• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KETERAMPILAN BERTANYA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS X TAV 1 SMK NEGERI 3 SINGARAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KETERAMPILAN BERTANYA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS X TAV 1 SMK NEGERI 3 SINGARAJA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

ANALISIS KETERAMPILAN BERTANYA GURU DAN SISWA DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS X TAV 1

SMK NEGERI 3 SINGARAJA

Putu Ayu Hana Indah Cahyani, I Gede Nurjaya, Sang Ayu Putu Sriasih

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail ayuhanna28@gmail.com, gedenurjaya@gmail.com, sapsriasih@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan jenis pertanyaan yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X TAV 1, (2) mendeskripsikan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X TAV 1, dan (3) mendeskripsikan hambatan bertanya yang dialami siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia SMK Negeri 3 Singaraja. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X TAV 1 SMK Negeri 3 Singaraja. Objek penelitian ini adalah keterampilan bertanya guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket terbuka dan perekaman. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini adalah (1) Jenis pertanyaan yang digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X TAV 1 adalah jenis pertanyaan permintaan, retoris, mengarahkan, pertanyaan sempit informasi langsung, dan pertanyaan sempit memusat, (2) keterampilan bertanya siswa masih rendah dibuktikan dari pertanyaan selama tiga kali pengamatan, dan (3) terdapat 6 faktor yang menghambat siswa dalam bertanya yaitu (1) malu/gugup/tidak percaya diri (2) takut ditertawai teman, (3) situasi kelas ribut, (4) mengantuk/kurang fokus, (5) kurang mengerti dengan yang harus ditanyakan, (6) takut pertanyaan tidak dijawab.

Kata kunci: bertanya, guru, hambatan, siswa,

Abstract

This research examines at (1) describing the various types of questions used by teacher as foundin Indonesian learning situation at the class of X TAV 1, (2) describing the students’ questioning skill as found in Indonesian learning situation at the class of X TAV 1, and (3) describing the obstacles experienced by students in questioning as found in Indonesian learning situation in SMK Negeri 3 Singaraja. The subjects of this study were both teacher and students especially those at the class of X TAV 1. The objects of this study were the questioning skill of both students and teacher as found in Indonesian learning situation. Furthermore, the techniques used for gathering the data werethrough observation, open questionnaire and recording while descriptive qualitative method was used as the technique of analyzing data .

The results showed that (1) the types of questioning skills used by teacher were ranging from demanding questions, rhetorical questions, guiding questions and specific questions for either giving direct information or focusing, (2) the students’ questioning skills was still low; it was proven through the three times observations done by the researcher, and (3) there were six obstacles experienced by the students, namely (a) shyness/ nervousness/ hesitancy, (b) the fear of being mocked by other students, (c) the noisy situation of the class, (d) drowsiness/ less focus, (e) less understand about what have to be questioned, (f) the fear of having questions which were not answered.

(2)

e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

(3)

PENDAHULUAN

Keterampilan bertanya penting dimiliki setiap individu. Di sekolah, seharusnya keterampilan bertanya mulai dilatih. Bertanya adalah kegiatan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Di rumah, di pasar, di perjalanan, di sekolah, dan di mana saja selalu terjadi kegiatan bertanya.

Tujuan bertanya dalam kehidupan sehari-hari adalah memperoleh informasi mengenai hal yang belum diketahui penanya. Selain itu, dengan keterampilan bertanya, seseorang bisa mempelajari tentang dunia di sekelilingnya, membina hubungan yang baik di antara sesama manusia, dan menciptaakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia (Hardjana, 2003:22).

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, keterampilan bertanya sangat diperlukan. Siswa diharapakan memiliki empat keterampilan berbahasa, salah satunya keterampilan bertanya. Bertanya adalah bagian penting dalam proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik.

Ada lima tahap yang ada pada pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Pendekatan ini mengharapkan peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran atau pembelajaran berpusat pada peserta didik.

Tujuan pertanyaan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran ialah agar siswa belajar, yaitu memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir. Pertanyaan dalam proses pembelajaran bisa berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntut respons siswa sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir.

Bertanya merupakan aspek penting dalam proses pembelajaran. Dapat dibayangkan jika dalam suatu proses pembelajaran di kelas tidak ada pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari guru maupun peserta didik. Bisa dipastikan

pembelajaran akan membosankan dan kurang bermakna karena tidak ada proses mengalami melalui diskusi. Kondisi demikian sering terjadi di kelas.

Pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik menuntut peserta didik melatih kemampuan berbahasa mereka. Pada tahap menanya dan mengomunikasikan misalnya, peserta didik wajib melatih keterampilan berbicara mereka. Keterampilan berbicara pada umumnya dan bertanya pada khususnya memang menjadi sesuatu yang utama dimiliki peserta didik lebih-lebih dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia.

Pertanyaan yang diajukan siswa biasanya bertujuan untuk mendapatkan penjelasan. Di sisi lain, tujuan guru bertanya, diantaranya bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa, mendapat informasi dari siswa, dan merangsang siswa berfikir. Jadi, keterampilan bertanya guru juga menjadi tolok ukur kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru.

