dan praktisi pendidikan, konstribusi penelitian ini adalah memberikan khasanah baru model penelitian analisis CSF untuk peningkatan kapabilitas penyelenggaraan layanan e-learning.

3. Sekolah-sekolah jenjang pendidikan dasar dan menengah, menjadi acuan dalam penyelenggaraan layanan e-learning yang lebih berkualitas.

4. Peserta didik, dapat memperoleh layanan e-learning yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan.

5. Program ICT EQEP, memberikan petunjuk mengenai faktor-faktor kritis yang harus diperhatikan dan dilaksanakan demi peningkatan kapabilitas

(12)

12

penyelenggaraan layanan e-learning sehingga layanan dapat terus dikembangkan secara berkelanjutan agar kemudian mampu memenuhi tujuan pelaksanaan program ICT EQEP. Hal ini sangatlah penting mengingat dana proyek yang cukup besar, berupa hibah dari Jepang melalui JICA mencapai lebih dari 390 milyar Rupiah [39].

Gambar

Gambar 1.2. Fitur E-learning Jogjabelajar
Gambar  1.2.  di  atas  adalah  skema  laman  Jogjabelajar,  sementara  Gambar  1.3. berikut merupakan tampilan homepage Jogjabelajar
Gambar 1.4. Tampilan homepage LMS Jogjabelajar
Tabel  1.1.  berikut  mencantumkan  beberapa  makalah  sebagai  gambaran  penggunaan model-model penelitian dalam bidang e-learning

Referensi

Dokumen terkait

trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda..

Allah telah memberi gambaran secara tegas, bahwa pelaksanaan shalat telah ditentukan waktunya masing-masing, oleh karena itu telah disepakati bahwa waktu shalat merupakan

Berdasarkan pengamatan kemampuan berbahasa siswa pada siklus 1 telah mengalami peningkatan dari pratindakan walaupun belum mencapai persentase KKM yang telah ditentukan.

Penghitungan harga pokok produksi kerupuk lebar barokah yang meliputi biaya per tahun: biaya bahan baku sebesar Rp 33.020.000.-, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp

Kondisi ini mendukug analisis bahwa telah terjadi pertumbuhan pendapatan keluarga yang lebih cepat pada daerah yang terdampak, sehingga dapat mengejar ketinggalan dan

Pada penelitian ini di dapatkan hasil pertanggung jawaban perdata atas suatu risiko dalam pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh mahasiswa praktikan kebidanan harus

“Bentuk lain yang jumlahnya besar antar sesama santri ketika senam pagi setiap satu minggu sekali yaitu pada kegiatan senam santri setiap minggu pagi.” (Sumber: Wawancara

Apart from the mainstream organizations such as NU and Muhammadiyah, Indonesia also witnesses the emergence of radical Islamic organizations such Majelis Mujahidin