Guru dan siswa menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk menjalin interaksi pembelajaran yang baik. Bagi guru, memberikan pertanyaan yang efektif

membutuhkan kemampuan untuk

menyebarkan perhatian secara acak, yang dibentuk atau diekspresikan secara intuitif selama pembelajaran. Pertanyaan harus diberikan secara terstruktur dan sistematis serta menggunakan strategi pembelajaran yang tepat agar semua siswa dapat berpartisipasi.

Seorang guru tidak dapat mendorong siswa mengajukan pertanyaan hanya dengan berdiri di depan kelas seraya berkata, “ada pertanyaan?” Meskipun itu dilakukan dengan setulus hati, akan tetapi hal tersebut tidak serta merta membuat siswa mau merespon pertanyaan. Di sisi lain, terdapat banyak tekanan yang memaksa siswa untuk tidak bertanya. Biasanya rasa malu, takut, rendah diri, dan ketidakpedulian merupakan faktor-faktor yang banyak dijumpai terkait kepasifan siswa dalam bertanya di kelas.

Bertanya dalam proses pembelajaran adalah hal yang baik. Seharusnya siswa

(4)

mampu mengutarakan gagasan mereka atau menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Berbagai kendala mungkin saja terjadi dalam suatu pembelajaran, termasuk kendala siswa dalam bertanya. Kendala tersebut disebabkan oleh faktor internal dan eksternal dari diri siswa.

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti kondisi kesehatan, kematangan usia, kepercayaan diri, dan kemampuan intelegensi. Sementara itu, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa itu sendiri, seperti teman, guru, cuaca, dan masyarakat.

Selain itu, proses interaksi belajar-mengajar yang baik adalah proses mengajar dengan menggunakan pola dua arah. Pola dua arah terjadi apabila arah komunikasi datang dari guru ke siswa dan dari siswa ke guru (Sudiana, 2006:14). Guru melontarkan pertanyaan dan siswa menjawab atau siswa menyampaikan gagasan dan guru menanggapi.

Pola tersebut tidak akan berjalan dengan lancar jika satu pihak tidak terlibat interaksi aktif. Misalnya siswa kesulitan bahkan tidak mampu melakukan interaksi, atau guru yang terlalu mendominasi di kelas. Peserta didik tidak akan memiliki kesempatan berpikir jika salah satu atau bahkan kedua kondisi tersebut terjadi di dalam kelas.

Bertanya adalah salah satu metode untuk membuat siswa berpikir. Jika siswa berpikir kritis berarti mereka memiliki sifat ingin tahu. Untuk memuaskan rasa ingin tahu tersebut, peserta didik harus bertanya.

Hal ini ditegaskan oleh Sanjaya (2006:264) yang menyatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Dalam hal ini bertanya dipandang sebagai cerminan rasa ingin tahu, sedangkan menjawab pertanyaan menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir.

Kemampuan bertanya adalah semua kalimat tanya atau seluruh yang menuntut respon siswa terhadap suatu permasalahan dalam proses belajar-mengajar. Kemampuan bertanya berguna bagi siswa

karena mereka dapat membuktikan dirinya mampu berpikir kritis sekaligus mampu untuk mengakrabkan diri kepada lingkungan sekitar.

Rasa ingin tahu yang dimiliki siswa akan membuat mereka terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Keadaan seperti ini bisa terjadi jika guru tidak mendominasi di kelas. Sifat ingin tahu sangat penting dalam kehidupan manusia, karena itu perlu dikembangkan dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas. Diharapkan, kemampuan berpikir kritis dan dibarengi dengan keterampilan bertanya yang baik membuat siswa cepat menemukan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi di masyarakat maupun di dunia kerja kelak.

Suwangsih dan Tiurlina (2006:181) mengemukakan bahwa metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan ajar dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan. Tujuan pembelajaran tidak akan dapat dicapai jika keterampilan bertanya guru dan siswa tidak memadai.

Kondisi ideal dalam proses pembelajaran di kelas adalah keterlibatan siswa secara langsung dan aktif. Kelas yang baik seharusnya berisi dialog antar guru dengan siswa. Dialog yang dilakukan bisa secara individu, guru dengan kelompok kecil, atau antara guru dengan seluruh siswa di kelas.

Nasution (1978:67) mengemukakan keterlibatan siswa secara langsung akan menumbuhkan empat hal yaitu, pengetahuan, kemampuan, sikap, dan nilai-nilai moral pada dirinya. Empat hal tersebut adalah tujuan pendidikan. Makin banyak siswa terlibat dalam proses belajar-mengajar makin aktiflah proses berfikir siswa, sehingga tujuan pendidikan tercapai.

Selain itu, kondisi demikian akan menyebabkan peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan yang diperoleh siswa. Akan berbalik hasilnya jika kondisi yang terjadi di kelas adalah sedikit keterlibatan siswa dalam belajar, maka makin kurang aktiflah proses pengembangan berfikir siswa. Hal ini akan

(5)

membuat kuantitas dan kualitas pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi sedikit.

Peneliti memilih SMK Negeri 3 Singaraja sebagai bahan penelitian karena sekolah ini adalah salah satu sekolah terbaik di Buleleng, juga merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan (SMK) terbaik di Bali. Dengan kata lain, lingkungan sekolah sangat mendukung pembelajaran yang berkualitas.

Peneliti menentukan kelas X TAV 1 sebagai subjek penelitian menggunakan sistem sampel pilihan (porposive sampling). Pemilihan dan jumlah sumber data ini bersifat selektif dengan pertimbangan yang didasarkan pada konsep teori yang dipergunakan, keinginan dan keyakinan pribadi, serta karakteristik empiris, bukan didasarkan pada perumusan karakteristik populasi.

Penelitian sejenis telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Adapun penelitian sejenis tersebut sebagai berikut. Penelitian pertama oleh H. Lalu Segep Widjaya, I. N. Suandi, dan I. B. Putrayasa pada tahun 2013 dengan judul “Analisis Pertanyaan Guru dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Selong Lombok Timur Nusa Tenggara Barat Tahun Pembelajaran 2012/2013”. Posisi penelitian yang peneliti rancang terhadap penelitian H. Lalu Segep Widjaya, dkk mempertegas terkait analisis pertanyaan guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.

Selanjutnya, penelitian berjudul “Kemampuan Bertanya Guru IPA dalam Pengelolan Pembelajaran”. Penelitian ini dilakukan oleh Gandhi Ermasari, I Wayan Subagia, dan Ida Bagus Nyoman Sudria pada 2014. Penelitian sejenis pernah juga dilakukan oleh N. W. Wiyanthini Dewi, Ign. I Wayan Suwatra, dan I Wayan Romi Sudhita pada 2015 yang berjudul “Pengembangan Media Video Pembelajaran tentang Keterampilan Bertanya dan Memberikani Penguatan pada Mata Kuliah Pengajaran Mikro”. Posisi penelitian yang akan peneliti buat adalah untuk melengkapi penelitian Gandhi Ermasari, dkk terkait jenis

pertanyaan yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran.

Penelitian sejenis pernah juga dilakukan oleh N. W. Wiyanthini Dewi, Ign. I Wayan Suwatra, dan I Wayan Romi Sudhita pada 2015 yang berjudul “Pengembangan Media Video Pembelajaran tentang Keterampilan Bertanya dan Memberikani Penguatan pada Mata Kuliah Pengajaran Mikro.” Penelitian pengembangan ini memperoleh hasil berupa deskripsi rancangan pengembangan, kualitas hasil pengembangan video, dan efektivitas hasil pengembangan video pembelajaran. Penemuan media video pembelajaran tentang keterampilan bertanya dan keterampilan memberikani penguatan ini efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah pengajaran mikro di Jurusan Teknologi Pendidikan tahun pelajaran 2014/2015. Posisi penelitian yang peneliti rancang terhadap penelitian N. W. Wiyanthini Dewi, dkk melengkapi terkait tentang keterampilan bertanya.

Penelitian-penelitian di atas memang sejenis dengan penelitian yang peneliti rancang. Namun, penelitian-penelitian tersebut memiliki nuansa yang berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan saat ini, terutama dari objek dan subjek. Hal ini perlu dilakukan untuk melengkapi serta mempertegas keberadaan kajian analisis keterampilan bertanya pada penelitian-penelitian sebelumnya. Ini yang membuat penelitian yang dirancang ini menarik dilakukan. Jadi, posisi penelitian ini adalah untuk melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya. Untuk itulah, peneliti ingin melakukan penelitian tentang analisis keterampilan bertanya guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X TAV 1 SMK Negeri 3 Singaraja.

Ruang lingkup keterampilan bertanya sangatlah luas, maka penelitian ini difokuskan pada keterampilan bertanya guru dan siswa saat kegiatan awal pembelajaran saja. Peneliti berasumsi aspek ini sudah mewakili pembahasan tentang keterampilan bertanya. Berdasarkan hal itu, penelitian dengan judul

(6)

“Analisis Keterampilan Bertanya Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas X TAV 1 SMK Negeri 3 Singaraja” menarik dan penting dilakukan guna melengkapi sisi lain penelitian-penelitian yang sudah ada.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti merancang metode penelitian yang meliputi, (1) rancangan penelitian, (2) subjek dan objek penelitian, (3) metode pengumpulan data dan instrumen, dan (4) teknik analisis data.

Peneliti dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif. Rancangan deskriptif ini dipilih oleh peneliti untuk memberikan suatu penggambaran yang jelas mengenai keterampilan bertanya siswa dan guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X TAV 1 SMK Negeri 3 Singaraja.

Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang yang dipermasalahkan dalam penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa di kelas X TAV 1 SMK Negeri 3 Singaraja yang berjumlah 36 orang dan seorang guru pengajar Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas X TAV 1. Objek penelitian ini adalah keterampilan bertanya guru dan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Peneliti menentukan kelas X TAV 1 sebagai subjek penelitian menggunakan sistem sampel pilihan (porposive sampling).

Dalam hal ini, perlu dikemukakan bahwa pemilihan dan jumlah sumber data ini bersifat selektif dengan pertimbangan yang didasarkan pada konsep teori yang dipergunakan, keinginan dan keyakinan pribadi, serta karakteristik empiris, bukan didasarkan pada perumusan karakteristik populasi. Oleh karena penelitian ini meru-pakan penelitian dengan pendekatan kualitatif, jumlah siswa dan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang diteliti dinilai sudah cukup memadai.

Oleh karena data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa pertanyaan-pertanyaan guru dan siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, serta hasil wawancara guru dan siswa saat usai jam pelajaran, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, angket terbuka, dan perekaman.

Metode pertama yang peneliti gunakan adalah observasi. Metode observasi digunakan oleh peneliti untuk mencari data dari rumusan masalah kedua dan ketiga yaitu mengenai keterampilan siswa dalam bertanya serta hambatan siswa dalam mengajukan pertanyaan kepada guru.

Metode observasi yang peneliti gunakan adalah metode observasi nonpartisipasi. Peneliti berada di kelas X TAV 1 untuk mengadakan pengamatan terhadap kesulitan yang dialami siswa. Observasi dilakukan dengan bantuan instrumen observasi untuk memperoleh data dan sebuah alat perekam.

Metode yang peneliti gunakan berikutnya adalah angket terbuka. Angket merupakan serangkaian daftar pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara sistematis kepada responden.dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah guru dan siswa. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket terbuka karena responden memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman observasi yang berfungsi untuk mendapatkan gambaran sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang pertama dan kedua. Selain itu, peneliti juga menggunakan pedoman angket. Pedoman angket digunakan untuk memperoleh data yang akan memperkuat rumusan masalah pertama, kedua, dan ketiga.

Angket digunakan untuk memeroleh jawaban rumusan masalah pertama, kedua, dan ketiga. Alat perekam juga digunakan untuk memperkuat data pada rumusan masalah pertama, kedua dan ketiga. Blackberry Gemini dipilih peneliti sebagai

(7)

alat perekam untuk mendukung pengambilan data.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dalam metode ini, hasil penelitian dideskripsikan lewat uraian dan penjelasan data yang telah didapatkan. Tahapan analisis data ini akan melewati tiga alur, yaitu pengidentifikasian data, penyajian data, dan penarikan simpulan.

Pada tahap reduksi dilakukan memilihan data yang diperlukan dan menyisihkan data yang tidak perlu. Kegiatan reduksi data dilakukan dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian.

Setelah data-data mengalami proses reduksi, hasil berupa jenis-jenis pertanyaan guru, keterampilan bertanya guru dan siswa, serta hambatan siswa dalam bertanya. Data tersebut diuraikan menggunakan kata-kata sederhana.

Langkah terakhir adalah menyusun simpulan. Simpulan disajikan secara deskriptif dalam penyajian data. Simpulan yang dibuat akan memberikan jawaban atas masalah penelitian ini. Penarikan simpulan ini disesuaikan dengan temua di lapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN

Keberhasilan proses pembelajaran bahasa Indonesia sangat dipengaruhi oleh kesinambungan komunikasi (interaksi) antara guru dan siswa. Agar proses pembelajaran bahasa Indonesia dapat berjalan dengan baik dan efektif, proses pembelajaran dan interaksi antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa serta antara guru dan para siswa harus dipelihara dan dijaga dengan saksama.

Salah satu alat kontrol yang bisa dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia agar interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran tidak macet adalah pertanyaan. Guru hendaknya mampu bertanya dengan tidak asal bertanya.

Sebuah pertanyaan yang baik harus memiliki alasan, fokus, kejelasan arah dan maksud, serta disampaikan dengan intonasi

yang jelas. Pertanyaan digolongkan baik jika, menantang, mengejutkan, memelihara hubungan keilmuan dengan siswa, menstimulasi, dan memunculkan rasa ingin tahu yang lebih lanjut.

Keterampilan bertanya digolongkan menjadi dua yaitu keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya tingkat lanjutan. Jenis-jenis pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa adalah pertanyaan permintaan, retoris, mengarahkan, pertanyaan sempit informasi langsung, dan pertanyaan sempit memusat. Hasil penelitian pertama membahas tentang jenis pertanyaan yang digunakan guru pengajar bahasa Indonesia di kelas X TAV 1. Untuk memeroleh data jenis pertanyaan yang digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X TAV 1 SMK N 3 Singaraja, peneliti menggunakan angket terbuka dan observasi (dibantu rekaman). Penyebaran angket terbuka untuk guru dilaksanakan pada 25 Januari 2016 kepada guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas X TAV 1 SMK Negeri 3 Singaraja yang bernama Desak Made Ariningsih, S.Pd. Pokok bahasan yang disajikan dalam kelas saat itu adalah teks anekdot.

Berdasarkan hasil observasi (dibantu rekaman) dan angket terbuka, jenis pertanyaan yang digunakan oleh guru adalah, pertanyaan permintaan, pertanyaan retoris, pertanyaan mengarahkan atau menuntut, dan pertanyaan sempit baik sempit informasi langsung atau sempit memusat. Pertanyaan-pertanyaan jenis ini dimunculkan oleh guru tergantung keperluan di kelas saat pembelajaran berlangsung.

Di kelas, guru lebih sering memunculkan pertanyaan saat apersepsi. Mengenai jenis pertanyaan, biasanya tergantung materi pembelajaran. Namun kecenderungan yang ditemui di lapangan adalah penggunaan pertanyaan berdasarkan maksud dan pertanyaan menurut luas atau sempitnya sasaran pertanyaan.

Hal ini dibuktikan pada saat observasi. Peneliti melakukan tiga kali

(8)

observasi untuk mendapatkan jenis pertanyaan yang digunakan guru. Observasi pertama dilakukan pada 26 Januari 2016. Selanjutnya observasi kedua pada 27 Januari 2016. Lalu observasi ketiga pada 28 Januari 2016.

Pada observasi pertama, guru menggunakan lima jenis pertanyaan, yaitu pertanyaan sempit informasi langsung, mengarahkan atau menuntut, sempit memusat, retoris, dan permintaan.

Pada observasi kedua, guru menggunakan empat jenis pertanyaan, yaitu pertanyaan sempit informasi langsung, mengarahkan atau menuntut, sempit memusat, dan retoris.

Pada observasi ketiga, guru menggunakan tiga jenis pertanyaan, yaitu pertanyaan mengarahkan atau menuntut, retoris, dan sempit informasi langsung.

Jenis pertanyaan yang dimunculkan guru antara lain, pertanyaan permintaan, pertanyaan retoris, dan pertanyaan mengarahkan/menuntut. Pertanyaan permintaan muncul sebanyak 1 buah, pertanyaan retoris muncul sebanyak 3 buah, dan pertanyaan mengarahkan/ menuntut muncul 4 buah.

Selain pertanyaan berdasarkan maksudnya, peneliti juga menemukan jenis-jenis pertanyaan menurut luas atau sempitnya sasaran pertanyaan yang digunakan guru bahasa Indonesia saat pembelajaran di kelas X TAV 1 SMK Negeri 3 Singaraja. Pertanyaan-pertanyaan jenis ini tidak terlalu banyak muncul. Dalam satu kali pembelajaran, pertanyaan sempit informasi langsung berjumlah 3 buah sedangkan pertanyaan sempit memusat berjumlah 2 buah.

Tipe pertanyaan sempit adalah tipe pertanyaan dapat dijawab dengan satu jawaban yang benar. Saat pertanyaan ini

dimunculkan kemungkinan guru

memberikan alternatif jawaban sangat terbatas kepada siswa dan bentuk jawabannya biasanya hanya berupa kata atau frase.

Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru. Hampir pada setiap kegiatan pembelajaran, guru mengajukan pertanyaan

kepada siswa. Kualitas pertanyaan guru menentukan kualitas jawaban siswa. Sebuah pertanyaan berkualitas akan menumbuhkan rasa ingin tahu yang lebih lanjut pada diri siswa. Siswa pasti berusaha untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan maksimal. Hal ini akan memunculkan dialog yang bermakna bagi siswa, sehingga siswa menjadi mengerti sekaligus terlatih berpikir kritis.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X TAV 1 SMK N 3 Singaraja, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru beragam sesuai maksud dan jenisnya. Pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia berupa pertanyaan lisan. Sebab itu, pemunculannya lebih banyak bersifat spontan dan pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan motivasi, sikap kritis siswa dalam belajar serta menilai keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Selain guru, siswa juga harus mampu dalam bertanya atau mengajukan pertanyaan. Setiap manusia yang dilahirkan dalam keadaan normal pada dasarnya sudah memiliki potensi terampil bertanya. Potensi tersebut akan menjadi kenyataan bila dipupuk, dibina, dan dikembangkan melalui latihan yang sistematis, terarah, dan berkesinambungan. Pertanyaan yang diajukan siswa biasanya bertujuan untuk mendapatkan penjelasan baik dari guru maupun teman.

Dalam pemahaman siswa,

keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut sangat berperan dalam diri siswa. Kehidupan siswa dalam sehari-hari tidak luput dari aktivitas bertanya. Dalam pembahasan yang kedua, peneliti membahas tentang keterampilan bertanya siswa kelas X TAV1 dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Untuk memeroleh data keterampilan bertanya siswa X TAV 1 dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMK N 3 Singaraja, peneliti menggunakan angket terbuka dan observasi (dibantu rekaman). Keterampilan bertanya siswa X TAV 1 dalam pembelajaran bahasa Indonesia di

(9)

SMK N 3 Singaraja masih rendah. Hal ini dapat dibuktikan melalui temuan peneliti saat observasi bahwa jenis pertanyaan yang diajukan siswa saat pembelajaran berlangsung hanya berupa pertanyaan pemahaman dan penerapan. Keterampilan bertanya siswa dapat dilihat melalui jenis-jenis pertanyaan yang digunakan.

Berkaitan dengan hal tersebut, dalam observasi peneliti mengamati jenis pertanyaan yang digunakan siswa. Data tentang jenis pertanyaan yang digunakan siswa akan menggambarkan keterampilan bertanya siswa. Untuk mendapatkan data yang cukup, peneliti melakukan tiga kali observasi. Hasil observasi jenis pertanyaan yang digunakan siswa X TAV 1 disajikan secara terpisah menurut pokok pembahasan yang disajikan guru di kelas.

Observasi pertama dilakukan pada 26 Januari 2016 di kelas X TAV 1 SMK Negeri 3 Singaraja. Jumlah siswa kelas X TAV 1 adalah 36 orang. Saat itu, guru menyajikan pokok bahasan membaca puisi mengenai teks anekdot. Pada observasi pertama, ditemukan dua jenis pertanyaan yang digunakan siswa, yaitu pertanyaan pemahaman dan penerapan.

Observasi kedua dilakukan pada 27 Januari 2016 di kelas X TAV 1 SMK Negeri 3 Singaraja. Guru menyajikan pokok bahasan mencocokan kalimat mengenai teks anekdot. Pada observasi kedua, ditemukan satu jenis pertanyaan yang digunakan siswa, yaitu pertanyaan pemahaman saja.

Observasi ketiga dilakukan pada 28 Januari 2016 di kelas X TAV 1 SMK Negeri 3 Singaraja. Guru menyajikan pokok bahasan membaca teks anekdot buatan siswa. Pada observasi ketiga, ditemukan satu jenis pertanyaan yang digunakan siswa, yaitu pertanyaan pemahaman saja.

Berdasarkan hasil observasi tersebut, jenis pertanyaan yang digunakan siswa X TAV 1 hanya terdiri dari dua jenis saja, yaitu pertanyaan penerapan dan pemahaman.

Selain dengan metode observasi, untuk memeroleh data mengenai keterampilan bertanya siswa X TAV 1,

peneliti menggunakan angket terbuka. Penyebaran angket terbuka untuk siswa dilaksanakan pada 25 Januari 2016. Saat itu, guru menyajikan materi tentang teks anekdot.

Siswa kelas X TAV 1 berjumlah 36 orang. Dalam angket tersebut, peneliti menyajikan lima butir pertanyaan, yaitu (1) apakah Anda selalu bertanya saat kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia?, (2) mengapa Anda bertanya?, (3) apakah Anda mengalami kesulitan dalam bertanya dalam pembelajaran?, (4) bagaimanakah Anda memberikan tanggapan balik kepada guru jika guru bertanya kepada Anda?, dan (5) jenis pertanyaan bagaimanakah yang sering Anda gunakan?

Temuan peneliti terkait angket terbuka adalah, hanya 14 siswa dari total 36 siswa yang sering bertanya. Sisanya, sebanyak 14 orang kadang-kadang bertanya jika dirasa perlu. Berikutnya sebanyak 4 orang jarang bertanya dan sebanyak 4 orang tidak pernah bertanya.

Hasil angket terbuka memaparkan bahwa keterampilan bertanya siswa masih rendah. Hasil angket terbuka ini sejalan dengan hasil observasi yang juga peneliti lakukan terkait permasalahan yang sama.

Bagi sebagian siswa, bertanya adalah hal yang sulit dilakukan. Ternyata, fakta di lapangan juga demikian. Hal ini didasari oleh hasil angket terbuka yang peneliti sebar kepada siswa X TAV 1.

Untuk memeroleh data terkait hambatan bertanya siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X TAV 1 SMK N 3 Singaraja, peneliti menggunakan angket terbuka. Penyebaran angket terbuka dilakukan pada 25 Januari 2016. Saat itu, guru menyajikan pokok bahasan tentang teks anekdot.

Dari hasil penelitian didapat bahwa mayoritas siswa, sebanyak 16 siswa tidak bertanya karena sudah mengerti dengan materi yang diajarkan, sebanyak 12 siswa tidak bertanya karena malu, sebanyak 3 siswa tidak bertanya karena memang tidak ingin bertanya, sebanyak 3 siswa tidak bertanya karena malas, dan 2 siswa tidak bertanya karena tidak tahu akan bertanya

(10)

apa. Hasil ini didapat dari penyebaran angket terbuka kepada 36 siswa kelas X TAV 1 SMK Negeri 3 Singaraja. Hanya satu siswa yang menjawab tidak sesuai pertanyaan angket.

Penemuan ini seakan mempertegas pendapat Wendra (2009:31) yang menyebutkan bahwa beberapa hal yang menyebabkan siswa mengalami hambatan dalam bertanya adalah sebagai berikut, (1) siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan, sehingga tidak tahu cara memulai pembicaraan, (2) siswa tahu bahwa ia akan dinilai, dan (3) siswa menghadapi situasi yang asing dan merasa tidak siap.

Ketika melaksanakan proses pembelajaran, seorang guru hendaknya berusaha membantu situasi pembelajaran di kelas dalam situasi tanya jawab. Situasi seperti itu dapat memacu siswa untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran, salah satunya mengundang siswa untuk bertanya. Dengan demikian, interaksi dalam kelas menjadi hidup.

Interaksi yang hidup di dalam kelas dapat dilihat dari meningkatnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Ciri lain yaitu, bangkitnya minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pelajaran yang sedang dibicarakan di dalam kelas. Jika kondisi ini terjadi, maka cara berpikir siswa diasumsikan sudah berkembang. Sebab berpikir itu sesungguhnya adalah bertanya.

Namun, dalam mengajukan pertanyaan di kelas, siswa sering mengalami kesulitan. Merujuk pada hasil penelitian, hambatan bertanya siswa dipengaruhi beberapa faktor antara lain, (1) malu/gugup/tidak percaya diri (2) takut ditertawai teman, (3) situasi kelas ribut, (4) mengantuk/kurang fokus, (5) kurang mengerti dengan yang harus ditanyakan, (6) takut pertanyaan tidak dijawab.

Berdasarkan penyebaran angket terbuka kepada 36 siswa kelas X TAV 1 SMK Negeri 3 Singaraja tentang hambatan bertanya yang sering dialami siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah,

sebanyak 24 siswa atau 67%

malu/gugup/tidak percaya diri, sebanyak 4 siswa atau 11% takut ditertawai teman,

sebanyak 3 siswa atau 8% beralasan situasi kelas yang ribut, sebanyak 2 siswa atau 5% kurang fokus/mengantuk, sebanyak 2 siswa atau 5% kurang mengerti dengan yang harus ditanyakan, dan sebanyak 1 siswa atau 3% takut pertanyaan tidak dijawab.

Penyebab siswa jarang bertanya kepada guru saat pembelajaran adalah rasa malu, gugup, dan tidak percaya diri. Hal ini dibuktikan oleh data yang peneliti dapat di lapangan bahwa sebanyak 33 siswa atau sebanyak 92% mengemukakan alasan malu, gugup, dan tidak percaya diri. Selanjutnya, ada 1 siswa yang menjawab karena malas. Berikutnya ada 1 siswa yang menjawab tidak tahu yang harus ditanyakan. Sebanyak 1 siswa yang menjawab suara tidak didengar oleh guru sehingga tidak pernah bertanya.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X TAV 1 SMK N 3 Singaraja, siswa masih mengalami beragam hambatan saat akan bertanya kepada guru. Hambatan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor luar dan dalam tubuh siswa. Faktor dalam diri siswa biasanya berupa (1) siswa malu, (2) siswa merasa sudah mengerti dengan materi yang diajarkan, (3) siswa tidak ingin bertanya, (4) siswa tidak mengetahui yang harus ditanyakan, dan (5) siswa malas. Lalu faktor luar biasanya karena (1) guru pengajar galak dan cepat marah dan (2) kondisi kelas yang ribut sehingga menyebabkan siswa urung bertanya.

Alasan malu/gugup/tidak percaya diri yang dilontarkan siswa bisa disebabkan oleh faktor dalam maupun luar diri siswa. Faktor dalam diri siswa merasa malu/gugup/tidak percaya diri karena memang tidak bisa menyusun pertanyaan yang baik. Siswa merasa pertanyaan yang disusun tidak bagus bahkan salah. Hal inilah yang membuat siswa menjadi tidak berani mencoba mengutarakan pertanyaan yang sudah mereka siapkan.

Faktor luar diri siswa merasa malu/gugup/tidak percaya diri karena pengaruh guru dan teman-teman sekelas. Keberadaan teman-teman satu kelas yang

(11)

sering menyoraki bahkan mengolok-olok menyebabkan siswa mengurungkan niat dalam bertanya. Sebab lain juga bisa terjadi karena guru.

Guru yang dianggap galak oleh

siswa akan membuat siswa

malu/gugup/tidak percaya diri dalam bertanya. Guru yang cenderung galak dan tidak pernah memberikan kesempatan yang luas kepada siswa saat berbicara juga menjadi hambatan siswa dalam bertanya

.

Dalam dunia pendidikan, pertanyaan memiliki peran yang sangat penting. Salah satu peran tersebut adalah sebagai alat untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Kenyataan ini diperkuat oleh Buchari (2014:30) yang mengatakan keterampilan bertanya sangat penting dikuasai guru untuk memancing jawaban, komentar, pemahaman dari siswa. Pertanyaan-pertanyaan dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran sudah dicapai, keefektifan metode yang digunakan, serta kelemahan-kelemahan proses pembelajaran.

Banyaknya pertanyaan guru kepada siswa, pertanyaan siswa kepada siswa, merupakan pertanda proses pembelajaran yang dinamis. Namun, melihat hasil penelitian di atas tampaknya pembelajaran dinamis belum tercermin. Hal ini dikarenakan masih terdapat hambatan-hambatan bertanya yang dialami siswa. SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pembahasan tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, jenis pertanyaan yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X TAV 1 adalah jenis pertanyaan permintaan, retoris, mengarahkan, pertanyaan sempit informasi langsung, dan pertanyaan sempit memusat. Jenis-jenis pertanyaan tersebut termasuk ke dalam kelompok jenis pertanyaan berdasarkan maksud dan jenis pertanyaan berdasarkan luas sempit.

Kedua, jenis keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X TAV 1 adalah jenis

pertanyaan pemahaman dan penerapan. Pertanyaan yang muncul sangat terbatas. Terhitung siswa hanya mengajukan lima buah pertanyaan pemahaman dan sebuah pertanyaan penerapan.

Ketiga, hambatan bertanya siswa sangat terlihat dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X TAV 1. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 16 siswa tidak bertanya karena sudah mengerti dengan materi yang diajarkan, 12 siswa tidak bertanya karena malu, 3 siswa tidak bertanya karena tidak ingin bertanya, 3 siswa tidak bertanya karena malas, dan 2 siswa tidak bertanya karena tidak tahu akan bertanya apa. Hanya satu siswa yang menjawab tidak sesuai pertanyaan angket. Jadi, jumlah keseluruhan siswa adalah 36 siswa.

Faktor lain yang membuat siswa mengalami hambatan bertanya adalah (1) malu atau gugup, (2) takut ditertawai teman, (3) situasi kelas rebut, (4) mengantuk atau kurang fokus, (5) kurang mengerti dengan yang harus ditanyakan, dan (6) takut pertanyaan tidak dijawab.

Berdasarkan hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertanya guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X TAV 1 SMK Negeri 3 Singaraja masih kurang. Hal ini disebabkan oleh masih minimnya keaktifan guru dan siswa dalam bertanya.

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia guru perlu meningkatkan pengetahuan keterampilan bertanya sehingga kualitas dan kuantitas pertanyaannya menjadi lebih baik. Kedua, siswa hendaknya berusaha meningkatkan pengetahuan dan kemampuan bertanya untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran bahasa Indonesia. Ketiga, pemerintah bersama pihak sekolah hendaknya bersinergi untuk menemukan solusi dari hambatan-hambatan bertanya yang dihadapi siswa agar tujuan pendidikan bisa tercapai secara optimal.

(12)

Masih banyak hal yang belum dibahas dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan peneliti lain untuk mengadakan penelitian lanjutan yang sejenis dengan penelitian ini, sehingga diperoleh hasil yang lebih meyakinkan serta sebagai sumbangan bagi guru untuk bahan kajian dan peningkatan mutu pendidikan. DAFTAR PUSTAKA

Alma, H. Buchari. 2014. Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar). Bandung: Alfabeta.

Dewi, N. W. Wiyanthini, dkk. 2015. “Pengembangan Media Video Pembelajaran tentang Keterampilan Bertanya dan Memberi Penguatan pada Mata Kuliah Pengajaran Mikro.” Jurnal (tidak diterbitkan). e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan, Vol: 3, No: 1.

Ermasari, Ghandi, dkk. 2014. “Kemampuan Bertanya Guru IPA dalam Pengelolan Pembelajaran.” Jurnal (tidak diterbitkan). e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Volume 4.

Hardjana, Agus M. 2003. Komunikasi

Intrapersonal & Komunikasi

Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius. Nasution. 1978. Evaluasi Program

Pendidikan. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Sanjaya, Wina 2006. Model Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Prenada Media.

Sudiana, I Nyoman. 2006. Interaksi Belajar

Mengajar Bahasa dan Sastra

Indonesia. Sidoarjo: Media Ilmu. Suwangsih, E. & Tiurlina (2006). Model

Pembelajaran Matematika. Bandung:

UPI Press.

Wendra, I Wayan. 2009. Penulisan Karya Ilmiah. Singaraja: Undiksha.

Widjaya, H. Lalu Segep, dkk. 2013. “Analisis Pertanyaan Guru dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Selong Lombok Timur Nusa Tenggara Barat Tahun Pembelajaran 2012/2013.” Jurnal (tidak diterbitkan). e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume 2.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengidentifikasi wilayah dunia di mana beberapa garis keturunan kosmopolitan berasal, peneliti menghitung (1) jumlah saudara garis keturunan, (2) jumlah kisaran dibatasi

Teknik non test merupakan teknik pengumpulan data yang tidak baku dan hasil rekayasa dari pendidik dan sekolah yang mana kegunaan dari teknik non test ini adalah

[r]

Asli / rekaman Dokumen Kualifikasi lainnya yang dipersyaratkan, yang telah diupload dan tercantum dalam formulir isian Kualifikasi yang disampaikan melalui aplikasi SPSE1.

Keterlibatan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan menyebabkan guru dituntut menguasai berbagai macam perkembangan

Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan Pasal 16 dan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban serta agar adanya kepastian

Kepada seluruh peserta Pengadaan Jasa Konsultansi yang merasa keberatan atas ditetapkannya pemenang tersebut di atas, dapat mengajukan sanggahan secara online kepada

16 Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Penjelasan,.... “Takutlah akan kemurkaan Allah kepadamu bila engkau tidak bersabar, dan janganlah panik agar engkau mendapatkan